• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KONSELING KELOMPOK DALAM MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO - BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KONSELING KELOMPOK DALAM MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO - BOJONEGORO."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KONSELING KELOMPOK DALAM

MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK

MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO

±

BOJONEGORO

SKRIPSI

Oleh :

SITI NUR FAIZIYAH

D33211061

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Nur Faiziyah, D33211061(2015), Implementasi Konseling Kelompok dalam

Menumbuhkan Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro. Skripsi Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Implementasi Konseling Kelompok, Sikap Percaya diri

Bimbingan dan konseling mempunyai beberapa layanan salah satunya adalah layanan konseling kelompok, dan tujuan dari konseling kelompok itu berfokus pada usaha membantu klien dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari; misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier.

Demikian juga di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo, siswa yang mengalami kurang percaya diri menjadi perhatian khusus untuk guru BK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo. Karena hal yang tampak kecil apabila tidak segera di selesaikan akan dapat menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan pada siswa.

Berdasarkan judul yang penulis teliti yaitu Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro mempunyai 3 rumusan masalah: (1) Bagaimana Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?, (2) Bagaimana kondisi sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?, (3) Apakah Implementasi Konseling Kelompok dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro?.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBA HAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang Masalah ... 01

B. Rumusan Masalah ... 06

C. Tujuan Penelitian ... 07

D. Manfaat Penelitian ... 07

E. Kajian Pustaka ... 08

F. Definisi Konseptual ... 11

G. Sistematika pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI... 14

A. Pembahasan Tentang Konseling Kelompok ... 14

1. Pengertian Konseling Kelompok ... 14

2. Tujuan Konseling Kelompok ... 17

3. Struktur Dalam Konseling Kelompok ... 19

(7)

B. Tinjauan Tentang Sikap Percaya diri ... 27

1. Pengertian Sikap Percaya diri ... 27

2. Ciri-ciri Orang memiliki Sikap Percaya diri ... 32

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap percaya diri ... 34

C. Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri siswa ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

B. Informan Penelitian ... 40

C. Kehadiran Peneliti ... 41

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

E. Sumber Data ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Analisa Data ... 46

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

I. Tahapan Penelitian ... 51

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umum obyek penelitian ... 53

B. Penyajian data... 63

1. Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...63

2. Kondisi Sikap percaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 65

3. Pelaksanaan Konseling Kelompok Dalam Menumbuhkan

(8)

Sumberrejo ... 68

4. Hasil Konseling Kelompok dalam menumbuhkan Sikap percaya diri siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...79

C. AnalisisData ... 84

1. Analisis Data Tentang Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...84

2. Analisis Data Tentang Kondisi Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ...85

3. Analisis Data Tentang Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 86

4. Analisis Data Tentang Hasil Pelaksanaan Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ... 88

BAB V PENUTUP... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... ... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 01

Keadaan Pendidik SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo …….…...56

Tabel 02

Keadaan Peserta Didik SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo ……...…... 57

Tabel 03

Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo... 58

Tabel 04

Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo ………...61

Tabel 05

Lembar Observasi Sebelum Konseling Kelompok ... 81

Tabel 06

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap orang yang dilahirkan memiliki potensi yang

unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

manusia terkadang dalam menjalani hidup sering tidak terpikirkan bahwa

mereka terlahir dalam kepribadian dan potensi yang besar melebihi apa yang

mereka pikirkan. Diantara potensi yang ada dalam diri setiap orang adalah

potensi kepercayaan diri.

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas

kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan

ketika harapan mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

Percaya diri merupakan aspek yang sangat penting karena mampu menjadi

stimulus yang mendorong orang untuk mampu bertindak tanpa ragu. Namun

kenyataannya tidak semua orang dapat tampil dengan sikap yang penuh

dengan kepercayaan diri sehingga membutuhkan cara dalam menumbuhkan

rasa percaya diri.1

1 Fazrah Suleman, Kegunaan Teknik Cinema Therapy dalam Meningkatkan Rasa Percaya diri Remaja,

(11)

2

Sedangkan bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan

dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada

khususnya disekolah. Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat

dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam pendidikan. Latar belakang psikologis berkaitan erat

dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dalam

perkembangannya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu

memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan

diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik

dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu,

diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai

perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.2

Pentingnya bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan,

setidaknya didasarkan tiga alasan, yaitu pertama, pendidikan pada hakikatnya

merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu (siswa).

Hal ini berimplikasi bahwa dalam proses pendidikan menuntut adanya

pendekatan yang luas dari sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud

adalah pendekatan pribadi melalui bimbingan konseling. Kedua, pendidikan

senantiasa berkembang secara dinamis, karenannya selalu terjadi perubahan

dan penyesuaian dalam berbagai komponennya. Dalam menghadapi

2 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar kehidupan, (Bandung: PT

(12)

3

perkembangan ini, para siswa memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri

melalui layanan bimbingan dan konseling. Ketiga, pada hakikatnya guru

mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga

sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru seyogyanya dapat menggunakan

berbagai pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan

pribadi dapat diwujudkan melalui layanan bimbingan dan konseling.3

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling untuk setiap bidang

bimbingannya, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. layanan

konseling kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (konseling)

kepada klien (siswa) melalui kegiatan kelompok. dalam kelompok tersebut

harus diwujudkan aktivitas bimbingan yang membahas berbagai hal yang

berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah individu (siswa) yang

ada dalam kelompok tersebut. masalah-masalah yang dibahas merupakan

masalah perorangan yang muncul didalam kelompok itu, yang meliputi

berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bidang bimbingan

pribadi, sosial, balajar, dan karier). setiap anggota kelompok dapat

menampilkan masalah yang dirasakannya. masalah-masalah tersebut

³GLOD\DQL´Pelalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok,

3 Tohirin, Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(13)

4

masalah demi masalah satu persatu, tanpa terkecuali, sehingga semua masalah

dibicarakan.4

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik

(siswa) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan

pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula

bersifat penyembuhan.

Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik

dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan

diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan

pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa

klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk

berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memililiki suatu

titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran

berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian

kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti

bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada

individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan

minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk

melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal

mungkin melalui perilaku perwujudan diri.

