MEMBINA RASA SOSIAL
YANG BENAR
JUAL BELI, QIRADH, DAN RIBA
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
KOMPETENSI DASAR
1.2 Menghayati ketentuan jual beli dan qiradl 1.3 Menghargai larangan riba dalam jual beli 2.2 Mengamalkan ketentuan jual beli dan qiradh 2.3 Membiasakan menghindari praktik riba 3.4 Memahami ketentuan jual beli
3.5 Memahami ketentuan qiradh 3.6 Menganalisis larangan riba
4.3 Mempraktikkan pelaksanaan jual beli, 4.4 Mensimulasikan pelaksanaan qirodl 4.5 Mensimulasikan tatacara menghidari riba
PETA KONSEP
QIRAD JUAL BELI
AMATI GAMBAR BERIKUT INI DAN
BUATLAH KOMENTAR ATAU PERTANYAAN
Setelah kalian mengamati gambar dan mendengarkan hasil pengamatan teman kalian, pertanyaan apa yang muncul dari pikiran kalian tentang jual beli, qiradh, dan riba. Tulislah tanggapan dan pertanyaan kalian
TANGGAPAN
Tanggapan saya terhadap ilustrasi tersebut adalah:
a. Gambar 1: ..……….
b. Gambar 2: ………
c. Gambar 3: ………
PERTANYAAN
Pertanyaan saya terhadap ilustrasi tersebut adalah:
a. ..………..
b. ……….
c. ………..
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin. Islam menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan. Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur tipu menipu. Islam melarang terjadinya pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi janji serta menunaikan amanat. Dan manusia sebagai makhluk sosial, manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan, baik dengan jalan tolong menolong dalam urusan kemasyarakatan, tukar menukar barang maupun jual beli.
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli ( ععييببليا ) menurut bahasa artinya memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau tukar menukar sesuatu. Sedangkan menurut istilah berarti tukar menukar barang dengan uang atau barang dengan barang lain disertai ijab, qabul dengan syarat dan rukun tertentu.
Melihat realitas jual beli dalam kehidupan moeren, seiring dengan kebutuhan dan tantangan dalam dunia industry perdagangan, syariat Islam harus mampu memberikan solusi untuk menjawab tantangan di masa depan. Maka untuk membumikan kaidah-kaidah Islam, engan tidak melepaskan kaidah ushul, diperlukan adanya fiqih realitas atau prioritas, yang mengdepankan hal yang terpenting dari yang penting.
2. Hukum Jual Beli
Hukum jual beli pada dasarnya adalah halal atau boleh, artinya setiap orang Islam dalam mencari nafkah atau rezeki boleh dengan cara jual beli, berdagang atau boleh dengan cara yang lain yang penting dengan cara yang halal dan baik. Adapun dasar disyariatkannya jual beli sebagai berikut:
a. Al-Quran, diantaranya:
اببرررلا مبرربحبوبعبييببليا هعلربلا لربحبأبوب Artinya: “padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba”. (QS.Al-Baqarah: 275).
ميكعنيمر ضضاربتب نيعب ةةرباجبتر نبوكعتب نيأب لربإر لرطراببليابر ميكعنبييبب ميكعلباوبميأب اولعكعأيتب لب اونعمبآ نبيذرلربا اهبيرعأبايب
امةيحررب ميكعبر نباكب هبلربلا نربإر ميكعسبفعنأب اولعتعقيتب لبوب
“Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”. (QS. An-Nisa: 29).
: - - - -
برسيكبلياب يرعأب لبئرسع ملسو هيلع هللا ىلص يرببرنربلاب نربأب هنع هللا يضر عضفرارب نربي ةبعبافبرر نيعب
- , - : ?
معكراحبلياب هعحبحربصبوب ،رعازربببلياب هعاوبرب رضورعبيمب عضييبب لرعكعوب هردريببر لرجعرربلاب لعمبعب لباقب بعيبطيأب Artinya: “Dari Rifa’ah ibn Rafi’ RA. Nabi SAW. Ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik, beliau menjawab, ‘Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur’.”(HR. Bazzar, hakim menyahihkannya dari Rifa’ah ibn Rafi’)
Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.
c. Ijma’
Ulama’ telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang di butuhkannya itu, harus diganti dengan barang lain yang sesuai.
