• Tidak ada hasil yang ditemukan

IbM POKDARWIS DESA SEKUMPUL I Ketut Armawan Jurusan Diploma III Bahasa Inggris FBS UNDIKSHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IbM POKDARWIS DESA SEKUMPUL I Ketut Armawan Jurusan Diploma III Bahasa Inggris FBS UNDIKSHA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

334

IbM POKDARWIS DESA SEKUMPUL

I Ketut Armawan

Jurusan Diploma III Bahasa Inggris FBS UNDIKSHA Email: armanature_explorer@yahoo.com

ABSTRACT

IbM Pokdarwis Desa Sekumpul are conducted to give solution for some problems which are faced by these two Pokdarwis in the village by giving some training in making; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) promotional tools in the from of brosure and website, and 4) promoting tourism products to travel agency which is continued by training in making MoU. By giving training and guidance in those mentioned aspects, some products were produced as output of this IbM implementation, such as; 1) tour packages, 2) Guide Book, 3) Website and Brochure and 4) MoU between Pokdarwis who manage the tourism activities in the village with some travel agencies in Bali. This program was responded positively by the local Pokdarwis as well as the village people considering its benefit for the development of tourism in this village.

Keywords: guide book, Pokdarwis, tour packages, brocure, MoU

ABSTRAK

IbM Pokdarwis desa Sekumpul dilaksanakan sebagai upaya memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kedua Kelompok Sadar Wisata yang ada di desa ini dengan memberikan beberapa pembinaan dan pelatihan, yang meliputi; pelatihan penyusunan paket wisata, pelatihan penyusunan buku panduan wisata (guide book), pelatihan penyusunan alat promosi wisata, dan pelatihan pemaaaran produk wisata. Dengan menerapkan metode pelatihan dan pendampingan, kegiatan IbM ini dapat menghasilkan berbagai produk luaran, diantaranya: 1) paket wisata, 2) Buku Panduan Wisata (Guide Book), 3) sarana promosi berupa Brosur,dan Website 4) Formulir MoU (Contract Rate Agreement) antara kedua Pokdarwis (sebagai pengelola wisata alam) di Desa Sekumpul dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelaksanaan kegiatan IbM ini mendapatkan respond yang sangat positif dari Pokdarwis Desa Sekumpul terbukti dari kehadiran peserta pelatihan bisa mencapai 100 persen. Kegiatan ini sangat bermamfaat bagi peserta dan masyarakat desa bagi pengembangan kepariwisataan di desa ini.

Kata kunci: guide book, Pokdarwis, paket wisata, brosur, MoU

PENDAHULUAN

Sebagai destinasi wisata, Desa Sekumpul memiliki potensi yang sangat luar biasa, antara lain; 1) Air terjun (jumlahnya mencapai 7) yang sangat eksotis, yang memiliki debit air yang sangat stabil sepanjang tahun. 2) hamparan persawahan dengan view pantai dan bukit, 3) perkebunan kopi dan cengkeh yang sangat luas, dan juga variasi buah-buahan yang beraneka ragam yang bisa dinikmati wisatawan sepanjang tahun, 4) pura- pura yang memiliki latar belakang sejarah dan

arsitektur yang unik dan khas, 5) tersedianya beberapa rumah penduduk yang dijadikan sebagai homestay yang nyaman bagi wisatawan, yang menawarkan sajian kuliner yang khas yang tidak bisa dinikmati wisatawan di restoran ataupun hotel berbintang, 7) industri kerajinan tangan berupa pembuatan keranjang dari bamboo, pembuatan rumah ayam bertelur dengan bamboo, dan pembuatan gula aren,. Disamping itu kenyamanan wisatawan di desa ini juga sangat di dukung oleh tersedianya

(2)

336

infrastruktur jalan raya, akses telekomunikasi, jaringan listrik, sarana air bersih serta keramah tamahan masyarakat lokal yang senantiasa siap dengan senyuman pada para tamu yang datang. Semua potensi yang dimiliki desa ini sangat mendukung untuk dijadikanya Desa Sekumpul sebagai destinasi wisata desa.

Menurut Nuryanti (1993) desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam desa wisata terdapat dua hal mendasar yang perlu dipertimbangkan, yang menyangkut akomodasi dan atraksi. Dalam konsep akomodasi sebagian dari tempat tinggal penduduk setempat, unit-unit yang berkembang maupun konsep tempat tinggal dijadikan sebagai akomodasi. Sedangkan atraksi merupakan seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisifasi aktif seperti; kursus menari, belajar bahasa, dan lain-lain.

Sejak dibukanya Air Terjun Sekumpul menjadi obyek wisata pada tahun 2003 yang diprakarsai oleh Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) desa ini telah mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Perkembangan tersebut diawali dari dibukanya lintasan trekking dari Desa Lemukih menuju air terjun Sekumpul dengan jarak tempuh yang mencapai 2 jam. Study awal P2M ini telah mengidentifikasi adanya 4 lintasan trekking yang telah dirintis oleh

masyarakat sekitarnya, antara lain: 1) lintasan trekking dari Desa Lemukih menuju air terjun Sekumpul, 2) lintasan trekking dari Desa Menyali menuju Air Terjun Sekumpul, 3) Lintasan trekking dari Desa Sudaji menuju Air Terjun Sekumpul, 4) Lintasan Trekking dari Desa Pakisan menuju Air Terjun Sekumpul (berdasarkan hasil observasi penulis sejak tahun 2003 sampai pada awal tahun 2015). Disamping itu, keasrian alam sepanjang jalan menuju air terjun ini telah berhasil menarik minat pengunjung asing dan lokal yang bisa mengakses obyek tersebut dengan berjalan kaki dari tempat parkir menuju Air Terjun Sekumpul, dengan jarak tempuh sekitar 1 jam atau mengendarai sepeda motor sampai ke parkir yang terdekat dengan air terjun yang berjarak hanya 100 meter. Perkembangan lebih detail tentang kunjungan wisatawan domestic dan asing ke obyek ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah Wisatawan dan Pemasukan Kotor Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) Desa Sekumpul