4 Mukhlishah, Administrasi dan Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah, (Jakarta: CV.

(14)

5

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pibadi yang dinamis

yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan

fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, kataris, saling

mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling

menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan

dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling

memperdulikan diantara para peserta konseling kelompok. Klien-klien alam

konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang

memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan

perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling

kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan

pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu,

untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.5 Corey dan Yalom membagi tahapan konseling kelompok menjadi

enam bagian yaitu: (1) Prakonseling, (2) Tahap Permulaan, (3) Tahap

Transisi, (4) Tahap Kerja, (5) Tahap Akhir dan (6) Pasca Konseling.

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo adalah salah satu sekolah yang

cukup kondusif jika dinilai dari segi sarana dan prasarananya, selama ini guru

BK di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo telah memfasilitasi mereka dengan

5 Ahmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika

(15)

6

layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan mereka, salah

satunya layanan konseling kelompok bagi siswa yang bermasalah.

Pada awal observasi dan wawancara di SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo ada 3 Jurusan yaitu AK (Akuntasi), APK (Administrasi

PerKantoran) dan ANKES (Analisis Kesehatan), ditemukan di kelas X APK

ada beberapa anak yang kurang memiliki sikap percaya diri, sikap yang di

tunjukkan siswa berupa menarik diri dari pergaulan, pendiam, tidak berani

mengungkapkan pendapat, takut, sensitif, pesimis dan sebagainya.

Berkenaan dengan sikap tersebut maka guru BK di sekolah sangatlah

berperan dalam menumbuhkan sikap percaya diri untuk menemukan kembali

konsep dirinya sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti sebagai mahasiswa Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel program studi Bimbingan

Konseling tertarik meneliti lebih lanjut tentang:

³,03/(0(17$6, .216(/,1* KELOMPOK DALAM

MENUMBUHKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK

MUHAMMADIYAH 2 SUMBERREJO ±%2-21(*252´

B. Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan dalam penelitian, maka rumusan masalah

(16)

7

1. Bagaimana Konseling Kelompok di SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo-Bojonegoro ?

2. Bagaimana Kondisi Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo-Bojonegoro ?

3. Apakah Implementasi Konseling Kelompok dapat menumbuhkan sikap

pecaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Implementasi Konseling Kelompok di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

2. Untuk mendeskripsikan kondisi sikap percaya diri siswa di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

3. Untuk mendeskripsikan Implementasi Konseling Kelompok dapat

menumbuhkan sikap pecaya diri siswa SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo-Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

antara lain:

a. Bagi Fakultas

Bagi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi

(17)

8

mahasiswa jurusan Kependidikan Islam konsentrasi bimbingan dan

konseling angkatan berikutnya dalam melakukan penelitian tentang

permasalahan siswa di lingkungan sekolah.

b. Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah siswa yang kurang

percaya diri di lingkungan sekolah agar lebih mudah berinteraksi dalam

bergaul di lingkungan sekolah.

c. Bagi guru bimbingan dan konseling

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

membantu menyelesaikan masalah siswa dalam menumbuhkan sikap

percaya diri di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro agar

tercipta suasana kelas yang menyenangkan.

d. Untuk penulis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang

berharga dalam kehidupan penulis. Dan dapat dijadikan acuan ketika

nanti terjun langsung di lembaga pendidikan.

2) Sebagai tugas akhir skripsi.

E. Kajian Pustaka

Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini, peneliti

mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain, yang

(18)

9

perbandingan dalam penelitian. Adapun penelitian yang terkait dengan

penelitian penulis adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Kependidikan Islam. Oleh

Sahid Suryanto Nim. D03208033 (2012) GHQJDQMXGXOVNULSVL³%,0%,1*$1

KONSELING KELOMPOK DALAM MEMBENTUK PERILAKU

ASERTIF BAGI SISWA TERISOLASI´. (Studi kasus pada siswa kelas VII C

SMP Negeri 3 Surabaya). Pada skripsi ini penulis menggambarkan bentuk

kasus siswa terisolasi yang ada di SMP Negeri 3 Surabaya. Serta

pembentukan perilaku asertif anak terisoalasi melalui bimbingan kelompok,

dengan berbagai ciri-ciri, faktor-faktor, langkah-langkah dan tahapan

pembentukan. Dari hasil analisa tersebut dapat kita ketahui bahwa konseling

kelompok dalam membentuk perilaku asertif anak terisolasi berhasil

dilakukan di SMP Negeri 3 Surabaya, dengan program ini siswa terisolasi

menjadi lebih tanggung jawab, berani, aktif, mampu berinteraksi dan

kepercayaan diri meningkat, mereka menjadi mudah dalam berteman dan

lebih aktif didalam kelas, mereka mulai bertanya ataupun mengungkapkan

pendapat dalam suatu forum serta mempertahankannya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Kependidikan Islam. Oleh

Nurlia Izawati Nim. D03208054 (2013) dengan judul skripsi

(19)

10

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA KORBAN

%8//<,1*´ 6WXGL .DVXV VLVZD ; GL 603 1 6XUDED\D. Permasalahan

yang dikaji dalam skripsi ini adalah pelaksanaan bimbingan konseling dengan

Terapi Realitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan pelaksanaan Terapi Realitas dalam upaya meningkatkan rasa

percaya diri siswa korban bullying. Berdasarkan dari hasil penelitian ini

adalah terdapat siswa yang menjadi korban bullying teman-temannya dan

setelah dilaksanakan terapi realitas siswa tersebut mengalami perubahan

kearah positif, siswa mulai terbuka dalam bergaul dengan teman-temannya,

tidak lagi mudah tersinggung. Serta dapat berfikir positif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi dapat disimpulkan degan terapi

realitas siswa yang menjadi korban bullying merasa terbantu. Yaitu siswa

menjadi bersemangat dalam belajar dan berteman dan juga dapat membantu

perkembangan psikologisnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Psikologi. Oleh

Syamrotul Isnaini Nim. B07109093 (2013) dengan judul skripsi

³KEPERCAYAA1 ',5, 3$'$ 6,6:$ 781$'$.6$´ 6WXGL 0XOWLkasus

di SMP Inklusi dan SLTPLB-D). Penelitian ni bertujuan untuk memahami

kepercayaan diri pada siswa Tunadaksa di SMP Inklusi dan Siswa Tunadaksa

di SLTPLB-D. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

(20)

11

penelitian yaitu untuk memahami faktor kepercayaan diri di SMP Inklusi dan

SLTPLB-D. Hasil penelitian menunjukkan dapat diketahui bahwa subyek

siswa Tunadaksa di sekolah inklusi yang meiliki rasa percaya diri yang kurang

bagus dan siswa Tunadaksa di SLTPLB-D yang memiliki rasa percaya diri

yang bagus. Subyek mampu melakukan interaksi sosial yang baik dengan

lingkungan sekolahnya.

