• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Visi Vol.4 No.1 Maret 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Visi Vol.4 No.1 Maret 2015"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Dariabel

Makroekonomi Terhadap Kemiskinan

Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008-2013

This study aims to Determine the effect of inflation, the Minimum Wage and Unemployment partially and simultaneously against poverty in the city of Lhokseumawe. The data is used in this research is secondary data obtained by the technique documentation or library (library research) from 2008 until 2013. Poverty meets classical assumption of regression models and can produce estimates that are BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Inflation positive and significant impact on poverty, it means an increase of in inflation will increase of poverty. Minimum Wage positive and significant impact on poverty, meaning that if the Minimum Wage increases will increase of poverty. This is Because most of the population in the city of Lhokseumawe profession informal sector, the which does not depend on the minimum wage. Unemployment positive and significant impact on poverty, meaning that if unemployment increases, will increase of poverty. The results Showed that the partial inflation, Minimum Wage and Unemployment significant effect on poverty in the city of Lhokseumawe. Inflation Simultaneously, Minimum Wage and Unemployment significant effect on poverty Lhokseumawe city with the effect of 93.8%.

Keywords: Inflation, Minimum Wage, Unemployment

ISSN : 2338-2864 p. 1-7

Cut Putri Mellita Sari Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

(2)

2 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015 PENDAHULUAN

Permasalahan kemiskinan yang begitu kompleks dan bersifat multidimensional mendorong berbagai upaya pengentasan kemiskinan dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir, dkk, 2008). Badan Pusat Statistik (2010) menggunakan konsep kemampuan dan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), untuk mengukur kemiskinan. Dengan menggunakan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga penduduk miskin dapat diartikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Untuk kebutuhan minimum makanan disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari.

Kemiskinan turut dipengaruhi pula oleh berbagai variabel makroekonomi diantaranya : tingkat inflasi, Upah Minimum Regional (UMR), dan juga Pengangguran (Mankiw, 2006)

Data variabel makroekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

THN INFLASI Sumber : BPS Kota Lhokseumawe, 2014 (diolah)

Pada tabel terlihat penurunan tingkat inflasi tidak diikuti dengan pengurangan tingkat kemiskinan yang sebanding, bahkan dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan inflasi yang juga di ikuti dengan pengurangan kemiskinan. Sementara peningkatan UMR diharapkan juga dapat mengurangi tingkat kemiskinan, tapi malah tingkat kemiskinan meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas yaitu terjadi peningkatan UMR dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan juga terjadi peningkatan kemiskinan pada tahun tersebut. Demikian juga dengan tingkat pengangguran yang berkurang malah tingkat kemiskinan meningkat.

Melihat fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Lhokseumawe”.

TINJAUAN TEORITIS Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan

Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang secara umum (Phutong dalam Nurfitri , 2011: 21), apabila harga-harga naik secara drastis dalam periode tertentu maka tingkat kemiskinan juga akan naik. Tingkat kemiskinan naik bila masyarakat tingkat upahnya tetap, jika tingkat upahnya tetap sedangkan harga barang- barang naik, masyarakat yang awalnya dapat memenuhi kebutuhan, karena terjadi inflasi yang mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan primernya.

Pengaruh Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efesiensi dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat upah minimum akan meningkatkan kesejahteraan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman 2000 dalam Khabibi, 2010)

Pengaruh Pengangguran Dengan Kemiskinan Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat erat sekali, jika suatu masyarakat sudah bekerja pasti masyarakat atau orang tersebut berkecukupan atau kesejahteraanya tinggi, namun di dalam masyarakat ada juga yang belum bekerja atau menganggur, pengangguran secara otomatis akan mengurangi kesejahteraan suatu masyarakat yang secara otomatis juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan. (Todaro, 2010), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Penelitian Sebelumnya

Sugema, dkk (2010), dalam jurnal The Impact of Inflation on Rular Poverty in Indonesia an Econometrics Approach. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan dalam laju inflasi menyebabkan dampak yang relatif lebih tinggi pada masyarakat miskin di tingkat nasional.

(3)

3 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015 pengangguran di Indonesia adalah dalam bentuk

kuadrat spine. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemiskinan

2. Upah Minimum Regional mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan 3. Pengangguran mempunyai pengaruh yang

positif terhadap kemiskinan.

METODE PENELITIAN Dariabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu yang terdiri dari satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Kemiskinan (Y) sebagai variabel dependen selanjutnya variabel independen dalam penelitian ini meliputi inflasi (X1), Upah Minimum Regional (X3) dan Pengangguran (X3) di kota Lhokseumawe.

Definisi Operasional Dariabel

1. Tingkat Inflasi adalah naiknya harga barang-barang secara umum dan berlaku secara terus menerus dan diukur dalam persentase.

2. Upah Minimum Regional adalah tingkat upah yang diterima yang memenuhi standar fisik minimum manusia dan diproxikan dalam tingkat pertumbuhan Upah Minimum dengan satuan persentase.

3. Tingkat pengangguran adalah mereka yang telah masuk usia kerja dan mereka yang belum dan sedang mencari pekerjaan yang diukur dalam persentase.

4. Tingkat Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori perkapita per hari dan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan yang diukur dengan persentase.

Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model Regresi Linear Berganda yang diajukan adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

Y = Kemiskinan α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefesien variable independen, yaitu : tingkat Inflasi, UMR, dan

Tingkat Pengangguran X1, = Tingkat Inflasi X2, = UMR

X3 = Tingkat Pengangguran e = Error Term

HASIL PENELITIAN

Untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu tingkat inflasi (X1), tingkat upah minimum regional (X2) dan tingkat pengangguran (X3) terhadap tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe (Y) sebagai variabel dependen, digunakan analisis regresi linier berganda dengan data time series. Untuk pengujian hipotesis, kesimpulan diambil langsung dari nilai koefisien regresi dan koefisien determinasi. Koefisien regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.

