• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal hibah fundamental tahun 2012 dikirim ke jkt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "proposal hibah fundamental tahun 2012 dikirim ke jkt"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

USUL PENELITIAN FUNDAMENTAL

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DIRI

DAN PELAKSANAANNYA PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA (SMP) DI MALANG

PENANGGUNG JAWAB PROGRAM

Drs. Dwi Purnomo, M.Pd.

INSTITUT KEKUGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(IKIP) BUDI UTOMO MALANG

MARET 2012

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Analisis Kebijakan Pengembangan Diri dan Pelaksanaannya pada Siswa

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang

2. Peneliti Utama

a) Nama Lengkap : Drs. Dwi Purnomo, M.Pd. b) Jenis Kelamin : Laki-laki

c) Nomor Induk Pegawai : 196412041990031003 d) Pangkat / Golongan : Pembina Tk. I / IV.c e) Jabatan Strutural : Ketua Jurusan f) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala 803 g) Fakultas/Jurusan : PIEK / Pendidikan MIPA h) Pusat Penelitian : IKIP Budi Utomo Malang

i) Alamat : Jalan Simpang Arjuno 14 B Malang j) Telephon / Faximili : 0341-323214 / 0341-335070

k) Alamat Rumah : Jl. Sono Tengah No. 39 RT 62 / Rw 13 Kebon Agung – Malang

l) Telephon : 0341-802929 / 08125228614

m) Faksimili : 0341-335070

n) E-mail : p2mikipbu@yahoo.co.id

3. Usul Jangka Waktu Penelitian : 1 Tahun

4. Pembiayaan :

a) Usul Biaya Tahun Pertama : Rp. 40.000.000,-

(Empat Puluh Juta Rupiah) b) Usul Biaya Tahun Kedua :

-c) Biaya dari Instansi Lain : -

Malang 20 Maret 2012

Mengetahui Ketua Peneliti

D e k a n

Drs. Sulikan, MS Drs. Dwi Purnomo, M.Pd. NIP : - NIP : 196412041990031003

(3)

Drs. Adi Sucipto, M.Kes. NIP: 1966041219910031004

I. Sistematika Usul Penelitian

1. Judul Penelitian : Analisis Kebijakan Pengembangan Diri dan Pelaksanaannya pada Siswa

d. Fakultas : Pend. Ilmu Eksakta dan Keolahragaan e. Perguruan Tinggi : IKIP Budi Utomo Malang

f. Alamat Surat : Jl. Simpang Arjuno 14.B Malang g. Telepon/Fax : 0341-323214 / 0341-335070

h. E-mail : p2mikipbudi@yahoo.co.id

i. Anggota Peneliti

No. Nama dan GelarAkademik KeahlianBidang Instansi Alokasi Waktu(Jam/Minggu) 1. Dra. Hj, Susilo Bekti, 7. Temuan yang ditargetkan :

8. Jurnal Ilmiah yang menjadi sasaran : 9. Instansi lain yang terlibat : 10. Keterangan lain yang dianggap perlu :

(4)

ABSTRAK

Kata Kunci: Analisis, Kebijakan, Pengembangan Diri Siswa.

Program pengembangan diri siswa adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah masih menemui kendala-kendala, baik kendala internal maupun kedala eksternal. Oleh sebab itu penelitian mengenai kebijakan pengembangan diri siswa perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis substansi kebijakan pengembangan diri siswa, 2) menjelaskan pelaksanaan kebijakan pengembangan diri siswa, 3) menjelaskan faktor-faktor penghambat pelaksanaan kebijakan pengembangan diri siswa, dan 4) menjelaskan solusi untuk mengatasi hambatan pada pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa.

(5)

I. MASALAH PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan rumusan tersebut jelas bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa. Karena peranannya yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa, maka dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan adanya sistem yang dapat mengakomodir fungsi dan tujuan pendidikan sehingga tercipta sinergis antara fungsi dan tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui kurikulum tahun 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digulirkan kebijakan mengenai program pengembangan diri yang dimaksudkan untuk mewadahi peserta didik terkait dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan bakat dan minatnya pada setiap satuan pendidikan.

(6)

pendidikan kecakapan hidup, dan 7) pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global (Mulyasa, 2010:180). Dari ketujuh komponen yang dikembangkan pada struktur KTSP, salah satunya adalah mengenai program pengembangan diri sebagai komponen penting yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan pengembangan diri telah memberikan nuansa baru pada dunia pendidikan. Secara umum keberhasilan siswa yang ditunjukkan dengan adanya program pengembangan diri di sekolah, diantaranya adalah makin berkembangnya potensi yang berupa bakat dan minat siswa yang dapat teraktualisasi secara lebih baik sehingga akan dapat terus berkembang sampai pada jenjang sekolah berikutnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang memiliki bakat dan tersalurkan dengan baik akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kuat dan matang. Pada akhirnya diharapkan dengan jiwa yang matang tersebut maka seseorang akan dapat menata kehidupan dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Pengembangan diri diadakan untuk mewadahi siswa dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga terus terasah dan dapat dikembangkan di masyarakat. Dengan adanya program pengembangan diri di sekolah, seluruh siswa dididik lebih mandiri dalam menggali dan mengembangkan potensinya masing-masing dan dapat meningkatkan kedisiplinan dan bertanggung jawab terhadap kemampuan yang dimilikinya dengan lebih baik. Melalui program pengembangan diri siswa juga dapat saling bersosialisasi, bertukar pikiran, bertukar pendapat, bahkan bertukar pengalaman dengan teman sebayanya. Harapan dengan diadakannya program pengembangan diri adalah bahwa seseorang akan dapat bekerja pada bidang yang diminatinya sesuai dengan kemampuan serta bakat dan minat yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.

(7)

untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Program pengembangan diri selain memberikan pengetahuan yang bersifat umum juga diharapkan dapat membentuk karakter dan keterampilan peserta didik. Khusus pada sekolah menengah kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier, sementara untuk satuan pendidikan khusus pengembangan diri menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Pelaksanaan program pengembangan diri diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan untuk mengatur kegiatannya, sehingga dalam hal ini sekolah harus menyusun program kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan diri. Karena proses pelaksanaan kegiatan yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka hal ini akan memungkinkan terjadinya perbedaan jenis kegiatan pengembangan diri pada setiap satuan pendidikan. Perbedaan tersebut adalah sesuatu yang sangat wajar terjadi, karena masing-masing satuan pendidikan mempunyai agenda sendiri dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan pengembangan diri.

