Bab 6
Penguatan Identitas Sosial
dan Kemampuan Berusaha
Pengantar
B
anyak orang menganggap melakukan kegiatan usaha (berusaha) adalah kegiatan yang beresiko, karena itu mereka enggan, bahkan takut untuk melakukan kegiatan usaha. Tetapi melakukan kegiatan usaha justru mendatangkan kuentungan tersendiri bagi Rauf M uchsin, M uhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli dan Nursama Asmi (selanjutnya akan disebut; migran M akassar). Karena dengan berusaha di Jayapura, migran M akassar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat memiliki berbagai aset fisik, seperti rumah, tanah, kendaraan dan lain-lain.Pencapain tersebut secara tidak langsung mencerminkan adanya kemampuan migran M akassar dalam berusaha di Jayapura. Kenyataan tersebut, menimbulkan pertanyaan mendasar; bagaimana migran M akassar mampu memulai dan mengembangkan usahanya di Jayapura, padahal mereka adalah kaum migran, dan biasanya kaum migran memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya di daerah migrasi1.
Bila memgacu pada bab lima, yang membahas tentang pengalaman berusaha dari migran M akassar. Jawaban untuk pertanyaan di atas, dapat dengan mudah ditebak. Karena dalam pembahasan bab lima, secara jelas memperlihatkan bahwa migran M akassar dapat memulai dan mengembangkan usaha di Jayapura, karena adanya sumber daya usaha seperti informasi, modal usaha (uang), bahan baku, dan ijin usaha, yang diberikan oleh organisasi IKBM, dan anggota IKBM lainnya.
1
Jawaban diatas tidak salah, karena memang kenyataannya demikian. Tetapi jawaban tersebut, menyisihkan pertanyaan lain, yaitu; mengapa organisasi IKBM , dan anggota IKBM , bersedia memberikan dukungan, dalam proses berusaha yang dilakukan migran M akassar, di Jayapura. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka penulis melakukan sintesa terhadap pembahasan pada bab lima, dan pembahasan pada bab empat.
Hasil sintesa tersebut, menunjukan bahwa ada hubungan antara penguatan identitas sosial etnis M akassar, yang dilakukan oleh migran M akassar. Dengan, kesedian organisasi IKBM dan anggota IKBM , memberikan dukungan dalam proses berusaha migran M akassar. Hubungan itu terletak pada rasa percaya dari organisasi IKBM dan anggota IKBM, terhadap migran M akassar. Artinya, karena migran M akassar melakukan penguatan terhadap identitasnya sebagai etnis M akassar, sehingga ada kepercayaan dari organisasi IKBM dan anggota IKBM. kepercayaan itulah yang membuat sehingga organisasi IKBM dan anggota IKBM , bersedia memberikan dukungan dalam proses berusaha yang dilakukan migran M akassar.
Dengan demikian penjelasan tentang kemampuan berusaha migran M akassar, di Jayapura, akan menjadi seperti ini; M igran M akassar mampu berusaha di Jayapura, karena adanya dukungan dari organisasi IKBM dan anggota IKBM , dalam hal memberikan modal usaha (uang), informasi, bahan baku, dan ijin usaha. Penjelasan ini sekaligus jawaban atas pertanyaan mendasar; mengapa migran makassar mampu berusaha di Jayapura, padahal mereka adalah kaum migran.
Gambar 6.1
Pola2 Terbentunya Kemampuan Berusaha M igran M akassar
M igrasi Berantai, Cara M engatasi Kerentanan Ekonomi
Pada pembahasan bab empat tentang profil informan, migran M akassar pada umumnya mengatakan bahwa mereka bermigrasi karena ingin memperbaiki kondisi ekonominya, dan keluarganya. Hal itu
2
berarti migran M akassar mengalami kondisi kerentanan ekonomi di daerah asalnya (M akassar). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kerentanan ekonomi adalah kerapuhan secara ekonomi yang dialami oleh individu, atau keluarga, atau masyarakat, sehingga menyebabkan kondisi tidak siap secara ekonomi untuk menghadapi ancaman (Apriliana, 2012)
Kondisi kerentanan ekonomi yang dialami oleh migran M akassar, awalnya terjadi karena rendahnya pendapatan keluarga (orang tua). Karena itu, migran M akassar telah berusaha untuk mengatasi kerentanan ekonomi tersebut, dengan cara bekerja. Tetapi karena minimnya penghasilan yang diterima oleh migran M akassar, dari pekerjaan yang mereka lakukan. Sehingga migran M akassar tetap mengalami kondisi kerentanan ekonomi, di daerah asalnya.
