• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN

ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi

ELISABET RINA WAHYUNI NIM : 011324044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SKRIPSI

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN

ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Oleh:

ELISABET RINA WAHYUNI NIM : 011324044

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si. Tanggal 13 November 2006

Pembimbing II

(3)

SKRIPSI

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN

ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh: ELISABET RINA WAHYUNI

NIM : 011324044

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 14 Desember 2006

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Drs.Sutarjo Adisusilo, J.R

Sekertaris Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Anggota Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si. Anggota Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si. Anggota Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

Yogyakarta, 14 Desember 2006

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta 14 Desember 2006

Penulis

(7)

ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA

Siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Elisabet Rina Wahyuni

011324044

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2006

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi remaja.

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogykarta pada bulan Agustus 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI yang berjumlah 383 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 193 siswa yang diambil dengan teknik proportional sampling (sampling berimbang). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala Likert dan dokumentasi. Teknik pengujian instrument menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach. Teknik pengujian prasyarat regresi untuk mengetahui normalitas data digunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov sedang untuk mengetahui linearitas data digunakan teknik uji F. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis digunakan rumus regresi ganda tiga prediktor.

Hasil penelitian menunjukkan : 1) Status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pola konsumsi remaja (Fhit= 4,374; Sig = 0,005); 2) Hipotesisis didukung sebagian, variabel status sosial ekonomi orangtua (βSSE = 0,274,

SigSSE = 0,080), dan lingkungan pergaulan (βLP = -0,004; SigLP = 0,951) tidak

berpengaruh terhadap pola konsumsi remaja, sedang pola pengasuhan orangtua (βPP =

-0,244, SigPP = 0,002) berpengaruh negatif terhadap pola konsumsi remaja; 3)

(8)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF PARENTS’ SOCIAL EKONOMIC STATUS, THE ASSOCIATION ENVIRONMENT, AND PARENTAL REARING PATTERN TOWARD THE PATTERN OF THE YOUTH CONSUMPTION

The Tenth and Eleven Grade of

Pangudi Luhur Senior High School in Yogyakarta Elisabet Rina Wahyuni

011324044

Sanata Dharma University Yogyakarta 2006

This research aims to examine and analyze the influences of parents’ social economic status, the association environment and parental rearing pattern simultaneously toward the pattern of the youth consumption.

This is an associative research done at Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta in August 2006. The population of this research was 383 students of the tenth and eleventh grade. 193 students became the samples and done by applying proportional sampling. The technique of data collection was questionnaire measured by Likert Scale and documentation. The techniques of data analysis were validity with Product Moment Correlation formula and reability test with Alpha Cronbach formula, while Kolmogorov_Smirnov test was applied to know the normalization of data. On the other hand, to know the linearity of the data was applied F examination technique. The analyze data in order to examine the hypotheses, Multiple Regression with three predictor was applied.

The results of this research showed that: 1) parents’ social economic status, the association environment and parental rearing pattern simultaneously has positive and significant influence toward the pattern of the youth consumption (Fcount

= 4,374; Sig = 0,005); 2) Hypotheses was supported by some variables, parents’ social economic status (βSSE = 0,274, SigSSE = 0,080), the association environment (βLP

= -0,004; SigLP = 0,951) doesn’t heve effect to the youth consumption, while parental

rearing pattern (βPP = -0,244, SigPP = 0,002) has negative influence toward

(9)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat, berkat dan bimbinganNya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Lingkungan Pergaulan dan Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Pola Konsumsi Remaja” dapat terselesaikan denagn baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperolah gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan

semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. T.Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Koperasi.

4. Ibu Dra. Chatarina Wigati Retno Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang

(10)

5. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang juga

dengan sabar telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd. atas bimbingan yang telah diberikan penulis

ucapkan banyak terimakasih.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PEK dan PAK : Pak Rubiyanto, Romo

Gillies (Alm), Pak Teguh, Pak Indra, Bu Prem, Pak Soedarno (Alm), Pak Wid,

Pak Bondan, Pak Heri, Bu Catur, Pak Muhadi, Pak Sapto, Bu Indah, terimakasih

atas bimbingan dan pelajaran-pelajaran yang penulis terima selama kuliah.

8. Mbah Titin, Pak Wawiek, Mbak Aris, yang telah membantu penulis dalam

mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi.

9. Bruder Drs. Herman Yoseph, FIC, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan

penelitian.

10.Ibu C. Peniyati, selaku guru pembimbing pada saat penulis melaksanakan

penelitian.

11.Siswa-Siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terutama kelas X dan XI yang

rela meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang penulis bagikan.

12.Guru dan Karyawan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah menerima

dan membantu penulis pada saat penelitian.

13.Orantua tercinta Bapak Ignatius Sardjuni dan Ibu Yustina Suwarni, atas doa,

bimbingan, dan kasih sayang penulis ucapkan banyak terimakasih (Babe, mbu

(11)

14.Kakakku Veronika Diana Wahyuni dan Adikku Maria Retno Tri Wahyuni (I

Love you all..tetap kompak..nuhun suntikan dananya Teh,,…semangat ya Mak Nono sebentar lagi juga lulus…ayo cari duit yang banyak..)

15.Simbah Kakung Putri Kerto Utomo, Simbah kakung Putri Karto Dinomo,

Bulik Paklik, Budhe Pakdhe,..yang selalu menanyakan kapan aku lulus.

16.Sepupu-sepupuku tercinta “Para Putu” Budayakan Nyagon…..

17.Teman-teman PEK’01 yang selalu menyayangiku, menerimaku, terimakasih

atas kebersamaan, rasa persaudaraan, pengalaman-pengalaman yang lucu,

mengaharukan, menyebalkan dan aneh. Terimakasih atas kenangan terindah

dalam hidupku.

18.Teman-temanku : Eka (makasih aku boleh nginep, maem, main di

rumahmu, rasa kekeluargaan: Bapak, Ibuk, Pramono, Dibyo, Widi,

Tiwik, Bulik, Paklik), Ririn (Ayo rin cepert rampungke skripsine…), Mela

(Semangat Mel,,), Riana, Silas Anggi, Santi, Ita, Acus, Fenty, Tiwik, Lilis,

Agnes, Tina, Yessy, Diah, Eliz, Indah, Rindang, Yuli, Pemirsa ( Melati), Anna,

Yuni, Nita, Ellen (02), Fita Mastuti (PAK’01, cepet dirampungke skripsine!!!)

…Ayo kita buktikan bersama kalau wanita tidak hanya cukup

dimengerti…Semangat!!!!!!!!!!

19.Pria-pria Pejantan Tangguh : Hari, She Phe, Kak Kaka, Hohok (kapan

mincing lagi?????), Sinto, Joyo, Stip (Yusup), Bang Ronald, Bruno, Dion, Pak

(12)

20.Temen-temen Mudika St. Petrus Tiwir yang selalu mendukungku (Andri,

Irin, Nia, Ride, Herni, Ndoko, Win, Cahyo, Yudas, Juli, Dian, Ari, Ayu, Hari,

pokoke semua aja kompax yeee!!!!!!!!!) Mudika SoemTeam (Yayik,

Peni, Tata, Bambang, Pendi, Gun, Vivi)

21.

“AB5364AZ”

yang setia menemani kemanapun aku pergi diwaktu hujan

dan panas, sehat dan sakit.

22.