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun jual beli terdiri atas lima macam yaitu sebagai berikut: a. Penjual dan Pembeli
Syarat penjual dan pembeli
Jual beli dianggap sah apabila penjual dan pembeli memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Kedua belah pihak harus sedah baligh, maksudnya baik penjual atau pembeli sudah dewasa
2) Keduany berakal sehat, orang yang gila dan orang yang bodoh yang tidak mengtahui hitungan tidak sah mengadakan perjanjian jual beli 3) Bukan pemboros, maksudnya orang tersebut tidak suka
memubadzirkan barang.
4) Suka sama suka, yakni atas kehendak sendiri, atas kemauannya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain:
Rasulullah saw. bersabda:
(
هجام نباو نابح نبا هاور ضضاربتب نيعب ععييببليا امبنربار م ص يرعبرنربلا لبابق
)
. .
Artinya: “Nabi saw. bersabda: sesungguhnya jual beli itu sah, apabiladilakukan atas dasar suka sama suka” (HR.Ibnu Hibban dan Ibnu Majjah)
b. Barang yang diperjualbelikan Syarat barang yang diperjualbelikan
Adapun barang-barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
2) Bermanfaat yaitu semua barang yang tidak ada manfaatnya bagi kehidupan manusia tidak sah untuk diperjualbelikan, seperti jual beli nyamuk, lalat, kecoa dan sebagainya.
3) Milik sendiri, yaitu barang-barang yang bukan milik sendiri seperti barang pinjaman, barang sewaan, barang titipan tidak sah untuk diperjualbelikan.
4) Barang yang dijual dapat dikuasai oleh pembeli. Oleh karena itu tidak sah jual beli ayam yang belum ditangkap atau jual beli barang merpati yang masih keliaran, dan jual beli ikan yang masih dalam kolam dan sebagainya.
Hadits Nabi saw:
(
دمحا هاور ررربغب هنربارفب ءرامبليا يرف كبمبسربلااويرعتبشيتبلب مبلربسبوب هرييلبعب هرللا ىلربصب هرللا لعويسعرب لبابق
)
Artinya: “ Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu sekalian membeli ikan yang masih dalam air, karena sesungguhnya hal itu adalah mengandung gharar (tipu muslihat, belum jelas)”. (HR.Ahmad)
5) Jelas dan dapat dilihat atau diketahui oleh kedua belah pihak. Penjual harus memperlihatkan barang yang akan dijual kepada pembeli secara jelas, baik ukuran dan timbangannya, jenis, sifat maupun harganya.
Hadits Nabi Saw:
(
ملسم هاور رربغبليا عرييبب نيعبوب ةراصبحرلا عرييبب نيعب مبلربسبوب هرييلبعب هعللا ىلربصب يرعبرنربلا ىهبنب
)
Artinya : “Rasulullah saw. telah melarang tentang jual beli lempar melempar (mengundi nasib) dan jual beli yang gharar (tipu muslihat, masih samar atau belum jelas)”, (HR.Muslim)
c. Alat untuk tukar menukar barang
Alat tukar menukar haruslah alat yang bernilai dan diakui secara umum penggunannya.
d. Ijab dan qabul
Ijab dilakukan oleh pihak penjual barang dan qabul dilakukan oleh pembeli barang. Ijab qabul dapat dilakukan dengan kata-kata penyerahan dan penerimaan atau dapat juga berbentuk tulisan seperti faktur, kuitansi atau nota dan lain sebagainya.
4. Jual Beli Terlarang
Jual beli yang terlarang artinya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli yaitu:
a. Jual beli sistem Ijon
kemungkinan bisa rusak masih besar, yang akan dapat merugikan kedua belah pihak. Rasulullah saw. bersabda:
(
هيلع قفتم اهبحعلبصبويدعبييب ىتربحب ررامبثررلا عرييبب نيعب م ص يرببرنربلا ىهبنب ربمبعع نربيا نرعب
)
. .
