• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Rumah Sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

FARMASI RUMAH SAKIT

di

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Disusun Oleh: Safrina, S.Farm.

NIM 123202027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan praktik kerja profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Tujuan dilaksanakannya praktik kerja profesi di rumah sakit adalah untuk memahami peran apoteker di rumah sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah sakit.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Kasta Ginting, Apt., dan Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama praktik kerja profesi hingga selesainya penulisan laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Dr. Lukmanul Hakim Nasution, Sp.KK., selaku Direktur Utama RSUP H. Adam Malik.

2. Ibu Dr. Purnamawati, MARS., PLT (Pelaksana Tugas) Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H. Adam Malik.

3. Ibu Dr. Purnamawati, MARS., selaku Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik.

4. Bapak Syamsuddin Angkat, S.H., S.E., selaku Direktur Umum dan Operasional RSUP H. Adam Malik.

(3)

6. Ibu Dra. Hj. Isma Sani Pane, M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik.

7. Ibu Dra. Helena Gultom, Apt., selaku kepala instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik.

8. Ibu Dra. Sada Ukur Tarigan, Apt., selaku kepala Depo Farmasi Rindu A RSUP H. Adam Malik.

9. Ibu Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., selaku Kepala Pokja Farmasi Klinis RSUP H. Adam Malik.

10.Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

11.Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Ketua Program Studi Pendidikan ProfesiApoteker Fakultas Farmasi USU.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga Khusus kepada Ayahanda H. Muhammad Yacob dan Ibunda Hj. Rusni tercinta atas do’a, dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan khususnya demi pengembangan ilmu pengetahuandi bidang Farmasi.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(4)

RINGKASAN

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 4

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ... 5

2.1Rumah Sakit ... 5

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ... 5

2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit ... 5

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 5

2.1.4 Klasifikasi dan struktur Organisasi Rumah Sakit ... 6

2.1.4.1Klasifikasi Rumah Sakit ... 6

2.1.4.2Organisasi ... 8

2.2Panitia Farmasi dan Terapi ... 8

2.3Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ... 9

2.3.1 Struktur Organisasi IFRS ... 10

(6)

2.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 11

2.3.3.1Pemilihan ... 11

2.3.3.2Perencanaa... 12

2.3.3.3Pengadaan ... 12

2.3.3.4Produksi ... 12

2.3.3.5Penerimaan ... 13

2.3.3.6Penyimpanan ... 13

2.3.3.7Pendistribusian ... 13

2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinis ... 14

2.4Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) ... 20

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK ... 21

3.1Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ... 21

3.1.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik ... 21

3.1.2 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik ... 22

3.1.3 Falsafah dan Motto RSUP H. Adam Malik ... 22

3.1.4 Struktur organisasi RSUP H. Adam Malik ... 23

3.1.4.1Direktur utama ... 23

3.1.4.2Direktur medik dan keperawatan ... 23

3.1.4.3Direktur sumber daya manusia dan pendidikan ... 24

3.1.4.4Direktorat keuangan ... 24

3.1.4.5Direktorat umum dan operasional ... 25

3.1.4.6Unit-unit non struktural ... 26

(7)

Malik ... 28

3.2.2 Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ………... 29

3.2.2.1 Kepala Instalasi Farmasi ... 30

3.2.2.2 Wakil kepala Instalasi Farmasi ... 30

3.2.2.3 Tata Usaha Farmasi ... 30

3.2.2.4 Kelompok kerja ... 30

3.2.2.4.1 Pokja perencanaaan dan evaluasi ... 30

3.2.2.4.2 Pokja perbekalan ... 31

3.2.2.4.3 Pokja farmasi klinis ... 32

3.2.2.4.4 Pokja apotek I ... 32

3.2.2.4.5Pokja apotek II ... 33

3.2.2.5 Depo Farmasi ... 33

3.2.2.5.1 Depo farmasi instalasi farmasi IGD ... 33

3.2.2.5.2 Depo farmasi rindu A ... 34

3.2.2.5.3 Depo farmasi rindu B ... 34

3.2.2.5.4 Depo farmasi IATI... 35

3.2.2.5.5 Depo farmasi IBP ... 35

3.2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 35

3.2.3.1Perencanaan ... 36

3.2.3.2Pengadaaan ... 36

3.2.3.3Produksi ... 36

3.2.3.4.Penerimaan ... 37

3.2.3.5Penyimpanan ... 37

3.2.3.6 Pendistribusian ... 38

(8)

3.3 Apotek II ... 41

3.3.1 Sumber Daya Manusia ... 41

3.3.2 Sumber Daya Manusia ... 42

3.3.3 Sarana dan Prasarana... 42

3.3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Apotek ... 42

3.3.5 Pelayanan Kefarmasian ... 46

3.3.5.1 Pengkajian Resep ... 46

3.3.5.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat ... 47

3.3.5.3 Pelayanan Informasi Obat/Konseling/Edukasi ... 47

3.3.5.4 Monitoring Efek Samping Obat ... 47

3.3.5.5 Pemantauan Terapi obat dan ME ... 48

BAB IV PEMBAHASAN ... 50

4.1Panitia Farmasi dan Terapi(PFT) ... 50

4.2Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 50

4.2.1 Penyimpanan ... 50

4.3Pelyanan Farmasi Klinis ... 51

4.3.1.Konseling ... 51

4.3.2 Visite… ... 52

4.4Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) ... 52

4.5pokja apotek I ... 53

4.6 pokja apotek II ... 53

4.8 Depo Rindu A ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam

Malik ... 29 Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterile Supply

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.