Tahun Jumlah tamu yang masuk (dalam orang) Pemasukan dalam rupiah (dalam juta) 2004 2.001 10.005.000 2005 2.802 14.010.100 2006 3.004 15..020.000 2007 4.008 20.040.000 2008 5.003 25.015.000 2009 6.801 34.005.000 2010 8.602 43.010..000 2011 9.008 45.040.000

(3)

337

2012 10.001 50.005.000 2013 11.200 56.000.000 2014 13.300 66.500.000

Data diatas menunjukkan adanya peningkatan pendapatan bagi kedua kelompok sadar wisata ini, dari angka 10 juta pada tahun 2004 dan angka 66.5 juta pada tahun 2014. Akan tetapi, pendapatan yang diterima oleh kedua kelompok ini masih terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh pengelola air terjun lainnya yang ada di Buleleng. Pengelola Air Terjun Munduk, misalnya, telah berhasil mendapatkan penghasilan sebesar 500 juta per tahun, begitu pula dengan pengelola Air Terjun Desa Gitgit yang mencapai pendapatan 1 miliar per tahunnya. Sungguh jumlah yang begitu jauh berbeda dengan potensi yang sama bahkan bisa dibilang lebih baik.

Sejalan dengan berkembangnya Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul, berkembang pula beberapa usaha kecil masyarakat setempat yang mendukung kenyamanan wisatawan, antara lain; tempat parkir roda empat dan roda dua, restaurant, warung oleh-oleh herbal organik, dan homestay (rumah penduduk). Akan tetapi, Perkembangan obyek wisata Air Terjun Sekumpul belum mampu memberikan efek ekonomi yang maksimal pada masyarakat setempat seara luas.

Menurut hasil observasi penulis, masih kecilnya pendapatan kedua kelompok sadar wisata yang ada di Desa Sekumpul ini tidak terlepas dari beberapa kendala; pertama, aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul baru sebatas kunjungan ke Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul saja dengan berjalan kaki (dari short trekking sampai long

trekking) baik trekking yang ditawarkan

oleh pengelola Air Terjun Sekumpul (dalam hal ini kedua kelompok POKDARWIS) maupun paket trekking

yang ditawarkan oleh pengelola paket wisata trekking dari Desa Menyali, Desa Sudaji, Desa Lemukih, dan Manuksesa Desa Bebetin. Sedangkan potensi (SDA, SDM, dan keunikan budaya) yang ada di desa ini sangat luar biasa dan memungkinkan untuk dikembangkannya berbagai paket wisata lain yang bisa bersaing dengan paket-paket wisata yang ditawarkan di tempat yang lain. Kedua, para pemandu wisata yang tergabung dalam kedua kelompok sadar wisata di desa ini belum memiliki buku panduan (guide book) yang bisa digunakan sebagai pedoman di dalam memberikan panduan wisatawan asing dan domestik dalam hal memberikan penjelasan tentang obyek-obyek wisata, atraksi wisata, dan berbagai fasilitas wisata yang ada di desa ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat profesionalisme pemandu wisata lokal dan tingkat kepuasan tamu. Ketiga, belum adanya alat promosi untuk mempromosikan keberadaan Obyek Wisata Air Terjun Sekumpul beserta obyek wisata lain, atraksi wisata, dan fasilitas wisata yang ada kepada calon wisatawan juga turut menjadi faktor penyebab masih rendahnya volume kunjungan wisata ke desa ini. Keberadaan

website untuk mempromosikan desa ini

sangatlah mendesak disamping alat promosi cetak berupa brosur. Disamping ketiga masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis juga menemukan belum adanya kontrak kerjasama (MoU) antara kedua kelompok sadar wisata ini dengan beberapa travel agency yang ada di Bali. Disamping kemampuan untuk menghandel

(4)

338

wisatawan, kedua kelompok sadar wisata ini juga belum memiliki keterampilan bagaimana menjual paket-paket wisata yang ada ke beberapa calon wisatawan. Kedua kelompok ini belum memiliki keterampilan dan pengalaman bagaimana membangun hubungan kerjasama dengan partner bisnis, seperti travel agency dalam rangka menjual produk wisata yang ada di Desa Sekumpul.

Sementara itu, berkembangnya obyek-obyek wisata baru yang unik dan menarik memberikan pilihan alternatif berwisata bagi wisatawan (asing dan domestik). Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya pergeseran trend/minat wisatawan yang selalu mencari produk-produk wisata yang unik dan berkualitas yang sesuai dengan keinginan wisatawan. Tuntutan terhadap standarisasi kualitas produk dan pelayanan wisata menjadi prioritas utama dalam kegiatan pariwisata global. Produk-produk langka dan unik yang bermutu tinggi (high value

production of unique commodities)

menjadi prioritas utama dalam pasar wisata global (Kusworo dan Damanik, 2008). Artinya, untuk memenangkan dan mempertahankan pangsa pasar, kualitas produk dan pelayanan harus memenuhi standard dan bersifat konsisten. Produk-produk wisata yang unik sangat diperlukan.

