• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8

YOGYAKARTA Siska Monika Handayani Universitas Sanata Dharma

2016

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan terhadap berbagai jenis pengolahan makanan yang ada di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Variasi makanan yang mudah diperolah, sesuai selera dan daya beli salah satunya adalah makanan cepat saji. Mudahnya memperoleh makanan cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan. Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagimana pengaruh variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan korelasi Product Moment Pearson. Penelitian ini menggunakan data indeks massa tubuh (IMT) dan formulir FFQ (food frequency questionaire) siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil deskriptif kuantitatif, diketahui variasi konsumsi pangan sangat tinggi, selain itu diketahui status gizi siswa sebagai berikut 58% siswa berstatus gizi normal, 10% kurus berat, 12% kurus ringan dan gemuk berat, 8% gemuk ringan. Hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 artinya distribusi data normal. Berdasarkan hasil uji Korelasi Product Moment Pearson diketahui signifikansi 0,000 < 0,05 artinya variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat.

(2)

THE INFLUENCE OF FOOD CONSUMPTION VARIATION TOWARD NUTRITIONAL STATUS OF XI GRADES STUDENTS AT SMA

PANGUDI LUHUR AND SMAN 8 YOGYAKARTA

Siska Monika Handayani Sanata Dharma University

2016

ABSTRACT

Information technology developments and economic growth brought changes to various types of food processing in Indonesia, including Yogyakarta. The variety of foods thatto get for example is fast food. The easiness of obtaining fast food affecinting the eating pattern, especially for teenagers. Adolescence has a sensitive nutrition for body growth and its development is very fast so that the body requires energy and needs more nutrient. The purpose of this research was to know the influence of foods variety and frequency of food consumption on the nutrition status of XI grades students at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta

This research is was descriptive quantitative research using analysis descriptive statistics and correlations product moment pearson method. This study used body mass index (BMI) data and FFQ form (food frequency questionaire). The samples of this research were students of XI class at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta.

Based on the results of quantitative descriptive, it could be seen that food consumption variation was very high. Besides, there were 58% students who had normal nutrition, 10% students were thin weight, 12% students were fat by weight, and 8% students light fat. The result of the first sample used Kolmogrov-Smirnov showed that the probility value of nutritional status and food consumption variation was > 0,05. This meant that the data distribution was normal. Based on the test results of Pearson Product Moment Correlation, it showed that significance test was 0.000 <0.05. This meant that food consumption variation among students of Class XI at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta were affected toward the nutritional status of the correlation which had coefficient r equal to 0.823 which meant that the relationship between the two variables were very strong.

(3)

PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh:

Siska Monika Handayani NIM : 121434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh:

Siska Monika Handayani NIM : 121434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

JANGAN TAKUT SEBAB AKU MEYERTAI ENGKAU

JANGAN BIMBANG SEBAB AKU INI ALLAH MU

BAHKAN AKAN MENOLONG ENGKAU

( Yes.41:10)

Ku persembahkan untuk :

Keluargku tercinta ,

Ungkapan rasa hormat dan baktiku

(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur praktikan haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi, banyak ditemukan masalah dan kendala. Akan tetapi, semua itu dapat penulis atasi dengan bantuan, dukungan atau motivasi, kerjasama, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menuntun, mengarahkan dan melindungi penulis selama proses pengerjaan skripsi

2. Ibu YM. Lauda Feroniasanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan tulus, memberi arahan dan solusi serta waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis hingga terselesainya penulisan skripsi ini. 3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech, Ibu YM. Lauda Feroniasanti, M.Si

dan Ibu Puspita Ratna Susilawati, M.Sc., yang memberikan kesempatan kepada saya untuk bergabung dalam penelitian payung di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

4. SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta yang memberikan izin pengambilan data penelitian.

(11)

6. Bapak, Mamak, Abang Men, Abet, Deko dan Deki yang memberi semangat, dukungan, doa serta memotivasi penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan Dikta dan Suster Lediana Sinaga serta seluruh keluarga P. Bio 2012 yang telah berdinamika bersama selama proses penyelesaian skripsi

8. Toni yang selalu membantu, menyediakan waktu dan tenaga, memberi semangat serta doa dan bersedia menemani penulis mencari tempat yang nyaman untuk menyelesaikan penulisan skripsi

9. Kak Devi dan mbak Dwi yang meluangkan waktu untuk membantu dalam pencarian buku referensi

10.Sahabatku Aileen, Wiwin, Rety dan Sela yang memberi dukungan, mendoakan, memberi semangat, masukan, dan menghibur selama penyelesaian skripsi

11.Janteng Stepanus yang mengajari penulis mengoperasikan program SPSS 12.Yanse dan Krispinta yang telah penulis dalam membantu menterjemahkan

abstrak

13.Serta semua pihak yang tidak dapat praktikan sebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Semoga Tuhan memberkati segala usaha dan kerja keras kita semua.

(12)
(13)

PENGARUH VARIASI KONSUMSI PANGAN TERHADAP STATUS GIZI PELAJAR KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR DAN SMAN 8

YOGYAKARTA Siska Monika Handayani Universitas Sanata Dharma

2016

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan terhadap berbagai jenis pengolahan makanan yang ada di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Variasi makanan yang mudah diperolah, sesuai selera dan daya beli salah satunya adalah makanan cepat saji. Mudahnya memperoleh makanan cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan. Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagimana pengaruh variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta variasi konsumsi pangan terhadap status gizi pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan korelasi Product Moment Pearson. Penelitian ini menggunakan data indeks massa tubuh (IMT) dan formulir FFQ (food frequency questionaire) siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil deskriptif kuantitatif, diketahui variasi konsumsi pangan sangat tinggi, selain itu diketahui status gizi siswa sebagai berikut 58% siswa berstatus gizi normal, 10% kurus berat, 12% kurus ringan dan gemuk berat, 8% gemuk ringan. Hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 artinya distribusi data normal. Berdasarkan hasil uji Korelasi Product Moment Pearson diketahui signifikansi 0,000 < 0,05 artinya variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat.

(14)

THE INFLUENCE OF FOOD CONSUMPTION VARIATION TOWARD NUTRITIONAL STATUS OF XI GRADES STUDENTS AT SMA

PANGUDI LUHUR AND SMAN 8 YOGYAKARTA

Siska Monika Handayani Sanata Dharma University

2016

ABSTRACT

Information technology developments and economic growth brought changes to various types of food processing in Indonesia, including Yogyakarta. The variety of foods thatto get for example is fast food. The easiness of obtaining fast food affecinting the eating pattern, especially for teenagers. Adolescence has a sensitive nutrition for body growth and its development is very fast so that the body requires energy and needs more nutrient. The purpose of this research was to know the influence of foods variety and frequency of food consumption on the nutrition status of XI grades students at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta

This research is was descriptive quantitative research using analysis descriptive statistics and correlations product moment pearson method. This study used body mass index (BMI) data and FFQ form (food frequency questionaire). The samples of this research were students of XI class at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta.

