ORIENTASI PENELITIAN PILAR PANGAN
CLUSTER HORTIKULTURA
Komoditas
Salak (Salacca edulis)
Produksi Bibit Salak Unggul Baru Tasikmalaya yang
Berkadar Gula Tinggi dan Berbiji Keriput
Koordinator Komoditas
Nursuhud, Ir., DEA
NIP. 19600910 198701 1 001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN ORIENTASI CLUSTER PENELITIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN TA 2012
Pilar : Pangan
Cluster Penelitian : Hortikultura Komoditas : Salak
Penyusun : Nursuhud, Ir., DEA
Kontributor : Noladi Wicaksana, SP., MP., PhD.
Bandung, 19 November 2012
Mengetahui dan menyetujui Ketua LPPM Unpad
Prof.Dr. Wawan Hermawan, MS NIP. 19620527 198810 1 001
Koordinator Penyusun
Nursuhud, Ir., DEA
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ... 2
Daftar Isi ... 3
Ringkasan ... 4
I. Pendahuluan ... 5
II. Studi Literatur
... 7 III. Roadmap
Clus-ter... 11 IV. Kerjasama...
... 15
V. Fasilitas... 15
VI. Usulan Narasumber ... 16
VII. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (Nilai Ekonomi) Pro-duk Penelitian ...
16
VIII. Daftar Pustaka... 17 IX. Lampiran ...
I. Ringkasan
Salak unggul baru Tasikmalaya adalah varietas baru salak hasil eksplorasi para peneliti dari LPPM Unpad tahun 2007 dan belum dipatenkan; dagingnya berwarna gading-orange, tebal, rasanya manis seperti madu; bijinya kecil, coklat-putih, dan keriput. Salak ini diduga merupakan turunan alami salak Manonjaya, Tasikmalaya. Varietas ini termasuk yang sulit diperbanyak secara vegetatif, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan tumbuh yang baru. Dalam penelitian awal, walaupun berhasil berakar namun perakarannya lambat tumbuh dan lambat berkembang dibanding salak unggul Pondoh. Selain itu kalau dipindahkan dari indukan ke persemaian dan dari persemaian ke lapangan, tingkat keberhasilannya masih rendah (10 %). Salak unggul baru ini juga belum diidentifikasi karakter morfologi maupun molekulernya dan belum dipatenkan HKI-nya.
Penelitian lanjutan ini bertujuan: (a) memperoleh karakter morfologi dan molekuler salak unggul baru Tasikmalaya sebagai lampiran dalam paten HKI salak unggul baru tersebut, (b) menemukan metode mempercepat cangkokan berakar dan ramifikasi akar salak unggul baru Tasikmalaya, (c) mengetahui jenis dan konsentrasi hormon auksin dan etilen yang efektif, (d) meningkatkan daya adaptasi salak unggul baru Tasikmalaya, dan (e) menemukan metode hardening yang efektif. Diharapkan dalam jangka pan-jang penelitian ini dapat meningkatkan produksi bibit salak unggul sehingga mampu menjadi lokomotif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tiga penelitian akan dikerjakan pada tahun 2013-2014, yaitu: a) Identifikasi Morfologi dan Molekuler Salak Unggul Baru Tasikmalaya. b) Percepatan Laju Berakar dan Ramifikasi Akar Bibit Salak Unggul Baru Tasikmalaya, dan c) Membuat dan Menguji Metode Hardening yang Cocok untuk Peningkatan Daya Adaptasi Bibit Salak Unggul Baru Tasikmalaya. Penelitian pertama akan dikerjakan di kebun salak di Manonjaya, kemudian dilanjutkan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian Unpad; sedangkan penelitian kedua akan dilaksanakan di Kebun Pengembangan Salak Tasikmalaya milik Gumilar, Manonjaya, Tasikmalaya. Penelitian pertama akan menggunakan metode deskriptif, sedangkan yang kedua dan ketiga akan menggunakan metode kuantitatif eksperimental sederhana yang diperkuat dengan metode deskriptif-eksplanatif.
