• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TINGGINYA KEINGINAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2007 UNTUK MEMPUNYAI ANAK LAGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SKRIPSI TINGGINYA KEINGINAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2007 UNTUK MEMPUNYAI ANAK LAGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1 Pendahuluan tingkat kelahiran pada masa yang akan datang adalah keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi. Apabila persentase ibu yang ingin punya anak lagi di suatu daerah tinggi, maka dapat dipastikan tingkat kelahiran pada masa mendatang di daerah tersebut cenderung tinggi. Tingginya tingkat kelahiran yang tidak sejalan dengan tingkat kematian khususnya kematian bayi dan anak yang telah relatif rendah sebagai akibat dari keberhasilan program kesehatan ibu dan anak, maka kedua hal tersebut secara bersama-sama akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk. Ananta (1990) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan banyak masalah seperti mempercepat penyusutan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun yang dapat diperbaharui, kotoran dan sampah manusia yang terus meningkat yang pada akhirnya menyebabkan banyak terjangkitnya wabah penyakit, timbulnya kesenjangan sosial dan kekurangan pangan. Widiyanti (1987) juga mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan yang pesat dapat menimbulkan berbagai kendala yang dapat menghambat usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, seperti pengadaan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan dan pemukiman.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan oleh BPS mencatat bahwa persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di Indonesia pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 46,5 persen. Menurut Bulatao dan Fawcett (1983) dalam Hatmadji dan Poedjastoeti (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan untuk mempunyai anak lagi adalah pengalaman wanita dalam fertilisasinya di masa lalu, latar belakang sosial ekonomi, wilayah tempat tinggal dan agama.

(2)

dan pengaruh kematian terutama kematian bayi dan anak.Kematian bayi dan anak yang tinggi menyebabkan keluarga ingin mempunyai anak yang banyak, sehingga jika suatu saat nanti ada anak yang meninggal maka keluarga tersebut masih tetap memiliki anak (Fawcett, 1984).

Persentase ibu yang ingin punya anak lagi yang cukup tinggi karena dapat menyebabkan tingkat kelahiran pada masa mendatang di Indonesia susah untuk menurun atau justru akan meningkat. Hal ini tentu mengganggu pikiran berbagai pihak khususnya pemerintah, sehingga wajar apabila upaya untuk mencari penyebab atas tingginya persentase ibu yang ingin punya anak lagi di Indonesia merupakan tujuan utama dari penelitian ini.

1.2 Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh pada keinginan ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua anak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

 Mengetahui pola hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keinginan ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua anak.

 Mengetahui arah hubungan dan kecenderungan setiap kategori dalam masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap keinginan ibu di Indonesia tahun 2007 untuk mempunyai anak lagi setelah mempunyai dua anak.

2 Metodologi

2.1 Definisi-Definisi

(3)

 Kawin adalah status dari mereka yang terikat perkawinan pada saat pencacahan, baik yang tinggal bersama maupun tinggal berpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dansebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.

 Keinginan punya anak lagi hanya ditanyakan pada wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan tidak disterilisasi.

 Umur dihitung sampai bulan dan tahun terakhir dengan pembulatan ke bawah menurut ulang tahunnya yang

terakhir.

 Bekerja adalah kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-berturut selama seminggu yang lalu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan.

 Kematian anak adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan seorang anak secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

 Daerah tempat tinggal adalah tempat atau lokasi yang dijadikan oleh seorang untuk bertempat tinggal, yang

dibedakan menjadi daerah perkotaan dan daerah pedesaan.  Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan tertinggi yang

ditamatkan oleh seorang ibu.

 Anak yang masih hidup adalah anak yang lahir dalam keadaan hidup dan masih hidup pada saat tertentu, tanpa menghiraukan apakah mereka hidup dengan orang tuanya atau terpisah.

2.2 Sumber dan Kualitas Data

(4)

(BKKBN) dan Kementrian Kesehatan dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang dilaksanakan pada 25 Juni hingga 31 Desember 2007. Survei ini mengumpulkan berbagau informasi dan data tentang fertilitas, keluarga berencana, dan kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi di 33 propinsi di Indonesia.