F. Definisi Konseptual

Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta

memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan

penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah Implementasi

Konseling Kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro. Adapun rincian definisinya adalah:

1. Implementasi Konseling Kelompok

Implementasi di dalam kamus ilmiah popular karangan W.J.S.

Purwadarminta adalah perihal (perbuatan usaha dan sebagainya)

melaksanakan (rancangan dan sebagainya).6 Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan

kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan

pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan

prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

6

(21)

12

2. Sikap percaya diri

Menurut Thantaway dalam kamus istilah Bimbingan dan Konseling, Percaya

diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi

keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya

pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.7 3. SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro, merupakan salah satu

Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang ada di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. SMK Muhammadiyah ini beralamat di Komplek Masjid

At-taqwa Sumberrejo Kab. Bojonegoro.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan

berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan,

yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

dalam bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara

keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, kajian pustaka dan

sistematika pembahasan.

7 Haryanto, Pengertian Kepercayaan Diri, Artikel, belajar psikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/

(22)

13

BAB II KAJIAN TEORI

merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan

penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan

Konseling kelompok meliputi : pengertian, tujuan, struktur, tahapan

konseling kelompok serta pengertian sikap percaya diri, ciri-ciri sikap

percaya diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap percaya diri.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis

penelitian, informan penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisa data, teknik pemeriksaan keabsahan

data

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum

obyek penelitian, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan konseling kelompok,

analisis pelaksanaan dan hasil pelaksanaan konseling kelompok.

BAB V PENUTUP

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PEMBAHASAN TENTANG KONSELING KELOMPOK

1. PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan

pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.

Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang

bergerak, yang berkembang yang ditandai adanya interaksi antar sesama

anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling

yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.8

Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk

konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan

balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya

menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

Konseling kelompok menurut Gazda adalah:

³*URXSFRXQVHOLQJLVDG\QDPLFLQWHUSHUVRQDOprocess focusing on conscious

thought and behaviorand involving the therapy functions of permissiveneness,

8

(24)

15

orientation to reality, catharsis and mutual trust, caring, understanding,

acceptance, and support. The therapy functions are created and nurtured in

VPDOOJURXSWKURXJKWKHVKDULQJRISHUVRQDOFRQFHUQVZLWKRQH¶VSHHUDQGWKH

counselor.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka konseling kelompok

secara prinsipil adalah sebagai berikut.

1) Konseling kelompok merupkan hubungan (antara) konselor dengan beberapa

klien;

2) Konseling kelompok berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari.

3) Dalam konseling kelompok terdapat faktor-faktor yang merupakan aspek

terapi bagi klien.

4) Konseling kelompok bermaksud memberikan dorongan dan pemahaman

kepada klien, untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.9

Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi

pembicaraan dalam konseling kelompok. Konseling kelompok menghendaki

agar para klien (para peserta) dapat mengungkapkan dan mengemukakan

keadaan diri masing-masing sepenuh-penuhnya dan seterbuka mungkin. Dalam

hal ini, asas kerahasiaan menjadi menonjol. Masing-masing klien perlu

mempercayai konselor dan rekan-rekan mereka sesama anggota kelompok,

bahwa kerahasiaan segenap apa yang mereka kemukakan terjamin sepenuhnya.

(25)

16

Mayer dan Smith pada tahun 1997 melalui penelitiannya

membuktikan bahwa kurangnya kepercayaan para anggota tentang terjaminnya

kerahasiaan itu akan mengurangi sikap keterbukaan para anggota. Selanjutnya,

Davis sendiri mengungkapkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa

pernyataan konselor yang meyakinkan dihadapan segenap anggota kelompok

bahwa ia benar-benar akan menjaga kerahasiaan seluruh anggota kelompok

secara signifikan mempengaruhi kehendak dan sikap para anggota itu

mengemukakan apa yang ingin dikemukakan di dalam kelompok itu. Lebih

jauh konselor juga harus membina semua anggota kelompok agar mereka

menyadari pentingnya menjaga rahasia itu, dan agar mereka saling menjaga

rahasia temannya, sehingga dengan demikian mereka saling mempercayai.

Sikap konselor dan para anggota serta suasana yang sepenuhnya sejalan dengan

asas kerahasiaan itu merupakan salah satu aturan yang khas harus diikuti oleh

seluruh kelompok, dan hal itu merupakan ciri khusus pula dari konseling

kelompok.

Hasen, Warner & Smith menegaskan lebih lanjut bahwa layanan

konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk menangani

konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan

(26)

17

berorientasi pada pengembangan individu, pencegahan dan pengentasan

masalah.10

2. TUJUAN KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam

melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan

penyesuaian sehari-hari; misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan

keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier.

Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk terapeutik yang berhubungan

dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan

individu.11

Sementara itu Wiener juga mengatakan bahwa tujuan dari konseling

adalah sebagai media terapeutik bagi klien, karena dapat meningkatkan

pemahaman diri dan berguna untuk perubahan tingkah laku secara individual.

George dan Cristiani juga menjelaskan bahwa konseling kelompok

dimanfaatkan sebagai proses belajar dan upaya membantu klien dalam

pemecahan masalahnya.

Selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok,

maka penulis merasa perlu menguraikan kelebihan dan kekurangan pada

konseling kelompok pada bagian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca

10 Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999)

Hal: 313,315 11

(27)

18

untuk mengetahui lebih jauh mengenai konseling dalam format kelompok ada

berapa kelebihan dan kekurangan yang dapat diperoleh klien melalui konseling

kelompok seperti yang dikemukakan Hough berikut ini:

1. Konseling kelompok menerapkan pendekatan yang menjalin hubungan

perasaan sebagai sebuah kelompok dalam masyarakat yang sudah saling

terasing dan tidak memiliki aturan yang jelas.

