• Tidak ada hasil yang ditemukan

Patogenesis dan Progresivitas Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd) Oleh Kafein Dalam Kopi (Studi Pustaka).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Patogenesis dan Progresivitas Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd) Oleh Kafein Dalam Kopi (Studi Pustaka)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PATOGENESIS DAN PROGRESIVITAS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) OLEH KAFEIN DALAM KOPI

Sri Rahayu, 2006 Pembimbing: Sri Nadya, dr. MKes

Refluks esofagitis menunjukkan reaksi inflamasi secara umum yang disebabkan oleh refluks gastroesofagus, dimana terjadi regurgitasi dari isi lambung menuju esofagus. Refluks gastroesofagus yang persisten terjadi karena hilangnya mekanisme antirefluks yang efektif. Tonus sfingter internal esofagus inferior merupakan faktor utama yang dipengaruhi pada konsumsi kopi.

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui patogenesis dan progresivitas GERD oleh kafein dalam kopi.

Patogenesis GERD oleh kafein dalam kopi terutama oleh melemahkan tonus sfingter internal esofagus inferior, mengurangi gerakan peristaltik midesofagus dalam membersihkan dan mengosongkan lumen esophagus, meningkatkan sekresi asam lambung. Progresivitas GERD oleh kafein dalam kopi meliputi Barrett’s esophagus, striktur, perdarahan, ulserasi dan esofagus adenokarsinoma.

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah kafein melemahkan tonus sfingter esofagus inferior dengan beberapa mekanisme, bila tidak diobati dan GERD berlangsung lama akan mengakibatkan komplikasi.

(2)

ABTRACT

PATHOGENESIS AND PROGRESIVENESS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) by CAFFEINE of COFFEE

Sri Rahayu, 2006 Tutor: Sri Nadya, dr. Mkes

Reflux esophagitis refers in general to esophageal inflammation resulting from gastroesophageal reflux, which is the regurgitation of gastric contents into the esophagus. Persistent gastroesophageal reflux result from loss of effective antireflux mechanisms. Intrinsic lower esophageal sphincter tone is of cardinal importance, lead by coffee consuming.

The objective of this paper is to understand pathogenesis and progressiveness gastroesophageal reflux disease (GERD) by caffeine in coffee.

The principal pathogenesis of gastroesophageal reflux disease by caffeine in coffee caused by a weakness of the distal intrinsic esophagus sphincter, decreased midesophagus peristaltic in lumen clearence and emptying and increase gastric acid secretion. The progressiveness of gastroesophageal reflux disease by caffeine in coffee comprises Barret’s esophagus, stricture, bleeding, ulceration and esophagus adenocarcinoma.

The conclucion of this paper is that caffeine decreases the distal esophagus sphincter tone of muscle by several mechanisms. GERD in long term will cause complications if it doesn’t take the early medication.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Metodologi ... 3

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Esofagus ... 4

2.1.1 Struktur Anatomi dan Fisiologi Esofagus ... 4

2.1.2 Gambaran Histologis Esofagus ... 8

2.2 Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) ... 9

2.1.1 Definisi GERD ... 9

2.2.2 Epidemiologi ... 10

2.2.3 Etiologi... 11

2.2.3.1 Diet Rendah Serat Yang Permanen... 12

2.2.3.2 Obesitas dan Ikat Pinggang Yang Ketat... 13

2.2.3.3 Lemak... 13

(4)

2.2.3.4 Bawang... 14

2.2.3.5 Coklat... 14

2.2.3.6 Makan Banyak... 14

2.2.3.7 Kopi... 15

2.2.3.8 Rokok dan Alkohol... 15

2.2.3.9 Obat-Obat... 16

2.2.3.10 Buah dan Makanan... 16

2.2.4 Kafein... 16

2.2.4.1 Farmakokinetik Kafein ... 17

2.2.4.1.1 Metabolisme GABA ... 17

2.2.4.1.2 Metabolisme Lemak... 17

2.2.4.2 Farmakodinamik Kafein ... 18

2.2.4.2.1 Susunan Saraf Pusat ... 18

2.2.4.2.2 Sistem Kardiovaskular ... 19

2.2.4.2.3 Otot Polos... 19

2.2.4.2.4 Otot Rangka ... 19

2.2.4.2.5 Sistem Pencernaan ... 19

2.2.4.2.6 Diuresis ... 20

2.2.4.2.7 Kafein Pada Perempuam ... 20

2.2.4.2.8 Kehamilan ... 20

2.2.4.2.9 Kejiwaan ... 20

2.2.4.3 Dosis Kafein... 21

2.2.4.4 Efek Samping Kafein ... 21

2.2.4.5 Toleransi... 22

2.2.5 Patogenesis GERD ... 22

2.2.5 Mekanisme Yang Mendasari GERD... 23

2.2.5 Perubahan Histologi Esofagus ... 26

2.2.6 Manifestasi Klinik... 28

2.2.6.1 Regurgitasi ... 28

2.2.6.2 Heart Burn ... 29

2.2.6.3 Disphagia ... 29

(5)