Dalam dunia industry yang bergerak di bidang pelayanan jasa khususnya di bidang pariwisata, mencapai kepuasan wisatawan secara maksimal menjadi issue yang sangat penting karena berhubungan dengan loyalitas wisatawan itu sendiri. Bagi pengelola obyek wisata Air Terjun Sekumpul, misalnya, kepuasan wisatawan baik domestic maupun asing secara tidak langsung akan berdampak

pada kunjungan kembali wisatawan

(repeated guest), loyalitas wisatawan, dan

rekomendasi kepada oarng lain untuk datang atau berkunjung.

Menurut Kotler (2003) dalam Suastuti (2012) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Pelanggan merasa tidak puas apabila kinerja/hasil yang ditawarkan tidak sesuai atau berada dibawah harapan. Sebaliknya, apabila kinerja/hasil yang ditawarkan sesuai atau memenuhi harapan akan menimbulkan perasaan puas. Lebih dari itu, pelanggan merasa amat puas atau senang apabila kinerja/hasil yang ditawarkan bisa melebihi/melampui harapan pelanggan

Hal ini merupakan tantangan tersendiri baik bagi kawasan-kawasan wisata yang selama ini telah menjadi destinasi wisata paforit bagi para wisatawan maupun kawasan-kawasan wisata baru seperti desa Sekumpul, untuk selalu kreatif menghasilkan produk-produk wisata yang unik dan bisa bersaing dengan kawasan-kawasan wisata lainnya.

Untuk bisa menjadikan Desa Sekumpul sebagai destinasi wisata favourit (to visit dan to stay) diperlukan adanya produk-produk wisata yang bervariasi yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya yang bisa bersaing dengan produk-produk wisata yang ditawarkan di tempat lain. Menurut Suyitno (2001), sebagai suatu produk, wisata memiliki beberpa ciri khas yang membedakannya dengan produk pada umumnya. Peranan SDM yang handal yang bisa menyusun paket-paket wisata yang menarik sangat diperlukan.

(5)

339

Berbagai upaya untuk memperkenalkan potensi desa ini kepada calon wisatawan harus dimaksimalkan

Sementara itu, untuk menjaga kualitas produk dan pelayanan pada sebuah destinasi wisata yang memenuhi standard dan bersifat konsisten serta untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan suatu wilayah, perlu diciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif melalui penerapan Sadar Wisata dan Sapta Pesona secara konsisten oleh masyarakat sekitar destinasi wisata. Perlu langkah-langkah nyata untuk merintis, menumbuhkan, mengembangkan, dan melaksanakan Sadar Wisata dan Sapta Pesona dalam upaya pengembangan suatu destinasi wisata. Artinya, peran serta masyarakat secara aktif di dalam pengembangan Sadar Wisata dan Sapta Pesona perlu ditumbuhkan bersama-sama pemangku kepentingan lainnya pada suatu destinasi wisata (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012)

Mitra dalam kegiatan P2M ini adalah Kelompok Sadar Wisata Tirta Buana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Buana Lestari (Kelompok B) Desa Sekumpul yang anggotanya berjumlah masing-masing 5 orang. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi mitra-mitra ini dapat dirinci sebagai berikut:

Pertama, kedua kelompok ini belum memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi potensi yang ada (SDM, SDA, serta keunikan budaya) yang ada di Desa Sekumpul dan mengemas potensi yang ada untuk dijadikan paket wisata yang sesuai dengan trend/kebutuhan wisatawan. Kedua, belum tersedianya buku panduan (Guide Book) wisata Desa

Sekumpul yang berisi obyek dan atraksi wisata, jenis-jenis aktivitas wisata yang bisa dilakukan dan sarana prasarana wisata yang tersedia di Desa Sekumpul yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan oleh kedua kelompok ini dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan. Ketiga, kedua kelompok ini belum memiliki alat promosi untuk mempromosikan jenis-jenis wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul. Mereka belum memiliki keterampilan bagaimana menyusun paket-paket wisata serta fasilitas pendukungnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur dan website. Keempat, kedua kelompok ini belum memahami teknik-teknik membangun kerjasama dengan travel agency dalam rangka menjual produk wisata yang ada di Desa Sekumpul. Kedua kelompok ini belum memahami cara-cara pembuatan dokumen MoU (Contract Rate Agreement) yang diperlukan sebagai kontrak perjanjian bisnis antara Pokdarwis sebagai pengelola wisata alam dengan travel agency yang tertarik untuk mempromosikan dan menjual produk-produk wisata yang ada di Desa Sekumpul.

