• Tidak ada hasil yang ditemukan

WANITA KARIER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KRISTEN : STUDI KOMPARATIF.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WANITA KARIER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KRISTEN : STUDI KOMPARATIF."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

WANITA KARIER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KRISTEN

(STUDI KOMPARATIF)

Skripsi:

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat

Oleh :

ARMA MUFTIHATUL JANNAH NIM : E02211016

(2)

WANITA KARIER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KRISTEN

(STUDI KOMPARATIF)

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Ushuluddin

Oleh:

ARMA MUFTIHATUL JANNAH NIM: E02211016

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015

(3)
(4)
(5)
(6)

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015

(7)

Abstrak

ARMA MUFTIHATUL JANNAH. Wanita Karier dalam Perspektif Islam dan Kristen (Studi Komparatif). Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Drs. Zainul Arifin, M. Ag.

Kata Kunci: Komparatif, Wanita Karier, Islam, Kristen.

Wanita karier merupakan wanita yang menekuni suatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisa dua agama yaitu Islam dan Kristen.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menjelaskan wanita karier dalam Islam, (2) untuk menjelaskan wanita karier dalam Kristen, (3) untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan antara wanita karier dalam Islam dan Kristen.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian library research atau studi pustaka. Dengan menggunakan metode literer kemudian data-data yang diperoleh dengan cara: editing, organizing, dan analizing, serta sumber yang digunakan ialah al-Qur’an dan hadits, al-Kitab, maupun buku-buku lain yang masih ada keterkaitannya.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR. ... i

SAMPUL DALAM. ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK . ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI. ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Penelitian. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Alasan Memilih Judul. ... 8

G. Kerangka Teori. ... 9

H. Penelitian Terdahulu . ... 11

I. Metode Penelitian. ... 14

(9)

BAB II WANITA KARIER DALAM ISLAM. ... 19

A. Kedudukan Wanita. ... 19

B. Wanita Karier. ... 22

1. Definisi Wanita Karier dalam Islam ... 22

2. Motivasi Wanita dalam berkarier ... 24

3. Etika Wanita Karier ... 26

4. Pandangan al-Qur’an tentang Wanita Karier... 34

C. Tokoh-tokoh Feminisme dalam Islam (Asghar Ali Engineer). ... 38

BAB III WANITA KARIER DALAM KRISTEN ... 51

A. Kedudukan Wanita. ... 51

B. Karier Wanita. ... 53

1. Definisi Wanita Karier dalam Kristen ... 54

2. Motivasi wanita dalam berkarier ... 56

3. Etika Wanita Karier ... 58

4. Pandangan Bible tentang wanita Karier ... 61

C. Tokoh-tokoh Feminisme dalam Kristen (Elizabeth Schussler Fiorenza). ... .66

BAB IV ANALISIS WANITA KARIER DALAM PANDANGAN ISLAM DAN KRISTEN . ... 73

A. Wanita Karier Dalam Islam Dan Kristen Ditinjau Dari Etika, Motivasi, Dan Tinjauan Kitab Suci. ... 73

B. Wanita Karier dalam perspektif tokoh feminis Islam (Asghar Ali Engineer) dan tokoh feminis Kristen (Elizabeth Schussler Fiorenza). . ... ..79

(10)

BAB VI PENUTUP. ... 86

A. Kesimpulan. ... 86

B. Saran. ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang Masalah

Pembahasan mengenai wanita biasanya berangkat dari suatu pernyataan bahwa wanita merupakan makhluk jenis kedua. Karena wanita lebih merupakan obyek dari pada subyeknya sendiri. Pada kenyataannya, praktek-praktek yang memperlakukan wanita sebagai subordinat bagi laki-laki dalam perjalanan sejarah pada akhirnya menjadi sebuah keyakinan. Gambaran negatif terhadap wanita dalam masyarakat sering dikaitkan secara teologi dengan doktrin-doktrin agama. Bahkan ajaran agama dijadikan dasar justifikasi terhadap praktek-praktek yang sifatnya merendahkan nilai wanita.1

Berbicara tentang wanita, sejarah menceritakan bahwa sebelum turunnya al-Qur‟an terdapat berbagai macam peradaban, seperti Yunani, Romawi, India, dan Cina yang memandang rendah seorang wanita. Hal ini terjadi sekitar abad pertengahan dimana wanita mengalami fase kekacauan dan pergolakan status mereka. Sejarah menceritakan bahwa puncak peradaban Yunani, perempuan dijadikan alat pemenuhan naluri seks laki-laki. Dalam pandangan Yahudi, martabat perempuan sama dengan pembantu. Peradaban Romawi menjadikan perempuan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan ayahnya, dan setelah menikah kekuasaannya berpindah ke tangan suami. Kekuasaan ini mencakup kewenangan menjual, mengusir, menganiaya, dan membunuh. Segala hasil usaha perempuan

1

(12)

2

menjadi milik keluarga laki-laki. Ini berlangsung hingga abad ke V Masehi. Pada peradaban Hindu dan Cina, hak hidup bagi seorang perempuan yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya, istri harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya dibakar. Tradisi ini baru berakhir pada abad XVII Masehi.2

Posisi wanita pada periode awal Kristen atau periode abad pertengahan sepenuhnya sangat memprihatinkan. Mereka dibakar ditiang pembakaran karena dianggap sebagai wanita jahat. Dalam konsep Kristen masa lalu, wanita dianggap sebagai „penggoda‟ yang bertanggung jawab atas kejatuhan Adam as.

Injil sendiri memberikan perhatian sangat besar kepada laki-laki sehingga selalu disebut-sebut, sedangkan wanita tidak demikian. Hal ini menyebabkan laki Kristen berpendapat bahwa wanita itu adalah pelayan laki-laki. Dalam hal ini Paulus berkata, “wanita diciptakan untuk arena laki-laki, oleh karena itu mereka harus patuh kepada laki-laki seperti mereka patuh kepada Tuhan”.3

Empat belas abad yang lalu, ketika perlakuan peradaban tidak manusiawi terhadap wanita di Semenanjung Arabia dan seluruh dunia telah mencapai puncaknya, Islam datang sebagai cahaya. Di dalam kesempurnaannya, Islam memberi sebuah pandangan penuh keseimbangan dengan hukum-hukum terbaik menyangkut status wanita. Islam menjadikan kedudukan wanita sangat terhormat, sebagaimana pendapat Ibu Shinta: “Islam tidak hanya memihak kaum

perempuan, tetapi juga memandang persamaan antara laki-laki dan perempuan.

2

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender: Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1999), i.

3

(13)

3

Dengan bukti salah satu misi Rasulullah adalah mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan”.4

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu diciptakan Allah sesuai dengan kodratnya. Demikian pula baik laki-laki maupun perempuan, mereka memiliki kodrat masing-masing. Jangankan jenis kelamin, tiap individu saja memiliki kodrat masing-masing. Walaupun demikian harus diakui bahwa sebagai manusia, baik laki-laki maupun perempuan sama dari segi kemanusiaannya. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 30.

Al-Qur‟an mengupas berbagai hal tentang wanita dalam berbagai surat, dan suatu kehormatan bagi wanita sebab salah satu surat di dalam al-Qur‟an diberi nama dengan An-Nisa’ yang artinya adalah “kaum wanita”. Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang hak-hak wanita secara umum terdapat pada surat an-Nisa‟ ayat 32.

Sedangkan dalam Bibel dijelaskan mengenai penciptaan wanita yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan wanita sebagai afterthought (menciptakan wanita setelah laki-laki). Dipertegas pula bahwa Tuhan menciptakan Adam terlebih dahulu, setelah itu baru menciptakan Hawa. Sebagaimana yang tertulis dalam ayat Timotius 2: 13.

Dan wanita tidak hanya diciptakan dari unsur laki-laki, tetapi juga diperuntukkan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Paulus dalam Bibel 1 Korintus 11: 9.