“Si Kokom”

yang selalu dapat menyelesaikan semua tugas pengetikanku

(capek ya selalu tak ajak nglembur……..jangan rewel lagi ya!!!!!!)

23.Semua pihak yang te;ah membantu dalam penyusunan skripsi in yang tidak

dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena msih abanyak

kelemahan dan kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Yogyakarta, 10 Januari 2007

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pola Konsumsi... 9

1. Pengertian Konsumsi... 9

2. Pengertian Pola Konsumsi... 9

3. Pengertian Remaja... 10

4. Faktor yang mempernagruhi Pola Konsumsi... 14

5. Pola Konsumsi Makanan dan Minuman... 19

6. Pola KOnsumsi Pakainan... 20

(14)

C. Lingkungan Pergaulan... 27

D. Pola Pengasuhan Orang Tua... 30

1. Pengertian Pola Pengasuhan... 30

2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan... 31

E. Hasil Penelitian terdahulu... 36

F. Kerangka Berpikir dan Hipotesis... 37

BAB III. METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitia... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian... 40

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 41

E. Data yang dicari... 42

F. Teknik Pengumpulan Data... 42

G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Indikator Variabel... 43

H. Teknik Analisis Data ... 46

1. Pengujian Instrument... 46

a. Uji Validitas Instrument ... 46

b. Uji Reliabilitas Instrument... 47

2. Uji Prasyarat Regresi... 48

1. Uji Normalitas... 48

b. Uji Linearitas... 49

3. Uji Asumsi Klasik... 49

a. Uji Multikolinearitas... 49

b. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4. Uji Hipotesis... 51

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 53

A. Pengujian Instrument... 53

1. Uji Validitas Instrumen... 53

(15)

B. Uji Prasyarat Regresi... 56

1. Uji Normalitas... 56

2. Uji Linearitas... 57

C. Uji Asumsi Klasik... 59

1. Uji Multikolinearitas... 59

2. Uji Heterokedastisitas... 60

D. Deskripsi Data... 61

E. Pengujian Hipotesis... 64

1. Uji F... 65

2. Koefisien Korelasi... 68

F. Pembahasan... 69

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 73

A. Kesimpulan... 73

B. Keterbatasan... 74

C. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... 76

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Contoh Kategori Kelas Sosial Di Indonesia... 21

Tabel III.1 Kisi-kisi Kuesioner... 45

Tabel III.2 Pedoman Penilaian Acuan Patokan... 46

Tabel III.3 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi... 48

Tabel IV.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pola Konsumsi... 54

Tabel IV.2 Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Pergaulan... 55

Tabel IV.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pola Pengasuhan... 55

Tabel IV.4 Hasil Uji Reliabilitas... 56

Tabel IV.5 Hasil Uji Normalitas... 57

Tabel IV.6 Hasil Uji Linearitas... 58

Tabel IV.7 Hasil Uji Multikolonearitas... 59

Tabel IV.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 61

Tabel IV.9 Jenis Pekerjaan Ayah... 62

Tabel IV.10 Jenis Pekerjaan Ibu... 63

Tabel IV.11 Deskripsi Data Variabel Pola Konsumsi... 64

Tabel IV.12 Hasil Uji F... 66

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner... 79

Lampiran Data Induk... 84

Lampiran Jenis Pekerjaan, Tingkat Penghasilan dan Pendidikan Orangtua.. 99

Lampiran Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 106

Lampiran Hasi Uji Normalitas dan Linearitas... 112

Lampiran Hasil Uji Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas... 114

Lampiran Hasil Uji Regresi... 116

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan setiap orang, mereka melakukan berbagai macam

kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu kegiatan yang

dilakukan adalah bekerja, dengan bekerja seseorang memperoleh pendapatan

untuk memenuhi kebutuhannya. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja tersebut

sebagian besar dibelanjakan lagi, yaitu untuk kegiatan konsumsi, sebagian lagi

ditabung untuk kebutuhan yang akan datang (Gilarso, 1991: 64).

Kegiatan konsumsi yang dilakukan tidak hanya mengenai makanan saja,

tetapi mencakup semua kebutuhan dasar hidup seseorang. Kebutuhan dasar harus

dipenuhi, terlebih yang berhubungan dengan kelangsungan hidup. Dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhan ini setiap orang berusaha untuk

memenuhinya sampai mencapai tingkat maksimal. Pemuasan atau pemenuhan

terhadap bermacam–macam kebutuhan dapat dilakukan dengan cara

mengkonsumsi. Besar kecilnya tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh

tingkat penghasilan, besarnya keluarga, lingkungan sosial, mode, harga barang

dan jasa, dan lain-lain.

Konsumsi setiap orang berbeda-beda, berdasarkan umurnya dibagi

menjadi konsumsi pada anak-anak, remaja, orang dewasa, dan berkeluarga.

(20)

belum dapat bertanggungjawab pada diri sendiri, semua kebutuhannya masih

dipenuhi oleh orang tua (Sujanto, 1986). Remaja setiap hari melakukan tindakan

konsumsi, seperti mengonsumsi makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.

Selain memenuhi kebutuhan pokok, remaja juga memenuhi kebutuhan untuk

berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar, seperti

kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam masyarakat, dengan anggota

masyarakatnya, kondisi fisik lingkungan dan lain-lain. Semua kegiatan yang

dilakukan tersebut merupakan pemenuhan atas kebutuhan sosial, karena seseorang

lahir dan dalam masa perkembangannya ada satu keinginan untuk berkumpul

dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Keinginan untuk berinteraksi dan

bersosialisasi itu secara naluriah terdapat pada setiap orang. Naluri bersosialisasi

dan berinteraksi itulah yang mendorong setiap orang suka bergaul dan mengenal

dalam sebuah perkumpulan (Tambunan, 1979: 103).

Pola perilaku konsumsi pada remaja berbeda-beda, dalam mengonsumsi

barang atau jasa ada yang rasional dan irasional. Pola konsumsi yang irasional

adalah tindakan mengonsumsi barang dan jasa tanpa pertimbangan-pertimbangan

yang mendalam mengenai manfaat, nilai guna dan kesesuaian dengan kebutuhan.

Pola konsumsi remaja yang irasional ini dipengaruhi oleh mode yang sedang

populer di kalangan remaja, juga kebiasaan merayakan hari-hari penting seperti

ulang tahun, syukuran, mentraktir teman-teman, perayaan valentine (Ancok, 1985:

(21)

berlebihan (shopoholics), juga karena kemudahan yang diperoleh anak dalam

mengonsumsi barang dan jasa.

Pola konsumsi remaja rasional adalah tindakan mengonsumsi barang

dan jasa dengan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam mengenai manfaat,

nilai guna, dan kesesuaian dengan kebutuhan. Pola konsumsi barang dan jasa yang

dilakukan oleh remaja secara rasional dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

remaja dalam melakukan tindakan-tindakan konsumsi yang berasal dari dalam diri

remaja (Amirullah, 2002: 36). Faktor-faktor intern yang berasal dari diri remaja

tersebut misalnya, sikap remaja terhadap barang dan jasa, kebiasaan-kebiasaan

yang ditanamkan oleh orang tua untuk mengonsumsi barang dan jasa tertentu,

status sosial ekonomi orang tua dan pola pengasuhan orang tua.

