• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis Pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo-Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis Pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo-Medan Tahun 2010"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT

TUBERKULOSIS PADA MASYARAKAT KELURAHAN

TANJUNG REJO-MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

ALIAA AMIRAH BINTI MD KAMARU AL-AMIN

070100255

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT

TUBERKULOSIS PADA MASYARAKAT KELURAHAN

TANJUNG REJO-MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ALIAA AMIRAH BINTI MD KAMARU AL-AMIN

NIM : 070100255

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Tuberkulosis Pada

Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo-Medan Tahun 2010

Nama : ALIAA AMIRAH BINTI MD KAMARU AL-AMIN

NIM : 070100255

Pembimbing Penguji I

(dr. T. Ibnu Alferally, SpA) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes)

Penguji II

(dr. Rina Amelia, MARS)

Medan, Desember 2010, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menjadi perhatian kesehatan secara internasional. Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Ini karena, sepertiga penduduk di dunia telah terinfeksi kuman Tuberkulosis. Laporan WHO pada tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Dilaporkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan yang diwakili oleh kepala keluarga. Ini merupakan penelitian deskriptif yang yang dilakukan secara cross sectional. Saiz sampel pada penelitian ini adalah seramai 100 kepala keluarga dengan menggunakan teknik random sampling dengan pemberian kuesioner.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis dalam usaha pencegahan penularan penyakit ini.

Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap penyakit Tuberkulosis di tingkat sedang yaitu sebanyak 72%. Sebanyak 26% masyarakat di tingkat pengetahuan tinggi dan 2% pada tingkat rendah.

(5)

ABSTRACT

Tuberculosis is an infected disease cause by Mycobacterium tuberculosis that have international intention. In 1992, World Health Organization (WHO) stated that tuberculosis as Global Emergency. It is caused by 1 over 3 people in this world was infected by Tuberculosis. In 2004, a report from WHO stated that 8,8 million Tuberculosis new cases in 2002 which is 3,9 million cases are positive M. Tuberculosis. The mortality rate by Tuberculosis is 8000 per day and 2-3 million per year. The biggest mortality rate cause by Tuberculosis infection is 625.000 cases at Southeast Asia.

This research is among the head of family in Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. This is a descriptive and cross sectional research. The number of sample is 100 heads of family, taken by random sampling method by giving questionnaire. The research objective is to know the level of knowledge towards Tuberculosis among the head of family in order to prevent the transmission of Tuberculosis.

Overall the heads of family knowledge of Tuberculosis is in medium level with 72%. There are 26% of them in high level and 2% in lower level.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga laporan

hasil penelitian karya tulis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

melakukan penelitian guna menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam laporan hasil penelitian karya tulis ini, saya telah banyak mendapat

bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada dr. T. Ibnu Alferally, sp.PA selaku dosen pembimbing

saya serta dosen dari tim Community Research Programme di atas bimbingan serta

telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya dalam penyelesaian proposal

karya tulis ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga juga saya persembahkan

kepada kedua orang tua saya, ayahanda Haji Md. Kamaru Al-Amin bin Ismail dan

ibunda Hajjah Rohayaty binti Muda atas doa, perhatian dan dukungan yang tak

putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

Tidak lupa juga diucapkan jutaan terima kasih kepada Najmuddin bin

Mohamad yang banyak membantu saya sepanjang menyiapkan proposal ini dan tidak

dilupakan kepada senior-senior yaitu Khairina, Mardhiah, Engku Emila dan Arifah

Najwa. Terima kasih yang tidak terhingga juga kepada teman-teman stambuk 2007

yang banyak membantu serta yang mau bertukar pikiran dengan saya.

Dalam dunia penelitian, tak ada penelitian yang sempurna. Maka, penelitian

dan laporan ini pun memiliki kekurangan dan keterbatasan. Saya sampaikan

permohonan maaf atas berbagai kekurangan. Akhir kata, saya berharap agar hasil

(7)
(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN

DEFINISI OPERASIONAL………. 17

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian.….………. Populasi Dan Sampel ………...………. 4.3.1. Populasi………...

4.5. Pengolahan dan Analisa Data..………..

4.5.1. Teknik Penilaian/Skoring………...

22 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25

5.1. Hasil Penelitian………..

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………… 5.1.3. Hasil Analisa Data……….. 5.2. Pembahasan………...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

DAFTAR PUSTAKA……….………... 38

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi 11 M. tuberculosis

Tabel 2.2. Pengobatan yang dianjurkan oleh WHO 12

Tabel 4.1. Nilai Validitas dan Reliabilitis untuk Pertanyaan 22

Pengetahuan

Tabel 4.2. Sistem Skor Bagi Pengetahuan Responden Tentang 23

Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung Rejo,

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di 26

Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di 26

Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat 27

Pendidikan Akhir di Kelurahan Tanjung Rejo,

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.4. Hasil Analisa Tingkat Pengetahuan Responden 28

Tentang Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan

Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun

2010

(10)

Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis

Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan

Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2010

Tabel 5.6. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan 29

Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis

Berdasarkan Usia di Kelurahan Tanjung Rejo,

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.7. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan 31

Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di

Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan

Medan Sunggal Tahun 2010

Tabel 5.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang 32

Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung Rejo,

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

(12)

ABSTRAK

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menjadi perhatian kesehatan secara internasional. Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Ini karena, sepertiga penduduk di dunia telah terinfeksi kuman Tuberkulosis. Laporan WHO pada tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Dilaporkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan yang diwakili oleh kepala keluarga. Ini merupakan penelitian deskriptif yang yang dilakukan secara cross sectional. Saiz sampel pada penelitian ini adalah seramai 100 kepala keluarga dengan menggunakan teknik random sampling dengan pemberian kuesioner.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis dalam usaha pencegahan penularan penyakit ini.

Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap penyakit Tuberkulosis di tingkat sedang yaitu sebanyak 72%. Sebanyak 26% masyarakat di tingkat pengetahuan tinggi dan 2% pada tingkat rendah.

(13)

ABSTRACT

Tuberculosis is an infected disease cause by Mycobacterium tuberculosis that have international intention. In 1992, World Health Organization (WHO) stated that tuberculosis as Global Emergency. It is caused by 1 over 3 people in this world was infected by Tuberculosis. In 2004, a report from WHO stated that 8,8 million Tuberculosis new cases in 2002 which is 3,9 million cases are positive M. Tuberculosis. The mortality rate by Tuberculosis is 8000 per day and 2-3 million per year. The biggest mortality rate cause by Tuberculosis infection is 625.000 cases at Southeast Asia.