Jika demkian kenyataannya, muncul suatu pertanyaan; mengapa migran M akassar memilih bermigrasi, sebagai cara untuk mengatasi kerentanan ekonominya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknyanya untuk menjawab lebih dulu, tentang bagaimana migran M akassar bermigrasi.
Dalam hal bermigrasi ke Jayapura, migran M akassar pada umumnya mengikuti teman atau kerebatnya, yang lebih dulu bermigrasi dan tinggal di Jayapura. Contohnya, Baco bermigrasi mengikuti pamannya, kemudian Ramli mengikuti Baco (sahabat/temannya) untuk bermigrasi, dan Ramli mendatangkan adik iparnya, yaitu Asmi.
Pola migrasi seperti demikian, sering disebut sebagai pola migrasi berantai. Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain yang kemudian diikuti oleh penduduk daerah asalnya, karena adanya ajakan atau hasutan dan atau karena difasiltasi oleh orang pertama yang telah berhasil di daerah tujuan migrasi (Susanti et al, 2013).
pertanyaan; mengapa migran M akassar memilih bermigrasi, sebagai cara untuk mengatasi kerentanan ekonominya.
Setelah melakukan migrasi berantai, dan bekerja di Kota Jayapura. Perlahan-lahan, migran M akassar dapat mengatasi kondisi kerentanan ekonominya. Karena itu, migrasi berantai dikatakan sebagai cara migran M akassar mengatasi kondisi kerentanan ekonomi yang dihadapinya.
I dentitas M akassar
Untuk dapat mengetahui identitas seseorang, tidak selamanya harus mendengar pengakuan dari orang tersebut. Kerena identitas seseorang dapat nampak dari ciri-ciri fisik, penampilan, atau bahasa yang dipergunakannya. Identitas seseorang juga dapat nampak dari perilaku dan sifat yang ditampilkannya.
M asyarakat kota Jayapura pada umumnya, sering menganggap seorang yang beridentitas M akassar adalah orang dengan kulit putih kekuningan (sawo mateng), serta mengunakan perhiasan yang banyak, dan berbusana dengan warna mencolok (merah, hijau muda, ungu). Hal itu berarti identitas seorang M akassar, dapat dikenal dari bentuk fisik dan penampilannya.
Selain itu, seorang M akassar juga dapat dengan mudah dikenali identitasnya, karena sering berbicara dengan intonasi kuat dan tegas, sambil mengunakan kata-kata seperti; ididih, tena-me. atau a-nu toh.
Artinya, identitas seorang M akassar juga dapat dikenal dari cara berbicra dan bahasa (istilah) yang sering diucapkan.
Itulah beberapa parameter yang secara lazim digunakan orang (khususnya masyarakat Jayapura), untuk mengenali orang yang beridentitas M akassar. Disamping beberapa parameter lainya, seperti ; agama, tempat tinggal, profesi, sifat, adat istiadat, dan senjata untuk membela diri.
grup). Untuk itu, dalam kajian ini akan membahas salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran M akassar, agar identitas sosial M akassar yang disandangnya, boleh mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama migran M akassar, di Jayapura. Serta bagaiman seorang migran M akassar, dapat memperkuat identitas sosialnya.
Tipe I deal I dentitas M akassar Di Jayapura.
Tak bisa dipungkiri bahwa etnis merupakan suatu identitas sosial yang given. Tetapi dalam kenyataanya, identitas etnis sering dikontruksikan berdasarkan sejarah. Untuk itu, suatu kelompok etnis migran juga biasanya mengkontruksi identitas etnis mereka, berdasarkan sejarah atau kebiasaan mereka di daerah migrasi. Karena itulah, maka munculah tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran, agar identitas sosial etnis yang disandangnya, bisa mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama etnisnya di daerah migrasi (Rayaho, 2010, Davis, 2013).
Jika demikian, maka tentu migran M akassar di Jayapura, juga mengkontruksi identitas etnis mereka, berdasarkan sejarah atau kebiasaan mereka di Jayapura. Hal itulah yang memunculkan adanya tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran M akassar, agar identitas sosial M akassar yang disandangnya, boleh mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama migran M akassar, di Jayapura.