4

(14)

4

Dalam ayat lain secara tegas dijelaskan bahwa wanita diciptakan hanya sekedar untuk membantu Adam, sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Perjanjian Lama yaitu Kejadian 2 : 18.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa Bibel menetapkan fungsi diciptakannya wanita sebagai akibat dari diciptakannya laki-laki. Wanita diciptakan hanya untuk meringankan beban dan tugas kemanusiaan yang hakikatnya adalah milik laki-laki.

Namun, di era modern seperti ini perjuangan emansipasi wanita telah menunjukkan hasil. Termasuk sudah banyaknya wanita yang berkarier dalam berbagai sektor kehidupan. Banyak hal yang mendorong wanita untuk meniti karier, ada yang ingin menambah penghasilan keluarga, ada yang ingin membantu suami mencari nafkah karena gaji suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga, ada yang ingin mencari status, ada yang ingin mengisi waktu luang, ada yang ingin bergaul, dan banyak lagi alasan-alasan wanita meniti karier, baik itu yang bertujuan baik maupun yang bertujuan semata-mata mencari status. Semuanya itu dilatar belakangi oleh pola kehidupan setiap individu yang bersangkutan.

(15)

5

mereka berupaya tampil sebagai pribadi mandiri untuk berperan aktif dengan mengedepankan gaya hidup mengikuti perkembangan zaman. Mereka memiliki pandangan luas, percaya diri, spontan, dan praktis yang menjadikan kepribadian mereka akrab dengan nuansa global. Namun, peran “tradisional” mereka sebagai ibu rumah tangga diakui masih tetap melekat erat mengiringi perkembangan eksistensi mereka.

Permasalahannya saat ini ialah bagaimana seorang wanita bisa memegang peran ganda, yaitu menjalankan pekerjaannya di sektor publik yaitu dengan menjadi wanita karier serta menjalankan hak dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan untuk menjalankan peranannya sebagai ibu rumah tangga tidaklah mudah. Apapun alasan yang digunakan oleh kaum wanita meniti karier, tetap saja akan menimbulkan dampak bagi anak-anak, keluarga serta lingkungan sekitarnya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Yang akhirnya diperlukan suatu telaah terhadap Islam dan Kristen yang berkaitan dengan masalah wanita melalui pendekatan analisis komparatif sebagai suatu upaya untuk mendukung masing-masing agama dalam porsi yang sebenarnya ketika memandang wanita karier.

Dari fenomena-fenomena diatas, penulis ingin menulis skripsi yang berjudul “WANITA KARIER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KRISTEN”

(16)

6

B.Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan berbagai persoalan yang terjadi, diantaranya :

1. Bagaimana wanita karier dalam perspektif Islam ? 2. Bagaimana wanita karier dalam perspektif Kristen ?

3. Dimana letak persamaan dan perbedaan wanita karier dalam Islam dan Kristen?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti bertujuan untuk : 1. Untuk menjelaskan wanita karier dalam Islam.

2. Untuk menjelaskan wanita karier dalam Kristen.

3. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan wanita karier dalam Islam dan Kristen.

D.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

(17)

7

b. Dapat menjadi sumber referensi atau rujukan penelitian yang berkeinginan untuk mengkaji permasalahan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini pada suatu saat nanti.

2. Secara Praktis

a. Sebagai pengembang khazanah keilmuan (Ilmu Perbandingan Agama). b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan satu informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan program studi perbandingan agama, dan untuk memenuhi syarat – syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Ushuluddin UINSA Surabaya.

E.Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami maksud dari judul penulis perlu memberikan definisi terhadap judul yang dikaji sebagai berikut:

Wanita Karier adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya).5

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.6 secara etimologi dalam Islam berarti penyerahan diri kepada Allah SWT, dan dalam pengertian syara‟ Islam diartikan dengan tunduk dan patuh kepada ajaran

yang dibawa Nabi Muhammad SAW.7

5

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, ed 4, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 372.

6

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 388.

7

(18)

8

Kristen adalah penganut agama Kristus (Nabi Isa).8 Semua ajaran dan golongan agama yang didasarkan atas ajaran-ajaran Yesus Kristus.9Kata „Kristen‟ dalam kajian ini merujuk pada agama yang diajarkan oleh Yesus Kristus, bukan merujuk pada agama Protestan.

Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan.10

Komparatif adalah perbandingan.11

Jadi yang dimaksud dengan judul diatas adalah bahwa memahami peran dan tanggung jawab wanita karier dalam berumah tangga yang berdasarkan pada tradisi dan kitab suci suatu agama tertentu yang harusnya memahami teks-teks yang ada dalam ajaran agama tersebut. Judul ini membahas tentang bagaimana wanita karier dalam perspektif religius untuk menjelaskan pemahaman mengenai fenomena wanita karier dalam agama dewasa ini.

F. Alasan Memilih Judul

1. Melihat kondisi objektif masyarakat yang struktur sosialnya lebih bercorak patriarkhal dan posisi wanita yang cenderung marginal juga menanggapi pembagian kerja laki-laki dan wanita yang tidak seimbang, maka muncullah reaksi berupa gerakan feminisme yang terkadang tidak saja menuntut

8

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 527.

9

Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 600. 10

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 965.

11

(19)

9

kebebasan wanita secara berlebihan melainkan juga sering memahami agama sebagai sumber legitimasi terhadap paham anti wanita.

2. Kontribusi pemikiran mengenai wanita yang berkarier khususnya dari sudut pandang teoritis masih belum banyak mengangkat kajian ini, yang sangat berkaitan dengan keagamaan dan keperbandingan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis gali di Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama.

G.Kerangka Teori

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang cukup besar terhadap upaya pengkajian ayat-ayat al-Qur‟an yang diyakini sebagai petunjuk bagi umat manusia. Hal ini sangat dimaklumi karena al-Qur‟an adalah ayat-ayat Allah SWT yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, serta menjelaskan kekuasaan Allah SWT.12

Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan jenis gender diiringi dengan melahirkan suatu ketidakadilan akibat faktor kontruksi sosial oleh masyarakat sebagai kodrat Tuhan. Bahkan diperkuat oleh adat-istiadat maupun interpretasi keagamaan.13 Kemudian ada yang mengatakan bahwa pertama yang diciptakan adalah laki-laki lengkap dan sempurna, lalu yang kedua diciptakan

12 Kaelan, “Kajian Makna al

-Qur‟an Dalam Studi Pendekatan Analitika Bahasa” dalam Sahiron Syamsuddin, dkk., ed, Hermeneutika Al-Qur’an Madzhab Yogya,

(Yogyakarta: Islamika, 2003), 65. 13

Mansour Fakih, Perbincangan Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam,

(20)

10

adalah wanita yang tidak sama dengan laki-laki, sebab wanita diciptakan dari yang sempurna sehingga merupakan derivatif (turunan dari yang asli).14

Apabila sistem keluarga Islam itu disebut sebagai sistem patriarkhal, dalam arti laki-lakilah yang berkuasa terhadap wanita, akan tetapi Islam sebagai syari‟at illahi yang berisi hukum-hukum pasti. Berbeda dengan sistem patriarkhal yang berlaku pada selain Islam yang berdasar pada tradisi atau menyandarkan pada pikiran manusia. Dalam hubungan suami isteri dalam rumah tangga, suami mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula isteri mempunyai hak. Suami juga mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula si isteri mempunyai beberapa kewajiban juga.15

Peran wanita sebenarnya dapat dilihat dari aktivitasnya (waktu), yakni wanita mampu berinteraksi dalam lingkup publik maupun lingkup domestik, sebab wanita memiliki kemampuan sebagai individu otonom dengan haknya sendiri meski mereka menemukan pengalaman dalam dunia pendidikan, kerja, dan politik yang masih terdapat diskrimininasi, marjinalisasi, dan pelecehan. Setelah wanita kembali dari lingkup publik, wanita kembali mengurus anak dan melayani suami. Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita terikat dengan waktu (lebih banyak daripada laki-laki), sehingga wanita dapat menyatakan untuk menuntut pilihannya dalam mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan hukum dan peraturan

14

Amina Wadud, Qur’an Menurut Perempuan, Meluruskan Bias Gender dalam

Tradisi Tafsir, terjemah Yaziar Rudianto, cet. I (Jakarta: Serambi Ilmu Alam semesta, 2001), 56.