2.2.6.4 Dispepsia ... 34

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 30

2.2.7.1 Radiologi ... 30

2.2.7.2 Endoskopi... 30

2.2.7.3 Tes Provokatif ... 33

2.2.7.4 Pengukuran pH dan Tekana Esofagus ... 33

2.2.7.5 Tes Gastroesofageal Scintigraphy... 33

2.2.8 Diagnosis... 34

2.2.9 Diagnosis Banding ... 35

2.2.10 Terapi ... 35

2.2.10.1 Pengelolaan Konservatif ... 35

2.2.10.2 Terapi Medikamentosa... 36

2.2.11 Prognosis ... 36

2.2.12 Komplikasi ... 37

BAB III PEMBAHASAN ... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 40

4.2 Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 44

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi esofagus... 5

Gambar 2.2 Persarafan esofagus ... 7

Gambar 2.3 Refluks esofagus... 10

Gambar 2.4 Endoskopi refluks esofagitis yang berat... 32

Gambar 2.5 Endoskopi striktur esophagus... 32

Gambar 2.6 Endoskopi Barrett’s esophagus ... 33

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi GERD (Los Angeles)... 31

Tabel 2.2 Klasifikasi GERD (Savary-Miller)... 31

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Rahayu

NRP : 0110165

Tempat/tanggal lahir : Bukittinggi, 24 Mei 1981

Alamat : Babakan Jeruk VIII no.2 Bandung

Riwayat pendidikan :

Tahun 1993, lulus SDN 38 Bukittinggi

Tahun 1996, lulus SMPN 8 Bukittinggi

Tahun 1999, lulus SMUN 3 Bandung

Tahun 2001, mahasiswa FK UKM Bandung

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu minuman yang dihubungkan dengan peningkatan

insiden Acid Reflux, yaitu suatu kondisi terjadinya aliran balik isi gaster ke

esofagus yang dapat menyebabkan inflamasi pada orang-orang yang rentan. Bila

gejala ini terjadi berulang kali, dapat menimbulkan Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) (Rafetto, 2004).

Kopi merupakan minuman yang populer, dengan dosis yang optimal

percangkir 100-150 mg kopi sehari dapat menimbulkan perasaan yang nyaman,

dengan peningkatan daya pikir, kewaspadaan, konsentrasi. (Sunaryo, 1995).

Konsumsi kafein melebihi 250 mg sehari dapat menyebabkan sinus takikardi,

nyeri epigastrium, mual, muntah, sakit kepala, gugup, insomnia dan, tremor

(Bruneton,1999).

Konsumsi rata-rata kopi dunia dalam kurun waktu satu dekade terakhir

(1987-1997) telah mencapai 92,93 juta karung. Amerika Serikat merupakan negara

konsumen utama dunia dengan konsumsi pada sepuluh tahun terakhir mencapai

18,23 juta karung, (http://www.bappebti.co.id). Sembilan puluh persen rakyat

Amerika mengkonsumsi 300mg/l kafein setiap harinya. (Rafetto, 2004).

Indonesia termasuk salah satu konsumen kopi utama dengan pangsa konsumsi

sebesar 1,93% atau 1,85 juta karung dari konsumsi total dunia pada tahun 1997.

(http://www.bappebti.co.id).

Dua puluh persen populasi Amerika Serikat pada tahun 1990 mengalami

gejala refluk sekurang-kurangnya satu kali seminggu. Tujuh ratus sepuluh ribu

pasien yang dirawat jalan dan di ICU pada tahun 1990-1992. Tujuh ratus sepuluh

ribu pasien yang dirawat inap. Angka kematian mencapai 1.707 pada tahun 2002

karena GERD, dan 45.000 pasien yang berkurang kemampuan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari. (National Digestive Diseases Information Clearinghouse,

(10)

2

Studi epidemiologi di Xi’an, Cina memperlihatkan hasil 16,98% dari 2532

responden mengalami gejala GERD. Di antara 2447 responden yang meminum

kopi lebih dari dua cangkir kopi selama satu tahun terakhir disertai dengan faktor

risiko lain seperti rokok, alkohol, obesitas, dan lain-lain terdapat 16,88%

menunjukkan gejala GERD, sedangkan 85 peminum kopi murni tanpa disertai

faktor risiko lain 20% diantaranya mengalami gejala GERD. (Jin-Hai, 2004).

Pemeriksaan endoskopi yang dilakukan pada 223 pasien penderita dispepsia di

RSUD Tugurejo Semarang didapatkan sekitar 80% adanya lesi organik di saluran

cerna bagian atas. (Jacobus Albert, 1996).