Sikap remaja dalam mengonsumsi barang dan jasa merupakan faktor

internal yang mempengaruhi pola perilaku konsumsinya. Sikap merupakan sudut

pandang remaja terhadap barang dan jasa tertentu yang terkait dengan rasa suka

atau tidak terhadap barang dan jasa tertentu yang akan mempengaruhi keputusan

remaja untuk mengonsumsi. Sikap terhadap barang dan jasa tertentu digunakan

sebagai pertimbangan untuk memilih merk barang dan jasa, dan untuk memilih

toko yang menjual barang dan jasa yang disukai (Angel, 1994: 334). Selain sikap

remaja terhadap barang dan jasa yang sedang populer, faktor kebiasaan-kebiasaan

(22)

yang sesuai kebutuhan atau kebiasaan hidup hemat dan kebiasaan-kebiasaan

berbelanja juga mempengaruhi pola konsumsi remaja.

Faktor status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor intern yang

pengaruhnya terhadap pola konsumsi anak cukup tinggi. Status sosial ekonomi

orang tua meliputi tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, tingkat kekuasaan,

tingkat kehormatan. Dalam hal ini status sosial ekonomi orang tua yang besar

pengaruhnya terhadap pola konsumsi anak adalah tingkat kekayaan yang dimiliki

oleh orang tua, karena dalam keluarga yang memiliki tingkat kekayaan tinggi

memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak untuk dapat memenuhi

kebutuhannya. Keluarga yang tingkat kekayaannya cukup atau bahkan rendah

tidak memiliki banyak kesempatan untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan anak

remajanya, karena hampir semua penghasilan yang diterima keluarga habis untuk

konsumsi kebutuhan pokok saja.

Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi remaja adalah pola

pengasuhan orang tua, yaitu cara orang tua dalam mendidik, melatih remaja untuk

dapat hidup mandiri. Cara mendidik orang tua satu dengan yang lain tentu

berbeda, ada yang mendidik secara otoriter, yaitu remaja tidak memiliki banyak

kesempatan untuk memutuskan segala hal yang berhubungan dengan konsumsi

remaja, orang tua menentukan mana yang harus dikonsumsi dan mana yang tidak

boleh dikonsumsi oleh remaja. Ada pula yang mendidik secara demokratis atau

(23)

keputusan yang akan diambil remaja. Ada juga yang mendidik secara bebas, yaitu

remaja diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memutuskan segala macam

barang atau jasa yang hendak dikonsumsi oleh anak remajanya tanpa memberikan

pertimbangan-pertimbangan.

Kebiasaan-kebiasaan orang tua dalam kehidupan sehari-hari banyak

dicontoh dan ditiru oleh anak-anak mereka, karena sebelum dapat

bertanggungjawab sendiri anak masih menggantungkan diri pada otang tua

dengan meniru kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua seperti cara

berpikir, dan cara bertindak (Sujanto, 1986) contohnya kebiasaan hidup hemat.

Orang tua yang biasa hidup hemat, anaknya akan mengikuti kebiasaan hidup

hemat, seperti mengonsumsi barang atau jasa tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Namun jika orang tua boros maka anak akan menjadi boros juga.

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi

remaja yang berasal dari luar diri remaja atau yang berasal dari lingkungan luar

remaja (external factor) (Amirullah, 2002: 45). Faktor ekstern ini adalah

lingkungan pergaulan remaja. Lingkungan pergaulan remaja meliputi lingkungan

fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yang mempengaruhi pola konsumsi

remaja misalnya, remaja yang tinggal di daerah pedesaan pola konsumsinya tentu

berbeda dengan anak yang tinggal di daerah perkotaan. Di daerah perkotaan

remaja lebih dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan yang menyebabkan remaja

memiliki kesempatan lebih banyak dan cepat untuk mengkonsumsi barang dan

(24)

Faktor lingkungan sosial meliputi media massa, dan teman bergaul.

Teman bergaul dan media massa merupakan faktor yang cukup berpengaruh

terhadap pola konsumsi remaja. Dalam kehidupan sehari-hari, remaja selalu

berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Pengaruh teman

dalam pergaulan anak lebih besar daripada pengaruh orang tua dalam hal

memberikan pertimbangan untuk mengonsumsi barang atau jasa tertentu, karena

dalam perkembangan remaja peran teman bergaul lebih berarti daripada orang tua.

Pendapat teman bergaul dianggap lebih bermakna daripada pendapat orangtua

mengenai barang dan jasa tertentu yang akan dikonsumsi, teman bergaul

memberikan penilaian, pertimbangan mengenai apa yang baik atau buruk bagi

remaja karena mereka memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal tertentu.

Penerimaan dalam kelompok merupakan kebutuhan yang penting bagi seorang

remaja. Remaja gemar sekali berkelompok dengan didasari kesamaan-kesamaan

yang dimiliki, misalnya memiliki hobi yang sama, menyukai merk barang dan jasa

yang sama, juga kesamaan dalam hal kebiasaan berbelanja produk-produk yang

sedang populer.

Pengaruh media massa, yang gencar dalam memberikan

penawaran-penawaran yang menarik, memberikan kesempatan lebih banyak kepada remaja

untuk mengikuti perkembangan trend di kalangan remaja. Remaja dengan cepat

dapat memperoleh informasi barang dan jasa yang sedang populer melalui media

massa seperti televisi, radio, majalah, surat kabar dan melalui internet. Media

(25)

kalangan remaja dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam memperoleh

barang dan jasa tertentu, sehingga dapat menyebabkan remaja menjadi konsumtif.

Faktor interen seperti sikap remaja terhadap barang dan jasa tertentu,

kebiasaan-kebiasaan mengonsumsi barang dan jasa tertentu, status sosial ekonomi

orang tua, pola pengasuhan orang tua dan faktor ekstern berupa lingkungan

pergaulan anak dapat menyebabkan remaja memiliki sifat konsumtif, oleh karena

itu dalam penelitian ini diambil judul penelitian “PENGARUH STATUS SOSIAL

EKONOMI ORANG TUA, LINGKUNGAN PERGAULAN DAN POLA

PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP POLA KONSUMSI REMAJA“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang tua, Lingkungan Pergaulan,

dan Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap Pola Konsumsi Remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Status

Sosial Ekonomi Orang tua, Lingkungan Pergaulan dan Pola Pengasuhan Orang

(26)

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi

pihak – pihak yang memerlukan antara lain :

1. Bagi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang

berguna terutama yang berhubungan dengan pola konsumsi barang dan jasa

yang sedang populer di kalangan remaja.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan Universitas

Sanata Dharma, yang berguna bagi mahasiswa dan siapa saja yang

membutuhkannya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan sosial

terlebih yang berhubungan dengan pola konsumsi barang dan jasa yang sedang

populer di kalangan remaja.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat mengetahui secara mendalam pengaruh status sosial ekonomi, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua terhadap pola

konsumsi remaja.

b. Sebagai sarana dalam menerapkan ilmu pengetahuan sosial berhubungan dengan pola konsumsi barang dan jasa pada remaja, dan sebagai sarana