Sejak adanya deklarasi tersebut, migran M akassar di Jayapura selalu diidentikan dengan organisasi IKBM. Karena itu, menjadi anggota organisasi IKBM adalah salah satu tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran M akassar, agar identitas sosial etnis M akassar yang disandangnya, mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama M akassar, di Jayapura.
Tipe ideal ini terus dipertahankan hingga saat ini, melalui doktrin-doktrin yang terus dilancarakan oleh pengurus organisasi IKBM, bahkan juga oleh anggota IKBM pada umumnya. Sebagai contoh adanya doktrin, yang mempertahankan keberadaan tipe ideal ini, yaitu pernyataan M uchsin berikut;
“saya pertama tidak mau bergabung dengan IKBM, karena saya pikir; saya datang untuk kerja, bukan untuk ikut segala macam. Tapi akhirnya saya gabung dengan IKBM, karena Yusman bilang ke saya; ‘M uchsin, kita ini kan dirantau, jadi kita harus cari teman, makanya kau harus ikut IKBM, supaya orang M akassar lain bisa kenal kau, dan anggap kau juga orang Makassar, biar kalau kau susah, mereka mau bantu’. Kata-kata itu juga yang saya pakai untuk ajak ismail gabung dengan IKBM ”.
Pernyataan M uchsin dengan jelas memperlihatkan adanya doktrin pendahulu yang membuat sehingga muncul presepsi bahwa menjadi anggota IKBM , merupakan salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran M akassar, agar identitas sosial M akassar yang disandangnya, mendapat pengakuan dari sesama migran M akassar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menjadi anggota IKBM , merupakan salah satu tipe ideal identitas sosial M akassar, di Jayapura. Tipe ideal ini dikontruksikan berdasarkan sejarah keberadaan migran M akassar di Jayapura, dan tipe ideal ini dipertahankan melalui doktrin dari pengurus organisasi IKBM, maupun anggota IKBM pada umumnya.
Penguatan I dentitas Sosial M akassar
bentuk penguatan terhadap identitas sosial, yang dimiliki migran M akassar.
Untuk menjadi anggota IKBM , tidak memerlukan biaya ataupun syarat-syarat yang sulit. Syarat utama untuk menjadi anggota IKBM adalah harus berasal dari daerah M akassar. Kemudian, syarat kedua adalah sekali mengikuti kegiatan silaturahmi IKBM, dan mengisi formulir keanggotaan IKBM .
Tetapi yang menjadi pertanyaan, yaitu bagaimana seorang migran M akassar, yang baru datang dari M akassar, ke Jayapura. Dapat mengetahui adanya organisasi IKBM , dan bergabung menjadi anggota IKBM. Padahal IKBM , tidak pernah melakukan promosi akan keberadaannya di Kota Jayapura.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka ada baiknya untuk melihat kembali pembahasan pada bab empat, khusunya pembahasan tentang pengalaman awal migran M akassar di Kota Jayapura. Karena pada pembahasan tersebut, migran M akassar telah mengisahkan bagaimana mereka dapat mengenal dan bergabung dengan IKBM. Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Baco, ketika dia baru datang dari M akassar, ke Jayapura. Dalam penuturannya, Baco mengaku mengetahui adanya organisasi IKBM, karena diperkenalkan oleh Pamannya. Kemudian dia dapat bergabung menjadi anggota IKBM, karena dia diajak oleh pamanya, untuk mengikuti silaturahmi IKBM.
Peran I KBM dan Sesama Anggota I KBM
Dalam konteks relasi sosial, tak satu orang pun memiliki identitas sosial tunggal (single-identity). Dengan kata lain, dalam diri setiap orang selalu melekat identitas sosial majemuk (multiple-identities). Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidup, seseorang akan lebih mengidentifikasikan dirinya kepada identitas sosial tertentu ketimbang identitas sosial lain yang sama-sama melekat pada dirinya. Artinya, ketika seseorang malakukan penguatan identitas sosialnya, maka dia memiliki tujuan tertentu.
Berangkat dari pernyataan di atas, maka tentu migran M akassar juga memiliki tujuan di balik penguatan identitas sosial yang dilakukannya. M enurut Sjaf (2013), tujuan migran melakukan penguatan terhadap identitas sosial-nya, yaitu agar mendapat dukungan dalam upayanya mencapai economic interest (kepentingan ekonomi), dan atau power interest (kepentingan kekuasaan). Dengan demikian tujuan penguatan identitas sosial yang dilakukan migran M akassar juga tidak terlepas dari upayanya mencapai kepentingan ekonomi, dan kepentingan kekuasaan, di Jayapura.
