Universitas Kristen Maranatha iv
ABSTRAK
EFEKTIVITAS INFUSA DAUN SIRIH
(Piper betle
) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP NYAMUK CULEXAndreas Bonardo G, 2007, Pembimbing I : Winsa Husin ,dr.,M.Sc.,M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana ,dr.
Nyamuk termasuk salah satu serangga yang membahayakan di dunia, karena dapat membawa dan menularkan berbagai jenis penyakit. Pengontrolan populasi nyamuk dengan menggunakan larvisida dan insektisida alami maupun buatan dinilai sangat penting. Penelitian mengenai larvisida alami semakin marak dikarenakan efeknya yang lebih ramah terhadap lingkungan dan efektif dalam membasmi nyamuk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun sirih (Piper betle) sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Culex, sehinggga masyarakat mempunyai pilihan yang luas dalam menggunakan larvisida untuk membasmi nyamuk. Dan juga mengetahui dosis letal 50% (LD50) infusa daun sirih terhadap larva nyamuk Culex.
Metode penelitian bersifat studi laboratorium eksperimental komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan hewan coba larva nyamuk Culex sebanyak 630 ekor. Larva dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok diberi 7 perlakuan, yaitu diberikan infusa daun sirih 5%, 3%, 2%, 1%, 0,5%, kontrol positif, dan kontrol negatif yang dimasukkan ke dalam wadah tempat percobaan. Data yang diamati adalah jumlah larva yang mati yang dihitung setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey dengan a=0,01. Kemudian LD50 dicari dengan menggunakan uji Regresi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa infusa daun sirih 5%, 3%, 2%, 1%, 0,5% berefek sebagai larvisida, infusa daun sirih 5%, 3%, 2% memiliki efficacy yang sama dengan Temephos 1 g dan LD50 infusa daun sirih terhadap larva nyamuk Culex adalah sebesar 0,759%.
Universitas Kristen Maranatha v
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF INFUSA OF SIRIH LEAVES (Piper betle) AS A LARVICIDE TO CULEX MOSQUITO
Andreas Bonardo G, 2007, Tutor I : Winsa Husin ,dr.,M.Sc.,M.Kes Tutor II : Budi Widyarto Lana ,dr.
Mosquito is one of the dangerous insects in the world, because it can be the vector of many disease. Controlling mosquito population by using larvicide and insecticide is quite importance. The study of natural larvicide more popular because of the saver effect to environtment, also effective in eradicating the mosquito.
The objective of this research to know the effectivity of sirih leaves ( Piper betle) as a larvicide to Culex mosquito larvae, so it can be used as an larvicide in society to eradicate the mosquito. As well as knowing the 50% lethal Dose of infusa leaves of Sirih ( LD50) to Culex mosquito larvae.
The method of this research is a comparative experimental laboratory study using Randomize Trial Design (RAL), using 630 Culex mosquito larvae. Larvae were divided into 3 groups. Each group was treated with 5%, 3%, 2%, 1%, 0,5% dose of Infusa of sirih leaves, positive and negative control which is filled into the bottle. Observed data is the number of dead larvae which is counted after 24 hours. The data was analysed using variant analysis (one way ANOVA) then continued with different test mean of Tukey with a=0,01, and search lethal doses 50% (LD50 ) using Regresion Test.
The result shows that the 5%, 3%, 2%, 1%, 0,5% of Infusa of sirih leaves have a larvicide effect. The 5%, 3%, 2% of Infusa of sirih leaves have an equal efficacy with Temephos 1 g and LD50 of Infusa of sirih leaves to Culex mosquito
larvae is 0,759% .