Harapan dengan diadakannya program pengembangan diri pada tingkat sekolah menengah adalah untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik pada tingkatan usia remaja sebagai individu yang sedang berkembang, sehingga kegiatan pengembangan diri menjadi sangat penting agar peserta didik mampu mengaktualisasikan potensi bakat dan minat yang dimilikinya secara maksimal.

Sebagai program yang relatif baru, kegiatan pengembangan diri SMP di Malang masih menemui kendala, baik kendala internal maupun eksternal.

Kegiatan pengembangan diri masih belum digarap secara maksimal, di sisi lain belum semua kegiatan dapat mewadahi dan menampung seluruh keinginan siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Selain program pengembangan diri, maka kurikulum yang berlaku menekankan adanya pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk watak siswa yang berakhlak mulia. Berkaitan dengan uraian permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tentang ”Analisis Kebijakan Pengembangan Diri dan Pelaksanaannya pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang”

(8)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana substansi kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang

2) Bagaimana pelaksanaan kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang

3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang?

4) Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan

pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis substansi kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang.

2) Menjelaskan pelaksanaan kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang.

3) Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang.

4) Menjelaskan solusi yang digunakan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan pengembangan diri pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malang.

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian

2.1.1 Analisis Kebijakan

(9)

elemen, yaitu: 1) identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai, 2) taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan 3) penyediaan dari berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik dan strategi (Raksasataya dalam Hardjanto, 2009:20). Dapat dimaknai bahwa elemen kebijakan dalam penelitian ini mencakup tujuan yang ingin dicapai, strategi, dan ketersediaan sumber daya.

Perumusan kebijakan adalah proses sosial di mana proses intelektual melekat di dalamnya tidak berarti bahwa efektifitas relatif dari proses intelektual tidak dapat ditingkatkan, atau bahwa proses sosial dapat diperbaiki (Dunn, 1999:1). Lebih lanjut dinyatakan bahwa analisis kebijakan adalah aktifitas menciptakan pengetahuan tentang kebijakan dan dalam proses pembuatan kebijakan (Dunn,1999:1). Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan bagi para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan (Dunn, 1999:95). Disebutkan pula bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan (Dunn, 1999:94). Analisis kebijakan dalam penelitian ini adalah sebuah proses tentang pembuatan kebijakan yang menghasilkan serangkaian informasi sehingga menjadi landasan bagi para pembuat kebijakan.

2.1.2 Prosedur Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan sebagai proses pengkajian (inquiri), perlu kita bedakan antara metodologi, metode, dan teknik. Seperti diketahui, metodologi analisis kebijakan menggabungkan standar, aturan, dan prosedur. Peranan prosedur adalah untuk menghasilkan informasi mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan.

(10)

Peramal-an (prediksi) menyediakPeramal-an informasi mengenai konsekuensi di masa mendatPeramal-ang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu. Rekomen-dasi (preskripsi) meyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah. Pemantauan (deskrip-si) menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari dite-rapkannya alternatif kebijakan. Evaluasi, menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah. Berikut ini disajikan gambar mengenai prosedur analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah.

Gambar 1

(11)

Prosedur analisis kebijakan yang ditunjukkan dalam gambar di atas bergu-na sebagai alat untuk menggambarkan keterkaitan antara metode-metode dan tek-nik-teknik analisis kebijakan. Metode analisis kebijakan adalah prosedur umum untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan dengan ke-bijakan dalam berbagai kontek.

2.1.3 Proses Pembuatan Kebijakan

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang di-lakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis (Dunn, 1999:22). Aktifitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang dia-tur menurut adia-turan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebi-jakan, implementasi kebikebi-jakan, dan penilaian kebijakan. Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa, atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan.

Tahap-tahap pada proses pembuatan kebijakan mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu. Setiap tahap berhubungan dengan tahap berikutnya, dan tahap terakhir (penilaian kebijakan) dikaitkan de-ngan tahap pertama (penyusunan agenda), atau tahap di tengah, dalam lingakaran aktifitas yang tidak linier. Aplikasi prosedur dapat membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang secara langsung mempengaruhi asumsi, ke-putusan, dan aksi dalam satu tahap, yang kemudian secara tidak langsung mempe-ngaruhi kinerja tahap-tahap berikutnya. Tahap-tahap pada proses pembuatan kebi-jakan meliputi: 1) penyusunan agenda, 2) formulasi kebikebi-jakan, 3) adopsi kebijak-an, 4) implementasi kebijakkebijak-an, dan 5) penilaian kebijakan (Dunn, 1999:24). Dapat dimaknai bahwa tahap pada proses pembuatan kebijakan adalah rangkaian proses pembuatan kebijakan yang berlangsung menurut urutan waktu.

2.1.4 Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Implementasi Kebijakan

(12)

masyarakat yang akan dikenai kebijakan itu berdiam atau tinggal, 3) nilai-nilai kultural yang ada berkaitan dengan sistem masyarakat setempat, 4) konfigurasi politik lokal, yaitu pertimbangan atas keberadaan kelompok-kelompok formal maupun non formal yang berhubungan dengan pembuatan kebijakan publik, 5) sumber daya ekonomi, yaitu adanya resources yang mendukung pendanaan akan diberlakukannya sebuah kebijakan, 6) kepentingan elit, menyangkut bukan saja elit nasional, tetapi juga elit lokal, dan 7) rekruitmen (Supeno dalam Hardjanto, 2009:90).

Faktor lain yang menjadi penyebab anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik yaitu: 1) adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, di mana terdapat beberapa peraturan perundang-undangan atau kebijaksaan politik yang bersifat kurang mengenal individu-individu, 2) karena keanggotaan seseorang di dalam suatu kelompok atau perkumpulan, di mana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai dengan peraturan hukum atau keinginan pemerintah, 3) adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara para anggota masyarakat yang cenderung bertindak dengan menipu atau melawan hukum, 4) adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan ”ukuran” kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpastian orang terhadap hukum atau kebijakan publik, 5) apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam karena kebijakan tersebut bertentangan dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat (Anderson dalam Hardjanto, 2009:91).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa salah satu faktor penghambat dalam implementasi kebijakan adalah proses di dalam pembuatan kebijakan itu sendiri, di mana proses pembuatan kebijakan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil kebijakan yang tidak sempurna sehingga kurang dapat diterima oleh masyarakat.

