• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekalkukasi Sumber Daya Hutan Indonesia Tahun 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rekalkukasi Sumber Daya Hutan Indonesia Tahun 2003"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

KATA PENGANTAR

Assalaamu ‘ alaikum Wr. Wb.

Puj i syukur kami panj at kan kepada Allah SWT at as karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Rekalkukasi Sumber Daya Hut an Indonesia Tahun 2003 yang menampilkan Penut upan Lahan pada Kawasan Hut an dan Areal Penggunaan Lain berdasarkan penaf siran cit ra landsat 7 ETM+ Liput an Tahun 1999/ 2000 unt uk seluruh Indonesia.

Buku Rekalkulasi Penut upan Lahan Indonesia Tahun 2003 merupakan penyempurnaan hasil rekalkulasi sumber daya hut an pada t ahun 2002. Pada edisi t ahun 2003 ini rekalkulasi penut upan lahan Indonesia dilengkapi dengan dat a spasial penut upan lahan unt uk Provinsi Papua sert a beberapa penyempurnaan ant ara lain pada dat a digit al kawasan hut an dan bat as administ rasi pemerint ahan sert a inf ormasi lainnya dari para pengguna.

Dat a yang disaj ikan dalam buku ini merupakan basis dat a penut upan lahan yang dapat diol ah lebih lanj ut sesuai kebut uhan pengguna. Dengan semakin rincinya penut upan lahan yang disaj ikan, diharapkan dat a dan inf ormasi ini dapat memberikan dasar pengambilan keput usan dalam pembangunan kehut anan baik secara nasional maupun regional. Diharapkan pula dat a ini dapat mendukung perencanaan pembangunan wilayah yang t erint egrasi sebagai suat u kesat uan ekosist em.

Semoga buku ini dapat bermanf aat bagi pembangunan kehut anan di era ot onomi daerah dengan memperhat ikan berbagai komit men t ent ang pembangunan kehut anan yang mengacu pada Resour ce Base Management .

Wassalaamu ‘ alaikum Wr. Wb.

Jakart a, Okt ober 2003 KEPALA BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN,

t t d. Dr. Ir. BOEN M. PURNAMA, M. Sc. NIP. 080037272

ABST RAK

(2)

Management , per l u di l akukan r ekal kul asi SDH yang di har apkan dapat menj adi base l i ne pembangunan kehut anan di masa dat ang dan sekal i gus sebagai bahan eval uasi

Hut an t ropis Indonesia sebagai modal pembangunan nasional memiliki manf aat yang nyat a bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik manf aat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi. Unt uk it u dalam pengurusan dan pengelolaan hut an diperlukan perlindungan dan pemanf aat an secara berkesinambungan bagi kesej aht eraan masyarakat , baik generasi sekarang maupun yang akan dat ang.

Penyelenggaraan pengelolaan hut an yang bert uj uan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanj ut an, ant ara lain dilakukan dengan menj amin keberadaan hut an dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional sert a mengopt imalkan aneka f ungsi hut an yang meliput i f ungsi konservasi, f ungsi lindung, dan f ungsi produksi unt uk mencapai manf aat lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lest ari sebagaimna yang diamanat kan oleh UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 3.

Penyelenggaraan kehut anan berasaskan manf aat dan lest ari, sehingga set iap pelaksanaan penyelenggaraan kehut anan harus memperhat ikan keseimbangan dan kelest arian unsur lingkungan, sosial dan budaya, sert a ekonomi. Dalam pemanf aat an hut an dan kawasan hut an pun harus disesuaikan dengan f ungsi pokok hut an t ersebut .

Unt uk menj amin st at us, f ungsi, kondisi hut an dan kawasan hut an dilakukan upaya perlindungan hut an yait u mencegah dan membat asi kerusakan dan pengurangan luas t ut upan hut an yang disebabkan oleh perbuat an manusia dan t ernak, kebakaran, hama dan penyakit sert a berbagai gej ala alam l ainnya. Perlindungan hut an dan konservasi alam bert uj uan menj aga hut an, kawasan hut an dan lingkungannya, agar f ungsi hut an t ercapai secara opt imal dan lest ari.

Sebagaimana t ercant um dalam Undang-undang Kehut anan No. 41 t ahun 1999 guna mencapai t uj uan secara maksimal dan merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au penyempurnaan pengurusan hut an lebih lanj ut , Pemerint ah dan Pemerint ah Daerah waj ib melakukan pengawasan kehut anan. Demiki an pula masyarakat dan at au perorangan t urut berperan sert a dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan kehut anan baik langsung maupun t idak langsung sehingga masyarakat dapat menget ahui rencana perunt ukan hut an dan pemanf aat annya.

(3)

unt uk berbagai keperluan pembangunan, over cut t ing dan i l l egal l ogi ng, penj arahan, perambahan, okupasi lahan dan kebakaran hut an. Oleh karena it u pemant auan kondisi sumberdaya hut an t ingkat nasional perl dilakukan secara periodik paling t idak 3 t ahun sekali.

Dat a kondisi sumberdaya hut an di seluruh Indonesia sebagai bagian dari sist em inf ormasi kehut anan merupakan bahan pendukung dal am perencanaan pembangunan kehut anan di masa mendat ang yait u sebagai bahan dalam kegiat an pemant auan (moni t or i ng) dan pengawasan t erhadap pengelolaan hut an yang t elah dilaksanakan. Sehubungan dengan hal t ersebut di at as, maka dilakukan Rekalkulasi Sumber Daya Hut an, khususnya rekalkulasi penut upan lahan pada kawasan hut an, baik di dalam Hut an Konservasi, Hut an Lindung, maupun Hut an Produksi di seluruh Indonesia. Hasil Rekalkulasi SDH t ahun 2003 ini merupakan upaya melengkapi dan

menyempurnakan hasil rekalkulasi t ahun 2002 dengan menambahkan dat a penut upan lahan Provinsi Papua. B. Tuj uan

Tuj uan rekalkulasi sumberdaya hut an adalah unt uk menyaj ikan dat a kondisi penut upan lahan pada kawasan hut an yait u pada Hut an Konservasi, Hut an Lindung dan Hut an Produksi sebagai bahan dalam perencanaan pengelolaan hut an secara lest ari (Sust ai nabl e For est Management).