Universitas Kristen Maranatha viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 4
1.6 Metode Penelitian ... 4
1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Biologi Nyamuk Umum ... 6
2.2 Culex ... 8
2.2.1 Taksonomi Culex ... 8
2.2.2 Gambar Culex ... 8
2.2.3 Siklus hidup Culex ... 9
2.2.4 Habitat Culex ... 10
2.2.5 Culex sebagai vektor penyakit ... 10
2.3 Sirih (Piper betle) ... 23
2.3.1 Taksonomi ... 24
2.3.2 Nama daerah ... 24
2.3.3 Kandungan kimiawi dan khasiat sirih ... 25
2.4 Sirih (Piper betle) sebagai larvisida ... 26
2.4.1 Larvisida ... 26
2.4.2 Mekanisme kerja Flavonoid sebagai larvisida ... 26
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 28
3.1 Metodologi Penelitian Secara Garis Besar ... 28
3.2 Alat dan Bahan ... 28
Universitas Kristen Maranatha ix
3.4 Metode Penelitian ... 30
3.4.1 Rancangan Penelitian ... 30
3.4.2 Variabel Penelitian ... 30
3.4.3 Prosedur Kerja ... 30
3.4.4 Metode Analisis ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Hasil dan Pembahasan ... 32
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 36
4.2.1 Hal-hal yang mendukung ... 36
4.2.2 Hal-hal yang tidak mendukung ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 41
Universitas Kristen Maranatha x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Taksonomi Culex………....8 Tabel 4.1 Jumlah larva yang mati pada pemberian akuades, temephos 1 g
Universitas Kristen Maranatha xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Culex quinquefasciatus ... 8
Gambar 2.2 Culex orbostiensis ... 8
Gambar 2.3 Culex annulirostris ... 9
Gambar 2.4 Siklus Hidup Culex ... 10
Gambar 2.5 Larva Culex ... 10
Gambar 2.6 Contoh Habitat Culex ... 10
Gambar 2.7 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti ... 11
Gambar 2.8 Elefantiasis pada kaki dan hydrocoele ... 13
Gambar 2.9 Peta persebaran Japanese Encephalitis di Asia, 1970-1998 ... 20
Gambar 2.10 Sirih (Piper betle) ... 24
Gambar 2.11 Struktur kimia flavonoid ... 26
Gambar 3.1 Alat dan Bahan Percobaan ... 29
Universitas Kristen Maranatha xii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Universitas Kristen Maranatha xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan dosis ... 41
Lampiran 2 Tabel Hasil ANAVA ... 42
Lampiran 3 Tabel Post Hoc Test ... 43
Lampiran 4 Tabel Homogenous Subsets ... 44
41 Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 :
Perhitungan dosis :
Dosis 5% = 5 gr daun sirih kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 3% = 3 gr daun sirih kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 2% = 2 gr daun sirih kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 1% = 1 gr daun sirih kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 0,5% = 0,5 gr daun sirih kering dilarutkan dalam 100 ml akuades.
Dosis Temephos 1 g :
Dosis efektif Temephos 1 g adalah sebesar 1 ppm dimana biasanya digunakan 10 gr bubuk temephos dalam 100 liter air.
1 ppm = 1 gr temephos 1 g di dalam 1.000.000 ml air.
Sedangkan didalam kemasan bubuk temephos 1 g 10 gr kandungan temephosnya hanya 1 %, jadi didalam 10 gr hanya ada 0,1 gr temephos.
Berarti didalam 100 liter dilarutkan 0,1 gr temephos = 1 gr temephos didalam 1.000 liter air
= 1 gr temephos 1g didalam 1.000.000 ml air. = 1 ppm.
Dan didalam percobaan yang dilakukan disini dosis 1 ppm Temephos didapat dari:
Universitas Kristen Maranatha 42
Lampiran 2 :
ONE WAY
ANOVA
Hasil Perlakuan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2346.286 6 391.048 122.567 .000 Within Groups 44.667 14 3.190
Universitas Kristen Maranatha 43
Lampiran 3 :
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil Perlakuan Tukey HSD