(13)

2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan, 3) adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah, konstitusional dan dibuat oleh pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang telah ditetapkan, 4) sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan-kebijakan kontorversional yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam pengimplemen-tasiannya (Anderson dalam Hardjanto, 2009:92).

Pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan yaitu: 1) persetujuan, dukungan dan kepercayaan masyarakat, 2) isi dan tujuan kebijakan haruslah dimengerti secara jelas terlebih dahulu, 3) pelaksanaan kebijakan haruslah mempunyai cukup informasi, terutama mengenai kondisi dan kesadaran masyarakat yang menjadi kelompok sasaran, 4) pembagian pekerjaan yang efektif dalam pelaksanaan, 5) pembagian kekuasaan atau wewenang yang rasional dalam pelaksanaan kebijakan, dan 6) pemberian tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang memadai dalam pelaksanaan kebijakan (Soenarko dalam Hardjanto, 2009:92). Dapat dimaknai bahwa faktor-faktor yang mendukung terlaksananya implementasi kebijakan adalah karena adanya dukungan dari seluruh komponen masyarakat yang dapat memahami dan mengerti isi dan tujuan dari kebijakan itu sendiri.

2.1.5 Program Pengembangan Diri Siswa

(14)

bah-wa pengembangan diri merupakan bah-wadah bagi peserta didik untuk mengembang-kan bakat dan minat yang dilaksanamengembang-kan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler dan pelayanan konseling.

Dijelaskan pada struktur KTSP bahwa program pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran, oleh sebab itu penilaian pada kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, bukan kuantitatif seperti pada mata pelajaran bia-sa. Mengingat adanya desentralisasi pendidikan yang mengarah pada hak otonomi bagi setiap satuan pendidikan, maka dalam pelaksanaanya kegiatan pengembang-an diri diserahkpengembang-an pada masing-masing satupengembang-an pendidikpengembang-an.

Secara nyata, pemerintah telah merespon kebutuhan peserta didik terkait dengan potensi bakat dan minat yang dimilikinya, hal ini ditandai dengan dima-sukkannya kegiatan pengembangan diri ke dalam struktur kurikulum. Dimasuk-kannya program pengembangan diri pada struktur kurikulum adalah dengan ha-rapan agar setiap satuan pendidikan dapat melaksanakannya dengan sebaik mung-kin sehingga program pengembangan diri dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi bakat dan minat yang dimilikinya secara optimal.

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 telah dirumuskan tentang pengembangan diri sebagai berikut: Pe-ngembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan pela-yanan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, kesu-litan belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

(15)

ditentu-kan berdasarditentu-kan kurikulum (pembelajaran reguler) di bawah tanggung jawab guru yang berkelayakan dan memiliki kompetensi di bidangnya. Kegiatan pengem-bangan diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan pengembangan diri. Salah satu kegiatan pengem-bangan diri dapat disalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan se-kolah, di bawah bimbingan pembina ekstrakurikuler terkait, baik pembina dari un-sur sekolah maupun luar sekolah.

Melalui bimbingan guru maupun tenaga kependidikan lain yang memiliki kompetensi pada bidangnya, kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan di luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan la-innya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat ke-lompok, kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan man-diri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi na-rasumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan pembelajar-an dpembelajar-an pengembpembelajar-angpembelajar-an diri siswa itu sendiri.

2.1.6 Analisis Program Pengembangan Diri dalam Perspektif KTSP

Pengembangan diri dalam perspektif KTSP, telah dinyatakan secara jelas dengan berdasarkan beberapa prinsip yaitu: 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi ,dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat, dan 7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. (Mulyasa, 2010:151).

(16)

kesetaraan gender, dan 12) karakteristik satuan pendidikan. (Mulyasa, 2010:168) Gambaran mengenai struktur kurikulum SMP/MTs yang memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri tertera pada tabel berikut.

Tabel 1

STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pend.Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2

10. Ket./Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2* 2* 2*

Jumlah 32 32 32

Catatan:

* ekuivalen dengan 2 jam pelajaran (Mulyasa, 2010:54)

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa alokasi waktu untuk program pengembangan diri adalah 2 jam pelajaran. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler maupun layanan konseling yang berkenaan dengan pengembangan pribadi dan kehidupan sosial, masalah belajar dan pengembangan karier peserta didik.

(17)

tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja, melainkan juga mencakup berbagai kegiatan di luar kelas, tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.

Kegiatan pengembangan diri yang telah dikembangkan dalam struktur KTSP dimaksudkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan bakat dan minatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat keberhasilan seorang peserta didik tidak hanya diukur oleh nilai rapor semata, tetapi juga perubahan perilalu dan pengalaman belajar yang telah dilalui siswa selama menempuh pendidikan. Keberhasilan pendidikan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana seseorang dapat menguasai konsep dan pengalaman belajar yang dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. Bagaimanapun masyarakat juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan, oleh sebab itu terdapat hubungan timbal balik antara masyarakat dan sekolah.

2.1.7 Tujuan Program Pengembangan Diri

Sebagai salah satu program sekolah, pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan lain yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan layanan konseling. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepriba-dian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan konseling, berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karier serta kegiatan ekstrakurikuler. Oleh sebab itu pada kegiatan pengembangan diri terdapat dua tujuan yang ingin dicapai yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

(18)

b. Tujuan Khusus

Pengembangan diri bertujuan untuk menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan hidup keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karier, kemampuan pemecahan masalah, dan ke-mandirian (http://Akhmad Sudrajad Wodpress. com 2008, diakses pada tanggal 2 Mei 2011).

2.1.8 Hakikat Pengembangan Diri

Pengunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Kehadirannya menarik untuk didiskusikan baik secara konseptual maupun dalam praktiknya. Jika menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan diri dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality).