This research is among the head of family in Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. This is a descriptive and cross sectional research. The number of sample is 100 heads of family, taken by random sampling method by giving questionnaire. The research objective is to know the level of knowledge towards Tuberculosis among the head of family in order to prevent the transmission of Tuberculosis.

Overall the heads of family knowledge of Tuberculosis is in medium level with 72%. There are 26% of them in high level and 2% in lower level.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia

ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

tuberkulosis sebagai Global Emergence. Ini disebabkan banyaknya penderita yang

tidak berhasil disembuhkan. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat

8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA

(Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman

tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia

tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah

penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih

besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta

setiap tahun. Dilaporkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia

tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000

penduduk (WHO, 2004). Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per

100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan

peningkatan cepat kasus TB yang muncul. Dianggarkan bahwa pada tahun 2002

hingga 2020, 1000 juta orang akan terinfeksi TB dan 36 juta orang akan meninggal

akibat dari TB (Innes JA, Reid PT, 2005).

Di Indonesia, penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan

bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia. Dari

golongan penyakit infeksi, TB merupakan penyebab kematian nomor 1.

(15)

sekitar 140.000 secara kasar. Diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia

terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif (WHO, 2009).

Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007), menunjukkan

bahwa pada tahun 2007 prevalensi semua tipe TB sebesar 244 per 100.000 penduduk

atau sekitar 565.614 kasus semua tipe TB, insidensi semua tipe TB sebesar 228 per

100.000 penduduk atau sekitar 528.063 kasus semua tipe TB, insidensi kasus baru TB

BTA positif sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar 236.029 kasus baru TB

Paru BTA positif sedangkan kematian TB 39 per 100.000 penduduk atau 250 orang

per hari.

Angka penjaringan suspek adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di

antara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam satu tahun. Angka

penjaringan suspek ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam

suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke

waktu yaitu triwulan atau tahunan (Setiyaningsih SM, 2008).

Berdasarkan angka penjaringan suspek secara umum menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun, khususnya mulai tahun 2003 sampai dengan tahun

2006, terjadi peningkatan secara signifikan, meskipun pada tahun 2007 dan 2009

terjadi penurunan. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 82 per 100.000

penduduk dibandingkan dari tahun 2006 dan tahun 2009 terjadi penurunan sebesar

sebesar 7 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 2008. Untuk tahun 2010

triwulan 1 dibandingkan dengan tahun 2009 triwulan 1 terjadi penurunan sebesar 7

per 100.000 penduduk.

Akibat munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB

akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak karena kehamilan,

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan terhadap penyakit Tuberkulosis pada

masyarakat Tanjung Rejo, Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melihat pengetahuan mengenai penyakit Tuberkulosis pada masyarakat

Tanjung Rejo, Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis

dengan lebih benar pada masyarakat Tanjung Rejo, Medan.

2. Untuk mengenalpasti tingkat pengetahuan yang paling baik pada

pertanyaan mengenai penyakit Tuberkulosis bagi masyarakat Tanjung

Rejo, Medan.

3. Untuk mengetahui jenis kelamin yang tingkat pengetahuannya tinggi

mengenai penyakit Tuberkulosis pada masyarakat kelurahan Tanjung

Rejo, Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan penduduk Tanjung Rejo, Medan tentang

bahaya penyakit Tuberkulosis serta efeknya terhadap kesehatan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada

Dinas Kesehatan dan juga pihak rumah sakit dalam rangka

meningkatkan upaya mencegah penyakit Tuberkulosis ataupun

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis

2.1.1 Definisi Penyakit

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis yaitu sebagian dari organisma kompleks termasuklah M. bovis dan M. africanum (Innes JA, Reid PT, 2005).

2.1.2 Penyebab Penyakit

Penyakit Tuberkulosis adalah disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4

mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang

cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat,

lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan

mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan

oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur

lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti

arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut

menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali

diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan

larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma

yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis

(18)

2.1.3 Penularan

Transmisi basil Mycobacterium ini adalah melalui manusia, kecuali untuk M.

bovis (Varaine F., Henkens M. & Grouzard V., 2010). Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Menurut Rachmand Y.N. (2008) dan Schiffman. G

(2010), sewaktu batuk atau bersin, kuman akan tersebar ke udara dalam bentuk

droplet ataupun percikan dahak. Droplet yang mengandungi kuman dapat bertahan di

udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup ke dalam

saluran pernapasan, orang lain dapat terinfeksi. Selama kuman TB masuk ke dalam

tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran

napas atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari paru menentukan daya penularan dari seorang penderita.

Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita

tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita

tersebut dianggap tidak menular. Konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut menentukan kemungkinan seseorang terinfeksi TB (Saroso

S., 2005).

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI)

di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan

ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan

terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita

TB. Hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari

keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka

diantara 100.000 penduduk, rata-rata terjadi 100 penderita tuberkulosis setiap tahun,

(19)

2.1.4 Patogenesis

Pada patogenesis Tuberkulosis primer, kuman Tuberkulosis akan masuk

melalui saluran napas dan akan bersarang di jaringan paru. Kemudian, akan

terbentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau afek primer.

Sarang primer ini bisa timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang

reaktivasi. Dari sarang primer, akan kelihatan peradangan saluran getah bening yang

menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran

kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Efek primer bersama-sama

dengan limfangitis regional dikenali sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini

akan mengalami salah satu nasib sama ada sembuh dengan tidak meninggalkan cacat

sama sekali ataupun sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang

Ghon, garis fibrotic dan sarang perkapuran di hilus).

Ia juga bisa menyebar dengan cara perkontinuitatum yaitu menyebar ke

sekitarnya. Salah satu contohnya adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian

penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang

membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas yang bersangkutan

dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus

yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada

lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Selain itu,

kuman ini bisa menyebar melalui penyebaran secara bronkogen, baik di paru

bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan. Ada juga yang menyebar

secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan,

akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan

menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis

tuberkulosa dan typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan

tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia

(20)

Pada fase Tuberkulosis pasca primer, dari tuberkulosis primer ini akan

muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40

tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam antaranya

adalah tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis dan tuberkulosis menahun.

Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena

dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang

dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus

inferior. Sarang dini ini pada awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.

Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sama ada melalui

diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat ataupun

sarang tadi pada mulanya meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan

penyebukan jaringan fibrosis. Ia selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih

keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya

dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan

menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.

Ada juga sarang pneumonik yang meluas, membentuk jaringan keju (jaringan

kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).

Nasib kaviti ini mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.

Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola.