Uji Asumsi Klasik a). Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah antar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat korelasi yang erat ataukah tidak. Maka dalam penelitian ini nilai VIF dan Tolerance dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

Pengangguran .424 2.358

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015) Dari hasil pengujian tersebut tampak bahwa variabel bebas (Inflasi, UMR dan Pengangguran) masing-masing memliki nilai tolerance < 0.1 dan nilai VIF > 10 Ini menunjukkan bahwa variabel Inflalsi (X1), variabel UMR (X2) dan variabel pengangguran (X3) terbebas dari gejala multikolinieritas.

b). Uji Autokorelasi

(4)

4 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015 bebas autokorelasi, Ghozali (2006). Berikut Tabel

2 yang menunjukkan hasil dari uji autokorelasi : Tabel 2

Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .00378

Cases < Test Value 3

Cases >= Test Value 3

Total Cases 6

Number of Runs 4

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 a. Median

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)

c). Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heterokedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji sperman. nilai sig. Keputusan terjadi atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat pada nilai sig. (two-tail) > 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2015)

Keofesien Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil analisis regresi linier berganda bahwa pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran terhadap kemiskinan di kota Lhokseumawe periode 2008-2014 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2015) Hasil output dari analisis regresi linier berganda melalui program SPSS versi 20.00 seperti hasil yang ada pada Tabel 4 diatas, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 9.385 + 0.116X1 + 0.633X2 + 0.154X3 + e Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan sebagai berikut :

 Dalam penelitian diperoleh nilai konstanta yang didapat dari pengolahan data adalah 9.385. Artinya, jika inflasi, UMR dan pengangguran dianggap konstan, maka tingkat kemiskinan Kota Lhokseumawe adalah 9.385 persen.

 Koefisien regresi inflasi (X1) sebesar 0.116. Artinya, setiap kenaikan inflasi sebesar 1% maka perubahan dalam variabel inflasi akan mempengaruhi tingkat kemiskinan Kota Lhokseumawe sebesar 0.116 persen dengan asumsi variabel inflasi (X1) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan. Dalam penelitian ini dapat disebutkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan Kota Lhokseumawe.

(5)

5 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015  Koefisien regresi Pengangguran (X3) sebesar

0.154. Artinya, setiap kenaikan pengangguran sebesar 1% maka akan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe sebesar 0.154 dengan asumsi variabel pengangguran (X3) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan. Dalam penelitian ini dapat disebutkan bahwa pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe.

Koefisien Korelasi & Determinasi

Koefisien determinasi diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu inflasi, UMR dan Pengangguran terhadap variabel terikat yaitu kemiskinan di Kota Lhokseumawe. Berikut Tabel 5 yang merupakan hasil analisis regresi:

Tabel 5.

Koefisien dan Determinasi

Model R R Square

1 .969(a) .938

Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah:2015) Berdasarkan output yang ada pada Tabel 5 di atas, maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah sebesar 0.969 dimana nilai tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 96.9%. Artinya, inflasi, UMR dan pengangguran mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kemiskinan di Kota Lhokseumawe.

Tabel 5 juga memperlihatkan nilai dari koefisien determinasi (R2). Dari koefisien determinasi dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda yang menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran terhadap penerimaan kemiskinan Kota Lhokseumawe ditunjukkan oleh nilai R2 = 0.938 atau 93.8%. Hal ini menunjukkan bahwa 93.8% Kemiskinan di kota Lhokseumawe bisa dijelaskan oleh inflasi, UMR dan pengangguran . Sedangkan sisanya (100%-93,8%=6.2%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Oleh karena itu, persamaan regresi linier berganda menjadi:

Y = 9.385 + 0.116X1 + 0.633X2 + 0.154X3 + 6.2 Pembuktian Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran secara simultan terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 19.311 sedangkan Ftabel pada tingkat signifikan α =5% adalah sebesar 19.16. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, dengan tingkat significance 0,031 di bawah 0.05.

Dengan demikian, dari hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa inflasi, UMR dan pengangguran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe (Y). Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6 a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015) Pembuktian Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran secara parsial terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7 Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)

Untuk menguji pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe secara parsial, dapat dilihat dari hasil uji t pada Tabel 7 di atas. Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada tabel diatas, dapat diketahui besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat signifikan α=5%.

 Inflasi(X1)

(6)

6 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015 untuk UMR menunjukkan bahwa thitung > ttabel

dengan tingkat sigifikan 0,037 atau dibawah α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh UMR terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe signifikan.

 Pengangguran (X3)

Dalam penelitian ini pengangguran menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe, dengan nilai thitung sebesar 5.023 sedangkan ttabel sebesar 4.30. Hasil uji t untuk pengangguran menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan tingkat sigifikan 0,023 atau di bawah α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe signifikan.

PENUTUP Kesimpulan

Keseluruhan dari hasil pengolahan data dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Model regresi kemiskinan memenuhi assumsi klasik dan dapat menghasilkan estimasi yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). 2. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan inflasi akan meningkatkan kemiskinan.

3. Upah Minimum Regional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya jika Upah Minimum Regional meningkat maka akan meningkatkan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di kota lhokseumawe berprofesi disektor informal, yang tidak tergantung pada upah minimum.

4. Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya jika pengangguran meningkat maka akan meningkatkan kemiskinan.

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi, UMR dan Pengangguran mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kemiskinan di Kota Lhokseumawe.

6. Hasil pengujian hipotesis baik secara parsial maupun simultan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe.

Saran

1. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan penetapan upah minimum untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. 2. Pemerintah hendaknya lebih memberikan

(7)

7 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015 REFERENSI

Badan Pusat Statistik, 2013, Lhokseumawe Dalam Angka, 2013

Budiantara, I Nyoman, dkk , 2010 . Relationship Pattern of Poverty and Unemployment Indonesia with Bayesian Spline Approach. IJBAS-IJENS Vol:11

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,Universitas Dipenogoro Khabibi, Achmad, 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Surakarta:USM Mankiw, N.Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Jakarta, Salemba Empat

Nasir, Muhammad, dkk, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworeja. Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No.4, Agustus 2008. Jakarta :Lipi

Nurfitri, Yanti, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Tingkat Kesempatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1999-2009. Yogyakarta

Sugema,dkk,2010. The Impact Of Inflation on Rural Poverty in Indonesia an Econometrics Approach . Euro Journal Publishing, Inc.2010

(8)

9 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Tingkat Pemahaman

Prinsip-Prinsip

Good Governance

terhadap Kinerja Keuangan Kota

Lhokseumawe

This study aims to determine analizing effect of the principles of good governance about the information in the audit report Lhokseumawe City Government. The population in this study is the entire apparatus of local government agencies spread across 34 City Government Lhokseumawe. By using proportional random sampling, sample required only 92 respondents. Collection of data and information needed in this study is to use field research (field research). The data used are primary data, which is obtained directly from the subject of study in the form of questionnaires to 92 respondents. From the 92 questionnaires that distributed to respondents, all of them returned by the respondents. The results of testing with multiple linear regression method shows that the principles of accountability, transparency and the principle of public participation affect the financial performance of government officials in the city of Lhokseumawe.

