• Tidak ada hasil yang ditemukan

ART C. Maya Indah S. Membangun cyber law Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ART C. Maya Indah S. Membangun cyber law Full text"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Membangun

Cyber Law

Indonesia

Dalam Menghadapi Perdagangan Global

C. Maya lndah S.

Staf Pengajar Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

A. Pendahuluan .

Tantangan globalisasi telah dihadapi Indonesia dalam abad XXI .

Global environtment

berupa

competition econom;J

technologi,

dan

demography

mendorong perlunya inovasi Indonesia dalam

social politic law

bagi kesiapan menghadapi globalisasi, khususnya menjawab perkembangan teknologi informasi global.

Liberalisasi perdagangan barang dan jasa secara global, dikenal dengan globalisasi merupakan kesepakatan dunia. Indonesia juga telah menerimanya dengan meratifikasi perjanjian Marakesh dan pendirian WTO dengan UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan

Agreement Establishing The

World Trade Organization.

Demikian pula AFTA yang secara efektif telah diberlakukan di negara anggota ASEAN mulai 1 Januri 2003 bertujuan liberalisasi perdagangan regional ASEAN. Hal ini sejalan dengan tujuan GATT/WTO yang berorientasi pasar bebas dengan

outward looking oriented

dan menunjang percepatan liberalisasi perdagangan dunia. Masalah yang ada adalah dalam kondisi Indonesia seperti ini patut dipertanyakan mampukah Indonesia menghadapi kawasan perdagangan bebas. Perlu dipahami hambatan yang
(2)

Membangun Cyber law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

terbentang sebagai suatu langkah antisipasi. Perspektif yang

ingin dibidik dalam tulisan ini adalah sejauhmana hukum mampu mewadahi Indonesia untuk menghadapi globalisasi atau justru malahan hukum yang ada masih belum mampu menjangkau strategi untuk memenangkan globalisasi.

Perlunya jaminan hukum dalam

global trade

dan

finance,

khususnya dalam tulisan ini adalah menyikapi berkembangnya

technology

dalam

cyberworld.

Transformasi global dalam teknologi ini menuntut pula supaya hukum harus mengikuti perkembangan bisnis, supaya justru tidak menjadi barrier

trade yang mempersulit akselerasi ke perdagangan global.

Dalam terminologi ini, maka dibutuhkan suatu hukum progresif yang mampu menjawab tantangan globalisasi khususnya terkait dengan tenologi informasi. Penulis berpendapat dengan demikian bahwa hukum juga menjadi salah satu indikasi bahwa dalam globalisasi juga membutuhkan suatu etika global yang terefteksikan datam hukum.

Belum terbangunnya undang-undang yang mengatur bidang teknologi informasi , mengenai perdagangan dengan media elektronik

(e-commerce),

Indonesia bisa dimungldnkan

kehilangan potensi e-commerce miliaran dollar AS per tahun, karena banyak pelaku usaha enggan melakukan pembayaran secara elektronik. Tingkat kepercayaan mitra bisnis global lebih rendah jika satu negara belum memiliki cyber law, sehingga industri

e-commerce

belum mampu mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

Dunia cyber dibutuhkan suatu hukum baru yang menggunakan pendekatan yang berbeda dengan hukum yang

(3)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

dibuat berdasarkan batas-batas wilayah. Ruang cyber telah mengubah hubungan antara

legally significant (online)

phenomena and physical location.

Upaya untuk melakukan strategi dalam berkompetisi/

competitive strategic ,

yaitu dengan melakukan

accelerate

dan

building sustainable.

Bagi Indonesia antara lain dengan mereview hukum yang sudah ada untuk responsif terhadap kebutuhan sosial dan tantangan sosial ini. Dalam hal ini penulis mendefinisikan cyber law sebagai hukum yang terkait di bidang pemanfaatan teknologi informasi

(law of information

technolog'IJ.

Norma-norma hukum positif di Indonesia belum progresif untuk menanggapi sektor teknologi informasi. Untuk itu dalam tulisan ini akan mengkaji secara makro, yaitu merupakan kajian hukum terhadap setiap hal yang ada kaitannya dengan kegiatan pelaku ekonomi secara makro.

B. Permasalahan

Sasaran utama kebijaksanaan pemerintah menghadapi Ekonomi Pasar Bebas dunia adalah upaya unuk memiliki daya saing yang tinggi dari produk /komoditi/jasa yang dihasilkan negara Indonesia sesuai dengan etika bisnis internasional. Dalam rangka menghadapi ekonomi pasar bebas dunia, maka perlu suatu upaya penyempurnaan peraturan-peraturan yang ada atau menerbitkan peraturan baru yang lebih maju di bidang dunia usaha. Untuk melihat

cyber law

yang progresif dalam menunjang akselerasi perdagangan global, maka perlu dilakukan kritik terhadap hukum positif di Indonesia, yang memang belum berbasis perkembangan teknologi ..

194

(4)

Membangun Cyber Law Indonesia ... ( C. Maya Indah S.)

Adapun rumusan masalah secara runtut

akan penulis

kemukakan dalam tulisan ini adalah :

1. Mengapa perlu pengaturan hukum mengenai cyber law

untuk kegiatan perdagangan

sehubungan dengan

transformasi global

?

2. Bagaimanakah kritik terhadap hukum positif Indonesia,

mengingat tidak ada pengaturan mengenai · cyber law

dalam hukum positif Indonesia?

3. Bagaimanakah upaya pembangunan

cyber law Indonesia

dalam Ius

constituendum·?

C. Pembahasan

Perlunya Cyber

Law

Dalam Transformasi Global.

Dalam perekenonomian ke depan menuju ke arah globalisasi,

terjadii suatu

Global High Cost Economy. Dua hal yang harus

diterima dalam

globalisasi

adalah globaliasi teknologi

informasi, dan perdagangan global yang menjadi sangat keras.

Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi , media, dan

informatika atau disingkat sebagai teknologi telematika serta

meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah

merubah pola dan cara kegiatan bisnis dilaksanakan di industri

perdagangan

Perkembangan

ekonomi

berbasis

ilmu

pengetahuan dan masyarakat · informasi telah menjadi

paradigma global yang dominan.

Di dalam globalisasi, jaringan informasi akan menentukan

masa depan kesejahteraan bangsa. Pemerintah perlu secara

proaktif dan dengan komitmen yang tinggi membangun

kesadaran politik

dan menumbuhkan komitmen nasional,

membentuk

lingkungan

bisnis

yang

kompetitif serta

(5)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

meningkatkan kesiapan masyarakat untuk mempercepat pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika secara sistemik.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk telekomunikasi, media, dan· informatika (telematika) secara global akan membawa dampak perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat dalam melakukan kegiatan yang berorientasi pada aspek kemudahan dan kecepatan dalam pertukaran akses informasi. Sebagaimana dikemukakan Manuel Castells bahwa " impian Abad Pencerahan, bahwa rasio dan ilmu pengetahuan

(science)

akan memecahkan persoalan utama manusia. Manual Castells .

manyatakan bahwa revolusi teknologi informasi akan menjadi salah satu proses independen yang menjadi kekuatan yang mendorong globalisasi, dan Friedmann menyatakan bahwa sumber kekuatan baru di dunia adalah grup elektronik

(electronic herd).

