• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Anorganik. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Anorganik. pdf"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK

OLEH :

KELOMPOK I

Alfonsus Rodriques Tampung (201220001)

Alverawati Yoja (201220002)

Anggi Kusuma Wardani (201220003)

Eduardus Dimas Satyo P (201220004)

Jefrianus Antonius Jawa G (201220005)

Maria Christina Sarkhol (201220006)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA

MALANG

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan Rahmat dan

PenyertaanNya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Kimia Anorganik

dengan lancar.

Laporan ini disusun sebagai tugas akhir sebelum Ujian Akhir Semester (UAS)

dilaksanakan dan sebagai bukti penulis bahwa selama ini telah mengikuti praktikum Kimia

Anorganik.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan

dalam laporan ini, sehingga demi sempurnanya laporan ini penulis sangat berterimakasih atas

saran-saran ataupun koreksi yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

pemakainya.

(3)

iii

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab I PENGENALAN ALAT-ALAT 1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Alat-Alat ... 1

1.3 Hasil Pengamatan ... 2

Bab II ACIDIMETRI 2.1 Pendahuluan ... 9

2.2 Alat dan Bahan ... 9

2.3 Cara Kerja ... 10

2.4 Hasil Pengamatan ... 10

2.4.1 Titrasi H2C2O4 dengan NaOH ... 10

2.4.2 Reaksi ... 10

2.4.3 Perhitungan ... 11

2.5 Pembahasan ... 11

2.6 Kesimpulan ... 13

Bab III ALKALIMETRI 3.1 Pendahuluan ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Cara Kerja ... 15

3.4 Hasil Pengamatan ... 15

3.4.1 Titrasi CH3COOH dengan NaOH ... 15

3.4.2 Reaksi ... 15

3.4.3 Perhitungan ... 15

3.5 Pembahasan ... 16

3.6 Kesimpulan ... 17

Bab IV PERMANGANOMETRI 4.1 Pendahuluan ... 19

4.2 Alat dan Bahan ... 19

4.3 Cara Kerja ... 20

(4)

iv

4.4.2 Volume KMnO4 dalam Reaksi FeSO4 + H2SO4 ... 20

4.4.3 Reaksi ... 21

4.4.4 Perhitungan ... 21

4.5 Pembahasan ... 22

4.6 Kesimpulan ... 25

Bab V IODOMETRI DAN IODIMETRI 5.1 Pendahuluan ... 26

5.2 Alat dan Bahan ... 26

5.3 Cara Kerja ... 26

5.4 Hasil Pengamatan ... 27

5.4.1 Standarisasi Na Thiosulfat dengan KIO3 0,1 N ... 27

5.4.2 Reaksi ... 27

5.4.3 Perhitungan ... 28

5.5 Pembahasan ... 29

5.6 Kesimpulan ... 31

Bab VI ANALISIS KUANTITATIF CAMPURAN Pb DAN Cu 6.1 Pendahuluan ... 32

6.2 Alat dan Bahan ... 32

6.3 Cara Kerja ... 33

6.4 Hasil Pengamatan ... 34

6.4.1 Penentuan Kadar Pb dalam Cuplikan ... 34

6.4.2 Penentuan Kadar Cu dalam Cuplikan ... 34

6.4.3 Reaksi ... 34

6.4.4 Perhitungan ... 34

6.5 Pembahasan ... 36

6.6 Kesimpulan ... 39

Bab VII ARGENTOMETRI 7.1 Pendahuluan ... 40

7.2 Alat dan Bahan ... 40

7.3 Cara Kerja ... 40

7.4 Hasil Pengamatan ... 41

7.4.1 Standarisasi AgNO3 0,01 N dengan NaCl 0,01 N ... 41

7.4.2 Reaksi ... 41

(5)

v

7.6 Kesimpulan ... 45

Bab VIII ANALISA KOLORIMETRI 8.1 Pendahuluan ... 47

8.2 Alat dan Bahan ... 47

8.3 Cara Kerja ... 48

8.4 Hasil Pengamatan ... 49

8.4.1 Pengenceran Larutan Standart FeCl + KCNS (5ml) ... 49

8.4.2 Penetapan Konsentrasi Fe3+ dalam Cuplikan Fe2+ + KCNS (5ml) ... 49

8.4.3 Reaksi ... 49

8.4.4 Perhitungan ... 49

8.5 Pembahasan ... 51

8.6 Kesimpulan ... 52

(6)

1 BAB I

PENGENALAN ALAT-ALAT

1.1 Pendahuluan

Dalam memahami ilmu kimia, praktikum sangat perlu dilakukan sebagai penunjang /

pelengkap dari semua teori yang dipelajari. Karena ilmu kimia merupakan suatu ilmu yang

didasarkan pada percobaan dan pengalaman di laboratorium.

Sebelum praktikan melakukan percobaan atau eksperimen, praktikan diwajibkan

mengetahui kegunaan bermacam-macam alat. Masing-masing alat mempunyai bentuk, bahan,

ukuran serta fungsi yang khusus sehingga setiap peralatan harus digunakan dengan tepat dan

benar.

Dan praktikan tidak akan canggung bila akan melakukan praktikum, karena sudah

mengetahui segala alat-alat yang ada di laboratorium yang digunakan alat-alat praktikum

dengan benar dan sesuai dengan fungsinya, karena apabila penggunaannya kurang tepat dapat

menyebabkan kerusakan pada alat.

1.2 Alat - alat

1. Tabung Reaksi

2. Rak Tabung Reaksi

3. Penjepit

4. Corong (funnel glass)

5. Mortal dan Postele

6. Gelas Arloji

7. Gelas Ukur

8. Beaker Glass

9. Erlenmeyer

10. Labu Ukur

11. Pipet Tetes

12. Pipet Volume

13. Pipet Ukur

14. Buret

15. Statif dan Klemp

16. Lampu Bunsen / Lampu Spiritus

(7)

18. Penangas air / Waterbath

19. Petridish

20. Timbangan

21. Oven

22. Eksikator

23. Pengaduk Kaca

24. Spectrophotometer

25. Autoklaf

26. Sentrifuse

27. Kuvet Sentrifuse

28. Soklet

29. Colony Counter

30. Inkubator

1.3 Hasil Pengamatan

NO NAMA GAMBAR FUNGSI

1. Tabung Reaksi

(Test tube / culture tube)

-Mencampur 2 atau lebih larutan dalam skala kecil. -Tempat untuk

mereaksikan bahan kimia. -Melakukan reaksi kimia

dalam skala kecil. -Sebagai tempat

perkembangbiakan mikroba dalam media cair.

2. Rak Tabung

Reaksi

-Sebagai tempat tabung reaksi.

-Mentiriskan tabung reaksi setelah dicuci.

-Tatakan / tempat

meletakkan tabung reaksi yang sedang digunakan untuk menunggu reaksi.

3. Penjepit -Menjepit tabung reaksi

yang masih dalam keadaan panas.

-Membantu mengambil

benda lain pada kondisi panas.

(8)

(Funnel glass) cairan atau larutan kedalam tabung reaksi / gelas ukur.

-Alat untuk menyaring, biasanya dikombinasi dengan kertas saring (proses penyaringan).

5. Mortal dan

Postele

-Menghaluskan zat / bahan yang masih bersifat padat / kristal menjadi bahan yang berukuran kecil.

-Menghancurkan dan

mencampur padatan kimia.

6. Gelas Arloji -Wadah untuk menimbang

zat padat

-Menutup labu pada saat proses pemanasan

-Untuk mengeringkan

suatu bahan dalam desikator.

-Untuk menempatkan

bahan yang ukurannya kecil (bubuk).

7. Gelas Ukur -Untuk mengukur larutan

dalam jumlah / ukuran tertentu.

-Melarutkan zat dengan volume tertentu.

-Merendam pipet dalam

cairan asam pencuci.

8. Beaker Glass -Untuk mencampur 2 atau

lebih larutan dalam jumlah yang lebih besar (dalam ukuran tertentu) dibanding tabung reaksi. -Melarutkan dan

memanaskan zat kimia. -Menguapkan solven /

pelarut.

-Menampung bahan

sementara.

9. Erlenmeyer -Untuk mencampur 2 /

lebih larutan dalam ukuran tertentu.

(9)

memanaskan larutan. -Menampung filtrat hasil

penyaringan. -Menampung titran

(larutan yang di titrasi) pada proses titrasi. -Kultivasi mikroba dalam

kultur cair.

-Kegunaan leher sempit untuk mengurangi penguapan pada saat pemanasan dan pada saat diaduk larutan tidak mudah tumpah.