Based on the results of quantitative descriptive, it could be seen that food consumption variation was very high. Besides, there were 58% students who had normal nutrition, 10% students were thin weight, 12% students were fat by weight, and 8% students light fat. The result of the first sample used Kolmogrov-Smirnov showed that the probility value of nutritional status and food consumption variation was > 0,05. This meant that the data distribution was normal. Based on the test results of Pearson Product Moment Correlation, it showed that significance test was 0.000 <0.05. This meant that food consumption variation among students of Class XI at SMA Pangudi Luhur and SMAN 8 Yogyakarta were affected toward the nutritional status of the correlation which had coefficient r equal to 0.823 which meant that the relationship between the two variables were very strong.

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan teori ... 6

(16)

a. Pangan segar ... 6

b. Pangan olahan ... 7

c. Pangan olahan tertentu ... 7

2. Variasi konsumsi pangan ... 7

a. Ragam bahan pangan ... 7

b. Frekuensi penggunaan bahan pangan ... 9

3. Remaja ... 10

5. Hubungan variasi pangan dengan status gizi remaja ... 14

a. Lingkungan keluarga ... 14

b. Metabolisme basal ... 15

c. Status tinggal ... 15

B. Penelitian yang relevan ... 16

C. Kerangka berpikir ... 17

D. Hipotesa ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

A. Jenis penelitian ... 20

B. Batasan penelitian ... 20

C. Variabel penelitian ... 21

D. Alat dan bahan ... 21

E. Cara kerja ... 22

(17)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Pola konsumsi pangan di kalangan pelajar ... 28

1. Variasi dan frekuensi pangan di kalangan pelajar ... 28

2. Variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan ... 34

B. Status gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta ... 41

C. Pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi ... 44

D. Keterbatasan penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

C. Aplikasi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Pembelajaran Biologi ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk indonesia ... 13

Tabel 3.1 Kategori frekuensi penggunaan bahan pangan ... 25

Tabel 3.2 Pedoman menentukan tingkat keeratan korelasi ... 27

Tabel 4.1 Variasi dan frekuensi pangan SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta... 29

Tabel 4.2 Kategori A dengan skor interval 331-360 ... 30

Tabel 4.3 Kategori B dengan skor interval 241-330 ... 31

Tabel 4.4 Kategori C dengan skor interval 181-240 ... 32

Tabel 4.5 Kategori D dengan skor interval 121-180 ... 33

Tabel 4.6 Kategori E dengan skor interval 31-120 ... 34

Tabel 4.7 Kategori F dengan skor interval 0 – 30 ... 34

Tabel 4.8 IMT siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta... 42

Tabel 4.9 Uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov ... 45

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng gizi seimbang ... 8

Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir... 18

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 56

Lampiran 2. Rancangan pelaksanaan pembelajaran ... 60

Lampiran 3. LKS ... 73

Lampiran 4. Instrumen dan pedoman penilaian ... 75

Lampiran 5. Tabel identitas responden ... 84

Lampiran 6. Formulir FFQ ... 85

Lampiran 7. Data hasil IMT ... 89

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman pangan yang sebagian besar menjadi sumber pangan untuk diolah ke dalam berbagai jenis makanan. Menurut Badan Ketahanan Pangan (BKP), jenis pangan atau kelompok pangan terdiri dari sembilan bahan makanan dan diklasifikasikan sebagai berikut : padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, minuman, bumbu (BKP dalam Rosida, 2011).

Perkembangan teknologi informasi dan pertumbuhan ekonomi membawa perubahan yang signifikan terhadap berbagai variasi pengolahan makanan yang ada di indonesia. Tidak hanya diolah secara tradisonal tetapi juga makanan yang diolah secara mekanis maupun kimiawi, baik dalam skala kecil maupun dalam skala industri dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Oleh karena itu, variasi pangan yang dapat meningkatkan minat beli konsumen adalah makanan atau minuman yang disajikan secara menarik, cepat saji, harga terjangkau serta tetap bernilai gizi tinggi sehingga menjadi tantangan bagi industri pengolahan pangan, baik usaha skala kecil maupun dalam skala besar.

(22)

cepat saji mempengaruhi pola makan khususnya remaja yang kerap kali melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan makan, sehingga penyusunan menu seimbang dan sesuai dengan aktivitas sehari-hari perlu diperhatikan untuk mencukupi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Menurut Adriani (2012) faktor yang memicu terjadinya perilaku menyimpang dalam pemenuhan kebutuhan gizi seimbang pada remaja yaitu kebiasaan makan yang buruk seperti jam makan yang tidak teratur, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, kesukaan terhadap makanan yang lebih menarik dan cepat saji dibandingkan dengan makanan yang disajikan di rumah serta seringnya remaja meninggalkan sarapan sehingga asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh berkurang. Asupan makanan yang kurang dapat menimbulkan dampak buruk terutama bagai anak usia sekolah karena dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, menyebabkan penurunan kemampuan belajar, konsentrasi yang rendah dan prestasi belajar yang kurang baik (California Departement of Public Health dalam Pitrasti, 2015).

(23)

Masa remaja termasuk golongan rawan gizi karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat serta mulai aktif untuk beraktivitas sehingga tubuh memerlukan energi dan asupan zat gizi lebih banyak (Arisman, 2008). Asupan nutrisi makanan yang diterima oleh tubuh berhubungan dengan perilaku makan, sehingga jika perilaku konsumsi pangan tidak sehat dan seimbang maka akan mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).

Salah satu usaha pemerintah untuk mencegah masalah gizi dan memperbaiki pola makan masyarakat adalah dengan memperkenalkan Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950 oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo. Pedoman tersebut merupakan slogan untuk memenuhi menu seimbang, tetapi kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pendoman Gizi Seimbang (PGS) yang bertujuan menyediakan pedoman makan dan perilaku sehat bagi masyarakat yang diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya.

(24)

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Variasi Konsumsi Pangan terhadap Status Gizi Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8

Yogyakarta”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana variasi konsumsi pangan Pelajar Kelas XI SMA 2. Bagaimana frekuensi konsumsi pangan Pelajar Kelas XI SMA

3. Bagaimana pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Variasi konsumsi pangan pelajar kelas XI 2. Frekuensi konsumsi pangan pelajar kelas XI

(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a) Mengetahui sejauh mana variasi konsumsi pangan yang berbeda akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi terutama pada masa pertumbuhan

b) Mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kebutuhan gizi remaja untuk masa pertumbuhan dan perkembangan.