Keywords : Accountability, Transparency, Public Participation, Financial Performance.

ISSN : 2338-2864 p. 9-18

Safriana Jamaluddin*

Jurusan Akuntansi STIE Lhokseumawe

*jamaluddin.821986@gmail.com

(9)

10 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 PENDAHULUAN

Tata kelola yang baik (good governance)

merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pada aspek ini isu yang mencuat adalah adanya tuntutan otonomi yang lebih luas dan nyata yang harus diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten atau kota, dan hal ini diwujudkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Hal ini mengakibatkan dua implikasi strategis, yaitu pertama situasi desentraliasi politik dan keuangan telah memberikan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat daerah untuk menentukan arah, kebijakan, tujuan, program, hingga aktivitas organisasi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan; kedua pemerintah daerah telah diberi keleluasaan yang lebih besar untuk mendapatkan, mengelola dan mengalokasi dana yang diperlukan dalam urusan pelayanan kepada masyarakat (Rimbawan, 2012).

Hubungan pemahaman prinsip-prinsip good governance terhadap kinerja aparatur pemerintah ialah

apabila pemerintah daerah telah cukup

pemahamannya terhadap prinsip-prinsip good governance dan telah menerapkannya akuntansi pemerintah dalam mengelola keuangan dilingkungan pemerintan daerah secara kognitif (pengetahuan) yang mencakup kemampuan untuk berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, analisis, dan pengetahuan evaluative maka pemerintahan yang baik (good governance) akan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan dari publik (Amrullah, 2008). Prinsip akuntabilitas ialah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Apabila pemerintah daerah telah menetapkan prinsip ini dalam mengelola keuangan pemerintah maka akan terciptanya tata pemerintahan yang berwawasan kedepan, tata pemerintahan yang cepat tanggap. tata pemerintahan yang akuntabel, tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, tata pemerintahn yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien dan efektif dan tata pemerintahan yang terdesentralisasi (Amrullah, 2008).

Prinsip transparansi ialah prinsip yang menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi. Apabila prinsip ini telah diterapkan maka akan terciptanya tata pemerintahan yang bersifat terbuka, tata pemerintahan yang menjujung supremasi hukum dan tata pemerintahan yang berorientasi pada konsensus.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance

terhadap Kinerja Keuangan Kota Lhokseumawe.”

TINJAUAN TEORITIS

Good Governance

Good governance adalah tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Good Governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan

responsif terhadap kebutuhan masyarakat

(Widyananda, 2008).

Menurut Sumarto (2003:1) dalam bukunya Inovasi, Partisipasi, dan Good Governace.

“Governance di sini diartikan sebagai mekanisme, pabrik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik. Dalam konsep governance, pemerintahan hanya menjadi salah satu actor dan tidak selalu menjadi faktor paling menentukan. Impilkasinya, peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa pelayanan dan infrastuktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfalisitasi pihak lain di komunitas dan sector swasta untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut”.

Prinsip-Prinsip Good Governance

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip

good governance antara lain adalah akuntabilitas, pengawasan, daya tangkap, profesionalisme, efisiensi dan efektivitas, transparansi, kesetaraan, wawasan kedepan, partisipasi publik, dan penegakan hukum. Jelas bahwa prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain. Namun setidaknya menurut Dra. Lolina Lalolo Krina. P (Sekretariat Good Public Governance

Bappenas) ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu akuntabilitas, transparansi dan partisipasi publik/ masyarakat.

(10)

11 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Akuntabilitas

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agend) untuk memberikan pertanggungjawaban, dan mengungkapkan segala

aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewanangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002).

Transparansi

Transparansi adalah prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat (Amrullah, 2008). Menurut Sanyoto (2010), transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tetntang kebijakan/proses pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai.

Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar "kerja" yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot (Mulyawan, 2009). Menurut Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja Pemerintah daerah dapat didefinisikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan sutau kegiatan/program/kebijakan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi daerah yang tertuang dalam dokumen Perencanaan Daerah.

Sebagai pertanggungjawaban kepada publik, kinerja pemerintah daerah harus diinformasikan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan mengenai tingkatan pencapaian hasil, dikaitkan dengan misi dan visi organisasi, serta dampak positif dan negatif kebijakan operasional yang telah diambil.

Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prinsip akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.

2. Prinsip transparansi berpengaruh terhadap kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.

3. Prinsip partisipasi publik berpengaruh terhadap kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.

4. Prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik berpengaruh terhadap kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SKPD pada Kota Lhokseumawe yang tersebar di 34 Instansi Pemerintahan. Alasan memilih lokasi penelitian didasarkan pada data yang diperoleh lebih relevan dan tepat dengan judul yang di analisis.