Istilah diri dalam psikologi disebut pula sebagai aku, ego atau self yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian, yang di dalamnya meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari atau pun yang tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebut gambaran diri (self picture), sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self (aku tak sadar) (Sukmadinata, 2005: 36). Istilah diri dalam penelitian ini adalah menyangkut sikap dan perasaan dari seseorang.

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita akan dirinya, ada yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya, terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita seseorang akan dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan seseorang untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang bermasalah.

(19)

melab-rak norma dan etika standar yang berlaku, serta memandang sepele orang lain. Se-lain itu, orang yang memiliki over confidence sering memiliki sikap dan pemikir-an ypemikir-ang over estimate terhadap sesuatu. Sebaliknya kepercayapemikir-an diri ypemikir-ang kurpemikir-ang, dapat menyebabkan seseorang cenderung bertindak ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian. Kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi lingkung-an sosialnya. Begitu pula setiap orlingkung-ang memiliki sikap dlingkung-an perasalingkung-an tertentu terha-dap dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap dirinya berkaitan erat dengan pem-bentukan harga diri (penilaian diri) dan merupakan salah satu jenis kebutuhan ma-nusia yang amat penting. Sikap yang mencintai diri sendiri secara berlebihan me-rupakan gejala ketidaksehatan mental, biasanya disebut narcisisme. Sebaliknya, orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan masochisme (http://Akhmad Sudrajad Wodpress. com 2008, diakses pada tanggal 2 Mei 2011). Yang dimaksud dengan kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah sikap dan pe-rasaaan sesorang terhadap dirinya.

Setiap orang memiliki cita-cita akan dirinya, cita-cita yang tidak realistis dan berlebihan sangat sulit untuk dicapai dan akan berakhir dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustrasi, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang salah. Sebaliknya, orang yang kurang memiliki cita-cita tidak akan mendorong dirinya ke arah kemajuan.

Berkenaan dengan diri atau ego, ada tiga komponen tentang diri, yaitu : 1) aku ideal (ego ideal), 2) aku yang dilihat dirinya (self as seen by self), dan 3) aku yang dilihat orang lain (self as seen by others) (John F. Pietrofesa dalam http://Akhmad Sudrajad Wodpress. com 2008, diakses pada tanggal 2 Mei 2011). Keadaan ideal dari ketiga aku ini persis sama dan menunjukkan kepribadian yang sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan yang signifikan diantara ketiga aku tersebut merupakan gambaran dari ketidakutuhan dan ketidaksehatan kepribadian.

(20)

keyakinan, sikap, perasaan, dan cita-cita peserta didik yang realistis. Keyakinan peserta didik akan potensi diri yang dimilikinya akan membentuk sikap optimis dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.

2.1.9 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Diri

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang pengembangan diri telah merumuskan istilah pengembangan diri sebagai berikut: Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru, pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Berdasarkan rumusan di atas dapat diketahui bahwa pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya, pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan kegiatan mata pelajaran biasa. Kegiatan pengembangan diri biasanya banyak dilakukan di luar jam efektif pelajaran. Ada beberapa kegiatan pengembangan diri yang dapat dilakukan, salah satunya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya dilakukan di luar kelas. Selain kegiatan di luar kelas, dalam hal-hal tertentu kegiatan pengembangan diri bisa juga dilakukan secara klasikal dalam jam efektif, namun seyogyanya hal ini tidak dijadikan andalan, karena bagaimanapun dalam pendekatan klasikal kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minatnya relatif terbatasi. Hal ini tentu saja akan menjadi kurang relevan dengan tujuan dari pengembangan diri itu sendiri.

(21)

Pada proses pemilihan program kegiatan pengembangan diri, peran bimbingan dan konseling menjadi sangat penting dalam melakukan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data. Bimbingan dan konseling seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat dan minat serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk penyelenggaraan pengembangan diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat temporer, kegiatan ekstrakurikuler, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Namun harus diperhatikan pula bahwa kegiatan pengembangan diri tidak identik dengan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling tetap ditempatkan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan karakteristik pelayanannya.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pengembangan diri akan mencakup banyak kegiatan sekaligus juga banyak komponen, oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan pengorganisasian tersendiri dalam pelaksanaannya. Namun secara prinsip, bahwa pengelolaan dan pengorganisasian pengembangan diri betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya masing-masing. Pengembangan diri menjadi wilayah garapan bersama antara komponen pembelajaran dengan komponen bimbingan dan konseling di sekolah dengan keunikan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

2.1.10 Peran Pengembangan Diri dalam Membentuk Bakat dan Minat Siswa

Pengembangan diri siswa merupakan salah satu komponen penting dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diarahkan guna membentuk keyakinan, sikap, perasaan, dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik agar memiliki kepribadian yang sehat, kuat, dan utuh. Pengembangan diri diharapkan dapat memupuk bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat terus berkembang dan dapat menjadi bekal di masa yang akan datang. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian bakat dan minat dalam konsep yang lebih luas.

2.1.11 Evaluasi pada Program Pengembangan Diri

(22)

1. Evaluasi pembelajaran pengembangan diri dilakukan untuk menilai efektifitas proses dan hasil yang terkait dengan perubahan perilaku peserta didik.

2. Hasil evaluasi tidak berbentuk nilai atau skor, tetapi bersifat penilaian kualitatif dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar resmi.

3. Pencantuman nilai pengembangan diri dalam laporan resmi berupa indikator keberhasilan pembelajaran pengembangan diri yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.2 Landasan Teori

Teori adalah sekumpulan konsep, defnisi, dan proposisi yang saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan secara spesifik hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang terkait dalam fenomena, dengan tujuan memberikan eksplanasi dan prediksi atas fenomena tersebut (Zamroni, 1992:2). Pendapat lain mengatakan bahwa teori adalah suatu kumpulan statemen yang mempunyai kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat atau ciri-ciri suatu klas, peristiwa atau sesuatu benda (Gibbs dalam Zamroni, 1992:2).

Teori dalam pandangan lain adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Sugiyono, 2009:79). Dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu konseptualisasi yang bersifat umum dan harus dapat diuji kebenarannya. Beberapa teori kebijakan yang mendasari penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan dari para ahli kebijakan, yaitu: teori Edwards III, Sabatier, dan Grindle.