(12)

RINGKASAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 1, Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembanguan sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi.

Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat pemerintah dan atau masyarakat melakukan berbagai upaya kesehatan, yang kemudian diwujudkan dalam satu sarana atau pelayanan kesehatan. Pada saat ini, tuntutan terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya teknologi, pengetahuan, dan ekonomi masyarakat. Dampak dari kemajuan ini juga mempengaruhi sistem pelayanan di Rumah Sakit hal ini menyebabkan makin meningkatnya pula kebutuhan masyarakat terhadap salah satunya yaitu pelayanan kefarmasian ( Depkes RI, 2009).

(14)

pada pasien (patient oriented). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat luas sehingga kualitas hidup meningkat. Dengan demikian, untuk mewujudkan perlu dilakukan suatu upaya yaitu, dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang terorganisasi dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai.

Menurut udang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal 3 pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini mempunyai arti yang besar bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan merupakan modal yang potensial bagi pelaksanaan pembangunan nasional (Depkes RI, 2009).

Rumah sakit merupakan salah satu unit pelaksanaan pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan, kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit meliputi pelayanan medis, penunjang medis, keperawatan, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan (Depkes RI, 2004).

(15)

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berorientasi pada penderita. Salah satu bentuk pelayanan penunjang medis adalah pelayanan farmasi yang diselenggarakan oleh instalasi farmasi rumah sakit (Depkes RI, 2004).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau fasilitas di rumah sakit yang merupakan tempat dilakukannya semua kegiatan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan oleh IFRS meliputi penyediaan perbekalan farmasi, peracikan, penyaluran obat kepada pasien, pemberian informasi mengenai obat (PIO) serta pengawasan penggunaan obat. IFRS dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab, kompeten, professional, berpengalaman dan dibantu oleh sejumlah staf sesuai dengan keahliannya (Depkes RI, 2004).

(16)

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktik kerja profesi di rumah sakit adalah:

a. Memahami peran apoteker di rumah sakit secara umum dan di instalasi farmasi rumah sakit secara khusus.

b. Memahami proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan evaluasi di depo farmasi IGD RSUP Adam Malik Medan.

(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi rumah sakit merupakan pernyataan untuk mengkomunikasikan sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkungan usaha/kegiatan dan kepemimpinan kompetitif; memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit.

Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi maksud tersebut (Siregar dan Amalia, 2004).

2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

(18)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 pasal 5 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Depkes RIc, 2009).

2.1.4 Klasifikasi dan Struktur Organisasi Rumah Sakit 2.1.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum, menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 pasal 18 Tahun 2009, rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:

a. Berdasarkan jenis pelayanan

i. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

ii. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

(19)

i. Rumah sakit publik, dapat dikelola oleh Pemerintah. Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

ii. Rumah sakit privat, dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

c. Berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri atas 2 jenis, yaitu:

i. rumah sakit pendidikan, yaitu Rumah Sakit yang telah memenuhi standar rumah sakit pendidikan, ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit ini menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya.

ii. rumah sakit non pendidikan, yaitu Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar rumah sakit .

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, pasal 24 rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.

Klasifikasi rumah sakit umum adalah sebagai berikut:

1 Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

(20)

spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

3 Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4 Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar (Depkes RIc, 2009).

2.1.4.2 Organisasi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 33, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan.

2.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Menurut Kepmenkes RI No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

(21)

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat

serta evaluasinya

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan.

Menurut Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004, Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.

2.3Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

(22)

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan menyeluruh, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinis umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

2.3.1 Struktur Organisasi IFRS

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, dinyatakan bahwa struktur organisasi IFRS minimal terdiri dari kepala IFRS, administrasi IFRS, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu. Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi,misi dan tujuan yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2004).

2.3.2 Tugas dan Fungsi IFRS

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi rumah sakit adalah

(23)

a. melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

adalah sebagai berikut:

a. pengelolaan perbekalan farmasi

b. pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

2.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Menurut kepmenkes nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004, pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

(24)

Pemilihan merupakan proses kegiatan mulai dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat essensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan transaksi pembelian.

2.3.3.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.

2.3.3.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.

(25)

Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral, rekonstruksi sediaan obat kanker.

2.3.3.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus bersumber

dari distributor utama, harus mempunyai material safety data sheet (MSDS),

khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin,

dan expire date minimal 2 tahun.