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Remaja

1. Pengertian konsumsi

Menurut Kamus Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan (1994)

konsumsi adalah penggunaan barang–barang keperluan sehari–hari seperti

makanan, minuman, pakaian, dan lain–lain. Menurut Widiarto (2004: 41)

konsumsi adalah suatu kegiatan manusia untuk mengurangi nilai kegunaan

barang dan jasa, baik dilakukan secara sekaligus maupun secara

berangsur-angsur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan konsumsi adalah untuk memperoleh tingkat kepuasan dan

mencapai tingkat kemakmuran yaitu dapat memenuhi berbagai macam

kebutuhan secara layak

2. Pengertian Pola Konsumsi

Menurut Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen (1992: 199)

pola konsumsi adalah proporsi pengeluaran suatu rumah tangga untuk

membeli berbagai jenis barang dan jasa untuk tingkat pendapatan dan jangka

waktu tertentu. Sedang menurut Pratama (1994: 53) pola konsumsi adalah

jumlah pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan seseorang atau

rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari

penghasilannya. Pola Konsumsi anak adalah proporsi pengeluaran anak

(28)

3. Pengertian Remaja

Perkembangan remaja ditandai oleh suatu proses perubahan dalam diri

seseorang bersifat kemajuan atau penyempurnaan kepribadian bagi

orang-orang yang sedang tumbuh dewasa. Masa remaja ditandai batas minimal dan

maksimal. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa batasan usia remaja adalah

11 – 24 tahun dan belum menikah.

Menurut Gunarsa (1986: 26) batas usia remaja berkisar antara 12-22

tahun. Menurut Rifai (1983: 21) Remaja adalah mereka yang berada pada

masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” (masa menuju

kedewasaan), masa dimana seseorang sudah tidak lagi disebut sebagai anak

kecil tetapi juga belum disebut dewasa. Hurlock (1992: 206) menjelaskan

bahwa masa remaja berlangsung pada usia 13 sampai 16 atau 17 dan akhir

masa remaja berlangsung pada usia 16 atau 17 sampai 18

Dalam definisi-definisi di atas terdapat 3 kriteria yaitu biologis,

psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut

berbunyi :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola-pola identifikasi

dari masa kanak-kanak sampai menjadi dewasa.

c. Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

(29)

WHO menetapkan usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja,

selanjutnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan

remaja akhir 15-20 tahun. Sedang PBB menetapkan usia 15-24 tahun

sebagai usia pemuda (Youth) dalam rangka membuat keputusan mereka.

Dalam perkembangannya remaja melakukan pernyesuaian diri seperti :

a. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalam

kepribadiannya.

b. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam

kebudayaan tempatnya berada.

c. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupan.

d. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.

e. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-nilai

yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

f. Memecahkan masalah yang nyata dalam pengalaman sendiri dalam

kaitannya dengan lingkungan.

Perkembangan remaja merupakan perubahan yang menyangkut aspek

kualitatif dengan ciri-ciri progresif, teratur dan berkesinambungan serta

akumulatif. Aspek-aspek perkembangan tersebut meliputi:

a. Perkembangan kepribadian

Aspek perkembangan kepribadian remaja yang penting adalah konsep

(30)

penilaian diri, penilaian sosial, dan citra diri.

b. Perkembangan Identitas Diri

Identitas diri atau jati diri tergantung pada tiap kelompok yang dapat

memberikan makna bagi dirinya. Salah satu identitas diri yang diharapkan

pada masa remaja adalah identitas jenis kelamin sehingga memiliki

kematangan dalam kesediaan peneriman jenis kelamin dan kodrati

sehingga puas terhadap dirinya, kesediaan untuk menjalankan peran jenis

kelamin, orientasi seksual yang selaras dengan norma sosial.

c. Perkembangan Sosial

Hubungan dengan teman sebaya (peer group) menjadi lebih penting,

kerena remaja dapat diterima oleh kelompok teman sebaya. Teman sebaya

merupakan tempat berbagi pengalaman dan perasaan serta bagian dari

pembentukan identitas diri (Gunarsa, 1986). Ciri khas pada perkembangan

sosial remaja adalah kuatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan

perilaku sosial, dan pengelompokan sosial baru.

d. Perkembangan Emosi

Ciri dari perkembangan emosi pada remaja adalah emosi lebih mudah

bergejolak, kondisi emosional berlangsung cukup lama, jenis emosi lebih

bervariasi, ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi, sangat

(31)

e. Perkembangan Kognitif

Remaja memiliki kemampuan berpikir yang berpengaruh terhadap tingkah

laku antara lain: berpikir kritis terhadap segala sesuatu harus rasional dan

jelas, rasa ingin tahu kuat, jalan pikiran ego sentris.

f. Perkembangan Moral

Tahap moralitas pasca-konvensional remaja mencakup kelanturan dan

keyakinan moral yang memungkinkan perubahan dan perbaikan standar

moral, penyesuaian diri dengan standar sosial yang ideal untuk

menghindari hukuman, mengganti konsep moral khusus menjadi umum.

g. Perkembangan Seksualitas

Perkembangan seksualitas terjadi karena perubahan hormonal yang

berpengaruh terhadap alat reproduksi. Perkembangan ini mencakup

pembentukan hubungan baru dan labih matang dengan lawan jenis.

Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan

pengertian Pola Konsumsi Remaja adalah proporsi pengeluaran seorang yang

berusia anatar 10-20 tahun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara

(32)

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi

Menurut Gilarso (2002: 63) Besarnya pola konsumsi tergantung dari

banyak faktor, antara lain :

a) Besarnya pendapatan keluarga yang tersedia (setelah dipotong pajak dan

potongan–potongan lain)

b) Besarnya keluarga dan susunannya (jumlah anak, umur)

c) Taraf pendidikan dan status sosial dalam masyarakat

d) Lingkungan sosial ekonomi (desa, kota, kota besar)

e) Agama dan adat kebiasaan

f) Musim

g) Kebijakan dalam mengatur keuangan keluarga

h) Pengaruh Psikologi (mode–mode terbaru, pandangan masyarakat tentang

apa yang menaikkan gengsi)

i) Harta kekayaan yang dimiliki (tanah, rumah, uang)

Dari beberapa faktor di atas besar kecilnya penghasilan adalah faktor

yang cukup besar mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Semakin besar

penghasilan, maka semakin besar pula pola konsumsinya. Apabila pengeluaran

dalam suatu kelompok digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan kaya

dan golongan miskin, hampir seluruh penghasilan keluarga miskin habis untuk

memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan, bila tingkat penghasilan naik maka

(33)

konsumsi lebih rendah dari persentase (%) kenaikan pendapatan. Gejala ini

dalam ilmu ekonomi dikenal dengan nama “Hukum Engel”.

Menurut Kotler (1995: 223) yang mempengaruhi pola konsumsi

barang dan jasa pada seseorang adalah:

a. Faktor Budaya. Faktor budaya terdiri dari kultur (kebudayaan), sub kultur, dan kelas sosial.

1). Kultur (Kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari

keinginan dan perilaku seseorang. Anak memperolah sarangkaian tata

nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarganya dari

lembaga-lembaga kunci lain.

2). Sub Kultur

Setiap kultur terdiri dari sub-sub kultur yang lebih kecil yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih spesifik.

Sub kultur mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah

geografis.

3). Kelas Sosial

Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam

suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan anggota-anggotanya

memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang mirip. Kelas sosial

menunjukkan preferensi produk dan merk dalam pemilihan produk

seperti pakaian, perabot rumah, kegiatan pada waktu luang, dan

(34)

b. Faktor Sosial. Faktor sosial terdiri dari kelompok acuan, keluarga, peran dan status.

