MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B
TK AISYIYAH PARIGI
Ulfa1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui metode pemberian tugas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui metode pemberian tugas pada kelompok B di TK Aisyiyah Parigi. Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Parigi, melibatkan 15 orang anak terdiri atas 6 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif, untuk mengatahui kemampuan motorik halus anak melalui metode pemberian tugas pada kelompok B di Aisyiyah Parigi. Data yang dikumpulkan sebelum tindakan kemampuan anak dalam menyusun balok menjadi suatu bangunan kategoti BSB 6,67%, BSH 13,33%, MB 20%, dan BB 60%, kemudian kemampuan anak yang mengikat tali sepatu kategori BSB 6,67%, BSH 13,33%, MB 26,67%, BB 53,33%, dan kemampuan anak memakai baju kemeja dengan kategori BSB 6,67%, BSH 20%, MB 33,33%, BB 40%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan kemampuan dari siklus I ke siklus II dalam menysusn balok menjadi suatu bangunan kategori sangat baik dan baik dari 40% menjadi 80% (30%), kemampuan dalam mengikat tali sepatu kategori sangat baik dan baik dari 40% menjadi 80% (30%), kemampuan dalam memakai baju kemeja kategori sangat baik dan baik dari 46,67% menjadi 86,67% (40%). Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 33,33% dari siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum meningkat motorik halusnya tetapi hanya berkisar 6,67% dari masing-masing aspek yang diamati dengan kategori kurang.
Kata Kunci : Kemampuan Motorik Halus, Metode Pemberian Tugas
1
PENDAHULUAN
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3, disebutkan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang berrmartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Mahasa Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Anak Usia Dini (early
chillhood education) adalah pendidikan anak/balita yang ditujukan kepada bayi sejak lahir
sampai dengan anak usia enam tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan
jasmani dan rohani supaya bayi ataupun anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Standar kompetensi kurikulum play group tercantum bahwa tujuan pendidikan
adalah membantu perkembangan anak dengan cara mengembangkan berbagai potensi anak
baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai – nilai agama, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.
Pada rentang usia ini anak mangalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.
Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga
merupakan masa peletakan dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik, bahasa, sosio-emosional dan spiritual. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”.
Oleh karenanya pendidikan sejak usia dini, menjadi landasan sekaligus pijakan penting
bagi pengembangan pendidikan selanjutnya. Pada pendidikan anak usia dini akan diletakkan
dasar-dasar pendidikan bagi aanak didik, sehingga segenap potensi yang dimiliki anak didik
dapat dikembang secara maksimal. Dengan demikian untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
Taman Kanak-kanak sering lebih dikenal dengan pendidikan jenjang awal. Dalam
pendidikan ini terjadi proses belajar mengajar yang melibatkan banyak faktor, baik
pembelajaran, anak didik, bahan, materi, fasilitas maupun lingkungan. Pendidikan yang
diselenggarakan di TK adalah bentuk kegiatan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat bangsa dan
negara.
Berdasarkan standar kompetensi pendidikan anak-anak usia dini dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14
disebutkan bahwa pengembangan fisik dan motorik anak pada usia dini bertujuan untuk
memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilantubuh
dan cara hidup sehat Dengan demikian akan menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat,
sehat dan terampil. Salah satu pembinaan TK/Paud adalah program perkembangan motorik anak. Motorik merupakan terjemahan dari kata ”motor” yang artinya dasar mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Gerak (movement) adalah suatu aktivitas yang didasari
oleh proses motorik. Proses motorik ini melibatkan sebuah sistem pola gerakan yang
terkoordinasi (otak, syaraf, otot, dan rangka) dengan proses mental yang sangat kompleks,
disebut sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur tersebut tidak bisa bekerja secara
sendiri-sendiri, melainkan selalu terkoordinasi. Apabila salah satu unsur mengalami gangguan, maka
gerak yang dilakukan dapat mengalami gangguan. Dengan kata lain, gerakan yang dilakukan
oleh anak secara sadar dipengaruhi oleh stimulus dari lingkungannya (informasi verbal atau
lisan, gambar, dan alat lainnya) yang dapat direspon oleh anak.
