• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pola Konsumsi 0.63 Alpa>0.60 Reliabel Lingkungan Pergaulan 0.62 Alpa>0.60 Reliabel Pola Pengasuhan 0.64 Alpa>0.60 Reliabel Tabel IV.4 di atas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian mempunyai koefisien alpha lebih dari 0,60 sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut adalah reliabel

B. Uji Prasyarat Regresi 1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji satu sample Kolmogorov-Smirnov. Distribusi dinyatakan normal apabila nilai Asymptotic Significance lebih dari 0,05.

Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut : Tabel IV.5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

189 189 189 189 11,07 42,37 31,17 41,72 2,051 4,842 4,162 4,494 ,118 ,108 ,104 ,080 ,118 ,054 ,104 ,058 -,103 -,108 -,057 -,080 1,618 1,484 1,429 1,104 ,011 ,024 ,034 ,174 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

SSE Lng_Prgaul Pl_Pngasuh Pl_Kons

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa varibel status sosial ekonomi orang tua mempunyai nilai Asymp Sig 0,011 karena nilai Asimp Sig. status sosial ekonomi orang tua > 0,05 maka data normal, Variabel Lingkungan pergaulan mempunyai nilai Asymp Sig. 0,024 karena nilai Asymp Sig. lingkungan pergaulan > 0,05 maka data normal, Variabel pola pengasuhan orang tua mempunyai nilai Asymp Sig. 0,034 kerena nilai Asymp Sig. > 0,05

maka data normal, Variabel pola pengasuhan mempunyai nilai Asymp Sig 0,174 karena nilai Asymp Sig > 0,05 maka data normal. Dapat disimpulkan bahwa data tiap variabel berdistribusi normal, hal ini terbukti pada tiap-tiap variabel memiliki nilai Asymp Sig lebih dari 0,05.

2. Uji Linearitas

Pengujian linearitas digunakan untuk menguji apakah data masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linear dengan variabel terikat. Kriteria pengujian yaitu jika nilai Fhitung < F tabel pada taraf signifikansi 5% maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linear.

Hasil uji linearitas disajikan dalam tabel berikut: Tabel IV.6 ANOVA Pl_Kons 392,888 9 43,654 2,296 ,018 58,401 1 58,401 3,072 ,081 334,487 8 41,811 2,199 ,030 3403,249 179 19,013 3796,138 188 (Combined) Weighted Deviation Linear Term Between Groups Within Groups Total Sum of

ANOVA Pl_Kons 297,932 21 14,187 ,677 ,851 ,818 1 ,818 ,039 ,844 4,173 1 4,173 ,199 ,656 293,759 20 14,688 ,701 ,821 3498,206 167 20,947 3796,138 188 (Combined) Unweighted Weighted Deviation Linear Term Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

ANOVA Pl_Kons 592,501 21 28,214 1,471 ,094 191,966 1 191,966 10,007 ,002 400,535 20 20,027 1,044 ,414 3203,637 167 19,183 3796,138 188 (Combined) Weighted Deviation Linear Term Between Groups Within Groups Total Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel status sosial ekonomi orang tua mempunyai nilai Fhitung 2,199 karena nilai Fhitung = 2,199 < Ftabel = 2,65 dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel status sosial ekonomi orang tua dengan variabel pola konsumsi bersifat linear. Variabel Lingkungan Pergaulan mempunyai nilai Fhitung =0,701 < Ftabel =2,65 dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan pergaulan dengan pola konsumsi bersifat linear. Variabel Pola pengasuhan orang tua mempunyai nilai Fhitung = 1,044 < Ftabel = 2,65 dapat disimpulkan bahwa variabel pola pengasuhan orang tua dengan pola konsumsi anak bersifat linear. Hasil uji linearitas tersebut menunjukkan bahwa variabel status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan, dan

pola pengasuhan orang tua mempunyai hubungan linear dengan pola konsumsi anak, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti. Diantara berbagai atau semua variabel yang menjelaskan dari model persamaan regresi. Multikolinearitas dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan yang sempurna antara variabel bebas tersebut. Model regresi terkena gejala multikolinearitas apabila nilai VIF tidak lebih dari 10 atau mempunyai tolerance di bawah 0,01.

Hasil uji multikolinearitas untuk model regresi pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut :

Tabel IV.7 Coefficientsa 46,477 4,457 10,427 ,000 ,274 ,156 ,125 1,758 ,080 ,999 1,001 -,004 ,067 -,004 -,061 ,951 ,966 1,035 -,244 ,078 -,226 -3,132 ,002 ,967 1,034 (Constant) SSE Lng_Prgaul Pl_Pngasuh Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pl_Kons a.

Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua mempunyai nilai VIF

dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut tidak terjadi gejala multikolonearitas. 2. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedestisitas adalah varian residual dalam model tidak homogen. Akibat dari adanya heteroskedastisitas adalah penaksiran OLS tetap tidak bias akan tetapi efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan menggunakan uji korelasi rangking spearman. Untuk mendeteksi apakah dalam regresi terjadi heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan Spearmen’s Rank dengan ketentuan sabagai berikut jika koefisien korelasi mempunyai tingkat signifikansi > 0,05 dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan sebaliknya, apabila koefisien korelasi mempunyai tingkat signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini hasil analisis pengujian heteroskedastisitas disajikan dalam tabel IV.8 di bawah ini:

Tabel IV.8 Correlations 1,000 -,024 ,027 ,049 . ,746 ,711 ,501 189 189 189 188 -,024 1,000 -,215** -,106 ,746 . ,003 ,149 189 189 189 188 ,027 -,215** 1,000 -,009 ,711 ,003 . ,898 189 189 189 188 ,049 -,106 -,009 1,000 ,501 ,149 ,898 . 188 188 188 188 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N SSE Lng_Prgaul Pl_Pngasuh residual_absolut Spearman's rho

SSE Lng_Prgaul Pl_Pngasuh

residual_ absolut

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Dari tabel di atas terlihat bahwa, koefisien korelasi variabel status sosial ekonomi orangtua mempunyai nilai signifikansi = 0,501 > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas, variabel lingkungan pergaulan mempunyai nilai signifikansi = 0,149 > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas, variabel pola pengasuhan mempunyai nilai signifikansi = 0,898 > 0,05 maka variabel ini tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini tidak terjadi heterosdedastisitas.

D. Deskripsi Data

Analisis deskripsi digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik dari variabel status sosial ekonomi orang tua. Karakteristik variabel status sosial

ekonomi orang tua yang diteliti yaitu jenis pekerjaan orang tua, jumlah total penghasilan orang tua, pendidikan terakhir orang tua, pola konsumsi anak.

1. Jenis Pekerjaan Orang tua

Berikut ini disajikan data mengenai Jenis Pekerjaan orangtua dalam penelitian ini digolongkan menjadi :

Tabel IV.9 Jenis Pekerjaan Ayah

Jenis Pekerjaan Ayah Frekuensi Persentase

Buruh 12 6% PNS 38 20% Pedagang 6 3% Wiraswasta 29 15% Pegawai swasta 53 28% Guru 15 8% Pensiunan 7 4% Petani 9 5% Sopir 3 2% TNI/POLRI 4 2% Lain-lain 13 7% Jumlah 189 100%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 53 (28%) ayah responden bekerja sebagai pegawai swasta, 38 (20%) Ayah responden bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, 29 (15%) Ayah responden bekerja sebagai Wiraswasta, 15 (8%) ayah responden bekerja sebagai guru, 12 (6%) ayah responden bekerja sebagai buruh, 9 (5%) ayah responden bekerja sebagai petani, 7 (4%) ayah responden merupakan pensiunan, 6(3%) ayah responden bekerja sebagai pedagang, 4 (2%) ayah responden bekeja sebagai TNI/POLRI, 3 (2%) ayah

responden bekerja sebagai sopir, sadangkan 13 (7%) lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ayah responden bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 53 orang atau 28%.

Berikut ini disajikan data Jenis Pekerjaan Ibu, digolongkan menjadi: Tabel IV.10

Jenis Pekerjaan Ibu

Jenis Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase Ibu Rumah Tangga 91 48 %

PNS 16 8% Guru 20 11% Wiraswasta 13 6% Pegawai Swasta 24 13% Perawat 4 2% Penjahit 3 2% Pedagang 7 4% Lain-lain 11 6% Jumlah 189 100%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 91 (48%) ibu responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, 24 (13%) ibu responden bekerja sebagai Pegawai swasta, 20 (11%) ibu responden bekerja sebagai guru, 16 (8%) ibu responden bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, 13 ( 6%) ibu responden bekerja sebagai wiraswasta, 7 (4%) ibu responden bekerja sebagai pedagang, 4 (2%) ibu responden bekerja sebagai perawat, 3 (2%) ibu responden bekerja sebagai penjahit. Sedang 11 (6%) lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu responden menjadi Ibu Rumah Tangga (91 orang atau 48%).

2. Pola Konsumsi Anak

Deskripsi data Pola Konsumsi anak dalam penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II, dan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel IV.11

Deskripsi data Variabel pola konsumsi Interval Frekuensi Persentase Kriteria

49 – 60 9 5% Sangat Irasional 40 – 48 124 66% Irasional 34 – 39 48 25% Cukup rasional 28 – 33 8 4% Rasional 12 – 27 0 0% Sangat Rasional 189 100%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 9 (5%) responden pola konsumsinya sangat irasioanal, 124 (66%) responden pola konsumsinya irasional, 48 (25%) responden pola konsumsinya cukup rasional, 8 (4%) responden pola konsumsinya rasioanl, dan tidak ada responden yang pola konsumsinya sangat rasional.

E. PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 12.00. Model persamaan regresi dalam penelitian ini mengunakan regresi ganda dengan tiga prediktor adalah :

Keterangan :

Y = Pola konsumsi anak a = konstanta

X1 = Status sosial ekonomi orang tua X2 = Lingkungan Pergaulan

X3 = Pola pengasuhan orang tua 1. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan, dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak. Apabila Fhitung > Ftabel dengan taraf signifikansi 5%, maka Ho ditolak, berarti variabel status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi anak. Sebaliknya jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti variabel status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi anak Hasil uji F terhadap model regresi disajikan dalam tebel IV.12 berikut ini :

Tabel IV.12 ANOVAb 251,442 3 83,814 4,374 ,005a 3544,696 185 19,161 3796,138 188 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pl_Pngasuh, SSE, Lng_Prgaul a.

Dependent Variable: Pl_Kons b.

Berdasarkan tabel IV.12 di atas terlihat bahwa hasil analisis diperoleh Fhitung

sebesar 4,374 dengan signifikansi 0,005 karena nilai Fhitung = 4,374 > Ftabel = 2,65 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi anak. Hasil uji F ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak. Hasil uji F juga digunakan untuk melihat ketepatan model yang digunakan dalam penelitian ini dan kareran nilai Fhitung > Ftabel maka model yang di gunakan dalam penelitian ini adalah FIT (tepat)

Hasil perhitungan nilai koefisien regresi (a,b1,b2,b3) disajikan dalam tabel IV.13 berikut :

Tabel IV.13 Coefficientsa 46,477 4,457 10,427 ,000 ,274 ,156 ,125 1,758 ,080 ,999 1,001 -,004 ,067 -,004 -,061 ,951 ,966 1,035 -,244 ,078 -,226 -3,132 ,002 ,967 1,034 (Constant) SSE Lng_Prgaul Pl_Pngasuh Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pl_Kons a.

Dari hasil koefisien regresi pada tebel IV.13 di atas dapat di buat persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 46,477 + 0,274X1 +(-0,004X2) + (-0,244)X3

Arti persamaan regresi di atas adalah : a.Konstanta (a) = 46,477

Artinya jika variabel status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua sama dengan nol maka nilai variabel pola konsumsi adalah positif sebesar 46,477

b.Koefisien regrasi (X1) = 0,274

Nilai probabilitas X1 = 0,080 > 0,05 maka status sosial ekonomi orang tua tidak signifikan berpengaruh terhadap pola konsumsi anak (Y)

c.Koefien regresi (X2) = 0,004

Nilai probabilitas X2 (lingkungan pergaulan) = 0,951> 0,05 maka lingkungan pergaulan tidak signifikan berpengaruh terhadap pola konsumsi anak

d.Koefisien regresi (X3) = -0,222

Nilai probabilitas X3 = 0,002 < 0,05 maka pola pengasuhan dapat mempengaruhi pola konsumsi anak. Pengaruh pola pengasuhan terhadap pola konsumsi bersifat negatif.

3 Koefisien Determinasi (R2

)

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara angka 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol besarnya koefisien suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependen. Sebaliknya semakin besar koefisien determinasi mendekati angka 1, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependen.

Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh nilai R2 sebesar 0,066. hal ini menunjukkan bahwa variabel status sosial ekonomi orangtua, lingkungan

pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama berpengaruh terhadap pola konsumsi anak sebesar 6,6 %, sedangkan sisanya sebesar 934 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. F. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji apakah status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama berpengaruh terhadap pola konsumsi anak, untuk itu dalam penelitian ini dilakukan analisis data untuk mengetahui hal tersebut.

Hasil penelitian regresi linear berganda diperoleh nilai F hitung sebesar, karena nilai F hitung = 4,374 > Ftabel = 2,65, maka Ho di tolak. Hal ini berarti bahwa variabel status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi anak. Dalam penelitian ini hipotesis didukung sebagian, variabel status sosial ekonomi orang tua (βSSE =0,274; SigSSE =0,080), dan lingkungan pergaulan (βLP = -0,004; SigLP =0,951) tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi sedangkan pola pengasuhan (βPP = -0,244; SigPP =0,002) berpengaruh negatif terhadap pola konsumsi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua berpengaruh terhadap pola konsumsi anak sebesar 6,6%, sedangkan sisanya 93,4% dipengaruhi

oleh faktor lain, dengan kata lain bahwa pengaruh status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak pengaruhnya kecil, karena nilainya mendekati nol.