2. Bagi Dunia Pendidikan

a) Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai pola pangan yang baik melalui pengawasan makanan yang ada di kantin-kantin sekolah. b) Menambah pengetahuan remaja mengenai pentingnya pola konsumsi

yang baik dan benar terhadap asupan makanan yang dikonsumsi guna menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam masa pertumbuhan dan perkembangan

3. Bagi masyarakat

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian pangan

Menurut peraturan pemerintah RI nomor 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap inividu untuk dapat menjalankan kehidupan, proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh melalui penyerapan nutrisi dan metabolisme tubuh.

Berdasarkan cara memperolehnya, pangan dibedakan menjadi tiga (Saparinto, dkk, 2006) yaitu :

a. Pangan segar

(27)

b. Pangan olahan

Pangan olahan adalah makanan atau minuman yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan guna mendapatkan makanan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masing-masing individu. Contohnya minuman bersoda, minuman beralkohol, jus bua, gudeg, nasi pecel, gado-gado, Fried chicken, Pizza dan lain-lain.

c. Pangan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan yang diperuntukan bagi orang-orang tertentu yang memiliki kebutuhan akan pangan tersebut guna memilihara atau menjaga kesehatan tubuh. Misalnya ekstrak kulit manggis untuk mengobatai berbagai macam penyakit.

2. Variasi konsumsi pangan

Variasi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah makanan serta ragam bahan pangan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Makanan yang bervariasi tentunya akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan untuk mencukupi terpenuhnya kebutuhan gizi dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, makanan yang sehat dan bervariasi harus sesuai dengan pedoman pola gizi seimbang (PGS).

a. Ragam bahan pangan

(28)

tumpeng, sumber lemak diletakkan pada puncak TGS karena penggunaanya dianjurkan seperlunya, sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdasarkan level yang sama dibawah puncak tumpeng konsumsi kedua pprotein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama. Dalam TGS sayur dan buah-buahan dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin tiap hari, dalam TGS setiap hari minum air putih paling sedikit 2 liter atau 8 gelas. (Dedeh, dkk, 2010).

TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia dan sesuai dengan keadaan kesehatan. Gizi seimbang bisa dilihat pada gambar tumpeng dibawah ini :

(29)

Keberagaman bahan pangan yang disusun dalam tumpeng gizi seimbang (TGS) merupakan usaha pemerintah untuk menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.

b. Frekuensi penggunaan bahan pangan

Frekuensi penggunaan bahan pangan yaitu penilaian konsumsi pangan yang dilakukan selama periode tertentu mialnya harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Kuisoner atau formulir pengembangan frekuensi penggunaan bahan pangan disesuaikan dengan prinsip pengembangan FFQ (food frequency questionare) yaitu kandungan gizi dan frekuensi konsumsi. FFQ yang digunakan dalam penelitian ini adalah FFQ murni, artinya tidak ada kuntitas (porsi) makanan secara spesifik yang digunakan.

Pertimbangan kandungan gizi yang dimaksud adalah zat gizi yang memiliki korelasi kuat dengan penyebab masalah gizi, sedangkan pertimbangan frekuensi konsumsi yang dimaksud adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa hanya makanan dengan frekuensi konsumsi relatif tinggi yang dimasukan ke dalam formulir frekuensi penggunaaan bahan pangan. (Sirajuddin,dkk. 2015). Frekuensi konsumsi bahan pangan menggunakan 6 tingkatan yaitu :

(30)

2) 1 x sehari (4-6 x seminggu), bahan makanan dikonsumsi hanya sekali sehari atau 4-6 kali dalam seminggu

3) 3-6 kali / minggu 4) 2-3 kali / seminggu 5) Kurang dari 1 x perbulan 6) Tidak pernah

3. Remaja a. Definisi Remaja

Menurut WHO (world Health Organization) remaja merupakan suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Setiap individu mengalami masa dimana semua proses biologis, psikologis dan sosiologis didalam dirinya mengalami perkembangan hingga mencapai kedewasaan.

b. Batasan usia remaja

(31)

c. Perilaku makan remaja

Perilaku makan adalah cara seseorang dalam menerima dan memikirkan kebutuhan makannya yang dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Menurut Fradjia (2008) berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan.

Menurut Arnelia (2005), perilaku makan remaja yang sangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu

1) Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan

2) Kegemaran makan snacks serta Snacks (makanan kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah.

3) Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan yang dibawa dari rumah sebagai bagian dari life style (gaya hidup) Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein

4) Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink)

4. Kebutuhan Gizi a. Pengertian gizi

(32)

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi ( Supariasa, dkk, 2002 ).

b. Gizi seimbang

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Menurut Kemenkes (Kementerian Kesehatan) gizi seimbang harus menerapkan 4 pilar gizi seimbang yaitu :

1) Mengkonsumsi makanan beragam 2) Membiasakan perilaku hidup bersih 3) Melakukan aktivitas fisik

4) Mempertahankan dan memantau berat badan (BB) normal c. Status gizi

(33)

1) Indeks antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos yang berarti manusia (human being). Sehingga antropometri dapat diartikan sebagai pengukuran pada tubuh manusia (Soekirman, 2000). Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Salah satu contoh antropometri yaitu IMT (indeks massa tubuh) atau biasa disebut body mass index (Supariasa, 2002).

2) IMT

IMT merupakan alat sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi seseorang. Parameter yang digunakan adalah berat badan (BB) dan tinggi badan. Untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) seseorang, maka ada kategori ambang batas yang digunakan. Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Gibson, 2005).

IMT =

Tabel 2.1. Kategori ambang batas IMT untuk indonesia

Kategori IMT

(kg/m2) Kurus Berat Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus

Ringan

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,1 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Ringan

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

(34)

5. Hubungan Variasi Pangan Dengan Status Gizi Remaja

Status gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Ketiga faktor ini mempengaruhi tingkat kebutuhan nutrisi yang selanjutnya mempengaruhi status gizi (Ambarwati, 2012). Status gizi sesorang juga sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan zat dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu misalnya sehari , seminggu ataupun sebulan.

Usia remaja yang tergolong kedalam usia aktif dan produktif membutuhkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh karena remaja mempunyai karakteristik mulai mencoba atau mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma yang ada pada dirinya. Semakin aktif seseorang maka aktivitas juga akan semakin meningkat sehingga kebutuhan asupan nutrisi juga semakin banyak. Hal ini mendorong kesadaran di dalam diri seseorang untuk mencukupi terpenuhinya kebutuhan makan dengan mengkonsumsi makanan yang beragam atau yang bervariasi. Masa remaja sangat rawan terhadap masalah gizi karena banyak hal yang mempengaruhi kebiasaan remaja dalam memenuhi kebutuhan asupan tubuh seperti :

a. Lingkungan keluarga

(35)

ekonomi orang tua juga menentukan kulitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor genetik juga berpengaruh besar dalam status gizi seseorang.

Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%), jika salah satu orangtuanya mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40%, sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil (kurang dari 10%) ( Hergarty dalam Zuhdy, 2015)

b. Metabolisme basal

Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya tinggi (Purwati, 2005).

c. Status tinggal

(36)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Zuhdy (2015) “Hubungan pola aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara”, hasil penelitian menunjukan menunjukkan terjadi

beban ganda dalam permasalahan gizi (kekurangan dan kelebihan gizi) pelajar putri SMA kelas 1. Selain KEK (18,67%), terdapat 8% pelajar putri SMA yang mengalami obesitas sentral. Masalah gizi pada pelajar putri SMA cenderung kearah gizi lebih. Gizi lebih ini disebabkan pola makan camilan dan fast food yang berlebihan yang menyebabkan tingkat kecukupan lemak lebih. Variabel pengontrolan berat badan berhubungan secara bermakna pada semua indikator (p<0,05). Sedangkan pola aktivitas fisik tidak bermakna secara statistik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurjanah (2012) "Keadaan pengetahuan gizi dan pola konsumsi siswa program keahlian kompetensi jasa boga“, hasil penelitian menunjukan menunjukkan bahwa : 1) Pengetahuan gizi

(37)

tentang makanan yang bergizi lengkap dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Dengan demikian, semakin baik pengetahuan gizi, maka semakin baik pula perilaku konsumsi makan sehari-hari.

C. Kerangka Berpikir

SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta merupakan SMA yang berada di kota Yogyakarta dengan latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu pendidikan yang berada dibawah yayasan swasta dan negeri. Jumlah jam pelajaran, aktivitas, pergaulan serta status sosial dan ekonomi siswa yang berbeda tentunya juga akan mempengaruhi pola konsumsi dan status gizi siswa. Pelajar kelas XI tergolong dalam usia remaja yang sudah mulai aktif dan produktif sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh karena remaja mempunyai karakteristik mulai mencoba atau mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma yang ada pada dirinya.

Variasi konsumsi makanan merupakan pola konsumsi yang beragam terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi berdasarkan kesukaan terhadap bahan panagn tersebut. Variasi makanan yang beragam dapat dinilai dari frekuensi penggunaan bahan panagn yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu misalnya tingkat keseringan mengkonsumsi bahan pangan dalam sehari,seminggu ataupun dalam beberapa bulan.

(38)

Remaja Rawan Gizi

secara langsung yaitu dengan pengukuran antropometri. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Salah satu contoh antropometri yaitu IMT (indeks massa tubuh) atau biasa disebut body mass index.

Berikut diagram kerangka berpikir pada penelitian ini :

Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir

Status Gizi Remaja Indeks Antropometri

Pola konsumsi pangan - Variasi penggunaan

bahan pangan - Frekuensi pangan

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta SMAN 8 Yogyakarta

Swasta Negeri

Kelas XI SMA

IMT(indeks massa tubuh)

(39)

D. Hipotesis

Hipotesis yang dapat penelitian kemukakan adalah :

1. Keanekaragaman konsumsi pangan kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta memiliki variasi dan frekuensi konsumsi yang tinggi.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif kuantitatif yang dibagi menjadi statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan analisis korelasi product moment pearson. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan kuisioner identitas responden dan formulir frekuensi penggunaan bahan pangan atau FFQ (food frequency questionaire). Hasil dari penelitian ini akan didukung dengan hasil dari pemeriksaan antropometris responden yaitu tinggu badan (cm) dan berat badan (kg).

B. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam penelitian ini meliputi : 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis populasi heterogen yaitu pelajar kelas XI SMA di Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta.

3. Variasi konsumsi pangan

(41)

buahan, makanan komersil dan minuman dengan tingkat konsumsi yang tinggi di kalangan pelajar.

4. Frekuensi konsumsi pangan

Frekuensi konsumsi pangan merupakan tingkat konsumsi pangan yang dapat dilihat dari kategori frekuensi makan.

5. Status gizi

Status gizi yang digunakan berdasarkan IMT ( indeks massa tubuh) yang dianjurkan untuk Indonesia meliputi status gizi kurus berat, kurus ringan, normal, gemuk ringan dan gemuk berat.

C. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (X) : variasi dan frekuensi konsumsi pangan remaja 2. Variabel terikat (Y) : status gizi remaja

D. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Formulir FFQ murni dan identitas responden

2. Pengukur berat badan menggunakan timbangan digital 3. Pengukur tinggi badan

(42)

E. Cara Kerja

Penelitian dilakukan dalam beberapa langkah yaitu : 1. Persiapan

a. Pengembangan instrumen FFQ (food frequency questionaire)

Pengembangan instrumen dibagi menjadi tiga tahap, yaitu survei data, pengembangan FFQ dan formulir FFQ final. Semua jenis bahan makanan tidak dimasukan ke dalam formulir FFQ karena jumlah yang relatif banyak. Pada survei data, penelitian hanya difokuskan pada bahan makanan tertentu. Dalam pengembangan FFQ (food frequency questionaire) jenis bahan makanan yang masuk dalam formulir FFQ

adalah makanan yang memiliki frekuensi konsumsi yang tinggi di kalangan pelajar, agar pelaksanaannya berjalan secara efektif dan efisien. Formulir FFQ yang digunakan dalam penelitian survei konsumsi telah melalui tahapan penyusunan standar formulir FFQ dengan 6 pilihan frekuensi makan dalam waktu tertentu.

b. Penentuan Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sample random sampling. Teknik sample random sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak dengan jenis sampel dalam populasi adalah heterogen.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajar kelas

(43)

Yogyakarta. Siswa yang dilibatkan dari masing-masing sekolah sebanyak 30 orang, sehingga total responden yang digunakan sebanyak 60 siswa yang rata- rata berusia 17 – 20 tahun. (Istiany. 2013)

c. Perizinan

Sekolah merupakan instansi resmi sehingga untuk mendapatkan data, dilakukan komunikasi secara langsung maupun melalui surat yang melengkapi syarat pengambilan data di sekolah yang bersangkutan.

d. Penjadwalan

Penentuan jadwal kegiatan menjadi hal yang penting dalam kegiatan penelitian karena hal ini bertujuan agar dalam proses pegambilan data dan penelitian tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Berdasarkan kesepakan dengan pihak sekolah maka pengambilan data diizinkan pada saat class meeting sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas siswa di sekolah.

2. Pelaksanaan a. Pengambilan data

(44)

Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan pita pengukur yang memiliki ketelitian 0,1 cm. Responden berdiri pada posisi sikap sempurna, yaitu badan berdiri tegak tanpa alas kaki, pandangan rata-rata air, dada dibusungkan dan sedikit menarik nafas.

Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan digital CAMRY EB9003 yang memiliki keakuratan sampai 1 digit di belakang koma (ons). Responden berdiri tegak di atas timbangan dengan menggunakan pakaian yang ringan, artinya pada saat penimbangan berat badan, pakaian atau aksesoris lain yang ada di tubuh dilepaskan terlebih dahulu seperti jaket, sepatu, jam tangan.

b. Pengolahan Data

Data yang diperolah nantinya akan ditabulasi ke dalam tabel menurut jenis kuisioner yang sudah di isi serta dianalisis berdasarkan tujuan dari penelitian ini.

1) Tabel Identitas Responden

(45)

2) Tabel frekuensi penggunaan bahan pangan atau FFQ (food frequency questionaire)

Pada tabel ini berisi data nama bahan makanan yang dikonsumsi sangat sering serta terdapat 6 opsi untuk pilihan frekuensi makan. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif ke dalam bentuk tabel variasi dan frekuensi makan di kalangan pelajar dan tabel variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan. Berikut disajikan tabel kategori frekuensi penggunaan bahan pangan

Tabel 3.1 Kategori frekuensi penggunaan bahan pangan

Skor kategori Skor Keterangan

A = 6 331-360 lebih dari 1x / hari ( 6-10 x seminggu) B = 5 241-330 1 x sehari (4-6 x seminggu)

C = 4 181-240 3 – 6 kali / minggu D = 3 121-180 1 – 2 kali / minggu E = 2 61-120 Kurang dari 1 x perbulan

F= 1 0- 60 Tidak pernah

Suharjo dalam Nurjanah, 2012 .

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui variasi dan frekuensi konsumsi pangan serta pengaruhnya terhadap status gizi dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,

(46)

yaitu statistik deskriptif dan analisis korelasi product moment pearson. Analisis korelasi product moment pearson menggunakan program SPSS versi 16.0

1. Statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi ataupun dalam bentuk visual seperti histogram, diagram batang dan diagram lingkaran. Pada penelitian ini, analisis dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi pangan remaja yang dilihat dari hasil formulir FFQ (food frequency questionaire) dalam bentuk tabel variasi dan kategori frekuensi makan dan variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan. Selain itu, analisis ini juga digunakan untuk menggambarkan status gizi di kalangan pelajar melalui diagram lingkaran.

2. Korelasi Product Moment Pearson

pengujian korelasi product moment pearson digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak. Jenis data yang digunakan untuk kedua variabel adalah data rasio dan interval dengan distribusi normal. Persamaanya dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

nilai r dapat digunakan untuk :

a. Melihat hubungan dua variabel dengan kriteria :

Jika sig > 0,05 maka Ho diterima (tidak terdapat hubungan antara dua variabel)

=

(47)

Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak (terdapat hubungan antara dua variabel)

b. Melihat nilai koefisien korelasi untuk mengukur kekuatan suatu hubungan antar variabel.

1) Korelasi positif (+) berarti jika variabel X naik, maka variabel Y juga akan bertambah naik.

2) Korelasi (-) berarti jika variabel X mengalami kenaikan, maka Y mengalami penurunan

Nilai koefisien korelasi dapat menentukan keeratan hubungan antar variabel yang digunakan. Berikut pedoman yang digunakan untuk menafsirkan hasil koefisien korelasi :

Tabel.3.2 Pedoman menentukan tingkat keeratan korelasi

Interval koefisien (r) Tingkat hubungan 0,00 sampai dengan 0,20 Keeratan sangat lemah 0,21 sampai dengan 0,40 Keeratan lemah

0,41 sampai dengan 0,70 Keeratan kuat

0,71 sampai dengan 0,90 Keeratan sangat kuat 0,91 sampai dengan 0,00 Keeratan kuat sekali

1 Sempurna

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang sudah diperoleh, maka dalam bab ini akan disajikan analisis hasil dan pembahasan. Hasil dan pembahasan akan dikelompokkan menjadi tiga subbab yaitu pola konsumsi remaja, status gizi di kalangan pelajar dan pengaruh variasi dan frekuensi penggunaan bahan pangan terhadap status gizi di kalangan pelajar. Pola konsumsi remaja dianalisi dari hasil formulir FFQ (food frequency questionaire) untuk melihat variasi dan frekuensi penggunaan bahan pangan serta variasi konsumsi pangan berdasarkan bahan pangan.

A. Pola Konsumsi pangan di kalangan pelajar

Pola konsumsi pangan dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran secara umum data variasi dan frekuensi pangan serta variasi konsumsi berdasarkan bahan pangan di kalangan pelajar

1. Variasi dan Frekuensi Pangan di Kalangan Pelajar

(49)

Tabel 4.1 Variasi dan Frekuensi Pangan SMA N 8 dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Bahan makanan/

minuman Jenis Pangan

(50)

Frekuensi penggunaan variasi bahan pangan berdasarkan Tabel 4.1 dikelompokan menjadi enam tingkatan dengan kategori frekuensi pangan A, B, C, D, E, F yang masing-masing memiliki skor interval yang diperoleh dari hasil survey kebiasaan konsumsi pangan responden (siswa). Berikut tabel kategori pengelompokan variasi bahan pangan serta jenis bahan pangan yang dikonsumsi siswa

Tabel 4.2. Kategori A dengan skor interval 331-360 Bahan makanan/

minuman Jenis Pangan

Skor

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan

Makanan pokok Nasi putih

(51)

Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori A adalah makanan yang dikonsumsi lebih dari 1x/hari (6-10 x seminggu). Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk ke dalam kategori A dengan jumlah skor 331 sampai 360 adalah makanan pokok yaitu nasi putih. Sedangkan untuk kelompok bahan pangan makanan pokok lainnya tidak termasuk ke dalam kelompok bahan pangan yang masuk ke dalam kategori tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa nasi putih merupakan makanan pokok yang paling sering dikonsumsi oleh semua pelajar di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta.

Tabel 4.3 Kategori B dengan skor interval 241-330

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan

Makanan pokok -

Lauk hewani Ayam dan telur

Lauk nabati Tahu dan tempe

Sayuran -

Buah-buahan -

Makanan komersial -

Minuman -

(52)

Tabel 4.4 Kategori C dengan skor interval 181-240

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan

Makanan pokok Roti

Makanan komersial Fried Chicken

Minuman Softdrink, Susu, Teh Manis dan

Jus/Sup Buah

Makanan yang dikelompokan ke dalam kategori C adalah makanan yang dikonsumsi 3-6 kali / minggu. Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa variasi makanan yang masuk kedalam kategori C dengan jumlah skor 181 sampai 240 adalah makanan pokok, lauk hewani, sayuran, buah-buahan, makanan komersil, dan minuman. Makanan Pokok yaitu roti, Lauk hewani terdiri dari daging dan ikan, Sayuran terdiri dari bayam, kangkung, sawi, wortel dan sayuran lainnya, Buah-buahan terdiri dari jeruk, apel, mangga, pisang dan buah lainnya, Makanan komersil yaitu fried chicken, minuman terdiri dari softdrink, susu, teh manis dan jus/sup buah. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir semua jenis bahan makanan masuk dalam frekuensi kategori C kecuali dari kelompok bahan makanan lauk nabati.