Selain itu juga mulai tahun 2013 bekerjasama dengan Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pasundan (Unpas) dalam hal mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder buah salak dan penanganan pascapanen dan pengolahan salak.
II. Pendahuluan
RASIONALISASI; Salak sudah dibudidayakan di Kabupaten Tasikmalaya semenjak tahun 1922 mulai di Desa Pasirbatang, Kecamatan Manonjaya, dan kini telah menyebar ke seluruh Tasikmalaya dengan sentra produksi Kecamatan Manonjaya, Cineam, Karangjaya, dan Gunungtanjung, dengan areal tanam sekitar 9.025 hektar, setara kurang lebih 36.000 KK petani yang terlibat. Sebagian besar pada lahan tersebut tumbuh tanaman salak lokal bagaikan hutan salak yang tidak terpelihara, karena harga jual buah salak lokal yang rendah (Rp 500-Rp 600 per kg). Rendahnya harga salak ini disebabkan karena kualitas salak Manonjaya lebih rendah dibanding salak pendatang seperti Pondoh dan Nglumut. Kualitas buah yang rendah ini terjadi karena, bercampurnya berbagai salak lokal yang didominasi salak yang berkualitas jelek; hal ini disebabkan karena salak lokal Manonjaya bibitnya berasal dari biji, bukan dari cangkokan, sehingga kualitas buahnya tidak seragam dan jelek (Nursuhud dkk., 2007)
Di Kabupaten Tasikmalaya, salak merupakan salah satu komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta potensi pasar yang tinggi. Salak tumbuh dengan kanopi yang rapat, berakar serabut sehingga dapat memegang tanah dan air, tanah tertutup tanaman salak dari terpaan air hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi. Salak tidak memerlukan lahan khusus, sehingga dapat meningkatkan potensi sumberdaya alam secara optimal dan efisien. Selain itu, salak sudah menjadi satu kesatuan budaya dan bagian dari kehidupan masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, maka pelestarian budidaya tanaman salak akan melestarikan kearifan-kearifan lokal yang terkandung di dalamnya (Nursuhud dkk., 2007).
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai komitmen kuat untuk mempertahankan salak sebagai komoditi unggulan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani buah dan mendukung ekspor buah nasional. Untuk itu, Pemkab Tasikmalaya melakukan program jangka panjang yang berkesinambungan dalam pengembangan tanaman salak. Program ini membutuhkan dukungan berupa ketersediaan kultivar salak unggul dan bibit salak yang bermutu yang beradaptasi dengan agroklimat Tasikmalaya (Heryati dkk., 2007). Dalam kerangka inilah, peran keilmuan multidisiplin diperlukan.
BENCHMARKING; Pada awalnya, berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian oleh Tim Peneliti dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya, telah ditetap-kan Pohon Induk Tunggal (PIT) calon varietas Salak Tasik adalah pohon salak milik Bapak Entis, berumur 7 tahun, yang berlokasi di RT 5 RW 1, Desa Pasir-batang, Kecamatan Manonjaya (Heryati dkk., 2007). Kultivar unggul Salak Tasik tersebut telah dilepas oleh Departemen Pertanian pada tanggal 5 No-vember 2007 di Bogor, dan hasilnya telah diuji secara organoleptik oleh Tim Peneliti dari Lemlit Unpad pada tanggal 7 Desember 2007 (Nursuhud dkk., 2007).
Berikutnya, Tim Peneliti dari Lembaga Penelitian Unpad tersebut pada tahun yang sama (2007) telah menemukan dua calon kultivar unggul salak baru milik Bapak Gumilar, yang telah tumbuh lebih dari setengah abad. Kul-tivar ini ada dalam satu rumpun dengan jumlah 20 tanaman, terdiri dari 18 pohon warna kulit buahnya hitam (BSM1) dan 2 pohon warna kulit buahnya coklat-kuning (BSM2); dan berada di Kampung Cibeureum, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya.