2. Kelompok juga saling memberikan dukungan dalam menghadapi masalah yang

dihadapi setiap orang.

3. Kelompok dapat memberikan kesempatan untuk belajar antara satu sama lain.

4. Kelompok dapat menjadi motivator bagi masing-masing klien. Mereka yang

merasa telah menjadi anggota kelompok akan berusaha menyesuaikan

perilakunya dengan harapan kelompok.

5. Kelompok dapat menjadi tempat yang baik untuk menguji dan mencoba

perilaku yang baru.

6. Kelompok menanamkan perasaan tenteram kepada anggotanya karena mereka

bebas dapat berbicara dengan orang yang tidak akan menertawakan atau

merendahkan mereka masing-masing memiliki masalah.

7. Anggota-anggota kelompok yang ada dapat saling membantu dengan menjadi

buddy (pasangan yang selalu dapat memberikan pertolongan dan bersedian

membantu) dan juga dapat menjadi mentor kepada anggota kelompok yang

(28)

19

Sebaik apapun format konseling yang digunakan, tetap saja akan kita

lihat kekurangan atau keterbatasan pada praktiknya. Berikut ini adalah

keterbatasan yang terdapat dalam konseling kelompok:

1. Klien perlu menjalani konseling individual terlebih dahulu sebelum

mengikuti konseling kelompok. Karena apabila tidak dilakukan, ia akan

mengalami kesulitan untuk langsung bergabung dengan anggota kelompok.

2. Konselor harus memberikan perhatian secara adil pada semua anggota

kelompok. Dan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

3. .HORPSRNGDSDWEXEDUVHNHWLNDNDUHQDPDVDODKGDODP³SURVHVNHORPSRN´

4. Klien yang sulit mempercayai orang lain akan berpengaruh negatif pada

situasi konseling secara keseluruhan.12

3. STRUKTUR DALAM KONSELING KELOMPOK

Konseling kelompok memiliki struktur yang sama dengan terapi

kelompok pada umumnya. Struktur kelompok yang dimaksud menyangkut

orang yang terlibat dalam kelompok, jumlah orang yang menjadi partisipan,

banyak waktu yang diperlukan bagi suatu terapi kelompok dan sifat kelompok.

1. Jumlah anggota kelompok

Konseling kelompok umumnya beranggota berkisar antara 4 sampai 12

orang. Berdasarkan hasil berbagai penelitian, jumlah anggota kelompok yang

kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika kelompok kurang hidup.

12 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: KENCANA Prenanda

(29)

20

Sebaliknya jika jumlah klien melebihi 12 orang adalah terlalu besar untuk

konseling karena terlalu berat dalam mengelola kelompok.

Untuk menetapakan jumlah klien yang dapat berpartisipasi dalam

konseling kelompok dapat ditetapkan berdasarkan kemampuan konselor dan

pertimbangan efektivitas proses kelompok. Jika jumlah klien dipandang besar

dan membutuhkan pengelolaaan yang lebih, konselor dapat dibantu oleh

pendamping konselor (co-therapist).

2. Homogenitas kelompok

Apakah kelompok dibuat homogen atau heterogen? Tidak ada ketentuan

yang pasti soal homogenitas keanggotaan suatu konseling kelompok. Sebagian

konseling kelompok dibuat homogen dari segi jenis kelamin, jenis masalah dan

gangguan, kelompok usia, dan sebagainya. Pada saat lain homogenitas ini tidak

diperhitungkan secara khusus, artinya suatu konseling kelompok, misalnya dari

segi usia diikuti oleh remaja maupun orang dewasa, tanpa ada penyaringan

terlebih dahulu kelompok usianya. Penentuan homogenitas keangotaan ini

disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola

konseling kelompok.

3. Sifat kelompok

Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat

dapat menerima anggota baru dan dikatakan tertutup jika keanggotaannya tidak

memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan penggunaan keanggotaan

(30)

21

Kelompok terbuka maupun tertutup terdapat keuntungan dan

kerugiannya. Sifat kelompok adalah terbuka maka setiap saat kelompok dapat

menerima anggota baru sampai batas yang dianggap cukup. Namun demikian

adanya anggota baru dalam kelompok akan menyulitkan pembentukan

kohesivitas anggota kelompok.

Konseling kelompok yang menerapkan anggota tetap dapat lebih mudah

membentuk dan memelihara kohesivitasnya. Tetapi jika terdapat anggota

kelompok yang keluar, dengan sistem keanggotaan yang keluar dengan sistem

keanggotaan demikian tidak dapat ditambahkan lagi dan harus menjalankan

konseling beberapa pun jumlah anggotanya.

4. Waktu pelaksanaan

Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok sangat bergantung

kepada kompleksitas permasalah yang dihadapi kelompok. Secara umum

konseling kelompok yang bersifat jangka pendek (sort-term group counseling)

membutuhkan waktu pertemuan antara 8 sampai 20 pertemuan, dengan

frekuensi pertemuan antara satu sampai tiga kali dalam seminggunya, dan

durasinya antara 60 sampai 90 menit setiap pertemuan.

Durasi pertemuan konseling kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan

oleh situasi dan kondisi anggota kelompok. Menurut Yalom durasi konseling

yang terlalu lama yaitu diatas dua jam menjadi tidak kondusif, karena beberapa

alasan, yaitu: (1) anggota telah mencapai tingkat kelelahan dan (2) pembicaraan

(31)

22

menjadi perhitungan bagi konselor. Konseling tidak dapat diselesaikan dengan

memperpanjang durasi pertemuan, tetapi pada proses pembelajaran selama

proses konseling.

Dalam kaitannya dengan waktu yang digunakan, konseling kelompok

tidak bisa diselenggarakan dalam interval waktu yang pendek. Konseling

kelompok umumnya diselenggarakan satu hingga dua kali dalam seminggu.