1

Hal ini selaras dengan suatu metode revolusioner yang dikatakan Alvin Toftler bahwa dalam cara membuat kekayaan masa depan adalah melalui penciptan kekayaan yang terakselerasi ウセュ。ォゥョ@ bergantung pada pertukaran data, informasi, dan pengetahuan. Dengan adanya sistem teknologi informasi baru, menjangkau melebihi produksi massal ke arah produksi yang fleksibel berupa pesanan, atau demassifikasi. 2

1

Manfred B.Steger, Globalism, The New Market Ideology, terj . Globalisme Bangkitnya ideologi Pasar, Lafadl Pustaka, Jogjakarta, 2002, hal. 49, 50, 85

2

Alvin Toftler, Knowledge, Wealth and violence at the edge of the 2

r'

century,ed. tetj ,Pergeseran kekuasaan, Pengetahuan, kekayaan, dan
(6)

Membangun Cyber l..aw Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

Globalisasi merupakan

Process forced by global flows of people

pula

pelbagai

karakteristik globalisasi

seperti

peningkatan peran perusanaan swasta da\am perdagangan

internasional,

meningkatnya

peranan

informasi,

pendayagunaan modal asing yang meningkat, juga muncul

globalisasi yang bersifat negative seperti melemahnya ikatan

nasional , dan munculnya kejahatan internasional.

Sejalan dengan trend globalisasi tersebut di atas Indonesia

perlu memposisikan diri sejajar

"equal footing"

dengan pelaku

usaha lain.Transaksi

E -commerce

telah menjadi bagian dari

perniagaan nasional dan internasional. Tetapi , daya saing

Indonesia yang masih rendah sehingga belum bisa melakukan

penetrasi pasar. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya

saing adalah memanfaatkan teknologi informatika .untuk

kepentingan kemajuan perdagangan sehingga Indonesia

mampu bersikap

"outward looking"

dalam perdagangan dunia.

Pertanyaan mengenai apakah perlu berlaku suatu hukum

dalam pedagangan melalui internet, dalam pandangan saya

dikarenakan tuntutan dalam transformasi global di bidang

teknologi yang berimbas pada bentuk perdagangan global,

menuntut supaya negara- Indonesia eksis dalam persaingan

global. Hal ini tentu membutuhkan jaminan hukum. Dalam

dunia cyber , interaksi perdagangan membuahkan pelbagai

perbuatan hukum, dan tidak menutup kemungkinan para

pihak yang berinteraksi tersebut ataupun pihak-pihak lain yang

mengintervensi, melakukan perbuatan hukum yang melanggar

kekerasan di penghujung abad ke-21., Pantja Simpati, Jakarta, 1990, Hal. 283

(7)

- - - -

-Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

hak hukum dari orang lain. Oleh karena itu perlu ada hukum dan perlunya sanksi hukum apabila hak hukum itu dilanggar.

Electronic business

bisa menimbulkan manfaat, tetapi

juga

bisa memunculkan dampak, seperti munculnya

cyber crime.

Beberapa bentuk kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi infomasi yang berbasis utama dengan yang komputer dan jaringan telekomunikasi al. : 3

1. Unauthorized acces to computer system and seNice.

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki Oュ・ョケオァ セ@ ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak

sah.

tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Hall ini

bisa

dimungkinkan terjadinya pembobolan password,

dan

rusaknya sistem. Kasus yang pernah terjadi adalah pembobolan rekening BNI 46 New York dengan melibatkan orang dalam .

2.

Illegal Contents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data a

informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak

benar

dan dapat dianggap melanggar hukum.

3.

Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data dokumen penting yang tersimpan sebagai

document

melalui internet.

3

Mas Wigrantoro Roes Setiyadi dan Mirna Dian Avanti Seriger UG.Io Cdikdik M.Arief Mansur, EJi satri s Gultom, Cyber Law , Aspek H

Tekno/ogi informasi, Reika Aditama, Ban dung, 2005, hal. 9-10.

(8)

Membangun Cyber Law Indonesia ... ( C. Maya Indah S.)

4.

Cyber Spionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Hal ini juga menjadi issue dalam rahasia dagang.

5.

Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan perusakan atau penghancuran data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet. Hal ini bisa dilakukan dengan cara DdoS Attack berupa penyerangan terhadap sistem operasional, membuat dan menyebarkan data yang bersifat merusak (malicious code) dalam bentuk worm, virus, Trojan horse, Dsb.

6.

Offense Against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di internet seperti peniruan tampilan

web page,

sengketa yang menyangkut domain (penamaan atau alamat website) dan sebagainya. Contoh yang ada adalah cyber squating, misalnya pada fasilitas internet BCA yang dirusak dengan nama situs plesetan yang mirip situs aslinya akibatnya nasabah BCA nasabah BCA yang menggunakan fasilitas internet banking BCA tetapi salah mengetik nama situsnya akan . masuk e situs tiruan, demikian pula dalam kasus mustika ratu yang akan dijelaskan lebih lanjut.

7.

Infringements of Privacy

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan seseorang pada formulir data pribadi yang tersimpan

(9)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

secara

computerized

yang digunakan oleh orang

lain

. sehingga merugikan korban seperti nomor kartu

kredit,

nomer pin ATM, dan sebagainya. Kasus carder yang ada

antara lain menggunakan kartu kredit orang lain

ci

internet, tetapi pembeli ternyata tidak mampu menunjukan

kartu kredit yang sah ini juga termasuk kategori ini.

Kasus nama domain di tingkat nasional yang telah

tejaci

antara lain kasus klikbca.com .Kiikbca.com adalah nama

domain untuk mengakses hubungan dengan internet baning

Ban Central Asia . Dalam kasus ini nama domain plesdoo

telah dibuat seperti www.klikbca.com,wwwclickbca.com

yang dapat menyebabkan nasabah salah dan

melakuan ases.

Dalam masalah pembajakan hak cipta perangkat ltme*

komputer,

Indonesia menempati daftar priority watch

United States Trade Representative yang dikenal

dengan

sebutan US-TR -301. Artinya US

I

R-301 menginginkan

adanya

langkah konkret pemerintah Indonesia berkaitan

dengan

perangkat

lunak,

music,

dan

flim

agar

perdagangan dengan USA berjalan normal. Terutama

terlcait

dengan regulasi cakram optik.

4

Bertolak dari issue-issue tersebut di atas, maka

pe ..

dielaborasi bagaimana penting peran regulasi I ndonesia

mengenai cyber law ntuk antisipatif menghadapai

tantangan

global. Perubahan dari cara pembuktian transaksi

yang

didukung . oleh dokume·n yang bersifat

hard -copy

menjacl

4

Kompas, Pemberantasan Pembajakan sampai komputer bekas. Sen in セ@ セ@ Januari 2007, hal. 33.b

.

(10)

Membangun Cyber Law Indonesia ... (c. Maya Indah S.)

transaksi yang bersifat dematerialized (dematerialized transaction) merupakan suatu inovasi yang harus didukung hukum.

Globalisasi membawa pemikiran yang bersifat global vision, dengan segala kompleksitasnya, olah karena itu , tidak dapat dibiarkan berjalan tanpa norma (anomie of success), dan tanpa rule of law. Persiapan Indonesia khususnya menyongsong globalisasi , secara internal maupun eksternal harus dilakukan; agar menjadi independent variable dalam era globalisasi ini.

Hukum ditantang untuk menjadi mekanisme pengintegrasi (integrative mechanism) yang dapat mempersatukan pelbagai kepentingan seperti individual, public, social interest, antara kepentingan nasional dengan kepentingan internasional.

Prof.Sri Redjeki mengemukakan bzhwa aspek hukum dalam kegiatan ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu 5:

• Pertama, hukum dilihat dari sisi pelaku ekonomi.

Berangkat dari tujuan ekonomi itu, sesungguhnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, maka hukum semata-mata dipandang sebagai faktor eksternal yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan dalam rangka mengamankan kegiatan dan tujuan ekonomi yang akan dicapai. Hukum dimanfaatkan dalam rangka melindungi kepentingannya (sendiri atau bersama) terhadap kepentingan lain maupun kepentingan yang lebih luas. Hasilnya kepentingan publik konsumen.