10. Labu Ukur -Untuk mencampur 2 /

lebih larutan dan

mengencerkan suatu zat dengan ketelitian tinggi.

-Untuk mengukur volume

zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan.

-Melarutkan padatan dalam pembuatan larutan standar pada analisis volumetri,

spektrofotometri, dll.

11. Pipet Tetes -Untuk mengambil larutan

dalam jumlah / ukuran yang diinginkan dan memindahkan ke alat atau wadah lain.

-Memindahkan zat cair dalam jumlah kecil.

12. Pipet Volume -Untuk mengambil /

memindahkan larutan dalam jumlah / ukuran tertentu.

-Memindahkan dan

mengambil larutan

dengan ketelitian tertentu.

13. Pipet Ukur -Untuk mengambil /

memindahkan larutan dalam jumlah atau ukuran tertentu.

-Mengukur volume larutan dengan tingkat ketelitian yang tinggi (0,01 mm).

14. Buret -Untuk mengalirkan

(10)

untuk titrasi) ke wadah atau alat praktikum lain.

-Untuk mengukur volume

suatu larutan.

15. Statif dan Klemp -Untuk menyangga /

mendirikan alat berupa buret.

-Untuk menjepit soklet pada proses ektraksi. -Untuk menjepit

kondensor pada proses distilasi.

16. Lampu Bunsen / Lampu Spiritus

-Memanaskan bahan kimia

/ sumber panas pada saat melakukan pembakaran. -Untuk praktikum

bakteriologi agar tercipta tempat yang steril. -Biasanya diletakkan di

atas kaki tiga. 17. Segitiga / Kaki

Tiga

-Untuk menyangga /

menahan pembakar spiritus / lampu Bunsen -Sebagai penopang kawat

kasa saat melakukan pembakaran.

18. Water bath (Penangas Air)

-Untuk menciptakan suhu yang konstan.

-Untuk melebur basis, penguapan ekstrak / tingtur.

-Untuk menyimpan media

yang masih akan digunakan.

(11)

19. Petridish -Untuk meletakkan larutan bisa dalam bentuk cairan atau bubuk.

-Wadah untuk menimbang

dan menyimpan bahan kimia.

-Untuk membiakan sel. -Untuk mengkultur bakteri,

khamir spora / biji-bijian. 20. Timbangan

Analitik

-Untuk mengukur berat suatu bahan yang diletakkan di petridish dalam jumlah / ukuran tertentu.

-Menimbang dengan

ketelitian tinggi.

21. Oven -Untuk memanaskan /

menurunkan berat bahan / kandungan air bahan dengan suhu tertentu.

-Untuk mengeringkan

bahan / alat - alat dalam keadaan basah sebelum digunakan.

22. Eksikator -Untuk mendinginkan,

menurunkan suhu dari bahan yang sudah di oven / menurunkan suhu bahan dari ovennya.

-Menyimpan zat / bahan yang harus dilindungi terhadap pengaruh kelembapan udara.

-Menyimpan bahan -bahan

/ sampel yang harus bebas air.

23. Pengaduk Kaca -Untuk mencampur 2 /

lebih larutan dalam beaker glass.

-Mengaduk suatu campuran pada waktu melakukan reaksi – reaksi kimia.

(12)

gelombang.

-Membaca kekeruhan

kultur dengan melewatkan suatu berkas cahaya kemudian persentase cahaya yang melewatinya dihitung.

25. Autoklaf -Untuk mensterilkan alat

praktikum dan bahan yang digunakan dalam

mikrobiologi

menggunakan uap air panas bertekanan.

26. Sentrifuse -Memisahkan cairan dan

padatan dalam suatu larutan sehingga

dihasilkan endapan yang dapat di analisis

-Untuk memekatkan sel mikroorganisme sehingga dapat dipisahkan anatara medium (supernatan) dan selnya yang mengendap (natan).

27. Kuvet sentrifuse -Mewadahi larutan yang

telah dipisahkan melalui sentrifuse.

-Untuk tempat / wadah sampel yang akan diputar dalam sentrifuse.

28. Soklet -Untuk mengekstraksi

lemak dalam minyak. -Untuk menghasilkan

ektraksi lemak kasar dalam bahan - bahan kimia. (fosfolipida, sterol, asam lemak bebas,

karotenoid, dan pigmen - pigmen).

29. Colony counter -Untuk menghitung jumlah

bakteri yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan.

(13)

pertumbuhan bakteri.

30. Inkubator -Alat untuk proses

inkubasi / memeram suatu bakteri pada suhu yang terkontrol.

-Menumbuhkan media

(14)

9 ACIDIMETRI

2.1 Pendahuluan

Acidimetri adalah analisis kuantitatif volumetrik yang berdasarkan reaksi netralisasi

dengan larutan standart asam. Larutan standart dibedakan menjadi dua macam yaitu larutan

standart primer dan larutan standart sekunder. Suatu larutan yang akan dipakai menjadi

larutan standart primer harus memenuhi kriteria : memiliki kemurnian yang tinggi, tidak

bersifat higroskopis, memiliki rumus molekul yang pasti dan ditimbang, berat ekivalen tinggi,

cepat bereaksi dengan zat yang ditentukan dan larutannya harus bersifat cukup stabil. Zat-zat

yang memenuhi kriteria tersebut adalah Na borax, asam oksalat, natrium thiosulfat. Larutan

lain yang tidak memenuhi syarat-syarat diatas maka disebut larutan standart sekunder.

Dalam titrasi ini diperlukan indikator phenilpthalin untuk mempercepat titrasi dan

mencapai titik egivalensi yaitu titik akhir terjadinya titrasi yang ditandai dengan adanya

perubahan baik warna maupun adanya endapan dalam larutan tersebut setelah dititrasi.

Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan standart sekunder

dengan menggunakan larutan standart primer.

2.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Timbangan

- Erlenmeyer 250 ml

- Pipet Tetes

- Buret dan Statif

- Gelas Ukur 10 ml

- Sendok

Bahan :

- NaOH

- Asam Oksalat

- Aquades

(15)

2.3 Cara Kerja

a. Membuat Larutan Standart NaOH 0,1 N :

- Menimbang 1 gram NaOH larutkan dalam beaker glass dengan Aquades 100 ml.

- Masukkan dalam labu ukur 250 ml, kocoklah sampai homogen dan tambahkan

aquades sampai tanda batas.

b. Membuat Larutan Asam Oksalat 0,1 N :

- Menimbang 1,5758 gram Asam Oksalat larutkan dalam beaker glass dengan aquades

100 ml.

- Masukkan dalam labu ukur 250 ml, kocoklah sampai homogen dan tambah hingga

tanda batas

c. Membuat Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N :

- Menyiapkan perangkat buret, kita bilas dengan Aquades kemudian dikeringkan, dan

dibilas dengan NaOH.

- Memipet 10 ml Asam Oksalat dengan pipet volume, kita masukkan dalam Erlenmeyer

dan menambahkan 2-3 tetes Indikator PP.

- Melakukan titrasi Asam Oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna

menjadi merah muda.

- Mengulangi titrasi sampai 3 kali ulangan.

- Menghitung normalitasnya.

2.4 Hasil Pengamatan

2.4.1 Titrasi H2C2O4 dengan NaOH

ULANGAN ml NaOH WARNA

I 22,55 ml Pink Muda

II 9,4 ml Pink Tua

III 5,8 ml Pink Muda ++

2.4.2 Reaksi

NaOH Na+ + OH

-NaCl H+ + C2O4

(16)

2.4.3 Perhitungan

Larutan Standar NaOH 0,1 N

Massa NaOH =

=

=

=

= 1 gr

Larutan Asam Oksalat 0,1 N

Massa Asam Oksalat =

=

=

= 0,9 gr

Normalitas

N NaOH =

 Ulangan I

N NaOH =

= 0,04 N  Ulangan II

N NaOH =

= 0,10 N

 Ulangan III

N NaOH =

= 0,17 N

 Rata - rata NaOH = = = 0,10 N

2.5 Pembahasan

Acidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku

basa. Acidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa – senyawa

yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Contoh analisis acidimetri adalah

menentukan kandungan ion bikarbonat dalam air sadah. Praktikum acidimetri bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi larutan standar sekunder (NaOH) dengan menggunakan larutan

standar primer (Asam Oksalat) dan untuk mengenal cara analisa kuantitatif dengan metode

(17)

Adapun sifat masing - masing larutan (NaOH dan Asam Oksalat). Larutan NaOH

mempunyai ciri - ciri yaitu berwarna putih, massa melebur, berbentuk pelet, serpihan atau

batang atau bentuk lain. Bersifat sangat basa, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur.