2.3.3.6 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

2.3.3.7 Pendistribusian

(26)

dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada. Sistem

distribusi meliputi metode sentralisasi atau desentralisasi, sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinis

Menurut Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan

profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat

kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui

penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja

sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Pelayanan farmasi klinis

meliputi:

a. Pengkajian Resep

(27)

Persyaratan administrasi meliputi:

1. nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien.

2. nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter.

3. tanggal resep.

4. ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi: 1. nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan.

2. dosis dan jumlah obat.

3. stabilitas.

4. aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi:

1. ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat.

2. duplikasi pengobatan.

3. alergi, interaksi dan efek samping obat.

4. kontraindikasi.

5. interaksi obat

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan pada saat visite oleh

farmasi klinis. Kriteria pasien yang ditelusuri riwayat penggunaan obatnya sesuai

dengan kebijakan farmasi klinis.

c. Pelayanan lnformasi Obat (PIO)

Menurut Kepmenkes nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi

secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi

(28)

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi, meningkatkan profesionalisme apoteker dan menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi menjawab pertanyaan, menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter, menyediakan informasi bagi komite/sub komite farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit, bersama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya, dan melakukan penelitian (Depkes RI, 2004).

d. Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan pada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.

Kegiatan yang dilakukan dalam konseling yaitu mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions, melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien dan dokumentasi.

(29)

i. kriteria pasien

(a) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal,

ibu hamil dan menyusui)

(b) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi)

(c) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus

(d) pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit

(e) pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)

(f) pasien yang memiliki riwayat kepatuhan penggunaan obat rendah.

ii. sarana dan prasarana

(a) ruangan atau tempat konseling

(b) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling)

e. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan lainnya untuk

mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait

obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan

terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien

serta profesional kesehatan lainnya.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

(30)

efek samping terapi obat. Tahapan pemantauan terapi obat yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis

dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang

terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan monitoring efek samping obat meliputi: i. menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,

tidak dikenal, frekuensinya jarang

ii. menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan

iii. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat

iv. meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki v. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki

Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO) meliputi: i. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami efek samping obat

ii. mengevaluasi laporan efek samping obat iii. mengisi laporan efek samping obat

(31)

Faktor yang perlu diperhatikan adalah kerjasama dengan panitia farmasi dan terapi dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring efek samping obat (Depkes RI, 2004).

h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,

efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan EPO adalah untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola

penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu, membandingkan pola

penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain,

penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, dan menilai pengaruh intervensi

atas pola penggunaan obat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada EPO

meliputi indikator peresepan, indikator pelayanan, dan indikator fasilitas (Depkes RI, 2004).

i. Dispensing Sediaan Khusus

Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik (Depkes RI, 2004).

j. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

(32)

tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah untuk mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat (Depkes RI, 2004).

2.4 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)

Central sterile supply department (CSSD) atau instalasi pusat pelayanan

sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril (Depkes RIa, 2009).

(33)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK 3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mempunyai 16 pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas, sehingga RSUP H. Adam Malik termasuk rumah sakit kelas A. Hal ini juga sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 yang menetapkan RSUP H. Adam Malik sebagai rumah sakit kelas A yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umun Pusat H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

Rumah Sakit Umum Pemerintah H. Adam Malik merupakan suatu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medis Departemen Kesehatan RSUP H.Adam Malik adalah rumah sakit umum kelas A yang mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian, dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

3.1.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik

(34)

Misi RSUP H. Adam Malik adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau

b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional

c. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel, dan mandiri.

3.1.2 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik

Guna meningkatkan kesehatan masyarakat, maka dalam melaksanakan tugasnya, RSUP H. Adam Malik memiliki fungsi antara lain:

a. menyelenggarakan pelayanan medis

b. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan c. menyelenggarakan penunjang medis dan non medis d. menyelenggarakan pengelolaan sumber daya manusia

e. menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan

f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

h. menyelenggarakan pelayanan rujukan

i. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan 3.1.3 Falsafah dan Motto RSUP H. Adam Malik

(35)

Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan

P : Pelayanan cepat A : Akurat

T : Terjangkau E : Efisien N : Nyaman

3.1.4 Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Permenkes RI No. 244/Menkes/Per/III/2008 tepatnya pada tanggal 11 Maret 2008, struktur organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari direktur utama, direktur medik dan keperawatan, direktur sumber daya manusia dan pendidikan, direktur keuangan, direktur umum dan operasional, dan unit-unit non struktural yang terdiri dari dewan pengawas, komite, satuan pemeriksaan intern, dan instalasi. Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.4.1 Direktur Utama

Direktur utama RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.4.2 Direktur Medik dan Keperawatan

(36)

keperawatan, dan penunjang. Pelayanan keperawatan dilakukan pada instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap terpadu (Rindu) A, instalasi rindu B, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi perawatan intensif, dan instalasi bedah pusat.

