BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah 10 tahun ini pemerintah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun.Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 47 Tahun 2008 wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga Negara Indonesia. Wajib belajar 9 tahun dibagi menjadi dua jenjang. Jenjang yang pertama adalah Sekolah Dasar (SD) dan jenjang yang kedua yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang SD pendidikan dibagi menjadi 6 tingkatan dan setiap tingkatan dilakukan selama 1 tahun. Pada jenjang SMP dibagi menjadi 3 tingkatan, setiap tingkatan terdiri dari 1 tahun.
Kurikulum pembelajaran diSekolah Dasar siswa diajarkan berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran matematika(PP nomer 47 Tahun 2008 Pasal 14 Ayat 2) . Mata pelajaran matematika diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuan umum diberikannya matematika pada tahapan pendidikan dasar menengah yaitu: 1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat jujur, efektif dan efisien; 2) mempersiapkan siswa agar dapat mempergunakan matematika dan pola pikir metematika dalam kehidupan sehari – hari dan dalam mengikuti pembelajaran (Suherman, 2003)
Selama ini, masih banyak dijumpai dalam pembelajaran matematika, guru hanya menyampaikan materi, memberikan contoh – contoh soal dan kemudian memberikan latihan soal kepada siswa lainnya sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa. Hal ini menjadikan siswa nampak pasif dan hanya menerima materi sesuai yang diberikan guru. Apabila guru terus menerus menggunakan metode konvensioanl terlalu lama mengakibatkan siswa menjadi bosan (Syaiful, 2000).
Berdasarkan data observasi dan wawancara dengan guru kelas 1 SD N 3 Tuntang pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 11.00 didapatkan data bahwa keterampilan siswa dalam operasi penjumlahan bilangan 1 – 25 masih kurang. Ini dibuktikan dengan nilai tes tengah semester siswa masih di bawah KKM yaitu 65. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran yang abstrak. Observasi yang dilakukan dengan guru kelas 1 di Madrasah Ibtida’iyah MI Mangunsari pada tanggal 7 Januari 2012 hasilnya juga tidak jauh berbeda, hasil belajar siswa masih rendah, dikarenakan siswa kurang melibatkan dalam kegiatan aktifitas fisik dan aktifitas mental dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Proses mengajarkan matematika di Sekolah Dasar pada tingkat satu tidak mudah. Siswa lebih suka bermain dan tidak bisa duduk tenang di tempat duduknya. Apabila guru hanya mengikuti kemauan siswa maka mengakibatkan proses pembelajaran tidak efektif. Hal ini dapat menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Upaya untuk mengatasi hasil belajar yang rendah, guru perlu menggunakan media pembelajaran yang tepat.Media pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar siswa kelas 1 Sekolah Dasar harus mulai dari yang sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit dan mulai dari yang nyata (konkrit) ke yang abstrak (Gatot, 2007), sehingga siswa tidak bosan dalam belajar matemtika dan hasil belajar menjadi meningkat.Media pembelajaran tersebut adalah kartu bilangan ARIF, yaitu media pembelajaran yang terbuat dari kertas karton. Sisi depan terdapat beberapa gambar buah – buahan yang disukai siswa, sisi belakang terdapat bilangan jumlah dari gambar buah pada sisi yang depan, dengan demikian media kartu bilangan ARIF dapat megubah dari yang rumit menjadi sederhana.
Menurut Sardiman (1994) media pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki peranan dapat menghemat waktu belajar, memudahkan pemahaman, meningkatkan perhatian siswa, meningkatkan aktifitas siswa dan mempertinggi daya ingat siswa, sehingga media pembelajaran dapat memberikan hasil yang dapat meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut sependapat dengan Sudjana (2001) yang mengatakan bahwa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang giliranya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar siswa.
guru dan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar.Hal tersebut sependapat dengan Wahdah(2011) yang mengatakan bahwa media kartu bilangan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa.
Bedasarkan uraian di atas, terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah.Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh media kartu bilangan ARIF terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 1 SD Negeri 3 Tuntang pada tahun ajaran 2012/2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan adakah pengaruh media kartu bilangan ARIF terhadaphasil belajar matematika siswa kelas 1 SD Negeri 3Tuntang tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian inibertujuan untuk mengetahuipengaruhmedia kartu bilangan ARIF terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 1SD Negeri 3Tuntang tahun pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai beberapa manfaat.
1. Manfaat Teoritis
Apabila setelah dilakukan penelitian pengaruhmedia kartu bilangan ARIF terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 1 SD Negeri 3Tuntang dapat dijadikan sumber refrensi untuk penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat menumbuhkan semangat kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok serta dapat meningkatkan hasil belajar dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika.
b. Bagi Guru