Bila dibiarkan di udara akan menyerap CO2 dan lembab. Kelarutannya sangat tinggi sehingga

mudah larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar lain. Titik

lelehnya 318o C dan titik didihnya 1390o C.NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam

air. NaOH mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. Asam Oksalat dalam

keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10o C) dan larutan ini larut

dalam alkohol. H2C2O4 membentuk garam netral dengan logam alkali (Nak) yang larut di

dalam air (5 - 25%) sementara dengan logam alkali tanah. Larutan ini termasuk logam berat

yang mempunyai kelarutan yang sangat kecil di dalam air. Asam Oksalat digunakan untuk

menentukan jumlah kalsium H2C2O4 terionisasi dalam media asam kuat. H2C2O4 bisa

ditemukan dalam bentuk bebas / bentuk garam. H2C2O4 adalah asam dikarboksilat yang hanya

terdiri dari 2 atom C pada masing - masing molekul sehingga 2 gugus karboksilat berada

berdampingan. Setelah mengenal sifat masing - masing larutan, maka dilakukan titrasi

asidimetri dengan menggunakan 3 kali ulangan dengan menggunakan indikator Phenolptelein

(PP). dari 3 kali ulangan tersebut masing-masing di dapat volume (ml) titrasi yang

berbeda-beda 1 sama lain yaitu pada ulangan yang pertama di dapat 22,55 ml dengan warna titrasi

yang dihasilkan pink muda, pada ulangan kedua di dapat 9,4 ml dengan warna titrasi yang

dihasilkan pink tua dan ulangan yang ketiga 5,8 ml dengan warna titrasi yang dihasilkan yaitu

pink muda ++ dengan normalitas setiap ulangan yang berbeda-beda pula. Ulangan pertama

menghasilkan normalitas 0,04 N, ulangan kedua normalitasnya 0,10 N, dan pada ulangan

ketiga menghasilkan normalitas 0,17 N. dan rata-rata normalitas yang diperoleh dari ketiga

ulangan tersebut adalah 0,10 N. dilihat dari hasil ulangan, ulangan pertama tidak memiliki

kesamaan dengan ulangan kedua dan ketiga, warna yang dihasilkan juga sangat berbeda. Dari

hal itu dapat disimpulkan ada faktor - faktor lain yang mempengaruhi yaitu, kurang

tercampurnya larutan Asam Oksalat dengan aquades, kurangnya aquades yang harus

dicampurkan, peralatan yang digunakan kurang bersih / steril., dan terjadi hal - hal lain

sehingga hasil dari masing-masing ulangan sangat berbeda, sehingga terjadi perbedaan yang

(18)

2.6 Kesimpulan

Titrasi Acidimetri merupakan titrasi volumetrik yang dilakukan dengan menggunakan

larutan standart asam. Titrasi ini menggunakan indikator PP untuk mengukur kadar asam basa

dalam suatu larutan.

Dari hasil praktikum yang dilakukan, dari ketiga percobaan didapatkan hasil yang

berbeda - beda. Titrasi yang dilakukan berdasarkan pentitrasian terhadap Asam Oksalat dan

NaOH. Dari hasil titrasi tersebut didapat rata - rata normalitas NaOH yaitu 0,10 N.

Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga hasil dari ketiga percobaan tersebut

berbeda-beda, kesalahan tersebut antara lain :

 kurang tercampurnya larutan Asam Oksalat dengan aquades.

 Kurangnya aquades yang harus dicampurkan

 Peralatan yang digunakan kurang bersih / steril

 Ketidakseimbangan pencampuran larutan sehingga warna yang dihasilkan ada yang lebih tua dan ada yang lebih muda.

Kesalahan yang terjadi sangat mungkin terjadi pada setiap percobaan walaupun volume

(19)

14 ALKALIMETRI

3.1 Pendahuluan

Yang dimaksud alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetri dimana larutan asam

dan garam dari basa lemah dititrasi dengan larutan basa baku. Titrasi asidi-alkalimetri

menyangkut reaksi asam atau basa. Dalam titrasi alkalimetri ini menggunakan indikator

phenolpthalin yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya titrasi hingga mencapai titik

egivalensi dan dapat dipergunakan juga untuk memperjelas atau mempertajam perubahan

warna yang terjadi.

Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena adanya beberapa sifat yang berubah

salah satunya adalah Ph larutan. Ph larutan yang telah berbeda membuat perubahan warna

juga berubah titrasi akan diulang sampai beberapa kali dimaksudkan agar dapat mengurangi

kesalahan titrasi. Karena titik akhir yang didapatkan tidak selalu sama dengan titik ekuivalen.

Tujuan praktikum adalah untuk menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan

metode alkalimetri.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Perangkat Titrasi

- Erlenmeyer 250 ml

- Beaker Glass

- Corong

- Labu Ukur 250 ml

- Pipet Volume

- Pipet Tetes

Bahan :

- NaOH 0,1 N

- Indikator PP

- Asam Cuka Perdagangan

(20)

3.3 Cara Kerja

a. Membuat Larutan Standart NaOH 0,1 N

- Bersihkan semua alat yang akan digunakan dengan aquades dan keringkan.

- Timbang 1 gram NaOH, larutkan dalam beaker glass dengan aquades 100 ml.

- Masukkan dalam labu ukur 250 ml, kocok sampai homogen.

- Tambahkan aquades sampai tanda batas.

b. Persiapan asam cuka perdagangan

- Ambil 25 ml asam cuka perdagangan, masukkan dalam labu ukur 250 ml dan

tambahkan aquades sampai tanda batas.

- Ambil 10 ml asam cuka hasil pengenceran dan masukkan dalam Erlenmeyer,

tambahkan indikator PP 3 - 4 tetes.

c. Persiapan titrasi

- Isi buret dengan NaOH 0,1 N.

- Titrasi asam cuka hasil pengenceran dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna

merah muda dan catatlah volume NaOH.

- Ulangi percobaan sampai 3 kali.

3.4 Hasil Pengamatan

3.4.1 Titrasi CH3COOH dengan NaOH

ULANGAN ml TTRASI WARNA

I 14,9 ml Pink Muda

II 15,3 ml Pink Tua

III 14,3 ml Pink Muda ++

3.4.2 Reaksi

NaOH Na+ + OH

-CH3COOH CH3COO- + H+

NaOH + CH3COOH.2H2O CH3COONa + 3H2O

3.4.3 Perhitungan

(21)

Massa NaOH =

=

=

=

= 1 gr

Kadar CH3COOH

CH3COOH =

x 100%

 Ulangan I

CH3COOH =

x 100%

=

x 100% =

x 100%

=

8,51%

 Ulangan II

CH3COOH =

x 100%

=

x 100% =

x 100%

= 8,74%

 Ulangan III

CH3COOH =

x 100%

=

x 100% =

x 100%

= 8,17%

 Rata - rata CH3COOH = = = 8,47%

3.5 Pembahasan

Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk

menentukan jumlah asam yang ada. Alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan

(22)

harga pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan titran akan menyebabkan perubahan

pH. Titrasi alkalimetri bertujuan untuk menentukan kadar asam dalam suatu larutan dan

mengetahui tingkat pH di dalam suatu larutan ( > 7 bersifat basa dan < 7 bersifat asam).

Asam cuka yang ditetapkan 25 ml, diencerkan dalam labu ukur 225 ml. saat asam cuka

di titrasi dengan larutan NaOH, saat mencapai titik akhir warna larutan berubah menjadi

merah muda karena [OH-] menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke

kanan, sehingga warna larutan berubah menjadi merah muda yang disebut basa indikator.

Volume titran yang digunakan sampai tercapainya titik akhir titrasi adalah 14,9 ml, 15,3 ml,

dan 14,3 ml pada ketiga ulangan dengan masing - masing ulangan diperoleh kadar asam

sebesar 8,51%, 8,74%, dan 8,17% dengan rata - rata kadar asam sebesar 8,47%. pH akhir

titrasi berada di atas 7 ( > 7 ) yang berarti larutan ini bersifat basa. Proses titrasi ini

melibatkan basa kuat sebagai larutan standar dan asam lemah sebagai analit yang akan

dititrasi. Adapun kesalahan yang terjadi sehingga warna setiap ulangan berbeda, yaitu :

 Peralatan praktikum yang kurang steril

 Larutan kurang tercampur

 Kesalahan dalam pembuatan larutan

 Pencampuran titran yang terlalu banyak sehingga warna berbeda jauh.

Setelah memperoleh hasil dari setiap ulangan, kini membandingkan dengan hasil

praktikum dari pustaka. Dari hasil praktikum dalam pustaka, normalitas asam cuka yang

diperoleh 0,1086 N dan kadar asam cuka yang diperoleh 6,516%, setelah dibandingkan antara

percobaan yang dilakukan dengan percobaan yang diperoleh dari pustaka sangatlah berbeda.