C. Sasaran

Tersedianya dat a penut upan lahan pada hut an konservasi, hut an lindung, dan hut an produksi. D. Ruang Lingkup

Penut upan lahan per provinsi seluruh Indonesi a, baik kawasan hut an maupun Areal Penggunaan Lain yang dirinci ke dalam 24 kelas.

BAB II

METODOLOGI

A. Sumber Data

Dat a yang digunakan dalam rekalkulasi sumberdaya hut an adalah dat a digit al yang t ersedia pada Pusat Perpet aan Kehut anan Badan Planologi Kehut anan pada t ingkat ket elit ian skala 1: 250. 000. Dat a t ersebut meliput i:

1. Dat a digit al penut upan lahan hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ liput an t ahun 1999/ 2000. Penut upan lahan diklasif ikasi menj adi 24 klas, yait u sebagai berikut :

a. Hutan;

1. Hut an lahan kering primer 2. Hut an lahan kering sekunder 3. Hut an rawa primer

(4)

7. Hut an t anaman b. Non Hutan;

8. Semak/ Belukar 9. Belukar rawa 10. Savana 11. Perkebunan

12. Pert anian lahan kering

13. Pert anian lahan kering dan Semak 14. Transmigrasi

15. Sawah 16. Tambak 17. Tanah Terbuka 18. Pert ambangan 19. Pemukiman 20. Tubuh Air 21. Rawa 22. Airport c. Tidak Ada Data;

23. Awan

24. Tidak Ada Dat a

2. Dat a digit al kawasan hut an bersumber dari Pet a Penunj ukan Kawasan Hut an dan Perairan unt uk 23 propinsi (Tahun 1999-2001), sedangkan unt uk Propinsi Sumat era Ut ara, Riau dan Kalimant an Tengah bersumber dari Pet a Tat a Guna Hut an Kesepakat an (TGHK). Kawasan Hut an berdasarkan f ungsinya t erdiri dari Hut an Lindung, Hut an Konservasi (yait u KSA-KPA dan Taman Buru), Hut an Produksi (yait u Hut an Produksi Tet ap (HP), Hut an Produksi Terbat as (HPT) dan Hut an Produksi yang dapat dikonversi (HPK).

B. Analisa dan Penyaj ian Data

Rekalkulasi sumber daya hut an dilaksanakan melalui analisa dat a penut upan lahan pada kawasan hut an dengan menggunakan t eknologi Sist em Inf ormasi Geograf is. Tahapan rekalkulasi adal ah sebagai berikut :

(5)

3. Penghit ungan luas penut upan lahan pada set iap kawasan hut an. Dalam penghit ungan luas menggunakan spesif ikasi: proyeksi yang digunakan adalah Mercat or, spheroid WGS 84, angka luas dibulat kan kedalam ribu ha.

4. Penyaj ian luas penut upan lahan dalam bent uk pet a dan t abel. Proses selengkapnya disaj ikan pada Bagan 1.

Bagan 1. Bagan Alur Proses Rekalkulasi Sumberdaya Hut an

BAB III

(6)

Tot al areal yang dilakukan rekalkulasi seluas 187, 784 j ut a ha t erdiri dari kawasan hut an seluas 133, 128 j ut a ha dan Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 54, 656 j ut a ha. Hasil Rekalkulasi menunj ukkan bahwa:

HL KSA-KPA HP HPT Jumlah HPK Jumlah % Jumlah % Jumlah %

A. Hut an 20. 852, 6 12. 926, 1 20. 945, 8 18. 129, 4 72. 853, 9 11. 038, 3 83. 892, 2 63, 0 8. 066, 4 14, 8 91. 958, 6 49, 0

B. Non Hut an 4. 748, 4 2. 867, 0 10. 527, 0 4. 340, 5 22. 482, 9 9. 469, 5 31. 952, 4 24, 0 41. 374, 1 75, 7 73. 326, 5 39, 0

C. Tidak Ada Dat a 4. 359, 6 3. 678, 0 3. 859, 6 3. 159, 3 15. 056, 6 2. 227, 0 17. 283, 5 13, 0 5. 215, 7 9, 5 22. 499, 3 12, 0

INDONESIA 29. 960, 6 19. 471, 1 35. 332, 4 25. 629, 2 110. 393, 4 22. 734, 7 133. 128, 1 100 54. 656, 2 100 187. 784, 3 100

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

Luas penut upan lahan berdasarkan kondisi hut an per f ungsi kawasan hut an unt uk masing-masing provinsi disaj ikan pada lampiran 1. A. Rekalkulasi pada Hutan Lindung

Hasil penghit ungan luas penut upan lahan pada Hut an Lindung menunj ukkan:

1. Provinsi Kalimant an Tengah memiliki lahan berhut an t ert inggi yait u 90, 8 %. Sedangkan provinsi lain yang memiliki lahan berhut an diat as 80 % adalah Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Timur dan Kalimant an Timur.

2. Penut upan lahan berhut an unt uk Provinsi Kalimant an Barat , Goront alo, NTB dan Papua berkisar ant ara 75 % sampai 79 %.

3. Provinsi Sumat era Selat an, Bangka Belit ung, Sulawesi Ut ara dan Nusa Tenggara Timur memiliki lahan berhut an kurang dari 40 % dan Provinsi Lampung memiliki lahan berhut an t erendah yait u 17, 4 %.

