• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qanun NAD No. 21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Qanun NAD No. 21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002

TENTANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang :

a. bahwa sumber daya al am merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa dan

mempunyai kedudukan sert a peranan pent ing bagi kehidupan, ol eh sebab it u perlu dikel ol a dan dimanf aat kan secara adil dan berkelanj ut an;

b. bahwa sumber daya al am sebagai komponen lingkungan hidup perl u dij aga kelest arian f ungsinya dalam menj alankan pembangunan yang ber kelanj ut an dan berwawasan l ingkungan;

c. bahwa pemanf aat an sumber daya alam perlu dilakukan secara bij aksana dengan memperhit ungkan kebut uhan generasi masa kini dan masa mendat ang;

d. bahwa Perat uran Perundang-undangan yang mengat ur t ent ang Pengel olaan Sumber Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan dengan j iwa dan semangat Ot onomi Khusus yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perl u dit et apkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Provinsi Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Provinsi Sumat era Ut ara (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tent ang Ket ent uan Pokok-Pokok Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 t ent ang Pert ambangan minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971);

(2)

6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3639);

9. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

10. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan ruang (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1992 nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

11. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tent ang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

12. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 199 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);

13. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ah Daerah (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

15. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Daerah Ist imewa Aceh; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893);

16. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Provinsi Naggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

17. Perat uran Pemerint ah Nomor 32 Tahun 1969 t ent ang Pelaksanaan Ket ent uan Pokok Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916);

18. Perat uran Pemerint ah Nomor 47 Tahun 1997 Tent ang Rencana Tat a Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);

19. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

20. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah Pusat dan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 21. Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa

Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup Di luar Pengadilan (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);

22. Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelol aan Kawasan

Lindung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294).

Dengan Perset uj uan :

(3)

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :

1. Provinsi adal ah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.

2. Pemerint ah Pusat selanj ut nya disebut Pemerint ah Perangkat Negara adalah Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para ment eri. 3. Pemerint ah Provinsi adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

besert a perangkat Daerah Ot onom yang l ain sebagai badan Eksekut if Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

5. Kabupat en/ kot a at au sagoe/ Banda dan at au nama l ain adal ah Daerah Ot onom dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang di pimpin oleh Bupat i/ Wal i sagoe at au nama l ain.

6. Sumber Daya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayat i maupun non hayat i.

7. Sumber Daya Alam hayat i adalah Sumber Daya Alam yang t erdiri dari f lora dan f auna.

8. Sumber Daya Alam nonhayat i adal ah Sumber Daya Alam yang meliput i air, t anah, udara, bahan galian dan f ormasi geologi.

9. Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya t erpadu unt uk mel est arikan f ungsi Sumber Daya Alam yang mel iput i kebij aksanaan penat aan, pengembangan, pemeliharaan, pemul ihan, pengawasan, dan pengendal ian pemanf aat an Sumber Daya Alam.

10. Orang adalah orang perseorangan, dan/ at au kelompok orang, dan/ at au badan hukum.

11. Masyarakat adalah kelompok orang yang bert empat t inggal disuat u wilayah t ert ent u.

12. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang t inggal dal am kawasan t ert ent u secara t urun-t emurun berdasarkan kesamaan t empat t inggal dan at au hubungan darah yang memiliki wilayah adat dan pranat a-pranat a adat t ersendiri.

13. Masyarakat set empat adal ah sekelompok orang yang t inggal di dan sekit ar kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wil ayah t empat t inggal.

14. Usaha adal ah kegiat an milik perorangan at au sekelompok orang berbent uk dan/ at au t idak berbent uk badan hukum.

15. Plasma nut f ah adal ah subst ansi yang t erdapat dal am sekelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sif at ket urunan yang dapat dimanf aat an dan

dikembangkan at au direkayasa unt uk mencipt akan j enis unggul at au kualt ivar baru.

Bagian Kedua Azas, Tuj uan dan Sasaran

(4)

Pengelol aan Sumber Daya Alam berdasarkan azas kemanf aat an, keadailan, keef esienan, kelest arian, kerakyat an, kebersamaan, ket erbukaan dan ket erpaduan.