(53)

dan minuman. Makanan Pokok terdiri dari kentang dan mie ( non instan ), Lauk hewani terdiri dari seafood ( udang dan cumi ), Sayuran terdiri dari brokoli, daun singkong, kacang panjang, buncis dan wortel, Buah-buahan terdiri dari semangka, melon, alpukat, jambu biji dan anggur, Makanan komersil terdiri dari donat, humburger, pizza dan mie instan, minuman terdiri dari kopi dan minuman sachet. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir semua jenis bahan makanan masuk dalam frekuensi kategori D kecuali dari kelompok bahan makanan lauk nabati.

Tabel 4.5 Kategori D dengan skor interval 121-180

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan

Makanan pokok Kentang, Mie ( Non Instan )

Lauk hewani Seafood ( udang, cumi )

Lauk nabati -

Sayuran Brokoli, Daun Singkong, Kacang

Panjang, Buncis

Buah-buahan Semangka, Melon, Alpukat, Jambu

Biji dan Anggur

Makanan komersial Donat, Humburger, Pizza dan Mie Instan

Minuman Kopi dan Minuman Sachet

(54)

Tabel 4.6 Kategori E dengan skor interval 61-120

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan Makanan pokok Nasi Merah, Jagung dan Singkong

Lauk hewani -

Makanan yang dikelompokan kedalam kategori F dengan skor 0-60 adalah makanan yang tidak pernah dikonsumsi. Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa tidak ada variasi makanan yang masuk kedalam frekuensi kategori tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua jenis bahan pangan yang masuk dalam kelompok bahan pangan dalam penelitian ini pernah dikonsumsi oleh pelajar walaupun dalam frekuensi kategori yang berbeda.

Tabel 4.7 Kategori F dengan skor interval 0 - 60

Kelompok Bahan Pangan Jenis Bahan Pangan

Makanan pokok -

2. Variasi kosumsi pangan berdasarkan bahan makanan

(55)

pelajar di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8. Jika dilihat dari total skor untuk masing-masing jenis makanan, dapat dilihat bahwa angka tersebut menunjukan frekuensi bahan pangan yang dikonsumsi siswa sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kesukaan terhadap jenis makanan tertentu.

a) Makanan pokok

Makanan pokok merupakan makanan yang setiap hari kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Jika dilihat dari pengelompokan nama bahan pangan dari makanan pokok, nasi putih memiliki jumlah skor tertinggi yaitu sebesar 335. Hal ini berarti tingkat konsumsi nasi putih siswa kelas XI lebih dari 1x / hari atau 6-10 x seminggu

Makanan pokok tergolong kedalam sumber utama karbohidrat sebagai penghasil energi dalam tubuh. Karbohidrat dalam makanan dibagi menjadi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa), dan polisakarida (amilum/pati dan glikogen). Jika kekurangan karbohidrat dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan, kekurangan glukosa dalam darah, dan lain-lain, sedangkan kelebihan karbohidrat dapat menyebabkan kegemukan karena sebagian dari karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi.

b) Lauk hewani

(56)

Lauk hewani merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan sehingga protein hewani disebut juga sebagai protein komplit di dalam tubuh. Lauk hewani seperti telur merupakan sumber diet protein yang baik karena jika kelebihan asupan protein dalam tubuh dapat mengakibatkan obesitas sedangkan jika kekurangan asupan protein, tubuh akan mengalami kegagalan pertumbuhan atau terjadi kurang energi protein (KEP). Selain mengandung protein, lauk hewani juga mengandung lemak yang merupakan sumber asam lemak esensial yang diperlukan pada masa pertumbuhan sebagai suplai energi yang berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin di dalam lemak.

c) Lauk nabati

Lauk nabati merupakan semua bahan makanan sumber lauk pauk nabati yang biasanya dikenal sebagai sumber protein nabati. Sebagian besar sumber yang terkandung di dalam protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacangan adalah protein tidak komplit, artinya protein yang terkandung didalam bahan makanan mengandung asam amino esensial dalam jumlah yang kurang. Jenis bahan pangan dalam penelitian ini tergolong ke dalam jenis protein komplit artinya mengandung asam amino dalam porsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan.

(57)

paling banyak dibandingkan sumber lauk hewani yang lain yaitu sebesar 270. Hal ini berarti frekuensi penggunaan bahan lauk nabati yaitu tempe minimal 1 x sehari atau 4-6 x seminggu. Berdasarkan penilaian mutu protein, makanan yang mempunyai nilai NB (nilai biologik) 70 atau lebih dianggap mampu mendukung proses pertumbuhan bila dimakan dalam jumlah yang cukup dan konsumsi energi yang mencukupi. kelompok kacang kedelai atau kacang-kacangan memiliki nilai NB (nilai biologik) 73, artinya dengan mengkonsumsi tempe, minimal 1 x sehari sudah mampu memenuhi kebutuhan asam amino untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pemiliharaan.

d) Sayuran

Sayur merupakan semua jenis tanaman atau bagian tanaman yang kaya akan serat serta mengandung sumber vitamin. Serat merupakan komponen jaringan terpenting dari sayur-sayuran karena sayuran dapat berasal dari akar, batang maupun daun tumbuhan. Serat makanan mengandung selulosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia namun dapat membuat tubuh merasa kenyang kebih lama. Selain itu, serat dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu fungsi saluran cerna melalui aktivitas rangsangan didalam usus sehingga mempermudah proses pembuangan dari usus besar.

(58)

sayuran, wortel memiliki jumlah skor paling tinggi yaitu sebesar 231 atau dikonsumsi 3-6 kali / minggu.

Wortel merupakan salah satu sumber vitamin A dalam kandungan zat makanan yang berfungsi untuk diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, fungsi kekebalan tubuh serta berperan dalam proses reproduksi. Kandungan nilai vitamin A pada wortel berdasarkan analisis bahan makanan adalah 3600 RE (Retinol Ekivalen) sedangkan berdasarkan angka kecukupan gizi vitamin A yang dianjurkan untuk Indoesia terutama pada usia remaja 16–19 tahun adalah 700 RE (Retinol Ekivalen) (Almatsier.2009) artinya dengan frekuensi konsumsi 3-6 kali / minggu, asupan vitamin A dalam wortel sudah terpenuhi untuk pemiliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup.

e) Buah-buahan

Buah –buahan merupakan bahan pangan yang termasuk penting dan semestinya ada dalam daftar menu makanan sehari-hari. Buah mengandung berbagai sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh contohnya protein, vitamin, mineral dan serat.