5

Sri Redjeki . Hartono, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2000, Hal. 6-7.

(11)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

Kedua

hukum

dipandang

sebagai

• •

StSI

negara/pemerintahan.

Hukum dapat dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan.

Kepentingan dalam masyarakat.Hukum dipakai sebaga·

alat untuk mengawasi seberapa jauh terjadi penyimpangan

terhadap

perilaku

para

pelaku

ekonomi

terhadap

kepentingan lain yang lebih luas.

Terminologi di atas menekankan bahwa

pangkal

tolak

penerapan hukum merupakan suatu agent for changes

dan

bagi usaha pembangunan.

Dalam kaitan dengan responsivitas hukum dalam dunia

telematika dengan membangun cyber law,

menurut

pen

merupakan salah satu pengembangan Hukum Progresif yang

digulirkan Prof.Satjitpto. Hukum progresif diinginkan menja(l

.

kritis dan fungsional, oleh karena itu ia tidak henti-hentinya

melihat kekurangan yang ada dan menemukan jalan unt:J..*

memperbaikinya.

Parameter

yang

ada

adalah

kaitan

fungsionalnya dengan manusia, masyarakat, dan dinamika

masyarakat. Hukum itu tidak untuk diri sendiri, melainkan

untuk turut memberi penyelesaian (solution) terhadap

masalah kemasyarakatan, khususnya yang mutakhir,membara

dan diperkirakan akan datang (current, burning, and emerging

issues).

6

Hukum di Indonesia saat ini yang tertinggal, menurut

ー・ョ セ@

sebenarnya berpangkal dari ilmu hukum yang terisolasi

6

Satjipto Rahardjo , Jumal Hukum Progresif, Pencarian, Pembebasrm. Pencerahan dalam makalahnya Hukum Progresif : Hukum Ywtg Membebaskan, Vol.l/Nomor l/Apri12005, PDIH UNDIP Semarang. HaL

23.

(12)

Membangun Cyber Law Indonesia ... ( C. Maya Indah S.)

dengan ilmu lain. Oleh karena itu kehadiran hukum progresif melalui pembangunan cyber law Indonesia tidak terlepas dari

the state of the art

dalam ilmu pengetahuan. Hukum progresif ini juga melihat bahwa gagasan yang dihasilkan bersesuaian dengan inovasi perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini transformasi global dalam ekonomi yang dicirikan pula dengan kebutuhan akan telematika. 7

Cyber law sangat memegang peranan penting khususnya dalam berjalannya suatu kegiatan perekonomian. Berikut untuk menjelaskan pentingnya pengaruh cyber law dalam beberapa aspek hukum :

1. Hak atas kekayaan intelektual

Mustika-ratu.com didaftarkan

domian name

nya ke

NetWork Solution Inc.

di USA oleh Tjandra Sugiono yang waktu itu menjabat manager umum Pemasaran Internasioanal PT.Martina Bertho produsen jamu dan

kosmetika sari ayu., yang tidak lain adalah perusahaan competitor Mustika Ratu. Hal ini menggambarkan pula persoalan pelanggaran hak cipta di internet. UU no. 14 Tahun 1997 tentang hak cipta (sekarang sudah diganti

dengan UU no. 19 Tahun 2002)dan UU No. 15 Tahun 2001 tentang merk belum bisa menjangkau dunia "cyber". Penegak hukum mendakwa Pelaku saat itu dengan Pasal perdagangan curang. Kegiatan cyber terkait dengan pemanfatan teknologi informasi yang berbasis pada

7

Lihat dalam Edward 0. Wilson, Consilience ; The Unity of Knowledge, Alfreda A.Knoop, New Yok, 1988.Perubahan dalam garis besar iJmu menuju suatu tatanan holistik yang merupakan unity antara dengan ilmu satu dengan lain.

(13)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

perlindungan rezim hukum hak cipta, Paten, merek, Rahasia Dagang, Desain Industri, dll.

2. Perlindungan Konsumen.

Perdagangan melalui email atau email order , memiliki resiko bagi konsumen, seperti kejelasan mengenai barang-barang yang ditawarkan , kepastian pengiriman barang-barang padahal dalam hal ini konsumen lebih dulu menjalankan kewajibannya, sedang hak konsumen sering diterlantarkan. UU Perlindungan konsumen No. 8 Tahun

1999 masih berbasis pada sesuatu yang bersifat fisik, dan belum memiliki kekhususan dalam pengaturan khusus dengan media teknologi informasi/dunia virtual. Aspek hak konsumen untuk memperoleh hak atas keamanan,

kenyamanan, dan hak konsumen untuk memperoleh informasi menjadi tantangan bagi cyber law.

3. Perbankan

Transaksi perbankan melalui media internet (internet

banking) , memunculkan ekses yang bisa memunculkan kerugian bagi nasabah. Kasus pembobolan rekening oleh carder melalui peralihan transfer, penyalahgunaan kartu kredit .Kasus klik.bca.com menjadi contoh bagaimana kecanggihan teknologi informasi dapat dimasuki secara ilegal.

4. Electronic Commerce

Transaksi perdagangan melalui media elektronik atau lazim disebut electronic commerce belum memiliki pengaturan secara khusus di Indonesia. Dalam operasioanalnya

e-commerce dapat berbentuk Business to Busjness atau

Business to Consumers.Isu crucial dalam e- commerce

204

(14)

--- - ---.

__

.. ___

--Membangun Cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah 5.)

adalah menyangkut keamanan· dalam bertransaki

(security

risk)

seperti informasi menegani transfer data kartu kredit

dan identitas pribadi konsumen. Dalam hal ini ada dua

masalah utama, yaitu pertama

identification integrity

yang

menyangkut identitas pengirim ·yang dikuatkan lew at

digital

signature.Kedua

message

integrity

yang

menyangkut apakah pesan yang dikirim oleh si pengirim

benar-benar diterima oleh si penerima yang dikehendaki

(intended recipient).

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa belum tersedianya

cyber law

membuat pelaku bisnis

tidak menaruh kepercayaan khususnya kepada pelaku bisnis

Indonesia. Apalagi untuk skala UKM sulit melakukan transaksl

dan pembayaran secara elektronik . Transaksi via internet

dengan menggunakan kartu kredit dari Indonesia , tidak

sedikit yang diboikot . Bentuk transaksi elektronik yang

diboikot seperti transfer dana dan pembayaran secara

elektronik termasuk

digital money ( e payment}, transaksi ED!

(electronic data interchange},

pelaporan secara elektronik,

identitas digital dalam

smartcar4 e mail,

transaksi saham

on

line

dan kustodian elektronik, pengisian formulir pajak secara

on line beserta penandatangannya secara elektronik. Oleh

karena

ketidakpercayaan

tersebut,

bisa

dimungkinkan

Indonesia akan tersingkir dalam era perdagangan globalisasi,

dan mengalami hambatan masuknya investasi asing.

Dalam aras internasional , ada kekhawatiran bahwa Indonesia

merupakan penghasil Cyber crime. Berkembangnya teknologi

canggih dan sistem transfer data elektronik (EFTS :

electronic

funds trasnfer system)

diikuti pula dengan berkembangnya

(15)

Fragmentasi Pemiklran Hukum Bisnis Indonesia

kejahatan teknologi canggih

(high tech crime).

Istilah lain

seperti

cyber crime

,EFT crime,

internet banking crime, on line business crime, cyberjelectric money laundering, high tech

wwc (white collar crime}, bank fraud

(termasuk penipuan

ATM, credit card fraud, insurance fraud, stock market fraud,

investment related fraud, online fraud,

dsb

8•

Berdasar hal tersebut di atas, dapat diungkap bahwa

Teknologi infomasi dii samping sebagai alat menuju

kesejahteraan , juga menciptakan kerentanan oleh penyerang

yang juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan krisis

yang membawa dampak besar.