Artinya : “Dari Ibnu Umar Nabi saw. telah melarang jual beli buah-buahansehingga nyata baiknya buah itu (pantas untuk diambil dan dipetik buahnya)”, (HR.Mutafq ‘alaih)
b. Jual beli barang haram
Jual beli barang yang diharamkan hukumnya tidak sah dan dilarang serta karena haram hukumnya. Seperti jual beli minuman keras (khamar), bangkai, darah, daging babi, patung berhala dan sebagainya.
c. Jual beli sperma hewan
Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui kadarnya dan tidak dapat diterima wujudnya. Rasulullah saw. bersabda:
(
ملسم هاور ءرامبليا لرضيفب عرييبب نيعب مبلربسبوب هرييلبعب هرللا ىلربصب هرللا لعويسعرب ىهبنب
)
Artinya: “Rasulullah saw. telah melarang jual beli kelebihan air (sperma)”
(HR. Muslim)
d. Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya
Hal ini dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir hidup atau mati. Rasulullah saw. bersabda:
(
هيلع قفتم ةرلبببحبليا لراببحب عرييبب نيعب ىهبنب مبلربسبوب هرييلبعب هعللا ىلربصب هرللا لبويسعرب نرباب
)
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang jual beli anak binatang
yang masih dalam kandungan induknya”(HR. mutafaq ‘alaih)
e. Jual beli barang yang belum dimiliki
Maksudnya adalah jual beli yang barangnya belum diterima dan masih berada di tangan penjual pertama. Rasulullah SAW. Bersabda:
هعضعبرقيتب ىتربحب هعتعييربتبشيإر أةييشب نربعبييبرتب لب مبلربسبوب هرييلبعب هعللا ىلربصب هرللا لبويسعرب نرباب
)
هاور
(
يقهيبو دمحا
Artinya : “Nabi saw. telah bersabda: janganlah engkau menjual sesuatu yang baru saja engkau beli, sehingga engkau menerima (memegang) barang itu “(HR.Ahmad dan Baihaqi).
f. Jual beli barang yang belum jelas
Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya, Sabda Nabi saw. dari Ibnu Umar ra. :
(
هيلع قفتم اهبحعلبصادعبييب ىتربحبررامبثررلا عرييبب نيعب مبلربسبوب هرييلبعب هللا ىلبصب رهللا لعويسعرب ىهبنب
)
5. Jual beli yang Sah Hukumnya, tetapi Dilarang Agama
Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya suatu sebab atau akibat dari perbuatan tersebut, yaitu:
a. Jual beli pada saat Khutbah dan shalat jum’at
Larangan melakukan kegiatan jual beli pada saat khutbah dan shalat jum’at ini tentu bagi laki muslim, karena pada waktu itu setiap muslim laki-laki wajib melaksanakan shalat jum’at. Allah swt berfirman:
عبييببلياورعذبوب هرللا رركيذر ىلبإر اويعبسيافب ةرعبميجعليا مروييب نيمر ةرولبصبللر يبدروينع اذبإر اوينعمبأب نبييذرلرباهبيرعأبابي
نبويمعلبعيتب ميتعنيكع نيار ميكعلب ررييخب ميكعلراذب
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila diserukan untuk menunaikan shalat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al Jum’ah: 9)
b. Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar
Jual beli seperti ini, penjual tidak mengetahui harga pasar yang sebenarnya, dengan tujuan barang akan dibeli dengan harga yang serendah-rendahnya, selanjutnya akan dijual di pasar dengan harga setinggi-tingginya. Rasulullah saw. bersabda:
(
ملسمو يراخبلا هاور نباببكيررعلا اويقرعلبتبتب لب
)
Artinya : “janganlah kamu menghambat orang-orang yang akan ke pasar”(HR. Bukhari dan Muslim)
c. Jual beli dengan niat menimbun barang
Jual beli ini tidak terpuji, oleh karena itu dilarang, karena pada saat orang banyak membutuhkan justru ia menimbun dan akan dijual dengan harga setinggi-tingginya pada saat barang-barang yang ia timbun langka. Rasulullah saw. bersabda:
(
ملسم هاور ئرطراخب لربار رعكرتبحييب لب مبلربسبوب هرييلبعب هعللا ىلربصب هرللا لعويسعرب لباقب
)
Artinya : “Rasulullah saw. telah bersabda: tidaklah akan menimbun barang
kecuali orang-orang yang durhaka” (HR.msulim)
d. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan
Contoh jual beli mengurangi ukuran dan timbangan adalah apabila ia bermaksud menipu, ia menjual minyak tanah dengan mengatakan satu liter ternyata tidak ada satu liter, menjual beras 1 kg, ternyata setelah ditimbang hanya 8 ons dan sebagainya.