Rumah tangga untuk sampel SDKI 2007 diperoleh dari rancangan sampel survei yang ditentukan oleh BPS. Kerangka sampel yang digunakan dalam SDKI 2007 yang dilaksanakan di seluruh propinsi, dibedakan menurut tahapan pemilihan unit sampling, yaitu kerangka sampe untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Dalam pemilihan blok sensus, kerangka sample yang digunakan adalah daftar blok sensus terpilih Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2007. Untuk pemilihan rumah tangga, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar rumah tangga hasil listing Sakernas 2007 (Daftar SAK07-L(II)) pada blok sensus terpilih SDKI 2007.

Rancangan sampel yang digunakan adalah rancangan sampel dua tahap. Pada tahap pertama, dipilihse jumlah blok sensus secara sistematik dari daftar blok sensus terpilih Sakernas 2007, hal ini dilakukan di BPS Pusat (daerah perkotaan dan pedesaan dilakukan secara terpisah dalam setiap propinsi). Pada tahap kedua, dipilih 25 rumah tangga untuk setiap blok sensus terpilih SDKI 2007 secara sistematik dari Daftar SAK07-L(II), pemilihan ini dilakukan oleh BPS Propinsi.

Dari seluruhsampel SDKI 2007 di seluruh propinsi di Indonesia, keinginan untuk mempunyai anak lagi yang dilihat dalam penelitian ini adalah pada wanita kawin yang berusia antara 15-49 tahun, mempunyai risiko untuk hamil dan mantap dalam menyatakan keinginannya untuk mempunyai anak lagi. Setelah dilakukan pemilihan diperoleh 42.341 rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan

(5)

Sedangkan kelemahannya adalah data yang tersedia hanya terbatas pada beberapa karakteristik saja, seperti daerah tempat tinggal, pendidikan ibu, dan jumlah anak yang masih hidup sehingga belum dapat membuktikan secara keseluruhan pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi.

3 Analisis dan Pembahasan 3.1 Analisis Deskriptif

Karakteristik daerah tempat tinggal dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi di Indonesia lebih tinggi di daerah pedesaan (48 persen) dibandingkan dengan di daerah perkotaan (44 persen).

Tabel 1 Persentase Ibu Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007

Daerah Tempat

Tinggal Ingin AnakLagi Tidak Ingin AnakLagi

(1) (2) (3)

Perkotaan 44,5 % 55,5 %

Pedesaan 48,0 % 52,0 %

Sumber : Diolah dari data SDKI 2007

Dari tabel 2 diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki ibu di Indonesia, maka persentase ibu yang ingin mempunyai anak semakin besar secara umum. Pada ibu yang tidak menduduki jenjang pendidikan formal yang ingin mempunyai anak lagi sebesar 28,0 persen sedangkan ibu yang sempat menempuh bangku SD keinginan mempunyai anak lagi sebesar 35,4 persen, dan untuk yang lulus SD sebesar 45,6 persen. Sedangkan persentase ibu yang ingin mempunyai anak lagi untuk pendidikan tingkat lanjut semakin besar.

Tabel 2 Persentase Ibu Menurut Tingkat Pendidikan dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007

(6)

(1) (2) (3)

Sumber : Diolah dari data SDKI 2007

Berdasarkan tabel 3 diperoleh informasi bahwa persentase ibu yang ingin memiliki anak untuk ibu yang belum memiliki anak adalah sebesar 96 persen. Sedangkan persentase ibu yang ingin memiliki anak lagi untuk ibu yang sudah memiliki satu anak adalah sebesar 84,8 persen. Namun terjadi penurunan yang sangat tajam bagi ibu yang sudah memiliki dua anak, yaitu persentasenya sebesar 38,2 persen untuk ibu yang ingin memiliki anak lagi. Hingga pada akhirnya persentase ibu yang memiliki lebih dari 6 anak hanya 12,7 persen saja yang ingin memiliki anak lagi.