-29.66667* 1.45842 .000 -35.9416 -23.3918 -12.33333* 1.45842 .000 -18.6082 -6.0584 -23.33333* 1.45842 .000 -29.6082 -17.0584 -27.66667* 1.45842 .000 -33.9416 -21.3918 -29.66667* 1.45842 .000 -35.9416 -23.3918 -29.33333* 1.45842 .000 -35.6082 -23.0584 29.66667* 1.45842 .000 23.3918 35.9416 17.33333* 1.45842 .000 11.0584 23.6082 6.33333* 1.45842 .009 .0584 12.6082 2.00000 1.45842 .808 -4.2749 8.2749 .00000 1.45842 1.000 -6.2749 6.2749 .33333 1.45842 1.000 -5.9416 6.6082 12.33333* 1.45842 .000 6.0584 18.6082 -17.33333* 1.45842 .000 -23.6082 -11.0584 -11.00000* 1.45842 .000 -17.2749 -4.7251 -15.33333* 1.45842 .000 -21.6082 -9.0584 -17.33333* 1.45842 .000 -23.6082 -11.0584 -17.00000* 1.45842 .000 -23.2749 -10.7251 23.33333* 1.45842 .000 17.0584 29.6082 -6.33333* 1.45842 .009 -12.6082 -.0584 11.00000* 1.45842 .000 4.7251 17.2749 -4.33333 1.45842 .108 -10.6082 1.9416 -6.33333* 1.45842 .009 -12.6082 -.0584 -6.00000 1.45842 .014 -12.2749 .2749 27.66667* 1.45842 .000 21.3918 33.9416 -2.00000 1.45842 .808 -8.2749 4.2749 15.33333* 1.45842 .000 9.0584 21.6082 4.33333 1.45842 .108 -1.9416 10.6082 -2.00000 1.45842 .808 -8.2749 4.2749 -1.66667 1.45842 .904 -7.9416 4.6082 29.66667* 1.45842 .000 23.3918 35.9416 .00000 1.45842 1.000 -6.2749 6.2749 17.33333* 1.45842 .000 11.0584 23.6082 6.33333* 1.45842 .009 .0584 12.6082 2.00000 1.45842 .808 -4.2749 8.2749 .33333 1.45842 1.000 -5.9416 6.6082 29.33333* 1.45842 .000 23.0584 35.6082 -.33333 1.45842 1.000 -6.6082 5.9416 17.00000* 1.45842 .000 10.7251 23.2749 6.00000 1.45842 .014 -.2749 12.2749 1.66667 1.45842 .904 -4.6082 7.9416 -.33333 1.45842 1.000 -6.6082 5.9416 (J) Kelompok Dosis Perlakuan kontrol (+) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 4 dosis 5 kontrol (-) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 4 dosis 5 kontrol (-) kontrol (+) dosis 2 dosis 3 dosis 4 dosis 5 kontrol (-) kontrol (+) dosis 1 dosis 3 dosis 4 dosis 5 kontrol (-) kontrol (+) dosis 1 dosis 2 dosis 4 dosis 5 kontrol (-) kontrol (+) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 5 kontrol (-) kontrol (+) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 4 (I) Kelompok Dosis Perlakuan kontrol (-) kontrol (+) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 4 dosis 5 Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 99% Confidence Interval
Universitas Kristen Maranatha 44
Lampiran 4 :
Homogeneous Subsets
Hasil Perlakuan
Tukey HSDa
3 .3333
3 12.6667
3 23.6667
3 28.0000 28.0000
3 29.6667 29.6667
3 30.0000
3 30.0000
1.000 1.000 .014 .808
Kelompok Dosis Perlakuan kontrol (-) dosis 1 dosis 2 dosis 3 dosis 5 kontrol (+) dosis 4 Sig.
N 1 2 3 4
Subset for alpha = .01
Universitas Kristen Maranatha 45
Lampiran 5 :
PROBIT ANALYSIS
Observed and Expected Frequencies
Number of Observed Expected
perlakuan Subjects Responses Responses Residual Prob
,00 30,0 ,0 5,106 -5,106 ,17021
,00 30,0 ,0 5,106 -5,106 ,17021
,00 30,0 1,0 5,106 -4,106 ,17021
,01 30,0 9,0 11,179 -2,179 ,37262
,01 30,0 12,0 11,179 ,821 ,37262
,01 30,0 17,0 11,179 5,821 ,37262
,01 30,0 26,0 18,577 7,423 ,61925
,01 30,0 22,0 18,577 3,423 ,61925
,01 30,0 23,0 18,577 4,423 ,61925
,02 30,0 28,0 28,220 -,220 ,94066
,02 30,0 29,0 28,220 ,780 ,94066
,02 30,0 27,0 28,220 -1,220 ,94066
,03 30,0 30,0 29,927 ,073 ,99758
,03 30,0 30,0 29,927 ,073 ,99758
,03 30,0 30,0 29,927 ,073 ,99758
,05 30,0 30,0 30,000 ,000 1,00000
,05 30,0 29,0 30,000 -1,000 1,00000
,05 30,0 30,0 30,000 ,000 1,00000
Confidence Limits for Effective perlakuan
95% Confidence Limits
Prob perlakuan Lower Upper
,01 -,01092 . .
,02 -,00876 . .
,03 -,00738 . .
,04 -,00634 . .
,05 -,00550 . .
,06 -,00479 . .
,07 -,00416 . .
,08 -,00359 . .
,09 -,00308 . .