Dari pertemuan awal yang dilakukan tim pengusul dengan ketua POKDARWIS Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A), yaitu Komang Ermawan, dan ketua POKDARWIS Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B), yaitu Kadek Agus Budi Utama, diperoleh informasi bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kedua kelompok sadar wisata di desa ini baru berada pada tahap penataan objek di kawasan air terjun Sekumpul. Sementara pada sisi produk yang ditawarkan, kelompk sadar wisata di desa ini baru bisa menawarkan paket wisata trekking di sekitar desa dengan air terjun sebagai

(6)

340

finish pointnya. Dalam pertemuan tersebut juga disampaikan oleh ketua dari kedua kelompok POKDARWIS ini bahwa memang benar terdapat beberapa masalah yang sedang dihadapi seperti yang dijelaskan di atas. Oleh karenanya, kedua kelompok ini, melalui ketuanya, menyampaikan harapan agar pihak akademisi bisa memberikan bantuan, saran, dan solusi penanganan permasalahan yang dialami oleh kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan perekonomian kedua kelompok POKDARWIS dan masyarakat desa Sekumpul secara lebih luas, penulis memandang perlu untuk memberikan pembinaan dan pelatihan penyusunan paket wisata kepada kedua Kelompok Sadar Wisata yang ada di Desa Sekumpul, pelatihan penyusunan buku panduan wisata (guide book), pelatihan penyusunan alat-alat promosi, dan pelatihan pemasaran produk wisata. Masyarakat setempat diharapkan mendapatkan manfaat langsung yang lebih besar dengan adanya paket-paket wisata yang bervariasi yang memungkinkan wisatawan bisa tinggal beberapa malam di desa ini dan melakukan aktivitas wisata yang bervariasi. Keberadaan wisatawan yang melakukan aktivitas dari berbagai paket-paket wisata yang ditawarkan diharapkan memberikan efek ekonomi dan soial yang yang jauh lebih besar yang pada giliranya akan mampu menjadi salah satu sumber pemasukan bagi masyarakat Desa Sekmpul selain pertanian dan kerajinan.

Ada beberapa produk yang menjadi luaran kegiatan IbM ini yang dapat dirinci sebagai berikut: pertama, terbuatnya paket-paket wisata melalui kegiatan pelatihan penyusunan paket wisata, kedua,

terbuatnya Buku Panduan Wisata (Guide Book) Desa Sekumpul melalui kegiatan pendataan obyek dan atraksi wisata serta sarana pendukung wisata yang ada di Desa Sekumpul. Buku Panduan Wisata Desa Sekumpul ini dilengkapi dengan deskripsi yang mendetail seperti: lokasi, kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu pelaksanaan/kunjungan, sejarah, kepercayaan masyarakat, ritual serta makna yang terkandung di dalamnya, aturan-aturan untuk memasuki obyek atau atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata (Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) sebagai pedoman di dalam memberikan panduan/to guide wisatawan. Ketiga, terbuatnya sarana promosi berupa Brosur dan Website tentang kegiatan-kegiatan wisata yang bisa dilakukan di Desa Sekumpul serta sarana pendukung wisata yang ada di Desa Sekumpul, seperti adanya pondok-pondok wisata sebagai tempat wisatawan menginap. Keempat, terbuatnya formulir MoU (Contract Rate

Agreement) antara kedua kelompok ini

beberapa travel agency yang ada di Bali. Dengan demikian, penyelenggaraan program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini sangat dibutuhkan, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kedua kelompok ini dapat memberi manfaat optimal bagi pengembangan potensi wisata di desa Sekumpul.

METODE

Bentuk aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan IbM ini adalah dengan menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan. Strategi ini diimplementasikan agar mitra dapat

(7)

341

melatihkan dan mersasakan pengalaman dalam menyusun paket wisata secara optimal. Selama pelaksanaan program, mitra diberikan beberapa pelatihan, yang meliputi; Pengenalan Produk Wisata dan Paket Wisata, Pelatihan identifikasi obyek/atraksi dan fasilitas wisata, Pelatihan penyusunan paket wisata, Pelatihan pemasaran paket wisata. Setelah proses pelatihan, mitra diberikan pendampingan untuk melihat/mengobservasi secara langsung beberapa obyek dan atraksi wisata wisata, serta fasilitas wisata yang ada. Selanjutnya mitra dibimbing bagaimana menyusun paket wisata dalam bentuk brosur.

Rancangan metode pada pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan pemetaan permasalahan yang ditemukan serta alternatif solusi yang dirancang secara bersama-sama dengan mitra.

Metode pendekatan yang ditawarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan mitra adalah pembinaan dan pelatihan. Metode pelaksanaan IbM ini didasarkan pada kesepakatan dengan mitra IbM, yaitu keterkaitan permasalahan, akar permasalahan, serta solusinya yang dirancang, seperti yang tertera pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Permasalahan, Akar Permasalahan, dan Solusi Permasalahan

No Permasal ahan Akar Permasal ahan Solusi Permasal ahan 1 Kedua Kelompo k Sadar Wisata yang ada di Desa Mitra belum memiliki pengetah uan yang memadai Memberi pembinaa n dan pelatihan penyusun an paket Sekumpu l ini belum memiliki kemamp uan yang memadai dalam mengide ntifikasi potensi yang ada (SDA, SDM, serta keunikan budaya) yang bisa dikemas menjadi beberapa paket wisata yang menarik yang sesuai dengan trend/.ke butuhan wisatawa n dalam mengiden tifikasi potensi yang ada (SDA, SDM, serta keunikan budaya) yang bisa dijadikan sebagai paket wisata yang menarik yang sesuai dengan kebutuha n wisatawa n Mitra belum memiliki keterampi lan dalam menganal isa kebutuha n wisatawa n/ market analysis Mitra belum memiliki pengetah uan yang wisata, yang meliputi:

(8)