Penguatan identitas dianggap bisa memfasilitasi pencapaian kepentingan ekonomi, dan kepentingan kekuasaan, di Jayapura. Karena dengan seseorang melakukan penguatan identitas sosialnya, secara khusus identitas yang embedded (melekat/tertanam) dalam dirinya, seperti identitas suku (etnis) dan agama. Orang tersebut akan mendapatkan dukungan dari relasi sosial, yang terbentuk akibat adanya kesamaan identitas yang embedded (Sjaf, 2013). Hal semacam itu yang terlihat dari fenomena penguatan identitas yang dilakukan oleh migran M akassar. Artinya, karena migran M akassar melakukan penguatan identitas, maka organisasi IKBM secara kolektif dan anggota IKBM, memberikan dukungan dalam proses pendirian dan pengembangan usaha dari migran M akassar, di Jayapura.
dan anggota IKBM , maka mereka bersedia yang terjalin antara mereka, telah membentuk jaringan sosial yang memberikan dukungan pada proses berusaha migran M akassar. Tetapi, mengapa dukungan organisasi IKBM, dan anggota organisasi IKBM , menjadi penting bagi kemampuan Berusaha migran M akassar. Untuk itu dalam kajian ini, penulis akan membahas kenapa modal usaha dan akses terhadap modal usaha, informasi, legalitas usaha, serta mitra usaha, dapat mendukung kemampuan Berusaha.
M enyediakan I nformasi
Bila merujuk pada bab empat, tampak bahwa sebelum migran M akassar memutuskan untuk memulai Berusaha, atau mengembangkan usahanya. M igran M akassar selalu berupaya mengumpulkan informasi tentang tempat usaha, keterdapatan modal usaha, harga barang, dan lain-lain. Sebagai contoh, Ketika Ismail (seorang migran M akassar) hendak memulai untuk Berusaha, di Kota Jayapura. Ismail tidak tahu harus memulai dengan jenis usaha apa, dan dimana dia dapat Berusaha. Karena itu, Ismail lalu mengumpulkan informasi dari organisasi IKBM, maupun anggota IKBM lainnya. Berdasarkan informasi itulah, akhirnya Ismail dapat memilih jenis usaha, dan tempat usaha yang tepat baginya.
Tindakan migran M akassar membuktikan bahwa informasi sangat penting dalam pengambilan keputusan Berusaha. Informasi di anggap sangat penting, karena informasi adalah suatu data terorganisasi yang dapat mendukung ketepatan dan kepastian pengambilan keputusan. Untuk itu, informasi diperlukan oleh seorang wirausaha, untuk menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan suatu keputusan bagi usahanya.
Informasi yang dibutuhkan para wirausaha, antara lain meliputi informasi mengenai konsumen, permintaan dan penawaran, pesaingan,
advertensi, produk saingan, pengembangan produk, desain, dan prilaku konsumen. Dengan adanya informasi-informasi tersebut, maka wirausaha dapat melakukan pengambilan keputusan dalam hal penentuan jenis usaha, tempat usaha, pemasaran, dan penyelesaian permasalah usaha yang dihadapi
sumber-sumber informasi usaha yang lengkap, akurat, dan muktahir. Karena bila sumber informasi yang dipilih wirausaha tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka biasanya keputusan usaha yang dihasilkan kurang sempurna. Di samping harus lengkap, akurat, dan muktahir, sumber-sumber informasi itu juga harus mudah diakses.
Dalam konteks seperti itu, menarik untuk melihat; mengapa migran M akassar pada umumnya, memilih mengakses informasi dari organisasi IKBM, atau informasi apa saja yang disediakan organisasi IKBM , dan bagaimana organisasi IKBM menyajikan informasi tersebut, sehingga migran M akassar memilih organisasi IKBM sebagai sumber informasi baginya.