Guna menyelenggarakan tugas tersebut, direktur medik dan keperawatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang b. koordinasi pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang

c. pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang

3.1.4.3 Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

Direktur sumber daya manusia dan pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia serta pendidikan dan penelitian, dengan cara menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan

b. koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia

c. koordinasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan

d. pengendalian, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan 3.1.4.4 Direktur Keuangan

(37)

verifikasi, untuk melaksanakan tugas tersebut direktur keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana program dan anggaran

b. koordinasi dan pelaksanaan urusan perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi dan verifikasi

c. pengendalian, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan program dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi dan verifikasi

3.1.4.5 Direktur Umum dan Operasional

Direktur umum dan operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi, hukum, organisasi dan hubungan masyarakat serta administrasi umum. Fungsi dari direktur umum dan operasional adalah: a. menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi

b. menyelenggarakan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat

c. menyelenggarakan pelaksanaan urusan administrasi umum

Direktur umum dan operasional terdiri dari: 1. bagian data dan informasi

2. bagian hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat 3. bagian umum

4. instalasi

(38)

Instalasi sebagai pelayanan non struktural dibentuk di lingkungan direktur umum dan operasional yang terdiri dari instalasi farmasi, instalasi gizi, instalasi rekam medik, instalasi laundry, instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS), instalasi sterilisasi pusat, instalasi kesehatan lingkungan, instalasi bank darah, instalasi gas medik, instalasi sistem informasi rumah sakit (SIRS), dan instalasi kedokteran forensik dan pemulasaraan jenazah.

3.1.4.6 Unit-unit Non Struktural

Unit-unit non struktural RSUP H. Adam Malik terdiri dari dewan pengawas, komite, satuan pemeriksaan intern, dan instalasi.

a. Dewan pengawas

Pembentukan tugas, fungsi, tata kerja dan keanggotaan dewan pengawas ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi

Komite merupakan wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.

(39)

Panitia farmasi dan terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker sebagai wakil dari farmasi rumah sakit serta tenaga kesehatan lainnya.

Panitia farmasi dan terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada (Depkes, 2004).

Peran apoteker sebagai sekretaris di PFT sangatlah penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga dengan keberadaan apoteker di PFT dapat turut ambil bagian menetapkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya dalam bentuk formularium. c. Satuan pemeriksaan intern (SPI)

SPI adalah satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit. Satuan Pemeriksaan intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama.

d. Instalasi

(40)

3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada direktur umum dan operasional. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi yang berupa pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai dimana harus dilakukan dengan sistem satu pintu. Instalasi farmasi adalah regulator bagi semua unit di lingkungan rumah sakit untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

Falsafah pelayanan farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MenKes/SK/X/2004 adalah pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

3.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Fungsi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik adalah :

a. melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian

b. melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIRS Instalasi Farmasi

(41)

d. mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya

e. melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis

f. melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. 3.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan SK Direktur RSUP H. Adam Malik No.OT.01.01./IV.2.1./ 10281/2011 tanggal 27 Desember 2011.

Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan

3.2.2.1 Kepala Instalasi Farmasi

(42)

Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dibantu oleh wakil kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

3.2.2.2Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik.

3.2.2.3 Tata Usaha Farmasi

Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan,

pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian kepala Instalasi Farmasi

3.2.2.4 Kelompok Kerja

3.2.2.4.1 Pokja Perencanaan dan Evaluasi

(43)

kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan dan evaluasi.

Pokja perencanaan dan evaluasi IFRS pada RSUP. H. Adam Malik mempunyai tugas dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Pokja perencanaan dan evaluasi telah menerapkan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIRS) secara online sehingga mempermudah kinerjanya. SIRS adalah suatu sistem yang berhubungan dengan pengelolaan data, pengumpulan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.

Untuk pembelian dengan nilai di bawah 200 juta, pembelian langsung dilakukan oleh IFRS dengan mengeluarkan surat pesanan (SP) ke distributor. Perbekalan farmasi yang masuk diantar ke IFRS, dikonfirmasi kesesuaian antara faktur dengan SP oleh pokja perencanaan dan evaluasi, kemudian di-entry data perbekalan farmasi yang masuk ke SIRS dan disimpan.

3.2.2.4.2 Pokja Perbekalan

(44)

melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perbekalan.

3.2.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis

Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala (apoteker) yang bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan farmasi klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja farmasi klinis.

3.2.2.4.4 Pokja Apotek I

Pokja apotek dipimpin oleh seorang kepala (apoteker) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adama Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasi, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan askes dan umum serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja apotek. Apotek I melaksanakan pelayanan kefarmasian untuk pasien askes rawat jalan, haemodialisa rawat jalan, dan pasien umum hanya pada jam kerja (jam 08.00 –

15.00 WIB), sedangkan diluar jam kerja akan dilayani oleh apotek II. 3.2.2.4.5 Pokja Apotek II

(45)

mengkoordinasi, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas dilingkugan pokja apotek. Apotek II merupakan apotek yang melayani pasien 24 jam, dan berfungsi untuk melayani pasien rawat jalan jamkesmas, pasien umum dan pasien askes rawat inap diluar jam kerja depo farmasi, yaitu pada jam 20.00-08.00 WIB. Pengkajian pelayanan resep diapotek II yang sudah dilakukan dengan optimal yang ditandai dengan pemeriksaan ulang (double check), pemeriksaan administrasi, farmacetik dan klinis oleh apoteker sebelum obat diserahkan pasien. 3.2.2.5 Depo Farmasi

3.2.2.5.1 Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Depo farmasi IGD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalsi farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasi, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien instalasi gawat darurat (IGD). Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi.