II.2.1 Teori Implementasi EDWARDS III

Model implementasi kebijakan yang bersifat top down dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu: 1) komunikasi, 2) sumber daya, 3) disposisi, dan 4) struktur birokrasi (Edwards dalam Nawawi, 2009:136) Keempat variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain, variabel-variabel tersebut meliputi: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

(23)

Implementasi kebijakan publik agar dapat mencapai keberhasilan, mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan secara jelas. Oleh karena itu dalam implementasi kebijakan diperlukan tiga hal, yaitu: 1) penyaluran yang baik akan menghasilkan implementasi yang baik pada kejelasan, 2) adanya kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan, dan 3) adanya konsistensi yang diberikan dalam pelaksaanaan kebijakan.

2. Sumber daya

Implemetasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber daya, baik sumber daya manusia, material dan metode. Sasaran, tujuan dan isi kebijakan walaupun sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Implementasi kebijakan yang tidak disertai dengan sumber daya, hanya tinggal di atas kertas menjadi dokumen saja tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan permasalahan yang ada di masyarakat dan upaya memberikan pelayanan pada masyarakat.

3. Disposisi

Suatu disposisi dalam implementasi dan karakteristik, sikap yang dimiliki oleh implementor kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis. Implementor yang baik harus memiiliki disposisi yang baik agar dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan dan diterapkan oleh pembuat kebijakan. Implementasi kebijakan apabila memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasinya menjadi tidak efektif dan efisien.

4. Struktur Birokrasi

(24)

III.

Gambar 2

Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Model Edwards III (Nawawi, 2009:137)

II.2.2 Teori Implementasi SABATIER

Implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) karakteristik masalah, 2) karakteristik kebijakan/undang-undang, dan 3) variabel lingkungan (Sabatier dalam Nawawi, 2009:145). Teori implementasi Sabatier akan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan diri siswa dan solusi dalam mengatasi berbagai hambatan yang merupakan rumusan masalah ketiga dan keempat pada penelitian ini. Menurut Sabatier, hubungan masing-masing variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Komunikasi

Sumberdaya

Disposisi

Implementasi

(25)

1.

Keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu isi kebijakan dan lingkungan implementasi (Grindle dalam Nawawi, 2009:141). Variabel isi kebijakan yang disampaikan oleh Grindle mencakup beberapa hal yaitu: 1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan publik, 2) jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran, dan 3) sejauh mana perubahan yang diinginkan oleh kebijakan. Teori implementasi Grindle akan digunakan sebagai alat untuk menganalisis permasalahan mengenai substansi

Mudah tidaknya masalah dikendalikan Kesulitan teknis

Keragaman perilaku kelompok sasaran Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah populasi

(26)

kebijakan pengembangan diri siswa yang merupakan rumusan masalah pertama pada penelitian ini. Berikut disajikan model implementasi kebijakan menurut Grindle.

``

Gambar 4

Implementasi Sebagai Proses Politik dan Administrasi (Nawawi, 2009:142)

(27)

digunakan dengan kebijakan pengembangan diri siswa dapat digambarkan pada bagan berikut.

Gambar 5

Keterkaitan Dasar Teori pada Kebijakan Pengembangan Diri Siswa

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa diantara landasan teori yang digunakan sebagai alat analisis, ketiganya berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan pada masing-masing landasan teori adalah terletak pada cakupan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Dari ketiga landasan teori yang digunakan, masing-masing mempunyai pandangan tersendiri mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan.

Dapat dijelaskan bahwa teori implementasi Grindle menyatakan bahwa implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Sementara teori implementasi Edwards III menyatakan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Selanjutnya teori implementasi Sabatier menyatakan bahwa kinerja implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: 1)

Teori Edwards

III

Teori Sabatier Kebijakan

Pengembangan Diri Siswa

(28)

karakteristik masalah, 2) karakteristik kebijakan/undang-undang, dan 3) variabel lingkungan.

Perbedaan cakupan pada masing-masing teori yang digunakan tidak menyebabkan teori menjadi berdiri sendiri-sendiri. Berdasarkan perbedaan yang ada, dapat dilihat adanya keterkaitan pada masing-masing teori di atas. Keterkaitan yang dimaksud yaitu terletak pada substansi penting dalam implementasi kebijakan yaitu adanya sumber daya, baik sumber daya manusia, material maupun non material, serta metode. Sumber daya menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika ditunjang oleh sumber daya yang memadai.

III. DESAIN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara sistematis kegiatan pengembangan diri siswa ditinjau dari berbagai aspek agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai program pengembangan diri siswa. Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini adalah penelitian yang bersifat penelitian des-kriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha meng-gambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best dalam Su-kardi, 2004:157). Penelitian deskriptif merupakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, pe-rilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Djam`an Satori, 2010:219). Lebih lanjut dijelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada fil-safat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2009:15).

(29)

un-tuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau (Nana Syaodih, 2006: 54).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP di Malang. Pertimbangan yang diambil oleh peneliti adalah bahwa SMP di Malang telah melaksanakan kurikulum KTSP sehingga dianggap sudah cukup siap dan matang untuk melaksanakan program pengembangan diri. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah efisiensi, mengingat peneliti dalam hal ini bertugas dan berdomisili di wilayah Malang.

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian, juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen tertulis, prilaku subyek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini ( Jam’an, 2010 : 220).

1. Jenis Data Primer

Jenis data primer adalah jenis data yang diperoleh lagsung dari sumbernya. Jenis data primer berupa kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Penelitian tentang analisis kebijakan pengembangan diri menggunakan jenis data kata-kata dan tindakan atau perilaku. Adapun pencatatan pada jenis data ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan berpera serta yang merupakan gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.

4 Jenis Data Sekunder

Jenis data sekunder adalah jenis data yang bukan langsung berasal dari sum-bernya. Jenis data ini biasanya berasal dari pihak-pihak lain yang telah mengumpulkannya terlebih dahulu. Dalam hal ini jenis data sekunder dapat berupa dokumen, buku pelaporan atau arsip-arsip penting lain.