Perkembangan motorik halus anak memiliki pengaruh terhadap perkembangan otak
(kecerdasan) dan kepercayaan diri. nilai sikap, maupun keterampilan gerak itu sendiri.
Penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak-Kanak bertujuan membantu mengembangkan
kemampuan anak yang salah satunya adalah kemampuan motorik halus anak, TK harus dapat
menyediakan sumber daya manusia (Pendidik) yang berkualitas dan sarana prasarana yang
dapat mendukung tujuan pendidikan di TK. Pada masa usia dini merupakan saat yang paling
tepat untuk melatih dasar- dasar pengembangan kemampuan fisik motorik halus, sehingga
anak dapat tumbuh dengan jasmani yang kuat dan sehat. Karena pada masa ini merupakan
perkembangan seluruh potensi dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang
sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal. Untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik halus anak, penulis memilih
metode pemberian tugas. Dengan tugas-tugas tertentu diharapkan dapat melatih
pengembangan dan peningkatan fisik motorik halus anak, diTK Aisyiyah Parigi.
Perkembangan motorik anak adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan
pengendalian gerak tubuh anak yang berkembang akibat stimulasi dari dalam dan luar diri
anak. Gusti Ayu Tjateri (2009:6) Perkembangan motorik akan terus berkembang sejalan usia
anak juga dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan lingkungan fisik lainnya. Menurut Widodo
(2008:67) perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan sesuatu kegiatan. Perkembangan motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf,otot,otak,dan spinal cord. Perkembangan motorik halus juga dipengaruhi
oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari
tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (1996:132) bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan
rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah. Untuk
pekerjaan rumah, guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi
pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas. bahwa ”teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar anak menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan
selama melakukan tugas, sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”. Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut, dengan menggunakan
metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah Parigi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara bersiklus
mengacu pada model / desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart
terbagi rancangan penelitian mengacu pada Madya (1994 : 19-24) yang menyatakan bahwa
Alat penilaian yang digunakan untuk menilai peningkatan motorik halus anak pada
Gambar siklus Alur PTK Kemmis dan MC Taggart
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK Aisyiyah Parigi. Sedangkan subjek
penelitian ini adalah seluruh anak didik yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 6 orang
anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan dalam
siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikemukakan di
atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan
ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d).
Refleksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait
peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar
observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian
hasil pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak.
Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan
dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi
data. 1) Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan memfokuskan dan
menyederhanakan data mulai dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan.
Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengolahan selanjutnya. 2) Paparan data: dalam tahap ini dilakukan penyusunan
informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan penggambaran tindakan. 3) Pada kegiatan ini dilakukan
pembuatan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dalam bentuk kalimat
atau infomasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan. Data
kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara deskriptif Keterangan
0 : pra tindakan
1 : Rencana siklus 1
2 : Pelaksanaan siklus 1
3 : Observasi siklus 1
4 : Refleksi siklus 1
5 : Rencana siklus 2
6 : Pelaksanaan siklus 2
7 : Observasi siklus 2
8 : Refleksi siklus 2
A. : Siklus 1
dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas,
2003: 78)
= Bekmbang Sangat Baik
= Berkembang Sesuai Harapan
= Mulai berkembang
= Belum Berkembang
Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi
kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis
kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut
(Sudjiono, 1991:40) :
Keterangan :
P = Hasil yang dicapai
f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban
n = Jumlah sampel
100= Angka tetap/pembulatan
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan, berdiskusi dengan teman sejawat
dan melakukan konsultasi ke dosen pembimbing, hal-hal yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan tindakan. Perencanaan. 1) Perencanaan, kegiatan ini dilakukan dengan
mempersiapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan melalui metode pembelajaran dengan
pemberian tugas. 2) Pelaksanaan Tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang dan sesuai dengan
skema pelaksanaan tindakan. 3) Observasi, kegiatan ini dilakukan selama pembelajaran
berlangsung yaitu dengan mengamati pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran melalui
pemberian tugas. 4) Refleksi, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis
hasil pengamatan tentang sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran peningkatan
kemampuan motorik halus pada anak TK melalui Pemberian tugas. Sehingga
HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan pengamatan di lapangan (TK
Aisyiyah Parigi). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum
melaksanakan penelitian tindakan kelas terlebi dahulu peneliti melakukan refleksi untuk
menengetahui kemampuan motorik halus anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar
sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.
