• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANHUN PENGEMBANGAN TANAMAN KARET (APBN P 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANHUN PENGEMBANGAN TANAMAN KARET (APBN P 2015)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN

PRODUKTIVITAS

TANAMAN TAHUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN TANAMAN KARET

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan maksud terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan karet dengan dukungan APBN 2015 dan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan, baik di Pusat maupun Daerah, telah diterbitkan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2015. Dengan terbitnya DIPA APBN-P 2015, maka dilakukan revisi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2015 dimaksud.

Materi Pedoman Teknis dimaksud memuat pelaksanaan kegiatan Peremajaan dan Perluasan Tanaman Karet Rakyat dengan dukungan APBN dan APBN-P tahun 2015.

Dalam rangka tertib teknis dan administratif, selanjutnya pedoman ini perlu dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota.

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 4

C. Tujuan 5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

5

B. Spesifikasi Teknis 8

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 9

A. Ruang Lingkup 9

B. Pelaksana Kegiatan 9

C. Lokasi, Jenis dan Volume 13

D. Simpul Kritis 13

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

14

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

16

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

17

VII. PEMBIAYAAN 19

(4)

LAMPIRAN 21 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman Karet Tahun 2015 ….. 21 Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Perluasan

Tanaman Karet di Wilayah

Spesifik Tahun 2015……… 24 Lampiran 3. Lokasi Kegiatan Peremajaan

Tanaman Karet Tahun 2015 (APBN-P) ... 25 Lampiran 4. Lokasi Kegiatan Peremajaan

Tanaman Karet Tahun 2015 (APBN-P) ... 27 Lampiran 5. Monitoring dan evaluasi kegiatan

pengembangan tanaman karet rakyat. ... 28

(5)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditi andalan ekspor dan bahan baku industri berperan strategis bagi Indonesia, baik dalam dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Perkebunan karet Indonesia terluas di dunia. Pada tahun 2013, luasnya mencapai 3,6 juta Ha. Dari total perkebunan karet tersebut, seluas 3 juta Ha atau 85% merupakan Perkebunan Rakyat (PR). Penyerapan tenaga kerja lebih dari 2,3 juta tenaga kerja yang tersebar ke 25 propinsi, dengan luasan terbesar di Sumatera Utara, kemudian diikuti oleh Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat.

Indonesia dengan produksi sebesar 3,1 juta ton merupakan negara produsen karet alam terbesar ke-2 di dunia. Dengan produksi tersebut, ekspornya mencapai sebesar 2,4 juta Ton, dengan nilai US $ 7.86 juta. Tujuan ekspornya adalah USA, Cina, Jepang, Brazil, Turki, Kanada, India, German, Belgia, Prancis, Singapura, Thailand, Netherland, Argentina, Inggris, dll

(6)

penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Di masa depan, permintaan akan karet alam dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alam.

Dibalik peran strategis dimaksud, perkebunan karet Indonesia masih mengalami berbagai tantangan, antara lain: dari total perkebunan karet Indonesia seluas 3,6 juta Ha, seluas 63 ribu Ha (2%) merupakan Tanaman Tidak Menghasilkan/ Tanaman Rusak (TTM/TR), yang perlu

diremajakan. Disamping itu, sebagian

Perkebunan rakyat menggunakan benih asalan, yang juga perlu diremajakan.

Rata-rata produktivitas, khususnya perkebunan rakyat sebesar 1 ton/ha/tahun atau 40 % dari potensi produktivitas karet sebesar 2,5 ton/Ha/tahun. Produktivitas Perkebunan Rakyat di bawah potensinya, karena penerapan paket teknologi baku tidak terjangkau oleh petani.

(7)

petani terbatas, tuntutan kebutuhan terus meningkat, penyadapan tidak sesuai baku teknis, merupakan usaha monokultur yang rawan terhadap penurunan harga, kebutuhan pangan di wilayah perkebunan karet didatangkan dari luar wilayah, teknologi konvensional (penggunaan pupuk anorganik & pestisida) tidak ramah lingkungan, infrastruktur belum memadai (jalan, pelabuhan).

Berkenaan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani, setiap tahun dilakukan kegiatan peremajaan perkebunan rakyat melalui dana APBN, yang sifatnya menjadi percontohan dan stimulan, dengan harapan timbul gerakan secara swadaya. Dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan pendapatan petani di wilayah khusus, juga dilakukan kegiatan perluasan perkebunan rakyat karet di wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca bencana, daerah miskin dan tertinggal.

(8)

disusun Pedoman Teknis Pengembangan Karet.

B. Sasaran Nasional

Pengembangan perkebunan karet, sejatinya adalah pengembangan perkebunan rakyat, yang luasnya sekitar 85% total luas areal perkebunan karet di Indonesia. Usahanya umumnya monokultur, sehingga rawan terhadap penurunan harga. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani perlu dilakukan usaha diversifikasi integratif berbasis karet.