Perjalanan seperti yang disebutkan diatas, ia dapat pula memadat dan

membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat

mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan

menjadi kaviti lagi. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut

open healed cavity atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri lalu akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut

(21)

2.1.5 Faktor resiko

Terdapat pelbagai factor resiko yang bisa menyebabkan tertularnya penyakit

Tuberkulosis. Yang pertama adalah faktor usia. Dari hasil penelitian yang

dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan

menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat

secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya

mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru

adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

Faktor resiko seterusnya adalah jenis kelamin. Di benua Afrika pada tahun

1996 jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah

penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.

TB paru Iebih banyak terjadi pada laki dibandingkan dengan wanita karena

laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan

terjangkitnya TB paru.

Tingkat pendidikan juga menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit

Tuberkulosis. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat

kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang

cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan

sehat.

Diketahui juga bahwa kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan

meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,

bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Menurut Yuliyanti Purnamasari

(2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Merokok Dengan

Angka Kejadian Tuberkulosis Paru di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Perokok

memiliki resiko untuk mengalami Tuberkulosis 3 kali lebih besar daripada bukan

perokok. Ini karena, merokok dapat memperlemah paru dan menyebabkan paru lebih

mudah terinfeksi kuman tuberkulosis. Bahkan, asap rokok dalam jumlah besar yang

(22)

kegagalan pengobatan tuberkulosis. Dengan adanya kebiasaan merokok akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.

Selain itu, kepadatan hunian kamar tidur juga menjadi factor resiko penyebab

penyakit Tuberkulosis. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk

penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain. Antara kelompok yang beresiko untuk menularkan penyakit Tuberkulosis

adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.

Kondisi rumah juga menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB.

Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai

dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga

akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman

Mycrobacterium tuberculosis.

Faktor resiko penularan penyakit Tuberkulosis yang seterusnya adalah status

gizi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati LY (2002) terhadap pasien

Tuberkulosis, terdapat 96,7% responden mempunyai kecukupan energi kurang.

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan

tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.

Keadaan sosial ekonomi juga berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan

sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan

pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi

konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status

gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga

(23)

2.1.6 Gejala klinis

Gejala-gejala umum untuk penyakit TB adalah demam tidak terlalu tinggi

yang berlangsung lama. Biasanya demam ini dirasakan malam hari disertai keringat

malam. Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh

keringat sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala umum lain

adalah penurunan nafsu makan dan berat badan serta batuk-batuk selama lebih dari 3

minggu (dapat disertai dengan darah). Bisa juga dirasakan perasaan tidak enak atau

malaise dan lemah (PDPI, 2002).

Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh mana yang

terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah

bening yang membesar, ia akan menimbulkan suara "mengi" yaitu suara nafas

melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan dirongga pleura, ia dapat disertai

dengan keluhan sakit dada. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala

seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara

pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak,

dapat mengenai otak dan terjadinya meningitis (radang selaput otak). Gejalanya

(24)

Tabel 2.1. Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi M. tuberculosis

Bagian yang Terinfeksi Gejala atau komplikasi

Rongga perut - Lelah

- Nyeri tekan ringan - Nyeri seperti apendisitis

Kandung kemih - Nyeri ketika berkemih

Otak - Demam

- Sakit kepala

- Mual

- Penurunan kesadaran

- Kerusakan otak yang

menyebabkan terjadinya koma

Pericardium - Demam

- Pelebaran vena leher - Sesak nafas

Persendian - Gejala yang menyerupai artritis

Ginjal - Kerusakan gijal

- Infeksi di sekitar ginjal

Organ reproduksi pria - Benjolan di dalam kantung zakar

Organ reproduksi wanita - Kemandulan

Tulang belakang - Nyeri

- Kollaps tulang belakang

- Kelumpuhan tungkai

2.1.7 Pengobatan

Obat anti TB (OAT) untuk lini pertama adalah Rifampisin, Isoniazid (INH),

Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Obat tambahan lainnya ataupun obat lini 2

adalah Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon (PDPI, 2005). Biasanya, Isoniazid

diberikan selama 6-9 bulan melalui oral. Pengobatan rifampin pula diberikan selama

(25)

Tabel 2.2. Pengobatan yang dianjurkan oleh WHO

Kategori TB Fasa awal Fasa seterusnya

1. Kasus baru TB paru

4. TB paru positif yang

sudah diobati

1. 2 bulan H3R3Z3E3S3 / 2 bulan H3R3Z3E3

2. 2 bulan HRZES / 1

1. 2 bulan H3R3Z3E3 2. 2 bulan HRZE

1. 4 bulan H3R3 2. 4 bulan HR 3. 6 bulan HE

Sumber : Davidson’s Principles & Practice of Medicine

H  Isoniazid R  Rifampin Z  Pirazinamid

E  Etambutol S  Streptomisin

2.1.8 Komplikasi

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum

pengobatan dalam masa pengobatan ataupun setelah selesai pengobatan. Beberapa

komplikasi dini yang mungkin timbul adalah batuk berdarah, pneumotoraks, luluh

paru, gagal napas, gagal jantung dan efusi pleura. Komplikasi lanjut pada penyakit

Tuberkulosis pula bisa jadi obstruksi jalan napas, kor pulmonal, amiloidosis dan

(26)

2.1.9 Pencegahan

Penyakit Tuberkulosis ini bias dicegah. Seperti yang diketahui, mencegah

lebih baik dari mengobati. Antara pencegahan penyakit Tuberkulosis yang bisa

dilakukan oleh masyarakat adalah ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik serta

menutup mulut saat batuk. Selain itu, masyarakat juga perlulah menjaga kebersihan

lingkungan termasuk alat makan dan tidak meludah di sembarang tempat (Rahmawati

VK, 2009).

Selain pencegahan dinyatakan di atas, terdapat juga vaksinasi yang bisa

mencegah daripada terjadinya penyakit Tuberkulosis ini yaitu vaksin BCG (Squire

B., 2009).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan alat indera lainnya. Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut

(Natoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup di

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu boleh diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Hal yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(27)

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami boleh diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan

dapat menginterpretasikan secara benar tentang obejek/materi yang

diketahuinya. Orang yang telah paham tentang objek/materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi boleh diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur oraganisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

(28)

6. Evaluasi (evaluation)

Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

teradap suatu obejek/materi. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.

Menurut Natoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lainnya adalah:

1. Pengalaman

Diperolehi dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain.

Pengalaman yang diperolehi dapat memperluaskan pengetahuan

seseorang.