Universitas Kristen Maranatha 46
,15 -,00066 . .
,20 ,00089 . .
,25 ,00222 . .
,30 ,00341 . .
,35 ,00452 . .
,40 ,00557 . .
,45 ,00659 . .
,50 ,00759 . .
,55 ,00859 . .
,60 ,00960 . .
,65 ,01065 . .
,70 ,01176 . .
,75 ,01295 . .
,80 ,01428 . .
,85 ,01583 . .
,90 ,01778 . .
,91 ,01825 . .
,92 ,01876 . .
,93 ,01933 . .
,94 ,01996 . .
,95 ,02067 . .
,96 ,02151 . .
,97 ,02255 . .
,98 ,02393 . .
Universitas Kristen Maranatha 47
RIWAYAT HIDUP
Nama : Andreas Bonardo G
NRP : 0310160
Alamat : Jl. Lapis Lazulli Kav C 144A Setiabudi Regensi Tempat/ Tanggal Lahir : Banjarmasin/ 22 Februari 1986
Riwayat Pendidikan :
1997, Lulus SD Harapan Bunda Pulo Gebang Jakarta Timur 2000, Lulus SMP Budhaya III St.Agustinus Jakarta Timur 2003, Lulus SMUN 44 Jakarta Timur
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagai negara tropis, Indonesia memperoleh kedudukan terhormat di dunia dalam kekayaan keanekaragaman jenis tumbuhan, hewan, dan mikroba, dengan demikian Indonesia tentu saja merupakan tempat hidup yang baik bagi berbagai jenis serangga, baik serangga yang menguntungkan, maupun merugikan pada manusia, yaitu serangga yang dapat menjadi vektor penyakit contohnya nyamuk. Pengontrolan populasi nyamuk sangat penting untuk dilakukan karena nyamuk bukan saja serangga yang hanya menggigit dan menghisap darah kita namun juga menyebarkan penyakit ( Colorado Mosquito control, 2006).
Penyakit tropis di Indonesia yang disebabkan oleh nyamuk merupakan masalah penyakit yang cukup dominan di Indonesia. Jenis nyamuk dengan genus Culex, Anopheles,dan Aedes dapat ditemukan di Indonesia. Penyakit-penyakit seperti filariasis, dengue haemorragic fever, encephalitis dapat disebabkan oleh Culex dan Aedes yang mempunyai peran sebagai vektor penyakit tersebut. Bandung sebagai daerah tropis tentunya tidak dapat terhindarkan dari penyakit yang ditimbulkan oleh nyamuk ini, mengingat Bandung telah menjadi tempat hidup yang baik bagi nyamuk Culex ( Pikiran Rakyat, 2004).
Universitas Kristen Maranatha 2
rantai penularan penyakit oleh nyamuk menggunakan zat kimia organik sintetis, memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Pemberantasan menggunakan zat kimia bisa mengakibatkan resistensi terhadap keturunan akibat seleksi genetika (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006).
Penggunaan zat kimia organik sintetik sebagai insektisida dan larvasida secara luas dan berulang-ulang menyebabkan timbulnya efek samping yang merugikan pada lingkungan dan manusia misalnya gangguan pernafasan dan pencernaan pada individu yang terpapar zat kimia organik sintetis secara berulang-ulang (Hazardous Substances Databank, 2006). Melihat persoalan diatas maka dianggap perlu adanya penggunaan produk larvisida dan insektisida yang lebih aman dan ramah terhadap lingkungan dan manusia. Salah satu alternatif yang dapat digunakan memutus rantai penyebaran penyakit oleh nyamuk adalah digunakannya tumbuhan sebagai larvisida dan insektisida yang mempunyai zat-zat kimia organik alami untuk menekan lonjakan populasi nyamuk. Penelitian tentang larvisida dan insektisida alamiah telah cukup lama dan banyak dilakukan. Beberapa penelitian tadi menguatkan bahwa tanaman tertentu memiliki zat beracun bagi nyamuk (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2006). Kandungan zat-zat yang terdapat dalam tanaman yang digunakan sebagai insektisida dan larvisida alami dapat dipastikan lebih aman dan mempunyai efek samping yang jauh lebih kecil.
Universitas Kristen Maranatha 3
Penggunaan tanaman ini sebagai insektisida dan larvisida alami juga banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini mendorong perlunya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman ini untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan lebih teruji secara klinis (Kompas, 2001).