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah :

 Jumlah larutan yang digunakan berbeda

 Rumus penghitungan berbeda tetapi masih bisa digunakan dalam menentukan kadar larutan

3.6 Kesimpulan

Alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetri dimana larutan asam dan garam dari

basa lemah dititrasi dengan larutan basa baku. Titrasi alkalimetri ini menggunakan indikator

phenolpthalin yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya titrasi hingga mencapai titik

egivalensi dan dapat dipergunakan juga untuk memperjelas atau mempertajam perubahan

(23)

Dari ketiga hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh volume titrasi yang berbeda

dan warna yang dihasilkan juga berbeda. Tiap - tiap ulangan diperoleh kadar asam cuka

sebesar 8,51%, 8,74%, dan 8,17% dengan rata-rata kadar yang diperoleh 8,47%.

Selama praktikum berlangsung adapun kesalahan - kesalahan yang dilakukan sehingga

hasil yang didapat berbeda-beda, seperti :

 Peralatan praktikum yang kurang steril

 Larutan kurang tercampur

 Kesalahan dalam pembuatan larutan

(24)

19

PERMANGANOMETRI

4.1 Pendahuluan

Dalam analisis volumetri yang dimaksud titrasi oksidometri adalah titrasi dengan

menggunakan larutan standart zat pengoksidasi tetapi apabila yang dipakai sebagai larutan

standart zat pereduksi maka disebut titrasi reduksimetri. Titrasi permanganometri adalah

titrasi oksidometri dengan menggunakan larutan standart kalium permanganat. Dalam titrasi

ini tidak perlu menggunakan indikator untuk mempercepat terjadinya titik egivalensi atau titik

akhir titrasi. Apabila disebabkan warna yang dihasilkan nantinya akan jelas sekali. Pada

penentuan kadar besi volume yang dibutuhkan hanya sedikit karena titrasi sudah mencapai

titik egivalensi karena apabila volume terlalu banyak warna akan berubah.

Tujuan praktikum ini adalah menentukan kadar konsentrasi KMnO4 dan kadar besi (Fe2+) dalam cuplikan.

4.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Pipet volume

- Pipet ukur

- Erlenmeyer

- Perangkat titrasi

- Timbangan analitis

- Pipet tetes

- Labu ukur

- Beaker glass

- Gelas arloji

- Corong

- Botol semprot

Bahan :

- Kalium permanganat (KMnO4)

- Natrium oksalat (Na2C2O4)

- H2SO4 2 N

- Cuplikan Fe2+

(25)

4.3 Cara Kerja

a. Membuat larutan KMnO4.

b. Membuat larutan Natrium Oksalat 0,1 N.

c. Membuat larutan H2SO4 2 N.

d. Standarisasi KMnO4 dengan Na Oksalat.

- Siapkan perangkat buret yang telah dibersihkan.

- Ambil 10 ml larutan Na Oksalat dan masukkan dalam erlenmeyer dan tambahkan 10

ml H2SO4 2 N.

- Titrasi dengan larutan KMnO4 dalam keadaan panas (50o - 60o C) sampai terjadi

perubahan warna.

- Catatlah volume KMnO4.

- Ulangi titrasi sebanyak 3 kali dan hitung normalitasnya.

e. Penentuan kadar besi dalam cuplikan.

- Timbang 3 gram FeSO4 dilarutkan dalam labu ukur 100 ml (cuplikan).

- Ambil 10 ml larutan cuplikan dan masukkan dalam erlenmeyer dan tambahkan 7 ml

H2SO4 2 N.

- Titrasi dengan KMnO4 sampai terjadi perubahan warna.

- Catatlah volumenya dan ulangi percobaan sebanyak 3 kali.

- Hitung kadar Fe.

4.4 Hasil Pengamatan

4.4.1 Volume KMnO4 dalam reaksi Na2C2O4 + H2SO4

ULANGAN ml KMnO4 WARNA

I 2,65 ml Ungu Tua +

II 1,55 ml Ungu Tua ++

III 1,1 ml Ungu Tua

4.4.2 Volume KMnO4 dalam reaksi FeSO4 + H2SO4

ULANGAN ml KMnO4 WARNA

I 0,3 ml Ungu Tua

II 0,9 ml Ungu Tua +

(26)

4.4.3 Reaksi

KMnO4 K+ + MnO4

-Na2C2O4 2 Na+ + C2O4

2-H2SO4 2 H+ + SO4

2-FeSO4 Fe2+ + SO4

2-4.4.4 Perhitungan

Gram KMnO4 =

= = = =

Gram Na2C2O4 =

= = = =

Volume H2SO4 =

= = = ≈ 229 ml

Normalitas KMnO4

N KMnO4 x V KMnO4 = N Na2C2O4 x V Na2C2O4

N KMnO4 =

Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4 + H2SO4

 Ulangan I

N KMnO4 =

= = 0,38 N

 Ulangan II

N KMnO4 =

= = 0,65 N

 Ulangan III

N KMnO4 =

(27)

 Rata - rata N KMnO4 = = = 0,65 N

Standarisasi Fe dengan KMnO4

N Fe x V Fe = N KMnO4 x V KMnO4

N Fe =

 Ulangan I

N Fe =

= 0,003 N

 Ulangan II

N Fe =

= 0,009 N

 Ulangan III

N Fe =

= 0,006 N

 Rata - rata N Fe = = = 0,006 N

Berat Cuplikan = BE FeSO4 x V Fe x N Fe x P

= (56 + 32 + 64) x 10 x 0,006 x 10

= 152 x 0,6

= 91,2 mg

Kadar Fe =

x 100%

=

x 100% = 3,04%

4.5 Pembahasan

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium

permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi

antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan

pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan

berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.

Reaksi redoks dapat diartikan sebagai reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan

elektron secara berurutan dari satu senyawa kimia ke senyawa kimia lainnya (suatu serah

(28)

dari dua reaksi yang berbeda, yaitu Oksidasi dan Reduksi. Kedua reaksi tersebut yang menjadi

prinsip titrasi permanganometri. Oksidasi dan reduksi merupakan pasangan, sebab elektron

yang hilang pada reaksi oksidasi sama dengan elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi.

Reaksi oksidasi sendiri diartikan sebagai suatu reaksi yang melibatkan oksigen dengan

pelepasan elektron dari satu atom atau senyawa. Sedangkan reaksi reduksi adalah suatu reaksi

yang melibatkan oksigen dengan penambahan elektron dari satu atom atau senyawa.

Contoh pembentukan reaksi oksidasi :

H2 2H+ + 2e-

Contoh pembentukan reaksi reduksi :

F2 + 2e- 2F

-Ketika reaksi oksidasi dan reduksi disatukan maka akan membentuk :

Dalam reaksi ini elektron - elektron yang terlibat saling mengurangi. Reaksi oksidasi dan

reaksi reduksi terjadi secara bersamaan (simultan), yang berarti jika elektron dipindahkan dari

molekul sebagai pemberi elektron maka aka nada molekul yang teroksidasi sedangkan

penerima menjadi molekul yang tereduksi. Keadaan suatu reaksi terjadi secara seimbang.

Keadaan oksidasi dalam reaksi redoks adalah suatu pengukuran derajat oksidasi sebuah

atom dalam suatau zat. Aturan - aturan reaksi oksidasi yaitu :

1. Keadaan oksidasi unsur bebas (unsur yang tidak bergabung dengan unsur lain) adalah

nol.

2. Untuk ion sederhana, keadaan oksidasinya adalah sama dengan muatan total pada ion.

3. Hidrogen memiliki keadaan oksidasi 1 dan oksigen memiliki keadaan oksidasi -2 ketika

mereka berada pada kebanyakan senyawa (kecuali pada hidrogen memiliki keadaan

oksidasi -1 pada hidrida logam aktif (LiH) dan oksigen memiliki keadaan oksidasi -1

pada peroksida (H2O2) ).

4. Penjumlahan keadaan oksidasi semua atom pada suatu molekul netral haruslah nol, jika

pada ion penjumlahan oksidasi atom-atom yang membentuk ion tersebut harus sama

dengan muatan ion.