Barret esophagus timbul sebagai komplikasi dari GERD. Lebih kurang 10%

pasien yang menderita GERD berisiko mengalami barret esophagus/ kondisi

pre-malignan. Dalam 5-10 tahun lebih kurang 5-10% akan berkembang menjadi

Adenocarsinoma esophagus (Reid, 1994).

1.2Identifikasi Masalah

Bagaimana patogenesis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) oleh

kafein?

Bagaimana progresivitas Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) oleh

kafein?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud

Maksud penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat lebih memahami

patogenesis dan Progresivitas GERD oleh kafein.

Tujuan

Tujuan penulisan Karya Tulis ilmiah ini adalah agar masyarakat pada

(11)

3

memahami patogenesis dan progresivitas GERD yang terjadi akibat konsumsi

kopi yang berlebihan dan kronis.

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat penulisan ini adalah lebih memahami proses terjadinya GERD dan

efek yang lebih buruk akibat konsumsi kopi yang berlebihan, baik manifestasi

klinis maupun manifestasi histopatologinya, serta dapat dicegah dan dikurangi

gejala GERD yang terjadi akibat konsumsi kopi yang berlebihan dan kronis.

1.5. Metodologi

Karya tulis ilmiah ini berupa studi pustaka.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penulisan karya tulis ilmiah dilakukan di Perpustakaan Universitas

(12)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Gastroesophageal Reflux Disease disebabkan oleh konsumsi besar kopi dalam

waktu yang lama (lebih dari 2X 150mg/240ml kafein perhari), patogenesis GERD

oleh kafein adalah melemahkan tonus sfingter esofagus inferior, menurunkan

tekanan peristaltik esofagus pada bagian otot campuran dengan akibat distensi

esofagus sehingga terjadi refluks isi gaster, kondisi GERD diperberat oleh efek

kafein dalam meningkatkan sekresi asam lambung, bila GERD tidak diobati dan

konsumsi kopi berkepanjangan mengakibatkan Barrett’s Esofagus, Perdarahan,

Striktur esofagus.

4.2 Saran

Dapat dilakukan penyuluhan-penyuluhan langsung kepada masyarakat

mengenai bahaya GERD. Dianjurkan kepada yang mengkonsumsi kopi agar tidak

minum kopi lebih dari 2 gelas sehari dan tidak minum dalam keadaan perut

kosong. Selain itu, diperlukan penelitian lebih mendalam mengenai GERD

sehingga pencegahan lebih dini terhadap kerusakan esofagus tersebut dapat

dilakukan.

(13)

41

Daftar Pustaka

Best B. 2003. Is Caffeine a Health Hazard? http://www.benbest.com. 02 december 2005.

Bruneton J. 1999. Pharmacognosy, Phytochemistry Medical Plants. 2 ed. P. 1079-1080.

nd

Crawford J. C. 1999. Gastrointestinal tract. 6th ed. p. 780-783

DiBaise J. K. 2004. Gastroesophageal Reflux Disease. http://www.chestnet.org.education.online.pccu.vol16.lessons1_2.lesson02.php .htm. 02 december 2005.

DiVall M. V. 2003. The Role of Proton Pump Inhibitors in the Management of GERD. http://www.uspharmacist.com.htm. 29 november 2005.

Dougal M. 2003. My Stomach's on Fire and I Can't Put It Out. http://www.food-health-fitness-vacations-spas.com.htm. 29 november 2005.

Fisher R. S., Ogorek C. P., 1994.; gastroesophageal Reflux Disease. Management of GERD. Part one; pathogenesis, symptoms, and Diagnosis.; Practical Gastroenerology 9,.(XVIII): 21-35.

Gray H. F. R. S. 1974 Anatomy, descriptive and surgical. Philadelphia W. B. Saunders Compeny. P. 39.

Hamilton S. R. Esophagitis in Mitchell J. editor: Pathology of the Gastrointestinal Tract. Philadelphia. W. B. Saunders Compeny. P. 407-411.

Jacobus Albert. 2003. Dispepsia, Gangguan Saluran Cerna. http://www.HARIAN UMUM SUARA MERDEKA.htm. 27 january 2006.

Jin-Hai Wang., Jin-Yan Luo., Lei-Dong, Jun-Dong., Ming-Tong. 2004. Epidemiology of Gastroesophageal Reflux Disease: A general population-based study in Xi’an of Northwest China. http://www.wjgnet.com. 02 december 2005.

Julianto W. 2004. Panas Dada dan Sakit Ulu Hati. http://www.pikiran-rakyat.com.htm. 02 december 2005.

(14)

42

Lara B., López MG., Villarroya M., Gandía L., Cleeman L., Morad M., García AG. 1997. A caffeine-sensitive Ca2+ store modulates K+-evoked secretion in chromaffin cells. http://www.medscape.com. 26 january 2006.