Selengkapnya dat a penut upan lahan di kawasan Hut an Lindung t ersaj i dalam Tabel III. 2 berikut ini. Tabel III. 2 : Luas Penut upan Lahan Pada Hut an Lindung Per Provinsi (Ribu Ha)

(7)

Primer Sekunder Tanaman Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 N. Aceh Darussalam 960, 0 599, 8 3, 7 1. 563, 5 84, 3 158, 9 8, 6 131, 4 7, 1 1. 853, 8

2 Sumat era Ut ara 330, 0 360, 1 34, 4 725, 4 46, 6 622, 9 40, 0 207, 5 13, 3 1. 555, 7

3 Riau 34, 6 204, 9 3, 5 243, 0 60, 0 105, 1 26, 0 56, 7 14, 0 404, 8

4 Sumat era Barat 223, 6 325, 8 - 549, 4 58, 2 294, 5 31, 2 100, 6 10, 6 944, 4

5 Bengkulu 164, 5 10, 1 - 174, 6 69, 6 43, 8 17, 5 32, 4 12, 9 250, 8

6 Jambi 43, 2 52, 7 0, 1 96, 0 55, 0 22, 6 12, 9 55, 8 32, 0 174, 3

7 Sumat era Selat an 165, 7 60, 9 - 226, 7 36, 3 350, 1 56, 0 48, 5 7, 8 625, 3

8 Bangka Belit ung 14, 5 48, 3 - 62, 8 29, 5 117, 1 54, 9 33, 4 15, 6 213, 3

9 Lampung 12, 4 42, 8 - 55, 1 17, 4 241, 3 76, 0 21, 3 6, 7 317,

SUMATERA 1. 949, 2 1. 705, 5 41, 7 3. 696, 4 58, 3 1. 956, 2 30, 9 687, 5 10, 8 6. 340, 1

10 Bant en 2, 2 3, 2 10, 2 15, 6 51, 6 11, 1 36, 9 3, 5 11, 5 30, 2

11 DKI Jakart a - - - 0, 1 100, 0 - - 0, 1

12 Jawa Barat 23, 8 77, 8 8, 8 110, 4 52, 4 94, 0 46, 3 6, 4 3, 210, 8

13 Jawa Tengah - 44, 3 8, 6 52, 9 70, 9 21, 7 29, 1 0, 0 0, 0 74, 6

14 D. I. Yogyakart a - - 2, 0 2, 0 64, 8 1, 1 35, 2 - - 3, 0

15 Jawa Timur 80, 8 162, 7 39, 9 283, 5 80, 1 69, 9 19, 8 0, 4 0, 1 353, 8

JAWA 106, 8 288, 1 69, 5 464, 4 69, 0 197, 9 29, 4 10, 3 1, 5 672, 5

16 Kalimant an Barat 1. 108, 8 661, 6 - 1. 770, 4 77, 2 392, 4 17, 1 130, 4 5, 7 2. 293, 2

17 Kalimant an Tengah 476, 8 285, 8 0, 0 762, 6 90, 8 35, 1 4, 2 42, 7 5, 1 840, 4

(8)

19 Kalimant an Selat an 25, 7 175, 3 9, 4 210, 4 43, 5 109, 2 22, 6 164, 4 34, 0 484, 0

KALIMANTAN 3. 463, 0 1. 612, 8 9, 4 5. 085, 2 79, 3 620, 5 9, 7 704, 2 11, 0 6. 400, 9

20 Sulawesi Ut ara 49, 9 21, 3 - 71, 2 39, 0 43, 5 23, 8 68, 0 37, 2 182, 6

21 Goront alo 90, 6 45, 8 - 136, 4 78, 5 16, 9 9, 8 20, 4 11, 7 173, 7

22 Sulawesi Tengah 351, 6 514, 3 - 865, 9 65, 2 68, 4 5, 1 394, 2 29, 7 1. 328, 5

23 Sulawesi Tenggara 407, 3 218, 4 - 625, 7 58, 5 72, 3 6, 8 371, 7 34, 8 1. 069, 7

24 Sulawesi Selat an 303, 3 970, 4 - 1. 273, 7 64, 4 403, 3 20, 4 301, 3 15, 2 1. 978, 3

SULAWESI 1. 202, 7 1. 770, 2 - 2. 972, 9 62, 8 604, 3 12, 8 1. 155, 5 24, 4 4. 732, 7

25 Bali 42, 5 6, 6 - 49, 1 49, 0 22, 7 22, 6 28, 5 28, 4 100, 3

26 NTB 272, 5 94, 4 - 366, 9 75, 9 77, 8 6, 1 38, 4 7, 9 483, 1

27 NTT 48, 6 176, 0 - 224, 6 32, 4 403, 7 58, 2 65, 6 9, 5 693, 92

BALI & NUSA TENGGARA 363, 6 277, 0 - 640, 6 50, 2 504, 2 39, 5 132, 5 10, 4 1. 277, 3

28 Maluku Ut ara 288, 8 209, 9 - 498, 6 68, 4 45, 2 6, 2 184, 8 25, 4 728, 6

29 Maluku 181, 5 147, 6 0, 6 329, 7 52, 4 103, 5 16, 4 196, 2 31, 2 629, 3

MALUKU UTARA &

MALUKU 470, 25 357, 5 0, 6 828, 3 61, 0 148, 6 10, 9 381, 0 28, 1 1. 358, 0

30 Papua 6. 925, 8 238. 5 0, 5 7. 164, 8 78, 1 716, 7 7, 8 1. 288, 6 14, 1 9. 170, 1

INDONESIA 14. 481, 4 6. 249, 6 121, 7 20. 852, 6 69, 6 4. 748, 4 15, 8 4. 359, 6 14, 6 29. 960, 6

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

(9)

Unt uk Provinsi DKI Jakart a yang hanya memi liki kawasan hut an seluas 100 ha dengan penut upan lahan berupa non hut an, maka peran kawasan lindung sepert i j alur hij au dan kawasan sempadan sungai perlu dit ingkat kan dalam menunj ang f ungsi hidrol ogis sungai-sungai yang ada. Pembangunan Hut an Kot a secara nyat a akan sangat membant u upaya konservasi air di DKI Jakart a khususnya dan di wilayah perkot aan umumnya.

B. Rekalkulasi pada Hutan Konservasi

Hasil penghit ungan luas penut upan lahan pada Hut an Konservasi menunj ukkan:

1. Lahan berhut an di Pulau Sumat era pada Provinsi Nangroe Aceh Darussalam 88, 6 % dan Bengkulu 84, 6 %, sedangkan Provinsi Sumat era Selat an sudah di bawah 50 %.