15

(21)

11

yang berlaku di Negara.16

Ada dua (2) teori yang berhubungan dengan wanita yang berkarier, diantaranya:

1. Teori Keidentikan memandang hak laki-laki dan wanita didasarkan pada asumsi bahwa kehidupan sosial dalam lingkungan keluarga sama dengan kehidupan sosial di luar lingkungan keluarga.

2. Teori Ketidakidentikan, memandang kehidupan keluarga didasarkan pada gagasan bahwa situasi kehidupan sosial keluarga berbeda dengan situasi sosial di luar keluarga.17

H.Penelitian Terdahulu

Sudah banyak orang yang menulis tentang wanita. Namun belum ada kajian yang membahas secara khusus tentang wanita karier dalam Islam dan Kristen (Studi Komparatif).

Buku yang membahas khusus mengenai perempuan yang bekerja ditulis oleh Maisar Yasin dengan judul “Wanita Karier dalam Perbincangan”. Benang

merah yang dapat diambil dari buku ini mengenai para wanita karier yang bekerja di luar rumah. Maisar mengingatkan dampak negatif wanita bekerja diluar rumah. Beliau juga menekankan beberapa norma yang harus diperhatikan bila seorang muslimah harus bekerja di luar, kewajiban-kewajiban yang dilakukan dan dampak dari percampuran antara rumah tangga dan dunia kerja secara bebas. Dan beliau

16

Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, ed ke-6, (Jakarta: Kencana, 2010), 421-422.

17

(22)

12

juga hanya memberi beberapa alternatif profesi atau pekerjaan, bukan menyinggung secara terperinci apa pekerjaan yang bisa dilakukan oleh perempuan.18

Quraish Shihab juga menyadur dari pendapat Muhammad Quthb, seorang pemikir ikhwanul muslimin yang menulis dalam bukunya “Ma’rakah al-

Taqallid” bahwa itu bukan berarti wanita boleh bekerja, Islam tidak melarang hanya saja Islam tidak mendorong hal tersebut. Islam membenarkannya sebagai darurat dan tidak menjadikannya sebagai dasar, selanjutnya beliau mengatakan, perempuan pada zaman Nabi pun bekerja, ketika kondisi menuntut mereka untuk bekerja. Tetapi masalahnya bukan adanya hak atau tidak karena Islam tidak cenderung untuk membenarkan wanita keluar rumah. Kecuali untuk pekerjaan yang sangat perlu yang dibutuhkan oleh masyarakat atau atas dasar kebutuhan wanita tertentu. Kebutuhan wanita untuk bekerja karena tidak ada yang membiayai hidupnya atau karena yang menanggung hidupnya tidak mampu memenuhi kebutuhannya merupakan alasan yang menetapkan adanya hak bakerja untuk wanita, dengan catatan bahwa ia bisa menjaga norma-norma agama dan kehormatan.19

Karya Eni Rohmawati dalam skripsinya “Kedudukan Wanita Dalam Kristen Dan Islam (Studi Perbandingan)”, membedah mengenai kedudukan dan hak-hak wanita dalam Kristen dan Islam. Kedudukan wanita dalam Kristen yaitu sebagai makhluk kelas dua, karena wanita diciptakan setelah laki-laki. Seperti

18

Maisar Yasin, Wanita dalam Perbincangan (Terj. Ahmad Thabrano Mas‟udi, Jakarta: Gema Insan Press, 1997), 89.

19

(23)

13

dalam hak-haknya, diantaranya hak mencari ilmu pengetahuan dan hak dalam mencari pekerjaan wanita selalu dinomorduakan. Sedangkan dalam Islam, kedudukan wanita sama atau sejajar dengan laki-laki. Seperti dalam hak-hak dalam mencari ilmu pengetahuan dan hak mencari pekerjaan wanita memiliki hak yang sama dalam Islam. Dan hak-hak wanita diantaranya: hak menuntut ilmu, hak beribadah dan hak bekerja dalam kedua agama tersebut.20

Karya Chudaifah dalam skripsinya “Wanita Karier Dalam Perspektif Al-Qur’an”, membahas mengenai wanita boleh bekerja tetapi secara implisit membolehkan untuk berkarir atau bekerja dalam berbagai bidang, baik di dalam maupun di luar rumah. Baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dengan dalam suasana terhormat, sopan, selama mereka dapat memelihara agama, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri sendiri maupun lingkungannya tetap pada prinsip-prinsip Islam.21

Dalam Kristen, wanita diciptakan Tuhan sebagai partner laki-laki. Tidak baik apabila manusia hidup hanya seorang diri. Sebab, antara wanita dengan pria merupakan suatu kesatuan hubungan dan keseimbangan totalitas. Menurut Kristen, wanita disamping perannya dalam lingkup keluarga, juga harus berperan dalam masyarakat, baik pendidikan, maupun lapangan sosial lainnya. Wanita harus bisa melaksanakan pekerjaannya di masyarakat dengan mengadakan kebaktian umum dan melayani keperluan orang banyak, baik secara rohani

20Eni Rohmawati, “

Kedudukan wanita dalam Kristen dan Islam (Studi

Perbandingan)” (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2004). 62.

21

(24)

14

maupun jasmani. Wanita Kristen sebagai anggota jamaat harus dapat membawa yang sesat menuju kepada pengetahuan Kristus, harus mengulurkan tangan untuk menolong yang sengsara, baik dilingkungan jemaat sendiri maupun diluar jemaat.22

I. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai suatu tujuan.23 Agar diperoleh penulisan dan pembahasan penelitian skripsi ini dengan hasil yang komprehensif dan dapat diajukan serta dipertanggungjawabkan secara ilmiah-akademis, maka diperlukan metodologi penelitian yang relevan dan sistematis yang mampu mengeksplorasi dan menganalisis berbagai sumber data yang diperoleh secara akuntabel.24

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research atau studi pustaka yaitu penelitian yang data-datanya diperoleh dari studi pustaka atau literatur yang terkait. Studi pustaka adalah penelitian yang teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan mengumpulkan data-data kepustakaan.25

22

Chudaifah, Wanita Karier Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Skripsi Tidak Diterbitkan, Jurusan Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel 2004),42-45.

23

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mondari Maju, 1996), 20.

24

Ibid., 25.

25Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompotensi Dan Prakteknya,

(25)

15

Adapun literature tersebut dapat berupa jurnal, laporan hasil penelitian, artikel ilmiah, majalah ilmiah, surat kabar, buku, hasil seminar dan lain sebagainya yang memiliki relevan. Alasan dipilihnya jenis penelitian studi pustaka karena topik penelitian ini merupakan studi komparatif, dalam hal ini adalah wanita karier dalam perspektif Islam dan Kristen.

Oleh karena itu yang sangat relevan adalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi pustaka. Bukan jenis penelitian kuantitatif yang masalahnya sudah jelas dan umumnya dilakukan pada populasi, yaitu untuk mencari hubungan sebab akibat antar variabel atau jenis penelitian kualitatif yang bertujuan mendaami suatu kasus (studi kasus) pada situasi sosial dengan topik penelitian.26

2. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian library research, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang berkesinambungan (koheren) dengan objek pembahasan yang diteliti, yaitu buku-buku tentang wanita karier dalam agama Islam dan Kristen juga al-Qur‟an, hadits, dan Al-Kitab sebagai sumber primer, serta buku-buku lain sebagai sumber-sumber sekunder dan referensi pembantu. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara sebagai berikut:

26

(26)

16

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dat-data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan koherensi makna antara yang satu dengan yang lain.

b. Organizing, yaitu meyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah ditentukan.

c. Analizing, merupakan tahap terakhir, yaitu menganalisa lebih lanjut untuk memperoleh kesimpulan atas masalah yang telah diungkapkan.