Penyelenggaraan dengan interval yang lebih sering akan mengurangi

penyerapan dan informasi dan umpan balik yang didapatkan selama proses

konseling. Jika terlalu jarang, misalnya satu dalam dua minggu, banyak

informasi dan umpan balik yang dapat dilupakan.13

4. TAHAPAN KONSELING KELOMPOK

Corey dan Yalom yang membagi tahapan tersebut menjadi enam

bagian yaitu: prakonseling, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap

akhir dan pascakonseling. Berikut adalah uraiannya.

1. Prakonseling

Tahap prakonseling dianggap sebagai tahap persiapan pembentukan

kelompok. Adapun hal-hal mendasar yang dibahas pada tahap ini adalah para

klien yang telah diseleksi akan dimasukkan dalam keanggotaan yang sama

menurut pertimbangan homogenitas. Setelah itu, konselor akan menawarkan

program yang dapat dijalankan untuk mencapai tujuan. Penting sekali bahwa

pada tahap inilah konselor menanamkan harapan pada anggota kelompok agar

(32)

23

bahu membahu mewujudkan tujuan bersama sehingga proses konseling akan

berjalan efektif. Konselor juga perlu menekankan bahwa pada konseling

kelompok hal yang paling utama adalah keterlibatan klien untuk ikut

berpartisipasi dalam keanggotaannya dan tidak sekedar hadir dalam pertemuan

kelompok. Selain itu, konselor juga perlu memerhatikan kesamaan masalah

sehingga semua masalah anggota dapat difokuskan kepada inti permasalahan

yang sebenarnya.14

2. Tahap Permulaan

Tahap ini ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok. Adapun

manfaat dari dibentuknya struktur kelompok ini adalah agar anggota kelompok

dapat memahami aturan yang ada dalam kelompok. Aturan-aturan ini akan

menuntut anggota kelompok untuk bertanggung jawab pada tujuan dan proses

kelompok. Konselor dapat kembali menegaskan tujuan yang harus dicapai

dalam konseling. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan klien pada makna

kehadirannya terlibat dalam kelompok.

Selain itu, klien diarahkan untuk memperkenalkan diri mereka

masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelompok (konselor). Pada saat inilah klien

menjelaskan tentang dirinya dan tujuan yang ingin dicapainya dalam proses

konseling. Biasanya klien hanya akan menceritakan hal-hal umum yang ada

pada dirinya dan belum mengungkapkan masalahnya.

14

(33)

24

Black menguraikan secara sistematis langkah yang dijalani pada tahap

permulaan adalah perkenalan, pengungkapan tujuan yang ingin dicapai,

penjelasan aturan dan penggalian ide dan perasaan. Adapun tujuan yang ingin

dicapai pada tahap ini adalah anggota kelompok dapat saling percaya satu sama

lain serta menjaga hubungan yang berpusat pada kelompok melalui saling

memberi umpan balik, memberi dukungan, saling toleransi terhadap perbedaan

dan saling memberi penguatan positif.15

3. Tahap Transisi

Tahap ini disebut Prayitno sebagai tahap peralihan. Hal umum yang

sering kali muncul pada tahap ini adalah terjadinya suasana keseimbangan

dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor diharapkan dapat

membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah tersebut

dapat bersama-sama dirumuskan dan diketahui penyebabnya. Walaupun

anggota kelompok mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula terjadi

kecemasan, resistensi, konflik dan keengganan anggota kelompok membuka

diri. Oleh karena itu, konselor selaku pimpinan kelompok harus dapat

mengontrol dan menggarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan

menjadikan anggota kelompok sebagai keluarganya sendiri.

4. Tahap Kerja

Prayitno menyebut tahap ini sebagai tahap kegiatan. Tahap ini dilakukan

setelah permasalahan anggota kelompok diketahui penyebabnya sehingga

15

(34)

25

konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu menyusun rencana

tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah dapat membuka

dirinya lebih jauh dan menghilangkan defesifnya, adanya perilaku modelling

yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta belajar untuk

bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi, pada tahap

ini juga dapat saja terjadi konfirmasi antar anggota dan transferensi. Dan peran

konselor dalam hal ini adalah berupaya menjaga keterlibatan dan kebersamaan

anggota kelompok secara aktif.

Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya.

Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini

juga dapat dilalui dengan baik, begitupun sebaliknya. Apabila tahap ini berjalan

dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa

mengharapkan campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.16

5. Tahap Akhir

Tahapan ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba

perilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan

balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota

kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku

kelompok apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap

sebagai tahap melatih diri klien untuk melakukan perubahan.

(35)

26

Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa

kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai

dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari pengalaman

sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki

masalah belum dapat terselesaikan pada tahap ini masalah tersebut harus

diselesaikan.

Konselor dapat memastikan waktu yang tepat untuk mengakhiri proses

konseling. Apabila anggota kelompok merasakan bahwa tujuan telah tercapai

dan telah terjadi perubahan perilaku maka proses konseling dapat segera

diakhiri.

6. Pasca-Konseling

Jika proses konseling telah berakhir, sebaiknya konselor menetapkan

adanya evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari konseling kelompok. Evaluasi

bahkan sangat diperlukan apabila terdapat hambatan dan kendala yang terjadi

dalam pelaksanaan kegiatan dan perubahan perilaku anggota kelompok setelah

proses konseling terakhir.

Konselor dapat menyusun rencana baru atau melakukan perbaikan pada

rencana yang telah dibuat sebelumnya. Atau dapat melakukan perbaikan

terhadap cara pelaksanaanya. Apapun hasil dari proses konseling kelompok

(36)

27

anggota kelompok. Karena inilah inti dari konseling kelompok yaitu mencapai

tujuan bersama.17

B. TINJAUAN TENTANG SIKAP PERCAYA DIRI 1. Pengertian Sikap Percaya diri

Kepercayaan diri menurut Thursan Hakim adalah suatu keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan didalam

hidupnya.18

Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap

kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik

positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar

dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Seseorang yang percaya diri dapat

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan

dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk

meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat

keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri.

Sedangkan kepercayaan diri menurut Thursan Hakim Rasa percaya diri tidak

(37)

28

muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya

sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri.19

Menurut Dan Sullivan dan Catherine Nomura Setiap perkembangan

mengharuskan kita melangkah jauh melampaui pencapaian kita sebelumnya.