1). Kelompok acuan. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua

kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung

terhadap pendirian atau perilaku seseorang. Kelompok acuan

menghubungkan seseorang antara pola perilaku konsumsi tertentu

dangan gaya hidup baru, yang mempengaruhi pada pemilihan produk

dan merk produk tertentu

2). Keluarga

Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling

berpengaruh. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat.

3). Peran dan Status

Posisi orang dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam istilah

peran dan status. Setiap peran membawa status.

c. Faktor Pribadi. Faktor pribadi terdiri dari usia dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pribadi.

(35)

Selera remaja dalam berpakaian, memilih makanan dan minuman,

rekreasi berhubungan dengan usianya. Pola konsumsi juga dipengaruhi

oleh tahap-tahap dalam siklus hidup dalam sebuah keluarga.

2). Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya, misalnya

seorang pekerja berkerah biru akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja,

kotak makanan dan berrekreasi boling.

3). Keadaan ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang.

Keadaan ekonomi meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkat

pendapatan, stabilitas, dan pola waktunya), tabungan dan kekayaan

(termasuk persentase yang likuid), hutang, kekuatan untuk meminjam,

dan pendirian terhadap belanja dan menabung.

4). Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diungkapkan dalam kegiatan, minat dan pendapataan seseorang. Gaya

hidup melukiskan keseluruhan orang termasuk gambaran pola

konsumsinya.

5). Kepribadian dan Konsep diri

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian

adalah karakteristik pribadi yang berbeda dari seseorang lain,

(36)

lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang digunakan

untuk memilih atau menentukan pola konsumsi seseorang terhadap

pilihan produk dan merk. Konsep diri adalah citra pribadi atau

bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, hal ini mempengaruhi

penilaian seseorang terhadap produk dan merk yang akan dibelinya.

d. Faktor Psikologis. Faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi, pengetahuan, kepercayaan dan pendirian.

1). Motivasi.

Suatu motif (dorongan) adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk

mendorong seseorang untuk bertindak. Setiap orang mempunyai banyak

kebutuhan, pada setiap waktu tertentu. Suatu kebutuhan menjadi motif

(dorongan) bila telah mencapai tingkat intensitas yang cukup. Suatu

motif adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang

untuk bertindak memuaskan kebutuhannya.

2). Pengetahuan

Ketika seseorang bertindak memenuhi kebutuannya, mereka belajar

pengetahuan untuk menjelaskan perubahan pola perilaku konsumsinya

yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan seseorang dihasilkan

melalui suatu proses yang saling mempengaruhi dari dorongan,

(37)

3) Belajar

Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seorang individu

yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakkan perilaku manusia

diperoleh dengan mempelajarinya. Perubahan perilaku terjadi melalui

keadaan saling mempengaruhi antara dorongan (drive), rangsangan

(stimuli), petunjuk-petunjuk penting jawaban (Clues), faktor-faktor

penguat (reinforcement), dan tanggapan (respons).

4). Kepercayaan dan sikap pendirian

Melalui bertindak dan belajar, seseorang memperoleh kepercayaan dan

pendirian. Hal ini kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian

mereka. Suatu kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut

seseorang mengenai suatu hal. Suatu pendirian menjelaskan evaluasi

kognitif yang menguntungkan atau tidak menguntungkan, perasaan

emosional, dan kecenderungan tindakan yang mapan dari seseorang

terhadap suatu objek atau ide tertentu.

5. Pola Konsumsi Makanan dan Minuman.

Menurut Prayoga dan Pujiwati (dalam Wisnu, 2004) pola konsumsi

adalah proporsi pengeluaran untuk membeli barang-barang kebutuhan yang

dikonsumsi terutama makanan dan minuman. Semakin banyaknya pilihan

berbagai macam makanan dan minuman di pasaran merupakan bukti semakin

(38)

dan kuantitas produk-produk kebutuhan pokok bagi masyarakat. Keberhasilan

pembangunan di bidang pertanian ini misalnya, telah menghasilkan berbagai

jenis makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup besar. Produksi

makanan dan minuman dengan jenis yang bervariasi banyak ditawarkan.

6. Pola Konsumsi Pakaian

Pola konsumsi pakaian adalah proporsi pengeluaran untuk memenuhi

barang-barang kebutuhan yang dikonsumsi terutama pakaian. Pola konsumsi

pakaian seseorang dipengaruhi oleh gaya berpakaiannya. Gaya berpakaian

adalah cara seseorang dalam berpakaian yang berlakunya hanya bersifat

sementara dan berjangka waktu pendek. Gaya berpakaian lahir dari keinginan

seseorang untuk menghias dirinya agar memiliki daya tarik seksual yang lebih

memikat, serta terlihat pada semua aspek kehidupan yaitu tindak tanduk,

kesenian, dan kesusastraan.

B. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi sosial (kelas sosial) merupakan istilah yang digunakan

untuk menunjukkan tingkatan-tingkatan orang di dalam suatu masyarakat dengan

anggota masyarakat lain. Tingkatan-tingkatan ini nantinya akan menghasilkan

suatu hirarkis berupa kelompok status sosial yang tinggi dan rendah.

Kelas sosial dapat ditunjukkan oleh perbedaan pendapatan yang

(39)

berbeda-beda (Amirullah, 2002: 48). Selain pendapatan, kelas sosial juga dapat

dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang. Kriteria yang lazim

digunakan sebagai suatu ukuran relatif yang baik adalah ditentukan oleh

nilai-nilai yang ditekankan pada masyarakat tersebut.

Kelas sosial juga dapat dilihat dari gaya hidup yang dijalani

seseorang. Gaya hidup merupakan pola hidup atau kebiasaan hidup seseorang

yang merupakan wujud dari aktualisasi diri. Kelas sosial juga dapat

dikelompokkan menurut tingkat pendidikan dari masyarakat setempat. Dalam

masyarakat sering terdengar adanya kelompok intelektual atau juga kelompok

buta huruf.

Di Indonesia, pengelompokkan kelas sosial sudah sering dilakukan

oleh peneliti dengan melakukan pendekatan-pendekatan tertentu. Dibawah ini

merupakan contoh kategori kelas sosial (Amirullah, 2002: 49)

Tabel II.1

Contoh Kategori Kelas Sosial di Indonesia.

Pendapatan Perkerjaan Gaya Hidup Pendidikan

< 100.000 ABRI/Polisi Kelas puncak atas Tidak tamat SD 100.000 – 250.000 PNS Kelas puncak bawah Tamat SD

250.000 – 500.000 Wiraswasta Kelas mengengah Atas Tidak Tamat SMP 500.000–1.000.000 Guru/Dosen Kelas menengah bawah Tamat SMP 1.000.000-1.500.000 Karyawan Bank Kelas bawah atas Tidak tamat SMA 1.500.000-2.000.000 Pengacara Kelas bawah rendah Tamat SMA

>2.000.000 Dokter DO Kuliah

(40)

Penggunaan dan pilihan produk dan merk akan berbeda-beda pada

masing-masing kelas sosial. Misalnya konsumen kelas sosial atas dan menengah

lebih tertarik pada fashion dan style dibandingkan dengan hanya sekedar

membaca majalah atau mengamati orang lain. Pada kelas atas, perabot rumah

tangga mempunyai nilai simbolik sementara kelas sosial bawah lebih melakukan

seleksi terhadap perabot rumah tangga yang dibeli. Dalam pemilihan terhadap

kendaraan, pada kelas sosial atas lebih memilih kendaraan dengan merk impor

sementara kelas menengah ke bawah lebih cenderung membeli kendaraan

domestik.