3. Metode Analisis Data

Data yang berhasil dihimpun dari kepustakaan akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode deduksi adalah menguaraikan tema pembahasan dari rumusan masalah yang bersifat umum menuju kepada tulisan yang bersifat khusus.27

b. Metode Induksi adalah suatu metode yang berangkat dari data yang khusus kemudian ditarik kegeneralisasi yang bersifat umum.28

c. Metode komparatif adalah data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung untuk diperbandingkan antara data yang satu dengan data yang lain.

27

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian, cet i, ( Yogyakarta: UGM Press, 1973), 36.

28

(27)

17

J. Sistematika pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik, maka diperlukan sistematika penulisan yang baik pula. Sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam rumusan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan terarah dengan perincian sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini penulis mencantumkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, alasan memilih judul, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini merupakan gambaran dari seluruh penelitian yang akan dilakukan, sedangkan uraian yang lebih rinci akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya.

BAB II : Wanita karier menurut Islam, dalam bab ini membahas tentang kedudukan wanita, karier wanita yang meliputi: definisi wanita karier, motivasi wanita dalam berkarir. Etika wanita dalam berkarier, pandangan al-Qur‟an mengenai wanita karier. Dan tokoh feminis dalam Islam (Asghar Ali Engineer).

(28)

18

BAB IV : Analisis wanita karier dalam pandangan Islam dan Kristen, dalam bab ini memuat analisa mengenai wanita karier ditinjau dari aspek etika, motivasi, dan tinjauan kitab suci, serta wanita karier dalam perspektif tokoh feminis Islam (Asghar Ali Engineer) dan tokoh feminis Kristen (Elizabeth Schussler Fiorenza).

(29)

BAB II

WANITA KARIER MENURUT ISLAM

A.Kedudukan wanita

Berbicara mengenai penciptaan manusia, disebutkan dalam al-Qur‟an bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dari esensi yang sama. Sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Nisa‟: 1.

نلا اَهُ يَأ اي

ثَب َو اهَجْوَز اهْنِم َقَلَخ َو ٍةَدِحاو ٍسْفَ ن ْنِم ْمُكَقَلَخ يذ لا ُمُك بَر اوُق تا ُسا

َر ْمُكْيَلَع َناك َه للا نِإ َماحْرَْْا َو ِهِب َنوُلَ ئاسَت يذ لا َه للا اوُق تا َو ًءاسِن َو ًارثَك ًااجِر امُهْ نِم

ًاايي

Yang artinya: Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”. (QS. 4: 1).1

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan. Allah berfirman:

كَذَت ْمُك لَعَل َِْْجْوَز اَنْقَلَخ ٍءْيَش ّلُك نِمَو

ر

َنو

٩٤

ُ

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Ad-Dzariyat: 49).2

Disamping laki-laki dan wanita diciptakan dari esensi yang sama, dari segi waktu tidak ada keterangan dalam al-Qur‟an bahwa Hawa diciptakan secara terpisah.3 Dalam al-Quran, pasangan wanita Adam memang jarang disebutkan. Namun yang jelas manusia pertama, seperti pula berbagai kalimat-kalimat lainnya

1

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahnya, 4:1. 2

Ibid., 51: 49. 3

(30)

20

mengenai penciptaan manusia banyak diperbincangkan tanpa menyebut pasangan wanitanya. Sedangkan cerita mengenai tulang rusuk sebenarnya banyak terdapat dalam berbagai hadits. Seperti dalam riwayat Tirmidzi, Bukhari, dan lain sebagainya.

Melihat cerita teologis tentang penciptaan wanita dalam al-Qur‟an bahwa wanita berasal dari esensi yang sama dengan laki-laki, maka secara teologis wanita tidak bisa dikatakan sebagai sebagai makhluk kelas dua, karena laki-laki maupun wanita menurut al-Qur‟an mempunyai tingkat kemanusiaan yang sama dan fungsi kemanusiaan yang sama pula, yakni sebagai khalifah di bumi.

Manusia sebagai khalifah mempunyai tanggung jawab yang sama, meskipun cara melaksanakannya berbeda antara laki-laki dan wanita. Maka dari itu kedudukan dan hak-hak wanita sama dengan laki-laki, meskipun tidak identik. Dalam Islam pasangan suami istri adalah sama dari segi spiritual dan intelektual meskipun dalam segi politik berbeda. Dengan kata lain, laki-laki dan wanita mempunyai status yang sama realitas metakosmik, meskipun pada realita kosmik yaitu biologis, psikologis, dan sosial peranan mereka adalah saling melengkapi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan wanita dan laki-laki dalam Islam adalah sama sebagaimana Allah berfirman:

رَك ْدَقَلَو

ىَلَع ْمُاَنْل ضَفَو ِتاَاّي طلا َنِم ْمُاَنْ يَزَرَو ِرْحَاْلاَو ّرَ اْلا ِِ ْمُاَنْلََََو َمَدآ َِِب اَنْم

ٍرِثَك

(31)

21

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan lautan dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kelebihan yang sempurna, dan atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”.4

(QS. Al-Isra‟: 70).

Dalam ayat diatas dapat diambil penjelasan bahwa Allah memuliakan anak cucu Adam memberikan kehormatan dan kedudukan yang sama sebagai manusia.5 Sebagai hamba Allah, manusia mempunyai status yang sama di hadapan Allah.6 Islam meletakkan manusia dalam porsi yang sama, tidak memandang laki-laki atau wanita hanya ketaqwaannya kepada Allah-lah yang membedakan. Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur‟an :

ًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ ا نِإ ُسا نلا اَهُ يَأ اَي

ْمُكَمَرْكَأ نِإ اوُفَراَعَ تِل َلِئاَاَ يَو ا

ٌرِاَخ ٌميِلَع َه للا نِإ ْمُكاَقْ تَأ ِه للا َدْنِع

Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenl. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yangpaling bertakwa”. (QS. Al-Hujurat: 13).7

Dengan demikian, Islam memberikan kedudukan dan derajat yang layak pada wanita juga status yang sama dengan laki-laki, baik dalam posisi dan kapasitasnya sebagai pengabdi Tuhan.

4

Al-Qur‟an, 17: 70.

5

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), jil. 7, 513.

6Lili Zakiyah Munir, “Hak Asasi Dalam Pandangan Islam:

Antara Idealisme dan Realitas” dalam Memposisikan Kodrat, ed. Lily Zakiyah Munir, (Bandung: Mizan, 1999), 54.

7

(32)

22

B.Wanita Karier

Dalam perkembangan modern dewasa ini, banyak kaum wanita muslimah yang aktif di berbagai bidang, baik politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, olahraga, ketentaraan, maupun bidang-bidang lainnya. Bisa dikatakan, hampir setiap sektor kehidupan umat manusia. Wanita muslimah sudah terlibat bukan hanya dalam pekerjaan-pekerjaan ringan, tetapi juga dalam pekerjaan-pekerjaan yang berat, seperti sopir, tukang parkir, buruh bangunan, satpam dan lain-lain.Wanita-wanita yang menekuni profesi atau pekerjaannya dan melakukan berbagai aktifitas untuk meningkatkan hasil dari prestasinya disebut wanita karier.8

1. Definisi wanita karier

Dilihat dari susunan katanya “wanita karier” terdiri dari dua kata

“wanita dan “karier”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

“wanita” berartiperempuan dewasa”.9

Sedangkan kata “karier” sendiri mengacu kepada dua pengertian;

Pertama, karier berarti pengembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan dan sebagainya. Kedua, karier berarti juga pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Sehingga jika kata “wanita” dan

“karier” disatukan, maka kata itu berarti “wanita yang berkecimpung

8

Hafiz Hanshary, Ihdad Wanita Karir, dalam Huzaimah T.Yanggo (ed.),

Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2002), 11.