ORIENTASI; Tujuan jangka pendek cluster penelitian ini adalah mem-peroleh karakter morfologi dan molekuler salak unggul baru Tasikmalaya di-banding Salak Lokal Tasikmalaya, Pondoh dan Nglumut untuk digunakan se-bagai lampiran dalam perlindungan varietas atau paten HKI.
Adapun tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan produktivitas tanaman salak, baik dalam kualitas, kontinuitas, maupun jumlah, melalui perbaikan teknologi budidaya sehingga bermanfaat bagi masyarakat Tasik-malaya untuk merehabilitasi lahan hutan salak seluas 9.025 Ha menjadi ke-bun salak produktif. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga dapat me-ningkatkan pendapatan para petani salak Tasikmalaya khususnya dan Indo-nesia umumnya karena produknya mampu berkompetisi, baik di pasar lokal, regional, nasional maupun internasional.
III. Studi Literatur
Tanaman salak merupakan tanaman monokotiledon yang umumnya su-lit diperbanyak secara vegetatif. Namun adanya inovasi teknik pembiakan vegetatif secara cangkok oleh Drg Sudibyo di Sleman Yogyakarta, telah ber-hasil membuat salak Pondoh tersebar di seluruh pulau Jawa termasuk Jawa Barat umumnya dan Tasikmalaya khususnya. Teknik cangkok ini yang utama adalah bagaimana cara mengakarkan anakan salak sebelum dipisahkan dari induknya (Santoso, 1990). Pada kenyataannya tidak semua tanaman salak mudah diperbanyak secara cangkok, termasuk tanaman salak calon varietas unggul lokal Tasikmalaya, dari 20 anakan yang dicangkok hanya satu pohon yang berhasil disapih dari induknya (Gumilar, 2007; komunikasi pribadi).
Pondoh. Selain itu juga, teknik penyapihan anakan dari induk ke persemaian dan dari persemaian ke lapangan juga perlu dikembangkan lebih baik lagi (Nursuhud dkk., 2010; Nursuhud, 2011).
Jadi, ada dua hal yang diduga menyebabkan tanaman salak Tasikmalaya ini tidak sanggup beradaptasi dengan lingkungan barunya: pertama, karena sistem perakarannya tidak berkembang dengan baik sehingga tidak mampu menghadapi perubahan iklim yang ekstrim; kedua, karena tanaman ini memerlukan latihan untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, sehingga tatkala ditempatkan di tempat barunya tidak mengalami stres kemudian mati.
Pertama, masalah lemahnya pertumbuhan dan perkembangan perakaran salak dapat diatasi dengan cara meningkatkan kemampuan bibit tersebut untuk berakar dan beramifikasi (bercabang-cabang dan berbulu-bulu) dengan cepat. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa menumbuhkan akar salak Manonjaya menggunakan teknik cangkok, walaupun tanpa menggunakan zat pengatur tumbuh telah berhasil sekitar 90 % bahkan ada yang 100 %, namun sayangnya pada umur cangkokan yang sama (3 bulan), salak Manonjaya baru tumbuh 3 cm dan belum beramifikasi, sementara salak Pondoh tumbuh 20 cm dan beramifikasi. Ini bukan berarti bibit salak Manonjaya tidak punya potensi untuk berakar dengan baik, namun untuk mencapai hal tersebut bibit butuh bantuan dari luar, berupa perlakuan khusus.
sekitar 1000 ppm, sedangkan konsentrasi etilen (etrel, ethephon) optimum pada tanaman nenas di Malayasia adalah 240 ppm.
Kedua, daya adaptasi tanaman terhadap lingkungan baru dapat ditingkatkan melalui pelatihan, yang disebut hardening. Hardening adalah tindakan keras (ekstrim) yang diberikan terhadap tanaman agar tanaman tersebut mampu hidup di lingkungan baru yang keras, berbeda dengan lingkungan tumbuh sebelumnya. Perlakuan hardening metodenya berma-cam-macam tergantung jenis tanamannya dan tergantung pada lingkungan yang bagaimana yang akan dihadapi bibit tersebut. Perubahan temperatur, cahaya, dan kelembaban, yang bagi tanaman tertentu merupakan hal yang ekstrim; menyebabkan tanaman stres, layu, kemudian mati. Tapi bagi tana-man yang telah mengalami perlakuan hardening; tanaman akan bertahan, tidak tumbuh tapi juga tidak mati; namun jika setelah itu mengalami kon-disi lingkungan tumbuh yang cocok, dia akan tumbuh dengan cepat dengan vigor yang tinggi.