2. Provinsi lainnya yang masih memiliki lahan berhut an di at as 80 % adalah Provinsi Bant en, Jawa Timur, Kalimant an Barat dan Kalimant an Tengah. Di Pulau Sulawesi hanya Provinsi Goront alo yang masih di at as 70 %, sedangkan provinsi lainnya, yait u Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Tenggara sekit ar 50 % sert a Provinsi Sulawesi Ut ara dan Sulawesi Selat an kurang dari 50 %.

3. Unt uk Provinsi Papua (Irian Jaya) dari t ot al kawasan konservasi seluas 8, 156 j ut a ha, lahan berhut an sebanyak 66, 0 %, Non hut an 12, 6 % dan t idak ada dat a 21, 4 %.

4. Lahan berhut an pada kawasan konservasi di DKI Jakart a hanya 8, 9 % dari t ot al luas darat an kawasan konservasi seluas 272, 34 ha, selebihnya didominasi oleh perairan seluas 108. 000 ha.

Dat a selengkapnya t ersaj i dalam Tabel III. 3 berikut .

Tabel III. 3 : Luas Penut upan Lahan Pada Hut an Konservasi Per Provinsi (Ribu Ha)

(10)

SUMATERA 2. 082, 0 859, 5 10, 6 2. 952, 2 65, 1 834, 0 18, 4 746, 0 16, 5 4. 532, 2

10 Bant en 51, 9 2, 3 11, 7 66, 0 82, 0 7, 1 8, 8 7, 4 9, 2 80, 5

11 DKI Jakart a - 0, 0 - 0, 0 8, 9 0, 2 91, 1 - - 0, 2

12 Jawa Barat 20, 1 60, 1 6, 0 86, 2 79, 2 15, 0 13, 8 7, 6 7, 0 108, 8

13 Jawa Tengah 0, 0 2, 9 0, 2 3, 1 36, 0 4, 7 53, 8 0, 9 10, 2 8, 7

14 D. I. Yogyakart a - - 0, 2 0, 2 28, 4 0, 5 71, 6 - - 0, 8

15 Jawa Timur 83, 9 110, 3 3, 6 197, 9 86, 1 27, 5 12, 0 4, 3 1, 9 229, 7

JAWA 155, 9 175, 7 21, 8 353, 4 82, 4 55, 0 12, 8 20, 2 4, 7 428, 6

16 Kalimant an Barat 932, 0 252, 1 - 1. 184, 1 82, 8 189, 7 13, 3 56, 9 4, 0 1. 430, 7

17 Kalimant an Tengah 321, 5 194, 9 - 516, 4 81, 6 76, 7 12, 1 39, 6 6, 3 632, 7

18 Kalimant an Timur 984, 7 189, 1 9, 9 1. 183, 7 66, 9 238, 9 13, 5 346, 6 19, 6 1. 769, 2

19 Kalimant an Selat an - 68, 8 2, 4 71, 2 55, 0 45, 6 35, 2 12, 6 9, 7 129, 4

KALIMANTAN 2. 238, 1 705, 0 12, 3 2. 955, 5 74, 6 550, 9 13, 9 455, 7 11, 5 3. 962, 1

20 Sulawesi Ut ara 66, 8 34, 5 - 101, 3 40, 9 19, 6 7, 9 126, 5 51, 2 247, 4

21 Goront alo 88, 8 65, 1 - 153, 8 79, 5 9, 9 5, 1 29, 8 15, 4 193, 6

22 Sulawesi Tengah 138, 8 189, 0 - 327, 8 54, 1 44, 1 7, 3 233, 6 38, 6 605, 5

23 Sulawesi Tenggara 102, 4 58, 9 - 161, 3 53, 6 46, 7 15, 5 92, 7 30, 8 300, 7

24 Sulawesi Selat an 14, 9 48, 5 - 63, 4 48, 6 19, 7 15, 1 47, 4 36, 3 130, 5

SULAWESI 411, 7 396, 0 - 807, 6 54, 7 139, 9 9, 5 530, 1 35, 9 1. 477, 7

25 Bali 5, 0 6, 9 - 11, 9 50, 9 7, 0 29, 9 4, 5 19, 1 23, 3

26 NTB 33, 9 32, 2 - 66, 1 43, 4 60, 7 39, 9 25, 5 16, 7 152, 3

(11)

BALI & NUSA TENGGARA 105, 2 111, 3 - 216, 4 46, 8 208, 5 45, 1 37, 8 8, 2 462, 7

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

Berdasarkan penut upan lahan di kawasan konservasi yang dit unj ukkan oleh t abel di at as, perlu dilakukan penelaahan pet a Zonasi/ Blok pada kawasan konservasi at aupun checking lapangan. Hal ini dibut uhkan unt uk menget ahui apakah lahan non hut an merupakan zona/ blok pemanf aat an at au zona/ blok int i dan rimba. Sehingga dapat dit ent ukan rencana t indak yang akan dilakukan t erhadap pengelolaan kawasan t ersebut , misalnya rehabilit asi unt uk kawasan konservasi yang memungkinkan at au pengamanan unt uk kawasan konservasi yang mensyarat kan siklus alami khususnya Zona/ Blok Int i.

C. Rekalkulasi pada Hutan Produksi

Penut upan lahan pada Hut an Produksi dirinci menj adi Hut an Produksi, Hut an Produksi Terbat as dan Hut an Produksi yang dapat di-Konversi sebagaimana berikut : 1. Hutan Produksi

Hasil perhit ungan luas penut upan lahan pada Hut an Produksi menunj ukkan:

a. Provinsi Papua memiliki 78, 3 % lahan berhut an. Sedangkan Provinsi lain yang masih memiliki lahan berhut an diat as 60 % adalah Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Jaa Tengah, Kalimant an Tengah, Goront alo dan Nusa Tenggara Barat .

b. Provinsi yang memikili lahan berhut an di bawah 40 % adalah Sumat era Selat an, Bangka Belit ung, DI. Yogyakart a, Bali dan Nusa Tenggara Timur. c. Provinsi yang memiliki hut an produksi dengan luasan yang kecil adalah Bali seluas 2, 1 ribu ha dengan penut upan berhut an 7, 3 %, DI. Yogyakart a seluas

12, 6 ribu ha dengan penut upan berhut an 7, 5 % dan Bant en seluas 27, 5 ribu ha, dengan penut upan lahan berhut an 41, 6 %. Dat a selengkapnya disaj ikan dalam t abel III. 4 berikut ini.