342 memadai dalam mengema s potensi Sumber Daya Alam (SDA),Su mber Daya Manusia (SDM) dan keunikan budaya yang ada menjadi paket-paket wisata yang sesuai dengan trend pangsa pasar 2 Kedua kelompo k ini belum memiliki buku panduan (Guide Book) Desa Sekumpu l yang berisi obyek dan atraksi wisata Mitra belum memiliki keterampi lan dalam penyusun an buku panduan wisata yang berisi obyek, atraksi wisata dan jenis-jenis aktivitas Memberi pembinaa n dan pelatihan dalam menyusu n buku panduan wisata (guide book) yang berisi obyek, atraksi wisata dan jenis-serta jenis-jenis aktivitas wisata yang bisa dilakuka n dan sarana penduku ng wisata yang tersedia di Desa Sekumpu l. wisata yang bisa dilakukan dan sarana pendukun g wisata yang tersedia di Desa Sekumpu l. jenis aktivitas wisata yang bisa dilakukan serta sarana pendukun g wisata yang ada di Desa sekumpul . 3 Kedua kelompo k ini belum memiliki alat promosi untuk mempro mosikan obyek, atraksi wisata dan jenis-jenis wisata serta sarana penduku ng wisata yang ada di Desa Sekumpu l. Mereka belum memiliki keterampi lan bagaiman a menyusu n paket-paket wisata serta fasilitas pendukun gnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur, dan website. Memberi kan pembinaa n dan pelatihan dalam pembuata n alat-alat promosi berupa brosur, dan website untuk mempro mosikan obyek, atraksi wisata dan jenis-jenis wisata serta sarana pendukun g wisata yang ada

(9)

343 di Desa Sekumpu l. Dalam pelatihan ini mitra diberikan keteramp ilan bagaiman a menyusu n paket-paket wisata serta fasilitas pendukun gnya menjadi alat promosi yang menarik, berupa; brosur dan website. 4 Kedua kelompo k ini belum memiliki keteramp ilan dalam mengawa li/memba ngun kerjasam a dengan travel agency Mitra belum memiliki pengetah uan teknik-teknik mengawa li/memba ngun kerjasam a dengan travel agency dalam Memberi kan pembinaa n dan pelatihan teknik penjualan produk wisata/m arketing Memberi kan kelompo k ini pembinaa dalam menjual produk/p aket wisata yang ada menjual produk/p aket wisata yang ada Kelompo k ini belum memaha mi cara-cara pembuata n dokumen MoU (Contract Rate Agreeme nt) yang diperluka n sebagai kontrak perjanjian bisnis antara Pokdarwi s sebagai pengelola wisata alam, dengan travel agency yang tertarik untuk mempro mosikan dan menjual produk-produk wisata n dan pelatihan pembuata n dokumen MoU (Contract Rate Agreeme nt) yang diperluka n sebagai kontrak perjanjia n bisnis antara Pokdarwi s sebagai pengelola wisata alam, dengan travel agency yang tertarik untuk mempro mosikan dan menjual produk-produk wisata yang ada di DesaSek umpul

(10)

344

yang ada di Desa Sekumpu l

Untuk merealisasikan metode yang ditawarkan, kegiatan dikemas dalam empat jenis tahap pelatihan, yaitu: (1)

pelatihan penyusunan paket wisata, yang

meliputi tahapan analisis pangsa pasar/market analysis, mengidentifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya yang bisa disusun menjadi beberapa paket wisata, menyusun beberapa paket wisata berdasarkan hasil identifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan buku panduan wisata (Guide Book)

dengan menggunakan hasil identifikasi obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan

pembuatan media promosi dengan

memasukkan paket-paket wisata yang dihasilkan pada tahap pelatihan 1 (pertama) ke dalam bentuk brosur dan website , dan (4) pelatihan teknik

marketing dengan menawarkan

paket-paket wisata yang dihasilkan ke beberapa travel agency yang ada di Bali.

Pelaksanaan kegiatan IbM ini dilaksanakan oleh tim IbM Undiksha yang memiliki kepakaran dan pengalaman kerja yang sangat relevan dengan bidang ilmu masing-masing, yaitu: Magister Ilmu Pariwisata yang memiliki kompetensi dan pengalaman pengelolaan dan perencanaan produk wisata (I Putu Gede Parma, S.St.Par., M.Par), Magister Ilmu pendidikan Bahasa yang memiliki pengalaman sebagai pembina kelompok

sadar wisata Kabupaten Buleleng, mengampu beberapa mata kuliah pariwisata, pengalaman pekerjaan di pariwisata dan perintis wisata desa (Bali Nature Explorer) yang memiliki kontribusi besar sebagai pemasok tamu ke wilayah mitra (I Ketut Armawan, S.Pd., M.Pd.), serta Magister teknik computer yang memiliki pengalaman dalam pemrograman web (Ketut Udy Ariawan, S.T.,M.T.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan IbM Pokdarwis Desa Sekumpul ini dilaksanakan dengan memberikan beberapa jenis pelatihan, yang meliputi; (1) pelatihan penyusunan

paket wisata, yang meliputi tahapan

analisis pangsa pasar/market analysis, mengidentifikasi obyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul yang bisa disusun menjadi beberapa paket wisata, menyusun beberapa paket wisata berdasarkan hasil identifikasiobyek dan atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul dan sekitarnya (2) pelatihan pembuatan buku panduan wisata (Guide Book)

dengan menggunakan hasil identifikasi obyek, atraksi wisata serta fasilitas wisata yang ada di Desa Sekumpul, (3) pelatihan

pembuatan media promosi dengan

memasukkan paket-paket wisata yang dihasilkan pada tahap pelatihan 1 (pertama) ke dalam bentuk brosur dan

website , dan (4) pelatihan teknik

marketing dengan menawarkan paket-paket wisata yang dihasilkan ke beberapa

travel agency yang ada di Bali. Kegiatan

IbM ini secara resmi di buka oleh Tim IbM Undiksha bersama-sama Kepala Desa Sekumpul. Perlu untuk disampaikan bahwa mengingat kegiatan ini dilaksanakan pada masa peralihan dari

(11)

345

pimpinan LPM ke pimpinan LPPM, maka kegiatan pembukaan IbM ini tidak bisa dibuka oleh ketua LPPM.