2. Umur

Pertambahan umur seseorang akan menyebabkan proses perkembangan

metalnya semakin bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika

berusia belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang banyak

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa dengan

bertambahnya umur seseorang, akan mempengaruhi pada petambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada satu umur tertentu atau

pada menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

3. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang dapat memperluas pengetahuan dan

wawasan seseorang. Secara umumnya, seseorang yang berpendidikan

lebih tinggi, akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan

(29)

4. Keyakinan

Keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa ada

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasanya akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik dari segi positifnya maupun yang negatifnya.

5. Sumber informasi

Sumber informasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan seseorang

meskipun seseorang itu memiliki pendidikan yang rendah. Sumber

informasi di masa sekarang sangat banyak antaranya termasuklah radio,

telivisi, majalah, koran dan buku.

6. Penghasilan

Sebenarnya, penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang mempunyai penghasilan

yang cukup besar, maka beliau akan mampu untuk menyediakan

fasilitas-fasilitas sumber informasi.

7. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diterangkan bahwa kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah seperti berikut yaitu pengetahuan masyarakat

Tanjung Rejo terhadap penyakit Tuberkulosis :

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan mengenai penyakit

Tuberkulosis pada masyarakat Tanjung Rejo.

Pengetahuan adalah suatu prosedur yang dilakukan kepada penduduk dengan

harapan mereka dapat menerima pengetahuan yang diberikan berupa bahaya penyakit

Tuberkulosis dan dampak buruknya terhadap kesihatan. Selain itu, dengan

pengetahuan ini juga diharapkan masyarakat bisa mengambil langkah pencegahan

awal. Penilaian terhadap pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Tuberkulosis

adalah dengan mengajukan 15 pertanyaan kepada responden dengan hasil ukur

skoring adalah 2 untuk jawaban yang benar, 1 untuk jawapan yang mendekati benar

dan 0 untuk jawaban yang salah.

(31)

Pengukuran skor menggunakan skala pengukuran dengan definisi berikut

(Arikunto S., 2007) :

a) Baik, apabila jawaban responden benar 75% dari nilai tertinggi.

b) Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-74% dari nilai

tertinggi.

c) Kurang, apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai

tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap system scoring untuk tingkat

pengetahuan adalah :

a) Baik : Jika jumlah nilai yang diperoleh sebesar 22-30

b) Sedang : Jika jumlah nilai yang diperoleh sebesar 12-21

c) Kurang : Jika jumlah nilai yang diperoleh sebesar 0-11

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan skala pengukuran ordinal

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan desain cross sectional yang bersifat

deskriptif di mana data dikumpulkan melalui kuesioner dan angket yang ditanyakan

pada masyarakat kelurahan Tanjung Rejo.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian direncanakan selama lebih kurang 2 bulan di antara bulan

September hingga Oktober 2010. Tempat penelitian yang dipilih adalah di Kelurahan

Tanjung Rejo.

4.3 Populasi dan sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh masyarakat di kelurahan Tanjung Rejo, Medan pada

bulan Juli hingga Agustus 2010 yang dapat diwakilkan kepala keluarga atau

pasangannya yang berjumlah 8251 kepala keluarga.

Subjek yang diteliti adalah sebagian dari populasi kepala keluarga di

Kelurahan Tanjung Rejo, Medan pada September-Oktober yang dapat diwakilkan

(33)

Kriteria Inklusi:

Kepala keluarga atau pasangannya yang tinggal di Kelurahan Tanjung Rejo.

Kriteria Eksklusi:

1. Kepala keluarga atau pasangan yang tidak bisa membaca.

2. Kepala keluarga atau pasangan yang buta ataupun tuli.

4.3.2. Besar sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, saya mengunakan metode pengambilan

sampel secara accidental sampling.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan

rumus dibawah, di mana tingkat ketepatan relatif adalah 10% (Notoadmojo, 2005).

n =

n = jumlah sampel yang digunakan sebagai subjek penelitian. N = jumlah kepala keluarga di kelurahan Tanjung Rejo, Medan. d = ketepatan relative, dimana d=0.1

98,80

(34)

Dari perhitungan yang telah dibuat, didapatkan bahwa jumlah sampel yang

diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 98,80. Namun nilai perhitugan yang

diperoleh dibulatkan kepada 100 (Wahyuni A.S, 2006). Jadi sampel yang akan

diambil adalah sebesar 100 orang kepala keluarga.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti meminta izin kepada kepala Lurah Tanjung Rejo dan pihak terkait

untuk melakukan penelitian di Kelurahan tersebut. Responden pada penelitian ini

adalah ketua keluarga di Kelurahan Tanjung Rejo. Responden telah diminta mengisi

kuesioner mengenai pengetahuan terhadap penyakit Tuberkulosi.

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas pada setiap pertanyaan pada kuesioner tertutup yang akan diguna di dalam

wawancara dengan orang masyarakat Tanjung Rejo, Medan. Uji validitas dilakukan

adalah untuk mengetahui sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar

menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Uji validitas juga suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument

(Arikunto S., 2007).

Validitas dari alat pengumpul data sangat diperlukan agar alat pengumpul data

tersebut dapat memberikan data yang valid dari setiap penelitian yang dijalankan. Uji

reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya

atau diandalkan. Uji validitas dan reliabilitias dilakukan kepada 10 orang responden

(35)

Tabel 4.1. Nilai Validitas dan Reliabilitis untuk Pertanyaan Pengetahuan

Variabel Soal Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2

Dari tabel 4.1. didapatkan bahwa kesemua soal mengenai pengetahuan adalah

valid berdasarkan uji korelasi pearson. Pada uji reliabilitas, nilai maksimum adalah

sebanyak 0,922 manakala nilai minimumnya adalah sebanyak 0,718 dan semua soal

ini adalah reliable jika R>0,650. Dari table juga didapatkan bahwa semua soal

pengetahuan adalah valid dan reliabel.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap pewawancaraan telah diperiksa oleh peneliti di lapangan.

