• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Jambu Mete

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Jambu Mete"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN MUTU

TANAMAN TAHUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

PEDOMAN TEKNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Jambu mete merupakan salah satu komoditas yang secara signifikan telah tampil berperan sebagai salah satu upaya penanggulangan kemiskinan dan rawan pangan disamping berperan juga untuk konservasi lahan dan reboisasi.

Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang cocok ditanam di lahan marjinal dan wilayah yang memiliki iklim kering, dimana persyaratan iklim yang diperlukan lebih banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Disamping itu pada provinsi sentra – sentra tanaman jambu mete yang telah berumur tua (tidak produktif) dilakukan kegiatan Rehabilitasi dan Intensifikasi. Melalui pengembangan tanaman jambu mete akan memberikan nilai tambah dari lahan yang sebelumnya tidak produktif atau tidak dimanfaatkan serta bermanfaat untuk konservasi lahan.

(3)

seperti yang diharapkan. Selanjutnya, pedoman ini untuk dijabarkan lebih rinci dalam bentuk JUKLAK bagi para petugas Provinsi dan JUKNIS bagi para petugas Kabupaten/Kota.

Semoga buku pedoman umum ini dapat memberikan manfaat untuk kelancaran dan terselenggaranya tertib administrasi.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

(4)

DAFTAR ISI

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... ... ... 5

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... ... ... 5

B. Spesifikasi Teknis ... 6

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 9

A. Ruang Lingkup ... ... 9

B. Pelaksana Kegiatan ... 10

C. Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan ... 13

D. Simpul Kritis ... ... 13

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN ... ... ... 14

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN ... 15

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... ... . ... 16

VII. PEMBIAYAAN.... ... ... 18

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi dan Volume

Bantuan Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun

2013... 19

Lampiran 2. Lokasi dan Volume

Bantuan Kegiatan Rehabilitasi

Tanaman Jambu Mete Tahun

2013.. ... ……... 19

Lampiran 3. Lokasi dan Volume

Bantuan Kegiatan Perluasan

Tanaman Jambu Mete Tahun

2013.. ... ……... 20

Lampiran 4. Lokasi dan Volume

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jambu mete merupakan tanaman konservasi dan pengembangannya di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975 melalui proyek Departemen Kehutanan sebagai tanaman konservasi untuk memperbaiki lahan kritis. Karena sifat tanaman jambu mete yang tahan kering, untuk itu tanaman ini pada awalnya dikembangkan sebagai bagian dari

tanaman reboisasi lahan-lahan kritis.

Demikian pula di daerah-daerah dengan kondisi lahan marjinal dan iklim kering,

komoditas ini dapat bersaing dengan

tanaman perkebunan lainnya.

Dampak krisis perekonomian dan bahan bakar minyak (BBM) yang mengakibatkan terjadinya kesulitan ekonomi nasional telah

menyebabkan meningkatnya kerawanan

pangan dan gizi buruk di pedesaan. Dilain pihak terjadinya kemarau panjang juga telah menurunkan tingkat produksi bahan pangan yang mengakibatkan kerawanan penyediaan pangan di pedesaan khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Demikian juga di wilayah perbatasan yang secara agroklimat dan kesesuaian lahan cocok untuk budidaya jambu mete dalam rangka peningkatan pendapatan petani,

(7)

keresahan dan kecemburuan sosial. Kondisi ekonomi nasional dan kerawanan pangan tersebut dapat merupakan salah satu pemicu terjadinya salah pengertian antar warga

masyarakat dalam upaya memenuhi

kebutuhan pangannya.

Kedua peristiwa yang bersamaan di atas merupakan potensi yang dapat menimbulkan terjadinya gejolak dan konflik sosial yang dapat mengganggu stabilitas nasional dan

kelangsungan pembangunan.

Penanggulangan rawan pangan dan gizi buruk termasuk di daerah pasca konflik memerlukan kontribusi dan kerjasama lintas sektor terkait.

Jambu Mete (Annacardium occidentale)

merupakan komoditas yang tak kalah

pentingnya dibanding dengan tanaman

tahunan lainnya dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, karena hasil tanaman tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam

negeri juga sumber devisa Negara.

(8)

B. Sasaran Nasional

Upaya Direktorat Jenderal Perkebunan

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan program dimaksud yang telah dilaksanakan sejak tahun 2005 baik melalui dana APBN maupun bantuan bibit dari The United World

Food Programme (WFP) dan akan

ditingkatkan secara konsisten untuk tahun yang akan datang.