3.2.2.5.2 Depo Farmasi Rindu A

(46)

lingkungan depo farmasi rindu A. Depo farmasi rindu A melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien Jamkesmas dan Askes yang di rawat inap di rindu A seperti A1 (penyakit dalam wanita), A2 (penyakit dalam pria), A3 (paru), A4(bedah saraf, neurologi, stroke corner), A5 (gigi, mulut, THT, mata, ruang kemoterapi, dan VIP).

3.2.2.5.3 Depo Farmasi Rindu B

Depo farmasi rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasi, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di rindu B secara sistem One Day Dose Dispensing dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ruang inap terpadu B. Depo farmasi rindu B melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien jamkesmas dan askes yang ada diruangan rindu B seperti B1 (obstetric, ginekologi, anak dan peritatologi), B2 (bedah digesti, urologi, onkologi. Bedah Plastic dan kardiovaskular (CVCU)), B3 (ortopedi dan VIP).

3.2.2.4 Depo Farmasi Instalasi Anastesi dan Terapi Intensif (IATI)

(47)

farmasi tehadap kebutuhan perbekalan faramasi untuk pasien instalasi pelayanan Anastesi dan Terapi Intensif.

3.2.2.5 Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat (IBP)

Kepala Depo Farmasi Instalsi Bedah pusat sebagai salah satu unsur pelaksanaan utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasi terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Bedah Pusat.

3.2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.2.3.1 Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat. Perencanaan ini menggunakan metode kombinasi konsumsi dan epidemiologi serta menetapkan prioritas dengan mempertimbangkan sisa persediaan, data pemakaian periode sebelumnya serta siklus penyakit dan rencana pengembangan.

(48)

Pengadaan perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui serta dilaksanakan pada jam kerja. RSUP H. Adam Malik melaksanakan pembelian secara langsung untuk perbekalan farmasi sampai dengan nilai 200 juta dari distributor/PBF/rekanan yang bersifat distributor utama serta melakukan negosiasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan, pelayanan purna jual dan harga yang wajar/murah, sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

3.2.3.3 Produksi

Produksi perbekalan farmasi dilaksanakan oleh kelompok kerja perbekalan. Produksi obat-obatan yang dilaksanakan adalah :

1. Sediaan farmasi yang mempunyai konsentrasi khusus dan tidak tersedia di pasaran.

2. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan. 3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

Sarana dan fasilitas produksi harus menjamin mutu produksi yang dihasilkan. Fasilits pengemas yang menjamin mutu dan keamanan pengguna antara lain : wadah, pembungkus, etiket dan label.

3.2.3.4 Penerimaan

Penerimaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh panitia penerima, bendaharawan barang, kepala instalasi farmasi, kepala pokja/depo farmasi dan kepala instalasi user (SMF). Didalam panitia penerima harus terlibat tenaga apoteker.

(49)

farmasi (reagensia) harus melampirkan sertifikat analisis. Expire date dari setiap perbekalan farmasi yang diterima minimal 2 tahun. Penerimaan perbekalan farmasi yang berbahaya bagi kesehatan harus melampirkan lembar data pengamanan (LDP) atau MSDS (material safety data sheet).

Setelah penerimaan barang kontrak/SPK selesai dibuat berita acara penerimaan oleh panitia penerima. Penerimaan oleh PokJa atau depo farmasi di instalasi farmasi dan Instalasi User (SMF) harus sesuai dengan bukti permintaan dan bukti penyerahan perbekalan farmasi. Setiap penerimaan perbekalan farmasi harus di entry ke computer SIRS.

3.2.3.5 Penyimpanan

(50)

3.2.3.6 Pendistribusian

Pendistribusian perbekalan farmasi dilaksanakan instalasi farmasi dengan menggunakan sistem :

a. Floor Stock

b. Resep perseorangan/Kartu Obat Pasien

c. One Day Dose Dispensing (ODDD)/ One Unit Dose Dispensing (OUDD). 3.2.4 Instalasi Central Sterilized Suplay (CSSD)

Instalasi Cental Sterilized Supply Department (CSSD) atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan kegiatan pelayanan kebutuhan steril.

Peranan CSSD di rumah sakit bertujuan untuk:

1. mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan sterilisasi dengan sempurna

2. mengurangi penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan

Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan CSSD adalah:

(51)

c. melakukan sterilisasi untuk kebutuhan catheterisasi/bedah jantung d. melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan UV lamp e. melakukan Re-Use dengan gas Etilen Oksida

Sasaran dari kegiatan yang dilakukan adalah tercapainya kebutuhan steril untuk seluruh lingkungan rumah sakit, mencegah terjadinya infeksi nosokomial hingga seminimal mungkin dan mempertahankan mutu hasil sterilisasi dengan melakukan monitoring terhadap proses dan hasil sterilisasi.