9

(33)

23

dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya).”10

Menurut Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia berkarir berarti:

a. Perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, dan jabatan.

b. Pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Jadi, suatu pekerjaan baru dikatakan karir apabila pekerjaan itu diperoleh berdasarkan pendidikan khusus atau keterampilan dan merupakan suatu program tetap yang membutuhkan keseriusan dalam pengembangannya. Maksudnya, pekerjaan tetap dan memiliki ambisi untuk maju dalam pekerjaannya.11

Maisar Yasin memiliki gambaran tersendiri mengenai wanita karier yaitu wanita yang selalu meninggalkan rumah, anak-anak, dan suaminya untuk pergi ke lapangan kerja.12

Menurut Sitoresmi Syukri Fadloli wanita karier adalah wanita yang memiliki pekerjaan khusus di luar rumah dalam rangka mengaktualisasikan diri dan menekuni suatu bidang tertentu.13

Sedangkan menurut Huzaimah T. Yanggo mendefinisikan wanita karier sebagai wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan dilandasi

10

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, , (Jakarta, 1989), 391.

11

Maman S.Mahayana, Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), 33.

12

Maisar Yasin, Wanita dalam Perbincangan (Terj. Ahmad Thabrano Mas‟udi, Jakarta: Gema Insan Press, 1997), 11.

13

(34)

24

oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, ataupun jabatan.14

Namun berbeda pengertian wanita karier sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut dengan orang lain ia bisa bekerja sendiri yang terpenting dari hasil pekerjaannya.15

Dari definisi tersebut diatas, maka dapat dimasukkan dalam wanita karier ialah wanita yang bekerja sebagai tenaga (dosen, guru), tenaga pendidik (administrasi sekolah, institut), wanita yang aktif berorganisasi sosial (pekerja sosial) organisasi politik dan lain sebagainya. Dengan

demikian penulis merumuskan bahwa “wanita karier” adalah wanita yang

menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.

2. Motivasi wanita dalam berkarier

Islam tidak melarang seorang wanita untuk bekerja, namun ada beberapa kekhawatiran seiring dengan semakin banyaknya wanita yang memutuskan untuk tetap bekerja dan mengejar karier di luar rumah.

14

Chuzaimah T. Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1996),12.

15

(35)

25

Beberapa dampak negatif yang timbul diantaranya keluarga terpecah karena suami istri sibuk bekerja dan anak-anak menjadi terlantar, istri menjadi terlalu lelah karena konsentrasi yang terbagi antara beban pekerjaan di luar rumah dan juga di rumah, banyak penelitian mengungkap salah satu pemicu angka perceraian meningkat adalah kerena wanita terlalu sibuk di luar rumah sehingga mengabaikan urusan rumah tangga dan memicu pertikaian, angka pengangguran lelaki yang meningkat, dan tersebarnya fenomena kerusakan sosial di masyarakat.

(36)

26

mengembangkan bakat keahlian yang dimiliki dan mengaktualisasi dirinya di rana publik.

3. Etika wanita muslimah dalam berkarier

Saat ini semua pihak seharusnya mengakui kebebasan, kemajuan, keadilan dan pemberdayaan perempuan. Yang membedakan hanyalah batas-batas dari berbagai hal tersebut. Keterpaksaan atau darurat dilihat dari segi kepentingannya. Oleh karena itu, apabila seorang perempuan terpaksa harus bekerja diluar rumahnya, maka dia harus memenuhi etika sebagai berikut:

1) Mendapat izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya untuk sebuah pekerjaan yang halal seperti menjadi tenaga pendidik, perawat, dosen, dan lain sebagainya.

2) Tidak bercampur dengan kaum laki-laki atau berkhalwat dengan laki-laki lain.

3) Tidak berlaku tabarruj dan menampakkan perhiasan yang dapat mengundang fitnah.16

Sedangkan syarat bagi wanita karier yang telah ditetapkan ulama fiqih antara lain :

a) Mendapat izin dari suami atau ayah, maksudnya karena hak suami untuk menerima atau menolak keinginan istri untuk bekerja di luar rumah, sehingga dapat dikatakan bahwa persetujuan suami bagi wanita karir merupakan syarat utama

16

(37)

27

yang harus dipenuhi oleh seorang istri sebab laki-laki merupakan pemimpin bagi wanita, sedangkan bagi wanita yang belum menikah, maka ayahlah yang menjadi pemimpin bagi anak dan keluarga. Sebagaimana dalam QS. An-Nisa : 34 :

ِرلا

ّءاَسّنلا ىَلَع َنوُما وَ ي ُلاَج

Artinya:”Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi wanita...” (QS. An-Nisa‟: 34).17

Jadi, menurut hemat penulis istri diperbolehkan ikut bekerja, jika mau. Akan tetapi kewajiban istri untuk menciptakan suasana yang penuh kasih sayang dalam rumah tangga tidak boleh terabaikan serta tidak mempengaruhi ketenangan dan ketentraman rumah tangga, serta bagi wanita yang belum menikah adalah kewajiban mentaati seorang ayah yang notabene sebagai pemimpin keluarga.

b) Sebagai wanita karier harus mempunyai basis pendidikan. Maksudnya, agar ia dapat mewujudkan dua hal utama yakni ia dapat mengatur rumah tangga dan mengasuh anak-anak dengan tongkat dedikasi, sehingga ia pantas mendapatkan tanggung jawab ketika kelak menuju jenjang pernikahan. Dan ia bisa menjalankan profesi yang digelutinya secara beriringan, jika memang kelak harus bekerja, entah karena kebutuhan pribadi,

17

(38)

28

keluarga, atau sosial.18 Ia tidak seharusnya puas menjadi pengangguran dalam segala fase usianya, seperti remaja, ibu-ibu, hingga nenek-nenek, juga dalam status apapun, baik anak perempuan, istri, dan janda. Sisa waktu yang melebihi alokasi waktunya untuk mengurusi kebutuhan rumah tangga harus ia investasikan untuk aktivitas yang bermanfaat.19 Sebagaimana

firman Allāh SWT dalam surat An-Nahl ayat 97:

ْمُه نَ يِزْجَنَلَو ًةَاّيَط ًةاَيَح ُه نَ يِيْحُنَلَ ف ٌنِمْؤُم َوَُو ىَثْ نُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِِاَص َلِمَع ْنَم

َأ

( َنوُلَمْعَ ي اوُناَك اَم ِنَسْحَأِب ْمَُرْج

٤9

(

Yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Nahl: 97).20

Ayat ini mengandung pengertian bahwa manusia yang hidup di dunia ini, baik laki-laki maupun perempuan akan mendapatkan balasan atas amal shalih yang dilakukannya

18

Mahmud Muhammad Al-Jauhari dan Muhammad Abdul hakim Khayyal, Membangun Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah,(Jakarta: Amzah, 2005), 92.

19

Ibid., 93.

(39)

29

berupa kehidupan yang baik (sejahtera) dan pahala-pahala yang baik pula.21

Wanita bertanggung jawab mengatur rumah dan mengasuh anak-anaknya dengan penuh dedikasi. Oleh karena itu, karier dan profesi apapun tidak boleh sampai menelantarkan tanggung jawab rumah tangga yang merupakan tanggung jawab pokok dan paling utama bagi wanita muslimah. Meskipun di sisi lain seorang wanita mengemban tanggung jawab pekerjaan di luar rumah, seorang wanita karier harus tetap menjadikan rumahnya sebagai surga yang bisa memberikan kenikmatan beristirahat dan memulihkan energi. Dan hal itu hanya bisa terbentuk dalam naungan perhatian dan kasih kerinduan suami serta kebahagiaan mencintai dan dicintai anak-anaknya. Suasana rumah demikian akan menambah efektivitas produksi keluarga dan karier, hingga mencapai kualitas terbaik (ihsan) dan penuh inovasi.22

Wanita meniti karier dalam bidang apapun, harus menentukan pilihan secara tegas dan konseptual. Maksudnya, ideologi mana yang diyakini. Bagi perempuan yang berkeluarga, tentu saja tidak dapat terlepas dengan hubungan intern keluarganya. Karena karier di sini membutuhkan dukungan, maka perlu memperbaiki hubungan intern keluarga, sehingga

21

Mahmud Muhammad Al-Jauhari dan Muhammad Abdul hakim Khayyal, Membangun Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah, (Jakarta: Amzah, 2005), 94.