Untuk kegiatan peremajaan dan perluasan, pada waktu Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dapat dilakukan pengembangan tanaman tumpangsari pangan dan pada waktu Tanaman Menghasilkan (TM), perlu dicari tanaman-tanaman yang tahan naungan.

(9)

C. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun 2015 yaitu:

1. Percepatan peremajaan karet rakyat didaerah sentra-sentra produksi dan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca bencana, daerah miskin/tertinggal;

2. Penggunaan klon unggul untuk peningkatan produksi dan produktivitas karet rakyat;

3. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet rakyat rakyat, memperluas kesempatan dan peluang kerja;

4. Menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

(10)

pengembangan Pertanian di Kabupaten/ Kota;

2. Daerah sasaran kegiatan pengembangan karet :

a. Daerah sasaran peremajaan karet rakyat adalah daerah sentra produksi karet, yang diutamakan pada kondisi: Tanaman tua/rusak/ tidak

menggunakan bahan tanaman unggul.

Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%.

Produksi per ha dibawah batas minimum nilai ekonomis;

Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha atau melebihi 800 pohon/ha.

b. Daerah sasaran perluasan karet adalah daerah-daerah yang secara agroklimat sesuai untuk pengembangan karet, diutamakan di wilayah wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca bencana, daerah miskin/tertinggal; c. Proses seleksi kelompok sasaran dan

(11)

yang dilakukan secara terbuka, ditetapkan secara musyawarah atas dasar kepentingan pengembangan usaha pertanian di daerah dan usulan dari masyarakat;

d. Untuk TP Provinsi, Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi setempat, sedangkan untuk TP Kabupaten/Kota, Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten/ Kota setempat;

e. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;

Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada;

(12)

Paket bantuan dalam bentuk benih siap salur, sarana dan prasarana produksi.

3. Paket bantuan merupakan hibah, yang pelaksanaannya mengacu kepada peraturan perundangan

B. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis benih karet yang digunakan sebagai berikut:

1. Berasal dari benih bina, yaitu benih yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian, dengan klon anjuran yaitu IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, PB 340 (klon penghasil lateks) dan IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, RRIC 100 (klon penghasil lateks-kayu), dengan memperhatikan kondisi agroekosistem daerah setempat;

2. Menggunakan polybag sesuai ketentuan teknis;

3. Merupakan benih okulasi (bukan seedling) dan telah disertifikasi.

(13)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan karet meliputi peremajaan karet rakyat, perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik bencana alam, daerah teringgal/miskin meliputi identifikasi, seleksi dan penetapan calon lokasi, calon lahan dan calon kelompok tani/petani, pemberdayaan petani/kelembagaannya, pengawalan dan pendampingan, Monotoring, evaluasi dan pelaporan yang disusun secara spesifik lokasi.

B. Pelaksana Kegiatan

1. Kegiatan Pusat

Pelaksanaan kegiatan peremajaan dan perluasan karet rakyat di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan), meliputi :

a. Menyiapkan Pedoman Teknis Pengembangan tanaman karet;

b. Melakukan Sosialisasi kegiatan bersama Dinas Propinsi dan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan;

(14)

d. Melakukan pemantauan, monitoring dan pengendalian kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan; e. Menyusun laporan perkembangan hasil

pemantauan dan pengendalian serta perkembangan kegiatan.

2. Kegiatan Provinsi

a. Menetapkan Tim pembina Provinsi, melalui surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan;

b. Menjabarkan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai kondisi daerah;

c. Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama – sama Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan;

(15)

e. Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan Pengembangan Tanaman Karet secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan.

3. Kegiatan Kabupaten

a. Menjabarkan Pedoman Teknis kedalam Petunjuk Teknis (Juknis);

b. Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi;

c. Jika Kegiatan merupakan TP Kabupaten : maka penetapan calon petani dan calon lahan (CP/CL) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan;

(16)

4. Kelompok Tani

a. Persiapan lahan seperti pembersihan lahan dan penyiapan lubang tanam; b. Penetapan waktu tanaman yang

disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah;

c. Penanaman dan Pemeliharan tanaman karet;

d. Melaporkan hal-hal yang yang berhubungan dengan kegiatan peremajaan dan perluasan karet yang dilakukan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan.

5. Metode Pelaksanaan

a. Peremajaan

Kegiatan Peremajaan tanaman karet merupakan penanaman kembali pada areal tanaman yang sudah ada dengan kondisi tanaman tua dan tidak ekonomis;

Menerapkan inovasi teknologi terkini.

b. Perluasan

Perluasan tanaman dilakukan dengan :  Menanam tanaman pada lahan

(17)

 Menerapkan inovasi teknologi terkini, dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing;

 Lokasi pada daerah perbatasan, pasca konflik, pasca bencana, daerah miskin/tertinggal dan sebagai konservasi lahan pada daerah-daerah tertentu.