Berdasarkan hal diatas, pada tahun 2013

direncanakan akan mengembangkan

tanaman jambu mete melalui kegiatan peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman jambu mete, yaitu mengganti tanaman tua/rusak, memanfaatkan lahan-lahan kosong yang sesuai serta memperbaiki kondisi tanaman yang yang daun-daunnya sudah bersentuhan satu dengan lainnya dengan tanaman baru yang merupakan benih bina.

C. Tujuan

Kegiatan pengembangan jambu mete untuk masing-masing pokok kegiatan memiliki

tujuan sebagai berikut :

a. Peremajaan tanaman jambu mete,

(9)

- Mempercepat peremajaan tanaman

jambu mete pada daerah-daerah sentra;

- Meningkatkan produktifitas, mutu serta

nilai tambah usaha budidaya tanaman jambu mete;

- Menyediakan bantuan benih/bibit unggul

bermutu dalam rangka normalisasi

kerapatan/populasi tanaman;

- Membantu penerapan teknis budidaya

b. Perluasan Jambu mete rakyat bertujuan :

- Memanfaatkan lahan-lahan yang sesuai

untuk pengembangan jambu mete.

- Mengurangi dampak erosi dan kelestarian

lingkungan hidup.

- Membantu penerapan teknis budidaya

c. Rehabilitasi tanaman jambu mete ber tujuan :

- Memperbaiki kondisi tanaman yang sudah

tua/rusak ;

- meningkatkan produktifitas, mutu serta

nilai tambah usaha budidaya tanaman jambu mete;

- Menyediakan benih tanaman dalam

(10)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

a. Daerah sasaran kegiatan Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Jambu Mete adalah daerah sentra tanaman mete dan khusus untuk

kegiatan Peremajaan serta

Rehabilitasi diutamakan pada daerah yang pertanaman metenya sudah tua/rusak dengan benih unggul lokal.

b. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani / pekebun / kelompok tani didaerah sasaran seperti pada

butir 1, yang telah diseleksi.

Selanjutnya Calon Petani (CP) yang

telah diseleksi ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah (Bupati)

setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat.

c. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara

teknis memenuhi persyaratan

(11)

d. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian

e. Pelaksanaan kegiatan diatur secara

spesifik dalam Petunjuk Teknis

(JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat.

f. Paket bantuan merupakan hibah dalam bentuk benih siap salur, sarana produksi.

g. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat (siap tanam)

mengacu kepada PEDOMAN

PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013

yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian;

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi benih yang akan digunakan untuk

peremajaan, perluasan dan rehabilitasi

(12)

a. Benih yang digunakan untuk peremajaan, perluasan dan rehabilitasi adalah benih bina, berasal dari sumber benih yang

telah ditetapkan melalui Keputusan

Direktur Jenderal Perkebunan dan Dinas Perkebunan;

b. Spesifikasi teknis benih siap salur

1) Umur 3–6 bulan setelah penyambungan

2) Benih Bebas hama dan penyakit yang

membahayakan

3) Telah disertifikasi.

c. Spesifikasi teknis saprodi : saprodi dengan merk terdaftar

B. Metode Pelaksanaan 1. Peremajaan

a. Kegiatan Peremajaan tanaman jambu

mete merupakan penanaman kembali pada area tanaman yang sudah ada dengan kondisi tanaman tua dan tidak ekonomis;

b. Berumur lebih dari 25 tahun, produksi

rendah<350 kg gelondong per ha);

c. Menggunakan benih bina yang telah

(13)

d. Menerapkan inovasi teknologi terkini, dapat juga dilakukan dengan cara

membongkar tanaman secara

bertahap;

e. Jarak tanam yang digunakan sesuai

petunjuk pelaksanaan (10 m x10 m), diharapkan akan diperoleh kebun jambu mete yang sesuai dengan anjuran teknis.

2. Perluasan

Perluasan tanaman dilakukan dengan : a. menanam tanaman pada lahan kosong,

lahan bukaan baru yang sesuai untuk pengembangan jambu mete;

b. Dengan jarak tanam sesuai teknologi anjuran, 10x10m.

3. Rehabilitasi Tanaman

a. Rehabiliatsi dapat dilakukan dengan menanam tanaman diantara tanaman jambu mete dengan cara menyisip.

b. Dapat juga dilakukan dengan

merapikan tanaman yang daunnya sudah menutup sehingga memperoleh sinar yang cukup

C. Petani Sasaran

a. Kelompok sasaran penerima bantuan

(14)

usaha untuk mengembangkan tanaman.