3.3.2 Sumber Data 1. Sumber Data Primer

(30)

data tersebut adalah para informan terpilih yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa kepala sekolah, guru, dan siswa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009, 193). Sumber data sekunder diper-oleh dari berbagai sumber yang telah ada, seperti buku laporan, jurnal dan doku-mentasi. Pada penelitian ini data sekunder didapatkan juga dari para informan lain yang meliputi data dari komite sekolah, masyarakat dan para praktisi/tokoh pen-didikan, alumni dan juga data yang berasal dari dokumen maupun foto-foto kegiatan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 148). Insturmen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Kekuatan peneliti sebagai instrumen pent-ing dalam penelitian meliputi empat hal, yaitu: 1) kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya, 2) kekuatan dari sisi per-sonality, 2) kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (human relation), dan 4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggali data yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri, maka instrumen penting lainnya selain peneliti adalah wawancara. Wawan-cara dilakukan kepada pembina masing-masing kegiatan dalam pengembangan diri dan penentu kebijakan sekolah, yaitu kepala sekolah, komite sekolah dan guru.

(31)

digu-nakan oleh peneliti untuk mengabadikan aktifitas guru pembina dan siswa dalam kegiatan pengembangan diri. Sedangkan pedoman wawancara akan digunakan oleh peneliti dalam menyusun instrumen wawancara.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Agar dapat memperoleh informasi yang jelas dan akurat sesuai dengan ru-musan masalah, maka teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengumpu-lan data dengan mengkombinasikan tiga teknik pengumpupengumpu-lan data, yaitu meliputi: pengamatan langsung, wawancara dan analisis dokumen. Pengamatan langsung dilakukan untuk mengetahui kegiatan pengembanagn diri dan sejauhmana pro-gram tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Wawancara sebagai teknik pengumpulan data utama dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai proses penyusunan program, pelaksanaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pengembangan diri. Studokumentasi diperlukan untuk memperoleh in-formasi tambahan yang berkaitan dengan visi dan misi sekolah terkait dengan pro-gram pengembangan diri.

3.5.1 Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan meli-batkan diri peneliti pada aktifitas orang yang diteliti dan mencatat secara sistema-tis tentang obyek yang sedang diteliti untuk mengumpulkan data tentang berbagai hal yang berupa kondisi di sekitar yang diamati, fakta sosial atau gabungan dari ketiganya (Mulyasa, 2004: 162). Obyek yang diamati pada penelitian ini adalah segala aktifitas siswa dan guru pembina pada program pengembangan diri. Pada kegiatan pengamatan langsung peneliti membawa catatan kecil dan alat perekam untuk mencatat hal-hal penting selama berlangsungnya pengamatan. Alat perekam digunakan untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa penting yang relevan dengan fokus penelitian.

3.5.2 Wawancara

(32)

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, siswa dan komite sekolah. Wawancara terhadap kepala sekolah dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai 1) program-program yang akan dilaksanakan, 2) tujuan yang diharapkan, 3) unsur-unsur yang terlibat, 4) ketersediaan sarana pen-dukung, 5) faktor-faktor penpen-dukung, baik internal maupun eksternal, 6) efektifi-tas. Adapun wawancara yang dilakukan terhadap guru adalah untuk memperoleh informasi mengenai 1) keterlaksanaan program, 2) ketersediaan guru pembina, 3) jadwal kegiatan, 4) efektifitas, efisiensi dan fleksibilitas kegiatan, 5) pencapaian hasil yang diharapkan. Wawancara yang dilakukan terhadap siswa adalah untuk memperoleh informasi tentang 1)seberapa besar tingkat partisipasi siswa 2) tang-gapan siswa, 3) program apa saja yang paling diminati, 4) harapan siswa terhadap program yang sudah berjalan. Wawancara terhadap komite sekolah untuk menda-patkan informasi mengenai 1) peran serta komite sekolah, 2) bentuk dukungan yang dapat diberikan, 3) saran-saran yang dapat diberikan. Dari berbagai kegiatan wawancara yang dilakukan diharapkan akan peneliti akan memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya. Agar mendapatkan informasi yang banyak dan akurat, maka peneliti harus melakukan sosialisasi dan adaptasi terlebih dahulu guna men-jalik keakraban dengan para informan. Wawancara dalam hal ini dapat dilakukan secara terbuka dan berjalan secara spontan.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dic-etak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (Djam’an, 2010: 147). Analisis dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data pendukung tentang visi, misi, dan kegiatan pada program pengembangan diri yang diperoleh melalui dokumen KTSP, foto-foto kegiatan dan jadwal kegiatan pengembanagn diri, daftar hadir siswa maupun daftar hadir guru pembina. Dari data yang didapatkan melalui studi dokumen aka diperoleh juga mengenai model evaluasi pengembangan diri dan juga pelaporannya.

3.6 Teknik Analisis Data

(33)

2005: 265). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang didukung oleh teori George C. Edwards, Van Horn dan Grindle. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau masa lampau (Nana Syaodih, 2006: 54).

Secara umum dalam penelitian kulaitatif ada empat langkah yang perlu di-lakukan dalam proses analisis data, yaitu: data colecting, data reduction, data dis-play, and conclution drawing/verification. Berikut ini adalah gambar analisa daa menurut Miles dan Huberman.

Gambar 6

Model Analisa Data Interakitf Miles dan Huberman

Penelitian ini menggunakan Teknik Analisis Deskriptif kualitatif yang didukung oleh teori tentang teknik analisis data. Demi menjamin kepercayaan data pada penelitian, maka perlu dilaksanakan teknik analisis data. Uji keabsahan data dalam penelitian kulaitatif meliputi uji kredibilitas (validitas internal), uji trasferabilitas (validitas eksternal), dan uji konfirmabilitas (objektifitas).

Data pada penelitian ini berbentuk kalimat deskriptif, oleh karena itu data akan dianalisis dengan menggunakan analisis data yang mencakup:

1. Pengumpulan data, pengumpulan data dilakukan dengan mencari data sesuai dengan fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan

Pengumpulan data Display data

Reduksi data Penarikan

(34)

langsung, wawancara dan studi dokumentasi. Setelah melakukan pengumpu-lan data, maka pengumpu-langkah sepengumpu-lanjutnya adalah melakukan reduksi data.