C.Lokasi, Jenis dan Volume

1. Peremajaan karet rakyat tahun 2015, dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan bantuan berupa benih siap tanam dan sarana prasarana lainnya dengan luasan masing-masing seperti pada Lampiran1;

2. Perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam tahun 2015, dengan bantuan benih siap tanaman dan sarana prasarana produksi lainnya, dilaksanakan di 7 Provinsi dan 17 Kabupaten/Kota (Lampiran 2).

D.Simpul kritis

(18)

2. Pemilihan lokasi/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan penyaluran bahan tanaman dan sarana prasarana produksi serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.

3. Ketepatan bahan tanaman (benih karet) yang disalurkan merupakan klon unggul, dengan pertimbangan bahwa benih merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan pengembangan tanaman karet;

4. Ketepatan waktu pengadaan dan penyaluran bahan tanaman serta sarana dan prasarana produksi lainnya untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.

5. Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN

(19)

1.Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Provinsi (TP. Provinsi) atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Kabupaten (TP. Kabupaten) atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran, dilakukan proses pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam serta sarana dan prasarana.

2.Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya juncto Perpres 70 beserta perubahannya.

3.Kontrak pengadaan benih dan sarana dan prasarana tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2015.

(20)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

1. Pembinaan

Pembinaan dalam kegiatan pengembangan karet dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok tani/gapoktan penerima bantuan mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan yang bersumber dari APBD.

2. Pengendalian

Pengendalian kegiatan Pengembangan Karet Rakyat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (tidak sesuai dengan perencanaan) dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan.

3. Pengawalan dan Pendampingan

(21)

Bimbingan dan pengawalan/pendampingan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan berkesinambungan oleh petugas lapang (sejak penyiapan benih, penanaman hingga pemeliharaan).

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq Direktorat Tanaman Tahunan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis pelaporan

a. Laporan monitoring dan evaluasi meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

(22)

Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi;

Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan;

b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.

c. Laporan akhir kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan:

a. Laporan monitoring dan evaluasi dibuat per bulan dengan ketentuan:

Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. Pelaporan dinas yang membidangi

(23)

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan;

c. Laporan Akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2015.

VII. PEMBIAYAAN

(24)

VIII. PENUTUP

Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan tanaman Karet Rakyat, diharapkan dapat mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan peremajaan karet, meningkatkan kesejahteraan petani, tumbuhnya ekonomi wilayah, serta menjaga wilayah perbatasan.

(25)

Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan Peremajaan Karet Rakyat Tahun 2015

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1 ACEH 1 Singkil 50 Ha

2 Aceh Utara 100 Ha

3 Aceh Timur 100 Ha

4 Nagan Raya 100 Ha

5 Kota langsa 50 Ha

6 Aceh Jaya 50 Ha

2 SUMUT 7 Simalungun 100 Ha

8 Labuhan Batu 100 Ha

3 SUMBAR 9 Dharmasraya 150 Ha

10 Sijunjung 150 Ha

11 Pasaman 150 Ha

12 Pesisir Selatan 125 Ha

13 Pasaman barat 100 Ha

14 Solok Selatan 100 Ha

4 RIAU 15 Pelalawan 150 Ha

16 Rokan Hulu 150 Ha

17 Kuantan Sengingi 150 Ha

18 Rokan Hilir 150 Ha

19 Siak 100 Ha

20 Kampar 150 Ha

21 Meranti 150 Ha

22 Indragiri Hulu 150 Ha

(26)
(27)

53 Garut 150 Ha

54 Bandung Barat 100 Ha

14 KALBAR 55 Ketapang 100 Ha

57 Kota Singkawang 100 Ha

58 Melawi 100 Ha

59 Bengkayang 200 Ha

60 Sanggau 200 Ha

61 Kapuas Hulu 400 Ha

62 Sekadau 100 Ha

63 Kayong Utara 100 Ha

15 KALSEL 64 Tanah Bumbu 200 Ha

65 Hulu Sungai Selatan 100 Ha

66 Banjar 150 Ha

67 Hulu Sungai Tengah 200 Ha

68 Tabalong 200 Ha

69 Tapin 100 Ha

16 KALTIM 70 Kutai Barat 75 Ha

17 KALTENG 71 Kobar 150 Ha

(28)

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat di Wilayah Perbatasan, Pasca Konflik dan Bencana Alam Tahun 2015