Berikut dijabarkan hasil dari keseluruhan kegiatan pelatihan yang dapat dirinci sebagai berikut. Kegiatan diawali dengan pembukaan Kegiatan IbM yang dibuka oleh Tim IbM Undiksha bersama-sama Kepala Desa Sekumpul. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota kedua kelompok POKDARWIS yang berjumlah 10 orang, kepala desa Sekumpul, 9 orang mahasiswa DIII Bhasa Inggris dan tim IbM undiksha yang berjumlah 3 orang. Kegiatan yang dimulai pada pukul 18.00 wita sampai pukul 21.00 wita ini dibuka oleh ketua tim IbM Undiksha yang dilanjutkan dengan pengarahan dari anggota tim IbM Undiksha serta arahan-arahan dari kepala desa yang meminta kedua kelompok sadar wisata ini untuk dengan serius mengikuti kegiatan ini sehingga kegiatan dimaksud bermanfaat bagi kedua kelompok ini dan masyarakat secara lebih luas. Kesempatan ini dimanfaatkan pula oleh tim IbM Undiksha untuk mendiskusikan jadwal pelatihan dengan mitra dari kedua kelompok, penunjukan panitia yang bertanggunag jawab untuk menyiapkan tempat pelatihan beserta fasilitas-fasilitas pendukung untuk kelancaran jalannya pelatihan, penunjukkan panitia yang bertugas untuk menyiapkan minuman untuk pelatihan, penunjukkan panitia yang bertugas untuk mengkoordinasikan/menyampaikan jadwal pelatihan kepada anggota kedua kelompok.

Selanjutnya, pada pertemuan selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan memberikan pelatihan penyusunan paket

wisata. Kegiatan ini diawali dengan

pengenalan produk wisata oleh ketua

pelaksana IbM. Pada tahap ini peserta diberikan pengenalan terhadap produk wisata, kharakteristik produk wisata, pangsa pasar wisata (khususnya pangsa pasar wisata desa), yang dilanjutkan dengan teknik-teknik dalam menyusun paket wisata. Pada kesempatan ini peserta pelatihan diberikan pengenalan terhadap cara-cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi yang ada di desanya dan juga potensi yang ada di daerah sekitarnya yang bisa dikemas menjadi beberapa paket wisata yang unik dan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar wisata desa. Untuk memudahkan di dalam mengidentifikasi potensi yang ada di desanya dan juga potensi yang ada di daerah sekitarnya, peserta pelatihan diberikan format inventarisasi obyek dan atraksi wisata, format inventarisasi fasilitas wisata (akomodasi, transportasi, dan restaurant). Pada kesempatan ini peserta diberikan contoh bagaimana memasukkan data yang mereka peroleh ke dalam format inventarisasi yang diberikan. Pada pertemuan tersebut peserta diberikan contoh bagaimana memasukkan data tentang pondok wisata Bed and Breakfast (sebuah pondok wisata yang ada di desa Sekumpul) ke dalam format yang telah diberikan, yang meliputi; nama akomodasi, lokasi dengan penjabaran viewnya, fasilitas (kamar dan fasilitas umum), jenis kamar, kapasitas (jumlah kamar yang tersedia dan daya tamping untuk masing-masing kamar), tarif/harga per malam, dan penjelasan hal-hal penting yang perlu dijelaskan. Untuk pengisian format inventarisasi atraksi wisata dipergunakan contoh bagaimana memasukkan data tentang tarian yang ada di desa, yang meliputi deskripsi tentang;

(12)

346

nama atraksi (tarian), ciri khas tarian, uraian singkat mengenai tarian tersebut, waktu performance, lama performance, tiket masuk/fee untuk tarian, donasi (bila diperlukan/bila tidak dikenakan tiket masuk, dan keterangan tentang hal-hal penting yang perlu dijelaskan. Format yang dipergunakan pada pelatihan ini dimodifikasi dari format inventarisasi fasilitas dan atraksi wisata Suyitno (2001;26-28). Pada pertemuan kedua/sesi kedua pelatihan ini, peserta secara bergantian memperlihatkan hasil identifikasi obyek/atraksi wisata serta fasilitas wisata yang telah mereka buat berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penjelasan peserta juga dilengkapi dengan poto-poto obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang dijelaskan. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga peserta diberikan pelatihan bagaimana mengelompkkan potensi obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang ada didesanya serta beberapa yang ada di daerah sekitarnya tersebut sesuai dengan tema, yang meliputi; nature-based,

culture-based, spiritual-based, atau

adventure based activity dan

mengemasnya menjadi beberapa paket wisata yang unik dan menarik. Pada pelatihan ini peserta mendapatkan pengalaman bagaimana menggabungkan beberapa komponen wisata, kemudian mengemasnya dan mewujudkannya dalam bentuk penyelenggaraan wisata. Jadi pesertadiperkenalkan beberapa komponen yang termasuk dalam proses produksi wisata diantaranya; masukan (input), proses (process), dan keluaran (output) seperti yang di sarankan oleh Suyitno (2001). Dalam pelatihan ini peserta diberikan pengalaman bagaimana mengemas potensi-potensi yang ada