2. Reduksi atau penyederhanaan data, reduksi data dilakukan dengan memilah-milah dan menyeleksi semua data yang masuk baik berupa data hasil wawancara, catatan lapangan maupun rekaman. Semua data yang masuk harus dipilah dan disesuaikan dengan relevansi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Penyajian data, penyajian data dilakukan dengan megorganisasikan semua informasi/data yang masuk dan disajikan dalam bentuk matrik yang mengarah pada kesimpulan.

4. Kesimpulan, kesimpulan yang baik membuat peneliti berusaha memeriksa semua data yang masuk dan menarik makna dari berbagai data dengan menghubungkan, mencari persamaan/perbedaan, mencari pola dan kemudian menarik kesimpulan. Hasil analisis data kemudian secara keseluruhan dikaji ulang, apabila ada ketidaklengkapan pada data maka akan dilakukan pengecekan ulang.

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data meliputi: 1) menetapkan lambang-lambang tertentu, 2) klasifikasi data berdasarkan lambang-lambang/simbol, dan 3) melakukan prediksi atas data (Djam’an, 2010: 98).

3.7 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan hasil penelitian dapat dilakukan dengan melakukan cek dan ricek serta kroscek pada prosedur penelitian yang telah ditempuh serta telaah terhadap substansi penelitian. Keabsahan hasil penelitian dilakukan melalui : 1. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan 2. Pengamatan secara terus menerus

3. Triangulasi, baik metode, dan sumber untuk mencari kebenaran data dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, hal ini di-lakukan untuk mempertajam pandangan terhadap hubungan sejumlah data 4. Keterlibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik

dalam proses penelitian

(35)

6. Melakukan pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam mem-berikan data yang dibutuhkan.

IV. LUARAN PENELITIAN

Menghasilkan penelitian yang lebih rinci mengenai pelaksanaan program pengembangan diri siswa yang tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan siswa Sekolah Menengah Pertama, sehingga dapat diketahuai hal-hal: 1. Proses Pelaksanaan dalam kurikulum sekolah

2. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan program pengembangan diri 3. Mencari solusi dan alternatif dalam mengatasi kendala tersebut

V . RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Gaji dan Upah Rp.

8.000.000,-2. Bahan dan Peralatan Penelitian Rp.

10.000.000,-3. Perjalanan Rp.

4.400.000,-4. Laporan Penelitian Rp.

2.600.000,-5. Biaya Lain-lain Rp.

6.000.000,-6. Seminar Rp.

9.000.000,-Jumlah Rp. 40.000.000,-

(36)

Ali, Mohammad. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rine-ka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Untuk program Paket A, Pro-gram Paket B, dan ProPro-gram paket C. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasi-onal.

Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan Publik. (Edisi kedua). Terjemahan oleh Samudra Wibawa dkk. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Ros-dakarya.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjanto, Imam. 2009. Kebijakan Publik. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Marno. 2007. “Paradigma Pengelolaan Sekolah Efektif “. Jurnal Kependidikan dan Keagamaan. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Masruroh. 2008. Analisis Kebijakan Pengembangan Diri Dalam Rangka Me-ngembangkan Bakat dan Minat Siswa Pada Madrasah Ibtidaiyah di Keca-matan purwosari, Tesis S-2 Program Studi Magister Kebijakan dan pengem-bangan Pendidikan tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah ma-lang.

Masykuri. 2009. Kebijakan Pendidikan Islam. Surabaya: Visipress Media.

Moleong, Lexy. J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-karya.

Mulyasa, Enco. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, Enco. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(37)

Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Parsons, Wayne. 2008. Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendi-dikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendi-dikan. Bandung: Alfabeta.

Saksono. 2009. Pengertian-Efektifitas, diakses tanggal 8 Desember 2011 dari dansite.wodpress.com.

Satori, Djam’an. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Saukah, Ali dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Edisi IV). Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Semiawan, Conny. R. 2005. Kebijakan Pendidikan Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudrajad, Akhmad. 2008. Pengembangan Diri dalam KTSP, diakses tanggal 2 Mei 2011 dari http://akhmadsudrajad wodpress. Com.

Soetjipto dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2009. Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujono dkk. 2010. Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah dan Disertasi. Malang. Uni-versitas Muhammadiyah Malang.

Sukmadinata, Nana. S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana. S. 2006. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Ros-dakarya.

(38)

Suyanto dan Djihad, Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita.

Suyoko. 2010. Analisis Program pengembangan Diri Dalam rangka Peningkatan Bakat dan Minat Siswa Pada Pendidikan Dasar, Tesis S-2 Program Studi Magister Kebijakan dan pengembangan Pendidikan tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Syam, M. Noor dkk. 2003. Pengantar dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasio-nal.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidik-an Nasional. 2004. Jakarta: Departemen PendidikPendidik-an Nasional.

Wahab, Solichin. A. 2001. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Waca-na.

LAMPIRAN A. Total Biaya

(39)

8.000.000,-2. Bahan dan Peralatan Penelitian Rp.

10.000.000,-3. Perjalanan Rp.

4.400.000,-4. Laporan Penelitian Rp.

2.600.000,-5. Biaya Lain-lain Rp.

6.000.000,-2. Bahan dan Peralatan Penelitian a. Tinta catridge Canon Pixma IP 1700

(6 buah x Rp.455.000,-) Rp. 2.730.000,-.b Transportasi Antar Kota

(40)

2.000.000,-5. Biaya Lain-lain

a. Sewa Kamera video Shooting dan perangkatnya, serta

peralatan editing 1 set Rp.

6.000.000,-II. Rencana Jadual Penelitian

No. Kegiatan Bulan

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. a. Persiapan dan Penentuan sekolah sebagai tempat

3. Pelaksanaan Wawancara √ √

4. Pengumpulan Data √ √

5. Analisis Data √ √

6. Penulisan untuk Publikasi √ √

7. Pelaporan √ √

III. Dukungan pada Pelaksanaan Penelitian

1) Dukungan aktif yang sedang berjalan : tidak ada

2) Dukungan yang sedang dalam tahap pertimbangan: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang

CURICULUM VITAE

(41)

Nama : Drs. Dwi Purnomo, M.Pd.