Lingkungan tumbuh (iklim mikro) pada saat bibit bersama induk, di persemaian, dan di pertanaman (lapangan) satu sama lain berbeda. Pada saat bersama induk kondisi cahayanya sedikit (redup), kelembaban tinggi, temperatur rendah dengan fluktuasi relatif stabil. Pada saat di persemaian cahaya agak terang, kelembaban udara sedang, dan temperatur sedang dengan fluktuasi agak stabil. Sedangkan pada saat di lapangan intensitas cahaya tinggi, temperatur tinggi, kelembaban rendah, dengan fluktuasi reatif tinggi. Perubahan kondisi iklim mikro dari indukan ke persemaian dan ke lapangan dengan fluktuasi makin ekstrim membutuhkan sistem perakaran yang kuat, baik luasnya maupun daya adaptasinya. Jadi keberhasilan perlakuan hardening akan bergantung juga pada keberhasilan terjadinya ramifikasi akar.
evapotranspirasi (ET) dan penurunan kelembaban tanah (drought hardening), yang akhirnya tanaman menjadi stres dengan gejala pertumbuhan pupus (shoot) terhambat, kadar gula dan kadar pati di daun meningkat, pertumbuhan akar meningkat, dan kadar prolin di tanaman meningkat. Maka pengaturan penyiraman air (mist irrigation) atau irigasi tetes (drip irrigation) pada saat panas terik, dan atau pengaturan peningkatan intensitas cahaya matahari secara perlahan, sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Kalau hal ini berhasil, maka semakin lama tanaman akan semakin kuat dan tahan terhadap sengatan matahari, temperatur tinggi, dan kekeringan media tumbuh (seperti kondisi ekstrim di lapangan); yang pada akhirnya tanaman akan lulus mengikuti program hardening.
Sekarang tanaman calon salak unggul baru Tasikmalaya tersebut telah diperbanyak secara vegetatif (cangkok) dan secara bertahap ditanam di dalam kebun induk seluas 0,5 Ha dan mulai berbuah (Nursuhud, 2011). Langkah berikutnya dilakukan identifikasi karakter morfologi dan molekulernya. Tindakan identifikasi dan karakterisasi morfologi terhadap sa-lak tersebut sangat diperlukan, mengingat sasa-lak unggul baru ini akan didaftarkan sebagai perlindungan varietas maupun HKI. Karakter morfologi telah digunakan untuk identifikasi, karakterisasi, serta analisis kekerabatan dan keragaman genetik berbagai spesies tanaman sejak lama. Berbagai spesies tanaman yang telah diidentifikasi dan dikarakterisasi berdasarkan karakter morfologinya antara lain: Curcuma spp. (Velayudhan et al., 1999; Sasikumar, 2005; Hussain et al., 2008; Keeratinijakal et al., 2010), Alpinia spp. (Hussin et al., 2000), Zingiber spp. (Ravindran et al., 1994; Kladmook
IV. Roadmap Cluster
BUAH-ROAD MAP: OPTIMISASI PRODUKSI SALAK UNGGUL BARU TASIKMALAYA YANG BERKADAR GULA TINGGI DAN BIJI KERIPUT
Ta-hun Tema Penelitian Judul Penelitian (yang Diharapkan)Hasil Penelitian
Keluaran
Eksplorasi Salak Unggul Manonjaya di Kabupaten Tasikmalaya
Ditemukan dua varietas unggul Salak Manonjaya rasanya ma-nis, bijinya kecil, dagingnya