Belum Siapnya Hukum Positif Indonesia Dalam

Mengakomodasi Perdagangan Dengan Sarana Internet

Perlu dikemukakan lebih dulu pemikiran dari Prof.Sri Redjeki

bahwa perangkat peraturan yang berada dalam ruang lingkup

hukum ekonomi untuk mengatur kegiatan ekonomi tersebut,

yaitu semua aspek hukum yang meliputi ranah privat dan

ranah publik. Sehingga kemampuan cakupan hukum ekonomi

meliputi dua ranah hukum sekaligus , yaitu ranah privat dan

ranah

hukum

publik.

Hukum

ekonomi

mampu

mengakomodasikan dua aspek hukum sekaligus sebagai

suatu kajian komprehensif.

9

8

Library of conggers catalog, selected Electronic Funds Transfer Issues : Privaty, Security and Equity, Washngton DC, (Js Government prinnt,

1982 dalam Barda, Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara, f'erkembangan kajian Cyber crime di Indonesia, Raja Grafind o Persada, Jakarta, 2006 , hal.54.

9

Sri Redjeki , Op.cit, hal. 120,124, 62.

(16)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

Di samping itu Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) menetapkan dalam Pasal 184 bahwa alat bukti yang

.

sah adalah keterangan saksi

1

keterangan ahli, surat, petunjuk,

dan keterangan terdakwa.

Cyber crime

melampaui batas-batas negara atau memiliki sifat

transnasional

1

sedang perundang-undangan

biasanya

mengatur dalam teritorialnya sendiri, oleh karena itu masalah

jusrisdiksi menjadi masalah penting.

Walaupun KUHP sudah memuat asas nasional pasif, asas

nasional aktif, maupun asas universal, namun hak tersebut

terbatas untuk kejahatan-kejahatan tertentu yang belum

menjangkau

cyber crime.

Belum lagi apabila terjadi

cyber

crime

yang bersifat

international crime ,

masih diperhadapkan

pada ketidakharmonisan hukum acara di pelbagai negara,

koordinasi penegakan hukum melalui bantuan hukum,

ekstradisi

1

maupun apabila belum ada konsensus global dalam

menangani cyber crime.

b. UU No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Dalam UU No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi juga

mengancam pidana terhadap perbuatan memanipulasi akses

ke jaringan telekomunikasi

1

menimbulkan gangguan fisik dan

elektronik

terhadap

penyelenggaraan

telekomunikasi,

menyadap informasi melalui jaringan telekomunikasi.

Ha ·

yang belum detail dalam Pasal 1 definisi bahwa telekomunikasi

merupakan bag ian dari telematika, mengenai VOIP ( masalah

privacy di internet) misalnya . Dalam kewajiban penyelenggara

telekomunikasi

{Pasal

17)

standardisasi

pelayanan

seyogyanya juga mencakup standard security.

(17)

Membangun Cyber law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

c.

UU

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Dalam undang-undang ini tidak memuat sama sekali perlindugan konsumen secara online/cyber . Perlindungan Misalnya tidak diatur mengenai hak atas informasi (Pasal4)bagi konsumen yang meliputi media online . Isu yang muncul termasuk pula bagaimana dengan kewajiban konsumen (PasaiS) yang menjadi hak pelaku usaha (Pasal 6)dalam hal menghadapi konsumen yang beritikad buruk dengan menyalahgunakan E commcerce. Belum diatur pula mengenai tanggung jawab pelaku usaha atas iklan (Pasal 20) yang diproduksi melalui internet. Padahal informasi lengkap dalam penawaran tidak boleh megindikasikan adanya missfraudulent representation. Harus eimbang antar pencantuman resiko dan keunggulan. Dalam prose transaksi harus ada informasi jelas tentang mekanisme transaksi, serta ketersediaan rekaman transaksi (record of transaction) yang setiap saat bisa diakses konsumen.

Beban pembuktian terbalik yang dianut dalam UU ini tidak mengatur pula khusus pada transaksi e-commerce yang disalahgunakan orang lain (Pasal 22). Jaminan kerahasiaan data-data milik konsumen juga tidak ditegaskan dalam UU ini. Penegasan pemberian ganti rugi seperti prosedur dalam perdagangan online belum ditegaskan, padahal kerapkali perdagangan online merupakan perdagangan lintas negara.

d.

UU

No. 10 Tahun 1998 jo

UU

No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

Dalam Pasal 6 mengenai usaha bank belum diimplementasi lebih lanjut mengenai internet banking. Misalnya belum diatur

(18)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

tentang privacy/kerahasiaan nasabah dalam internet banking (pasal 40). Kecuali dalam hal tertentu misalnya perpajakan, money laundering, kepailitan, dan kepentingan peradilan lainnya.

e. UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merk.

Dalam sistem hukum merek, untuk diakui sebagai merk dan dilindungi di bawah rezim hukum merk. Harus terlebih dulu ditempuh prose pendaftaran merk dan uji substantial. Di samping itu harus pula ditempuh mekanisme pengumuman dalam waktu tertentu yang memungkinkan pihak-pihka yang dirugikan mengajukan bantahan terhadap pendaftaran merk tsb.Agar pihak yang dirugikan dapat mencegah pendaftaran merk yang dilakukan orang yang tidak beriitkad baik. Merek diakui keberadaannya berdasarkan stelsel konstitutif , sehingga untuk mendapatkan perlindungan perlu didaftarkan. Kantor merk juga wajib melakukan seleksi lebih dulu thd merk yang akan didaftarkan.

Prosedur dan mekanisme semacam ini tidak dikenal dalam pendaftaran nama domain , karena prinsip yang digunakan dalam pendaftarnnya adalah

first come first setve

sehingga tidak dikenal adanya uji substantif pada proses pendaftaran. Hal ini dapat dipahami mengingat secara teknis uji substantif akan menghilangkan sifat teknologi internet yang semuanya dilakukan virtual , cepat, dan pengecekannya dilakukan melalui teknologi internet yang efisien. Dengan demikian pengecekan yang dilakukan pengelola nama domain cukup dengan mencocokan nama domain dalam proses pendaftaran dengan nama domain yang terdafcar sebelumnya.
(19)

Membangun Cyber Law Indonesia ... ( C. Maya Indah 5.)

Nama domain sebagai unsur penting dalam internat merupakan alamat dan jati diri seseorang , perkumpulan, organisasi, atau badan usaha yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi melalui internet yang berupa kode atau susuna karakter yang bersifat unik, dan menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. Secara teknis nama domain adalah konversi dari alamat IP (Internet Protocol) yang merupakan alamat

( dalam angka) suatu home server atau komputer yang terhubung pada jaringan ir:-tternet yang dikelola insutusi yang

.

memiliki jaringan global.

Sistem nama Domain dirancang untuk memenuhi kebutuhan praktik. Sistem dirancang agar suatu host atau server lebih mudah diingat sehingga dibuat dalam bentuk deretan huruf buka berupa deretan angka yang lebih mudah diingat. Dalam sistem DNS servers akan menerjemahkan nama domain ke dalam kode angka dan sebaliknya untuk kepentingan ini, maka institusi pengelola internet global berperan sangat penting. Bila terdapat perpndahan server ke lokasi jaringan lain yang berakibat pada perubahan alamat IP, maka administrator system cukup mengubah relasi antara domain dengan alamat IP pada server DNS , tanpa perlu melibatkan dan diketahui user.