(12)

3 Riau 87, 9 1. 060, 3 78, 6 1. 226, 7 67, 5 421, 0 23, 2 170, 2 9, 4 1. 818, 0

4 Sumat era Barat 12, 1 222, 2 - 234, 3 54, 7 100, 7 23, 5 93, 3 21, 8 428, 4

5 Bengkulu 2, 8 18, 9 0, 7 22, 4 59, 0 14, 9 39, 3 0, 6 1, 7 38, 0

6 Jambi 59, 1 436, 1 79, 6 574, 8 56, 9 241, 1 23, 9 194, 5 19, 2 1. 010, 4

7 Sumat era Selat an 80, 4 32, 9 91, 0 204, 3 11, 5 1. 357, 1 76, 6 210, 4 11, 9 1. 771, 9

8 Bangka Belit ung 10, 5 109, 7 - 120, 2 24, 8 309, 1 63, 8 55, 2 11, 4 484, 5

9 Lampung - 0, 0 78, 3 78, 3 45, 5 93, 3 54, 3 0, 3 0, 2 171, 9

SUMATERA 400, 1 2. 352, 6 387, 3 3. 139, 9 45, 6 2. 908, 3 42, 2 837, 1 12, 2 6. 885, 3

10 Bant en - 7, 6 3, 8 11, 4 41, 6 15, 8 57, 6 0, 2 0, 8 27, 5

11 DKI Jakart a - - - 0, 2 100, 0 - - 0, 2

12 Jawa Barat 0, 6 47, 2 75, 4 123, 3 39, 2 190, 2 60, 5 1, 1 0, 3 314, 5

13 Jawa Tengah - 27, 3 271, 3 298, 7 63, 8 159, 1 34, 0 10, 6 2, 3 468, 4

14 D. I. Yogyakart a - - 0, 9 0, 9 7, 5 11, 6 92, 5 - - 12, 6

15 Jawa Timur 183, 3 51, 4 208, 4 443, 1 52, 6 394, 6 46, 9 4, 5 0, 5 842, 1

JAWA 183, 9 133, 6 559, 9 877, 4 52, 7 771, 6 46, 3 16, 3 1, 0 1. 665, 4

16 Kalimant an Barat 58, 1 879, 0 15, 0 952, 2 41, 8 1. 112, 6 48, 9 211, 9 9, 3 2. 276, 6

17 Kalimant an Tengah 247, 9 3. 367, 8 55, 1 3. 670, 7 61, 0 2. 073, 6 34, 5 270, 6 4, 5 6. 015, 0

18 Kalimant an Timur 462, 0 2. 015, 9 211, 6 2. 689, 5 58, 1 1. 428, 7 30, 9 508, 0 11, 0 4. 626, 2

19 Kalimant an Selat an 2, 6 253, 0 94, 8 350, 3 41, 8 306, 1 36, 5 182, 0 21, 7 838, 4

KALIMANTAN 770, 5 6. 515, 7 376, 6 7. 662, 7 55, 7 4. 921, 0 35, 8 1. 172, 2 8, 5 13. 756, 2

(13)

21 Goront alo 33, 2 34, 9 - 68, 2 69, 2 19, 6 19, 9 10, 8 10, 9 98, 5

22 Sulawesi Tengah 54, 4 208, 6 - 263, 0 56, 7 59, 7 12, 9 141, 2 30, 4 463, 9

23 Sulawesi Tenggara 95, 0 203, 9 - 299, 0 52, 9 142, 4 25, 2 124, 1 21, 9 565, 5

24 Sulawesi Selat an 16, 7 74, 0 - 90, 8 45, 7 78, 5 39, 5 29, 6 14, 9 198, 9

SULAWESI 209, 5 548, 5 - 758, 1 54, 4 321, 2 23, 1 313, 9 22, 5 1. 393, 1

25 Bali 0, 1 0, 1 - 0, 2 7, 3 1, 7 80, 9 0, 2 11, 7 2, 1

26 NTB 57, 2 45, 9 - 103, 2 60, 6 53, 9 31, 7 13, 0 7, 7 170, 1

27 NTT 6, 7 52, 2 - 58, 9 18, 7 197, 6 62, 8 58, 0 18, 5 314, 5

BALI & NUSA TENGGARA 64, 0 98, 2 - 162, 2 33, 3 253, 3 52, 0 71, 3 14, 6 486, 8

28 Maluku Ut ara 66, 1 220, 0 - 286, 1 54, 3 105, 6 20, 0 135, 3 25, 7 527, 0

29 Maluku 95, 2 169, 9 - 265, 1 40, 0 210, 1 31, 7 187, 7 28, 3 663, 0

MALUKU UTARA & MALUKU 161, 3 389, 9 - 551, 2 46, 32 315, 7 26, 5 323, 1 27, 1 1. 190, 0

30 Papua 6. 790, 4 830, 5 173, 3 7. 794, 3 78, 3 1. 035, 9 0, 01 1. 125, 5 11, 3 9. 955, 6

INDONESIA 8. 579, 7 10. 869, 0 1. 497, 1 20. 945, 8 59, 3 10. 527, 0 29, 8 3. 859, 6 10, 9 35. 332, 4

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasi l penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

Pada kawasan Hut an Produksi yang umumnya di perunt ukkan bagi pemanf aat an hasil hut an kayu, t erdapat hanya lima provinsi yang memiliki penut upan lahan berhut an di at as 60 %, sedangkan provinsi lainnya sudah di bawah 60 %. Penut upan lahan dengan krit eria hut an t anaman hasil kegiat an Hut an Tanaman Indust ri, t erdat a umumnya pada Indonesia bagi an Barat . Sedangkan di Indonesia bagian Timur, walaupun sudah dilaksanakan kegiat an HTI namun hasilnya t idak dapat diamat i dari hasil penaf siran cit ra sat elit , kecuali di Provinsi Papua. Oleh karena it u, unt uk memenuhi bert ambahnya kebut uhan akan kayu khususnya pada Indonesia bagian Timur, kegiat an hut an t anaman dapat menj adi priorit as kegiat an pada program pembangunan kehut anan di wilayah t ersebut .