te-bal
Pengembangan teknik pembiakan vege-tatif tanaman salak unggul Manonjaya
> 90 % bibit dapat berakar, namun lambat berkembang dan bibit sulit beradaptasi di
lingkungan baru
Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Salak Unggul Baru
Tasik-malaya
Adanya karakter morfologi dan molekuler salak unggul baru
Publikasi ilmiah dan Paten HKI
201
3
-idem-Percepatan Laju Berakar dan Ramifikasi Akar Bibit Salak Unggul Baru
Tasikmalaya
Bibit cepat berakar dan bera-mifikasi, mudah diperbanyak
Publikasi Ilmiah
201
4
-idem-Membuat dan Menguji Metode Hardening yang Cocok untuk Peningkatan Daya Adaptasi Bibit Salak
Unggul Baru Tasikmalaya
Bibit mudah beradaptasi di lingkungan baru
Optimasi Bentuk dan Struktur Tajuk Pro-duktif Tanaman Salak Unggul Baru
Tasik-malaya
Bentuk dan struktur tajuk pro-duktif tanaman salak unggul
baru
Publikasi Ilmiah
201
4
-idem-Peningkatan Aktivitas Fotosintesis dan Kualitas Buah Tanaman Salak Unggul
Baru Tasikmalaya
5 Optimisasi KebutuhanInput Peranan: K/N, K/Ca+Mg, C/N, NHStatus Air, Udara Tanah dalam Pening-4/NO3, katan Produktivitas Tanaman Salak
Ung-Kualitas buah tetap tinggi dii-kuti peningkatan kontinuitas
produksi
gul Baru 201
5
-idem-Peranan Hormon Tumbuh Giberelin dan Auksin dalam Memperkecil /
Menghilang-kan Biji Salak Unggul baru Tasikmalaya
Ukuran biji makin kecil, tanpa merubah aroma, rasa, dan
kan-dungan gizi daging buah
Publikasi Ilmiah
201 6
Pemodelan Tanaman (Plant Modeling)
Perakitan Model Teknologi Optimum Pro-duksi Tanaman Salak Unggul Baru
Tasik-malaya
Diperolehnya Sistem Ekspert Produksi Tanaman Salak
Paten HKI
METODE PRODUKSI BIBIT SALAK UNGGUL BARU TASIKMALAYA (2013-2014)
116
PRODUKSI BIBIT
Karakterisasi Tanaman (2013) Daya Adaptasi Bibit terhadap
Lingkungan Baru (2014) Laju Berakar dan Ramifikasi Akar (2013)
Molekuler
Menguji Kinerja Alat Hardening (Intensitas Cahaya Tinggi)
Membuat Alat Hardening Menggunakan Media Tanpa Media
Morfologi
Bibit yang memiliki Laju Berakar dan
Ra-Perlakuan:
-Kontrol (Cahaya Sedikit, Media Lembab) -Hardening pada Media Lembab
-Hardening pada Media Kering
Bibit Hidup: Lulus Hardening
ROADMAP AGRIBISNIS SALAK UNGGUL BARU TASIKMALAYA
Uji daya adaptasi bibit di Lapangan
PERSONALIA PENELITI UNPAD DAN LUAR UNPAD
a) Nama Leng-kap
a)Gelar Kesar-janaan
a)Pria/ Wanita a) Unit Kerja
No. b) Bidang Keah-lian dan Tugas dalam Penelitian 2. a) Noladi Wicaksana
b) Genetika Molekuler
a) SP, MP, PhD. b) S3
a) Pria b) 20
a) Lab. Pemuliaan b) Unpad
3. a) Erni Suminar b) Fisiologi Benih
4. a) Leni Herliani Afri-anti b) Univ. Pasundan
V. Kerjasama
Penelitian ini pernah dikerjasamakan dengan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dari tahun 2009 hingga 2010, dan kini kerjasama tersebut di-lanjutkan kembali. Adapun MoU kerjasama penelitian tercantum dalam Lam-piran 2.