Populasi dan Sampel

Populasi

Menurut Sugiono (2008:298), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteritik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian populasi penelitian ini adalah seluruh aparatur pemerintah daerah yang tersebar di 34 Instansi Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Sampel

Menurut Sugiono (2008:299), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode proporsional random sampling, yaitu teknik pemilihan sampel yang memberikaan kesempatan yang sama yang bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Sekaran, 2006:329). Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan slovins, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

n

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kesalahan pengambilan sampel 10%. Perhitungan ukuran sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 1153 / 1+1153 (0,1)2

n = 1153 / 12, 53

(11)

12 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Table 1

Populasi dan Sampel Penelitian SKPD di Kota Lhokseumawe

Sumber : Data diolah 2014

NO. KELOMPOK POPULASI POPULASI JUMLAH SAMPEL (n) UKURAN SAMPEL

1. SEKRETARIAT DPR 32 Orang (32/1153)x92 6 Orang

2. INSPEKTORAT KOTA 31 Orang (31/1153)x92 2 Orang

3. BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOTA 35 Orang (35/1153)x92 3 Orang

4. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 48 Orang (40/1153)x92 3 Orang

5. BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA LHOKSEUMAWE 25 Orang (25/1153)x92 2 Orang

6. BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN 38 Orang (38/1153)x92 3 Orang

7. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK, DAN KELUARGA 27 Orang (27/1153)x92 2 Orang

8. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 29 Orang (29/1153)x92 2 Orang

9. BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS 23 Orang (923/1153)x92 2 Orang

10 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA 105 Orang (105/1153)x92 7 Orang

11. DINAS KESEHATAN 82 Orang (82/1153)x92 7 Orang

12. DINAS PEKERJAAN UMUM 81 Orang (81/1153)x92 6 Orang

13. DINAS KELAUTAN, PERIKANAN DAN PERTANIAN 65 Orang (65/1153)x92 5 Orang

14. DINAS PENINDUSTRIAN, PERDAGANAN DAN KOPERASI 44 Orang (44/1153)x92 3 Orang

15. DINAS SYARIAT ISLAM KOTA 25 Orang (25/1153)x92 2 Orang

16. DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN 49 Orang (49/1153)x92 4 Orang

17. DINAS KEPENDUDUKAM DAN PENCATATAN SIPIL 23 Orang (23//1153)x92 2 Orang

18. DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA 29 Orang (29/1153)x92 2 Orang

19. DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA LHOKSEUMAWE 81 Orang (81/1153)x92 6 Orang

20. KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU 20 Orang (20/1153)x92 2 Orang

21. SEKRETARIAT KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN 15 Orang (15/1153)x92 1 Orang

22. MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH 5 Orang (5/1153)x92 1 Orang

23. BAITUL MAL 10 Orang (10/1153)x92 1 Orang

24. KANTOR CAMAT BANDA SAKTI 21 Orang (21/1153)x92 1 Orang

25. KANTOR CAMAT MUARA DUA 26 Orang (26/1153)x92 2 Orang

26. KANTOR CAMAT MUARA SATU 23 Orang (23/1153)x92 2 Orang

27. KANTOR CAMAT BLANG MANGAT 35 Orang (35/1153)x92 3 Orang

28. BAGIAN UMUM SETDAKO 37 Orang (37/1153)x92 3 Orang

29. BAGIAN KEPERINTAHAN 21 Orang (21/1153)x92 2 Orang

30. BAGIAN EKONOMI DAN PEMBAGUNAN 17 Orang (17/1153)x92 1 Orang

31. BAGIAN ORGANISASI 12 Orang (12/1153)x92 1 Orang

32. BAGIAN HUKUM 12 Orang (12/1153)x92 1 Orang

33. BAGIAN HUMAS DAN SISTEM INFORMASI 15 Orang (15/1153)x92 1 Orang

34. BAGIAN KEISTIMEWAAN DAN KESRA 12 Orang (12/1153)x92 1 Orang

(12)

13 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan menggunakan penelitian lapangan (field research),

yaitu dengan cara melakukan penelitian langsung terhadap responden. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek penelitian yaitu pihak-pihak terkait pada lembaga pemerintahan tempat penelitian dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengedar daftar pertanyaan (quesioner) yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Kemudian responden diminta untuk menentukan tingkat alternatif pilihan jawaban mereka terhadap masing-masing pertanyaan/ pernyataan terkait. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan langsung menyerahkan kuesioner pada responden yang dituju dengan pernyataan-pernyataan terstruktur.

Metode Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik terhadap kinerja aparatur pemerintahan di Kota Lhokseumawe dilakukan dengan menggunakan alat ukur regresi linear berganda. Secara matematis alat ukur regresi linear berganda di formulasikan sebagai berikut (Gujarati, 2001:67): X3 = Partisipasi Publik

= Koefisien regresi e = Epsilon (error terms)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum data diolah lebih lanjut, maka sebaiknya dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana instrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun memiliki validitas atau tidak, sehingga instrumen yang diharapkan konsisten. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Person Product Movement Coefficient of Corelation

dengan bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Apabila r-hitung > dari r-tabel maka item pernyataan dinyatakan valid. Setelah data diolah dengan uji validitas kemudian akan dilanjutkan uji reliabilitas.

Asumsi Klasik

Untuk menjaga akurasi model hasil regresi linear berganda yang diperoleh, maka dilakukan uji asumsi

klasik terlebih dahulu untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu analisis regesi. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan yaitu uji normalitas.

Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji bahwa data penelitian mempunyai distribusi normal. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah metode Normal Probability Plot, yang membandingkan distribusi kualitatif data sesungguhnya dengan distribusi kualitatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal (Ghozali, 2001 : 76-77).

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui apakah terdapat suatu hubungan linear antara masing-masing variabel independen di dalam model regresi. Multikolinearitas ini biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait satu sama lain di dalam model.

Uji Hetesrokedasitas

Uji Heteroskedasitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan tetap, maka dapat disebut homokedasitas. Model regresi yang baik adalah yang mohoskedastisitas atau yang tidak terjadi

heteroskedasitas. Deteksi ada tidaknya

heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik sca terplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menjepit), jika tidak ada pola yang jelas setara titik-titik menyebar diatas dan di bawah angkan nol pada sumbu Y makan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini maka dilakukan pengujian untuk setiap hipotesis. Untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan, maka dilakukan pengujian secara statistik. Hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik berpengaruh terhadap kinerja aparatur pemerintahan di Kota Lhokseumawe yang diolah dengan program komputer IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Versi 19.

Adapun uji yang dilakukan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Uji t (Parsial)

(13)

14 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 variabel lainnya konstan. Bila t-hitung > t-tabel

dengan nilai signifikan dibawah 5%, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variable independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t-hitung < t-tabel dengan nilai signifikan diatas 5% maka dapat disimpulkan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

 Uji F (Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama (secara simultan) terhadap variabel dependen, atau digunakan untuk menguji H4 keputusan yang diambil berdasarkan tingkat signifikan 5% dengan membandingkan. Apabila F-hitung > F-tabel maka hipotesis alternatif tersebut diterima. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel maka hipotesis alternatif tersebut ditolak.