Tabel 3 Persentase Ibu menurut Jumlah Anak yang Masih Hidup dan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007

Jumlah Anak

Sumber : Diolah dari data SDKI 2007 3.2 Pembahasan

(7)

anak berikutnya, dan membatasi kelahiran. Berdasarkan hasil analisis, maka ada beberapa hal yang akan dibahas berdasarkan karakteristik yang sudah dipaparkan di atas.

3.2.1 Daerah tempat tinggal

Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal mempunyai pengaruh terhadap keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi di Indonesia pada tahun 2007. Ibu yang tinggal di daerah pedesaan cenderung ingin mempunyai anak dibandingkan dengan ibu yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini menurut Sriudiyani (2001) disebabkan karena adanya banyak anggapan bahwa anak merupakan sumber tenaga kerja yang sangat penting di daerah pedesaan, anak dianggap sebagai asuransi di hari tua, pelangsung keturunan, teman di rumah, penolong dan pelindung.

Hal tersebut juga terjadi karena pandangan-pandangan baru selalu dimulai dan diterima terlebih dahulu oleh penduduk daerah perkotaan, baru kemudian diteruskan ke penduduk daerah pedesaan. (Singh dan Casterline, 1985 dalam Hatmaji dan Poedjastoeti, 1991). Hasil analisis ini juga didukung oleh penelitian Hatmaji dan Poedjatoeti (1991) yang mengemukakan bahwa menemukan kecenderungan wanita di daerah pedesaan untuk ingin mempunyai anak lagi jika dibandingkan dengan yang tinggal di daerahperkotaan.

Anwar (1995) juga menjelaskan bahwa masyarakat perkotaan dianggap memiliki perilaku atau gaya hidup yang berbeda masyarakat pedesaan. Kondisi hidup wanita di perkotaan dengan pendidikan yang lebih tinggi dan status pekerjaan yang lebih baik mendorong seseorang untuk memilih mempunyai keluarga kecil, sehingga tingkat kelahiran di daerah perkotaan lebih rendah daripada di pedesaan.

3.2.2 Pendidikan ibu

(8)

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki ibu di Indonesia maka keinginan untuk mempunyai anak semakin berkurang, sebab dengan dengan peningkatan pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi pandangan terhadap aspirasi norma pembentukan keluarga dan dapat mendorong keinginan untuk membentuk keluarga kecil (Cochrane, 1979 dalam Hatmaji dan Poedjatoeti, 1991).

3.2.3 Jumlah anak yang masih hidup

Dilihat dari persentase ibu yang ingin memiliki anak lagi berbanding terbalik dengan banyaknya anak masih hidup yang dimilikinya. Semakin banyak anak masih hidup yang dimiliki ibu, maka semakin kecil pula keinginannya untuk menambah anak lagi.Hal ini bisa dikarenakan beban tanggungan orang tua akan bertambah berat jika di dalam suatu keluarga memiliki anak yang banyak. Pekerjaan ibu juga akan lebih bertambah lagi jika ia memiliki anak yang lebih banyak lagi.

3.2.4 Faktor-kaktor lain yang mempengaruhi keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi

Faktor biologis ibu yaitu umur ibu mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan mempunyai anak lagi. Sriudiyani (2001) mengemukakan bahwa keinginan untuk memiliki anak lagi terlihat sangat berkurang pada kelompok wanita yang berumur tua, dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih muda. Kondisi ini menurut Muki Reksoprodjo dikarenakan jaringan alat-alat reproduksi dan jalan lahir pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun telah menjadi tua sehingga cenderung berakibat buruk bagi ibu maupun bagi anak pasa saat kehamilan dan persalinan.

(9)

anak tertentu maupun terhadap kelengkapan jenis kelamin anak mempunyai pengaruh yang besar pada banyak anak yang dilahirkan.