2. Hutan Produksi Terbatas

Hasil perhit ungan luas penut upan lahan pada Hut an Produksi Terbat as menunj ukkan:

(14)

b. Provinsi yang memiliki lahan berhut an di bawah 40 % adalah Provinsi Sumat era Selat an, Lampung dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi Bali dengan kawasan HPT seluas 6, 3 ribu ha, hanya 14, 7 % yang berhut an.

Selengkapnya dat a penut upan lahan pada Hut an Produksi Terbat as disaj ikan dalam t abel III. 5. berikut ini. Tabel III. 5. : Luas Penut upan Lahan Pada Hut an Produksi Terbat as Per Provinsi (Ribu Ha)

Penutupan Lahan

HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data

No. PROPINSI

Primer Sekunder Tanaman Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Jumlah kawasan HPT

1 N. Aceh Darussalam 12, 1 5, 6 0, 0 17, 7 47, 1 16, 2 43, 1 3, 7 9, 8 37, 5

2 Sumat era Ut ara 167, 2 394, 8 228, 3 790, 3 45, 4 760, 1 43, 7 190, 0 10, 9 1. 740, 4

3 Riau 37, 2 972, 0 326, 6 1. 335, 8 58, 0 712, 6 30, 9 255, 6 11, 1 2. 303, 9

4 Sumat era Barat 41, 9 89, 5 - 131, 4 58, 8 66, 8 29, 9 25, 3 11, 3 223, 4

5 Bengkulu 43, 3 92, 5 - 135, 8 73, 4 47, 4 25, 6 1, 9 1, 0 185, 1

6 Jambi 107, 1 103, 4 0, 6 211, 1 69, 7 58, 2 19, 2 33, 7 11, 1 302, 9

7 Sumat era Selat an 17, 3 4, 7 7, 1 29, 0 12, 0 209, 6 86, 8 2, 8 1, 1 241, 4

8 Bangka Belit ung - - -

-9 Lampung 4, 8 4, 6 - 9, 4 26, 8 25, 6 73, 2 - - 35, 0

SUMATERA 430, 9 1. 667, 0 562, 6 2. 660, 5 52, 5 1, 896, 4 37, 4 512, 9 10, 1 5. 069, 8

10 Bant en - 12, 0 20, 0 32, 1 49, 3 31, 4 48, 3 1, 6 2, 4 65, 0

11 DKI Jakart a - - -

-12 Jawa Barat 18, 2 61, 3 9, 5 89, 0 50, 3 82, 0 46, 4 5, 7 3, 2 176, 7

13 Jawa Tengah - 13, 0 43, 0 56, 0 47, 2 56, 3 47, 4 6, 4 5, 4 118, 7

14 D. I. Yogyakart a - - -

(15)

-JAWA 18, 2 86, 3 72, 5 177, 0 49, 1 169, 7 47, 1 13, 7 3, 8 360, 5

16 Kalimant an Barat 501, 3 990, 4 - 1. 491, 7 61, 7 686, 4 28, 4 238, 7 9, 9 2. 416, 7

17 Kalimant an Tengah 998, 6 1. 832, 1 21, 2 2. 851, 8 84, 3 340, 8 10, 1 191, 2 5, 7 3. 383, 8

18 Kalimant an Timur 2. 218, 5 1. 839, 2 64 4. 064, 0 78, 6 371, 9 7, 2. 737, 4 14, 3 5. 173, 3

19 Kalimant an Selat an 4, 2 57, 6 9, 7 71, 5 53, 9 14, 8 11, 2 46, 4 34, 9 132, 7

KALIMANTAN 3. 722, 6 4, 719, 2 37, 3 8. 479, 0 76, 3 1. 413, 9 12, 7 1. 213, 7 10, 9 11. 106, 6

20 Sulawesi Ut ara 43, 3 75, 0 - 118, 3 54, 3 44, 6 20, 5 55, 1 25, 3 218, 0

21 Goront alo 126, 8 149, 9 - 276, 7 78, 8 28, 2 8, 0 46, 2 13, 2 351, 1

22 Sulawesi Tengah 326, 7 586, 6 - 913, 2 64, 3 113, 8 8, 0 393, 3 27, 7 1. 420, 3

23 Sulawesi Tenggara 130, 0 184, 4 - 314, 4 68, 0 36, 9 8, 0 111, 3 24, 1 462, 5

24 Sulawesi Selat an 125, 5 433, 6 - 559, 1 65, 9 186, 4 22, 0 103, 6 12, 2 849, 0

SULAWESI 752, 2 1. 429, 4 - 2. 181, 6 66, 1 410, 0 12, 4 709, 4 21, 5 3, 301. 0

25 Bali 0, 3 0, 6 - 0. 9 14, 8 3, 7 58, 9 1, 6 26, 3 6, 3

26 NTB 149, 8 50, 1 - 200, 0 72, 1 54, 9 19, 8 22, 5 8, 1 277, 3

27 NTT 2, 8 72, 6 - 75, 4 32, 4 124, 8 53, 7 32, 2 13, 9 232, 4

BALI & NUSA TENGGARA 152, 9 123, 3 - 276. 2 54. 4 183, 4 35, 5 56, 4 10, 9 516, 0

28 Maluku Ut ara 186, 01 257, 1 - 443, 2 66, 5 65, 9 9, 9 157, 0 23, 6 666, 0

30 Maluku 201, 8 377, 6 - 579, 3 62, 4 93, 6 10, 1 255, 4 27, 5 928, 4

MALUKU UTARA & MALUKU 387, 8 634, 7 - 1. 022, 5 64, 1 159, 5 10, 0 412, 4 25, 9 1. 594, 5

29 Papua 2. 983, 7 348, 3 0, 6 3. 332, 5 90, 5 107, 6 2, 9 240, 9 6, 5 3. 681, 0

(16)

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

Kawasan Hut an Produksi Terbat as (HPT) merupakan cadangan pot ensi kayu dan sumber benih permudaan alam. Dari hasil rekalkulasi sumberdaya hut an pada seluruh provinsi, t erdat a memiliki penut upan lahan berhut an yang umumnya kurang dari 70 % dengan penut upan hut an sekunder yang lebih luas dibandingkan hut an primernya.