(59)

Berdasarkan TGS (Tumpeng Gizi Seimbang) anjuran konsumsi buah adalah 2-3 porsi dimana dalam satu porsinya mengandung 50 gram zat gizi, 50 kalori dan 10 gram karbohidrat. Kebiasaan para siswa yang sebagian besar mengkonsumsi buah 3-6 kali / minggu, berarti kemungkinan besar siswa mengkonsumsi buah minimal 2 hari sekali dalam seminggu. Jumlah dan porsi konsumsi masing-masing individu pasti berbeda, jika kandungan zat gizi di dalam buah sudah mencukupi zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk 2-3 porsi, maka frekuensi mengkonsumsi makanan tersebut dapat dikatakan mencukupi kebutuhan gizi karena pada intinya definisi gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas dan menjaga kesehatan tubuh.

f) Makanan komersial

Makanan komersial dimaksudkan untuk jenis-jenis makanan yang kualitas dan cita rasanya sangat diperhatikan serta tergolong ke dalam harga cukup mahal. Makanan seperti ini biasanya sering ditemui di restauran, cafe, dan lain-lain. Jenis makanan komersial yang digunakan dalam penelitian ini adalah makanan yang tergolong kedalam makanan cepat saji seperti Fried chicken, donat, humburger, pizza dan mie instan.

(60)

karena makanan tersebut cenderung cepat dalam hal penyajiannya. Kebiasaan mengkonsumsi makanan komersial seperti fried chicken, donat, humburger, pizza dan mie instan dapat menyebabkan remaja rentan sekali dalam masalah gizi seperti anemia, kelebihan berat badan, kekurangan gizi serta penyakit yang diakibatkan oleh zat-zat tambahan dalam bahan makanan yang merugikan tubuh.

g) Minuman

Kebutuhan tubuh lainnya selain makanan adalah minuman. Hal ini menjadi penting agar metabolisme tubuh dapat berjalan secara baik dan normal sehingga tetap terjaga kelangsungan hidupnya. Minuman yang digunakan pada penelitian ini adalah minuman yang lazim disajikan dan disukai para remaja sesuai kesukaannya terhadap jenis minuman tersebut. Jenis –jenis minuman tersebut adalah softdrink, kopi, Susu, Teh manis, Teh tawar, Sirup, Minuman sachet dan Jus / sup buah.

Berdasarkan data dari Tabel 4.1 jenis minuman yang paling banyak di minuman adalah susu dengan skor sebesar 240. Hal ini berarti diantara jenis minuman yang lazim disajikan dan disukai, remaja masih memiliki kesukaan yang besar untuk mengkonsumsi minuman susu. Dilihat dari skor yang ada, dapat diketahui bahwa frekuensi meminum susu adalah 3-6 kali / minggu.

(61)

penyempurna makanan yang kita konsumsi sehari-hari karena didalam susu terkandung semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat variasi makanan, diketahui bahwa setiap jenis bahan pangan yang dikonsumsi oleh siswa memiliki tingkat variasi yang berbeda pula. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan siswa seperti kebiasaan makan, kesukaan terhadap makanan tertentu, lingkungan keluarga dan status ekonomi orang tua, tempat tinggal maupun pergaulan. Semakin bervariasi makanan yang dikonsumsi, maka kandungan zat gizi dalam makanan tersebut diharapkan akan mencukupi terpenuhnya kebutuhan gizi dalam tubuh. Kebutuhan gizi dalam tubuh harus pula disesuaikan dengan prinsip Nutrition Guide For Balance Diet yang telah disepakati bersama dalam konferensi pangan sedunia di

Roma tahun 1992. Prinsip tersebut di Indonesia dikenal dengan pedoman gizi seimbang (PGS) yang menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih serta selalu memperhatikan berat badan normal.

B. Status Gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta

(62)

tubuh. Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan. Dalam penelitian ini, indeks massa tubuh yang digunakan adalah tinggi badan dan berat badan. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui data mengenai rata-rata berat badan dan tinggi badan responden sebagai berikut

Tabel. 4.8. Rata-rata IMT siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta

Rata-rata SMA Pangudi Luhur

SMA N 8 Yogyakarta

Rata-rata total

Tinggi badan (cm) 166,76 166,6 166,68

Berat badan (kg) 64,98 57,18 61,08

Status gizi pelajar kelas XI di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut diketahui persentase dan jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori status gizi kurus berat, kurus ringan, normal, gemuk ringan dan gemuk berat

(63)

Gambar 4.1. menunjukan data status gizi di SMA Pangudi Luhur dan SMA N 8 Yogyakarta dengan menggunakan perhitungan indeks antropometri tubuh dari data kuisioner berat badan serta tinggi badan siswa dari kedua sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas siswa kelas XI memiliki status gizi normal yakni mencapai 35 orang atau 58 % dari total siswa kedua sekolah sebanyak 60 orang. Siswa yang tergolong kedalam status gizi kurus berat sebanyak 6 orang atau sekitar 10 %, siswa yang kurus ringan dan gemuk berat memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing 7 orang atau sekitar 12% sedangkan siswa dengan status gizi gemuk ringan sebanyak 5 orang atau sekitar 8%.

Status gizi normal terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat-zat gizi yang mencukupi kebutuhan tubuh sehingga memungkinkan tubuh untuk melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan terutama yang terjadi pada usia remaja. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2001). Pada pengelompokan status gizi, gizi kurang termasuk kedalam kelompok status gizi kurus ringan dan kurus berat. Status gizi lebih (gemuk ringan dan gemuk berat) merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak.

(64)

yang sangat fatal bagi tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Gangguan gizi tersebut disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer merupakan faktor yang menjadi pokok dalam permasalahan gizi tersebut terutama dalam hal makanan seperti kurangnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan terhadap pentingnya pola konsumsi pangan yang baik serta nutrisi yang dibutuhkan tubuh, kebiasaaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua kondisi yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel- sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan, penggunaan obat-obatan tertentu, adanya penyakit yang diderita sehingga mengganggu metabolisme tubuh serta kondisi kesehatan tubuh yang kurang baik akibat adanya parasit yang mengganggu proses absorpsi zat-zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2006).

C. Pengaruh Variasi Konsumsi Pangan Terhadap Status Gizi

Variasi konsumsi bahan pangan diperoleh dari data keseluruhan kategori bahan pangan yang dikonsumsi masing-masing siswa, kemudian dianalisis guna mengetahui pengaruhnya terhadap status gizi yang dimiliki oleh siswa.