22

(40)

30

dalam mengambil keputusan secara pribadi mendapat dukungan dan pengetian dari suami dan anak-anak.23

c) Menyeimbangkan tuntutan rumah tangga dan tuntutan kerja. Sebagian besar wanita muslimah diperbolehkan bekerja diluar rumah dikarenakan berbagai tuntutan kebutuhan primer keluarganya, para istri yang tidak mampu menyamakan dan menyeimbangkan antara tuntutan rumah tangga dan kerja. Maka dari itu harus diberlakukan adanya aturan-aturan pekerjaan, baik dari aspek membagi waktu maupun dari aspek kesanggupan, yang menyebabkan seorang istri mengurangi kualitas pemenuhan kewajiban rumah tangganya atau bahkan mempengaruhi kesehatannya.

Dalam hal ini istri muslimah harus selalu berkeyakinan bahwa sifat bekerjanya ini hanya sementara, dan tidak menyita waktu bersama keluarga. Istri tidak boleh beranggapan bahwa keluar dari rumah tersebut merupakan hiburan atau pengisi waktu luang atau dapat meraih kebebasan dalam bidang perekonomian.

d) Pekerjaan tersebut tidak menimbulkan khalwat, tidak berdua-duaan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram. Dimana pekerjaan yang memiliki kemungkinan besar terjadi khalwat akan dapat menjerumuskan seorang istri kedalam kerusakan.

23

(41)

31

Misalnya: seorang istri yang menjadi sekretaris pribadi seorang direktur, dan lain sebagainya.

e) Menghindari pekerjaan yang tidak sesuai dengan karakter psikologis wanita. Dalam hal ini, istri harus dapat menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan fitrah kewanitaannya atau yang dapat merusak harga dirinya. Misalnya: wanita tidak diperbolehkan bekerja di klub-klub malam atau diskotik yang melayani kaum laki-laki sambil menyanyi atau menari, dan lain sebagainya.

f) Dapat menjauhi segala sumber fitnah, maksudnya keluarnya wanita untuk bekerja harus memegang aturan-aturan berikut ini: (1) Wanita yang bekerja harus memakai pakaian yang menutup

aurat. Allah berfirman dalam surat al-Ahzab: 59.

اَهُ يَأ اَي

نِهِايِب َلَج ْنِم نِهْيَلَع َِْنْدُي َِْنِمْؤُمْلا ِءاَسِنَو َكِتاَنَ بَو َكِجاَوْزَِْ ْلُي ُِِ نلا

اًميِحَر اًروُفَغ ُه للا َناَكَو َنْيَذْؤُ ي َلَف َنْفَرْعُ ي ْنَأ ََْدَأ َكِلَذ

Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya24 keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).25

24

Jilbab merupakan sejenis baju kurus yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

25

(42)

32

(2) Wanita yang bekerja harus merendahkan suaranya, dan berkata baik.

(3) Wanita yang bekerja tidak diperbolehkan memakai wewangian sebab hal-hal yang dapat menjadi sumber fitnah adalah aroma wewangian. Rasulullah SAW bersabda, dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah :

Yang artinya : “wewangian laki-laki adalah yang jelas aromanya, tetapi samar warnanya. Dan wewangian wanita adalah yang jelas warnanya, tapi jelas aromanya”. (HR. Tirmidzi dan Abu Hurairah).26

(4) Wanita yang berkarir harus dapat menundukkan pandangannya. Firman Allah dalam surat an-Nur: 30-31, yaitu:

َه للا نِإ ْمََُ ىَكْزَأ َكِلَذ ْمُهَجوُرُ ف اوُظَفََْو ْمِِراَصْبَأ ْنِم اوُضُغَ ي َِْنِمْؤُمْلِل ْلُي

( َنوُعَ نْصَي اَِِ ٌرِاَخ

٠ٓ

)

َنْظَفََْو نِِراَصْبَأ ْنِم َنْضُضْغَ ي ِتاَنِمْؤُمْلِل ْلُيَو

ىَلَع نِِرُمُِِ َنْبِرْضَيْلَو اَهْ نِم َرَهَظ اَم اِإ نُهَ تَنيِز َنيِدْاُ ي اَو نُهَجوُرُ ف

اَبآ ْوَأ نِهِئاَبآ ْوَأ نِهِتَلوُعُ اِل اِإ نُهَ تَنيِز َنيِدْاُ ي اَو نِِِوُيُج

ْوَأ نِهِتَلوُعُ ب ِء

ْوَأ نِِِاَوَخَأ َِِب ْوَأ نِِِاَوْخِإ َِِب ْوَأ نِِِاَوْخِإ ْوَأ نِهِتَلوُعُ ب ِءاَنْ بَأ ْوَأ نِهِئاَنْ بَأ

ِوَأ ِلاَجّرلا َنِم ِةَبْرإا ِِوُأ ِْرَغ َِْعِبا تلا ِوَأ نُهُ ناََْأ ْتَكَلَم اَم ْوَأ نِهِئاَسِن

ا

اَم َمَلْعُ يِل نِهِلُجْرَأِب َنْبِرْضَي اَو ِءاَسّنلا ِتاَرْوَع ىَلَع اوُرَهْظَي ََْ َنيِذ لا ِلْفّطل

َنوُحِلْفُ ت ْمُك لَعَل َنوُنِمْؤُمْلا اَهُ يَأ اًعيََِ ِه للا ََِإ اوُبوُتَو نِهِتَنيِز ْنِم َِْفُْ

(

٠ٔ

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci dari mereka, sesungguhnya Allah Maha

26

(43)

33

Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai oranf-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS: an-Nur: 30-31 ).27

(5) Hendaknya pekerjaan tersebut disyariatkan. Maksudnya, pekerjaan tersebut tidak haram atau dapat mendatangkan sesuatu yang haram. Seperti wanita yang bekerja untuk melayani lak-laki hidung belang, atau wanita yang menjadi sekretaris khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan mereka sering berduaan (berkhalwat), atau bekerja di bar-bar untuk menghidangkan minum-minuman keras. Padahal Rasulullah saw. telah melaknat orang yang menuangkannya, membawanya, dan menjualnya. Atau berpergian jauh tanpa didampingi mahram, bermalam di negeri asing sendirian, atau melakukan aktivitas-aktivitas

27

(44)

34

lain yang diharamkan oleh Islam, baik khusus bagi wanita atau khusus bagi laki-laki, ataupun untuk keduanya.28

4. Pandangan al-Qur’an mengenai wanita karier

Semenjak kedatangan Islam di muka bumi ini, seakan membawa angin segar terhadap nasib kaum perempuan. Dalam ajaran Islam, kaum perempuan telah menempati kedudukan yang mulia. Sebab, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini, tanpa membedakan antara kedudukan wanita dan pria sebagai makhluk Allah, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya saja. Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 13:

ُكاَنْقَلَخ ا نِإ ُسا نلا اَهُ يَأ اَي

ِه للا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ نِإ اوُفَراَعَ تِل َلِئاَاَ يَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْم

ٌرِاَخ ٌميِلَع َه للا نِإ ْمُكاَقْ تَأ

Artinya: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13).29

Dalam kacamata Islam, yang selalu memberikan motivasi-motivasi terhaadap laki-laki dan perempuan untuk dapat mengaktualisasikan diri secara aktif. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 97:

28

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, tt), 29

(45)

35

َم

ْمُه نَ يِزْجَنَلَو ًةَاّيَط ًةاَيَح ُه نَ يِيْحُنَلَ ف ٌنِمْؤُم َوَُو ىَثْ نُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِِاَص َلِمَع ْن

َنوُلَمْعَ ي اوُناَك اَم ِنَسْحَأِب ْمَُرْجَأ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesuangguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Islam mombolehkan wanita bekerja diluar rumah, dengan syarat wanita bisa menempatkan dirinya sesuai dengan kodrat kewanitaannya.30 (QS. An-Nahl: 97).31

Allah SWT menciptakan laki-laki dan wanita dengan karakteristik yang berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki otot-otot yang kekar, kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang berat, pantang menyerah, sabar dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang melelahkan dan sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara layak. Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa sakit di perut serta melemahnya daya pikir. Sebagaimana Firman Allah:

َع اًنَْو ُهُمُأ ُهْتَلَََ ِهْيَدِلاَوِب َناَسْنِإااَنْ ي صَوَو

َِِإ َكْيَدِلاَوِلَو ِِْرُكْشا ِنَأ َِْْماَع ِِ ُهُلاَصِفَو ٍنَْو يَل

(ُرْ يِصَما

ٔ٩

)

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; Ibunya telah mengandungnya dalam

30

Chuzaemah T. Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Almawardi Prima, 2001), 100.