sehingga produk yang dihasilkan dalam paket-paket wisata mencakup bebrapa kebutuhan wisatwan secara lengkap. Seperti yang diungkapkan oleh Victor T.C Middleton (dalam Yoeti, 2002) memberikan batasan produk industry pariwisata sebagai berikut: “The product may be defined as a bundle or package of tangible and intangible components, based

on activities at a destination”. Artinya,

sebagai suatu produk yang bersifat multisektoral, produk industry pariwisata terdiri dari beberapa komponen, seperti; kemudahan-kemudahan untuk mengakses suatu daerah tujuan wisata/accessibilities

of the destination, fasilitas yang ada di

daerah tujuan wisata/destination facilities,

dan atraksi-atraksi di daerah tujuan wisata/destination attractions.

Pelatihan ini menghasilkan beberapa paket wisata yang merupakan ide dari kedua kelompok Pokdarwis dan beberapa masukan dari tim IbM Undiksha yang mereka beri tema SEKUMPUL GREEN

VILLAGE TOUR PACKAGES,

diantaranya; TOUR PACKAGES 4 DAYS/3 NIGHTS, TOUR PACKAGES 3 DAYS/ 2 NIGHTS, TOUR PACKAGES 2 DAYS/ 1 NIGHT, dan THE EXOTIC ADVENTURE AND FARMING PACKAGE. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Rata-rata pelatihan berlangsung sampai pukul 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan serta ide-ide

(13)

347

yang mereka ungkapkan dengan mengangkat beberapa potensi yang ada di desanya dan beberapa potensi yang ada di daerah sekitarnya,seperti desa Galungan dan desa Lemukih yang posisinya bersebelahan dengan desa mereka.

Jenis pelatihan yang kedua, peserta diberikan pelatihan dan pembinaan penyusunan Buku Panduan Wisata (Guide

Book). Pada kesempatan ini peserta

diberikan pengenalan terhadap pentingnya peranan Buku Panduan Wisata (Guide Book) baik sebagai alat promosi maupun sebagai panduan bagi anggota Pokdarwis di dalam memandu wisatawan, sehingga mereka bisa memberikan informasi yang benar dan akurat kepada wisatawan yang di tanganinya. Selanjutnya kelompok sadar wisata ini diberikan pelatihan dan pendampingan bagaimana menyusun Buku Panduan Wisata (Guide Book) yang menarik. Guide book disusun berdasarkan hasil identifikasi obyek/atraksi serta fasilitas wisata yang dilakukan pada pelatihan tahap pertama (pelatihan p

enyusunan paket wisata). Buku panduan

wisata yang dibuat menggunakan 2 bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) karena pangsa pasar yang berkunjung ke desa ini bukan hanya wisatawan asing tetapi banyak pula wisatawan domestik yang tertarik mengunjungi desa ini. Selama proses pembuatan deskripsi buku panduan wisata ini peserta banyak memperoleh latihan bagaimana membuat kalimat/phrase dalam Bahasa Inggris yang menarik dan efektif. Disamping itu, peserta juga diberikan pelatihan bagaimana caranya memandu wisatawan sesuai dengan informasi yang tertera di dalam buku panduan wisata yang disusun. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Seperti halnya pelatihan

pertama, karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan ini juga dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Pelatihan ini berlangsung sampai jam 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan , hidupnya suasana pada sesi pembuatan deskripsi dari masing-masing aktivitas wisata yang dimasukkan ke dalam buku panduan wisata yang terlihat dari keseriusan mereka membuat kalimat-kalimat dalam Bahasa Inggris, meskipun tidak sedikit dari kalimat-kalimat yang mereka buat dijadikan sebagai bahan diskusi/latihan bagaimana membuat kalimat yang benar di dalam Bahasa Inggris. Pelatihan ini menghasilkan produk berupa buku panduan wisata desa Sekumpul “SEKUMPUL GUIDE BOOK” (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).

Kegiatan selanjutnya dalam kegiatan IbM ini adalah pelatihan dan pembinaan penyusunan alat-alat promosi

berupa brosur dan website desa Sekumpul.

Kegiatan ini diawali dengan memberikan pengenalan tentang alat promosi wisata berupa brosur. Peserta diberikan pemahaman tentang fungsi brosur sebagai alat promosi wisata, dengan memberikan beberapa contoh brosur yang menarik. Selanjutnya peserta diberikan pembinaan dan pendampingan bagaimana menyusun potensi wisata yang ada di desa ini dan beberapa potensi yang ada di daerah sekitarnya menjadi brosur yang menarik yang nantinya dijadikan sebagai media promosi di dalam mempromosikan

(14)

348

aktivitas serta fasilitas wisata yang ada di desa ini. Pada kesempatan ini peserta bersama tim IbM undiksha melakukan diskusi untuk memutuskan potensi-potensi yang ada di desa ini yang layak dijadikan dan dimuat di dalam brosur. Pelatihan ini berlangsung selama 3 kali pelatihan. Karena kesibukan kedua kelompok ini di dalam memandu wisata ke air terjun, maka pelatihan dilaksanakan pada malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita. Biasanya pelatihan berlangsung sampai pukul 21.00 wita. Walaupun demikian, peserta sangat antusias mengikuti kegiatan yang terlihat dari persenatsi kehadiran mereka yang mencapai 100 persen dan keaktifan mereka dalam diskusi-diskusi yang dilaksanakan selama mengikuti pelatihan. Produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini adalah brosur yang memuat beberapa tourism activities dan fasilitas wisata yang dikembangkan sesuai dengan potensi desa yang disepakati untuk dimuat di dalam brosur wisata desa Sekumpul, diantaranya; trekking (short, medium, dan

long), coffee making process, village

cycling, cooking lesson, coconut oil making process, dance lesson, traditional Balinese music lesson, dan the exotic

adventure and farming. Produk kedua

yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah alat promosi wisata desa berupa website

desa sekumpul yang dapat diakses melalui:

www.desasekumpul.com.