Ketika kita melakukan hal ini, rasa percaya diri bahwa kita mampu menghadapi

tantangan-tantangan baru menjadi meningkat. Rasa percaya diri memberi kita

kemampuan untuk mengatasi rasa takut untuk terus berusaha dan terus

memikirkan masa depan kita yang lebih besar.20

Sedangkan menurut Yusuf Al-Uqshari rasa percaya diri adalah

persenyawaan antara proses olah pikir dan rasa kepuasan jiwa, Artinya kita

sudah benar-benar merasa puas dengan diri kita. Alhasil, seorang individu yang

punya rasa percaya diri akan senantiasa measa bahwa ia adalah individu yang

positif dan berpotensi bisa andil sekaligus bisa bekerja sama dengan orang lain

dalam berbagai segmen kehidupan. Disamping itu ia mampu memanfaatkan

rasa percaya diri yang dimilikinya untuk menyukseskan setiap aktifitas yang

dilakukannya dengan baik.21

Percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan

19

Holikul Anwar, Percaya Diri (PD).Apaitu Percaya diri? Artikel. Gaya Hidup.

http://holikulanwar.blogspot.com/2012/05/percaya-diri-pd-apa-itu-percaya-diri.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 08:25)

20 Dan Sullivan dan Ctherine Nomura, The Laws Of Lifetime Growth : Jadikan Masa Depan Anda

Lebih Besar Daripada Masa Lalu Anda , (PT Gelora Aksara Pratama, 2009) Hal:73

(38)

29

mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika

harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berfikir positif dan dapat

menerimanya. Kepercayaan diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak

terpengaruh oleh argumentasi rasional yang hanya terpengaruh oleh hal-hal

yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun rasa percaya

diri diperlukan sesuatu hal yang sama yaitu : Emosi, perasaan dan imajinasi.

Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya

diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan

rasa percaya diri.

Thantaway dalam kamus bimbingan dan konseling mengatakan

percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang member

keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.

Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif serta kurang percaya

pada kemampuannya sehingga ia sering menutup diri.

Surya mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan

bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras didalam

berusaha serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilikinya

tanpa harus mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan

dirinya sehingga nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Hakim bahwa kepercayaan diri dapat diartikan

(39)

30

dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa

mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

Kepercayaan diri merupakan kemauan untuk mencoba sesuatu yang

paling menakutkan bagi individu, dan individu tersebut yakin akan mampu

mengelola apapun yang timbul sesuai yang diharapkan. Kepercayaan diri itu

sendiri adalah kepercayaan yang berasal dari orang lain yang sangat bermanfaat

bagi perkembangan kepribadian individu tersebut. Seseorang yang mendapat

kepercayaan dari orang lain merasa dirinya dihargai, dihormati, dan merasa

dirinya bertingkah laku secara bertanggung jawab.

Sejalan dengan itu Angelis mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah

keyakinan akan diri sendiri, berarti tidak meragukan kemampuan dan

mengetahui apa yang akan dilakukan, berani memulai sesuatu, selalu

membayangkan bahwa dirinya mampu mencapai hasil yang memadai serta

kemampuan untuk mengambil keputusan melalui permasalahan yang

dikonsultasikan. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang

memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap

diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang

dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek, sikap dan kepercayaan

(40)

31

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan

diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan

ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung

memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan.

Kepercayaan diri bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan

banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan

menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif, dan

efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan,

kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki

kepercayaan diri, seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai

kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan

mampu membuat keputusan sendiri. Selanjutnya ditegaskan bahwa orang yang

mempunyai kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang

sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki

kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang

percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan

prestasinya sendiri.22

22 E-jurnal, Self : Pengertian Kepercayaan Diri. Artikel

(41)

32

Menurut Gael Lindenfield sebuah definisi yang sangat luas yang

disetujui kebanyakan orang adalah: orang yang pecaya diri ialah orang yang

merasa puas dengan dirinya.23

2. Ciri-ciri Orang Memiliki Sikap Percaya Diri

Ciri-Ciri Kepercayaan Diri ada beberapa macam. Menurut Hakim

orang yang percaya diri mampu menjalankan tugas-tugas dengan baik dan

bertanggung jawab serta mempunyai rencana terhadap masa depannya, kreatif,

toleransi, dalam pekerjaannya dan biasanya orang tersebut mempunyai

keyakinan pada diri sendiri.

Selanjutnya Hakim mengatakan bahwa orang yang memiliki

kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

2. Mempunyai potensi dan kemampuan memadai

3. Mandiri, yaitu orang yang memandang segala sesuatu sendiri tanpa menunggu

perintah orang lain

4. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi

5. Memiliki keahlian atau keterampilan

6. Memiliki kemampuan bersosialisasi

(42)

33

7. Optimis, yaitu orang yang memandang segala sesuatu dari segi yang

mengandung harapan baik dan bereaksi positif dalam menghadapi masalah

8. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan memikul bagian terhadap urusan

dirisendiri sehingga dapat memikul kepercayaan dengan baik

9. Tidak mementingkan diri sendiri yaitu merupakan suatu tindakan untuk

memikirkan orang lain bukan untuk memusatkan perhatian terhadap

kepentingan sendiri

10.Tidak memerlukan dukungan orang lain yaitu seseorang yang memiliki pribadi

yang matang ialah orang yang dapat menguasai lingkungan secara aktif dan

mandiri tanpa menuntut banyak dari orang lain.24

Ciri-ciri orang percaya diri menurut Lauster mengemukakan ciri-ciri

orang yang memiliki rasa percaya diri sebagai berikut: tidak mementingkan diri

sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu dukungan orang lain, selalu

optimis, mampu bekerja sama, bertanggungjawab atas pekerjaanya. Rogers

mengemukakan macam-macam orang yang memiliki rasa percaya diri adalah

selalu terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Frandson memberikan

ciri-ciri individu yang percaya diri sebagai individu dalam mengerjakan

tugas-tugasnya, bertanggung jawab atas perbuatannya, memiliki rasa menghargai,

24 E-jurnal, Self: Ciri-ciri Kepercayaan diri. Artikel

(43)

34

tabah dalam menghadapi tantangan dari segala bidang dan tidak merasa rendah

diri di lingkungan teman-temannya.25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Percaya Diri

Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang

menurut Hakim sebagai berikut:

a) Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya

diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan

diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.

b) Pendidikan Formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana

sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah

lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk

mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

c) Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian

yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang

berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih

25 E-jurnal, Self: Ciri-ciri orang percaya diri, Artikel

(44)

35

mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain

merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa

didapatkan melalui pendidikan non formal. Secara formal dapat

digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan

positif diri sendiri dan rasa aman.