e. Jual beli dengan cara mengecoh
Jual beli ini termasuk menipu sehingga dilarang, misalnya penjual mangga meletakkan mangga yang bagus-bagus di atas onggokan, sedangkan yang jelek-jelek ditempatkan di bawah onggokan. Sabda Nabi saw:
ىهبنب
(
ملسم هاور ررربغبلا عرييبب نيعب مبلربسبوب هرييلبعب عهللا ىلربصب يرعبرنبلا
)
Artinya :“Nabi melarang memperjual belikan barang yang mengandung
f. Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain
Apabila masih terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli hendaknya penjual tidak menjual kepada orang lain, sebaliknya apabila seseorang akan membeli sesuatu barang maka hendaknya tidak ikut membeli sesuatu barang yang sedang ditawar oleh orang lain, kecuali sudah tidak ada kepastian dari orang tersebut atau sudah membatalkan jual belinya. Sabda Nabi saw. :
)
هيلع قفتم ضضعيبب عرييبب ىلبعب ميكعضععيبب عبييببلب
(
Artinya : “Janganlah seseorang menjual sesuatu yang telah dibeli orang lain” (Muttafaq Alaih).
Qiradh merupakan salah satu jenis muamalah yang sering terjadi di masyarakat kita dan hal ini merupakan suatu cara yang terpuji, yaitu seorang yang mampu mau memberi bantuan kepada orang yang kurang mampu terutama modal untuk usaha.
Rasulullah saw. bersabda:
(
ىذمرتلا و دواد وبا و ملسم هاور هرييخراب نرويعب ىفر دعبيعبلاي مبادبامب دربيعبلاي نرويعب ىفر هعللاوب
)
Artinya : “ Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu mau
menolong saudaranya” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
a. Pengertian Qiradh
Qiradh adalah pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk dijadikan modal usaha, dengan harapan memperoleh keuntungan yang akan dibagi sesuai dengan perjanjian. Biasanya qiradh dilakukan pemilik modal (baik perorangan maupun lembaga) dengan pihak lain yang memiliki kemampuan untuk menjalan suatu usaha. Besar kecil bagian tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya, yang penting tidak pihak-pihak yang dirugikan. Apabila qiradh menyangkut modal yang cukup besar, sebaiknya diadakan perjanjian tertulis dan dikuatkan saksi yang disetujui oleh kedua belah pihak.
b. Hukum Qiradh
Qiradh dalam Islam hukumnya mubah atau boleh, bahkan dianjurkan sebab pada qiradh terdapat unsur tolong menolong dalam kebaikan. Rasululah saw. sendiri pernah mengadakan qiradh dengan Sitti Khadiyah (sebelum menjadi istrinya) sewaktu berniaga ke Syam. Dalam kenyataan hidup, ada beberapa orang yang memiliki modal, tetapi tidak sempat mengembangkannya. Sementara itu, ada orang yang memiliki kemampuan berusaha, tetapi tidak memiliki modal. Islam memberi kesempatan kepada keduanya untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk qiradh.
Rasulullah saw. bersabda :
(هجام نبا هاور عرييببليلر لبوب ترييببليلر ررييعرشربلابر ررعبعلاي طعلبخبوبةعضبرباقبمعلايوب لضجباب ىلبار ععييببلاي ةعكبربمبلاي نربهرييفر ثرلبثب)
Artinya : “ Ada tiga pahala yang diberkahi yaitu : jual beli yang ditangguhkan, memberi modal dan mencampur gandum dengan jeli untuk keluarga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah saw. bersabda:
(
هجام نبا هاور ةةرربمب اهبترقبدبصبكب نباكب لربإر نرييتبرربمب اضةريقب امةلرسيمع ضعررقييع مضلرسيمع نيمر امب
)
Artinya : “Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim (yang lain) dengan dua kali pinjaman, kecuali perbuatan itu seperti sedekah satu kali (HR. Ibnu Majah).
c. Rukun Qiradh
Rukun qiradh terdiri dari
1) Muqrudh (pemilik modal) dan Muqtaridh (yang menjalankan modal) hendaknya sudah mumayyis, berakal sehat, sukarela dan amanah.