HASIL PENELITIAN

Uji Validitas

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji Pearson Product-Moment Coefficient of Correlation dengan bantuan software computer

melalui program Statistical Package for Social Science (SPSS) Versi 19. Adapun hasil pengujian terhadap 92 responden penelitian untuk masing-masing pernyataan dapat dilihat pada Tabel berikut ini

Tabel 2 Hasil Uji Validitas

No. Pernyataan Item Koefisien Korelasi Kritis r Nilai

N=92 Ktr

Sumber: Data diolah (2014)

Untuk item pernyataan yang berhubungan dengan prinsip akuntabilitas diperoleh nilai korelasi antara skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap item pernyataan pertama (dilambangkan dengan A1) dengan total skor semua pernyataan dalam variabel tersebut sebesar 0,520, nilai korelasi tabel dengan n=92 menunjukkan nilai r krisis tabel sebesar 0,171, seluruh item pernyataan pada variabel tersebut valid karena nilai r kritis yang diperoleh bernilai lebih besar daripada nilai r kritis tabel.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa data yang bersangkutan dinyatakan valid, hal ini dikarenakan semua nilai koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai korelasi tabel. Begitu juga halnya dengan item pernyataan lain yang terdapat dalam variabel prinsip transparansi, prinsip partisipasi publik dan kinerja keuangan.

Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas ini dilakukan terhadap kuesioner yang memenuhi nilai validitas. Dengan demikian terdapat 48 pernyataan yang akan diuji. Pengujian reliabilitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik menggunakan kriteria

Cronbach Alpha di atas 0,60 dengan bantuan SPSS versi 19. Hasil pengujian dengan menggunakan teknik

Cronbach Alpha dapat dilihat pada Tabel 3.

(14)

15 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel

prinsip akuntabilitas (X1) yang mewakili 12 item pernyataan memiliki nilai sebesar 0,883. Dikarenakan nilai yang diperoleh diatas kriteria Cronbach Alpha

yang ditetapkan yaitu > 0,60 dan dianggap sangat reliabel. Selanjutnya untuk item pernyataan variabel prinsip transparansi (X2) yang mewakili 6 item pernyataan menunjukkan nilai Cronbach Alpha

reliabel dengan nilai sebesar 0,748. Selanjutnya untuk item pernyataan variabel prinsip partisipasi publik (X3) yang mewakili 10 item pernyataan menunjukkan nilai Cronbach Alpha reliabel dengan nilai sebesar 0,808. Dan yang terakhir untuk item pernyataan variabel kinerja keuangan (Y) yang mewakili 20 item pernyataan menunjukkan nilai Cronbach Alpha

reliabel dengan nilai sebesar 0,861. Dengan demikian, seluruh variabel penelitian dapat digunakan untuk diuji lebih lanjut dalam penelitian dengan menggunakan Regresi Linear berganda. Dengan demikian, seluruh variabel penelitian dapat digunakan untuk diuji lebih lanjut dalam penelitian dengan menggunakan Regresi Linear berganda.

Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk menilai model regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi memiliki disrtibusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan pengujian analisis grafik dengan uji Normal P-P Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kualitatif dengan data sesungguhnya. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Jika distribusi normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Data yang diperoleh dari output SPSS dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Normal P-P Plot

Pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal karena garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti dan tersebar di sekitar garis diagonalnya.

 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual yang satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual yang satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakuka dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjdi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, secara titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka terjadi heterokedastisitas. Hasil pengolahan data memperlihatkan grafik statterplot seperti di bawah ini.

Gambar 2. Scatter Plot

Dari gambar di atas terlihat bahwa grafik statterplot tidak memiliki pola tertentu, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat diartikan tidak terjadi gejala heterokedastisitas

Hasil Regresi Linear Berganda

Hasil pengujian regresi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel prinsip akuntabilitas, variabel transparansi, dan prinsip transparansi publik berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah. Adapun hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda dari penelitian ini dapat terlihat dari hasil regresi pada Tabel 4.

Hasil regresi linear dapat ditulis dalam persamaan berikut ini :.

(15)

16 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Tabel 3

Hasil Regresi Linear Berganda

Model

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai konstansta yang diperoleh sebesar 13,559 artinya jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel terikat ( kinerja keuangan) adalah sebesar 13.559. Nilai koefisien prinsip akuntabilitas (X1) diperoleh sebesar 28,9% artinya setiap kenaikan variabel prinsip akuntabilitas satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik sebesar 28,9% dengan nilai asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Nilai koefisien prinsip transparansi (X2) diperoleh sebesar 27,7% artinya setiap kenaikan variabel prinsip akuntabilitas satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik sebesar 27,7% dengan nilai asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Nilai koefisien prinsip partisipasi publik (X3) diperoleh sebesar 32,1% artinya setiap kenaikan variabel prinsip akuntabilitas satu satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik sebesar 32,1% dengan nilai asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

PEMBAHASAN

Penelitian ini mendukung penelitian dari Amrullah (2008), yang mana prinsip-prinsip good governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah secara parsial maupun secara simultan. adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitian yang mana penelitian Amrullah (2008) dilakukan di Kabupaten Bireuen, sedangkan penelitian ini dilakukan di Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan pengujian secara parsial dan simultan menunjukkan bahwa prinsip akuntabilitas (X1),

prinsip transparansi (X2), dan prinsip partisipasi publik (X3) berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Y). Dapat diartikan bahwa untuk mendorong keberhasilan variabel terikat (Y) diperlukan penerapan variabel bebas (X1), (X2), dan (X3).

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman prinsip-prinsip good governance maka semakin tinggi juga tingkat kinerja

keuangan aparatur pemerintahan di Kota

Lhokseumawe. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Kota Lhokseumawe telah menciptakan pemerintahan yang transparan dalam penyampaian informasi kepada publik, selalu berusaha untuk memperbaiki kinerja pelayanan kepada publik serta berupaya menjadi lebih baik lagi.