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengukur data yang digunakan dalam penelitian apakah memiliki distribusi normal atau tidak. adalah data berdistribusi normal, adalah data berdistribusi tidak normal. Jika probabilitas > 0,05 maka diterima sedangkan jika probabilitas ≤ 0,05

(65)

Berdasarkan hasil uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov, tampak bahwa nilai status gizi adalah 2,264 > 0,05 maka data normal, nilai variasi konsumsi pangan 0,718 > 0,05 maka data normal. Nilai probabilitas status gizi dan variasi konsumsi pangan adalah > 0,05 dengan demikian berarti diterima dan ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa distribusi data variasi konsumsi bahan pangan dan status gizi berdistribusi normal.

Tabel 4.9. Uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov

Status Gizi

Variasi Konsumsi

Pangan

N 60 60

Normal Parametersa Mean 2.9333 1.4087E2

Std. Deviation 1.03934 2.21623E1 Most Extreme

Differences

Absolute .292 .093

Positive .291 .093

Negative -.292 -.040

Kolmogorov-Smirnov Z 2.264 .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .681

a. Test distribution is Normal

2. Korelasi Product Moment Pearson

(66)

Berdasarkan hasil uji dengan Korelasi Product Moment Pearson dapat diketahui bahwa variasi konsumsi pangan di kalangan pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta berpengaruh nyata terhadap status gizi. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan yakni sebesar 0,05 (5%). Nilai koefisien korelasi r variasi konsumsi pangan dengan status gizi diperoleh yakni sebesar 0,823 yang berati hubungan antar dua variabel tersebut sangat kuat. Semakin bervariasi makanan yang dikonsumsi di Kalangan Pelajar Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta sebesar satu satuan maka status gizi akan semakin meningkat sebesar 0,823 satu satuan.

Tabel 4.10. uji korelasi product moment pearson

(67)

siswanya, kebiasaan makan, pergaulan, status ekonomi keluarga, dll. (Thamrin et al., 2008).

Variasi pangan di kalangan pelajar kelas XI dalam penelitian ini memiliki hubungan yang signifikan terhadap status gizi remaja, artinya variasi makanan sangat berpengaruh nyata terhadap status gizi. Hal ini dikarenakan setiap makanan yang dikonsumsi mengandung berbagai jenis zat yang dibutuhkan oleh tubuh terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Variasi makanan tersebut dapat diihat dari banyaknya frekuensi penggunaan bahan pangan dalam waktu tertentu misalnya dalam waktu satu hari, seminggu ataupun sebulan. Variasi makanan tidak hanya terbatas dalam daftar jenis bahan pangan yang terdapat dalam penelitian ini saja, tetapi juga masih banyak jenis makanan yang lebih menarik berdasarkan tingkat kesukaan masing-masing siswa tersebut.

Usia remaja merupakan usia dimana seluruh aktivitas di dalam tubuh meningkat seperti aktivitas fisik maupun aktivitas di dalam tubuh yang berkaitan dengan kegiatan metabolisme tubuh. Menurut (Irianto, 2014) Semakin meningkat aktivitas tubuh maka semakin baik pula status gizi seseorang. Hal ini karena semakin meningkatnya aktivitas tubuh maka semakin banyak energi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga diperlukan asupan nutrisi yang lebih banyak.

(68)

kekurangan berat badan maupun kelebihan berat badan, melemahnya otot-otot tubuh serta anemia yang menyebabkan kesulitan untuk berkonsentrasi. Pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan telah memenuhi kebutuhan tubuh (Indriasari, 2013). Asupan zat gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dalam variasi makanan yang dikonsumsi sehari-hari sangat besar dampaknya terhadap status gizi seseorang karena akan berpengaruh kepada keseimbangan energi yang berdampak terhadap terjadinya masalah gizi. Seseorang memerlukan sejumlah zat gizi untuk dapat hidup sehat serta dapat mempertahankan kesehatannya (Almatsier, 2009).

D. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian, sehingga penulis hanya membahas mengenai variasi dan frekuensi makan serta status gizi pelajar kelas XI. Keterbatasan yang peneliti rasa perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan kuisioner untuk pengambilan data hendaknya dilengkapi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pelajar, sehingga mempermudah penulis dalam memperdalam analisis status gizi.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Variasi konsumsi sumber bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan, makanan komersial dan minuman di kalangan pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta sangat beragam. 2. Frekuensi konsumsi bahan pangan di SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8

Yogyakarta memiliki tingkat frekuensi yang berbeda.

(70)

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya ditambahkan faktor–faktor yang mempengaruhi variasi konsumsi pangan seperti pengaruh keluarga, lingkungan sosial, media sosial dan latar belakang budaya agar memperdalam analisis data.

2. Status gizi juga dapat diketahui melalui penilaian status gizi secara tidak langsung dengan metode survei konsumsi pangan, salah satunya adalah food recall 24 dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

C. Aplikasi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Pembelajaran Biologi Hasil penelitian mengenai pengaruh variasi konsumsi pangan terhadap status gizi di kalangan pelajar kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta menunjukan adanya pengaruh nyata dari berbagai variasi konsumsi pangan terhadap status gizi remaja. Hal ini tentunya menjadi perhatian yang serius bagi semua kalangan untuk lebih memperhatikan pola konsumsi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

Gambar

Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir...........................................................
Gambar 2.1 Tumpeng gizi seimbang (Depkes, 2014)
Tabel 2.1. Kategori ambang batas IMT untuk indonesia
Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

4. Hasil analisis data uji coba kelompok kecil, media weblog termasuk kategori baik.. Hasil analisis data uji coba kelompok besar, media weblog termasuk kategori

“ Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah inventarisasi yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah

Gambar pembagi daya dalam bentuk mikrostrip dan bentuk rangkaian pengganti ditunjukkan oleh Gambar 1 (a) dan (b). Dengan penambahan tersebut, pembagi daya tidak

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan simulasi pengelasan sambungan tubular multiplanar tipe- K untuk mengetahui tegangan sisa yang terjadi serta pengaruh Post Weld Heat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURABAYA TAHUN 2015.. (Studi tentang Perilaku Memilih pada Pemilukada Kota Surabaya

Solehhudin (1997:56) bahwa pendidikan prasekolah (sekarang dikenal dengan PAUD) memiliki karakteristik dan cara belajar tersendiri, program pendidikannya tampak tidak

Dibawah kondisi normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi

Masalah yang dihadapi oleh nelayan Indonesia yaitu biaya produksi untuk melaut sangat tinggi, keterbatasan dan lemahnya akses terhadap sumber- sumber pembiayaan