2) Ada modal usaha, bisa berupa uang, barang, ataupun aset lainnya. Modal usaha harus diketahui nilainya, kualitas dan kuantitasnya oleh kedua belah pihak.
3) Jenis usaha, yang dijalankan jelas dan disepakati bersama.
4) Pembagian keuntungan disepakati bersama saat mengadakan perjanjian. 5) Ada ijab dan qabul di antara keduanya, dan harus jelas.
d. Larangan Bagi Orang yang Menjalankan Qiradh
Bagi orang yang menjalankan qiradh, ada beberapa larangan yang harus diperhatikan, yakni :
1) Melanggar perjanjian atau akad qiradh
2) Menggunakan modal untuk kepentingan diri sendiri 3) Menghambur-hamburkan modal usaha
4) Menggunakan modal untuk perdagangan yang diharamkan syara'
e. Bentuk-Bentuk Qiradh
Bentuk-bentuk qiradh dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak sekali macamnya. qiradh dapat dilakukan antara orang perorang, sekelompok orang, atau badan usaha. Bentuk qiradh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu qiradh sederhana dan qiradh bentuk modern.
1) Bentuk Qiradh sederhana
Qiradh seperti saat ini dilakukan oleh perorangan dengan cara bagi hasil dan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw., bahkan sebelum Islam dating, qirah dalam bentuk ini dilakukan oleh umat manusia. Contoh: Nabi sebelum diangkat menjadi Rasul pernah menjalan perdagangan dengan sistem qiradh dengan Siti Khadijah. Rasulullah saw. selalu pelaku usaha sedangkan Khadijah sebagai pemilik modal. Qiradh bentuk sederhan ini sampai sekarang masih dipratekkan di perkotaan maupn di pedesaaan.
2) Bentuk Modern
perjanjian. Seorang nasabah yang menyipan uangnya di suatu bank syariah, dia mengaakan akad dengan pihak bank dalam bentuk qirah. Pihak bank akan menjalankan uang itu untuk berusaha, seangkan keuntungannya nanti untuk berdua dengan cara bagi hasil.Qiradh disebut juga Mudharabah.
f. Manfaat Qiradh
Qiradh sebagai salah satu bentuk muamalat mempunyai manfaat sebagai berikut
1) Membantu sesame dalam mencukupi kebutuhan hidupnya 2) Menggalang ekonomi umat
3) Mewujudkan persaudaraan dan persatuan antara pihak-pihak yang bersangkutan
4) Mengurangi pengangguran
5) Memberikan pertolongan kepada sesame manusia yang kekurangan 6) Mewujudkan masyarakat yang tertib sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
g. Beberapa Ketentuan dalam Qiradh
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah qiradh, antara lain sebagai berikut:
1) Agar pelaksanaan qiradh dapat berjalan lancar, maka diperlukan kemauan dan kemampuan kedua belah pihak.
2) Pemilik modal harus mempunyai kepercayaan dan kecermatan melihat pengelola dan bidang usaha yang ia modali.
3) Pengelola modalpun harus bersifat jujur, amanah dan profesional.
4) Perjanjian antara pemilik dan pengelolah modal hendaknya dibuat sejelas mungkin, untuk menghindari perselisihan yang mungkin bias terjadi. Jika dipandang perlu dicarikan saksi yang isetujui kedua belah pihak
5) Jika terjadi kehilangan atau kerusakan di luar kesengajaan pengelolah modal, hendaknya ditanggung oleh pemilik modal. Tetapi apabila kerusakkan disebabkan kelalaian yang disengaja oleh pengelolah modal, maka ditanggung oleh pengelolah miodal.
6) Jika terjadi kerugian, hendaknya ditutup engan keuntungan yang lalu. Jika tidak ada, hendaknya kerugian itu ditanggung oleh pemilik modal.