Untuk mendapatkan pelayanan CSSD yang optimal disediakan ruangan yang memadai yang terdiri atas: ruang pencucian, ruang kerja dan ruang steril/ penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat. Instalasi Sterilisasi Pusat dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya.

Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department Ka. Instalasi CSSD

Wa. Ka. Instalasi CSSD

(52)

(CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan

Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi.

Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD.

Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD.

Dalam menunjang tugas dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Pencucian

Pokja pencucian bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian di CSSD.

b. Pokja Sterilisasi

Pokja sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan sterilisasi kebutuhan di CSSD.

c. Pokja Pengemasan

(53)

3.3Apotik II

3.3.1 Sumber Daya Manusia

Apotik II dipimpin oleh seorang Apoteker selaku kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan. Apoteker di Apotik II Farmasi dibantu oleh petugas farmasi yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi Rindu A.

3.3.2 Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan perundangan yang berlaku apotik harus dikelola oleh seorang apoteker yang professional. Dalam pengelolaan apotik, apoteker senantiasa harus memiliki kemanpuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberikan pendidikan peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Depkes RI, 2004).

3.3.3 Sarana dan Prasarana

(54)

3.3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotik

Menurut KepMenKes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 pengelolaan persedian farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan dan penyimpanan: a. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah data yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan Perbekalan Farmasi. Tujuan perencanaan adalah untuk kelancaran pelayanan perbekalan farmasi. Perencanaan dilakukan dengan cara menghitung/merekapitulasi jumlah obat berdasarkan data pemakaian yang lalu, mengcros cek dengan sisa persediaan,data pemakaian periode yang lalu kemudian membuat daftar obat/AKHP yang dibutuhkan setiap tahun dan menanda tangani.

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis, dan waktu yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanan adalah pola penyakit, kemampuan/daya beli masyarakat, budaya masyarakat dan pola penggunaan obat yang lalu (DepKes RI, 2004)

b. Pengadaan

Pengadaan di Apotik II farmasi dengan pengamprahan. Pengamprahan adalah permintaan perbekalan farmasi dari gudang farmasi. Pengamprahan bertujuan untuk memenuhi perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pasien. Prosedur pelaksanaan pengamprahan meliputi :

(55)

ii. Membuat daftar kebutuhan untuk obat/AKHP dan mengentrynya ke komputer

iii. Apoteker memeriksa daftar kebutuhan dan menanda tangani

iv. Pelaksana farmasi menyerahkan daftar kebutuhan kepada pokja perbekalan farmasi

v. Pelaksana farmasi pokja perbekalan mempersiapkan obat dan AKHP sesuai permintaan dan menyerahkan ke pelaksana farmasi dengan menanda tangani serah terima barang.

vi. Pelaksana farmasi pokja perbekalan membalas pengentryan amprahan ke SIRS

Pengamprahan di Apotik II dilakukan berdasarkan kebutuhan perbekalan farmasi yang di lakukan dua kali seminggu yaitu pada hari selasa dan kamis. Petugas Apotik II menyerahkan daftar kebutuhan yang telah disetujui oleh ka.depo ke petugas perbekalan farmasi. Petugas perbekalan menyerahkan obat dan AKHP yang di amprah ke petugas depo dengan menanda tangan surat pengemprahan

c. Penyimpanan

(56)

a. Perbekalan farmasi yang diterima pelaksana farmasi dipisahkan berdasarkan jenis ( obat, cairan, AKHP dll )

b. Pelaksana Farmasi menyimpan obat berdasarkan, a. Sifat ( obat thermolabil )

b. Bentuk sediaan ( tablet, injeksi, infus, salep,dll ) c. Bahan baku obat ( mudah menguap/terbakar ) d. Obat Narkotika dalam lemari khusus dan terkunci e. Allphabet

f. FIFO dan FEFO

g. Penyimpanan harus memudahkan dalam pengeluaran exp.date c. Pelaksana Farmasi menyimpan alat kesehatan berdasarkan : - Jenis ( spuit,, needle,dll )

- Nomor/ukuran ( spuit 1 cc, 5 cc dll )

d. Obat Hight Allert ( kosentrasi tinggi ) disimpan terpisah engan obat lain dan di beri label / penandaan bulat merah.

e. Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat, Rupa, Ucapan Mirip ) di beri jarak satu dengan yang lainnya.

f. Larutan nutrisi di simpan pada suhu dibawah 25 C dan terpisah.

g. Pelaksana farmasi mengentri data penerimaan perbekalan farmasi ke SIRS

Penyimpanan di depo farmasi IATI dipisahkan berdasarkan : i. Sumber barang Askes dan Jamkesmas

ii. Sifatnya ( obat thermolabil )

(57)

iv. Obat Narkotika dalam lemari rahasia dan terkunci v. Allphabet

vi. Obat Hight Allert ( kosentrasi tinggi ) disimpan terpisah dengan obat lain dan di beri label / penandaan bulat merah.