Menurut Loekmono rasa percaya diri tidak terbentuk dengan

sendirinya melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian seseorang

secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan

orang lain di sekitar lingkunganya dan semuanya itu mempengaruhi

pertumbuhan rasa percaya diri. Dalam hal ini dapat dikatakan kepercayaan

diri muncul dari individu sendiri karena adanya rasa aman, penerimaan

akan keadaan diri dan adanya hubungan dengan orang lain serta lingkungan

yang mampu memberikan penilaian dan dukungan, sehingga mempengaruhi

pertumbuhan rasa percaya diri. Dukungan yang ada serta penerimaan dari

keluarga dapat pula mempengaruhi rasa percaya diri dalam hal ini adalah

remaja sebagai anggota keluarga. Orangtua mampu memberikan nasehat,

pengarahan, informasi kepada remaja dalam kaitannya dengan rasa percaya

diri.26

26 Bambang Rustanto, Kepercayaan Diri, Artikel Psikologi

(45)

36

Menurut Rini kepercayaan diri tidak diperoleh secara instan,

melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan.

Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang,

namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini merupakan faktor yang amat

mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima

oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tuan yang

menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan

emosional yang tulus dengan anak membangkitkan rasa percaya diri pada anak

tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dihadapan

orang tuannya. Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan

perhatian pada anak atau suka mengkritik dan sering memarahi anak. Namun

kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, karena orang tua tersebut tidak

pernah puas dengan hasil yang dicapai anak ataupun seolah-olah menunjukkan

ketidakpercayaan orang tua pada kemampuan dan kemandirian anak.

Terkadang sikap orang tua yang terlalu overprotective terhadap anak, juga

dapat berdampak meningkatkan ketergantungan dan menghambat kepercayaan

diri pada anak sehingga anak tidak dapat belajar mengatasi masalah dan

tantangannya sendiri karena segala sesuatu disediakan/dibantu orang tua.

Menurut psikolog Dena Khairani orangtua dan masyarakat seringkali

meletakkan standar dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak

(46)

37

kelemahan anak, ataupun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak

sendiri, dengan tanpa sadar telah menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut.

Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak

bisa menerima kenyataan dirinya karena di masa lalu dan bahkan hingga kini.

Oleh Sebab itu Menurut pendapat Angelis bahwa orang yang

mempunyai kepercayaan diri berani mencoba dan melakukan hal-hal baru

dalam situasi apapun. Tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain,

karena ia merasa cukup aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri

mengenai kegagalan atau kesuksesan.27

C. Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan Sikap Percaya diri Siswa

Sikap percaya diri tidak begitu saja melekat pada anak. Kemampuan

percaya diri bukan bawaan dari lahir atau turunan anak. Terbentuknya

kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar bagaimana merespon

berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya

khususnya dilingkungan sekolah.28

Untuk membantu siswa dalam menumbuhkan sikap percaya diri, maka

yang seharusnya dilakukan guru BK yaitu mengobservasi siswa dengan

mencari informasi dari berbagai sumber dan selanjutnya untuk mengatasi rasa

27 E-jurnal, Self: Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri,

http://www.e-jurnal.com/2014/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_10.html (diakses 10 Maret 2015 pukul 07:37)

(47)

38

kurang percaya diri tersebut adalah dengan layanan konseling kelompok,

dikarenakan disamping bersifat efisien juga secara tidak langsung siswa

tersebut akan belajar untuk bersosialisasi dalam lingkup yang mungkin bisa

dikatakan kecil. 29

Dalam pelaksanaannya konseling kelompok ada enam tahapan yaitu:

1. Prakonseling

2. Tahap permulaan

3. Tahap transisi

4. Tahap kerja

5. Tahap akhir

6. Pascakonseling.

29 Chitysonya, Artikel Meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok,

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu

penelitian ilmiah yang yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena

dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.30

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana data

yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan,

dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.31

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan

jenis penelitian ini memakai pendekatan kualitatif karena melalui metode

tersebut lebih tepat untuk mengidentifikasi konseling kelompok dalam

menumbuhkan sikap percaya diri siswa. Data yang dikumpulkan disini berupa

kata-kata, gambar perilaku, kemudian hasil penelitian tersebut penulis

ungkapkan dalam bentuk kalimat.

(49)

40

B. INFORMAN PENELITIAN

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi, oleh

pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan

eahami data, nformasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.32

Dalam hal ini ada beberapa informan antara lain:

a. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab langsung

terhadap program yang dilaksanankan Guru BK terkait dengan

bimbingan konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri

siswa.

b. Guru BK SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo adalah orang yang secara

langsung menangani permasalahan yang dialami siswa. Khususnya

dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa melalui konseling

kelompok.

c. Wali kelas adalah orang yang secara langsung mengetahui kondisi siswa

dan bertanggung jawab dikelas. Mengetahui kondisi anak yang kurang

percaya diri dan perubahannya setelah mengikuti konseling kelompok.

d. Siswa adalah individu yang diduga mengalami problem. Informasi yang

diperoleh dari siswa ini antara lain adalah hubungan sosialnya baik

dengan teman, guru maupun orang-orang yang behubungan secara

langsung serta mengikuti proses konseling kelompok.

(50)

41

e. Teman-teman sekelasnya, anak yang selalu berhubungan sebagai teman

sebaya.

C. KEHADIRAN PENELITI

Peneliti sebagai instrument penelitian dimaksudkan sebagai

pewawancara dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti akan

mewawancarai kepala sekolah, Guru BK, Wali Kelas dan siswa, peneliti

mengamati proses kegiatan pembelajaran, keadaan sarana dan prasarana di

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo. Jadi selama penelitian ini dilakukan

peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data, dan

sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan

peneliti adalah sebagai pelaksana, pengumpul data, penganalisis, dan akhirnya

pelapor hasil penelitian.