Pemerintahan Kota lhokseumawe juga selalu memperhatikan aspirasi masyarakat dalam melakukan

kegiatan pembangunan, pemerintahan Kota

Lhokseumawe selalu memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, pemerintahan Kota Lhokseumawe selalu melibatkan elemen masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan dengan kata lain pemerintahan Kota Lhokseumawe telah menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah yakni informasi mengenai kebijakan proses pembangunan dan penyelenggaraannya serta hasil-hasil yang dicapai, pemerintahan Kota Lhokseumawe memperbolehkan masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam proses pelaksanaan program-program yang dilakukan pemerintah, dan juga dari segi penetapan sasaran keuangan dan tujuan atas laporan keuangan sudah teralisasi sesuai dengan jangka panjang yang ditetapkan, hal ini menunjukkan kinerja keuangan aparatur pemerintah Kota Lhokseumawe sudah dapat dikatagorikan baik dan pemerintah Kota Lhokseumawe telah mampu melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan yang baik dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam dinas atau badan pemerintah tersebut.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dan diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Secara parsial prinsip-prinsip good governance

(16)

17 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 pada tingkat keyakinan 95% menunjukkan

sebesar 1,661. Dengan demikian hasil penelitian ini menerima H1, H2, dan H3.

2. Secara simultan prinsip-prinsip good governance

yang terdiri dari prinsip akuntabilitas, prinsip transparansi, dan prinsip partisipasi publik berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintahan. Hal ini dikarenakan F-hitung sebesar 22.512 sedangkan F-tabel pada tingkat keyakinan 95% menunjukkan sebesar 3,091. Dengan demikian penelitian ini menerima H4. .

Saran

Untuk menambah referensi penelitian selanjutnya, ada beberapa saran yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakn variabel yang sama, penelitian selanjutnya bisa juga dilakukan pada instansi pemerintahan provinsi. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari peneliti tersebut memiliki cakupan yang lebih luas.

(17)

18 Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 REFERENSI

Amrullah, Mohammad. 2008. Pengaruh Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap kinerja Aparatur Pemerintahan Daerah di Kabupaten Bireun. Skripsi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

BPKP . 2007. Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Pusdiklat Pengawasan BPKP. Edisi Kelima.

Mardiasmo, 2004, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Ed. II, Yogyakarta : Andi.

Mulyawan, Budi. 2009. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

19 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi

Terhadap Kinerja Karyawan Pada

PT. Ima Meukat Di Kota Lhokseumawe

The existence of human resources within an enterprise can be an important role. Companies must be able to build and improve performance in their environment. Companies must employ several ways such as providing adequate compensation, motivation, and creating a conducive working environment. This study aimed to determine the effect of compensation and motivation on employee performance at PT.Ima Meukat di Lhokseumawe. Sample set as many as 60 employees and is the method of analysis used multiple linear regression analysis. Regression coefficient indicates that significant compensation to employee performance with coefficient is positive. This is also evidenced by the value of tcount > ttable with significant levels > α. Significant effect of motivation on employee performance coefficient is positive. This is also evidenced by the value of tcount > ttable with a significant level of < α. The relationship between compensation and employee motivation with a very strong performance. Compensation for employees must comply with the applicable regulations, and always pay attention to standards and minimal living expenses. Without prejudice to the principle of fair, equitable, and reasonable, that the compensation given to each employee in accordance with the performance.

Keywords : compensation, motivation, employee performance

ISSN : 2338-2864 p. 19- 24

Likdanawati

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

(19)

20 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 PENDAHULUAN

Keberhasilan ataupun kegagalan suatu organisasi atau unit kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sangat berhubungan erat dengan pelaku-pelaku organisasi, atau dengan kata lain sumber daya manusia mempunyai peran strategis sebagai penentu berhasil tidaknya pencapaian kinerja dalam suatu organisasi. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor utama/central dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi.

Karyawan merupakan kekayaan utama bagi perusahaan, dimana mereka akan menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu memberikan peran aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Karyawan mempunyai pikiran, perasaaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Sikap ini akan menentukan seberapa besar kecintaanya terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya, loyalitasnya kepada perusahaan dan tentu saja kepuasan kerjanya. Oleh karena itulah kepuasan kerja karyawan harus selalu dijaga dan dipenuhi sebaik-baiknya oleh pihak perusahaan.

P.T. Ima Meukat berusaha memberikan yang terbaik bagi karyawan agar kinerja para karyawan efektif sehingga berdampak positif bagi perusahaan. Melalui pengamatan penulis sementara karyawan kurang menunjukkan sikap yang baik dalam bekerja atau kinerja yang kurang optimal, hal ini ditunjukkannya masih ada karyawan yang menggunakan waktu kerja dengan santai, bercerita, selain itu keterampilan dalam menyelesaikan tugas yang dimiliki masih kurang, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dalam hal ini waktu penyelesaian tugas yang masih kurang memuaskan. Peneliti berasumsi bahwa yang mempengaruhi kinerja karyawan kurang adalah disebabkan oleh antara lain kompensasi dan motivasi.

Pemberian kompensasi non financial pada P.T. Ima Meukat terbagi dari beberapa unsur. Namun, dibalik semua itu terdapat kelemahan yang harus ditinjau oleh pemimpin misalnya semakin tingginya persaingan sehingga para karyawan dipacu sedemikian rupa sampai melampaui kemampuan fisik dan mental.

Selain kompensasi faktor yang perlu di perhatikan adalah motivasi. Adapun indikasi melemahnya motivasi karyawan adalah lemahnya pengawasan, tidak ada penghargaan terhadap target yang dicapai, lingkungan kerja seperti tata kelola ruangan yang kurang memadai sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang kurang optimal.