Demikian juga dengan perjalanan dan rekreasi. Perjalanan yang jauh

dan rekreasi yang mahal adalah simbolik hidup dari status sosial ekonomi tinggi,

misalnya penggunaan pesawat udara, menginap di hotel berbintang atau

pembayaran menggunakan kartu kredit (Amirullah, 2002: 49)

Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.

Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang

dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Soekanto

(1990: 265) mengatakan bahwa status sosial adalah tempat seseorang secara

umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan

pergaulannya, prestise, dan hak–hak serta kewajibannya. Menurut Chapin

(Swalastoga, 1989) status sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu

atau keluarga berkenaan dangan ukuran rata–rata yang umum berlaku tentang

(41)

dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Pendapat lain dari Puspito (1989:

103) menyatakan bahwa kedudukan atau status sosial adalah tempat yang

diambil seseorang dalam masyarakat. Tempat yang dimaksud adalah kedudukan

secara sosio kultural dengan lokasi didalam pikiran orang atau kelompok orang

yang tinggal dalam satuan budaya tersebut.

Sedangkan Polak (1979: 162) berpendapat bahwa status sosial

ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan sosial ekonomi dalam masyarakat.

Status mempunyai dua aspek :

a. Aspek yang agak statis (structural), dimaksudkan sifatnya hirarkis, ialah

mengandung perbandingan tinggi rendahnya secara relatif terhadap status

lain.

b. Aspek yang lebih dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang

diharapkan dari seseorang yang menduduki status tersebut.

Sehubungan dengan konsep status dalam aspek yang struktural,

maka setiap orang mempunyai tingkatan secara hirarkis antara orang yang satu

dangan yang lain. Setiap orang yang mempunyai status atau kedudukan yang

berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung posisinya dalam masyarakat.

Adanya perbedaan kedudukan atau status ini menyebabkan adanya sistem

pelapisan sosial atau social stratification, yaitu pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas–kelas secara bertingkat–tingkat atau secara hirarkis,

(42)

adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Sesuatu yang dihargai oleh

masyarakat itu berupa uang atau benda–benda tertentu yang bernilai ekonomis.

Dalam masyarakat dikembangkan 2 macam kedudukan yaitu :

a. Ascribed Status

Ascribed Status adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini

diperoleh karena kelahiran.

b. Achieved Status

Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi

bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing–masing

dalam mengejar serta mencapai tujuannya. Kadang kedudukan ini dibedakan

dengan satu macam kedudukan yaitu Assigned status yang merupakan

kedudukan yang diberikan (Soekanto, 1990: 265)

Dengan demikian, sistem pelapisan dalam masyarakat dapat terjadi

dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat. Adapula yang dengan

sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasanya menjadi

alasan terjadinya sistem pelapisan tersebut adalah kepandaian, tingkat umur, sifat

keaslian, keanggotaan kekerabatan seseorang pemuka masyarakat, dan mungkin

juga harta dalam batas–batas tertentu. Yang biasanya dipakai sebagai ukuran

atau kriteria untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang lain

(43)

1) Ukuran Kekayaan

Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran. Barang siapa

memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.

Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam bentuk rumah yang

bersangkutan, mobil pribadi, kebiasaan berbelanja barang mahal, dan

sebagainya.

2) Ukuran Kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

menempati lapisan tertinggi.

3) Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran–ukuran kekayaan

atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat

teratas. Aturan semacam ini banyak dijumpai dalam masyarakat tradisional,

biasanya mereka adalah golongan tua atau pernah berjasa pada masyarakat.

4) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu

pengetahuan akan tetapi ukuran tersebut kadang–kadang berakibat negatif,

karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran tetapi

gelar kesarjanaan. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha

digunakan untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun dengan jalan yang

(44)

Tiap-tiap orang atau keluarga akan mempunyai unsur–unsur yang

terkandung dalam konsep status sosial ekonomi. Sedikit banyaknya unsur–unsur

yang dimiliki, baik secara kualitas maupun kuantitas menunjukkan tinggi

rendahnya status sosial ekonomi yang dimilikinya.

Kelas sosial dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas antara lain

upper-upper class, lower-upper class, upper-middle class, lower-middle class, upper-lower class dan lower-lower class. Untuk memudahkan dalam memahami kelas sosial masyarakat, kelas sosial dikategorikan menjadi kelas sosial

golongan atas, kelas sosial golongan menengah, dan kelas sosial golongan

rendah. Dalam hubungannya dengan pola konsumsi karakter dari tiap kelas

adalah (Mangkunegara, 1988: 46):

1) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli

barang-barang yang mahal, membeli pada toko-toko yang berkualitas dan lengkap,

konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung

untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya.

2) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang dan jasa

untuk menampakkan kekayaan, membeli barang dengan jumlah yang

banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli

barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan,

rumah mewah, perabot rumah tangga, dan lain-lain.

3) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan

(45)

membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan

barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.

Seseorang yang status sosial ekonominya tinggi adalah mereka yang

berkecukupan, mampu, kaya, berpendidikan tinggi, tingkat pendapatan lebih

dari cukup karena pekerjaan mapan, sehingga ada sisa anggaran untuk merubah

pola konsumsinya. Sedang status social ekonomi rendah adalah mereka yang

kurang berada, berpendidikan rendah, pekerjaan tidak memberikan penghasilan

yang cukup, penghasilan yang diperolah hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok saja.

C. Lingkungan Pergaulan

Dalam perkembangannya remaja mempunyai motivasi untuk

bergaul. Motivasi ini tergantung pada seberapa besar perolehan kepuasan

remaja melalui aktivitas tersebut (Majalah Ayah Bunda,1992). Setiap orang,

termasuk remaja hidup dalam suatu masyarakat. Masyarakat merupakan suatu

wujud hidup bersama orang lain dalam suatu komunitas yang saling

berinteraksi, bekerjasama, memiliki pembagian kerja dan memiliki

norma-norma peraturan.

Salah satu ciri khas remaja ditandai dengan perkembangan

persahabatan secara kualitas dan kuantitas. Persahabatan ini hanya mungkin bila

dalam kelompok sosialnya, remaja telah saling kenal dan diterima oleh

(46)

bidang tertentu, misalnya kebiasaan merokok, kebiasaan pergi berbelanja di

mall atau belanja di pusat-pusat perbelanjaan, akan mempengaruhi pola konsumsinya.

Menurut Walgito (1989) lingkungan dibedakan menjadi :

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim

dan letak tempat tinggal (desa, kota, kota besar), keadaan geografis.

Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda

pula pada perkembangan individu.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam

lingkungan ini terdapat interaksi antara individu satu dengan individu yang

lain. Keadaan masyarakat dan kegiatan masyarakat memberikan pengaruh

tertentu pada perkembangan individu. Lingkungan sosial dibedakan

menjadi dua yaitu :

1) Lingkungan Sosial Primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat

hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang

lainnya.

2) Lingkungan Sosial Sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan

anggota satu dengan yang lain agak longgar.

Lingkungan sosial masyarakat yang mempengaruhi pola konsumsi

(47)

a. Kelompok referensi kecil dan teman sebaya.