Leeson C.R., Leeson T.S., Paparo A.A. 1996. Hati. Dalam: Jan Tambayong, SugitoW, editor: Buku ajar histologi. Edisi 5. Jakarta: EGC. Hal. 349-350.

Luciano D.S., Vander A.J., Sherman J. H. 1978. Muscle Tissue in Vastyan J. E., Willey W. J., Adams T. A. P., Maisel J. W., editors: Human Function and Structure. New York. McGraw-Hill. P: 118-120.

Malekzadeh R., Moghaddam S.N., Sotoudeh M. 2003. Gastroesophageal Reflux Disease as The New Epidemic. http://www.ams.ac.ir/AIM/index.html.10 november 2005.

Mifflin H. 2004. Gastroesophageal reflux disease. http://en.wikipedia.org-wiki-GERD.htm. 29 november 2005.

Mittal R. K., Balaban D. H., 1999. http://www.nejm.org.htm. 02 desember 2005.

Nandurkar S., Locke III G.R., Fett S., Zinsmeister A.R., Cameron A.J., Talley N.J. 2004. Relationship Between Body Mass Index, Diet, Exercise and Gastro-oesophageal Reflux Symptoms in a Community. Http://www. Relationship Between BMI, Diet, Exercise, & GERD in a Community.htm. 27 january 2006

Naveh F, Texter EC. 1985. Gastroesophageal reflux in Pathophysiologic Concepts. Arch Intern Med. 329-339.

Nieuwenhoven M. A. V., Brummer R.-J. M., Brouns F. 2000. Gastrointestinal function during exercise: comparison of water, sports drink, and sports drink with caffeine. http://jap.physiology.org.htm. 02 desember 2005.

O’Brien C. P. 2001. Drug Addiction and Drug Abuse in Wonsiewiecz M. J., Morriss J. M. editors: Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10 ed. New York. McGraw-Hill. P. 636. th

Price S.A., Wilson L.M. 1995. Fisiologi proses-proses penyakit. Alih bahasa: Peter Anugrah. Edisi 4. Jakarta: EGC. Hal. 357-342.

Rafetto M., Grumet T., French G. 2004. Effects of Caffeine and Coffee on Heartburn, Acid Reflux, Ulcers & GERD.

(15)

43

Sujono Hadi. 1999. gastroenterologi. penerbit alumni bandung. Hal. 39-45.

Snell R.S. 1991. Anatomi Klinik. Alih bahasa Adji Dharma. Edisi 3. bagian 1. Jakarta : EGC. Hal.129

Suleman A. 2004. Caffeine. http://www.emedicine.com.htm. 02 december 2005

Sunaryo. 1995.. Dalam: Sulistia G.G., editor: Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 227-228.

Toha Nasrudin. 2001. http://www.indomedia.com/intisari/2001/Mrt/kopi.htm. 22 November 2005.

Yong Zhang., Paterson W. G. 2003. Role of sarcoplasmic reticulum in control of membrane potential and nitrergic response in opossum lower esophageal sphincter. http://www. British Journal of Pharmacology - Role of sarcoplasmic reticulum in control of membrane potential and nitrergic response in opossum lower esophageal sphincter.htm. 26 january 2006.

Yusep Ikrawan. 2005. Dampak Kafein untuk Kesehatan. http://www.Dampak Kafein untuk Kesehatan.htm. 26 january 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum dengan hanya mengolah dan mengunakan data- data sekunder yang berkaitan dengan “ Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang Didirikan

Secara tidak langsung, sikap ( attitude ), norma subjektif ( subjective norm ) dan pengetahuan halal ( halal knowledge ) masyarakat muslim tidak berpengaruh

Nilai WVTR pada film dengan plasticizer polyethilen glikol lebih baik dibanding dengan gliserol karena gugus hidroksi yang lebih kecil dibanding dengan gliserol

11 Tahun 2008 tersebut hanya menentukannya sebagai perbuatan yang dilarang, tanpa memberikan sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi dendanya, yang baru ditentukan

Sesuai dengan kondisi permasalahan yang terjadi pada birokrasi Pemerintah Kabupaten Kebumen, ada empat prioritas yang menjadi fokus perubahan. Adapun prioritas tersebut adalah

Setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak mengetahui makna (atau tujuan) Dhamma tersebut melalui ketajaman pikiran (panna) mereka.. Karena tidak mengetahui makna Dhamma

Kalau daudara sudah masuk perhentian jang Tuhan maksudkan ini maka saudara akan dapat mengalahkan musuh2 saudara: musuh kita jaitu kesukaran2, kesusahan dan segala matjam

Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui, bahwa banyak anakan pohon nipah masih sehat berada satu hamparan dengan tanaman yang rusak, sehingga sangat kecil kemungkinan