Kelompok sasaran tersebut tidak

mendapat fasilitas dari proyek lain pada saat yang bersamaan untuk kegiatan yang sama.

b. Petani sasaran adalah anggota kelompok

sasaran yang ditetapkan dengan Surat

Keputusan Bupati/Walikota setempat

atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk atas usul tim teknis kabupaten/kota.

c. Proses seleksi kelompok sasaran dan

calon lokasi dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. Proses seleksi dilakukan

secara terbuka, ditetapkan secara

musyawarah atas dasar kepentingan pengembangan usaha pertanian di daerah dan usulan dari masyarakat.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan

(15)

pemberdayaan kelembagaan, pengawalan dan pendampingan, Monotoring, evaluasi dan pelaporan yang disusun secara spesifik lokasi.

B. Pelaksana Kegiatan

Dengan pertimbangan tujuan

keberhasilannya, untuk dapat

mengkondisikan upaya pengembangan lebih lanjut, pelaksana kegiatan pengembangan kelapa rakyat dilaksanakan Provinsi, Kabupaten berkoordinasi dengan Pusat, masing-masing sebagai berikut :

1. Kegiatan Pusat

a Menyiapkan Pedoman Teknis

Pelaksanaan Pengembangan Jambu mete.

b Melakukan Sosialisasi kegiatan

bersama Dinas Perkebunan Propinsi. c Melak ukan koordinasi perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan.

d Melakukan pemantauan, monitoring dan pengendalian kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan. e Menyusun laporan perkembangan hasil

(16)

2. Kegiatan Provinsi

a Menetapkan Tim pembina Provinsi,

yang ditetapkan melalui surat

Keputusan Kepala Dinas yang

membidangi perkebunan.

b Merumuskan kebijakan operasional

kegiatan sesuai dengan kondisi

masing-masing daerah.

c Menjabarkan Pedoman Umum

Pengembangan Tanaman Jambu mete

(Peremajaan, perluasan dan

perluasan) yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (juklak) sesuai kondisi daerah.

d Melakukan sosialisasi, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan

dan membantu mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

e Menyiapkan dan menyampaikan

laporan perkembangan kegiatan

Pengembangan Tanaman Jambu mete

secara berkala (triwulan) yang

ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan.

3. Kegiatan Kabupaten

a Menetapkan KPA/Penanggung jawab

kegiatan, Pejabat pembuat

(17)

yang ditunjuk

b Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan dan pembinaan teknis produksi,

manajemen usaha kelompok

tani/Gapoktan dan pengembangan usaha.

c Melakukan Identifikasi lokasi,

Penetapan kelompok tani pelaksana kegiatan.

d Sosialisasi kegiatan Pengembangan Kelapa Terpadu,

e Seleksi calon lokasi dan calon petani (CP/CL) calon penerima bantuan pengembangan kelapa terpadu.

f Menjabarkan Pedoman Umum

kedalam Petunjuk Teknis (Juknis).

g Membuat dan melaporkan hasil

kegiatan perkembangan pelaksanaan

kegiatan Pengembangan Kelapa

secara berkala (triwulan) dan

tahunan sesuai form yang telah ditetapkan.

4. Kelompok Tani

a Persiapan lahan seperti pembersihan lahan dan penyiapan lubang tanam. b Penetapan waktu tanaman yang

disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.

c Pemeliharan dan melaporkan hal-hal yang yang berhubungan dengan

(18)

rehabilitasi kepada Dinas yang membidangi Perkebunan terkait.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Pengembangan tanaman jambu mete

dilaksanakan pada areal petani mete, dengan rencana peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tahun 2013 yang tersebar dibeberapa Provinsi/Kabupaten penghasil mete (secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1.)

D. Simpul Kritis

1. Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.

2. Pemilihan lokasi/petani/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.

3. Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.

(19)

5. Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan.

6. Ketersediaan bahan tanaman, sarana dan prasarana yang akan digunakan sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran.

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

Proses pengadaan dan penyaluran bantuan

kegiatan pengembangan jambu mete

dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan Keputusan

Bupati/Walikota atau Kepala

Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau

pejabat yang ditunjuk tentang

Penetapan Kelompok Sasaran,

dilakukan proses pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam dan saprodi.

(20)

3. Kontrak pengadaan benih dan saprodi tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. 4. Penyaluran benih siap tanam dan atau

saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.

5. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita

acara serah terima barang

sebagaimana format yang telah

ditetapkan.

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan, pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.