Senyawa - senyawa oksidasi biasanya memiliki unsur - unsur dengan bilangan oksidasi yang

tinggi sepert : H2O2, MnO4-, CrO3, Cr2O72-, OsO4 atau senyawa-senyawa yang elektronegatif,

(29)

senyawa (seperti oksigen, fluorin, klorin, dan bromin) dan senyawa ini disebut sebagai

oksidatif. Sedangkan senyawa - senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi

senyawa lain disebut sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor. Reduktor melepas

elektronnya ke senyawa lain, sehingga teroksidasi sendiri. Senyawa - senyawa reduktor yang

memiliki unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al. logam - logam ini

memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor yang lain adalah reagen transfer hidrida,

misalnya NaBH4 dan LiAiH4. Metode yang lain juga melibatkan gas hidrogen (H2) dengan

katalis paladium, platinum, dan nikel. Pada umumnya jumlah elektron yang dilepaskan pada

reaksi oksidasi harus sama dengan jumlah yang diterima pada reaksi reduksi.

Titrasi redoks (titrasi dengan menggunakan reaksi redoks dengan melibatkan senyawa

reduktor dan oksidator) juga dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis titrasi diantaranya

,ialah Permanganometri (titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 sebagai titran),

Dikromatometri (titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator),

Titrasi dengan Iodium (Iodometri dan Iodimetri), Cerimetri, dan Bromatometri. Jenis-jenis

titrasi ini ada karena tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua

senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran.

Percobaan dalam menentukan normalitas KMnO4 dalam reaksi Na2C2O4 + H2SO4

dilakukan dalam 3 kali ulangan yang masing-masing di dapat hasil yang berbeda., pada

ulangan I membutuhkan 2,65 ml KMnO4 dengan standarisasi yang di dapat 0,38 N, pada

ulangan II membutuhkan 1,55 ml KMnO4 dengan standarisasi yang di dapat 0,65 N, dan pada

ulangan III membutuhkan 1,1 ml KMnO4 dengan standarisasi yang di dapat 0,90 N. pada

masing-masing ulangan dihasilkan warna yang berbeda yaitu pada ulangan I menghasilkan

warna ungu tua +, ulangan II menghasilkan warna ungu tua ++, dan ulangan III menghasilkan

warna ungu muda. Dari percobaan ini dihasilkan rata-rata normalitas KMnO4 sebesar 0,64 N.

Dan Normalitas KMnO4 dalam reaksi FeSO4 + H2SO4 di dapat rata-rata normalitasnya 0,006

N dengan warna yang berbeda-beda pula pada tiap-tiap ulangan dan jumlah ml KMnO4 yang

dibutuhkan juga berbeda. Berat cuplikan Fe yang di dapat sebesar 91,2 mg dengan kadar

3,04%.

Dari kedua percobaan KMnO4 tersebut di dapat factor-faktor kesalahan yang mungkin

terjadi sehingga tiap-tiap ulangan menghasilkan warna yang berbeda dari ml KMnO4 yang

dibutuhkan, hal ini disebabkan karena,

1. Lamanya proses pencampuran larutan H2SO4 dengan Na2C2O4

2. Alat-alat praktikum yang digunakan kurang steril

3. Sukarnya pelarutan Fe dalam aquades

(30)

4.6 Kesimpulan

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium

permanganat (KMnO4). Titrasi permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi

redoks. Reaksi redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara

berurutan dari satu senyawa kimia ke senyawa kimia lainnya (suatu serah terima elektron dan

reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi). Reaksi redoks terdiri dari reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi.

Dalam percobaan yang dilakukan, rata - rata normalitas KMnO4 dalam reaksi Na2C2O4

+ H2SO4 yang di dapat adalah 0,64 N dan dari hasil normalitas KMnO4 dalam reaksi FeSO4 +

H2SO4 di dapat rata - rata sebesar 0,006 N dengan warna dan volume yang berbeda - beda.

Berat cuplikan Fe adalah 91,2 mg dengan kadar 3,04%.

Kesalahan yang dapat terjadi ketika dilakukan praktikum sehingga memberikan hasil

yang berbeda - beda, yaitu :

 Lamanya proses pencampuran larutan H2SO4 dengan Na2C2O4

 Alat-alat praktikum yang digunakan kurang steril

 Sukarnya pelarutan Fe dalam aquades

 Larutan sudah terkontaminasi oleh debu (kotoran) karena tidak ditutup.

(31)

26

IODOMETRI DAN IODIMETRI

5.1 Pendahuluan

Iodometri dan iodimetri merupakan analisa volumetri yang berdasarkan reaksi redoks.

Iodimetri adalah titrasi langsung dengan larutan standart Iodin (I2), Iodometri adalah titrasi

direaksikan dulu dengan ion iodida. I2 yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standart Na

thiosulfat.

Tujuan praktikum adalah untuk membuat larutan Na thiosulfat dan standarisasinya.

5.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Labu ukur

- Pipet tetes

- Botol semprot

- Gelas arloji

- Pipet volume

- Erlenmeyer 250 ml

- Perangkat titrasi

- Timbangan

- Corong

- Beaker glass

- Pipet ukur

- Gelas ukur

Bahan :

- Na2S2O3.5H2O

- H2SO4

- Aquades

- KIO3

- KI

- Amilum 1%

5.3 Cara Kerja

(32)

b. Membuat larutan H2SO4 0,1 N

c. Membuat larutan amilum / pati 1%

d. Membuat larutan KIO3 0,1 N

- Timbang 0,445 gram KIO3 dan encerkan dengan aquades mendidih dalam labu ukur

125 ml.

- Tambahkan 12,5 ml H2SO4 0,1 N dan 6,25 gram KI.

- Tambahkan aquades hingga tanda batas, sampai V = 125 ml.

e. Standarisasi Na thiosulfat dengan KIO3 0,1 N

- Ambil 10 ml larutan KIO3 0,1 N tersebut dan masukkan dalam erlenmeyer.

- Titrasi dengan larutan Na thiosulfat hingga warna kuning pucat.

- Tambahkan 1 ml amilum 1 %

- Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.

- Catatlah volumenya dan ulangi titrasi sebanyak 3 kali

- Hitung normalitasnya

5.4 Hasil Pengamatan

5.4.1 Standarisasi Na Thiosulfat dengan KIO3 0,1 N

 Titrasi KIO3 dengan Na Thiosulfat

ULANGAN ml Na Thiosulfat WARNA

I 6,7 ml Kuning Pucat

II 5,9 ml Kuning Pucat

III 6,3 ml Kuning Pucat

 Titrasi KIO3 dengan Na Thiosulfat ditambah 1% Amilum

ULANGAN ml Na Thiosulfat WARNA

I 2,2 ml Kuning Muda

II 4,1 ml Kuning Muda +

III 7,3 ml Kuning Muda ++

5.4.2 Reaksi

Na2C2O3 2 Na+ + C2O3

2-H2SO4 2 H+ + SO4

(33)

-5.4.3 Perhitungan

Na Thiosulfat =

=

=

=

=

Volume H2SO4 =

=

=

= ≈ 229 ml

H2SO4 yang digunakan hanya sebagian, jadi H2SO4 = = 114,5 ml

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,1 N

N Na2S2O3 =

 Ulangan I

N Na2S2O3 =

= = 0,15 N

 Ulangan II

N Na2S2O3 =

= = 0,17 N

 Ulangan III

N Na2S2O3 =

= = 0,16 N

 Rata - rata N Na2S2O3 =

= = 0,16 N

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 ditambah 1% Amilum

N Na2S2O3 =

 Ulangan I

N Na2S2O3 =

= = 0,45 N

(34)

N Na2S2O3 =

= = 0,24 N

 Ulangan III

N Na2S2O3 =

= = 0,14 N

 Rata - rata N Na2S2O3 =

= = 0,28 N

5.5 Pembahasan

Iodometri dan Iodimetri merupakan reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi

dalam analisis titrimetrik. Iodometri adalaha analisa titrimetrik yang secara tidak langsung

untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), kalium permanganat dimana

zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk

akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku thiosulfat.

Contoh : oksidator + KI I2 + 2e

I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6

Iodimetri adalah analisis titrimetrik yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau

natrium thiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku

berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan larutan thiosulfat.

Contoh : Reduktor + I2 2I

-Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6

Dari pengertian iodometri dan iodimetri yang telah dibahas diatas adapun perbedaan antara

titrasi iodometri dan titrasi iodimetri, yaitu :

 Titrasi iodimetri (cara langsung) : Sampelnya bersifat reduktor, larutan standarnya bersifat oksidator dan sampel secara langsung

direaksi dengan I2.

Itu berarti iodium digunakan untuk mentitrasi reduktor - reduktor yang dapat dioksidasi

secara kuantitatif pada titik ekivalensi reaksi oksidasi yang berlangsung dengan larutan

iodium diantaranya dengan H2S, H2SO4, H2AsO4, Sn2-, dan S2O32-.