Setiap ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi

penelitian. Kuesioner yang lengkap diambil datanya dan dimasukkan ke dalam

komputer. Pada penelitian ini, variabel pengetahuan akan dianalisa secara statistik

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pengolahan dan

(36)

4.5.1 Teknik Penilaian/Skoring

15 pertanyaan mengenai pengetahuan masyarakat kelurahan Tanjung Rejo

tentang penyakit Tuberkulosis diberikan. Jawapan yang benar mendapat nilai 2,

jawapan yang menghampiri benar mendapat nilai 1 dan jawapan yang salah mendapat

nilai 0. System skor bagi pengetahuan responden adalah seperti berikut :

Tabel 4.2. Sistem Skor Bagi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

(37)

Pengukuran skor menggunakan skala pengukuran dengan definisi berikut

(Arikunto S., 2007) :

d) Baik, apabila jawaban responden benar 75% dari nilai tertinggi.

e) Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-74% dari nilai

tertinggi.

f) Kurang, apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai

tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap system scoring untuk tingkat

pengetahuan adalah :

d) Baik : Jika jumlah nilai yang diperoleh sebesar 22-30

e) Sedang : Jika jumlah nilai yang diperoleh sebesar 12-21

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deksripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Tanjung Rejo berada dalam Kecamatan Medan Sunggal, Medan,

Sumatera Utara. Kelurahan ini mempunyai luas permukiman sebesar 344 Ha.

Terdapat 24 lingkungan dan 16 buah pos kamling dengan jumlah penduduk sebanyak

28.646 orang, dimana jumlah laki-laki adalah seramai 11.861 dan perempuan adalah

sebanyak 16.785. Terdapat 25 orang penduduk di kelurahan ini mengalami cacat

fisik yaitu tuna netral.

Pendidikan tertinggi penduduk di kelurahan ini adalah S-3 yaitu sebanyak 74

orang, diikuti dengan S-2 sebanyak 361 orang, S-1 sebanyak 970 orang dan

lain-lainnya. Jumlah penduduk yang belum sekolah adalah sebanyak 3.887 orang.

Agama yang dianut oleh penduduk di kelurahan ini adalah Islam sebanyak

16.921 orang, Kristen sebanyak 6,439 orang, Katholik sebanyak 1.875 orang, Hindu

sebanyak 2.474 orang dan Budha sebanyak 937 orang. Etnis terbanyak di kelurahan

ini adalah dari suku Jawa, diikuti dengan Batak, aceh, Cina, India dan lain-lain.

Mata pencarian pokok penduduk di sini paling tinggi adalah sebagai pedagang

yaitu sebanyak 5.497 orang, diikuti dengan buruh/swasta sebanyak 4.271 orang,

tukang kayu sebanyak 1.035 orang dan sebagainya. Jumlah tenaga kerja yaitu

penduduk dengan usia 15-56 tahun adalah sebanyak 14.599 orang dengan jumlah ibu

rumah tangga sebanyak 675 orang dan penduduk yang masih sekolah sebanyak 4.223

orang.

Terdapat 4 buah TK, 11 buah SD/sederajat, 1 buah SLTP/sederajat, 1 buah

SLTA/sederajat dan 2 buah perguruan tinggi. Di kelurahan ini juga tersedia 13 buah

mesjid, 4 buah langgar/surau/mushola, 7 buah gereja Kristen dan 2 buah gereja

katholik. Selain itu, terdapat juga prasarana olah raga seperti lapangan sepak bola

(39)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

Berdasarkan table 5.1. di atas, diketahui bahwa jenis kelamin yang paling

banyak menjadi responden adalah perempuan yaitu sebanyak 53 orang (53%)

berbanding lelaki sebanyak 47 orang (47%).

Table 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

No. Usia Jumlah (orang) %

Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2. di

atas. Kelompok usia responden yang paling banyak adalah usia 26-30 tahun yaitu

sebanyak 23 orang (23%). Pada kelompok usia 31-35 tahun dan 36-40 tahun,

masing-masing bilangan responden adalah sebanyak 19 orang (19%). Terdapat 17 orang

(40)

kelompok usia 46-50 tahun. Pada kelompok usia 51-55 tahun, terdapat 6 orang (6%)

responden manakala pada kelompok usia 56-60 tahun, terdapat 3 orang (3%)

responden. Kelompok usia responden yang paling sedikit adalah pada usia 21-25

tahun yaitu hanya sebanyak 2 orang (2%) responden.

Table 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.3., dapat dilihat bahwa responden yang tingkat

pendidikan akhirnya adalah SMA dan sederajat adalah paling banyak yaitu 63 orang

(63%). Kemudian, yang kedua terbanyak adalah responden yang tingkat akhir

pendidikannya SMP yaitu sebanyak 21 orang (21%). Responden yang tingkat

pendidikan akhirnya SD pula terdapat sebanyak 5 orang (5%) manakala responden

yang tingkat pendidikan akhirnya adalah D1 dan S1 masing-masing sebanyak 4 orang

(4%). Terdapat sebanyak 2 orang (2%) responden yang tingkat pendidikan akhirnya

adalah D3. Responden yang tingkat pendidikan akhirnya adalah S2 adalah sebanyak

(41)

5.1.3 Hasil Analisa Data

Tabel 5.4. Hasil Analisa Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) % 1.

Berdasarkan Tabel 5.4. di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

responden mengenai penyakit Tuberkulosis paling banyak berada pada kategori

sedang yaitu sebanyak 72 orang (72%) diikuti dengan kategori baik sebanyak 26

orang (26%) dan kategori kurang sebanyak 2 orang (2%). Ini menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan masyarakat Tanjung Rejo, Medan tentang penyakit Tuberkulosis

meaih berada di tahap sedang. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden

pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4.

(42)

Berdasarkan Tabel 5.5., dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan tentang

penyakit Tuberkulosis pada responden laki-laki seramai 15 orang (15%) pada

golongan baik, 31 orang (31%) sedang dan 1 orang (1%) kurang baik. Bagi

responden perempuan pula seramai 11 orang (11%) pada tingkat pengetahuan baik,

41 orang (41%) pada golongan sedang dan 1 orang (1%) kurang baik. Paling banyak

responden pada golongan baik adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 15 orang

(15%). Responden yang paling banyak pada golongan sedang adalah responden

perempuan yaitu seramai 41 orang (41%). Pada golongan kurang baik pula, terdapat

sama banyak responden lelaki dan perempuan yaitu masing-masing 1 orang (1%).