Melihat fakta-fakta tersebut diatas yang mendorong penulis melakukan penelitian dalam rangka pembuatan KTI.
1.2 Identifikasi Masalah
1.Apakah Infusa daun sirih (Piper betle) setempat di Indonesia mempunyai efek sebagai larvisida alami terhadap nyamuk Culex ?
2.Berapa dosis letal 50% infusa daun sirih terhadap larva nyamuk Culex ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud : Untuk mengetahui adanya efek larvisida dari tanaman sirih terhadap larva nyamuk Culex.
Tujuan : Untuk membasmi larva nyamuk Culex dengan menggunakan tanaman sirih setempat sebagai larvisida alami.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis : Menambah pengetahuan tentang efek larvisida alami
khususnya tanaman sirih (Piper betle).
Manfaat praktis : Menurunnya populasi jumlah nyamuk Culex sehingga
Universitas Kristen Maranatha 4
1.5 Kerangka Pemikiran
Nyamuk mempunyai kehidupan yang bergantung pada lingkungan air, sehingga nyamuk adalah golongan serangga semi akuatik. Dalam perkembangan hidup nyamuk ada empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan dewasa (Colorado Mosquito control, 2006)
Salah satu cara memutus rantai penyebaran penyakit oleh nyamuk adalah menekan lonjakan populasi nyamuk, terutama pertumbuhan pada fase larva, sehingga tidak akan berkembang menjadi nyamuk dewasa, yang nantinya dapat menyebarkan penyakit (Kompas, 2001).
Tanaman sirih (Piper betle) mempunyai kandungan minyak atsiri, zat penyamak, cineole, dan yang terpenting flavonoid (Ikatan Dokter Indonesia, 2006) . Senyawa terakhir inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja menjadi larvasida bagi larva (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006).
Hipotesis Penelitian : Tanaman sirih (Piper betle) yang digunakan dalam
penelitian ini mempunyai efek larvisida terhadap larva nyamuk Culex.
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian : menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ruang lingkup penelitian prospektif laboratorium eksperimental, bersifat komparatif. Penelitian menggunakan infusa daun Piper betle dengan berbagai konsentrasi.
Universitas Kristen Maranatha 5
1.7 Lokasi dan Waktu
Universitas Kristen Maranatha 37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Infusa daun sirih (Piper betle) dengan dosis 0,5%, 1%, 2% , 3% , 5% memiliki efek sebagai larvisida dimana dosis 2%, 3% dan 5% memiliki potensi yang sama dengan Temephos 1 g, dilihat dari jumlah larva yang mati dalam 24 jam.
2. LD50 infusa daun sirih terhadap larva nyamuk Culex adalah 0,759% .
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek toksis yang dapat terjadi pada manusia bila larvisida ini digunakan secara luas dan berulang-ulang.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai bentuk sediaan apa yang paling cocok untuk larvisida ini.
38
Universitas Kristen MaranathaDAFTAR PUSTAKA
Andi Utama. 2003.
Nyamuk transgenik, strategi baru pengontrol Malaria.
http://beritaiptek.com/actualnews.shtml .
7
September 2006.
Arda
Dinata.
2006.
Basmi
Lalat
dengan
Jeruk
Manis.
http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm#top
.
7
September 2006.
Centers for Disease Control and Prevention. 2006
.Japanese Encephalitis Fact Sheet.
http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/jencephalitis/facts.htm . 7 September 2006
Centers for Disease Control and Prevention. 2006. Map: Distribution of Japanese
Encephalitis in Asia, 1970-1998. http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/encephalitis .
7 September 2006
.
Colorado
Mosquito
control.
2006.
Mosquito
Biology.
http://www.comosquitocontrol.com/Mosquito%20Biology.htm.
7 September 2006.
Colorado
Mosquito
control.
2006.
Western
Equine
Encephalitis.
http://www.comosquitocontrol.com/WEE.htm.
7 September 2006.
Department of Health and Ageing. 2004. Kunjin virus infection - Fact Sheet.
http://www.health.gov.au/internet/wcms/publishing.nsf/Content/health-arbovirus-pdf-fskunjin.htm. 7 September 2006.
Department of Health and Ageing. 2004. Ross River virus infection - Fact Sheet.
http://www.health.gov.au/internet/wcms/publishing.nsf/Content/health-arbovirus-pdf-fsrossriver.htm.