 Titrasi iodometri (cara tidak langsung) : Sampelnya bersifat oksidator, larutan standarnya bersifat reduktor, dan I2 yang diperoleh secara

tidak langsung dengan menambahkan larutan

yang mengandung ion iodida dalam sampel.

Oksidasi yang dianalisis direaksikan dengan iodida berlebih dalam suasana larutan yang

(35)

baku natrium thiosulfat. Cara iodometri dapat digunakan untuk menganalisa oksidator

yang kuat. Diantaranya, Cr2O72-, BrO3-, ClO3-, HNO3, Cu2+, dan HOCl.

Jenis - jenis iodimetri dan iodometri sangat berbeda. Kedua titrasi ini memiliki jenis - jenis

tersendiri tergantung pada kegunaan dan fungsinya.

Jenis-jenis titrasi iodimetri antara lain :

a. Penetapan vitamin C

Iodium dapat mentitrasi vitamin C (asam askorbat) secara langsung, iod mengoksidasi

gugus fungsional (OH) C = C (OH) menjadi gugus alfa diketon dalam dehidroaskorbat.

b. Penetapan kadar air menggunakan metode Karl Fischer

Metode ini adalah suatu titrasi air dengan larutan metal alkohol anhydrous yang

mengandung iod, belerang dioksida dan piridin berlebih. Hal yang perlu diperhatikan ialah

satu mol air bereaksi dengan satu mol iod.

c. Analitik terhadap Arsen (III) dengan reaksi HASO2 + I2 + 2H2O- H3AsO4 + 2H+ + 2I

-d. Analitik terhadap Ferosianida dengan reaksi 2Fe(CN)64- + I2 2Fe(CN)63- + 2I

-e. Analitik terhadap Belerang (sulfida) dengan reaksi H2S + I2- 2H+ + 2I- + S

f. Analitik terhadap Belerang (sulfit) dengan reaksi H2SO3 + I2 + H2O- H2SO4 + 2H+ +

2I

-Sedangkan jenis - jenis titrasi iodometri adalah

a. Penentuan lemak dan minyak

Menentukan bilangan iod lemak dan minyak, karena kemampuan mengoksidasi yang tidak

besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi.

b. Analit Bromat dengan reaksi BrO3- + 6H+ + 6I- Br- + 3I2 + 3H2O

c. Analit Klorin dengan reaksi CI2 + 2I- 2Cl- + I2

d. Analit Tembaga (II) dengan reaksi 2Cu2+ + 4I- 2CuI(s) +I2

e. Analit Dikromat dengan reaksi Cr2O72- + 6I- + 14H+ 2Cr3+ + 3I2 +7H2O

f. Analit Hidrogen Peroksida dengan reaksi H2O2 + 2H+ +2I- I2 + 2H2O

Dari ketiga ulangan yang telah dilakukan, titrasi KIO3 dengan Na Thiosulfat

membutuhkan 6,7 ml untuk ulangan I dengan warna yang dihasilkan kuning pucat, untuk

ulangan II dan III dibutuhkan 5,9 ml dan 6,3 ml untuk menghasilkan warna kuning pucat juga.

Sehingga rata - rata normalitas Na2S2O3 yang diperoleh yaitu 0,16 N dengan hasil

masing-masing ulangan 0,15 N, 0,17 N, dan 0,16 N. Ini membuktikan bahwa dapat terjadi perbedaan

ml yang berbeda untuk menghasilkan warna yang sama. Untuk titrasi KIO3 dengan Na

Thiosulfat ditambah 1% amilum didapatkan hasil yang berbeda pula dari ketiga ulangan.

Volume yang dibutuhkan setiap ulangan yaitu 2,2 ml, 4,1 ml, dan 7,3 ml dengan warna yang

(36)

warna kuning muda +, dan ulangan III menghasilkan warna kuning muda ++. Sedangkan rata

- rata normalitas Na2S2O3 yang didapat adalah 0,28 N dari setiap ulangan dengan normalitas

masing - masing ulangan, 0,45 N, 0,24 N, dan 0,14 N. ketika diteliti dan diulas kembali

ternyata ada faktor - faktor yang mempengaruhi perbedaan ml titrasi, warna, ataupun

normalitas setiap ulangan tersebut, antara lain :

- Larutan Amilum sukar larut dalam air sehingga diperlukan air mendidih untuk

melarutkannya.

- Dalam penitrasian, sampel tidak ditutup

- Pada titrasi KIO3 + Na2S2O3 + 1% Amilum ulangan III terlalu banyak dititrasi dengan

H2SO4 sehingga warna lebih muda. (Pencampuran H2SO4 yang terlalu banyak).

5.6 Kesimpulan

Iodometri adalaha analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat

oksidator seperti besi (III), tembaga (II), kalium permanganat dimana zat ini akan

mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodimetri adalah analisis titrimetrik

yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium thiosulfat dengan

menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan.

Rata - rata normalitas Na2S2O3 yang diperoleh sebelum ditambahkan amilum yaitu 0,16

N. Sedangkan rata - rata normalitas Na2S2O3 yang didapat setelah ditambahkan amilum

adalah 0,28 N. Ini menunjukan bahwa rata - rata normalitas Na2S2O3 sebelum dan setelah di

tambah amilum sangat berbeda jauh, rata-rata normalitas Na2S2O3 yang paling besar adalah

setelah ditambahkan amilum.

Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum sehingga didapat hasil yang

berbeda adalah :

 Larutan Amilum sukar larut dalam air sehingga diperlukan air mendidih untuk melarutkannya.

 Dalam penitrasian, sampel tidak ditutup

 Pada titrasi KIO3 + Na2S2O3 + 1% Amilum ulangan III terlalu banyak dititrasi dengan

(37)

32

ANALISA KUANTITATIF CAMPURAN Pb DAN Cu

6.1 Pendahuluan

Susunan suatu zat atau senyawa dapat dipelajari dengan kimia analisa. Dalam

menentukan susunan dan kadar unsur diperlukan kimia analisa yang berbeda sehingga kimia

analisa dibagi dua yaitu analisa kualitatif yang dipergunakan untuk mengetahui susunan unsur

atau senyawa yang terdapat dalam suatu bahan. Sedangkan analisa kuantitatif sederhana dapat

dikerjakan dengan metode gravimetri dan volumetri (titrasi).

Secara gravimetri ion Pb2+ diendapkan dan ditimbang sebagai PbSO4. Sehingga dapat

ditentukan prosentase Pb dalam cuplikan, sedangkan ion Cu2+ ditentukan dengan metode

volumetri (titrasi iodometri). Titrasi iodometri adalah titrasi tak langsung yaitu larutan yang

akan dititrasi direaksikan dulu dengan ion Iodida.

Dalam analisa ion Cu2+ dikerjakan dengan mereaksikan ion tersebut dengan ion Iodida

yang menghasilkan CuI2. Senyawa ini terurai menjadi Cu2I2, sambil melepaskan I2. I2 yang

dibebaskan dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar Pb dan Cu dalam cuplikan.

6.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Perangkat titrasi

- Erlenmeyer 250 ml

- Gelas ukur 25 ml

- Botol semprot

- Pipet volume

- Pipet ukur

- Pipet tetes

- Beaker glass 400 ml

- Pengaduk kaca

- Corong

- Kertas saring

- Oven

(38)

Bahan :

- Cuplikan Pb

- Cuplikan Cu

- H2SO4 2 N

- Alkohol 1 : 1

- KI 10%

- Na2S2O3 0,1 N

- Larutan pati 1% / amilum

6.3 Cara Kerja

a. Membuat larutan H2SO4 2 N

b. Membuat larutan alkohol 1 : 1 (50%)

c. Membuat larutan KI 10%

d. Membuat larutan Na2S2O3 0,1 N

e. Membuat larutan pati / amilum 1%

f. Membuat larutan cuplikan Pb

- Timbang 1 gram Pb asetat, encerkan hingga volume 100 ml

g. Membuat larutan cuplikan Cu

- Timbang 1 gram CuSO4, encerkan hingga volume 100 ml

h. Penentuan kadar Pb dalam cuplikan

- Ambil 10 ml larutan cuplikan Pb dan tambahkan 10 ml H2SO4 2 N

- Saring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya

- Endapan dicuci dengan alkohol sebanyak 15 ml

- Keringkan endapan pada suhu 100o - 115o C selama ± 15 menit

- Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang

i. Penentuan kadar Cu dalam cuplikan

- Ambil 10 ml larutan cuplikan Cu dan 10 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 2 N

- Titrasi dengan Na thiosulfat 0,1 N sampai warna kuning muda

- Tambahkan larutan kanji / amilum 3 tetes

(39)