Kelompok referensi kecil didefinisikan sabagai suatu kelompok

yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan pola konsumsi. Pengaruh

kelompok referensi kecil terhadap pola konsumsi antara lain dalam

menentukan produk dan merk yang mereka gunakan yang sesuai dengan

aspirasi kelompoknya (Mangkunegara,1998: 47). Keefektifan pengaruh

kelompok referensi terhadap pola konsumsi remaja juga sangat tergantung

pada kualitas produk dan informasi yang tersedia.

Demikian juga dengan pengaruh teman, kehadiran teman dan

keterlibatannya di dalam suatu kelompok membawa pengaruh tertentu, baik

pengaruh positif maupun negatif. Bila teman-temannya mempunyai

kebiasaan berbelanja secara berlebihan remaja menjadi konsumtif, remaja

akan mengikuti dan meniru apa yang dilakukan oleh kelompoknya. Seorang

remaja yang telah merasa cocok dan diterima teman-teman dalam sebuah

kelompok, tentu cenderung untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh

kelompoknya. Penerimaan kelompok yang dimaksud adalah dipilih sebagai

teman untuk suatu aktivitas dalam kelompok dimana seseorang menjadi

anggotanya. Apabila remaja tersebut tidak mau mengikuti

kebiasaan-kebiasaan kelompok, ia akan diasingkan dan ditolak oleh kelompok.

b. Tempat Tinggal

Tempat tinggal adalah suatu wilayah tertentu dimana suatu komunitas

(48)

menjadi 2, yaitu lingkungan perkotaan dan lingkungan pedesaan. Kota yaitu

suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan

penduduk yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang

heterogen dan coraknya matrealistis. Ciri-ciri kota adalah

1. Pekerjaan lebih bervariasi dan tidak bergantung pada alam.

2. Ukuran masyarakat adalah besar dilihat dari jumlah penduduknya.

3. Lingkungan bersifat buatan, yaitu sudah banyak dibentuk oleh teknologi,

dan buatan tangan manusia.

4. Diferensiasi sosial lebih tajam dan terbuka

5. Mobilitas sosial bersifat vertikal

6. Kontrol sosial bersifat formal.

Sedangkan Ciri-ciri Pedesaan adalah :

1. Memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai

kebudayaan, sikap dan tingkah laku.

2. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada

3. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet.

4. Jumlah penduduk yang relatif lebih sedikit dan tersebar.

Lingkungan sosial dalam pergaulan remaja di masyarakat juga

meliputi media massa. Media massa memberikan penawaran yang menarik dan

memberikan banyak kesempatan kepada remaja untuk mengonsumsi barang dan

jasa tertentu yang sedang populer. Media massa merupakan sarana yang

(49)

perawaran melalui iklan-iklan yang menarik akan mempengaruhi pola konsumsi

remaja.

D. Pola Pengasuhan Orang Tua

1. Pengertian Pola Pengasuhan Orang Tua

Macoby (dalam Alibata, 2000), menyatakan bahwa pola asuh

orang tua merupakan interaksi orang tua dengan anaknya yang di dalamnya

orang tua mengekspresikan sikap-sikap, nilai-nilai, minat-minat, dan

harapan dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya.

Sedang pendapat Symond (dalam Mujiyana, 2001), menyatakan bahwa

esensi hubungan orang tua dan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua

dalam mengasuh anak.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

orang tua adalah interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua. Interaksi

tersebut bukan hanya dalam pemenuhan kebutuhan fisik (makanan,

minuman, pakaian) dan kebutuhan psikis (kasih sayang, panerimaan, rasa

aman, dll) tetapi juga bagaimana orang tua memberikan contoh dan

mengajarkan tentang peraturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat.

2. Tipe – tipe Pola Pengasuhan Orang Tua

Menurut Baumrind (dalam Alibata, 2000) ada dua aspek dari

(50)

parental demandingness. Parental responsiveness menunjuk pada sejauh mana orangtua menanggapi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak

dalam suatu sikap yang menerima dan mendukung, sedang parental

demandingness menunjuk pada sejauh mana orangtua mengharapkan dan menuntut perilaku yang bertanggungjawab dan matang dari anak-anaknya.

Menurut Steinberg (dalam Alibata, 2000) perpaduan antara aspek

parental responsiveness dan parental demandingness melahirkan empat pola pengasuhan orangtua terhadap anak.

Pola pengasuhan tersebut dapat divisualisasikan pada gambar berikut:

Demandingness

High Low

High

Responsiveness Low

Gambar II.1. Pola Pengasuhan Orangtua (dalam Alibata, 2000)

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa: pertama, pola

pengasuhan authoritative mempunyai ciri-ciri orangtua sangat responsif

atau sangat tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya, namun

juga sangat menuntut anak-anaknya menjadi seseorang yang

bertanggungjawab dan matang. Kedua, pola pengasuhan authoritarian

mempunyai ciri-ciri orangtua sangat menuntut rasa tanggungjawab dari Authoritative Indulgent

(51)

anaknya, tetapi kurang responsif atau tanggap terhadap

kebutuhan-kebutuhan anaknya.

Ketiga, pola pengasuhan indulgent mempunyai ciri-ciri orangtua

sangat responsif atau tanggap akan kebutuhan-kebutuhan anaknya tetapi

tidak menuntut anaknya untuk menjadi matang dan bertanggungjawab.

Keempat, pola pengasuhan indifferent mempunyai ciri-ciri orangtua tidak

menuntut rasa tanggungjwab dari anaknya tetapi juga tidak tanggap akan

kebutuhan-kebutuhan anaknya.

Pola Pengasuhan orang tua dalam mendidik anaknya dapat

bervariasi. Lighter (2005: 18) dan Hurlock (1993) membagi pola

pengasuhan orang tua menjadi tiga tipe yaitu autoritatif/demokratis,

authoritarian/otoriter, dan permissive/permisif. a. Pola Pengasuhan Autoritatif/demokratis

Orang tua yang demokratis mengajarkan kepada anaknya

tentang bagaimana berperilaku secara dewasa dan dengan

bertanggung jawab (Lighter, 2005: 19). Orang tua yang demokratis

menggunakan seperangkat standar untuk mengatur anaknya, aturan–

aturan yang diberlakukan didasarkan pada usia, kebutuhan, dan

perkembangan anak. Dengan bertambahnya usia, anak tidak saja

dibiasakan dan diberi penjelasan tentang peraturan, tetapi anak juga

diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang

(52)

Orang tua demokratis mendorong anak–anaknya berpikir

sendiri dan dapat bekerjasama dengan anak lain dalam mengambil

keputusan (Hurlock, 1999; Lighter, 2005). Pola pengasuhan orang tua

yang demokratis dapat menimbulkan ciri–ciri berinisiatif, tidak takut–

takut, lebih giat dan lebih bertujuan.

b. Pola Pengasuhan Authoritarian/otoriter

Orang tua otoriter menerapkan peraturan rumah yang keras dan

sangat sulit dipenuhi oleh anak yang menginjak remaja dimana

kebutuhannya mulai berubah dan berlatih mandiri (Lighter, 2005: 18).

Orang tua otoriter menuntut kepatuhan pada peraturan yang telah

ditetapkannya, orang tua beranggapan bahwa anak–anak harus

menerima aturan–aturan dan standar yang ditentukan tanpa

mempersoalkannya (Hurlock, 1999: 93).