7 September 2006.
Department of Medical Entomology. 2006. Murray Valley
Encephalitis virus &
Kunjinvirus.http://medent.usyd.edu.au/fact/murray%20valley%20encephalitis%2
0and%20kunjin.htm#top%20of%20page. 7 September 2006.
Department of Medical Entomology. 2006. Ross River & Barmah
Forest.
Universitas Kristen Maranatha
39
Directors of Health Promotion and Education. 2006. St. Louis Encephalitis.
http://www.dhpe.org/infect/sle.html .
7 September 2006.
Directors of Health Promotion and Education. 2006. Western Equine Encecphalitis.
http://www.dhpe.org/infect/wee.html.
7 September 2006.
Evi Yuliani, dkk.2003. Efek ekstrak akar tuba (Derris eliptica) terhadap mortalitas
larva Culex quenquefasciatus. In : Jurnal Kedokteran YARSI. Vol 11, No
2,Agustus 2003.Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas YARSI. Hal 100-03
Ganguly NK. 2003. Prospect of using herbal products in the control of mosquito
vectors. In: Indian council of medical research. Vol 33, no 1, January 2003.
Gordon C.Cook and Alimuddin Zumla . 2003. Arbovirus infections. In: Manson’s
tropical disease. 21
thed.Lomdon : ELBS Saunders . p.707-55
Hazardous Substances Databank (HSDB). 2003. Temephos. National Library of
Medicine, National Toxicology
Program.http://www.toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/htmlgen?HSDB. 19 Oktober 2006.
Health.
2002.
St.
Louis
Encephalitis.
http://www.premier-net.com/Health/disease/encephalitis/SLE.html.
7 September 2006.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2006. Daun Sirih Terbukti Bisa Menyetop
Pendarahan.http://www.idionline.org/infoidiisi.php?news_id=324&title=Daun+
Sirih+Terbukti+Bisa+Menyetop+Pendarahan. 7 September 2006.
IPTEKnet.
2005.
Tanaman
sirih.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=6
. 7 September 2006.
Kompas.
2001
.
Basmi
Nyamuk
dengan
menggunakan
Daun
Sirih.http://www.kompas.com/kesehatan/news/0502/10/100252.htm.7 September
2006.
Kompas.
2001.
Kandungan
Flavonoid
Jadi
Kekuatan
Ampuh
.http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi2.htm.7
September 2006.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2006.
Nyamuk pun Tak Tahan
Pahitnya
Pare.http://www.lipi.go.id/www.cgi?berita&1161130600&&2006.7
Universitas Kristen Maranatha
40
M.Cloonan, R. Russell, S. doggett . 1995 . Arbovirus and mosquito activity on the
south coast of New South Wales, 1994-95 . Communicable Diseases Intelligence,
Vol 19: 473-475
Michael.D.Nissen.2006.Filariasis.http://emedicine.com/med/INFECTIOUS_DISEA
SE.htm. 7 september 2006.
New Jersey mosquito control. 2003. Larval Habitats of Mosquitoes & mosquito
larval (culicine) anatomy & Life Cycle of mosquito & Mosqutoes in Your Life &
general
mosquito
biology
&
mosquito
activity.
http://www.visitnonmouth.com/06270_mcmec/mbio.html. 7 september 2006.
NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. 2006. Culex
quenquefasciatus.http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/areas/arbovirus/mosqu
it/culexquinquefasciatus.htm#top.
7 September 2006.
Pikiran Rakyat .2004. Penyakit Tropis Memerlukan Perhatian.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/14/lapsus01.htm#atas. 7 September 2006.
Republika.
2005.
Sirih
Menghentikan
Perdarahan.
http://www.republika.co.id/detail.asp?id=234643. 7 September 2006.
The
Taxonomicon.
2006.
Taxon:
Genus
Culex
Linnaeus, 1758.http://sn2000.taxonomy.nl/Taxonomicon/TaxonTree.aspx?id=28486.7 September
2006.
Victorian Government Health Information. 2006. Kunjin virus disease.
http://www.health.vic.gov.au/ideas/bluebook/kunjin.htm . 7 September 2006.
Victorian Government Health Information. 2006. Mosquito borne diseases
Ross
River
virus
and
Barmah
Forest
virus
-
the
facts.
http://www.health.vic.gov.au/ideas/diseases/rrv_facts.htm#top
.
7 September
2006.
West
Umatilla
Vector
Control
Distric.
2006.
Mosquito
Life
Cycle.