vii. Untuk obat-obat LASA atau NORUM belum dipisahkan atau diberi jarak

viii. Petugas Apotik menyusun Alkes berdasarkan: i. Jenisnya ( spuit, infus, needle )

ii. Nomor/ukuran ( spuit 1 cc, 5 cc dll )

3.3.5 Pelayanan Kefarmasian 3.3.5.1 Pengkajian Resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:

(58)

‐ nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter

‐ tanggal resep

‐ ruangan/unit asal resep

‐ Persyaratan farmasetik meliputi:

‐ nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan

‐ dosis dan jumlah obat

‐ stabilitas

‐ aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi:

‐ ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat

‐ duplikasi pengobatan

‐ alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)

‐ kontraindikasi

‐ interaksi obat

3.3.5.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

3.3.5.3 Pelayanan Informasi Obat / Konseling / Edukasi Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi:

‐ menjawah pertanyaan

(59)

‐ menyediakan informasi bagi komite/sub komite farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit

‐ bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap

‐ melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya

‐ melakukan penelitian

3.3.5.4 Monitoring Efek Samping Obat

Memberi edukasi kepada pasien jika mengalami efek samping obat yang tidak dikhendaki segera melaporkan kepada dokter atau apoteker. Kemudian apoteker melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional

(60)

Adapun jenis ESO yang dilaporkan adalah:

 Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping yang selama ini belum pernah terjadi.

 Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.  Setiap reaksi efek samping yang serius.

 Setiap reaksi ketergantungan.

3.3.5.5 Pemantauan Terapi Obat dan Medication Error (ME)

Apoteker melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi

Apoteker mengentry resep kedalam computer yang telah memiliki sofeware interaksi obat, kemudian hasil interaksi obat diprint dan ditelaah oleh apoteker, kemudian member informasi yang sangat diperlukan oleh pasien mengenai obat sehingga pasien terhindar dari interaksi obat yang merugikan, hasil telaah didokumentasikan (lampiran ).

(61)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

a. ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah dokter spesialis farmakologi. RSUP H. Adam Malik sebagai ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi.

b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya dua bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi di RSUP H. Adam Malik belum diadakan sebulan sekali.

(62)

4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi 4.2.1 Produksi

Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat pengenceran H2O2 3%, NaCl 0,9% non steril, alcohol 70%, memproduksi handscrub dan

mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil (re-packing) antara lain alkohol 96%, isodin (povidon iodium).

Penggunaan handscrub di instalasi farmasi belum diproduksi sendiri, dalam menunjang pasien safety dibutuhkan dalam pemakaian besar sehingga lebih baik dilakukan produksi sendiri untuk penghematan biaya (cost effectiveness). 4.2.2 Penyimpanan

(63)

Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang perbekalan farmasi Askes, gudang perbekalan farmasi Jamkesmas, gudang perbekalan farmasi umum, gudang perbekalan farmasi floor stock, gudang perbekalan farmasi Cathlab jantung/bedah jantung, gudang perbekalan farmasi bahan berbahaya/mudah terbakar. Cara penyimpanan masih belum sesuai dengan standar cara penyimpanan obat, karena masih ada obat yang disusun bersentuhan langsung dengan dinding yang dapat mempengaruhi kualitas obat, serta masih adanya obat yang tersusun di luar gudang yang mengakibatkan tidak terjaminnya keamanan dari ketersediaan obat tersebut. Hal ini dikarena gudang penyimpanan obat yang masih sempit.

4.3 Pelayanan Kefarmasian

Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik.

4.3.1Konseling

Kegiatan konseling telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik untuk pasien rawat jalan. Namun untuk menunjang terlaksananya konseling yang bermutu dibutuhkan beberapa literatur up to date yang dapat dengan cepat dan mudah diakses yang seharusnya ada di ruangan konseling seperti internet. Namun, ruang konseling RSUP H. Adam Malik belum didukung oleh fasilitas internet (wifi) untuk mencari informasi tersebut secara cepat.

(64)

menggunakan obat. Namun, kegiatan follow-up ini belum dilakukan. Selain itu, data pasien yang telah dikonseling belum dimasukkan ke dalam SIRS untuk mempermudah pencarian data pasien serta ruang tunggu untuk pasien yang akan dikonseling masih belum tersedia .

4.3.2 Visite

Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik. Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah pasien dengan apoteker belum sebanding yakni sesuai permenkes 1:30 , sehingga perlu ditambah lagi tenaga apoteker. Penelusuran riwayat penggunaan obat yang termasuk dalam kegiatan visite telah dilakukan oleh farmasi klinis. 4.4 Instalasi Central Sterilize Supply Department (CSSD)

Berdasarkan pengamatan, CSSD telah melaksanakan kegiatan: pencucian, pengeringan, pengemasan/paket, pemberian label, pemberian indikator, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan steril. CSSD juga melakukan sterilisasi ruangan dengan cara pengasapan (fogging)dan penyinaran dengan sinar UV dan sterilisasi dengan etilen oksida untuk alat yang tidak tahan panas. Perlengkapan yang disterilkan di central sterilize supply departement meliputi instrumen, linen, dan karet.