Pasal 3

Pengelol aan Sumber Daya Alam bart uj uan unt uk manj amin kelest arian f ungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya

pembangunan yang berkel anj ut an guna peningkat an kesej aht eraan masyarakat . Pasal 4

Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :

a. t ercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan ant ara manusia dan alam; b. t erj aminnya Sumber Daya Alam bagi kepent ingan generasi sekarang dan generasi mendat ang;

c. t erkendal inya pemanf aat an Sumber Daya Alam;

d. t erarahnya kebij akan dal am pengelol aan Sumber Daya Alam. BAB II

KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM Pasal 5

Pemerint ah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menj adi kewenangannya sesuai dangan perat ur an perundang-undangan yang berl aku dan j uga mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menj adi t ugas perbant uan.

Pasal 6

(1) Unt uk melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am pasal 5, Pemerint ah Provinsi berwenang unt uk :

a.

mengat ur dan mengembangkan kebij akan dal am rangka pengelolaan Sumber

daya al am;

b.

mengat ur pengendalian, perunt ukan dan penggunaan Sumber Daya Alam;

c.

mengendal ikan kegiat an-kegiat an yang mempunyai dampak dal am pemanf aat an

Sumber Daya Alam;

d.

mengembangkan pendanaan bagi upaya pelest arian Sumber Daya Alam dan

f ungsi lingkungan hidup sesuai dengan perat auran perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) yang pemanf aat an secara sekt oral akan diat ur dengan Qanun t ersendiri.

Pasal 7

Pengel ol aan Sumber Daya Al am waj ib dil akukan secara t erpadu sebagai suat u sist em ekologi.

Pasal 8

(5)

(2) Ket erpaduan dal am pengol ahan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga at au badan yang bert anggungj awab dal am pengendalian lingkungan hidup.

(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengat uran dan kor dinasi pengolahan Sumber Daya Alam diat ur dengan keput usan Gubernur dengan mempert imbangkan masukan dari Kabupat en/ Kot a dan masyarakat .

BAB III

PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM Bagian Pert ama

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pasal 9

Pengelol aan di Provinsi merupakan t anggung j awab pemerint ah, Pemerint ah Provinsi Kabupat en/ kot a dan masyarakat .

Pasal 10

(1) Sumber Daya Alam merupakan unsur li ngkungan hidup yang harus dikelola secara arif dan bij aksana sehingga mampu mendukung dan menj amin kelangsungan kehidupan makhluk l ainnya.

(2) Pengel olaan Sumber Daya Al am harus dil aksanakan secara seimbang dan sel aras ant ara upaya pemanf aat an dan upaya pelest ariannya.

Pasal 11

Pengelol aan Sumber Daya Alam unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat dan mut u kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhat ikan daya dukung unt uk menj amin kesinambungan persediaannya dengan t et ap memelihara dan meningkat kan kualit as keanekaragaman dan nilainya.

Pasal 12

Pengelol aan Sumber Daya Alam yang t idak dapat diperbaharui (non r enewebl e) harus

dilakukan secara ef isien sehingga dapat memungkinkan ket ersediaannya dan upaya pemanf aat annya berlangsung dalam wakt u relat if l ama.

Pasal 13

Pengelol aan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan (r enewabl e) harus dil akukan

secara hat i-hat i dan bij aksana sesuai dengan pot ensi dan daya dukungnya dengan t et ap menj aga kondisi ekosist em dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Al am t ersebut memperbaharui dirinya.

Pasal 14

(6)

(1) Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suat u kawasan harus dilaksanakan dengan mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat adat at au masyarakat set empat sert a mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan t ersebut .

(2) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengakuan dan perl indungan t erhadap hak-hak dan hukum adat set empat dapat dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

Bagian Kedua Perizinan

Pasal 16

(1) Set iap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama at as pemanf aat an Sumber Daya Alam.

(2) Set iap usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib memperoleh izin dari pej abat yang berwenang sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat as, bagi set iap usaha dan/ at au kegiat an yang menimbulkan dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan waj ib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17

(1) Dalam menerbit kan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib di perhat ikan :

a. rencana t at a ruang

b. pendapat masyarakat ; dan

c. pert imbangan dan rekomendasi pej abat yang berwenang yang berkait an dengan usaha dan/ at au kegiat an t ersebut .

(2) Keput usan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib diumumkan kepada masyarakat .