Tabel 5.6. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Usia di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

(43)

Berdasarkan Tabel 5.6. di atas dapat dilihat bahwa responden dari kelompok

usia 21-25 tahun, terdapat 1 orang (1%) responden yang berpengetahuan baik dan 1

orang (1%) berpengetahuan sedang. Pada responden yang kelompok usia 26-30

tahun, terdapat 5 orang (5%) berpengetahuan baik dan 18 orang (18%)

berpengetahuan sedang. Terdapat 4 orang (4%) berpengetahuan baik, 14 orang (14%)

berpengetahuan sedang dan 1 orang (1%) responden berpengetahuan kurang baik

pada responden yang kelompok usianya 31-35 tahun. Pada responden yang kelompok

usianya adalah 36-40 tahun, terdapat 11 orang (11%) responden yang berpengetahuan

baik, 7 oarng (7%) responden yang berpengetahuan sedang dan 1 orang (1%)

responden yang berpengetahuan kurang baik. Terdapat 1 orang (1%) responden yang

berpengetahuan baik dan 16 orang (16%) responden yang berpengetahuan sedang

pada kelompok usia 41-45 tahun manakala pada responden yang kelompok usia

46-50 tahun, terdapat 2 orang (2%) yang berpengetahuan baik dan 9 orang (9%)

responden yang berpengetahuan sedang. Pada responden yang kelompok usia 51-55

tahun, terdapat 2 orang (2%) responden yang berpengetahuan baik dan 4 orang (4%)

responden yang berpengetahuan sedang. Pada responden yang kelompok usianya

(44)

Table 5.7. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Pada responden yang tingkat pendidikan akhirnya adalah SD, 1 orang (1%)

berpengetahuan baik dan 4 orang (4%) berpengetahuan sedang. Pada responden yang

tingkat pendidikan akhirnya adalah SMP, terdapat 5 orang (5%) berpengetahuan baik,

15 orang (15%) berpengetahuan sedang dan 1 orang (1%) berpengetahuan kurang

baik. Terdapat 16 orang (16%) yang berpengetahuan baik, 46 orang (46%)

berpengetahuan sedang dan 1 orang (1%) berpengetahuan kurang baik pada

responden yang tingkat pendidikan akhirnya adalah SMA dan sederajat. Pada

responden yang tingkat pendidikan akhirnya adalah D1, terdapat sebanyak 1 orang

(1%) dengan tingkat pengetahuan baik dan 3 orang (3%) tingkat pengetahuan sedang.

Pada responden yang tingkat pendidikan akhirnya adalah D3, terdapat 2 orang (2%)

yang tingkat pengetahuannya baik. Terdapat 1 orang (1%) tingkat pengetahuan baik

dan 3 orang (3%) tingkat pengetahuan sedang pada responden yang tingkat

pendidikan akhirnya adalah S1. Pada responden yang tingkat pendidikan akhirnya

(45)

Tabel 5.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

Item Penularan M. Tuberculosis Gejala Tuberkulosis

Kelompok resiko Tuberkulosis Merokok percepatkan Tuberkulosis Sistem imun mencegah Tubeerkulosis Pencegahan Tuberkulosis

Komplikasi Tuberkulosis

Komplikasi pada kandung kemih

Tuberkulosis berkaitan dengan HIV/AIDS Vaksin mencegah Tuberkulosis

Menutup mulut mencegah Tuberkulosis Gizi mencegah Tuberkulosis

Tuberkulosis bisa sebabkan kematian

55

Pada pertanyaan yang pertama yaitu pernyaan tentang maksud penyakit

Tuberkulosis, terdapat 23 responden (23%) menjawab dengan benar, 22 orang (22%)

yang jawabannya hampir kepada benar dan 55 orang (55%) yang jawabannya salah.

Pada pertanyaan yang kedua yaitu penularan penyakit tuberculosis, terdapat 56 orang

(56%) responden yang menjawab dengan benar, 16 orang (16%) jawaban yang salah

dan 28 orang (28%) jawabannya adalah tidak tahu. Terdapat 81 responden (81%)

menjawab dengan benar, 3 (3%) hampir benar dan 16 (16%) jawaban yang salah pada

pertanyaan ketiga yaitu tentang cara penularan penyakit Tuberkulosis. Pada

pertanyaan keempat yaitu gejala penyakit Tuberkulosis, terdapat 48 orang (48%)

dengan jawaban benar, 7 (7%) hampir benar dan 45 (45%) jawaban salah. Pada

(46)

Tuberkulosis, terdapat 51 orang (51%) menjawab benar, 41 orang (41%) hampir

benar dan 8 orang (8%) yang jawabannya salah. Terdapat 83 orang (83%)

jawabannya benar, 6 orang (6%) jawabannya salah dan 11 orang (11%) yang

jawabannya tidak tahu pada pertanyaan keenam yaitu tentang resiko merokok

mengakibatkan penyakit Tuberkulosis. Pada pertanyaa ketujuh yaitu tentang system

pertahan tubuh yang dapat mencegah infeksi penyakit Tuberkulosis, terdapat 72

responden (72%) menjawab dengan benar, 12 orang (12%) jawaban yang salah dan

16 orang (16%) yang jawabannya tidak tahu.

Pada pertanyaan kedelapan yaitu tentang pencegahan penyakit Tuberkulosis,

terdapat 48 orang (48%) menjawab dengan benar, 36 orang (36%) jawaban hampir

benar dan 16 orang (16%) jawaban salah. Pada pertanyaan kesembilan yaitu tentang

komplikasi pada pentakit Tuberkulosis, terdapat 58 orang (58%) jawabannya benar,

22 (22%) menghampiri benar dan 20 responden (20%) yang jawabannya yang salah.

Terdapat sebanyak 19 orang (19%) jawabannya benar, 46 orang (46%) menghampiri

benar dan 35 (35%) jawaban salah pada pertanyaan ke-10 yaitu tentang komplikasi

pada kandung kemih bagi penyakit Tuberkulosis. Pada pertanyaan ke-11 yaitu

tentang kaitan penyakit Tuberkulosis dan HIV/AIDS, terdapat 21 orang (21%) yang

jawabannya benar, 58 orang (58%) jawaban yang salah serta 21 orang (21%) yang

menjawab tidak tahu. Pada pertanyaan ke-12, yaitu tentang vaksin mencegah

penyakit Tuberkulosis, 53 orang (53%) menjawab dengan benar, 35 (35%)

menghampiri benar dan 12 orang (12%) yang jawabannya salah. Seterusnya pada

pertanyaan ke-13 yaitu berkenaan menutup mulut sebagai langkah pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis, 68 orang (68%) jawapannya benar, 17 orang (17%)

jawaban yang salah serta 15 orang (15%) yang jawabannya tidak tahu. Terdapat

sebanyak 20 orang (20%) jawabannya benar, 69 orang (69%) menghampiri benar dan

11 orang (11%) jawabannya yang salah pada pertanyaan ke-14 yaitu tentang gizi

untuk mencegah penyakit Tuberkulosis. Pada pertanyaan terakhir yaitu pertanyaan

(47)

23 orang (23%) yang menjawab dengan benar, 57 orang (57%) jawaban yang salah

dan 20 orang (20%) yang tidak tahu tentang jawabannya.