VI. Fasilitas
No. Nama Alat Lab/ La-pangan Kegunaan Alat
Terse-Tanah Laborato-rium Mengukur kan-dungan hara Terse-dia Lab. Ilmu Tanaman Unpad
Mudah
2. PCR
Laborato-rium Pemetaan gen Terse-dia idem Mudah 3. Chlorophyl
meter
Lapangan Jumlah klorofil daun
Terse-dia idem
Mudah 4. PAR meter Lapangan Jumlah cahaya
yg diman-faatkan tana-man
Terse-dia idem Mudah
5. pH meter Lapangan pH tanah
Terse-dia Lab. Hort Un-pad
Mudah
6. EC meter Lapangan Hara tanah
Terse-dia idem Mudah
8. Lux meter Lapangan Intensitas
9. HPLC Laborato-rium
Kandungan metabolit sekunder
Terse-dia
Lab. Tek, Pangan Unpas
Mudah
VII. Usulan Narasumber
1. Nama : Dr. Liferdi Lukman, SP., MSi.
Bidang Keahlian : Ekofisiologi Tanaman Buah-buahan
Institusi : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Alamat Instansi : Jl. Tangkuban Perahu No. 517, Lembang,
Ban-dung
No. Telp. Instansi : 022-2786245
No. HP; alamat email : 081314524070, 081933538080; ahsol_hasyim@litbang.deptan.go.id 2. Nama : Dr. Sobir, Ir., MS.
Bidang Keahlian : Pemuliaan Tanaman Buah-buahan Institusi : Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Alamat Instansi : Jl. Raya Pajajaran, Bogor
No. Telp. Instansi : 0251-8326881, 8382201 No. HP; alamat email: sobir@ipb.ac.id
V
III. Potensi Kepemilikan (HKI) dan Benefit Sharing (Nilai
Ekonomi) Produk Penelitian
Hasil penelitian akan dipublikasi di jurnal internasional Scientia Horticulturae, Fruits, atau Acta Horticulturae. Selain itu juga akan dipatenkan HaKI dua varietas baru Salak Unggul Tasikmalaya dan Metode Ramifikasi Akar Tanaman Salak.
RENCANA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013-2016
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyara-kat
PILAR : PANGAN
CLUSTER : SALAK
PENANGGUNGJAWAB
PENELITI-AN : Ir. NURSUHUD, DEA
2. 2013 -2014
Optimasi Rhizoge-nesis dan Ramifika-si Akar Tanaman Salak Unggul Baru Tasikmalaya oleh terdiri dari 20 sampel
2014
Pertumbuhan Bibit Salak Setelah Mengalami Harde-ning
150.000. 000
Bibit Ta-naman Sa-lak Unggul Baru Tasik-malaya
Metode Deskrip-tif EksplanaDeskrip-tif
Thermome-ter, Hygro-meter, So-larymeter, HPLC
IX. Daftar Pustaka
Cartea ME, Picoaga A, Soengas P and Ordás A (2002) Morphological charac-terization of kale populations from northwestern Spain. Euphytica 129: 25-32.
Dos Santos TMM, Ganança F, Slaski JJ and Pinheiro de Carvalho MÂA (2009) Morphological characterization of wheat genetic resources from the Is-land of Madeira, Portugal. Genetic Resources and Crop Evolution 56: 363-375.
Ghalmi N, Malice M, Jacquemin JM, Ounane SM, Mekliche L and Baudoin JP (2010) Morphological and molecular diversity within Algerian cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp.) landraces. Genetic Resources and Crop Evolution 57:371–386.
Heryati, H., Ajib, M. Syukur, dan M. R. Suhartanto. 2007. Laporan Akhir Usul-an PelepasUsul-an Varietas Salak Tasik. Dinas PertUsul-aniUsul-an TUsul-anamUsul-an PUsul-angUsul-an Pe-merintah Kabupaten Tasikmalaya, Tasikmalaya.
Hasan SMZ, Ngadin AA, Shah RM and Mohamad N (2008) Morphological vari-ability of greater yam (Dioscorea alata L.) in Malaysia. Plant Genetic Resources: Characterization and Utilization 6: 52-61.