1. Hasil Pra Tindakan
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan
No Kategori
Aspek yang Diamati
A B C
F % F % F %
1. 1 6,67 1 6,67 1 6,67
2. 2 13,33 2 13,33 3 20
3. 3 20 4 26,67 5 33,33
4. 9 60 8 53,33 6 40
Jumlah 15 100 15 100 15 100
Keterangan:
A = Menyusun balok menjadi suatu bangunan
B = Mengikat tali sepatu
C = Memakai baju kemeja
2. Hasil Tindakan Siklus I
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I
No Kategori
Aspek yang Diamati
A B C
F % F % F %
1. 3 20 3 20 3 20
2. 3 20 3 20 4 26,67
3. 4 26,67 5 33,33 4 26,67
4. 5 33,33 4 26,67 4 26,67
Keterangan:
A = Menyusun balok menjadi suatu bangunan
B = Mengikat tali sepatu
C = Memakai baju kemeja
3. Hasil Tindakan Siklus II
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II
No Kategori
Aspek yang Diamati
A B C
F % F % F %
1. 8 53,33 7 46,67 7 46,67
2. 4 26,67 5 33,33 6 40
3. 2 13,33 2 13,33 1 6,67
4. 1 6,67 1 6,67 1 6,67
Jumlah 15 100 15 100 15 100
Keterangan:
A = Menyusun balok menjadi suatu bangunan
B = Mengikat tali sepatu
C = Mamakai baju kemeja
PEMBAHASAN
Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan
semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan awal yang
dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui alat permainan edukatif. Dan juga guru
menyuruh anak membiasakan anak membaca doa sebelum memulai pelajaran, tidak lupa pula
guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan
kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut di maksudkan agar anak mempunyai harapan
keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan
termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar
menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran,
sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik,
kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam
kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih
dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dan guru menggunakan melalui metode pemberian tugas dalam
proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus satu kali tindakan.
Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH
yaitu anak diberi tugas untuk menyusun balok menjadi suatu bangunan, dan guru memberi
pujian kepada anak yang berhasil dalam kelompoknya sedangkan yang belum berhasil
menyusun balok menjadi suatu bangunan diberi motivasi untuk mampu menyusun balok
menjadi suatu bangunan dan meyakinkan anak bahwa mereka pasti bisa. Pada pelaksanaan
tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan
pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk mengikat tali sepatu dengan benar
tanpa bantuan orang lian, seperti pada kegaiatan pertama anak diperintahkan untuk mengikat
tlai sepatu secara individu dan anak yang bisa mengikat tlai sepatu diberi pujian sedangkan
anak yang kurang bisa mengiat tali sepatu dan tidak bisa mengikat tali sepatu sama sekali
diberi motivasi.
Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga, guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RKH yaitu anak diberi tugas untuk belajar memakai baju kemeja. Setiap anak diberi
kesempatan untuk mempragakan cara yang benar dalam memakai baju kemeja dan anak
yang bisa memakai baju kemeja dengan baik diberi pujian sedangkan yang kurang mampu
diberi motivasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
1. Hasil Pengamatan Pra Tindakan
Berdasarkan hasil pra tindakan, setelah dirata-ratakan hasil dari ketiga aspek yang
diamati yaitu menyusun balok menjadi suatu bangunan, mengikat tali sepatu, dan memakai
baju kemeja dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 anak (6,67%) yang
masuk kategori berkembang sangat baik, 7 anak (15,53%) yang masuk kategori
berkembang sesuai harapan, 12 anak (26,67%) yang masuk kategori mulai berkembang
dan 23 anak (51,13%) yang masuk kategori belum berkembang. Hasil pra tindakan ini,
dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan motorik halus anak, karena
sebagian besar anak belum mampu untuk memahami kegiatan pembelejaran. Sehingga
dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan
2. Hasil Pengamatan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, setelah dirata-ratakan ketiga aspek
yang diamati yaitu menyusun balok menjadi suatu bangunan, mengikat tali sepatu, dan
memakai baju kemeja. diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 9
anak (20%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 10 anak (22,2%) yang masuk
kategori berkembang sesuai harapan, 13 orang anak (28,87%) yang masuk kategori mulai
berkembang dan 13 orang anak (28,87%) yang masuk kategori belum berkembang.
Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas
terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada
yang mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik. Melihat persentase
yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, ada peningkatakan kemamuan
motorik halus anak dibandingkan dengan hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada
peningkatan kemampuan motorik halus anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang
diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik untuk 3
aspek penilaian yaitu mampu menyusun balok menjadi suatu bangunan, mengikat tali
sepatu, dan memakai baju kemeja.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus
anak pada kegaiatan pembelajaran melalui pemberian tugas, karena anak termotivasi
mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan berbagai media pembelajaran untuk
melakukan suatu kegiatan serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada
anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan baik. Cara guru
menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga
menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran. Disisi lain dapat pula
dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau
baik peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini
masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum mampu melakukan
suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan faktor dari dalam diri anak.
Melalui metode pemberian tugas belum meningkatkan kemampuan motorik halus anak,
kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru, bisa pula disebabkan ada guru
lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi aktivitas anak
yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian. Maka peneliti berusaha untuk
lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan kepada anak-anak sehingga apa
lebih memberikan motivasi berupa penguatan, dorongan serta semangat dan juga
menceritakan sesuatu yang menarik sehingga memunculkan semangat kepada anak didik
agar memiliki kemampuan motorik halus anak.
3. Hasil Pengamatan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek
yang diamati diketahui dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 22 anak
(48,87%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 15 anak (33,33%) yang masuk
kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (11,13%) yang masuk kategori mulai
berkembang dan 3 anak (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan
melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat
bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan
motorik halus anak yaitu mampu menyusun balok menjadi suatu bangunan, mengikat tali
sepatu, dan memakai baju kemeja. sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan
dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan
perbaikan pada tindakan selanjutnya. Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang
dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori cukup harus ditingkatkan untuk
mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II
yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori
berkembang sesuai harapan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak
di kelompok B TK Aisyiyah. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan
kemampuan motorik halus anak pada siklus pertama untuk kemampuan anak menyusun balok
menjadi suatu bangunan dari 20% meningkat menjadi 40% kategori BSB dan BSH,
kemampuan dalam megikat tali sepatu dari 20% meningkat menjadi 40% kategori BSB dan
BSH, dan yang kemampuan yang diamati terahir yaitu memakai baju kemeja kertas dari
26,67% meningkat menjadi 46,67% dengan kategori BSB dan BSH, hasil tersebut diperoleh
dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki oleh yaitu BSB dan BSH.
Pada siklus kedua menunjukan peningkatan dalam menyusun balok menjadi suatu
bangunan meningkat menjadi 80% kategori BSB dan BSH, kemudian pada kegiatan mengikat
kategori BSB dan BSH, sedangkan kemampuan anak dalam memakai baju kemeja meningkat
menjadi 86,67% kategori BSB dan BSH. Dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan
kemampuan motorik halus anak pada siklus dua sangat jelas mengalami peningkatan dari
masing-masing kemampuan yang diamati dalam kategori sangat BSB dan BSH.Begitu pula
dengan aktivitas kegiatan guru semakin meningkat mengelola proses pembelajaran di kelas
menjadi lebih aktif, efektif, dan menyenangkan.
Adapun saran yang peneliti kemukakan, sebagai berikut :
1. Kiranya melalui alat permainan edukatif dapat diterapkan mengingat metode pembelajaran
ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam pembelajaran, menumbuhkan motivasi
dan minat anak untuk belajar sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat,
sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat
memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.
3. Sebaiknya dalam hal menerapkan metode pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan
materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Gusti Ayu Tjateri. (2009). Cara Bermain Untuk Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti.
Widodo. (2008). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Aksara.
Roestiyah. (1996). Pemberian tugas, Kedisiplinan, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar. Alumni : Bandung.
Madya. (1999). Metode Pengajaran . Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyono. (1992). Pembelajaran untuk anak TK. Jakarta: Dirjen Dikti.