Sri Harijati Hatmadji (1984) mengemukakan bahwa wanita yang tidak bekerja cenderung ingin mempuyai anak yang lebih banyak daripada wanita yang bekerja. Kondisi ini menurut Susilastuti, dkk (1994) dalam Sukerik (2001) dikarenakan wanita yang bekerja harus membagi konsentrasinya untuk tanggungjawab terhadap pekerjaan dan sebagai ibu rumah tangga, sehingga mereka lebih menyukai keluarga kecil yang akan lebih memberikan keleluasaan bergerak kepada mereja dibandingkan dengan keluarga besar.

4 Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Faktor daerah tempat tinggal mempunyai pengaruh

terhadap keinginan untuk mempunyai anak, di mana yang tinggal di daerah pedesaan cenderung ingin mempunyai anak dibandingkan dengan yang tinggal di daerah

perkotaan. Oleh sebab itu di daerah pedesaan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah seperti

memperbanyak sarana pendidikan, lapangan pekerjaan, petugas dan pelayan kesehatan serta pemerintah harus lebih intensif untuk memberikan sosialisasi mengenai program Keluarga Berencana.

2. Faktor pendidikan ibu tidak berpengaruh secara nyata terhadap keinginan mempunyai anak, di mana hal ini tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki ibu di Indonesia maka keinginan untuk mempunyai anak semakin berkurang.

(10)

4. Adapun faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi

keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi menurut para ahli antara lain, umur ibu, preferensi terhadap jenis kelamin tertentu, status bekerja ibu, faktor sosial ekonomi, dan kematian bayi dan anak.

4.2 Saran

Berdasarkan berbagai keterbatasan dari hasil penelitian tentang keinginan Ibu di Indonesia untuk mempunyai anak, maka hal-hal yang disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Tidak hanya meneliti keinginan ibu untuk mempunyai anak, namun meneliti keinginan pasangan suami-istri untuk

mempunyai anak sebab keputusan untuk mempunyai anak tidak hanya tergantung dari ibu namun juga dari bapak. 2. Data yang digunakan sebaiknya bukan data sekuder sebab

data tersebut dikumpulkan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda dengan tujuan penelitian.

3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan tingginya keinginan ibu untuk mempunyai anak lagi dengan menggunakan data yang lebih baru lagi.

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2008). Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Jakarta: Kerjasama BPS, BKKBN, Kementrian Kesehatan, Macro International.

Badan Pusat Statistik. (2012). Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kerjasama BPS, BKKBN, Kementrian Kesehatan, Macro International.

Badan Pusat Statistik. (Kamis, 20 Juni

(11)

Maidiana, Maria IIn. (2002). Tingginya Keinginan Ibu di Propinsi Jawa Barat Tahun 1997 Untuk Mempunyai Anak Lagi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Meyer. P. A. (1978). Pengantar Demografi. Jakarta: Lembaga DemografiFakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 3 Persentase Ibu menurut Jumlah Anak yang Masih Hidupdan Keinginan Mempunyai Anak Lagi di Indonesia Tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subyektif, kendali perilaku, niat, dan perilaku memiliki nilai akar kuadrat yang lebih tinggi dari nilai

bagi yang menguasakan.. Jika surat kelahiran dari Dokter, Bidan, Rumah Sakit/ Bersalin tidak ada, maka harus meminta surat kelahiran dari Desa atau Kelurahan. Karena ini

Dengan ini Direktorat Riset dar1 Pengabdian Masyaral<at Ditjen penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti mohon kepada Bapak/Ibu Ketua Lp/LppM/

Bersama ini kami infokan bahwa Universitas Muhammadiyah Jakarta akan menyelenggarakan Konferensi multidisiplin Internasional. Bagi ibu/bapak yang berminat info lebih

tersebut pada kartu. 4) Kartu-kartu tersebut terdiri dari beberapa bahasan dan dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlah siswa. 5) Materi yang ditulis pada

Indonesia, mengkaji faktor sukses dalam praktik tersebut, pengetahuan dan pengalaman tentang VE, dan kendala-kendala yang sering dihadapi dalam praktik VE.Metode penelitian

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa produksi kopal yang disemprotkan ETRAT 1240 pada luka sadapan mengalami peningkatan yang paling tinggi dibandingkan cara pemberian yang