Dalam kasus Mustika ratu, dari telaah hukum siber, putusan terhadap mustika ratu justru keluar dari permasalahan sesungguhnya yang menyangkut eksistensi dan kepemilikan nama domain itu sendiri. Indonesai belum memiliki regulasi tentang hal ini. Di samping tidak digunakannya pedoman

guideline dan instrumen nama domain global yang dapat menuntun para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan

(20)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

kasusnya secara efsien berdasarkan asas lex informatica

dengan menggunakan model penyelesaian sengketa nama

domain internasional.

Penyelesaian sengketa domain saat ini justru escara efektif

.

digunakan oleh para

pelaku teknologi informasi dan

masyarakat telematika dunia pada umumnya. Penyelesaian

dimaksud dapat menggunakan institusi

WIPO Mediation and Arbitration Center

dengan hukum substantif dan prosedur

yang ditetapkan berdasar

Uniform Domain Name Dispute

Resolution policy (UDRP}.

UDRP adalah policy yang dibuat

oleh WIPO dan ICANN sebagai hukum subtantif yang

digunakan

WIPO mediation and Arbitration Centre

dalam

penyelesaian kasus nama domain. Putusan panel dalam kasus

ini sangat efisien dan eksekusinya dapat dilaksanakan secara

sangat fektif karena ICANN menguasai jaringan nama domain

internasional. Berdasarkan ketentuan UDRP

1

pihak registrar

berhak untuk membatalkan

1

memindahkan mauun mengubah

nama dmain yang didaftarkan oleh pihak pemegang nam

domain

1

antara lain atas adanya putusan atau perintah dari

lembaga pengadilan maupun forum arbitrase ynag berwenang

atau Putusan PaneL

Belum diatur secara tegas dalam batasan merk bahwa merk

ada kaitan dengan

domain name

dari suatu korporasi

di

internet.

Termasuk

juga belum diatur uji substantif

pemegang hak ekslusif dalam domain name (Pasal 3).

Dalam perjanjian yang telah ditandatangani dalam level AFT A

sebenarnya sudah ditandatangani perjanian kera·ngka di

bidang Hak Kekayaan

iョエ・ャ・ォエオ。セ@ (Frame work Agreement on Intelectual Property Rights) .

yang bertujuan untuk memperkuat

(21)

Membangun cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah 5.)

kerjasama

negara

ASEAN.

di

bidang

HAKI

dengan

memperhatikan ketentuan intenasional seperti TRIPs dalam

memajukan penegakan dan perlindungan hukum di bidang

HAKI. Tentunya yang menjadi masalah bagaimana Indonesia

juga mampu menjamin agar kesepakatan dan kebijakan

bersama ini dapat ditranformasikan dalam kebijakan dan

peraturan perundang-undnagan sebagai perwujudan

common

po/icyyang

merefleksikan kepentingan bersama.

g. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Dalam regulasi ini cukup akomodatif terhadap ciptaan dalam

dunia maya, yaitu tercantum dalam Pasal 12 mengenai ciptaan

yang dilindungi termasuk program komputer.

h. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Adanya perdagangan sa ham tanpa warkat (

scriptless trading)

telah memungkinkan transaksi yang dilakukan para pihak, hal

ini belum diatur secara khusus. Hal ini menjadi dasar kontrak

elektronik (E-contract) berikut peranannya sebagai

elektronic

evidence

Termasuk juga dalam ketentuan mengenai

insider

trading

dengan mengunakan saran a teknologi informasi.

Berdasarkan kritik terhadap hukum positif Indonesia di atas,

jelaslah bahwa Hukum Indonesia dalam pengaturan cyber law

masih jauh dari akomodatif terhadap perkembangan teknologi

informasi yang diselaraskan dengan perlindungan bagi

pelaku-pelaku pasar.

Dikaji dari asas legalitas yang bertolak dari sumber hukum

formal yang statis, maka keterbatasan perundang-undangan

positif Indonesia di atas mengalami tantangan menghadapi

perkembangan cyber crime karena : cyber crime berada dalam

(22)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

dunia elektronik/maya yang sulit diindentifikasi pasti

1

dan

cyber crime berkaitan dengan perkembangan teknologi

canggih yang cepat berubah.

KUHP merupakan kitab undang-undang hukum pidana jaman

penjajahan Belanda yang diberlakukan sejak 1918. Tentu

sudah sangat ketinggalan dalam menyiapi perkembangan

masyarakat.

KUHP masih bersifat konvensional

1

karena

belum berbasis pada teknologi informatika. Delik yang bisa

diancamkan pada

beberapa kasus

cyber crime seperti

infringement of

privacy

pad a penyalahgunaan PIN ATM dijerat

dengan Delik Pencurian dengan menganalogikan data pada

komputer dengan barang.

Walaupun Indonesia belum memiliki UU khusus cyber

1

namun

aparat penegak hukum melakukan upaya hukum dengan

menggunakan instrumen hukum yang

ada dan didukung

peralatan komputer forensik. Dalam hal ini penegak hukum

mengefektifkan peraturan yang sudah ada dengan melakukan

interpretasi atau konstruksi hukum .

Sebagai contoh dilakukannya analogi hukum dalam menangani

cyber crime, yaitu kasus Beny Wong yang melakukan transaksi

di Hardy's Supermarket batu Bulan Gianyar Bali tanggal

14

Juli 2004 dengan menggunakan kartu kredit city Bank atas

nama Wahyu Nugroho, dan pada saat sama Beny Wong juga

berbelanja dengan empat kartu kredit palsu. Pada akhirnya

Beny Wong dipidana 3 tahun karena melakukan pelanggaran

Pasal 263 KUHP (pemalsuan surat- barang siapa mebuat surat

palsu, jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian

karena pemalsuan surat, diancam dengan pidana penjara

paling lama enam tahun.

(23)

Membangun Cyber law Indonesia ...•. ( C. Maya Indah S.)

Jadi, sebenarnya tidak ada kekosongan hukum untuk

menjangkau cyber crime ini, karena penegak hukum

menggunakan

metode

interpretasi

hukum

(undang-undangan)

1

namun praktek hukum selama ihi sangat kental

dengan ranah

legal positivistik.

Usaha selama ini, adalah

melakukan analogi yang selama ini seharusnya merupakan

pelanggaran terhadap asas legalitas. Namun, penulis melihat

bahwa analogi hukum ini dalam menjangkau cyber crime yang

belum diatur oleh hukum · sesungguhnya juga merupakan

upaya pencerahan yang menempatkan kebutuhan sosial

dalam hal ini untuk menindak pelaku cyber crime untuk

mencapai keadilan hukum yang lebih substantif.

Pasal dalam KUHP maupun dalam UU Telekomunikasi

sebagaimana dalam tulisan di atas

1

belum lazim pula

digunakan sebagai acuan bagi aparat penegak hukum untuk

menjerat pelaku kejahatan telematika. Persoalan yang ada

yang menyulitkan digunakannya pasal tersebut adalah pada

pembuktian.

Sumber daya aparat penegak hukum yang belum memiliki

pengetahuan dan etrampilan yang memadai dalam bidang

teknologi informasi

1

memunculkan

kesulitan dalam

pengumpulan barang bukti.Di

セューゥョァ@

itu undang-undang

yang ada yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) maupun Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata

(KUHPerdata) belum inengatur dan mengakui

catatan

elektronik sebagai alat bukti sah di pengadilan. Berangkat dari

hal ini diperlukan suatu komitmen dan keberanian dari aparat

penegak hukum untuk tetap menjangkau pelaku kejahatan

teknoologi informasi.