Sepert i halnya pada hut an Produksi, penut upan hut an t anaman di kawasan HPT sangat minim, kecuali Provinsi Sumat era Ut ara dan Ri au yang memilik hut an t anaman lebih luas dibandingkan hut an primernya. Umumnya hut an t anaman t erdapat pada Indonesia Bagian Barat , sedangkan di Indonesia bagian t imur t erdapat hut an t anaman seluas 0, 6 ribu ha di Provinsi Papua.

Upaya regenerasi j enis-j enis kayu unggulan dan langka, menj adi pert imbangan ut ama dalam rangka mempert ahankan keanekaragaman j enis f lora yang ada di Indonesia. Tidak saj a unt uk j enis kayu unggulan bagi perdagangan, melainkan pula guna mempert ahankan ket ersediaan plasma nut f ah yang t erdapat di Hut an Produksi.

3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi

Hasil perhit ungan luas penut upan lahan pada Hut an Pr oduksi yang dapat di-Konversi (HPK), menunj ukkan:

a. Tidak seluruh provinsi memiliki kawasan HPK, dan dari yang memili ki HPK Provinsi Sulawesi Ut ara memiliki lahan berhut an 84, 4 %. Provinsi lain yang memiliki lahan berhut an di at as 60 % adalah Goront alo dan Sulawesi Tengah. Papua dengan HPK seluas 8, 783 j ut a ha memiliki penut upan lahan berhut an seluas 6. 401, 4 ribu ha at au 72, 9 %

b. Provinsi lainnya memiliki lahan berhut an berkisar ant ara 30 % sampai 40 %, beberapa di bawah 20 % dan Provinsi Sumat era Selat an hanya 3, 0 %. Khusus Pulau Jawa t idak memiliki kawasan hut an Produksi yang dapat dikonversi.

Dat a penut upan lahan pada Hut an Produksi yang dapat di-Konversi selengkapnya disaj ikan dalam t abel III. 6. berikut . Tabel III. 6 : Luas Penut upan Lahan Pada Hut an Produksi yang dapat di-Konversi Per Provinsi (Ribu Ha)

(17)

8 Bangka Belit ung - - -

-9 Lampung - - -

-SUMATERA 73, 6 1. 181, 7 148, 9 1, 404, 3 24, 5 3. 848, 0 67, 2

476, 4 8, 3 5, 728, 7

10 Bant en - - -

-11 DKI Jakart a - - -

-12 Jawa Barat - - -

-13 Jawa Tengah - - -

-14 D. I. Yogyakart a - - -

-15 Jawa Timur - - -

-JAWA - - - - - - - - -

-16 Kalimant an Barat 5, 1 290, 7 - 295, 8 58, 7 169, 0 33, 6 38, 8 7, 7 503, 6

17 Kalimant an Tengah 40, 5 1. 597, 5 39, 0 1. 677, 0 38, 9 2. 538, 7 58, 8 99, 4 2, 3 4. 315, 1

18 Kalimant an Timur - - -

-19 Kalimant an Selat an - 14, 8 14, 5 29, 3 14, 74 119, 3 59, 9 50, 7 25, 3 199, 4

KALIMANTAN 45, 6 1. 903, 0 53, 4 2. 002, 0 39, 9 2. 827, 9 56, 3 189, 0 3, 8 5. 018, 0

20 Sulawesi Ut ara 0, 0 12, 8 - 12, 8 84, 4 0, 8 5, 3 1, 6 10, 3 15, 2

21 Goront alo 2, 4 10, 6 - 13, 1 60, 9 6, 1 28, 6 2, 3 10, 5 21, 4

22 Sulawesi Tengah 40, 9 124, 0 - 164, 9 61, 1 37, 7 14, 0 67, 3 24, 9 269, 9

23 Sulawesi Tenggara 7, 0 47, 6 - 54, 6 31, 7 78, 0 45, 3 39, 6 23, 0 172, 3

24 Sulawesi Selat an 1, 2 40, 8 - 42, 0 41, 0 39, 7 38, 8 20, 6 20, 1 102, 3

(18)

25 Bali - - -

-26 NTB - - -

-27 NTT 10, 2 6, 1 - 16, 3 14, 4 91, 1 80, 7 5, 5 4, 9 112, 9

BALI & NUSA TENGGARA 10, 2 6, 1 - 16, 3 14, 4 91, 1 80, 7 5, 5 4, 9 112, 9

28 Maluku Ut ara 63, 5 295, 0 - 358, 6 41, 6 342, 8 39, 7 161, 3 18, 7 862, 7

29 Maluku 274, 1 293, 7 0, 5 568, 3 34, 5 660, 6 40, 1 419, 4 25, 4 1. 648, 3

MALUKU UTARA & MALUKU 337, 65 588, 73 0, 53 926, 90 36, 91 1. 003, 38 40, 0 580, 7 23, 1 2. 511, 0

30 Papua 5. 573, 3 794, 3 33, 8 6. 401, 4 72, 9 1. 537, 6 17, 5 844, 1 9, 6 8. 783, 0

INDONESIA 6. 091, 9 4. 709, 7 236, 7 11. 038, 3 48, 6 9. 469, 5 41, 7 2. 227, 0 9, 8 22. 734, 7

Sumber: Dat a digit al penut upan lahan skala 1: 250. 000 hasil penaf siran cit ra Landsat 7 ETM+ Liput an t ahun 1999/ 2000

Hut an Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah kawasan hut an diluar hut an t et ap dan hanya beberapa provinsi yang masih memilikinya, provinsi lainnya sudah memasukkan kawasan hut an ini ke dalam Areal Penggunaan Lain (APL). Umumnya kawasan HPK diperunt ukkan bagi kegiat an t ransmigrasi dan

perkebunan, dengan alt ernat if pelepasan kawasan menj adi kawasan non hut an negara at au Areal Penggunaan Lain (APL). Dalam kenyat aannya kegiat an t ransmigrasi t idak selalu dilaksanakan sesuai ket ent uan dan hanya memanf aat kan pot ensi kayunya saj a, sedangkan kegiat an perkebunan memerlukan wakt u yang lama unt uk perizinannya. Akibat lebih lanj ut adalah t imbulnya okupasi areal t ersebut oleh masyarakat .