Pengendalian, dilaksanakan melalui jalur struktural dilakukan oleh Pusat, Tim Pembina di tingkat Provinsi dan Tim Teknis di tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan

dokumen penganggaran DIPA/POK/ROP,

(21)

x

x

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19

Maret 2010 tentang Pedoman sistem

pemantauan, evaluasi dan pelaporan

pembangunan pertanian. Dinas yang

membidangi perkebunan kabupaten dan

provinsi wajib melakukan monitoring,

evaluasi dan pelaporan secara berjenjang

dilaporkan kepada Direktorat Jenderal

Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis pelaporan

a. SIMONEV yang meliputi:

x Kemajuan pelaksanaan kegiatan

sesuai indikator kinerja;

x Perkembangan kelompok sasaran

dalam pengelolaan kegiatan

lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

x Permasalahan yang dihadapi dan

upaya penyelesaian di tingkat

Kabupaten dan Provinsi;

x Format laporan menggunakan

format yang telah ditentukan;

b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan

dengan materi meliputi: nama

(22)

desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.

c. Laporan Akhir Kegiatan yang

menyangkut seluruh pelaksanaan

kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan:

a.SIMONEV dibuat perbulan dengan

ketentuan:

x Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

x Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan

kepada Direktorat Tanaman

Tahunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat

pertriwulan, ditujukan kepada

Direktorat Tanaman Tahunan

Direktorat Jenderal Perkebunan,

disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

c. Laporan akhir ditujukan kepada

Direktorat Tanaman Tahunan,

(23)

disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.

VIII. PENUTUP

Pedoman Teknis Pengembangan jambu mete merupakan acuan bagi semua pihak terkait khususnya para penanggung jawab dan petugas dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman jambu mete.

Dengan terlaksananya kegiatan

Pengembangan tanaman jambu mete

diharapkan dapat mendorong percepatan

pembangunan perkebunan melalui

pengembangan tanaman mete dengan penerapan kaidah usaha tani secara baik dan benar dengan penggunaan benih bina,

sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat tani melalui peningkatan

pendapatan serta pengembangan ekonomi wilayah.

(24)

Lampiran 1.

Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013

No Propinsi Kabupaten Volume (ha)

1 Sultra Bombana 100

Buton Utara 100

Muna 100

2 NTB Bima 100

3 NTT Sikka 100

Flores Timur 100

Suburaijua 100

TTS 100

Lembata 100

Kupang 100

Sumba Barat 100

Jumlah 1.100

Lampiran 2.

Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Rehabilitasi Tanaman Jambu Mete Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1 NTB 1 Dompu 100 Ha

2 DIY 2 Gunung Kidul 100 Ha

3 JATENG 3 Wonogiri 100 Ha

(25)

Lampiran 3.

Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Perluasan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1 SULSEL 1 Pangkep 200 Ha

2 JATENG 2 Blora 100 Ha

3 JATIM 3 Sampang 200 Ha

4 SULTRA 4 Muna 200 Ha

4 NTT 5 Alor 200 Ha

6 Sumba Tengah 200 Ha

8 Belu 150 Ha

9 Mangggarai Barat 150 Ha

5 BALI 10 Karangasem 250 Ha

Jumlah 1.650 Ha

Lampiran 4.

Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan

Pemeliharaan Demplot Jambu Mete Tahun 2013

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

Referensi

Dokumen terkait

Tumbuhan Obat Ramuan Tradisional Untuk Reproduksi Suku Dayak Bakumpai Di Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah adalah benar

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan sosial, ekonomi dan lingkungan secara terpadu, Perencanaan

Kinerja keuangan PT Matahari Department Store, Tbk pada periode 2009-2011 dilihat dari perhitungan analisis rasio likuiditas, leverage , aktivitas, profitabilitas,

Produk SIMPONI diluncurkankan oleh manajemen BMT Hudatama pada tanggal 2 Juni 2015, produk ini diluncurkan karena manajemen melihat dari kebutuhan konsumen dalam

Hasil tersebut tidak mendukung penelitian Baramuli (2009) menyatakan bahwa nilai tukar uang tidak berpengaruh terhadap return saham bank. Hubungan Current Ratio

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai ilmiah pada submateri koagulasi koloid dengan konstruksi LKS pola 5M bermuatan nilai dan mengetahui kualitas LKS

Sistem tidak memiliki kelemahan karena sudah menerapkan semua teknik pengendalian aplikasi yang bisa menjamin ketepatan dan keakuratan input

Kami dari Pusat Studi Kebijakan Nasional (Pusdiknas) Bersama Lembaga Training Keuangan Dan Pengadaan Indonesia (LTKPi) (salah satu Institusi yang difasilitasi LKPP untuk