(3) Tat a cara penerbit an izin unt uk set iap sekt or/ j enis sumber daya alam diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

BAB IV

PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ALAM

Pasal 18

(1) Set iap orang dil arang melakukan kegi at an yang dapat mengakibat kan pencemaran dan perusakan t erhadap sumber daya alam dan lingkungannya sert a kegiat an yang dapat mengancam kelest ariannya.

(2) Pemerint ah Provinsi dapat menet apkan kawasan lindung dan/ at au suaka alam unt uk menj aga kel est arian sumber daya al am dan mempert ahankan keanekaragaman hayat i sert a kelest arian plasma nut f ah.

(7)

BAB V PENGAWASAN

Pasal 19

(1) Gubernur melakukan pengawasan t erhadap penaat an penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an at as ket ent uan yang t el ah dit et apkan dal am perat uran perundangan-undangan di bidang pengelolaan sumber daya al am.

(2) Unt uk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) Gubernur dapat menet apkan pej abat yang berwenang unt uk melakukan pengawasan.

Pasal 20

(1) Unt uk melaksanakan t ugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dal am pasal 19, berwenang melakukan pemant auan, memint a ket erangan, membuat salinan dari dokumen dan/ at au membuat cat at an yang diperlukan, memasuki t empat t ert ent u unt uk mengambil cont oh, memeriksa peral at an, memeriksa inst alasi, sert a memint a ket erangan dari pihak yang bert anggung j awab at as usaha dan/ at au kegiat annya.

(2) Penanggung j awab at as usaha dan/ at au kegiat an yang dimint ai ket erangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memenuhi permint aan pet ugas pengawas sesuai dengan ket ent uan perat uran-perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dapat melibat kan masyarakat . (4) Set iap pengawas waj ib memperlihat kan surat t ugas dan/ at au t anda pengenal

sert a waj ib memperhat ikan sit uasi dan kondisi t empat pengawasan t ersebut . BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 21

(1) Masyarakat dapat melakukan kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil , demokrat is dan berkelanj ut an sesuai dengan kearif an t radisional.

(2) Pemerint ah Provinsi kewaj iban mendorong peran sert a masyarakat dal am kegiat an pengelol aan sumber daya al am sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang baik.

(3) Dalam melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya al am, masyarakat dapat secara langsung bekerj asama dengan pemerint ah, pemerint ah provinsi, pemerint ah kabupat en/ kot a dan/ at au pihak lain.

Pasal 22

Masyarakat dilokasi lokasi sumber daya al am memiliki priorit as ut ama unt uk berper an sel uas-luasnya dal am pengelol aan sumber daya al am.

(8)

(1) Set iap kegiat an dilakukan oleh pemeri nt ah dan dunia usaha yang berkait an dengan pengelol aan sumber daya alam yang berdampak t erhadap lingkungan hidup waj ib dipert anggungj awabkan kepada publ ik.

(2) Pert anggungj awaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

Pasal 24

(1) Masyarakat dapat memint a ket erangan dan penj elasan dari pihak-pihak yang melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya al am di daerahnya t ent ang hal-hal yang t ermasuk inf ormasi publik.

(2) Permint aan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dapat dilakukan secara lisan at au t ert ulis yang dit embuskan kepada pemerint ah.

(3) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) dit et apkan dalam Keput usan Gubernur.

Pasal 25

(1) Sebelum kegiat an yang berkait an dengan pengelolaan sumber daya alam dilaksanakan di suat u daerah, pihak pel aksana waj ib mensosial isasikan maksudnya kepada masyarakat adat dan/ at au masyarakat set empat guna mendapat kan masukan sebagai bahan pengambil keput usan baik bagi pelaksana maupun bagi pej abat yang berwenang.

(2) Pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) unt uk menj elaskan kerugian yang akan dial ami dan keunt ungan yang akan diperol eh masyarakat sej ak perencanaan hingga pasca operasi.

(3) Pada wakt u pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana waj ib menyert akan wakil dari inst ansi yang mengel ola dampak lingkungan, legislat if dan organisasi lingkungan hidup.

(4) Masukan dari masyarakat adat dan/ at au set empat harus dinilai secara obj ekt if dan rasional baik melalui pendekat an kualit at if maupun kuant it at if .

Pasal 26

(1) Kegiat an Pengelolaan Sumber daya Alam waj ib dievaluasi sedikit nya sekali dal am 2 (dua) t ahun.

(2) Monit oring dapat dilakukan set iap saat , bila diperlukan.