Perumusan Masalah :

1. Apakah Kompensasi dan motivasi secara bersama berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada P.T. Ima Meukat di Lhokseumawe

2. Apakah Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada P.T Ima Meukat di Lhokseumawe

3. Apakah Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada P.T. Ima Meukat di Lhokseumawe

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh Kompensasi dan motivasi secara

bersama terhadap kinerja karyawan pada P.T. Ima Meukat di Lhokseumawe

2. Pengaruh Kompensasi terhadap kinerja karyawan pada P.T Ima Meukat di Lhokseumawe

3. Pengaruh Motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada P.T. Ima Meukat di Lhokseumawe

TINJAUAN TEORITIS

Kompensasi

Kompensasi adalah keseluruhan imbalan yang diberikan kepada pada karyawan sebagai balasan atas jasa atau kontribusi mereka terhadap organisasi (Mondy, 2008). Isitilah lain yang sering digunakan dengan pengertian yang serupa dengan manajemen kompensasi adalah manajemen imbalan (reward

management). Menurut Amstrong dalam

Marwansyah, (2010) dijelaskan bahwa manajemen imbalan berkaitan dengan formulasi dan implementasi strategi, yang bertujuan memberi imbalan kepada karyawan secara fair, adil dan konsiten dalam hubungannya dengan “nilai” mereka bagi organisasi dan karena itu membantu organisasi mewujudkan tujuan-tujuan strategisnya.

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2011 : 118). Kompensasi berbentuk uang artinya kompensasi di bayar dalam bentuk uang kartal kepada karyawan bersangkutan. Kompensasi berbentuk barang artinya kompensasi dibayar dengan barang.

Wibowo (2007) mengemukakan bahwa

kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang lebih diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerja.

(20)

21 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

ditetapkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Motivasi

Motivasi menurut Flippo dalam Hasibuan, (2011 ; 143) adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.

Menurut Sopiah (2008 : 169) motivasi adalah keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran atau perilaku kerja kreatif lainnya.

Motivasi secara singkat menurut Fathoni (2006) adalah proses menggerakkan manusia, dan memberikan motivasi artinya proses untuk menggerakkan orang lain agar melakukan sesuatu sebagaimana yang diharapkan oleh penggerakannya atau yang mengarahkannya.

Kinerja Karyawan

Mangkunegara (2010: 67) mendefinisikan Kinerja karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Ruky yang dikutip oleh Mangkunegara (2010 : 6) adalah Suatu bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi atau perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.

Armstrong mengatakan bahwa manajemen kinerja adalah cara untuk memberikan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dari pada yang diberikan oleh pendekatan terdahulu yang terisolasi dan terkadang menggunakan skema penilaian kinerja yang tidak memadai (Cahyani, 2005).

Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. H1 = Kompensasi dan motivasi diduga secara bersama berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Kota Lhokseumawe 2. H2 = Kompensasi di duga berpengaruh

terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Kota Lhokseumawe

3. H3 = Motivasi di duga berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Kota Lhokseumawe

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi adalah jusmlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Umar (2004)

mengartikan bahwa populasi sebagai

wilayahgeneralisasi yang terdiri atas onjek atau subjek yang mempunyai karateriktik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan PT. Ima Meukat di Lhokseumawe

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian, penulis menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004) didapatkan 60 sampel dari jumlah populasi sebanyak 127 karyawan.

Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data pada penelitian jika dilihat dari sumbernya adalah data primer yaitu data mengenai tanggapan karyawan Pada P.T. Ima Meukat di Lhokseumawe mengenai kompensasi, motivasi dan kinerja karyawan. Tanggapan karyawan tersebut diperoleh lewat kuesioner dan wawancara secara langsung terhadap karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Sehubungan dengan aktivitas usaha untuk pengumpulan data, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui kuisioner dan metode penelitian kepustakaan.

 Metode Kuesioner

Kuisioner (daftar pernyataan), untuk melengkapi data yang penulis butuhkan, maka dalam hal ini penulis meminta dan mengajukan daftar pernyataan untuk dijawab oleh karyawan.

 Metode Penelitian kepustakaan

Metode penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data dari berbagai literatur yang berkaitan yang bersumber dari buku-buku dan skripsi-skripsi serta menggunakan layanan internet.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1.Variabel Kompensasi (X1) adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan. Diukur dengan skala likert 5 point. 2.Variabel Motivasi (X2) adalah dorongan yang

melandasi semangat kerja karyawan yang muncul dari diri karyawan. dalam penelitian ini terdapat lima kognisi atau penilaian yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur. Diukur dengan skala likert 5 point.

(21)

22 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 Metode Analisis

Dalam penelitian ini digunakan alat analisis sebagai berikut :

1.Uji Validitas dan Reliabilitas

2.Uji Asumsi Klasik

3.Regresi Linier Berganda

4.Pengujian Hipotesis dengan tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 35 orang atau 58,33%, dan diploma (D3) sebanyak 10 orang atau 16,67% dan SMA/SMK sebanyak 15 orang atau 25%. Responden dengan umur 18 – 20 tahun berjumlah 3 orang atau 5%, yang berumur 21 – 25 tahun dengan jumlah 12 orang atau 20%, yang berumur 26 – 30 tahun berjumlah 20 orang atau 33,33%, serta yang berumur 31-35 tahun berjumlah 25 orang atau 41,67%

Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari 0,3 maka pertanyaan tersebut valid. Berdasarkan hasil uji validitas instrument dari ketiga variabel menunjukkan bahwa dari seluruh butir semuanya valid, karena nilai r hitung (korelasi) lebih besar dari 0,3.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui besarnya indeks instrument dari variabel. Setelah dilakukan uji validitas dan diperoleh butir pernyataan yang valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Keputusan untuk mengetahui bahwa instrument adalah reliabel jika nilai r Alpha > 0,6. Dari hasil uji reliabilitas instrument menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu kompensasi, motivasi dan kinerja karyawan adalah reliabel karena nilai r Alpha > 0,6.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk melihat apakah asumsi-asumsi dalam model regresi telah terpenuhi atau tidak. Jika terpenuhi maka model regresi yang diperoleh dapat digunakan untuk sarana estimasi (hipotesis). Dimana asumsi yang diuji :

 Uji normalitas

Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini membuktikan bahwa uji asumsi normalitas telah terpenuhi.

 Uji multikolinearitas

Tujuan dilakukannya uji asumsi multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi yang baik seharusnya bebas dari masalah multikolinearitas dan tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Selain itu dapat diketahui melalui besar VIF dan tolerance, dimana jika nilai VIF < 10 dan tolerance < 1 maka model regresi bebas multikolinearitas. dengan demikian, asumsi multikolinearitasi terpenuhi (bebas dari multikolinearitas). Angka Variance Inflation Factor (VIMulF) variabel penelitian menunjukkan bahwa variabel X1 dan X2 menunjukkan angka di bawah 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadinya multikolinearitas antar variabel penelitian.