5.2 Pembahasan

Menurut Tabel 5.4., tingkat pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis pada

masyarakat Tanjung Rejo, Medan adalah di tingkat sedang. Ini mungkin karena

disebabkan oleh informasi tentang penyakit Tuberkulosis yang diterima dalam

masyarakat Tanjung Rejo adalah sederhana. Ini menjadikan paling banyak responden

berada dalam tingkat sedang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agus Sukrisno (2008) di Puskesmas Pracimantoro I, kabupaten

Wonogiri, Jawa tengah yaitu pengetahuan responden tentang penyakit Tuberkulosis

tinggi yaitu rata-rata 60%. Ini mugkin karena dengan berjalannya waktu, masyarakat

di Kabupaten Wonogiri sudah mengetahu tentang penyakit Tuberkulosis akibat

meluasnya informasi melalui media telivisi, media radio maupun media cetak.

Tabel 5.5., pula menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang penyakit

Tuberkulosis pada responden lelaki adalah lebih tinggi dari perempuan. Ini

kemungkinan karena laki-laki lebih banyak mengetahui informasi mengenai penyakit

Tuberkulosis melalui media seperti telivisi, radio dan juga koran.

Pada Tabel 5.6., dapat dilihat bahwa responden dalam kelompok usia 36-40

tahun memiliki tingkat pengetahuan yang lebiih tinggi tentang penyakit Tuberkulosis.

Ini karena pada usia ini, mereka cenderung untuk menonton telivisi, membaca koran

serta juga majalah. Ini menjadikan mereka mendapat informasi dari media-media

tersebut.

Pada penelitian saya ini, 55 responden (55%) tidak mengetahui apakah

maksud serta penyebab Tuberkulosis. Ini mungkin karena masyarakat lebih

mengenali Tuberkulosis sebagai batuk kering dan tidak mengetahui maksud serta

penyebabnya yang benar. Hanya 22 orang (22%) sahaja yang mengetahui maksud

(48)

Hasil penelitian ini juga menunjukkan 56 responden (56%) mengetahui bahwa

penyakit Tuberkulosis dapat tertular dan 81 orang (81%) responden mengetahui cara

penularan penyakit Tuberkulosis. Hal ini amat penting karena jika masyarakat

mengetahui penyakit Tuberkulosis ini tertular serta cara penularannya, kemungkinan

mereka akan mengambil langkah berjaga-jaga supaya tidak ditularkan penyakit

Tuberkulosis.

Hanya 48 responden (48%) yang mengetahui gejala klinis pada penyakit

Tuberkulosis. Ini amat tidak memuaskan karena masyarakat ini sepertinya tidak

mengambil berat tentang gejala-gejala yang bisa memberikan mereka penyakit yang

berbahaya. 51 orang (51%) menjawab dengan benar pada kelompok yang beresiko

tinggi untuk tertularnya tuberkulosis. Ini menunjukkan masyarakat masih tidak

berhati-hati dengan persekitaran mereka yang bila-bila masa sahaja bisa

menyebabkan mereka sendiri ditularkan penyakit Tuberkulosis.

Terdapat 83 orang (83%) responden mengetahui bahwa merokok bisa

mempercepatkan proses terjadinya penyakit Tuberkulosis. Ini kemungkinan karena

jumlah perokok yang semakin meningkat. Kemungkinan perokok ini mengetahui

kaitan Tuberkulosis dengan merokok melalui kotak rokok ataupun iklan-iklan rokok.

Pertanyaan yang paling banyak salah adalah mengenai kaitan penyakit

Tuberkulosis dengan HIV/AIDS yaitu sebanyak 58 orang (58%) responden

menjawab salah. Ini mungkin karena ramai yang mengetahui bahwa HIV/AIDS amat

berbahaya tetapi mereka tidak mengetahui tentang infeksi oportunistik yang berkaitan

dengan HIV/AIDS. Penyakit Tuberkulosis adalah salah satu dari penyakit infeksi

oportunistik.

Hanya 23 orang (23%) yang bersetuju bahwa penyakit Tuberkulosis bisa

menyebabkan kematian. Ini kemungkinan karena masyarakat masih tidak mengambil

bertat tentang penyakit Tuberkulosis dan menganggap penyakit ini sesuatu yang tidak

terlalu serius jika dibandingkan dengan penyakit lain.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyebutkan

(49)

mempunyai bahasa yang mampu dikomunikasikan informasi yang diperolehi. Jika

bahasa yang dikomunikasikan tersebut salah diterima, maka pengetahuan tentu tidak

akan berkembang dengan baik. Menurut teori BLOOM terdapat 6 tingkatan yaitu,

tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Memahami (comperhension) diartikan sebagai kemampuan

menjelaskan secara benar. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Analisis (analysis) adalah suatu

kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen.

Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Semua tingkatan di atas itu harus tercapai

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada masyarakat yang

diwakili oleh kepala keluarga di Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan

mengenai penyakit Tuberkulosis masih di tingkat sedang yaitu 72%.

2. Pengetahuan responden tentang penyakit Tuberkulosis yang paling baik

adalah 83% yaitu berhubungan bahwa merokok dapat mempercepat

terjadinya penyakit Tuberkulosis.

3. Responden lelaki lebih baik pengetahuannya tentang penyakit Tuberkulosis

berbanding dengan perempuan yaitu 15% dibandingkan dengan 11%

6.2 Saran

1. Diharapkan penelitian lanjutan dilakukan untuk melihat korelasi antara

pengetahuan dan pencegahan penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung

Rejo ini.

2. Pihak Dinas Kesehatan, puskesmas dan kelurahan perlu meningkatkan

penyuluhan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit

Tuberkulosis.

3. Masyarakat perlu mempunyai inisiatif dan upaya sendiri contohnya menutup

mulut ketika batuk dan bersin untuk mencegah tertularnya penyakit

Tuberkulosis tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah.

4. Diharap agar masyarakat dapat memilah jenis-jenis informasi yang baik dalam

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2007. Analisis Data Penelitian Deskriptif dalam Manajemen Penelitian.

Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 268-273.

Federal Bureau of Prisons, 2010. Management of Tuberculosis. Clinical Practice

Guidelines : 9.

Innes, J.A., Reid, P.T., 2006. Tuberculosis. Respiratory Disease. Dalam: Boon N.A.,

Davidson’s Principle & Practice of Medicine. 20th ed. Churchill Livingstone

Elsevier: 695-702.

Notoadmodjo, S., 2005. Teknik Pengambilan Sampel. Dalam: Metodologi Penelitian

Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 79-92.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2002. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis &

Penatalaksanaan di Indonesia.

Purnamasari Y., 2009. Hubungan Merokok dengan Angka Kejadian Tuberkulosis

Paru Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diunduh dari :

Maret 2010].