(3) Set iap evaluasi waj ib menyert akan masyarakat t erut ama yang berdomisili disekit ar lokasi kegiat an pengel ol aan Sumber Daya Alam.

BAB VII

HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG HASK ATAS TANAH

(9)

(1) Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an dan/ at au eksploit asi dan/ at au eksplorasi Sumber Daya Alam waj ib menggant i kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuat u yang berada diat as t anah kepada yang berhak at as t anah didal am l ingkungan daerah kegiat an usaha maupun di luarnya dengan t idak memandang apakah perbuat an it u dil akukan dengan at au t idak sengaj a, maupun yang dapat at au t idak dapat diket ahui t erlebih dahul u.

(2) Besarnya nilai gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit ent ukan bersama ant ara pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an dengan yang berhak at as t anah at as dasar musyawarah dan muf akat .

(3) Jika kedua pihak t idak dapat mencapai kat a muf akat t ent ang gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka penent uan diserahkan kepada Gubernur dengan memperhat ikan hasil musyawarah dan muf akat ant ara pihak pemegang izin usaha dan/ at au pemegang hak at as t anah.

(4) Wewenang sebagaimana dimaksud dal am ayat (3) dapat dilimpah kepada Bupat i/ Walikot a.

(5) Jika yang bersangkut an t idak dapat menerima penent uan Gubernur t ent ang gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka penent uannya diserahkan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliput i daerah at au wilayah yang bersangkut an.

(6) Gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) besert a segala yang berhubungan dengan it u, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang bersangkut an.

BAB VIII GUGATAN PERWAKILAN

Pasal 28

(1) Masyarakat berhak mengaj ukan gugat an perwakilan ke pengadilan dan/ at au melaporkan ke penegak hukum t erhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya Alam yang merugikan kehidupan masyarakat .

(2) Hak mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t erbat as pada t unt ut an t erhadap pengelolaan Sumber daya alam yang t idak sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

Jika diket ahui bahwa masyarakat menderit a akibat kerusakan dan/ at au pencemaran Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat , maka inst ansi Pemerint ah Provinsi yang bert anggung j awab dibidangnya dapat mel akukan gugat an unt uk kepent ingan masyarakat .

Pasal 30

(10)

(2) Organisasi bidang Sumber daya Alam yang berhak mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat -syarat sebagai berikut :

a.

Berbent uk badan hukum;

b.

Organisasi t ersebut dal am anggaran dasarnya dengan t egas

menyebut kan t uj uan didirikannya organisasi unt uk kepent ingan pel est arian f ungsi sumber daya al am; dan

c.

Telah mel aksanakan kegiat an sesuai dengan anggaran dasarnya.

BAB IX

PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM Pasal 31

(1) Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam dapat dit empuh melalui pengadil an at au di luar pengadilan berdasarkan pil ihan secara sukarela para pihak yang bersengket a.

(2) Apabil a t el ah di pilih upaya penyel esaian sengket a diluar pengadilan, maka gugat an melalui pengadil an dapat dil akukan set elah t ercapai kesepakat an ant ara para pihak yang bersengket a.

Pasal 32

(1) Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan t idak berl aku t erhadap t indak pidana sebagaimana diat ur dal am Qanun ini.

(2) Penyelesaian sengket a Sumber Daya Al am diluar pengadilan dimaksudkan unt uk mencapai kesepakat an mengenai pengambi lan sesuat u hak, besarnya gant i rugi, dan/ at au mengenai t indakan t ert ent u yang harus dil akukan unt uk mengalihkan f ungsi Sumber Daya Alam.

(3) Dalam penyesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dapat digunakan j asa pihak ket iga yang dit unj uk oleh bersama para pihak dan/ at au perdampi ngan organisasi non pemerint ah unt uk membant u penyelesaian sengket a Sumber Daya Al am.

Pasal 33

(1) Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan unt uk memperoleh put usan mengenai pengambilan suat u hak, besarnya gant i rugi dan/ at au t indakan t ert ent u yang harus dilakukan oleh pihak yang kal ah dalam sengket a. (2) Sel ain unt uk mel akukan t indakan t ert ent u sebagaimana di maksud dal am ayat (1),

pengadilan dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as ket erlambat an pelaksanaan t indakan t ert ent u t ersebut set iap hari.