M enurut Bapak Haji JR, selaku ketua organisasi IKBM Kota Jayapura. Organisasi IKBM melalui biro pengembangan anggota, selalu berusaha mendata kepemilikin usaha dari setiap anggotanya. Selain sebagai kelengkapan data untuk organisasi IKBM , pendataan itu juga dimaksudkan agar dapat menjadi informasi dan bahan referensi bagi anggota lain yang hendak Berusaha. Lebih lanjut Haji JR menambahkan bahwa organisasi IKBM setiap minggu menerbitkan buletin gratis yang berisi informasi-informasi umum tentang Kota Jayapura, dan ada kolom khusus tentang usaha, yang biasanya berisikan informasi-informasi usaha, seperti peluang usaha, tanah yang dijual, harga barang, dan berita ekonomi lainnya. Bahkan menurut Haji JR, organisasi IKBM juga memberikan layanan konsultasi usaha bagi anggotanya yang membutuhkan. Layanan tersebut disediakan secara gratis, dan dapat diakses melalui telepon, SM S (short message service), dan email, maupun Facebook.
M enyediakan M odal Usaha dan Akses Terhadap M odal Usaha
Seperti yang telah di jelaskan bahwa dalam menjalankan sebuah usaha, salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan adalah modal usaha (uang), jika memulai usaha diibaratkan dengan membangun sebuah rumah, maka adanya modal merupakan bagian fondasi dari rumah yang akan dibangun. Semakin kuat fondasi yang dibuat, maka semakin kokoh pula rumah yang dibangun. Begitu juga pengaruh modal terhadap sebuah usaha, keberadaannya menjadi fondasi awal usaha yang akan dibangun. M odal usaha adalah mutlak diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha.
Bila modal usaha merupakan hal mutlak dalam suatu kegiatan usaha (berusaha), maka tentu migran M akassar juga menggunakan modal dalam Berusaha. Tetapi pertanyaannya; dari mana migran M akassar mendapatkan modal untuk berwirausah, dan modal seperti apa yang mereka gunakan dalam Berusaha, serta bagaimana mereka memperoleh modal untuk Berusaha.
Ada tiga sumber modal usaha, yaitu modal sendiri, bantuan pemerintah, pinjaman lembaga kueangan baik bank dan lembaga kueangan non bank. Untuk itu, bila mengacu pada pembahasan bab lima, migran M akassar lebih memilih untuk memulai dan mengembangkan usahanya dengan modal pinjaman (Elsiyani et al,
2014).
Pada umumnya modal pinjaman untuk memulai usaha, migran M akassar peroleh dengan memanfaatkan program modal bergulir yang dibuat oleh IKBM . M odal pinjaman bergulir adalah pinjaman modal bagi wirausaha untuk melakukan usaha menggunakan modal yang ada. Dalam konteks ini, pemberi modal yang akan digunakan untuk usaha hanya memberikan dukungan modal dan peminjam harus mengembangkan modal tersebut dalam pekerjaannya. Kemudian, dalam jangka waktu tertentu (biasanya tiga bulan setelah mulai Berusaha), peminjam diwajibkan mengembalikan modal tersebut secara berangsur-angsur, hingga batas waktu yang telah disepakati bersama. Dengan begitu modal tersebut dapat digulirkan (diberikan) bagi wirausaha lain yang membutuhkan (Buera et a, 2014).
IKBM hanya memberikan pinjaman modal bergulir bagi migran M akassar yang telah dipercaya dan dikenal identitasnya (yang telah menjadi anggota IKBM ). Kemungkinan tidak kembalinya modal yang dipinjamankan, mungkin –penulis mengunakan kata ‘mungkin’ karena perlu penelitian lebih lanjut- menjadi salah satu alasan, mengapa IKBM berperan aktif dalam proses berusaha migran M akassar.
Sedangkan modal pinjaman untuk pengembangan usaha, migran M akassar dapatkan dari bank yang melayani kredit. Tetapi tetap melalui pengatar dari organisasi IKBM. M enurut oknum bank, bentuk pinjaman modal usaha dari bank, yang biasanya menjadi favorit migran M akassar, yaitu pinjaman modal bunga ringan. Pinjaman modal bunga ringan merupakan salah satu jenis permodalan usaha yang diberikan pihak bank dengan mewajibkan peminjam mengembalikan dana pinjaman secara berkala dengan bunga kecil, dan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Dengan demikian tidak memberatkan peminjam atau wirausaha.