NIP : 196412041990031003

Tempat dan Tanggal Lahir : Nampirejo, 4 Desember 1964 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Golongan / Pangkat : IV/c

Jabatan Fungsional Akademik : Lektor Kepala (803) Perguruan Tinggi : IKIP Budi Utomo Malang

Alamat : Jalan Simpang Arjuno 14.B Malang Telp./Faks. : (0341) 323214 / (0341) 355070

Alamat Rumah : RT 62 RW 13 No.39 Kebon Agung-Malang

Telp./Faks. : (0341) 802929

Alamat e-mail : p2mikipbu@co.id

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar, Lulus tahun 1976 di Lampung

2. Sekolah Menengah Pertama, Lulus tahun 1979 di Lampung 3. Sekolah Menengah Atas, Lulus tahun 1983 di Lampung

4. Sarjana Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Lulus tahun 1989

5. Pascasarjana Strata Dua (S-2) Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Malang, Lulus tahun 1999

Riwayat Pekerjaan

Tahun Pekerjaan

1990 - sekarang Sebagai tenaga edukatif Kopertis VII Jawa Timur dipekerjakan pada IKIP Budi Utomo Malang

1993-1996 Ketua Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Budi Utomo Malang

1996-2009 Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan IKIP Budi Utomo Malang

2009- sekarang Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Budi Utomo Malang

Hasil Penelitian

1. Kecemasan pada Matematika dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Mate-matika Siswa Kelas I SMU PGRI 06 Kota Malang

2. Pengaruh Frekuensi Pemberian Latihan Tes Uraian terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa

(42)

4. Analisis Selesaian Persamaan Diferensial Tingkat Tinggi dengan Persamaan Karakteristik dan Transformasi Laplace

5. Solusi PD Linear Order Dua pada Masalah Nilai Batas dengan Menggu-gunakan Fungsi Green

6. Menentukan Lintasan Terpendek dengan Menggunakan Metode Program Dinamik dan Algoritma Lintasan Terpendek

7. Pendekatan Atraktif dalam Pembelajaran pada Operasi Bilangan Cacah Siswa Sekolah Dasar

Makalah yang di Publikasikan

1. Pembentukan Konsep Matematika Berdasarkan Kemampuan Penalaran Deduktif dan Induktif

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Nomor 18 Juli De-sember 2003

2. Komik Matematika sebagai Media Pembelajaran Matematika.

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Nomor 19 Bulan Januari-Juni 2004

3. Cooperative Learning

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Nomor 20 Bulan Juli –Desember 2004

4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 No. 21 Januari-Juni 2005

5. Pembentukan Konsep melalui Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Tahun XIII No. 25 Januari-Juni 2008

6. Pembelajaran Kontekstual Berpandu Konstruktivis dan Pelaksanaanya di Kelas

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Tahun XIII No. 26 Juli -De-sember 2008

7. Pembelajaran Remidi dengan Menggunakan Tutor Sebaya

Diterbitkan dalam Jurnal PARADIGMA ISSN 0852-3185 Tahun XIV No. 27 Januari-Juni 2009

8. Memahamkan Konsep Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivis sebagai Alternatif Pemecahan

Diterbitkan dalam Jurnal PENDIDIKAN MATEMATIKA, Universitas Muhammadiyah Malang , Volume 1 Nomor 1 Januari 2010

Bahan Ajar yang Telah Ditulis

1. Teori dan Strategi dalam Pembelajaran, tahun 2000 2. Struktur Aljabar, tahun 2003

(43)

4. Persamaan Diferensial, tahun 2008

5. Kalkulus Diferensial, tahun 2010

6. Kalkulus Integral, tahun 2010 7. Statistika Dasar, tahun 2011 8. Kalkulus Lanjutan, tahun 2012

9. Keterampilan Guru dalam Berprofesi, tahun 2012

Malang, 20 Maret 2012 Dosen yang bersangkutan

Drs. Dwi Purnomo, M.Pd.

(44)

1. Nama Dra. Hj. Susilo Bekti, M.Pd. 2. Nomor Induk Pegawai/NIY Y.48 07 86 01

3. Program Studi Pendidikan Matematika

4. Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA

5. Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan (FPIEK) IKIP Budi Utomo Malang

6. Tempat Lahir Trenggalek

7. Tanggal Lahir 24 Mei 1961

8. Alamat Rumah Jalan Danau Maninjau III Blok G2F3 Malang 9. Telepon Rumah / HP (0341) 711846 / 08123319123

10. Alamat E-mail Bekti_susilo@yahoo.co.id

11. Jenis Kelamin Perempuan

12. Jabatan Akademik Lektor Kepala

13. Pangkat/ Gol IV a

14. Mata Kuliah yang Diampu 1. Struktur Aljabar

2. Evaluasi Pembelajaran Bidang Studi 3. Telaah Matematika Sekolah

15. S-1 Pendidikan Matematika

IKIP Surabaya, Lulus tahun 1985

16. S-2 Pendidikan Matematika

IKIP Surabaya, Lulus tahun 2000

17. Pekerjaan 1. 1986 – sekarang, Dosen Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Budi Utomo Malang 2. 2003 – 2011 Kepala Perpustakaan IKIP Budi

Utomo Malang

3. 2011 – sekarang Kepala Unit Penjaminan Mutu Internal IKIP Budi Utomo Malang 18. Karya Ilmiah 1) Peningkatan Tahap Berpikir Siswa dari tahap

visualisasi ke tahap analitik (Makalah Ilmiah) 2) Pemanfaatan Permainan Anak yang Telah

Dikenal Di Masyarakat untuk Penanaman Konsep Matematika (Makalah Ilmiah)

3) Sintaks Model Pembelajaran Pencapaian Konsep pada Mata Kuliah Struktur Aljabar (Makalah Ilmiah)

4) Peningkatan Pemahaman Aljabar Linear den-gan Langkah-langkah Model Pembelajaran Pencapaian Konsep pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (Makalah Ilmiah). 5) Strategi untuk Mengaktifkan Mahasiswa

(45)

Malang, 10 April 2011 Dosen yang bersangkutan

Gambar

Gambar 1Analisis Kebijakan yang Beroreientasi pada Masalah
Tabel 1 STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS
Gambar 2Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Model Edwards III
Gambar 3Variabel-variabel yang Mempengaruhi Proses Implementasi
+4

Referensi

Dokumen terkait