31

(46)

36

keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14).32

Oleh karena itu, Dienul Islam menghendaki agar wanita melakukan pekerjaan atau karier yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.

Wanita dilahirkan dengan keistimewaan dan kelebihannya tersendiri. Selain mempunyai peranan yang amat penting dalam keluarga, wanita juga memainkan peranan penting dalam membangun masyarakat, organisasi dan negara. Dewasa ini, banyak wanita yang berjaya dan maju dalam karier masing-masing setaraf dengan laki-laki. Walau bagaimanapun, fenomena yang terlihat dewasa ini ialah munculnya masalah dekadensi moral di kalangan wanita yang bekerja terutama yang melibatkan fungsi wanita sebagai istri dan ibu dalam sebuah keluarga karena kegagalan mengimbangi tanggung jawab kekeluargaan dan pekerjannya.

Hukum Islam pun tidak melarang wanita keluar rumahnya dengan larangan yang kaku, wanita keluar dari rumah untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah keperluan beribadah seperti shalat, haji keperluan khusus seperti belanja rumah atau buang hajat, juga untuk keperluan yang

32

(47)

37

bisa memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat seperti belajar dan mengajar.33

Prof. Huzaimah menegaskan dalam surat at-Taubah ayat 71:

ِرَكنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَي ٍضْعَ ب ءاَيِلْوَأ ْمُهُضْعَ ب ُتاَنِمْؤُمْلاَو َنوُنِمْؤُمْلاَو

ِقُيَو

يِزَع َهّللا نِإ ُهّللا ُمُهََُْرَ يَس َكِئ َلْوُأ ُهَلوُسَرَو َهّللا َنوُعيِطُيَو َةاَك زلا َنوُتْؤُ يَو َةَل صلا َنوُمي

ٌميِكَح ٌز

Artinya:“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 34(at-Taubah: 71)

Bahwasannya al-Qur‟an tidak melarang perempuan memasuki berbagai profesi sesuai dengan keahliannya, seperti menjadi guru, dosen, dokter, pengusaha, menteri, hakim, kepala negara dan lain sebagainya. Asalkan dalam tugasnya tetap memperhatikan hukum-hukum atau aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh al-Qur‟an dan as-Sunnah, misalkan tidak terbengkalai urusan dan tugasnya dalam rumah tangga, harus mendapat izin dan persetujuan dari suaminya, apabila ia seorang yang bersuami, agar tidak mendatangkan efek negatif terhadap diri dan keluarganya.

Hanya saja, jumhur ulama berpendapat bahwa seorang perempuan tidak diperbolehkan menjadi hakim berdasarkan Q.S. an-Nisa‟: 34. Sebagian ulama tersebut, berbeda pendapat dalam menetapkan hukum boleh atau

33

Al-Bar Muhammad Ali, Wanita Karir Dalam Pertimbangan Islam: Kodrat Kewanitaan, Emansipasi, Dan Pelecehan Seksual, (Jakarta: Pustaka Azzam,1998),178.

34

(48)

38

tidak kaum perempuan untuk menjadi hakim atau top leader (perdana Menteri atau Kepala Negara).35 Akan tetapi, dalam al-Qur‟an dikisahkan kisah Ratu Balqis dalam surat Saba‟ dan an-Naml bahwa kaum perempuan berhak untuk mempimpin suatu negara (Presiden atau Perdana Menteri), sebagaimana halnya dengan kaum laki-laki, bila mereka memiliki kriteria persyaratan sebagai pemimpin. Pengangkatan tema Ratu Balqis di dalam

al-Qur‟an mengandung makna implisit bahwa perempuan boleh menjadi

pemimpin sebagaimana laki-laki. Oleh karena itu, Prof. Huzaimah menyimpulkan bahwa perempuan diperbolehkan menjadi kepala negara atau kepala pemerintahan (Perdana Menteri). Seorang kepala negara tidak lagi harus bekerja keras sendirian, tetapi dibantu dengan tenaga-tenaga ahli sesuai dengan bidang masing-masing (menteri dan staf ahlinya). Oleh karena itu tidaklah menjadi halangan bagi seorang perempuan yang diangkat menduduki jabatan tersebut.

C.Tokoh Feminis Islam (Asghar Ali Engineer)

Dahulu, pada saat negara-negara Muslim masih bisa mengambil manfaaat dari keterlibatan wanita dalam proses pembangunan, menjadi sangat penting untuk mengevaluasi posisi Islam berkenaan dengan tenaga kerja wanita.

35

(49)

39

1. Biografi Asghar Ali Engineer

Asghar Ali Engineer dilahirkan di Bohro36 pada tanggal 10 Maret 1939 di Sulumber, Rajastan (dekat Udaipur) India.37 Asghar Ali Engineer dilahirkan dalam lingkungan keluarga ulama, ayahnya bernama Syeikh Qurban Husein. Seorang penganut paham Syiah Ismailiyah dan memiliki yang terbuka untuk berdialog dengan penganut agama lain.

Sewaktu kecil Asghar Ali Engineer pernah melihat seorang pendeta Brahmana Hindu datang untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan ayahnya tentang kepercayaan yang dianutnya. Namun ayahnya, kata Asghar Ali Engineer, tetap yakin dengan kepercayaan yang dianutnya.

36

Bohro (Daudi Bohro) adalah sebuah sekte pedagang muslim yang berasal dari Gujarat Mereka merupakan komunitas muslim yang berafiliasi kepada Syiah Ismailiyah Untuk memberikan gambaran tentang komunitas Daudi Bohro, perlu disimak pendapat dari Djohan Effendi. Djohan Effendi menulis: “Para pengikut Daudi Bohro dipimpin oleh Imam sebagai pengganti Nabi yang dijuluki Amirul Mukminin. Mereka mengenal 21 orang imam-imam mereka yang terakhir bernama Maulana Abu aI-Qasim al-Thayyib yang menghilang pada tahun 526 H. Akan tetapi mereka masih percaya bahwa ia masih hidup hingga sekarang. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh para da‟i (dari perkataan itu berasal ungkapan Daudi) yang selalu berhubungan dengan imam yang terakhir itu. Untuk diakui sebagai orang da‟i tidaklah mudah. Ia harus mempunyai 94 kualifikasi yang ringkas dalam 4 kelompok (1) kualifikasi pendidikan; (2) Kualifikasi-kualifikasi administratif; (3) Kualifikasi-Kualifikasi-kualifikasi moral dan teoritikal, dan (4) Kualifikasi-kualifikasi keluarga dan kedudukan dan kepribadian. Yang menarik adalah bahwa diantarkualifikasi itu seorang da‟i harus tampil sebagai pembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kedzaliman. Asghar Ali Engineer dalah seorang da‟i. (Lihat di Djohan Effendi, Memikir Kembali ASUMSI pemikiran Kita, kata pengantar dalam Asghar Ali Engineer, Islam dan pembebasan, terj. Hairus Salim dan Imam Baihaqi, Yogyakarta : LkiS, 1993, hlm. vii).