D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Dalam penelitian skripsi ini penulis memilih tempat Penelitian di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo-Bojonegoro, merupakan salah satu Sekolah

Menengah Kejuruan Swasta yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

SMK Muhammadiyah ini beralamat di Komplek Masjid At-taqwa

Sumberrejo Kab. Bojonogoro sebagai obyek penelitian. Adapun yang akan

menjadi subyek penelitian adalah sebagian siswa yang kurang memiliki

percaya diri. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat

(51)

42

E. SUMBER DATA

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi

kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik33.

Data primer dalam penelitian ini meliputi :

1. Data siswa yang diduga kurang memiki rasa percaya diri kelas X APK di

SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

2. Dokumen-dokumen konseling kelompok siswa kelas X APK di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

3. Absensi siswa dalam mengikuti konseling kelompok yang dilakukan oleh

guru BK SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Data diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam yang

berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.

Sumber data skunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti untuk

melengkapi atau menunjang data yang pertama. Yang termasuk sebagai

sumber data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo misalnya, hasil penelitian, literatur yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

Sedang data sekunder merupakan data suplemen meliputi:

(52)

43

1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo.

2. Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

3. Visi dan Misi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta siswa SMK Muhammadiyah 2

Sumberrejo.

5. Sarana dan Prasarana SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Sumber data dalam penelitian ini adalah ucapan dan tindakan melalui

wawancara dan pengamatan langsung pada obyek, informan kunci (key

informan) dan selebihnya dari dokumen-dokumen yang relevan dengan focus

masalah yang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap lebih

mengetahui kegiatan belajar mengajar siswa didalam kelas, informan kunci

tersebut adalah Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru pelajaran, Guru BK dan

Siswa.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti disini menggunakan

beberapa pengumpulan data diantaranya, yaitu:

(53)

44

Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan cara mengamati

dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.34

Dengan demikian, peneliti mendapatkan data dengan pengamatan

langsung dalam kegiatan keseharian, kemudian mencatatnya sesuai dengan

fakta yang terjadi dan ikut berperan aktif dalam kegiatan keseharian yang

sedang diamati. Dengan cara ini peneliti akan mendapatkan data akurat yang

sangat diperlukan dalam penelitian. Disamping itu peneliti mengadakan

pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang di

selidiki.

Bagi penulis sebagai observer bertugas melihat, mengungkapkan serta

membaca dalam momen-momen tertentu dengan memisahkan antara yang

diperlukan dan tidak diperlukan. Disini observer mengamati dan mencatat

hasil dari setiap observasi yang dilakukan antara lain Implementasi Konseling

Kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siswa di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Observasi yang digunakan disini ada 2 macam yaitu:

1. Observasi langsung

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika terhadap gejala

yang tampak pada obyek penelitian. Jadi teknik observasi ini digunakan

untuk mengamati secara langsung, Kondisi anak yang kurang memiliki sikap

34 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal.

(54)

45

percaya diri. Perilaku anak yang kurang memiliki sikap percaya diri, proses

pelaksanaan Konseling Kelompok dan hasil dari konseling kelompok dalam

menumbuhkan sikap percaya diri siswa yang berjalan di SMK

Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

2. Observasi tidak langsung

Yaitu observasi yang diakukan dengan menggunakan bantuan

alternative, seperti dokumen siswa dan data-data pribadi siswa absen, data

konseling siswa dan lain-lain.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.35

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan

konseling kelompok dalam menumbuhkan sikap percaya diri siwa melalui

tanggapan, pendapat, perasaan, harapan-harapan, dengan cara bertanya

langsung kepada responden. Langkah yang diambil adalah mewawancarai

siswa yang diberikan konseling untuk memberikan kebebasan penuh dalam

mengungkapkan pikiran mereka. Disamping itu data juga diperoleh dari para

guru kelas, guru BK, teman, wali kelas yang terlibat langsung dalam persoalan

siswa tersebut.

(55)

46

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan dari manusia (non

human resources). Nasution PHQ\HEXWNDQ EDKZD ´ ada pula sumber non

manusia, (non human resources), diantaranya dokumen, foto dan bahan

VWDWLVWLN´6HFDUDKDUILDKGDSDWGLDUWLNDQVHEDJDLFDWDWDQNHMDGLDQ \DQJVXGah

lampau atau tersimpan.

Dokumen merupakan catatan, fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu

yang dikumpulkan dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari

seseorang.36

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah bedirinya

sekolah, visi-misi, dan motto, jumlah guru, jumlah siswa, dan sebagainya.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & biklen adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain37.

Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan sampai semua

data terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur selesai mendapatkan

sekumpulan data dari wawancara atau observasi atau dokumen. Dalam

36 Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta: CV.Dwiputra Pustaka Jaya, 2012) hal. 267 37 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008) hal:

(56)

47

menafsirkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut, tidak

bersifat menggeneralisasikan atau mencari jawaban terbanyak. Jawaban dari

informan yang diperoleh dari wawancara dicek dengan pengamatan, dicek

lagi dengan data dokumenter(ini yang disebut trianggulasi), kalau perlu

diulangi lagi dengan wawancara, observasi dan dokumen lain, sehingga

ditemukan kenyataan yang sesungguhnya. Walaupun sudah hal sesungguhnya

dari informan pertama tetapi masih harus dicek dengan dengan informan

kedua (dengan prosedur yang sama dengan pada informan yang pertama).

Inilah makna dari member check atau mencek data (yang sudah sesuai

kenyataan) dari seorang informan dan informan lain. Demikian proses

pengumpulan dan analisis data dilakukan secara terus-menerus melalui proses

cek dan re-cek, analisis dan re-analisis, sehingga ditemukan

kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya secara menyeluruh.38

Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara

menyeluruh tentang Implementasi Konseling Kelompok dalam Menumbuhkan

Sikap Percaya Diri Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo.

Adapun gambaran hasil penelitian tersebut ditelaah, dikaji, dan

disimpulkan sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian. Dalam memperoleh

kecermatan, ketelitian dan kebenaran.

38 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Gambar

Tabel 02
Tabel 01
  Tabel 02 Data Siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo
Tabel 03  Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMK Muhammadiyah 2
+4

Referensi

Dokumen terkait