(24)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

Sebagai

contoh

penggunaan

teleconference

sebagai

penemuan hukum, karena

penggunaan teknologi belum

diatur dalam KUHAP. Mengingat korban atau pihak yang

dirugikan dalam cyber crime maupun cyber tort seringkali ·

berada di luar negeri atau WNA dan harus didengar pertama

. .

kali dalam persidangan pidana, dan dibutuhkannya kehadiran

saksi dalam hukum perdata.

Demikian pula misalnya cyber

crime dalam perbankan, polisi bisa menggunakan rekening

koran yang sebenarnya merupakan cetakan (print out) laporan

keuangan nasabah yang dalam bentuk aslinya berupa

dokumen elektronik (file komputer).

Hal ini seyognyanya

patut menerima datil tanpa harus dibatasi oleh batasan alat

bukti sepanjang datil tersebut memenuhi prinsip logika.

Aspek-Aspek yang menjadi ukuran bahwa hukum Indonesia

belum antisipatif terhadap kemajuan dan perlindungan pelaku

pasar dalam teknologi informasi yaitu :

..

1.

Confidentiality dan security

Kerahasiaan yang dimaksud meliputi kerahasiaan data dan

atau informasi juga perlindungan terhadap data dan informasi

tersebut dari akses yang tidak sah.

Keamanan (securit'IJ masalah keamanan merupakan masalah

penting karena keberadaannya menciptakan confedence

pelaku bisnis untuk tetap menggunakan media elektronik.

Dalam Hukum Indonesia belum ada jaminan khususnya dalam

Hukum Perbankan, Hukum Perlindungan konsumen terhadap

pemenuhan aspek · keamanan ini. Padahal hal ini termasuk

tanggung jawab pelaku usaha. Persoalan yang ada adalah

• • •

apakah web site yang ditawarkan penjual benar-benar bonafid

(25)

· · Membangun Cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

dan memiliki jaminan bahwa jika transaksi dilakukan

konsumen benar-benar aman

?

Seperti misalnya kerahasiaan

nomor kredit sehingga tidak dapat diakses oleh pihak lain

yang tidak bertanggung jawab.

Dalam transaksi jual beli melalui internet pembeli pasti akan

disodori kontrak baku yang telah tertuang dalam

web site

tempat berbelanja. Menjadi masalah dalam hal pencantuman

klausula eksonerasi yang berisi pengalihan tanggung jawab

pelaku usaha kepada konsumen yang semestinya tanggung

jawab terseburdibebankan kepada pe.laku usaha.

Dalam

rangka

perlindungan

kepada

konsumen,

UU

Perlindungan konsumen belum memberi perhatian kepada

perwujudan hak konsumen dalam memanfaatkan telematika

yaitu pemberian informasi yang jelas, benar dan jujur kepada

konsumen dalam penawaran barang via internet perlindungan

untuk memperoleh barang yang sesuai dengan yang

diperjanjikan/ditawarkan

perlindungan

konsumen

untuk

kepastian pemberian ganti rugi dan garansi akibat produk

pelarangan klausula eksonerasi yang berisi pengalihan

tanggung jawab pelaku usaha sesuai.

Dalam bisnis melalui cyber perlu dikembangkan suatu bisnis

• • •

online yang setelah melalui sertifikasi jaringan

(web sertification).

Sebagai suatu

trustmark

dalam perdagangan

online.

Hal ini belum terjangkau oleh hukum di Indonesia.

2.

Availability

(ketersediaan)

Yaitu keberadaan informasi yang dibuat dan ditransmisikan

secara elektronik yang harus tersedia setiap kali dibutuhkan.

. ' . .

Hukum di Indonesia sebagaimana tersebut di atas belum

sepenuhnya memenuhi hal ini.

Misalnya bagaimana

(26)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

mengakomodasi

record dalam catatan eletronik mengenai

suatu perjanjian eletronik . Ketentuan yang mewajibkan hal

ini belum ada dalam perundang-undangan di Indonesia.

Pelayanan jasa perbankan melalui internet (internet banking)

belum mengharuskan tangggung jawab perbankan atas

pengendalian dan monitoring sistem yang di buatnya maupun

yang dioperasikan oleh vendor.

3.

Authenticity/keabsahan

Keabsahan suatu kontrak tergantung pada pemenuhan syarat

kontrak. Dalam elektronik e coomerce terjadinya kesepakatan

sangat erat kaitannya dengan penerimaan atas absah dan

otentiknya data message yang memuat kesepakatan itu.

Keaslian data massage dan tandatangan elektronik menjadi

dasar utama terciptanya kontrak. Kelemahan dalam Hukum

Acara Indonesia baik Hukum Acara Perdata maupun Hukum

Acara Pidana Indonesia belum mengakomodasi electronic

evidence , sehingga menyulitkan dalam pembuktian.

Pembangunan Cyber

Law

Dalam Ius Constituendum

Indonesia.

Dalam upaya menanggulangi

cyber crime itu, Resolusi

Konggres PBB VIII/1990 mengenai

computer related crimes

mengajukan beberapa

kebijakan yaitu mengimbau negara

anggota

untuk mengintensifkan upaya penanggulangan

penyalahgunaan

komputer yang

lebih

efektif dengan

mempertimbangkan langkah al: melakukan modernisasi

hukum p'idana materiil dan nukum. acara pidana .

11

.

11

Barda, Op.cit, ha1.2-3

(27)

Membangun Cyber liJw Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

Berikut adalah perkembangan kebijakan formulasi

perundang-undangan sebagai cikal bakal cyber law di Indonesia :

a.RKUHP

Dalam konsep Rancangan KUHP(Kitb Undang-Undang Hukum

Pi dana)

sudah dibuat ketentuan yang cukup responsif

terhadap cyber crime, Dalam Buku I (ketentuan Umum ),

maupun dalam Buku II (tindak Pidana) al :

12

-

Memperluas pengertian barang termasuk berupa data dan

program komputer, jasa telepon/telekomunikasi /jasa

komputer.

13

-

Memperluas pengertian surat termasuk data tertulis dalam

disket, pita magnetik, media penyimpan komputer atau

penyimpan data elektronik lainnya.

-

Memperluas pengertian ruang termasuk bentangan atau

terminal komputer

yang dapat diakses dengan cara

tertentu.

-

Memperluas pengertian masuk, termasuk mengakses

komputer atau sistem kom puter.

Memperluas

jaringan

telepon,

termasuk

jaringan

komputer.

Menambah

delik-delik

baru

sebagai

tindak

pidana

INTEL(Informasi dan Telematika)

14,

antara lain berupa :

-

Mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan

cara

apapun

tanpa

hak,

dengan

maksud

untuk

12

1bid, Hal. 81-84.

13

Andi Hamzah dan Boedi d N m。イ ウ ゥエ。セ@ Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta, 1987, hal. 30.

14

Barda, Op.cit, hal. 197-204.

(28)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

-memperoleh, mengubah , merusak, atau menghilangkan

informasi dalam komputer dan /atau sistem elektronik.

Penyelenggaran agen elektronik yang tidak menyediakan

fitur pada agen elektronik yang dioperasikannya, yang

memungkinkan penggunaannya melakukan perubahan

informasi yang masih dalam transaksi.

Memiliki dan menggunakan nama

domain name

berdasar

itikad tidak baik melanggar perdagangan usaha tidak sehat

dan melanggar hak orang lain.

Tanpa hak mengakses komputer dan sistem elektronik

Termasuk juga diatur dalam RKUHP ini adalah tindak pidana

yang juga diatur. tindak pidana terhadap tranfer dana, tindak

pidana dalam e-commerce

baik dalam sistem elektronik

bank sentral, lembaga perbankan, atau lembaga keuangan .

Perluasan asas ruang berlakunya hukum pidana Indonesia

dinyatakan dalam RKUHP,

yaitu perluasan asas teritorial,

yang memperluas jangkauan hukum pidana terhadap tindak

pidana yang dilakukan di Indonesia, maupun di luar Indonesia

yang akibatnya dirasakan atau terjadi wilayah Indonesia dan

dalam kapal atau pesawat udara Indonesia.