6.4 Hasil Pengamatan

6.4.1 Penentuan kadar Pb dalam cuplikan

ULANGAN Berat Kertas

Saring Awal

Berat Kertas

Saring + Endapan ENDAPAN

I 0,51 gr 0,81 gr 0,3 gr

II 0,46 gr 0,018 gr -0,442 gr

III 0,50 gr 0,010 gr -0,490 gr

6.4.2 Penentuan kadar Cu dalam cuplikan

a. Sebelum ditambahkan amilum

ULANGAN ml Na2S2O3 WARNA

I 1,6 ml Coklat +

II 0,9 ml Coklat

III 2,5 ml Coklat ++

b. Sesudah ditambahkan amilum

ULANGAN ml Na2S2O3 WARNA

I 2,5 ml Coklat Muda +

II 2,5 ml Coklat Muda

III 1,8 ml Coklat Muda ++

6.4.3 Reaksi

H2SO4 2H+ + SO42-

Pb + H2SO4 PbSO4 + 2H+

CuI2 + H2SO4 CuSO4 + 2HI

PbSO4 Pb2+ + SO4

2-CuSO4 Cu2+ + SO4

2-Na2S2O3 2Na+ + S2O3

2-CuSO4 + Na2S2O3 CuS2O3 + Na2SO4

6.4.4 Perhitungan

Larutan Alkohol 1 : 1 (50%)

50 ml alkohol : 50 ml aquades

Larutan KI 10%
(40)

Berat Na2S2O3 =

= = = =

Larutan H2SO4 2 N ; 10 ml

Berat H2SO4 =

= = = ≈ 46 ml

Kadar Pb dalam cuplikan

Kadar Pb =

x

x

x 100%

 Ulangan I

Kadar Pb =

x

x

x 100%

= 10 x

x 0,0003 x 100%

= 0,68 x 0,3% = 0,204%

 Ulangan II

Kadar Pb =

x

x

x 100%

= 10 x

x - 0,000442 x 100%

= 0,68 x - 0,442% = - 0,3%

 Ulangan III

Kadar Pb =

x

x

x 100%

= 10 x

x - 0,00049 x 100%

= 0,68 x - 0,49% = - 0,33%

 Rata - rata Kadar Pb = =

(41)

Kadar Cu dalam cuplikan

Kadar Cu =

x

x 100%

 Ulangan I

Kadar Cu =

x

x100%

= 0,1 x

= 0,4%

 Ulangan II

Kadar Cu =

x

x100%

= 0,1 x

= 0,4%

 Ulangan III

Kadar Cu =

x

x100%

= 0,1 x

= 0,29%

 Rata - rata Kadar Cu = =

= 0,36%

6.5 Pembahasan

Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penimbangan,

yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan

jumlah tertentu dan dalam keadaan sesempurna mungkin. Gravimetri merupakan proses

isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Penimbangan dalam

gravimetri merupakan penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis direaksikan. Hasil

reaksi dapat berupa sisa bahan / suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk dari

bahan yang dianalisis.

(42)

a. Metode Pengendapan

Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri, mula - mula ditimbang secara

kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan

reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki

kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat di analisis dengan

cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar daripada pori -

pori alat penyaring, kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang

mengandung ion sejenis dengan ion endapan, hal ini dilakukan untuk melarutkan

pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan

yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100o - 130o C atau dipijarkan sampai 800o C

tergantung suhu dekomposisi dari analit.

Contoh pengendapan kation : Pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel

dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau

logam hidroksida dengan mengatur pH larutan.

Penambahan reagen secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang

diinginkan.

Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Endapan di bentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya

berupa senyawa baik kation meupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik

maupun organik.

2. Endapan di bentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam

sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.

Untuk mendapatkan endapan yang sesuai dengan yang diinginkan maka perlu

ditentukan dulu keadaan optimumnya.

b. Metode Penguapan

Digunakan untuk menetapkan komponen - komponen daru suatu senyawa yang relatif

mudah menguap, dengan cara :

 Pemanasan dalam udara atau gas tertentu.

 Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap.

Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorbsen yang sesuai

dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam

senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa pad suhu 110o - 130o C.

(43)

berat air kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh pemanasan atau bisa menggunakan

zat pengering seperti CaCl dan Mg (ClO4)2

Contoh : Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan menambah

HCl berlebih, kemudian dipanaskan, gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan

dalam larutan alkali yaitu KOH (25 - 20%) atau larutan CaOH2 yang telah

diketahui beratnya.

c. Metode Elektrolisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi

endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan

arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi

reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk dapat

ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam

suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan

pada sampel yang mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.

Analisis gravimetri dilakukan jika kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar

sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Jika kadar analit dalam sampel hanya berupa unsur

pelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti.

Setelah mengetahui tentang analisis gravimetri dan melakukan percobaan ternyata

percobaab yang dilakukan itu termasuk dalam analisis gravimetric dengan menggunakan

metode pengendapan karena tahapan-tahapan yang dilakukan selama praktikum sesuai dengan

cara-cara yang dilakukan pada metode pengendapan. Mula-mula sampel / larutan ditimbang

dan dilarutkan serta diendapkan kembali dengan reagen agar terbentuk endapan dalam

sampel.

Kadar Pb yang diperoleh dalam praktikum adalah pada ulangan I sebesar 0,204%, pada

ulangan II sebesar - 0,3% dan pada ulangan III sebesar - 0,33%. Pada ulangan II dan III itu

menunjukkan bahwa adanya pengurangan kadar Pb sebesar - 0,3% dan - 0,33%. Rata - rata

kadar Pb yang didapat adalah - 0,142%, itu berarti kadar Pb yang hilang sebesar - 0,142%.

Adapun kesalahan yang terjadi sehingga hasil dari tiap - tiap ulangan berbeda dikarenakan,

- Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak

sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap.

- Adanya endapan yang mudah tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring

(44)

Kadar Cu sebelum ditambahkan amilum dengan sesudah ditambahkan amilum ternyata

menghasilkan warna yang berbeda, volume Na2S2O3 yang dibutuhkan juga berbeda. Pada

ulangan yang belum ditambah amilum, volume Na2S2O3 yang dibutuhkan adalah 1,6 ml, 0,9

ml, dan 2,5 ml pada tiap - tiap ulangan, dengan warna yang dihasilkan adalah coklat +, coklat,

dan coklat ++. Setelah tiap - tiap ulangan ditambah amilum, volume Na2S2O3 yang

dibutuhkan adalah 2,5 ml dengan warna yang dihasilkan coklat muda +, dan pada ulangan II

dibutuhkan 2,5 ml dengan warna yang dihasilkan coklat muda, dan pada ulangan III

dibutuhkan 1,8 ml dengan warna yang dihasilkan coklat muda ++. Hal itu menunjukkan

bahwa ulangan sebelum ditambah amilum menghasilkan warna yang lebih pekat

dibandingkan ulangan yang sudah ditambah amilum. Pada ulangan yang sudah ditambahkan

amilum diperoleh kadar Cu sebesar 0,36%.

6.6 Kesimpulan

Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penimbangan,

yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan

jumlah tertentu dan dalam keadaan sesempurna mungkin.

Dari hasil praktikum yang dilakukan, terjadi kehilangan kadar Pb sebesar - 0,142%.

Rata - rata kadar Cu yang dihasilkan sebesar 0,36%. Kadar Cu sebelum dan sesudah

ditambahkan amilum memberikan hasil yang sangat berbeda. Warna yang dihasilkan sebelum

ditambahkan amilum lebih pekat daripada warna yang dihasilkan sesudah ditambahkan

amilum.

Dari hasil yang didapat, adapun kesalahan dalam pelaksanaan praktikum sehingga hasil

yang didapat mengalami perbedaan, seperti :

 Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap.

 Adanya endapan yang mudah tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring

(45)

40

ARGENTOMETRI

7.1 Pendahuluan

Salah satu titrasi yang terpenting dari titrasi pengendapan adalah titrasi ion halida (I-,Br-,

dan Cl-) dengan ion perak yang lebih dikenal dengan argentometri. Titrasi argentometri

menggunakan larutan standart perak nitrat. Dasar reaksi ini adalah :

Ag+ + X- AgX

Metode yang dipakai ialah Metode Mohr : pembentukan endapan berwarna merah

coklat, yaitu titrasi ion Cl- dengan AgNO3 dengan indikator K2CrO4.

Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi AgNO3 menganalisa kadar

NaCl dalam garam dapur dengan larutan AgNO3.