Hussain Z, Tyagi RK, Sharma R and Agrawal A (2008) Genetic diversity in in vitro-conserved germplasm of Curcuma L. as revealed by RAPD mar-kers. Biologia Plantarum 52: 627-633.
Hussin KH, Seng CT, Ibrahim H, Gen WQ, Ping LJ and Nian L (2000) Compara-tive leaf anatomy of Alpinia Roxb. species (Zingiberaceae) from China.
Botanical Journal of the Linnean Society 133: 161-180.
Ivanchenko, M. G., G. K. Muday, and J. G Dubrovsky. 2008. Ethylene-Auxin In-teractions Regulate Lateral Root Initiation and Emergence in Arabidop-sis thaliana. The Plant Journal 55: 335-347.
Keeratinijakal V, Kladmook M and Laosatit K (2010) Identification and cha-racterization of Curcuma comosa Roxb., phytoestrogens-producing plant, using AFLP markers and morphological characteristics. Journal of Medicinal Plants Research 4: 2651-2657.
Nursuhud, Sumadi, D. Widayat, dan I. Setiawan. 2007. Kajian Tentang Pe-ngembangan Salak di Kabupaten Tasikmalaya Dalam Konteks dengan Grand Design Pengembangan Agroturisme. Laporan Akhir LPM Unpad bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya (tidak dipublikasikan).
Nursuhud, Sumadi, dan D. Widayat. 2008. Pelatihan dan Pendampingan Ke-giatan Pembuatan Kebun Salak Terpadu untuk Meningkatkan Pendapat-an PetPendapat-ani. LaporPendapat-an Akhir LPM Unpad bekerjasama dengPendapat-an Dinas Perta-nian Kabupaten Tasikmalaya (tidak dipublikasikan).
Nursuhud, Sumadi, dan D. Widayat, 2010. Kegiatan Program Iptek bagi Ma-syarakat Kelompok Tani Salak Manonjaya Tasikmalaya untuk Mengatasi Kelangkaan Bibit Salak Hasil Pembiakan Vegetatif. Laporan Akhir LPPM Unpad (tidak dipublikasikan).
Nursuhud. 2011. Pendampingan dan Pengawalan Produksi Tanaman Salak dan Buah-buahan Lainnya di Manonjaya dan Cineam, Tasikmalaya. La-poran Akhir Kegiatan Pengabdian Lab. Hortikultura Faperta Unpad (tidak dipublikasikan).
Ortiz JM, Martín JP, Borrego J, Chávez J, Rodríguez I, Muñoz G and Cabello F (2004) Molecular and morphological characterization of a Vitis gene bank for the establishment of a base collection. Genetic Resources and Crop Evolution 51: 403-409.
Oumouloud A, Arnedo-Andrés MS, González-Torres R and Álvarez JM (2009) Morphological and molecular characterization of melon accession resis-tant to Fusarium wilts. Euphytica 169: 69-79.
Ravindran PN, Sasikumar B, George JK, Ratnambal MJ, Babu KN, Zachariah JT and Nair RR (1994) Genetic resources of ginger (Zingiber officinale
Rosc.) and its conservation in India. Plant Genetic Resources Newslet-ter 98:1-4.
Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Kanisius, Yogyakarta.
Sasikumar B (2005) Genetic resources of Curcuma: diversity, characterizati-on and utilizaticharacterizati-on. Plant Genetic Resources 3: 230-251.
X. Lampiran
Lampiran 1. Foto-foto Calon Salak Unggul Baru Tasikmalaya
Rumpun dan Tajuk Tanaman Salak Unggul Baru
Gumilar – Salak unggul berkulit kuning (BSM2) dan berkulit Hitam (BSM1)
Gumilar - Salak ungggul berkulit hitam (BSM1)
Gumilar – Salak unggul berkulit kuning (BSM2)
Perbandingan Salak Lokal dengan Salak Unggul
LOK AL
UNG-GUL