 Uji heterokedastisitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskesdastisitas. dasar pengambilan keputusan suatu model regresi dikatakan tidak terjadi heteroskesdastisitas adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskesdastisita. Ini membuktikan bahwa variabel terbebas dari Heteroskesdastisitas.bahwa pernelitian ini memenuhi syarat analisis regresi.

Analisis Regresi Berganda

Tabel 1

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel

Terikat (Y) Variabel Bebas (X) Koefisien Regresi thitung Sig

Kinerja

Sumber: Data diolah, 2014.

Dari hasil analisis, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai yaitu :

(22)

23 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Nilai koefisien regresi kompensasi sebesar 0,391.Artinya jika terjadi peningkatan kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe sebesar nilai 0,391. dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap. Nilai koefisien regresi motivasi sebesar 0,550.

Artinya, jika terjadi peningkatan motivasiakan meningkatkan kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe 0,550 dengan asumsi faktor-faktor lain diangap tetap.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja karyawan pada PT, Ima Meukat di Kota Lhokseumawe

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa kompensasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT, Ima Meukat di Lhokseumawe. Penelitian ini sejalan penelitian oleh Wardani (2009) yang menjelaskan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Kompensasi juga mengandung adanya hubungan yang sifatnya profesional dimana salah satu tujuan utama karyawan bekerja adalah mendapatkan imbalan untuk mencukupi berbagai kebutuhan, sementara disisi perusahaan mereka membayar karyawan agar para karyawan bias menjalankan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan perusahaan dengan tujuan utama mampu memajukan jalannya usaha perusahaan.

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja karyawan pada PT, Ima Meukat di Kota Lhokseumawe

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dito (2010), yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja. Selanjutnya menurut Munandar (2001: 104) menyatakan ada hubungan positif antara motivasi dan kinerja, artinya karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi cenderung mempunyai kinerja tinggi, sebaliknya mereka yang mempunyai kinerja rendah dimungkinkan karena motivasinya rendah.

Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja karyawan pada PT, Ima Meukat di Kota Lhokseumawe

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa kompensasi dan motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima

Meukat di Lhokseumawe. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (2011) mengatakan bahwa salah satu tujuan pemberian kompensasi adalah motivasi. Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya. Motivasi merupakan proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran. Sehingga apabila seorang karyawan menganggap bahwa kompensasi yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan yang karyawan harapkan, maka akan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja karyawan.

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil penelitian dan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan :

 Kompensasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe

 Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe

 Kompensasi dan motivasi berpengaruh secara bersama dengan kinerja karyawan pada pada PT. Ima Meukat di Lhokseumawe

Saran

Saran yang diajukan sebagai berikut :

 Pemberian kompensasi bagi para karyawan, sebaiknya dengan peraturan yang berlaku, serta selalu memperhatikan standard dan biaya hidup minimal. Tanpa mengesampingkan asas adil layak dan wajar, agar kompensasi yang diberikan kepada masing-masing karyawan sesuai dengan kinerjanya.

 Pihak Manajemen PT. Ima Meukat di Lhokseumawe agar selalu memberikan motivasi secara terus-menerus dengan menyediakan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada pegawai yang melakukan pelanggaran, dengan tujuan agar para karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

(23)

24 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 REFERENSI

Cahyani, Ati. 2005. Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Indeks kelompok Gramedia, Jakarta.

Dito, Anoki, Herdian. 2010. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source= 2Feprints.undip.ac.id

Fathoni, Abdurahmat. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka. Cipta Bandung.

Gary, Amstrong. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. Penerbit PT. Macana Jaya Cemerlang

Handoko, Hani. 2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan,

Malayu. 2011. Manajemen Sumber dan Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2000. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Refika Aditama.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, edisi 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Umar, Hussein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. ed. Baru, cetakan 3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

(24)

25 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh

Budaya Organisasi Terhadap

Keadilan Distributif Dan Keadilan

Prosedural Serta Produktifitas Kerja

Pegawai Pada Dinas Pengelolaan

Keuangan Dan Kekayaan Daerah

Kabupaten Bireuen

Abstract: The main objective of this study was to analyze the effect Individual haracteristics Throught Distributive Justice And Procedure Justice On Productivity at the Departement of Financial and Assets Management Bireuen District. with Distributive Justice And Procedure Justice as an intervening. Dannaires to 150 respondens, the result of data analisys showed Distributive Justice And Procedure Justice dit not mediation throught Individual aracteristics for Productivity, then betwen that variabel di not effect of thepartial Individual haracteristics on Productivity at the Departement of Financial and Assets Management Bireuen District.

Keywords : Individual Characteristics, Distributive Justice, Procedure Justice and Productivity.

ISSN : 2338-2864 p. 25-31

Nurmala

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Gambar

Tabel 1
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden
Tabel 3 Hasil Uji Validitas
Multikolinearitas Tabel 5 Kemampuan dan 1kemauan (X)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendukung pelaksaan penelitian metode from to chart (FTC), FTC adalah suatu cara dengan mengubah tata letak mesin produksi menjadi lebih baik setelah mengetahui terdapat

Parameter yang dipakai untuk menentukan sebuah obyek itu mempunyai ketepatan yakni obyek tersebut berada pada ranking atau urutan antara 1 sampai 3 dari citra

Namun disesuaikan dengan perkembangan hukum udara internasional dan perkembangan yang ada di Indonesia maka peraturan yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 1

Dari 10 pegawai PT Oto Multiartha Malang diambil 2 orang pegawai sebagai narasumber untuk menjawab permasalahan yang diteliti dengan teknik Random Sampling yang dianggap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden petani yang mengusahakan usahatanipadi sawah di Desa Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya Kabupaten

C++ adalah bahasa pemrograman komputer C++ dikembangkan di Bell Labs (Bjarne Stroustrup) pada awal tahun 1970-an, Bahasa itu diturunkan dari bahasa sebelumnya, yaitu

ABSTRAK : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan rendahnya keterampilan berpikir kreatif siswa, materi

Dari sinilah kemudian penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut karena koreksi ini berbeda dengan koreksi kerendahan ufuk pada perhitungan waktu salat