Dengan demikian, kebij akan penghent ian sement ara pelepasan kawasan hut an masih memerlukan konsepsi yang j elas mengenai pengelol aan kawasan hut an yang dapat dikonversi, sehingga upaya pemanf aat an kawasan t ersebut dapat memberikan j aminan kelest arian sumber daya alam dan keberlangsungan pengusahaannya.

Kondisi penut upan lahan berdasarkan 24 kelas penut upan dan pet a penut upan lahan unt uk masing-maing provinsi disaj ikan secara lengkap pada Lampiran 2.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(19)

2. Ruang lingkup penaf siran dilakukan t erhadap penut upan lahan seluruh Indonesia baik kawasan hut an maupun Areal Penggunaan Lain (APL) yang sudah dirinci ke dalam 24 klas penut upan.

3. Hasil rekalkulasi menunj ukkan penut upan lahan berhut an pada hut an lindung seluas 20, 85 j ut a ha at au 69, 6 % dari hut an lindung seluas 29, 96 j ut a ha; Hut an Konservasi seluas 12, 93 j ut a ha at au 66, 4 % dari hut an konservasi seluas 19, 47 j ut a ha; Hut an produksi seluas 50, 11 j ut a ha at au 59, 9 % dari hut an produksi seluas 83, 70 j ut a ha.

B. Saran dan Rekomendasi

1. Sebagai bahan pert imbangan pembangunan kehut anan yang berorient asi Resour ce Base Management, dat a dan inf ormasi hasil rekalkulasi penut upan lahan memerlukan penelaahan lebih lanj ut melalui pet a kawasan hut an yang lebih det il, sepert i Pet a Zonasi/ Blok pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelest arian Alam, Pet a Kawasan Hut an Lindung, Pet a Penggunaan Lahan, Pet a Indikasi Lokasi Rehabilit asi Hut an dan Lahan at au pet a lainnya.

Unt uk mendapat kan inf ormasi penut upan lahan yang lebih rinci pada set iap kawasan hut an diperlukan pula dukungan pengecekan lapangan (gr ound check) selain dukungan dat a sekunder lainnya.

2. Berdasarkan penelaahan t ersebut dat a dan inf ormasi penut upan lahan dapat menj adi bahan pert imbangan dalam pembangunan kehut anan ant ara lain:

a. Kebij akan dalam kegiat an rehabilit asi hut an dan lahan pada kawasan hut an yang menj adi priorit as pada suat u provinsi, baik hut an konservasi, hut an lindung maupun hut an produksi.

b. Kebij akan dalam kegiat an pelest arian dan perlindungan keanekaragaman j enis f lora, baik t erhadap j enis kayu unggulan unt uk perdagangan maupun t erhadap plasma nut f ah berbagai j enis f lora langka.

c. Penet apan kebij akan pengelolaan kawasan hut an, ant ara lain kawasan hut an yang dapat di konversi unt uk penggunaan non kehut anan, namun dapat menj amin kelest arian sumber daya alam dan keberlangsungan pengusahaannya.

3. Unt uk penggunaan basis dat a penut upan lahan yang membut uhkan inf ormasi lebih rinci mengenai areal HPH/ HTI diperlukan penyempurnaan basis dat a HPH/ HTI baik dat a spasial maupun dat a non spasial dengan dukungan dat a dan inf ormasi dari unit pengolah dat a.

4. Unt uk arahan pengembangan hut an t anaman, inf ormasi kesesuaian lahan berdasarkan penut upan lahan dengan krit eria t idak produkt if memerlukan pengkaj ian lapangan sert a dat a dan inf ormasi dari disiplin ilmu yang berkait an.

5. Perlu dikembangkan basis dat a perubahan kawasan baik perubahan f ungsi kawasan maupun perubahan st at us dan perunt ukan kawasan, pada hut an konservasi, hut an lindung dan hut an produksi, sebagai dasar pengambilan kebij akan dalam pengelolaan kawasan hut an.

6. Updat ing dat a penut upan lahan dan kawasan hut an yang dilanj ut kan dengan rekalkulasi sumberdaya hut an perlu dilakukan secara per iodik sehingga kondisi sumberdaya hut an dapat t erpant au dengan baik.

Gambar

Tabel III.3 : Luas Penutupan Lahan Pada Hutan Konservasi Per Provinsi (Ribu Ha)
Tabel  III.4  :  Luas Penutupan Lahan Pada Hutan Produksi Per Provinsi (Ribu Ha)
Tabel III. 5. :  Luas Penutupan Lahan Pada Hutan Produksi Terbatas Per Provinsi (Ribu  Ha)
Tabel III. 6 :  Luas Penutupan Lahan Pada Hutan Produksi yang dapat di-Konversi Per Provinsi (Ribu  Ha)

Referensi

Dokumen terkait

Similarly, a thesis written in Arabic should have its abstract in Bahasa Melayu (without title), followed by abstract in Arabic (without title) and the other in English

2015 I nt ernat ional Conference on Space Science and Com m unicat ion ( I conSpace) , Langkawi,

2012 I EEE EMBS I nt er nat ional Confer ence on Biom edical Engineer ing and

Exper im ent al Works on Short Range Com m unicat ion Syst em s Using Phot ovolt aic Based Receiver Journal of Engineering and Applied

Kepada para peserta yang merasa keberatan atas penetapan tersebut diatas, diberikan hak untuk menyampaikan sanggahan baik secara sendiri maupun bersama-sama,

[r]

Pokja Pengadaan Jasa Konsultan 2 Unit Layanan Pengadaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

[r]