3. RIBA
a. Pengertian Riba
Riba menurut bahasa artinya pertambahan atau kelebihan. Sedang menurut istilah fikih riba ialah kelebihan atau tambahan pembayaran dalam pinjam meminjam atau utang piutang uang atau barang tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah satu dari dua orang yang membuat perjanjian. Sebagai contoh, seseorang meminjamkan uang kepada orang lain dengan syarat pada ,waktu mengembalikan dilebihkan dari nilai semula.
Semua agama samawi melarang praktek riba karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi pemberi dan penerima pinjaman. Riba hukumnya haram, berdasarkan Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ para ulama adalah sebagai berikut:
1) Al-Qur’an
. . .
اوببرررلا مبربحبوب عبييببليا هعلربلا لربحبأبوب اوببرررلا لبثيمر ععييببليا امبنبإر
“...Sesumgguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. Al-Baqarah: 275). . . “Dari Jabir r.a. ia berkata, ‘Rasulullah saw. telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang-orang yang menjadi wakilnya (orang-orang yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja’.” (H.R. Muslim)
3) Ijma’ para ulama
syair dengan syair, kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaknya sama banyaknya, tunai dan timbang terima, maka apabila berlainan jenisnya ini, maka boleh kamu menjual sekehendakmu, asalkan dengan tunai.” (HR.Muslim dan Ahmad)
Supaya tukar menukar ini tidak termasuk riba maka harus ada 3 macam syarat yaitu:
a) Tukar menukar barang tersebut harus sama. b) Timbangan atau takarannya harus sama. c) Serah terima pada saat itu juga.
2). Riba Fardhi
Riba Qardhi yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari orang yang meminjami, misalnya Umar meminjam uang kepada Budi sebesar Rp. 50.000,00 dan Budi mengharuskan membayar sebesar Rp. 55.000,00. Sabda Nabi saw:
(
ىقهيبلا هاور اببرر وبهعفب ةةعبفبنيمب رربجب ضضريقب لرعكع
)
Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba”. (HR. Baihaqi)
3). Riba Yad
Riba yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah. Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad.
4). Riba Nasiah
Riba Nasiah yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis atau jual beli yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh penjual dengan dilambatkan. Nabi saw. bersabda:
نيعب ىهبنب مبلربسبوب هرييلبعب هعلربلا ىلربصب يرببرنربلانربأب هعنيعب هعلربلا يبضررب بضدعنيجع نربيةبربمعسب نيعب
ةةءبييسرنب نراوبيبحبليابر نراوبيبحبليا عرييبب
“Dari Samurah bin Jundub, sesungguhnya Nabi saw. telah melarang jual beli binatang yang pembayarannya diakhirkan” (H.R Lima ahli hadist)
Dan khusus masalah hukum Bunga Bank dianggap sebagai masalah ijtihadiah karena tidak ada nash baik Al-Qur'an maupun al- Hadits. Hukum bunga bank dibagi menjadi 3 diantaranya:
a. Haram hukumnya karena telah menetapkan kelebihan yang disebut riba, berapa pun besarnya itu.
b. Syubhat yaitu belum jelas halal atau haramnya bunga bank tersebut.
Seorang yang menyimpan uang di bank akan memperoleh uang yang disebut bunga bank, sebaliknya orang yang meminjam uang di bank juga akan dikenakan bunga, waktu mengembalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bank yang berdasarkan syariat Islam yaitu Bank Syariah yang menentukan keuntungannya dengan cara bagi hasil.
Mengenai riba yang berhubungan dengan bunga bank, seperti riba fardhi, ada tiga pendapat para ulama, yaitu:
a. Hukumnya haram dan termasuk riba, karena
kelebihan pembayaran tersebut telah ditentukan saat aqad berlangsung. Pendapat ini dikemukakan oleh Musthafa Zarga dan Abu Zahrah yaitu ulama besar pada abad ke 20 ini.
b. Tidak termasuk riba, sebab cukup rasional
untuk biaya pengelolaan serta jasa yang diberikan kepada pemilik uang. Pendapat ini dikemukakan oleh Mahmud Syalthut dari Al Azhar. Demikian juga pendapat A. Hasan (pendiri pesantren Bangil), bahwa bunga bank di Indonesia bukan riba yang diharamkan. Karena tidak berlipat ganda sebagaimana dinyatakan dalam surat Ali ‘Imran ayat 130.