15

Perluasan yurisdiksi kriminal dimungkinkan berdasar hukum

internasional. J.G.Starke

menyatakan

bahwa

perluasan

yurisdiksi

kriminal yang meliputi hak untuk melakukan

penuntutan dan penjatuhan pidana atas kejahatan yang

dilakukan dalam batas wilayah suatu negara akan tetapi

diselesaikan dalam wilayah negara lain. Perluasan jurisdiksi ini

15

1bid, , ha l. 2 16.

(29)

Membangun Cyber Law Indonesia ... ( C. Maya Indah S.)

disebut subjective territorial prinaple.Perluasan yurisdiksi yang

kedua meliputi kejahatan yang dilakukan di negara lain akan

tetapi diselesaikan dalam batas wilayah negara yang

dirugikan, dan mengakibatkan dampak yang sangat merugikan

kepentingan perekonomian dan kesejahteraan sosial negara

yang bersangkutan. Perluasan . yurisdiksi ini disebut Objective

territorial principle.

16

b. RUU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik )

Seluruh transaksi e-commerce dilakukan secara on line , mulai

dari proses transaksi sampai dengan pembayaran. Pihak-pihak

yang terlibat terdiri dari : penjual (merchant), konsumen/ card

holdel), pihak perantara penagihan antara penjual dan

pembeli dan perantara pembayaran antara pemegang dan

penerbit(

。」アオゥイ・セスL@

perusahaan credit card yang menerbitkan

kartu (issuer) , pihak netral ketiga yang memegang hak

mengeluaran sertifikasi kepada merchant, kepada issuer

dan

beberapa hal diberikan pula pada card holdet(ceJitJJ

authorities). Bila pembayaran manual/cash, tapi transaksinya

saja yang online, maka pihak acquirer, issuer, dan certification

authoritytidak terlibat di dalamnya.

Dalam RUU ITE antara lain mengkriminalisasi juga terhadap

perbuatan :

-

Pelanggaran

terhadap

persyaratan

minimal

untuk

mengoperasionalkan sistem elektronik.

-

Sengaja dan melawan hukum mengakses komputer

dengan maksud memperoleh atau

mengubah informasi

dalam komputer.

16

J.G.Starke, Introduction to International Law, London,Butterworth, ninith ed, 1984, p.197.

(30)

Fragmentasi Pemiklran Hukum Bisnls Indonesia

-

Mengakses Komputer tanpa hak atau melampaui

wewenangnya dengan maksud:

a. Untuk memiliki informasi catatan keuangan dari

lembaga . perbankan

atau

lembaga

keuangan

penerbit kartu kredit, atau kartu pembayaran atau

yang mengandung data laporan nasabahnya.

b. Untuk memiliki lnforrnasi dari pemerintah atau

instansllainnya yang berada di bawah pemerintah.

c. Untuk memiliki

informasi dari komputer yang

dilindungi oleh negara.

d. Mengakses komputer atau melakukan tindakan tanpa

hak yang menyebabkan komputer tersebut menjadi

rusak.

e.

Sengaja

dan

melawan

hukum

menyebarkan,

danjatau memperdaganglkan kode akses (password)

atau informasi yang serupa yang dapat menerobos

suatu komputer.

c.

RUU

Transfer Dana

Dalam RUU ini, mengatur sistem pembayaran /transfer dana

yang

merupakan

kegiatan

untuk

memindahkan/mengirim/membayar

dana

melalui

bank.

Rangkaian kegiatan ini melibatkan pelbagai pihak yaitu

pengirim (sender}, pengirim asal. (originator}, bank pengirim

asal (originating bank), bank pengirim (sending bank), bank

penerima (receiving .bank), bank penerus (intermediary bank),

bank penerima akhir (beneficiary bank) dan penerima

(beneficiarY;.

Merumuskan tindak pidana terhadap :

(31)

-Membangun Cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

Perbuatan sengaja dan melawan hukum mengakses , mengambil, mengubah , menggunakan, menggandakan, merusak, menghilangkan dan atau melakukan tindakan lain secara tanpa hak terhadap suatu informasi perintah transfer dana dan atau sistem transfer dana antar bank . Dengan sengaja dan melawan hukum dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri dan atau orang lain, menahan dan atau mengintersepsi pengiriman perintah

transfer dana melalui komputer atau media elektronik lainnya.

d.

RUU

TP

II

(Tindak Pidana di Bidang Teknologi

Informatika)

Merumuskan beberapa tindak pidana pemanfaatan teknologi informasi , antara lain mengenai :pencurian, mengakses tanpa hak, mengakses tanpa hak sistem informasi strategis, pemalsuan identitas, mengubah dan memalsukan data, mengubah data yang merugikan orang lain, mengakses tanpa hak komputer yang dilindungi, intersepsi, penyadapan jaringan komunikasi data, pemalsuan nomor internet protokol, merusak data base , dan penyalahgunaan surat elektronik

Masalah jusrisdiksi dalam RUU TPTI diatur dalam Pasal 32 dan Pasal 33 Bab XII yang intinya menyatakan bahwa UU diberlakukan untuk setiap orang di luar Indonesia maupun di Indonesia, yang melakukan tindak pidana di bidang teknologi

informasi yang dirasakan di Indonesia.

Apabila dikaji rancangan perundang-undangan mengenai cyber law yang tersebar dalam beberapa RUU di atas, penulis melihat juga bahwa banyak sekali aturan yang tumpang tindih. Bisa jadi, hal ini juga memunculkan kegamangan

(32)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

dalam penegakan hukum baik terhadap cyber crimes maupun cyber torts . Harmonisasi hukum menjadi penting misalnya sanksi pelanggaran, maupun bentuk perbuatan anti perlindungan konsumen dalam UU perlindungan konsumen perlu diintegrasikan dengan ketentuan RUU ITE, harmonisasi penerapan sanksi dalam RUU Transfer maupun RUU ITE, termasuk pula dalam ketentuan hukum perbankan yang ada, demikian pula misalnya informasi orang dalam di pasar modal harus diharmonisasikan dengan sanksi yang terdapat dalam RUU

ITE.

Di samping itu, dalam hal ini penulis mengusulkan suatu UU payung atau umbrella act yang mengatur ketentuan -ketentuan pokok dalam pemanfaatan tenologi informasi. Adapun Undang-undang sektoral yang ada bisa lebih memperinci,seperti RUU transfer dana dsb. Apabila rancangan undang-undang selama ini hanya bersifat fragmentaris dan sepotong-potong dengan tanpa mereduksi kelemahan hukum yang ada pada hukum acara sebagai general rule, dikhawatirkan memunculkan celah-celah hukum yang memudarkan akomodatifnya cyber law. Di samping itu, lamanya pengesahan suatu RUU di atas menjadi Undang-undang, seakan menginterpersepsikan bahwa reformasi pengaturan dalam telematika di Indonesia seakan jalan di tempat.

Arahan Prof. Sri Redjeki bagi visi ke depan hukum ekonomi Indonesia, yaitu harus mengacu :

• Perwujudan masyarakat yang adil dan makmur. • Keadilan yang proporsional dalam masyarakat.

• lldak adanya diskriminatif terhadap pelaku ekonomi.

(33)

Membangun Cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

Persaingan yang sehat.

17

Apabila direfleksikan kembali , lebih lanjut prof.Sri redjeki

mengemukakan bahwa hukum akan menampakkan diri

sebagai seperangkat peraturan yang mengandung nilai

mengenai :

• Pemanfaatan

IPTEK

secara

maksimal

yang

tidak

membahayakan manusia dan kehidupan.