Dengan demikian organisasi IKBM , memiliki pengaruh besar dalam kepemilikian modal usaha bagi migran M akassar. Hal itu ditunjukan dengan peran organisasi IKBM , yang menyediakan modal usaha, dan menyediakan akses terhadap kepemilikan modal usaha. Ketersediaan modal usaha, dapat dikatakan sebagai salah satu alasan, yang memampukan migran M akassar mampu memulai dan mengembangkan usaha di Jayapura. Karena modal usaha adalah sejumlah uang yang digunakan oleh pengusaha untuk membeli apa yang mereka butuhkan untuk membuat produk mereka atau untuk menyediakan layanan kepada sektor ekonomi di mana operasi mereka didasarkan. (Burhn dan Zia, 2013)
M anjamin Legalitas Usaha
Selain itu, manfaat kepemilikan ijin usaha, yaitu dapat mempermudah dalam proses pengajuan kredit kepada perbankan atau lembaga kueangan lainnya, dan mendapat prioritas pembinaan dari instansi pemerintah yang menangani pembinaan usaha kecil dan instansi terkait lainnya. Lebih dari itu merupakan bukti bahwa pengusaha tersebut benar-benar memiliki dan menjalankan usaha, sehingga lebih dipercaya bila ingin melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
Dalam konteks migran M akassar, mereka juga pada umumnya sadar akan pentingnya legalitas usaha. Karena itu, migran M akassar dengan sadar mengurus surat perijinan usaha, walaupun biasanya setelah mereka memulai usahanya. Hal itu dapat terlihat dari pembahasan pada bab empat, khususnya pembahasan tentang penangulangan permasalahan usaha.
Untuk dapat memperoleh surat ijin usaha, baik itu Surat Ijin Usaha Perdangan (SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), ataupun Surat Ijin Pengusaha Angkutan (SIPA). M igran M akassar memilih untuk mengurunya melalui pihak IKBM , dengan alasan lebih mudah dan cepat. Sebagai contoh, ketika Asmi hendak mengurus surat ijin usaha melalui IKBM. Pada saat itu, dia mengaku hanya mengisi formulir dan menandatandatangani formulir tersebut, diatas meterai enam ribu. Kemudian menyerahkan sejumlah uang untuk biaya administrasi pengurusan. Setelah itu tidak lebih dari satu minggu, Asmi telah mendapatkan surat ijin usaha yang diperlukannya.
Pengalaman Asmi, membuktikan bahwa adanya peran organisasi IKBM dalam hal menjamin legalitas usaha migran M akassar. Hal itu di akui oleh bapak Haji JR, bahkan dia menambahkan bahwa organisasi IKBM memainkan peran tersebut, semata-mata untuk memberikan perlindungan hukum atas usaha yang dimiliki migran M akassar. Dengan begitu diharapkan migran M akassar lebih percaya diri dalam menjalankan usaha, di Jayapura.
M enjadi Supplier Bahan Baku
Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di Indonesia, wirausaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat demi menjaga kelangsungan proses Berusaha yang dilakukannya. Untuk itu, dalam Berusaha, wirausaha perlu untuk melakukan efisiensi terhadap faktor-faktor produksinya.
Sebelum melakukan kegiatan Berusaha, wirausaha terlebih dahulu menyiapkan faktor-faktor produksinya diantaranya adalah bahan baku yang akan diolah menjadi produk jadi. Bahan baku dalam kegiatan Berusaha, bisa berupa bahan baku mentah, bahan setengah jadi, maupun bahan jadi. Dalam pengadaan bahan baku untuk Berusaha, wirausaha dapat membuat sendiri bahan baku-nya, tetapi juga dapat membeli bahan baku tersebut dari supplier (pemasok). Tetapi lebih banyak wirausaha memilih untuk membeli bahan baku dari supplier.
Salah satu hal yang penting dalam kelangsungan kegiatan berusaha, yaitu pemilihan supplier bahan baku. Pemasok atau supplier adalah individu atau organisasi bisnis (perusahaan) yang menyediakan barang atau jasa kepada wirausaha dengan imbalan yang telah disepakati berdasarkan kompensasi yang telah disepakati pula.
Supplier bahan baku merupakan bagian terpenting dari suatu usaha. Karena supplier -lah yang menyediakan ketersedian bahan baku bagi suatu usaha, dan sekaligus menentukan ada tidaknya bahan baku bagi suatu usaha. Sehingga menurut penelitian dari Klemn et al (2005), Valderma (2013), dan Harriatte dan Sanders (2013), memilih supplier
untuk suatu usaha, harus yang dapat memberikan nilai ekonomis dan dapat menjamin ketersedian bahan baku.
begitu migran M akassar dapat memiliki bahan baku usaha yang secara lebih mudah dan cepat.
Adanya sesama anggota IKBM yang berperan sebagai supplier