c. Subhat, yaitu belum jelas antara halal atau
haram, mereka cenderung berhati-hati, ini pendapat majlis Tarjih Muhammadiyah di Indonesia
Untuk menghindari polemik hukum tersebut MUI (Majelis Ulama Indonesia) beserta para tokoh ulama dan para tokoh cendikiawan muslim Indonesia, telah melahirkan BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang memberi jasa pelayanan keuangan sesuai dengan aturan syariat Islam.
d. Menghindari Kegiatam Riba
Berikut syarat-syarat jual beli agar tidak menjadi riba. 1) Menjual sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu:
a) serupa timbangan dan banyaknya b) tunai, dan
c) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.
2) Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu: a) tunai dan
b) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.
e. Hikmah diharamkannya riba
hikmah-hikmah umum di seluruh perintah-perintah syar'i yaitu menguji keimanan seorang hamba dengan taat, mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai berikut:
1) Menjauhi dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan miliknya
2) Menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis habis semangat kerja sama atau saling menolong sesama manusia. Padahal, semua agama, terutama Islam menyeru kepada manusia untuk saling tolong menolong, membenci orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi orang lain
3) Menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang tidak mau bekerja keras dan penimbun harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang yang suka bekerja keras sebagai saran pencarian nafkah
4) Menghindari dari perbuatan aniaya karena memeras kaum yang lemah, karena riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lain.
5) Mengarahkan kaum muslimin mengembangkan hartanya dalam mata pencarian yang bebas dari unsur penipuan
6) Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya, karena orang yang memakan riba adalah zalim, dan kelak akan binasa.
Dan untuk menghindari riba, maka harus memperhatikan hal sebagai berikut: 1) Biasakan selalu hidup sederhana
2) Menghindari kebiasaan berhitang, dan kalau terpaksa harus hutang. jangananlah berhutang kepada rentenir
3) Bekerjalah dengan sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan hidup walaupun dengan bersusah payah.
4) Sekarang ini di Negara kita telah hadir beberapa bank yang dikelola berdasarkan syariat Islam yakni bank yang menentukan keuntungan dengan cara bagi hasil.
Setelah memperhatikan uraian tentang jual beli, Qiradh, dan riba, lakukan kegiatan berikut ini:
No. Masalah Hasil Diskusi
1. Apa yang harus dilakukan seorang penjual agar terjaga dari pratek riba
najis) lalu bagaimana hukumnya orang yang membeli darah di PMI untuk kepentingan transfusi darah atau donor darah! Jelaskan alasan-alasannya!
3 Bagaimana hukum pinjam meminjam uang di bank non syari’ahyang menetapkan bunga (suku bunga) terlebih dahulu sebelum aqad peminjaman berlangsung? 4 Apakah program pemerintah sekarang ini
dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada keluarga miskin termasuk qiradh atau bukan? Kemukakan alasannya!
Komunikasikanlah hasil diskusi kelompok kalian di depan kelas!
Sayyidina Ali Jual-Beli Dengan Dua Malaikat
Suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramaLlahu wajhah mengunjungi rumahnya selepas silaturahim kepada Rasulullah. Di rumah itu Ali menjumpai istrinya, Sayyidah Fathimah, sedang duduk memintal, sementara Salman al-Farisi berada di hadapannya tengah menggelar wol.
“Wahai perempuan mulia, adakah makanan yang bisa kau berikan kepada suamimu ini?” tanya Ali kepada istrinya.
“Demi Allah, aku tidak mempunyai apapun. Hanya enam dirham ini, ongkos dari Salman karena aku telah memintal wol,” jawabnya. “Uang ini ingin aku belikan makanan untuk (anak kita) Hasan dan Husain.”
“Bawa kemari uang itu.” Fathimah segera memberikannya dan Ali pun keluar membeli makanan.
Tiba-tiba ia bertemu seorang laki-laki yang berdiri sambil berujar, “Siapa yang ingin memberikan hutang (karena) Allah yang maha menguasai dan mencukupi?” Sayyidina Ali mendekat dan langsung memberikan enam dirham di tangannya kepada lelaki tersebut.