Rachmad, Y.N., 2008. Memahami Penyakit Tuberkulosis. Diunduh dari :

[Diakses 12 April 2010].

Rahmawati V.K., 2009. Pemberantasan dan Pencegahan Tuberkulosis. Diunduh dari

(52)

Ratnawati L.Y., 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada

Pasien Tuberkulosis Paru Rawat Jalan. Diunduh dari :

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Tuberkulosis. Diunduh dari :

Setiyaningsih, S.M., 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Petugas

TBC Dengan Angka Penemuan Kasus TBC Diwilayah Kerja Puskesmas

Kabupaten Boyolali. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Jakarta : 16-22.

Squire B., 2009. Tuberculosis. Dalam : Gill G. & Beeching N., ed. Tropical

Medicine. Wiley-Blackwell, United Kingdom : 85-99.

Taufiq A., 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam : Laporan Pendek Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1-4.

TB Indonesia, 2010. Situasi Epidemiologi TB Di Indonesia. Diunduh dari :

Varaine, F., Henkens, M., and Grouzard, V., 2010. Tuberculosis. 5th ed. Medecins

Sans Frontieres : 16.

Wahyuni, A.S., 2006. Statistika Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas

(53)

World Health Organization, 2004. Global Plan To Stop Tuberculosis. Diunduh dari :

[Diakses 10 Maret 2010].

World Health Organization, 2009. Global Tuberculosis Control. Diunduh dari :

10 Maret 2010].

Sukrisno A., 2008. Tuberkulosis Paru. Dalam : Hubungan Tingkat Pengetahuan

(54)

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aliaa Amirah binti Md. Kamaru Al-Amin

Tempat/Tanggal Lahir : Terengganu, Malaysia/20 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Padang, No. 105/133, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tadika St. Teressa, Terengganu (1995-1996)

2. Sekolah Kebangsaan Putera Jaya,Setiu (1996-2000)

3. MRSM Muadzam Shah, Pahang (2001-2003)

4. MRSM Serting, Negeri Sembilan (2004-2005)

5. Kolej Matrikulasi Gambang, Pahang (2006-2007)

6. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

Medan, Indonesia (2007-sekarang)

(55)

Lampiran 2 : Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

I Data Responden

No Responden :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

II Pengetahuan

1. Menurut anda, apakah itu penyakit Tuberkulosis ?

a) Penyakit yang disebabkan infeksi oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis

b) Penyakit inflamasi hati akibat serangan virus Mycobacterium Tuberculosis

c) Penyakit inflamasi paru akibat autoimun dari virus Mycobacterium Tuberculosis

2. Adakah penyakit Tuberkulosis dapat menular? a) Ya

b) Tidak c) Tidak tahu

(56)

4. Apakah gejala-gejala bagi penderita penyakit Tuberkulosis?

a) Bersin selama seminggu, mual dan muntah, penurunan nafsu makan, urin bewarna gelap

b) Demam yang tidak terlalu tinggi, keringat malam, batuk-batuk, penurunan nafsu makan

c) Demam, penglihatan kabur, penurunan berat badan, muntah

5. Kelompok manakah yang beresiko tinggi untuk mengalami penyakit Tuberkulosis?

a) Pekerja di kantor b) Petugas kesehatan

c) Pelajar-pelajar di asrama sekolah

6. Pada pendapat anda, adakah merokok dapat mempercepat proses terjadinya penyakit TB?

a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu

7. Adakah sistem pertahanan tubuh yang kuat dapat mencegah infeksi penyakit Tuberkulosis?

a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu

8. Bagaimanakah cara mencegah terjadinya penyakit Tuberkulosis? a) Bergaul dengan teman-teman

b) Tidak keluar dari rumah c) Pengambilan imunisasi

9. Apakah komplikasi daripada penyakit Tuberkulosis? a) Hepatitis

(57)

10.Apakah komplikasi yang terjadi pada kandung kemih jika terinfeksi M. tuberculosis?

a) Kencing berdarah

b) Penghasilan urin yang berkurang c) Nyeri ketika berkemih

11.Adakah TB berkait rapat dengan HIV/AIDS? a) Ya

b) Tidak c) Tidak tahu

12.Apakah vaksin yang digunakan untuk mencegah Tuberkulosis? a) Vaksin DPT

b) Vaksin BCG

c) Vaksin campak

13.Adakah menutup mulut ketika batuk dan bersin bisa mencegah penularan penyakit Tuberkulosis?

a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu

14.Gizi yang baik untuk mencegah penularan penyakit Tuberkulosis adalah : a) Makanan rendah lemak dan protein

b) Makanan berlemak dan berminyak c) Makanan tinggi karbohidrat dan protein

15.Adakah penyakit Tuberkulosis bisa menyebabkan kematian? a) Ya

(58)

Lampiran 3 : Informed Consent

INFORMED CONSENT

JUDUL PENELITIAN : TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT

TUBERKULOSIS PADA MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG

REJO-MEDAN TAHUN 2010

Saya, Aliaa Amirah adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

pengetahuan masyarakat kelurahan Tanjung Rejo tentang penyakit Tuberkulosis.

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuesioner ini untuk

mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh karena itu,

saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan. Setiap data yang ada di kuesioner ini tidak akan disebarluaskan. Data-data

tersebut hanya akan digunakan sebagai penelitian.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan hati

nurani anda. Anda bebas memilih jawaban karena tidak ada patokan jawaban yang

benar atau salah. Pertanyaan terdiri dari beberapa tipe, pilihlah salah satu dari pilihan

jawaban yang diberikan.

Responden, Peneliti,

Gambar

Tabel 2.1.  Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi M. tuberculosis
Tabel 2.2.
Tabel 4.1.  Nilai Validitas dan Reliabilitis untuk Pertanyaan Pengetahuan
Tabel 4.2. Sistem Skor Bagi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

In this study, the PROSPECT model for leaf directional hemi- spherical reflectance has been adapted to the close-range remote- sensing case by adding two parameters describing

Figure 9: Kappa (in %) reached for rbf SVM classification for merged band subsets selected at the different levels of the hier- archy (built for band merging criterion

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemahaman guru mata pelajaran biologi dalam penyusunan silabus terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan

Pemberian tepung daun katuk 10% dalam ransum nyata (p<0,05) menurunkan konversi pakan dan sangat nyata (P<0,01) menurunkan produksi telur duck day. Ransum perlakuan

Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan.. Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan

Pada hari ini Kamis tanggal Delapan bulan Nopember Tahun Dua Ribu Dua Belas , kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Bina Marga dan