Orang tua seperti ini percaya bahwa remaja harus mengikuti

cara yang mereka inginkan dan tugas orangtualah untuk memaksakan

kepercayaan, nilai–nilai, perilaku dan standar pada anak mereka

(Balson, 1993: 136). Orang tua yang otoriter cenderung tidak

mendukung perilaku bebas dan melarang otonomi anak (Lighter, 2005:

18)

c. Pola Pengasuhan Permissive/permisif

Bagi banyak orang tua, pola pengasuhan permisif merupakan

(53)

Orang tua permisif tidak memberikan batasan-batasan atau aturan–

aturan yang sifatnya wajib atau dipaksakan kepada anaknya. Mereka

tidak menetapkan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,

anak diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat

sekehendak hati, hanya sedikit permintaan dan batasan yang dikenakan

pada anak (Lighter, 2005: 19).

Orang tua permisif terlalu cepat mengalihkan tanggung jawab

kepada anak–anaknya, apabila melakukan kesalahan, anak tidak

pernah dihukum (Lighter, 2005). Orang tua permisif mengabaikan

peluang yang penting untuk melatih dan membimbing anak–anaknya

dengan berbagai kecakapan yang diperlukan anak untuk mandiri

(Lighter, 2005: 19). Anak harus mempelajari sendiri kecakapan dengan

cara yang sulit tanpa tuntunan dan dukungan dari orang tua (Hurlock,

1999: 93)

Dalam keluarga yang merupakan suatu unit masyarakat yang

terkecil pengaruh terhadap pola konsumsi remaja adalah pada

pemilihan produk dan merk yang dipilih remaja yang sesuai dengan

harapan orang tua. Faktor keluarga terlebih ayah dan ibu, dalam pola

konsumsi remaja dapat berperan sebagai

a) Pengambil inisiatif untuk membeli

(54)

c) Menentukan keputusan apa yang dibeli, bagaimana cara membeli,

kapan dan di mana tempat membelinya.

d) Siapa yang melakukan pembelian

e) Pemakai, yang akan menggunakan produk yang akan dibeli.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu

mengenai pola konsumsi, antara lain:

No Peneliti Tahun Judul Teknik

Analisis

• Ada perbedaan yang siginfikan gaya hidup siswa yang berasal dari etnis jawa dan bukan jawa. Fhit>Ftabel, Fhit = 6.966, Ftabel = 3.89

• Ada perbedaan yang signifikan gaya hidup siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tua. Fhit = 4.54. Ftabel = 3.89

(55)

2. Farida

F. Kerangka Teoritik dan Hipotesis

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan, dan pola pengasuhan orang tua terhadap pola konsumsi anak.

Pola konsumsi anak terhadap makanan dan pakaian dipengaruhi

tinggi rendahnya status sosial ekonomi orang tua. Orang tua yang status sosial

ekonominya rendah, besarnya konsumsi sama dengan besarnya pendapatan yang

diperoleh orang tua, sedangkan orang tua yang status sosial ekonominya tinggi,

besarnya konsumsi hanya sebagian dari seluruh penghasilan orang tua, dan

(56)

Semakin besar pendapatan orang tua maka konsumsi anak semakin

besar juga, namun besarnya kenaikan persentase (%) konsumsi barang lebih kecil

dari pada persentase (%) kenaikan pendapatannya. Pola konsumsi anak terhadap

makanan dan pakaian dipengaruhi oleh banyak faktor selain status sosial ekonomi

orang tua faktor lain yang cukup berpengaruh adalah lingkungan pergaulan, mode

yang sedang populer dan kebiasaan orang tua yang berhubungan dengan pola

konsumsi.

Remaja yang tinggal di daerah perkotaan konsumsi terhadap

makanan, minuman, dan pakaian lebih tinggi dari pada remaja yang tinggal di

daerah pedesaan sehingga remaja yang tinggal di daerah perkotaan lebih

konsumstif daripada yang tinggal di derah pedesaan, hal tersebut dikarenakan

remaja yang tinggal di daerah perkotaan lebih dekat dengan pusat-pusat

perbelanjaan yang memberikan banyak kesempatan bagi remaja untuk

memperoleh barang dan jasa yang sedang populer. Begitu juga pola pengasuhan

yang diterapkan orang tua dalam mendidik anak, kebiasaan memberikan

kesempatan untuk memutuskan barang apa saja yang boleh dikonsumsi anak

secara bebas membuat pola konsumsinya meningkat, namun jika orang tua

mengajarkan kebiasaan-kebiasaan mengonsumsi makanan dan pakaian sesuai

kebutuhan maka pola konsumsi anak sedang, namun jika orangtua memberikan

banyak larangan dan tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk memutuskan

makanan dan pakaian yang hendak dikonsumsi maka pola konsumsi anak akan

(57)

Berdasarkan uraian kerangka teoritik diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut: Status Sosial Ekonomi Orangtua, Lingkungan Pergaulan dan Pola

Pengasuhan orangtua secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pola Konsumsi

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian asosiatif yaitu

penelitian yang menujukkan dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih

(Sugiyono, 2002: 86), yaitu menguji sejauh mana pengaruh status sosial ekonomi

orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua terhadap pola

konsumsi remaja.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Pengudi Luhur Yogyakarta Jln. P. Senopati

No. 18 Yogyakarta 55121. Alasan dipilihnya sekolah ini karena status sosial

ekonomi orang tua siswa-siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta bervariasi,

juga berasal dari lingkungan pergaulan yang berbeda-beda.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2006

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA Pangudi

(59)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, lingkungan

pergaulan, pola pengasuhan orang tua, dan pola konsumsi anak.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi: 1989).

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:

56). Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas X

dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi atau wakil populasi yang diteliti.

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah probalility sampling, dengan

teknik proportional sampling (sampling berimbang). Peneliti mengambil

wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya

disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam masing-masing

Gambar

Gambar II.1. Pola Pengasuhan Orangtua (dalam Alibata, 2000)
Table III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh dosen pengajar program studi Manajemen S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama, terima kasih atas bekal ilmu selama perkuliahan dan semua bantuan yang

Persentase KBK = seluruhnya siswa banyaknya belajar tuntas yang siswa banyaknya x 100% Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan untuk mata pelajaran IPS di kelas

It focused on two research problems: (1) What kinds of errors do the fourth semester students of ELESP make in forming indirect speech.. and (2) What are the possible causes of

Mode merupakan fungsi dari properti dinamik struktur yang bersangkutan (dalam hal ini hanya massa dan kekakuan) dan bebas dari pengaruh waktu dan frekuensi getaran. Dengan

Mewujudkan kader yang berkualitas; mewujudkan Partai Amanat Nasional sebagai partai yang dekat dan membela rakyat, mewujudkan Partai Amanat Nasional sebagai partai yang

model yang telah dihipotesiskan fit atau tidak dengan data kriteria fit. menurut (Ghozali, 2011) adalah

Air yang diserap tanah melalui gaya – gaya permukaan yang sangat kuat, seperti misalnya gaya adhesi antara partikel tanah dengan air yang disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen

Namun, jika nilai signifikansi menunjukan &lt; 0,05 probabilitas maka hipotesis yang akan dihasilkan adalah Ha diterima dan H0 ditolak atau variabel bebas