Hasil analisis membuktikan bahwa status sosial ekonomi orangtua dan lingkungan pergaulan tidak mempengaruhi pola konsumsi anak, sedangkan pola pengasuhan orangtua mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pola konsumsi remaja (β= -0,244), artinya bila pola pengasuhan orangtua dalam keluarga semakin bebas, orangtua memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak, maka anak mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sedang populer tanpa bimbingan dari orangtua mengenai baik dan buruknya mengonsumsi barang dan jasa tertentu. Dengan pola pengasuhan orang tua yang bebas, anak bebas pula menentukan barang dan jasa yang akan dikonsumsi tanpa mempertimbangkan manfaat dan kegunaan, sehingga anak akan menjadi tidak rasional dalam mengonsumsi.

Dalam setiap keluarga yang tanpa terhalang oleh status sosial ekonomi memiliki budaya konsumsi tersendiri. Bila lingkungan pergaulan masyarakat tidak mendukung, nilai-nilai yang tertanam pada pola asuh orangtua menjadi benteng pertama dan yang paling kuat dalam proses pengambilan keputusan-keputusan terlebih yang berhubungan dengan pola konsumsi.

Dengan pola pengasuhan orang tua yang permisif, orangtua mengharapkan anak untuk dapat menjadi mandiri terlebih dalam menentukan pilihan yang tepat mengenai pembelian barang dan jasa yang akan dilakukan anaknya. Namun pada kenyataannya pola pengasuhan orangtua yang permisif dapat menjadikan pola konsumsi anak tidak rasional dalam pengambilan keputusan pembelian barang dan jasa yang sedang popular di kalangan remaja. Dalam mengonsumsi anak tidak didampingi orangtua dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan yang baik dan yang buruk mengenai barang dan jasa yang akan dikonsumsi.

Sebagian besar responden mempunyai pola konsumsi yang tidak rasional (124 orang atau 66%), responden yang pola konsumsinya cukup rasional sebanyak 48 orang (25%). Usia remaja merupakan salah satu sasaran yang potensial bagi para produsen dalam menawarkan barang dan jasa, juga karena biasanya remaja mudah terbujuk olah rayuan iklan, atau karena ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uang. Pembelian barang dan jasa tertentu dimaksudkan agar dikatakan kaya, dipuji orang lain, atau agar dikatakan lebih modern, walaupun sebenarnya remaja tersebut berasal dari keluarga yang menengah ke bawah dengan penghasilan keluarga yang pas-pasan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.

Kebiasaan mengonsumsi barang dan jasa yang populer sudah menjadi gaya hidup dan kebiasaan, ada atau tidak ada uang untuk membeli barang dan jasa

yang sedang poluler, pembelian akan tetap dilakukan dengan berbagai cara walaupun harus dengan hutang, namun kepuasan mendapatkan barang yang sedang populer menjadi prioritas pertama agar tidak dikatakan ketinggalan jaman.

Pola konsumsi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtua saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya sikap dan gaya hidup. Sikap atau pandangan mengenai barang dan jasa yang akan dikonsumsi cukup mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian. Sikap remaja ini berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Apabila remaja merasa suka, maka akan meneruskan pembelian tetapi juga merasa tidak suka maka remaja akan menghentikan pembelian terhadap barang dan jasa yang sedang populer.

Gaya hidup atau kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi barang dan jasa juga mempengaruhi pola konsumsi, walaupun status sosial ekonominya tinggi namun jika sudah mempunyai kebiasaan atau gaya hidup hemat bila membeli sesuatu akan mempertimbangkan dengan matang keuntungan dan kerugian. Gaya hidup orang-orang di negara berkembang lebih banyak akan mengikuti perkembangan gaya hidup orang-orang di negara-negara maju. Gaya hidup orang yang lebih kaya mendorong orang yang status sosialnya lebih rendah untuk meniru pola konsumsinya yang tinggi (demonstration effect), walaupun ini dilakukan hanya untuk pamer atau gengsi saja. Pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan tanpa pertimbangan-pertimbangan yang matang lebih didorong

oleh rasa emosional dan adanya dorongan kejiwaan (psikologis) agar tidak ketinggalan dari orang lain atau gengsi.

BAB VI

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dalam penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan status sosial ekonomi orangtua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak, hal ini didukung oleh nilai Fhitung = 4,374 > Ftabel = 2,65.

2. Variabel status sosial ekonomi orang tua (βSSE = 0,274, SigSSE = 0,080), dan lingkungan pergaulan (βLP = -0,004; SigLP = 0,951) tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi sedang pola pengasuhan (βPP = -0,244, SigPP = 0,002) berpengaruh negatif terhadap pola konsumsi.

3. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak sebesar 6,6 % sedangkan sisanya 93,4% dipengaruhi oleh faktor lain, dan bisa dikatakan bahwa status sosial ekonomi orangtua lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orangtua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi anak pengaruhnya kecil, karena nilainya mendekati nol.

Dokumen terkait