7.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Gelas arloji

- Timbangan analitis

- Labu ukur 100 ml

- Sendok

- Corong

- Erlenmeyer

- Pipet volume

- Gelas ukur

- Beaker glass

- Perlengkapan titrasi

Bahan :

- AgNO3 0,01 N

- NaCl 0,01 N

- Indikator K2CrO4 5%

7.3 Cara Kerja

a. Membuat larutan AgNO3 0,01 N

(46)

c. Membuat larutan K2CrO4 5%

d. Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standart NaCl

- Ambil 10 ml larutan NaCl 0,01 N, masukkan dalam erlenmeyer.

- Tambahkan 0,5 ml indikator K2CrO4 dalam erlenmeyer tersebut.

- Isi buret dengan larutan AgNO3.

- Titrasi larutan NaCl dengan larutan AgNO3.

- Amati perubahan warna yang terjadi.

- Ulangi titrasi 3 kali.

- Catatlah volume AgNO3 yang digunakan dan hitung normalitasnya.

e. Analisa kadar NaCl dalam garam dapur

- Timbang 2 gram garam dapur, encerkan dalam labu ukur 100 ml.

- Ambil 10 ml larutan garam, masukkan dalam erlenmeyer.

- Tambahkan 0,5 ml indikator K2CrO4 dalam erlenmeyer tersebut.

- Isi buret dengan larutan AgNO3.

- Titrasi larutan garam dengan larutan AgNO3.

- Amati perubahan warna yang terjadi.

- Ulangi titrasi 3 kali.

- Catatlah volume AgNO3 yang digunakan dan hitung kadar NaCl dalam garam dapur.

7.4 Hasil Pengamatan

7.4.1 Standarisasi AgNO3 0,01 N dengan NaCl 0,01 N

ULANGAN ml AgNO3 WARNA

I 2,5 ml Kuning Keruh ++

II 0,8 ml Kuning Keruh

III 3,6 ml Kuning Keruh +

Analisis kadar NaCl dalam garam dapur

ULANGAN ml AgNO3 WARNA

I 1,1 ml Kuning Keruh

II 1,3 ml Kuning Keruh +

III 4,2 ml Kuning Keruh ++

7.4.2 Reaksi

AgNO3 Ag+ + NO3

(47)

-AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

K2CrO4 2K+ + CrO4

2-K2CrO4 + 2AgNO3 2KNO3 + AgCrO4

7.4.3 Perhitungan

 Berat AgNO3 =

=

=

=

= 0,425 gr ≈ 0,43 gr

 Berat NaCl =

=

= 0,174 gr

≈ 0,17 gr

 K2CrO4 5% = 5 gram dalam 100 ml aquades

 Standarisasi AgNO3 dengan NaCl

N AgNO3 =

 Ulangan I

N AgNO3 =

=

= 0,04 N  Ulangan II

N AgNO3 =

=

= 0,125 N ≈ 0,13 N

 Ulangan III

N AgNO3 =

=

= 0,027 N ≈ 0,03 N

 Rata - rata AgNO3 = = = 0,066 N ≈ 0,07 N

 Kadar NaCl dalam garam dapur

Kadar NaCl =

(48)

 Ulangan I

Kadar NaCl =

x 100% =

x 100% = 0,22%

 Ulangan II

Kadar NaCl =

x 100% =

x 100% = 0,26%

 Ulangan III

Kadar NaCl =

x 100% =

x 100% = 0,85%

 Rata - rata Kadar NaCl = = = 0,44%

7.5 Pembahasan

Argentometri berasal dari kata Argentum (bahasa latin) yang berarti perak. Argentum adalah salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan

dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Argentometri merupakan

titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak, biasanya ion - ion

yang ditentukan dalam titrasi argentometri adalah ion halide (Cl-, Br-, I-).

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara

titran dengan analit.

Contoh : Titran penetuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari

analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan

indikator. Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri

dibagi menjadi 4 metode, yaitu :

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam

suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium

kromat sebagai indikator. Pada awal titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan

setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan

(49)

2. Metode Volhard

Metode yang digunakan untuk menetapkan perak dalam suasana asam dengan larutan

baku kalium / ammonium thiosianat, kelebihan thiosianat dapat ditetapkan secara jelas

dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indikator yang

membentuk warna merah dari kompleks besi (III) thiosianat dalam lingkungan asam

nitrat 0,5 - 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III)

akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya asam, sehingga titik akhir tidak

dapat ditunjukkan.

3. Metode Fajans

Pada metode ini digunakan indikator absorbs, sebagai kenyataan bahwa pada titik

ekuivalen indikator terabsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan

warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan. Endapan harus dijaga sedapat

mungkin dalam bentuk koloid.

4. Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator. Akan tetapi

ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan pada

larutan alkali asianida akan terbentuk endapan putih. Tetapi pada penggojogan akan

larut kembali karena akan terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.

Dalam titrasi argentometri, AgNO3 berfungsi sebagai pelarut dalam proses pengendapan unsur

- unsur halogen. Contoh unsur halogen yaitu, Iodin (I), Chlor (Cl), Fluorin (F), dan Bromin

(Br).

Prinsip metode mohr dalam titrasi argentometri, AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl

membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan

Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator

K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna

merah bata dari endapan Ag2CrO4. Reaksi dari metode tersebut terhadap AgNO3 yaitu tingkat

keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan

metode mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4

akan berbentuk HCrO4-, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk

membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan

menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi

(50)

Standarisasi AgNO3 dengan NaCl dengan menggunakan indikator K2CrO4 menurut

pustaka yang ditemukan. ml titrasi tiap-tiap ulangan didapat 27,9 ml, 27,5 ml, dan 27,5 ml dan

jika dirata - rata volume AgNO3 didapat hasil sebesar 27,67 ml. Dengan perhitungan N

AgNO3nya :

N AgNO3 x V AgNO3 = N NaCl x V NaCl

N AgNO3 =

=

= 0,09 N

dan kadar NaCl dalam garam dapur menurut pustaka, dari ketiga ulangan didapat ml titrasi

sebesar 7,1 ml, 6,9 ml, dan 7,0 ml. Setelah dirata - rata menjadi 7,0 ml. Dengan volume NaCl

yang digunakan 10 ml.

N AgNO3 = 0,09 N

Jadi, Berat NaCl = N AgNO3 x Mr NaCl x V AgNO3

= 0,09 x 58 x 7,0

= 36,54 mg

Kadar NaCl =

x 100% = 8,12%

Jika hasil dalam pustaka dibandingkan dengan hasil praktikum yang telah dilakukan, terdapat

perbedaan yang sangat besar. Normalitas AgNO3 yang didapat dari praktikum 0,04 N, 0,13 N,

dan 0,03 N dengan rata - rata yang dihasilkan 0,07 N. Sedangkan kadar yang didapat dari

hasil praktikum 0,44% (kadar NaCl) dengan warna yang dihasilkan berbeda pula. Dari

perbandingan kedua hasil tersebut adapun kesalahan - kesalahan yang terjadi selama

praktikum berlangsung sehingga hasil tiap-tiap ulangan berbeda, antara lain :

- Proses titrasi terlalu lama sehingga didapat warna yang berbeda - beda.

- Larutan yang kurang tercampur.

7.6 Kesimpulan

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan

menggunakan ion perak. Titrasi argentometri dibagi m

Gambar

GAMBAR FUNGSI

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar ini diharapkan menjadi alat bantu bagi bagian psikologi khususnya bagi personel yang tidak memiliki latar belakang psikologi klinis dalam

Permasalahan pertama yang dihadapi adalah PT Jasamarga Surabaya-Mojokerto sudah melakukan investasi sistem teknologi informasi (STI), akan tetapi investasi STI saat ini

Mitra PKM kami adalah Ibu Sugiati, berusia 64 tahun, bertempat tinggal di Jl. Wahidin III, RT. 1, Sidoarjo, yang terus berjuang mempertahankan eksistensi dan

Uji coba operasional dilakukan setelah proses revisi hasil uji coba lapangan selesai dilakukan. Pada tahap uji coba operasional ini produk picture storybook yang

Sehingga dalam menerjemahkan atau menafsirkan beberapa istilah-istilah/tema keagamaan yang terdapat dalam ayat- ayat al-Qur‟an tersebut, Muhammad Asad sering berbeda

Cara panen dengan pemetikan bertahap berdasarkan tingkat kemasakan daun juga memberikan keuntungan lain yaitu merupakan langkah awal proses grading, hal ini karena

Lakukan identifikasi pasien dengan minimal dua identitas dari tiga identitas pasien (nama l engkap, tanggal lahir dan nomor rekam medik  pasien).. Cocokkan dengan instruksi

Selain berdasarkan hasil wawancara, peneliti juga menemukan fakta serupa dari hasil dokumentasi, yaitu tujuan dilakukannya relokasi ini berdasarkan Surat Keputusan