• Tidak melanggar kepentingan dan hak-hak pribadi maupun

hak-hak publik /masyarakat.

Pengakuan dan prosedur pengakuan hak oleh negara di

bidang HAKI.

• Pengaturan tentang /mengenai keseimbangan kepentingan

publik terhadap kepentingan individu kelompok publik dsb,

sebagai keseimbangan kepentingan para pihak.

18

Dalam upaya membangun cyber law Indonesia, maka

instrumen hukum internasional yang sudah diakui

bangsa-bangsa di dunia sebagai etika global juga perlu diacu,

setidaknya sudah terlihat dalam

RUU -RUU

tersebut di atas.

The general assembly of United Nations, A/RES/55/63, 22

januari 2001

mengenai

Combating the criminal misuse of

infonnation technologies

menyatakan bahwa :

Recognizing

that the free flow of onformation can promote economic and

-social development, education, and democratic governance.

Noting significant advancements in the development and

application of information technologies and means of

telecomunlcatlon.

Expreslng concem that technological

17

Sri redjeki, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang,

2007, hal. 31.

18

Ibid, hal. 52-53.

(34)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

advancements have created new possibilities for criminal

activity, in particular the criminal misuse of information

technologies.

Dalam aras internasional, PBB melalui komisi khususnya yaitu . UNCITRAL telah mengeluarkan 2 ·guidelines yang terkait

dengan transaksi eletronik, yaitu

UNCITRAL (united Nation

Comission On International Trade)

Model law on Electronic

Commerce with guide to Enactment 1996, United Nations

Publication,New Yor 1999,

dan

UNCITRAL Model Law On

Electronic Signature with Guide to Enactment

2001.

Model law

on Electronic Commerce of the United Nations Commision On

International Trade Law yang menyatakan :

In the context of contract formation, unless otherwise agreed

by the parties, an offer end the acceptance of an offer may be

expressed by means of data messages. here a data message is

used in the formation of a contract, that contract shall not be

denied validity or enforceability on the sole ground that a data

message was used for that purpose or stored by electronic,

optical or similar means including electronic mai/

9

Sejalan dengan regulasi dalam aras internasional tersebut, selayaknya Indonesia mampu mengadaptasi dan responsif terhadap ketentuan internasional tersebut.

D. Penutup

Dalam antisipasi globalisasi , norma hukum dan

law

enforcementnya

merupakan tuntutan dari konsensus global, dan menjadi strategi menghadapi perdagangan global.

19

Michael Chissick, and Alistair kelman, Electronic Commerce Law and Practice, London , Sweet dan Maxwe11, New York, 2000, hal. 14.

(35)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

advancements have created new possibilities for criminal

activity, in particular the criminal misuse of information

technologies.

Dalam aras internasional, PBB melalui komisi khususnya yaitu . UNCITRAL telah mengeluarkan 2 ·guidelines yang terkait

dengan transaksi eletronik, yaitu

UNCITRAL (united Nation

Comission On International Trade)

Model law on Electronic

Commerce with guide to Enactment 1996, United Nations

Publication,New Yor 1999,

dan

UNCITRAL Model Law On

Electronic Signature with Guide to Enactment 2001. Mode/law

on Electronic Commerce of the United Nations Commision On

International Trade Law yang menyatakan :

In the context of contract formation, unless otherwise agreed

by the parties, an offer end the acceptance of an offer may be

expressed by means of data messages. here a dati! message is

used in the formation of a contract, that contract shall not be

denied validity or enforceability on the sole ground that a data

message was used for that purpose or stored by electronic,

optical or similar means including electronic mail

9

Sejalan dengan regulasi dalam aras internasional tersebut, selayaknya Indonesia mampu mengadaptasi dan responsif

terhadap ketentuan internasional tersebut.

D. Penutup

Dalam antisipasi globalisasi , norma hukum dan

law

enforcementnya

merupakan tuntutan dari konsensus global, dan menjadi strategi menghadapi perdagangan global.

19

Michael Chissick, and Alistair kelman, Electronic Commerce Law and Practice, London , Sweet dan Maxwell, New York, 2000, hal. 14.

(36)

Membangun Cyber Law Indonesia ... (C. Maya Indah S.)

Tuntutan · membangun cyber law merupakan national level responsiveness dan flexibility dalam membangun perekonomian menyongsong globalisasi, dan menjadi harapan bagi terwujudnya salah satu visi etik masyarakat global. Perlu direfleksi bahwa aturan hukum yang akan dikemas dalam cyber law tidak bersifat restriktif seperti over

criminalization, melainkan harus bersifat directifdan futuristik.

Melalui cyber law yang menjamin kepastian dan keamanan dalam berusaha, diharapkan tercapainya pertumbuhan ekonomi dan daya saing (economic growth and

competitiveness), sehingga tercapai peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Daftar Pustaka

Chissick, Michael and kelman, Alistair , Electronic Commerce Law and Practice, London , Sweet dan Maxwell, Nevt York, 2000

Hartono, Sri Redjeki Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung,

2000

---, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia

Publishing, Malang,

2007

Hamzah, Andi, dan D.Marsita, Boedi, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta,

1987.

Indrajit Ricardus Eko, E -commerce Kiiat dan strategi bisnis di dunia maya, Elex Media omputndo,

2001

(37)

Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis Indonesia

M. Arief Mansur, C. Dikdik ;Eiisatris Gultom, Elisatris, Cyber

Law,

Aspek Hukum Teknologi

ゥョヲッイュ。ウセ@

Reika Aditama,

Bandung, 2005

Nawawi

Arief,

Barda,

Tindak

Pidana

Mayantara,

Perkembangan kajian Cyber crime di Indonesia,

Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2006

O.Wilson, Edward,

Consilience ;

The Unity of Knowledge,

Alfreda A. Knoop, New York, 1988.

Rahardjo , Satjipto ,

Jurnal Hukum Progresif, Pencarian,

Pembebasan, Pencerahan dalam makalahnya Hukum

Progresif : Hukum Yang Membebaskan,

Voi.1/Nomor

1/ April 2005, PDIH UN DIP Semarang,.

Steger, Manfred B.,

Globalism, The New Market Ideology,

terj.

Globalisme Bangkitnya ideologi Pasar, Lafadl Pustaka,

Jogjakarta, 2002

Starke,

J.G.

Introduction

to International Law,

London,Butterworth, ninth ed, 1984.

Toffler, Alvin, Knowledge,

Wealth and violence at the edge of

the

21st

century,ed.

terj,Pergeseran

kekuasaan,

Pengetahuan, kekayaiJn, dan kekerasan di penghujung

abad ke-21.., Pantja Simpati, Jakarta, 1990.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal delapan belas bulan September Tahun Dua ribu empat belas bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bengkulu Utara, kami Pokja Pengadaan

[r]

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran BTA Menggunakan Metode Achievement Grouping Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran pada peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah I Jombang.....

Tesis dengan judul " Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (Studi Kasus di MAN 3 Malang)" Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini

74.910.000 (Tujuh Puluh Empat juta Sembilan Ratus Sepuluh Ribu Rupiah);. Harga Hasil

referensi dapat dicapai walaupun benda kerja dan alat potong terpasang. Untuk mengaktifkan titik referensi mesin, perlu diperhatikan perintah dari masing – masing

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARGA MAKMUR PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA BlUD PADA RSUD ARGA MAKMUR TAHUN ANGGARAN 2014.. Alamat:

Apabila sudah yakin bahwa program CNC, seting pahat, pemilihan pahat, dan ukuran benda kerja hasil yang diperoleh benar, maka pengerjaan benda kerja selanjutnya dilakukan