(65)

Malik belum terlaksana dengan baik, karena ruang CSSD masih memiliki sudut dan lift barang steril (bersih) dan barang tidak steril (kotor) letaknya masih berdampingan. Ruang pengemasan, produksi dan prosesing, serta ruang sterilisasi masih berada dalam satu ruangan.

4.5 Depo Farmasi Rindu A

Berdasarkan pengamatan terhadap depo farmasi rindu A RSUP H. Adam Malik, Melayani resep pasien Askes yang berpedoman Pada DPHO dan Pasien Jamkesmas berpedoman pada formularium jamkesmas namun terkadang dokter juga pernah meresepkan diluar formularium Jamkesmas seperti Ambroxol sirup yang tidak sesuai formularium. penyimpanan obat terdiri dari 2 ruangan yaitu Askes dan Jamkesmas. Tetapi karena keterbatasan ruangan maka ruang penyimpanan obat Askes juga digunakan sebagai ruang administrasi yang merupakan tempat menganalisa resep. Ruang penyimpanan obat Askes ini juga digunakan sebagai tempat pengecekan ulang obat serta tempat penyerahan obat. Di depo farmasi rindu A soft ware interaksi obat telah di instal namun pengunaannya masih minim serta Pengisiaan formulir telaah resep belum terisi secara merata pada tiap lembaran resep hal ini diakibatkan oleh minimnya tenaga kerja.

(66)

Dalam ketersediaan sediaan farmasi di depo rindu A terkadang masih mengalami kekurangan dimana yang obat yang di minta tidak sesuai dengan obat yang diterima dengan pertimbangan agar sediaan farmasi dapat diberikan secara merata kesetiap depo farmasi di rumah sakit.

Untuk obat-obat LASA (look a like, sound a like), sudah sesuai dengan prosedur yaitu diberi tanda hijau dengan tulisan LASA dan dibuatkan daftar-daftar untuk obat LASA agar tidak terjadi kesalahan pada saat mengambil obat. Selain itu juga untuk obat-obat High Allert diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan Hight Allert dan obat termolabil disimpan didalam kulkas dengan suhu 2-8oC dengan menggunakan alat termohidros.

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Data pasien dikonseling belum dimasukkan dalam SIRS sehingga dalam mencari data pasien berulang atau pasien dengan terapi jangka panjang membutuhkan waktu yang lama.

2. Masih ada resep yang ditulis dokter tidak berpedoman pada formularium rumah sakit, DPHO dan Formularium Jamkesmas.

3. Setiap komputer yang ada di depo farmasi RSUP H. Adam Malik sudah di instalkan software interaksi obat, namun belum dipergunakan secara maksimal.

4. Penyerahan obat kepada pasien di Apotek I dan Apotek II belum sepenuhnya dilaksanakan oleh apoteker dan Loket penerimaan resep belum terpisah dengan loket penyerahan obat pada pelayanan pasien umum di Apotek II.

5. Barang-barang dan obat-obatan di depo farmasi Rindu A tidak sepenuhnya tersusun rapi ditempatnya karena keterbatasan tempat sehingga sebagian terletak diatas meja peracikan.

Gambar

Gambar 3.1  Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan Terapi Intensif Bedah Pusat
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department

Referensi

Dokumen terkait

2005 Abstract- A 3-D finite element model is presented to study the thermo-mechanical response of thick plate weldments under different multi-pass welding sequences.. The Anand’s

akuntansi dapat membantu manajemen untuk mengambil keputusan secara tepat. Fakultas mendesain sistem informasi akuntansi juga untuk mendorong pegawai. bertingkah laku sesuai

Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap penyakit Tuberkulosis di tingkat sedang yaitu sebanyak 72%.. Sebanyak 26% masyarakat di

Untuk itu perlu penulis mencoba untuk merancang suatu sistem yang berbasis komputer yang diharapkan dapat mengatasi kelemahan dari sistem kerja yang selama ini berjalan,

The research shows that there is the significant influence of input components (knowledge, motivation, and recording instrument) and process components (coordination, work

Responden yang umurnya :s 40 tahun, berpengetahuan baik, tindakan baik, dan ikut DKT memiliki probabilitas peningkatan tingkat PHBS tatanan rumah tangga sebesar.. 55,9%

KEPADA PESERTA PELELANGAN YANG KEBERATAN, DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENYAMPAIKAN SANGGAHAN KHUSUSNYA MENGENAI KETENTUAN DAN PROSEDUR YANG TELAH DITENTUKAN DALAM

SixSeven Photography, yaitu sebuah usaha jasa di bidang pemotretan yang bisa di pakai oleh siapa saja yang ingin membagi momen bahagia kapada kami, Penulisan ilmiah ini bertujuan

Dengan membuat suatu aplikasi pembelajaran Budaya Nusantara dengan Macromedia Flash MX, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut karena tampilannya menggunakan efek animasi