PROVINSI KABUPATEN VOLUME

1 ACEH 1 Semeulue 150 Ha

2 Bireun 200 Ha

3 Subusssalam 150 Ha

2 BENGKULU 4 Kaur 150 Ha

3 KEPRI 5 Natuna 200 Ha

4 KALBAR 6 Sintang 150 Ha

7 Sambas 150 Ha

5 KALTIM 8 Kutai Barat 100 Ha

6 KALTARA 9 Malinau 100 Ha

10 Bulungan 100 Ha

7 KALTENG 11 Kapuas 150 Ha

12 Pulang Pisau 100 Ha

13 Barito utara 150 Ha

14 Gunung Mas 100 Ha

15 Kota waringin Timur 100 Ha

16 Barito Timur 100 Ha

(29)

Lampiran 3. Lokasi Kegiatan Peremajaan Karet Tahun 2015 (APBN-P)

(30)
(31)

Lampiran 4. Lokasi Kegiatan Perluasan Karet Tahun 2015 (APBN-P)

NO PROVINSI KABUPATEN LUAS (Ha)

1 Aceh 1 Simeulu 50 Ha

2 Biuren 50 Ha

2 Bengkulu 3 Kaur 50 Ha

3 Kepri 4 Natuna 50 Ha

4 Kalbar 5 Sintang 50 Ha

6 Sambas 50 Ha

5 Kalteng 7 Barito Utara 50 Ha

8 Kapuas 50 Ha

6 Kaltim 9 Kutai Barat 100 Ha

(32)

Lampiran 5. Pengawalan Kegiatan Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2015 2011

Provinsi :

Kabupaten :

Luas total : ……… ha

Keadaan tgl/bln/thn :

NO. URAIAN BELUM DALAM PROSES

SUDAH

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6

I.

1.

2.

UMUM Persiapan :

a. Penyusunan Juklak / Juknis b.Sosialisasi ke Lokasi

Pelaksanaan :

a. Mengadakan Pengawalan dan Monev ke kabupaten/kelompok tani. b.Menyusun laporan dan mengirim ke Pusat

- Laporan Triwulan - ran Akhir

(33)

3.

4.

5. 6.

Persiapan :

Tim a. Penetapan Tim Teknis Provinsi/Kabupaten b.Penyusunan Juklak/juknis

c. Sosialisasi Kegiatan d. Identifikasi CP/CL

Pelaksanaan Pengadaan:

a. Pengumuman b. Aanwizing

c. Evaluasi Penawaran d. Penetapan Pemenang e. SPK (Nomor,tanggal,tahun) f. Kontrak (Rp)

Pengawalan dan Monev

(34)

II. PERKEMBANGAN KEGIATAN

Kegiatan:

a. Menerima Benih dari pihak II (Pemenang tender)

b. Melaksanakan penaman Benih ke lapangan

III. REKAPITULASI CP/CL

Nama

Kelompok Tani Kecamatan Desa

Jumlah Anggota (KK)

Luas

(Ha) Keterangan

(35)

IV. PENGADAAN DAN REALISASI KEGIATAN

1. Asal Benih

Benih Siap Salur Klon Unggul

- Sumber benih / Penangkar : ... - Asal benih : ...

- Klon : ...

- Pemesanan : ...batang, pada tanggal... - Benih diterima : ...batang, pada tanggal...

2. Penanaman

- Jarak tanam : ...m x ...m, populasi dalam 1 Ha : ...batang - Jumlah benih yang ditanaman : ... batang

- Waktu penanaman (tgl/bln/thn) : ...

- Benih yang tumbuh : ... batang, yang mati : ... batang - Penyulaman : ... batang

(36)

V. PERMASALAHAN

VI. SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

... , ...

2011

PELAKSANA EVALUASI

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan butir 1 tersebut di atas, 5 (lima) penyedia jasa konsultasi yang masuk dalam daftar pendek ( short list ) dan akan diundang mengikuti proses seleksi

Untuk menyisipkan data yang ingin disembunyikan membutuhkan dua buah arsip yaitu arsip pertama adalah media penampung seperti citra, suara, video dan sebagainya yang terlihat

5 Melakukan gerakan backhand dengan shutlecock berpasangan 6 Melakukan kombinasi gerakan backhand 7 Bermain menggunaka peraturan yang dimidifikasi 8 Tehnik Smash/Spain Melatih

Implementasi Sistem Keamanan Data Dengan Menggunakan Teknik Steganografi End Of File (EOF) Dan Rabin Public Key Cryptosystem. Medan, Indonesia: Universitas

olah raga dengan peraturan yang mainan dan olahraga bola dimodifikasi dan nilai-nilai yang besar dengan peraturan terkandung di dalamnya yang dimodifikasi serta nilai.

(5) Perusahaan angkutan laut nasional yang menyelenggarakan angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dengan trayek

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ASA

Organ pernapasan yang terletak di dalam rongga dada adalah ..... Radang paru-paru yang memarah