37

(50)

40

Pada masa kecilnya, Asghar Ali mendapat pendidikan Bahasa Arab, Tafsir, Hadis dan Fikih dari ayahnya dan selanjutnya mengembangkannya sendiri. Asghar Ali juga belajar semua karya-karya penting tentang dakwah Fatimiyah melalui Sayidina Hatim, Sayidin Qadi Nu‟man, Sayidina Muayyad Shirazi, Sayidina Hamiduddin Kirmani, Sayidina Hatim al-Razi, Sayidina Jafar Mansur al-Yaman, dan lain-lain.38

Disamping pendidikan agama, Asghar Ali juga mendapat pendidikan umum. Ayahnya mengirimnya ke sekolah umum dan menyarankan untuk belajar teknik atau kedokteran. Namun Asghar Ali tertarik memilih belajar teknik sipil di Fakultas Teknik di Vikram University, Ujjain, India, dan lulus dengan mendapat gelar doctor. Setelah itu Asghar Ali memilih untuk menetap di Bombay, dan ayahnya juga ikut bergabung bersama di sana. Setelah lulus dari fakultas teknik Asghar Ali mengabdikan dirinya pada Bombay Municipal Corporation selama 20 tahun. Rasa tanggung jawabnya membuatnya memutuskan untuk mengundurkan diri, dan dengan sukarela ia terjun dalam pergerakan reformasi Bohro. Asghar Ali mulai memainkan peran pentingnya di Udaipur, pada waktu itu ia aktif menulis artikel-artikel di surat kabar terkemuka di India antara lain The Times of India, India Express, Statesmen, Telegraph, The Hindu, dan lain-lain. Asghar Ali mulai dikenal

38

(51)

41

sebagai sarjana Islam terkenal setelah mendapat gelar kehormatan D.Litt dari tempat kerjanya di Universitas Calcuta pada bulan Februari 1983. Gelar ini diperolehnya atas karya-karyanya yang berhubungan dengan keharmonisan masyarakaat dan kerusuhan sosial yang ditulis sejak pecahnya kerusuhan pertama di India pada tahun 1961 di Jabalpur.

Setelah itu, Asghar Ali mulai diikut sertakan pada konferensi-konferensi Islam internasional di berbagai negara dan universitas. Asghar Ali mengajar di berbagai universitas di India. Asghar Ali juga mengajar diberbagai universitas di Eropa, Amerika Serikat dan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Eropa tempat ia mengajar antara lain: Ianggris, Jerman, Perancis, Switzerlnd. Di Asia antara lain: Indonesia, Malaysia, Thailand, Pakistan, Sri Lanka, Yaman, Meksiko, Libanon, Mesir, Jepang, dan lain-lain. Di Amerika Serikat tempat ia mengajar antara lain di New York, Colombia, Chicago, UNCL, Chicago Barat Laut, Philadelpia, Minnesota, dan lain-lain.

(52)

42

Rikas Adhyayan Kendra (Center for Development Studies), pemimpin EKTA (Committee for Communal Harmony).

Asghar Ali Engineer juga seorang ketua pendiri AMAN (Asia Muslim Action Network), suatu organisasi jaringan aksi muslim Asia yang mempromosikan hak-hak asasi manusia dan pemahaman lintas keyakinan (agama) di wilayah Asia. Jabatan lain yang dipegangnya adalah Direktur Institut Study Islam. Di sini ia aktif mempromosikan penelitian dan studi-studi dalam perspektif hak asasi manusia di samping itu juga mempelopori perdamaian dan anti kekerasan. Asghar Ali Engineer juga menjabat sebagai ketua Center of Study of Society and Secularism. Atas jasanya dalam bidang sekularisme dan usahanya mempelopori perdamaian dan keharmonisan masyarakat di seluruh negara, pemerintah India memberinya penghargaan Communal Harmony Award pada tahun 1997. penghargaan itu berupa surat tanda penghargaan dan uang sebesar satu laks.

Asghar Ali Engineer juga menerima penghargaan tinggi RB. Joshi Inter-faith Award. Selain itu ia juga mendapatkan penghargaan dari sebuah

(53)

43

2. Karya-karya Asghar Ali Engineer

Selain menulis artikel terkemuka di India, Asghar Ali Engineer juga menulis sejumlah artikel di beberapa jurnal terkemuka, salah satunya adalah Indian Journal of Secularism (India).39

Beberapa karyanya tersebut antara lain;

1. Islam and Revolution (New Delhi: Ajanta Publication, 1984). 2. Islam and Its relevance to our of islam (kuala lumpur: Ikraq, 1987) 3. The Origin and Development of Islam (London: Sangam Book, 1987) 4. The Shah Bano Controversy, ed.Asghar Ali, (Hyderbad: Orient

Longman Limited, 1987)

5. Status of Women in Islam (New Delhi: Ajanta Publication, 1987) 6. Justice, Women and Communal harmony in Islam (New Delhi: Indian

Council of Social Science Research, 1989.

7. Islam and Liberation Theology: Essays on Liberative Elements in Islam (New Delhi: Sterling Publishers Private Limited, 1990)

8. The Right of Women in Islam (Lahore: Vanguard Books, 1992) 9. Islam and Pluralism (Mumbay: Institut of Islamic Studies, 1999) 10. Islam the Ultimate Vision (Mumbay: Institut of Islamic Studies, 1999) 11. The qur’an, women and modern society (New Delhi: Sterling

Publishers Private Limited, 1999)

39

(54)

44

12. Reconstruction of Islamic Thought (Mumbay: Institut of Islamic Studies, 1999)

13. What I Believe (Mumbay: Institut of Islamic Studies, 1999) 14. Problems of Muslim Women in India, 1994

Kreativitas Asghar Ali tidakhanya menulis akan tetapi dia juga tetap aktif dan produktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan Islam dengan berpegang pada syari‟ah.

3. Pemikiran Asghar Ali Engineer

Asghar Ali Engineer mengenai pemikirannya tentang perempuan dibagi menjadi tiga (3), diantaranya: Pertama, asal kejadian manusia. Kedua, hak, peran dan kedudukan perempuan. Ketiga, posisi perempuan dalam keluarga.

a. Asal mula kejadian manusia

Mengenai konsep penciptaan manusia, Islam meletakkan manusia dalam porsi yang sama, Allah tidak membedakan baik laki-laki maupun perempuan, etnis, warna kulit, dan sebagaianya. Sebab, yang membedakan di sisi Allah hanyalah ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 13:

ْكَأ نِإ اوُفَراَعَ تِل َلِئاَاَ يَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ ا نِإ ُسا نلا اَهُ يَأ اَي

ْمُكَمَر

(55)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan berumah tangga dengan kodrat peranan manita itu sangat menentukan. Kebahagiaan dan kesengsaraan baik antara suami istri maupun terhadap anak dan

Misalkan, apabila terbukti secara hukum suami menyakiti fisik istri dengan kedzaliman atau terbukti menelantarkan istri secara sengaja, maka istri berhak atas nafkah

Relasi Pasangan Suami Istri Tanpa Anak Dalam Membangun Keluarga Harmonis: Hubungan antara suami dengan istri atau istri dengan suami yang tidak atau belum memiliki anak selama

Relasi suami istri dalam pola interaksi yang positif, harmonis, dan suasana hati yang damai, yang ditandai oleh keseimbangan hak dan kewajiban keduanya. Keluarga sakinah

dewasa, seharusnya ia bertanggung jawab atas biaya hidupnya sendiri (tidak sebagai beban orang tua) dan hal tersebut berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. 2)

Persetujuan istri ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istri atau istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak

Bekeija bagi perempuan yang menjadi istri dalam rumah tangga adalah. dalam rangka saling membantu, terutama saling menghidupi anak

Sedangkan dampak negatif meliputi ; 1 Berpengaruh pada pembinaan dan pendidikan anak-anak maka kalau tidak aneh banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, 2 Istri yang bekerja diluar