Fatimah menangis saat mengetahui suaminya pulang dengan tangan kosong. Sayyidina Ali hanya bisa menjelaskan peristiwa secara apa adanya. “Baiklah,” kata Fathimah, tanda bahwa ia menerima keputusan dan tindakan suaminya. Sekali lagi, Sayyidina Ali bergegas keluar. Kali ini bukan untuk mencari makanan melainkan mengunjungi Rasulullah. Di tengah jalan seorang Badui yang sedang menuntun unta menyapanya. “Hai Ali, belilah unta ini dariku.”
”Aku sudah tak punya uang sepeser pun.” “Ah, kau bisa bayar nanti.”
“Berapa?” “Seratus dirham.”
Sayyidina Ali sepakat membeli unta itu meskipun dengan cara hutang. Sesaat kemudian, tanpa disangka, sepupu Nabi ini berjumpa dengan orang Badui lainnya. “Apakah unta ini kau jual?” “Benar,” jawab Ali.
Motivasi
“Berapa?” “Tiga ratus dirham.”
Si Badui membayarnya kontan, dan unta pun sah menjadi tunggangan barunya. Ali segara pulang kepada istrinya. Wajah Fatimah kali ini tampak berseri menunggu penjelasan Sayyidina Ali atas kejadian yang baru saja dialami.
“Baiklah,” kata Fatimah selepas mendengarkan cerita suaminya.
Ali bertekad menghadap Rasulullah. Saat kaki memasuki pintu masjid, sambutan hangat langsung datang dari Rasulullah. Nabi melempar senyum dan salam, lalu bertanya, “Hai Ali, kau yang akan memberiku kabar, atau aku yang akan memberimu kabar?”
“Sebaiknya Engkau, ya Rasulullah, yang memberi kabar kepadaku.”
“Tahukah kamu, siapa orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli unta darimu?”
“Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” sahut Ali memasrahkan jawaban.
“Sangat beruntung kau, wahai Ali. Kau telah memberi pinjaman karena Allah sebesar enam dirham, dan Allah pun telah memberimu tiga ratus dirham, 50 kali lipat dari tiap dirham. Badui yang pertama adalah malaikat Jibril, sedangkan Badui yang kedua adalah malaikat Israfil (dalam riwayat lain, malaikat Mikail).”
Kisah yang bisa kita baca dari kitab al-Aqthaf ad-Daniyah ini menggambarkan betapa ketulusan Ali dalam menolong sesama telah membuahkan balasan berlipat, bahkan dengan cara dan hasil di luar dugaannya.
1. Muamalah ialah hubungan timbal balik antara satu dan yang lainnya, yang bertujuan untuk saling membantu agar dalam kehidupan bermasyarakat mencapai ketenangan dan ketentraman
2. Menurut bahasa Jual beli adalah menukar sesuatu dengan sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah menukar harta dengan harta menurut cara-cara yang telah di tetapkan-syara’. Hukum jual beli adalah halal atau boleh
3. Qirad adalah kerjasama dalam bentuk pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk diperniagaan.
4. Riba adalah tambahan, menurut syara’ ialah kelebihan atau tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang mengadakan akad (transaksi).
5. Hikmah diharamkannya riba selain sebagai menguji keimanan seorang hamba dengan taat, mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai berikut: menjauhi dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang
Tugas Praktek
bukan miliknya, menghindari sikap malas dan menganiaya orang lemah, mengembangkan perekonominan yang sehat dan menutup sikap permusuhan dengan orang lain
PENDALAMAN KARAKTER
Dengan memahami ajaran Islam mengenai Perekonomian dalam Islam maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
Membiasakan berperilaku jujur dalam setiap berbelanja atau makan diwarung
Bertanggung jawab atas amanah sesuai hasil kesepakatan dalam setiap kerjasama
Bersungguh-sungguh menjalankan tugas yang telah menjadi kesepakatan
Mengembangkan ketrampilan berwirausaha untuk modal masa depan Memotivasi untuk menjadi pengusaha yang jujur dan peduli terhadap