BAB X SANKSI ADMINISTRASI

(11)

(1) Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerint ah t erhadap penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an unt uk mencegah dan mengakhiri t erj adinya pel anggaran sert a menanggulangi akibat yang dit imbul kan oleh suat u pelanggaran, melakukan t indakan penyelamat an, penanggulangan, dan at au suat u pemulihan at as beban biaya penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an, kecual i dit ent ukan lain berdasarkan undang-undang.

(2) Wewenang sebagaimana dimaksudkan dal am ayat (1) dapat diserahkan kepada Bupat i/ Walikot a dengan Qanun.

(3) Pihak ket iga yang berkepent ingan berhak mengaj ukan permohonan kepada pej abat yang berwenang unt uk melakukan paksaan pemerint ahan, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2).

(4) Paksaan pemerint ahan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat perint ah dari pej abat yang berwenang.

(5) Tindakan penyel amat an, penanggulangan dan/ at au pemulihan sebagaimana dimaksut kan dalam ayat (1) dapat digant i dengan pembayaran sej umlah uang t ert ent u.

Pasal 35

Tat a cara penet apan beban biaya sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (5) sert a penagihannya dit et apkan sesuai dengan perat uran yang berl aku.

Pasal 36

Pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dal am pasal 34 ayat (1) dan ayat (4) dapat

dij at uhi sanksi :

a. t eguran lisan;

b. peringat an t ert ulis;

c. upaya pemuliahan lingkungan;

d. pembekukan izin operasi; dan

e. pencabut an izin usaha.

BAB XI PUNGUTAN DAERAH

Pasal 37

(1) Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib membayar yang dit et apkan Perimerint ah Provinsi sepert i iuran t et ap, iuran ekspl orasi dan/ at au ekspl oit asi dan/ at au pembayaran l ainnya yang berhubungan dengan usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an eksploit asi Sumber Daya Alam. (2) Pungut an-pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)

diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.

(3) Pembagian hasil pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) kepada Pemerint ah Kabupat en/ Kot a diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.

(12)

Pasal 38

(1) Set iap orang yang karana kel al aiannya mel anggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/ at au daenda paling banyak Rp 5. 000. 000. - (limaj ut a rupiah). (2) Tindak sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) adalah pel anggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) adalah Pendapat an Provinsi, dan harus diset or l angsung ke Kas Derah Provinsi.

(4) Akibat kelalaian dari pengelol aan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada masyarakat , berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.

Pasal 39

(1) Set iap orang yang dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dalan pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/ at au denda sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

(2) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adal ah kej ahat an.

(3) Denda sebagaimana yang dimaksud dal am ayat (1) merupakan Pendapat an Pemerint ah Propinsi dan harus diset or l angsung ke Kas Pemerint ah Daerah.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

Pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ket ent uan yang ada dit anyakan masih berlaku sepanj ang t idak bert ent angan lagi dengan Qanun ini.

Pasal 41

Semua kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam yang t el ah ada sej ak dit et apkan Qanun ini yang mempunyai dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup, waj ib mengikut i ket ent uan-ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

(1) Pada saat Qanun ini dit et apkan semua per at uran daerah yang bert ent angan dangan Qanun ini t idak berlaku lagi.

(2) Hal -hal yang belum cukup diat ur dal am Qanun ini sepanj ang mengenai pelaksanaannya akan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.

(13)

Pengawasan at as pelaksanaan ket ent uan dalam Qanun ini, secara t eknis dan operasional dit ugaskan kepada Kepal a Inst ansi yang dit ugasi mengrndal ikan dampak lingkungan.

Pasal 44 Qanun ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar semua orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

DISAHKAN DI : BANDA ACEH PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002 7 Sya’ ban 1423

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, t t d. ABDULLAH PUTEH Diundangkan di Banda Aceh

Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002 8 Sya’ ban 1423 Sekret aris Daerah

Provinsi Nanggroe Aceh Darussal am t t d.

Thant hawi Ishak, SH.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NANGGROE ACEH DRUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI E NOMOR 11

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jum’at Tanggal Dua Puluh Sembilan Juli Tahun 2016 (29/07/2016) Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Bina Marga

If we trace back the ancestorship of the three sampled chromosomes, drawn at random from a particular generation of a Wright-Fisher model, it may happen that two of them were

[r]

Cawang Baru Tengah, Trotoar Jl... Swadaya PAM Sisi

[r]

[r]

[r]

[r]