Pelatihan dan pembinaan yang terakhir adalah kegiatan pelatihan dan pembinaan penawaran produk/marketing dan Pembuatan MoU. Pada kegiatan ini Kelompok Sadar Wisata di desa ini diberikan pelatihan dan pembinaan bagaimana mempromosikan produk-produk wisata yang ada kepada beberapa travel agency yang ada di Bali. Pelatihan

pada tahap ini dimulai dengan memberikan pelatihan teknik-teknik pemasaran produk yang efektif dan efisien. Pelatihan meliputi pengenalan produk melalui email ke beberapa travel agency yang memiliki pangsa pasar eropa. Pemilihan Segmen pasar lebih ditekankan pada pasar eropa mengingat ketertarikan tamu-tamu eropa pada wisata berbasis alam lebih besar dibandingkan dengan pangsa pasar lainnya. Selanutnya mitra diberikan pelatihan dan pembinaan teknik-teknik membangun kerjasama dengan travel agency dengan memberikan cara-cara pembuatan dokumen MoU.

SIMPULAN

Pelaksanaan kegiatan IbM ini mendapatkan respond yang sangat positif dari Pokdarwis Desa Sekumpul. Di tengah-tengah kesibukan peserta di dalam menjalani aktivitasnya sebagai pemandu wisata lokal, kehadiran peserta pelatihan bisa mencapai 100 persen, meskipun pelatihan harus dilaksanakan di malam hari yang dimulai pada pukul 18.00 wita sampai pukul 21.00 wita. Ini menunjukkan bahwa kegiatan IbM ini sangat bermamfaat bagi peserta secara khusus dan masyarakat secara umum yang benar-benar mendapatkan mamfaat yang besar bagi pengembangan kepariwisataan di desa ini.

Ada beberapa produk yang dihasilkan dari kegiatan ini, yang meliputi; Pertama, beberapa paket wisata yang diberi tema

SEKUMPUL GREEN VILLAGE TOUR

PACKAGES. Keduabuku panduan wisata

desa Sekumpul “SEKUMPUL GUIDE BOOK” (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), yang dilengkapi dengan deskripsi yang mendetail seperti: lokasi, kapasitas/daya tampung, jadwal/waktu

(15)

349

pelaksanaan/kunjungan, sejarah, kepercayaan masyarakat, ritual serta makna yang terkandung di dalamnya, aturan-aturan untuk memasuki obyek atau atraksi yang ada. Buku Panduan Wisata (Guide Book) ini sangat bermamfaat bagi Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok A) dan Kelompok Sadar Wisata Tirta Bhuana Lestari (Kelompok B) sebagai pedoman di dalam memberikan panduan/to guide wisatawan. Ketiga, alat promosi wisata desa berupa

brosur

yang memuat beberapa tourism activities

dan fasilitas wisata yang ada di desa Sekumpul, dan alat promosi wisata desa berupa website desa sekumpul yang dapat diakses melalui: www.desasekumpul.com. Keempat, MoU anatara Pokdarwis dengan beberapa travel agency yang ada di Bali.

DAFTAR RUJUKAN

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta.

Nuryanti, W. 1993. Concept, Perceptive

and Challenges. Makalah bagian

dari laporan konferensi internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Profile Desa Sekumpul, 2015.

Suastuti, Luh. 2012. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kepuasan

Wisatawan terhadap Produk

Freestanding Restaurant di Kawasan

Nusa Dua-Kabupaten Badung.

Jurnal Ilmiah Pariwisata. Vol.2 no1.Hal.109-222 September 2012

Suyitno, 2001. Perencanaan Wisata: Tour

Planning. Yogyakarta: Kanisius

Gambar

Tabel  2.  Permasalahan,  Akar  Permasalahan, dan Solusi Permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu kurangnya pengetahuan dan informasi ibu mengenai alat kontrasepsi menyebabkan wanita usia subur lebih memilih alat kontrasepsi suntik, untuk

In this study, besides comparing the door- to- needle time of starting streptokinase in the emergency department, discussion will be made on the current concept of acute

1) Kegiatan praktik layanan akademik pada anak dengan gangguan intelektual terdiri dari pemberian layanan melatih kemampuan matematika, bahasa, sains, fisik dan

Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerimaan para pensyarah dan pelajar di Institusi Pengajian Tinggi terhadap Revolusi Industri 4.0 dan bagaimana nilai-nilai

Selanjutnya pada hasil penelitian yang telah disajikan pada Tabel 2 mengenai tanggapan tentang kendala pendidik terhadap pembelajaran IPA Terpadu di SMP Swasta

Bahasa Wayoli adalah salah satu bahasa yang ada di Halmahera Barat, Maluku Utara.Bahasa Wayoli merupakan salah satu bahasa lingua franca di Indonesia bagian

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Daya Hambat Ekstrak Buah Kaktus

Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Oktober dibandingkan keadaan September untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 4,33 persen dan untuk Gabah