• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (FOOD AND BEVERAGE) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2005-2008).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (FOOD AND BEVERAGE) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2005-2008)."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh : CANDRA PUSPITA

0513010279/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2005-2008)

Yang diajukan

CANDRA PUSPITA 0513010279 / FE / EA

disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi Tanggal : ………

NIP. 030 217 167

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(3)

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penulisan ini.

4. Bapak Dr. Agus Masrukhin , selaku Dosen Wali yang telah mendidik dan memberikan pengarahan kepada penulis selama menjadi mahasiswi.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswi. 6. Bapak dan Ibu yang telah memberi semangat dan doa serta kasih sayang,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(4)

ii dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, 22 Maret 2010

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ………...1

1.1 Latar Belakang ………...1

1.2 Perumusan Masalah ………7

1.3 Tujuan Penelitian ………7

1.4 Manfaat Penelitian ………...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..9

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………...9

2.2 Landasan Teori………...11

2.2.1 Laporan Keuangan………...11

2.2.1.1 Definisi Laporan Keuangan………11

2.2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan………..13

2.2.1.3 Jenis Laporan Keuangan...14

2.2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan...16

2.2.1.5 Pengguna Laporan Keuangan...17

2.2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan...20

2.2.2 Analisis Laporan Keuangan...22

2.2.2.1 Definisi dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan...22

2.2.2.2 Metode Analisis Laporan Keuangan...24

2.2.2.3 Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan...26

(6)

2.2.3 Analisis Rasio Keuangan………...28

2.2.3.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan…………...28

2.2.3.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan………..28

2.2.3.3 Penggolongan Rasio Keuangan………..30

2.2.3.3.1 Likuiditas………...32

2.2.3.3.2 Struktur Keuangan (leverage)...33

2.2.3.3.3 Rentabilitas/ Profitabilitas………..35

2.2.3.3.4 Aktivitas Perusahaan...37

2.2.4. Penilaian Kinerja Keuangan...39

2.2.5. Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan……….42

2.2.6 Pengaruh Rasio ROA Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan………...…42

2.2.7 Pengaruh Rasio Perputaran Total Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan………...43

2.2.8 Pengaruh Rasio Debt To Total Assets Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan…………...……43

2.2.5. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan………...44

2.3 Kerangka Pimikiran………...46

2.4 Hipotesis...46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...47

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...47

3.2 Teknik Penentuan Sampel...49

3.2.1 Populasi...49

3.2.2 Sampel...50

3.3 Teknik Pengumpulan Data...51

3.3.1 Jenis Data...51

3.3.2 Sumber Data...51

3.3.3 Pengumpulan Data...51

3.4 Uji Kualitas Data...52

(7)

3.4.1 Uji Normalitas...52

3.5 Uji Asumsi Klasik...52

3.5.1 Autokorelasi...53

3.5.2 Multikolinieritas...54

3.5.3 Heteroskedastisitas...55

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...56

3.2.3 Teknik Analisis...56

3.2.4 Uji Hipotesis...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 61

4.1.1. Sejarah Umum PT. Aqua Golden Mississippi Tbk ... 61

4.1.2. Sejarah Umum PT. Cahaya Kalbar Tbk ... ... 61

4.1.3. Sejarah Umum PT. Delta Djakarta Tbk ... 62

4.1.4. Sejarah Umum PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ... 63

4.1.5. Sejarah Umum PT. Mayora Indah Tbk ... 63

4.1.6. Sejarah Umum PT. Multi Bintang Indonesia Tbk ... 64

4.1.7. Sejarah Umum PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk ... 64

4.1.8. Sejarah Umum PT. Sekar Laut Tbk ... 65

4.1.9. Sejarah Umum PT. Siantar Top Tbk ... 66

4.1.10.Sejarah Umum PT. SMART Tbk ... 66

4.1.11.Sejarah Umum PT. Tunas Baru Lampung Tbk ……… 67

4.1.12.Sejarah Umum PT. Ultrajaya Milk Tbk ………... 68

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.2.1. Data Rasio Lancar (X1) ... 69

4.2.2. Data Return On Assets (X2) ... 70

(8)

4.2.3. Data Perputaran Total Aktiva (X3) ... 71

4.2.4. Data Debt To Total Assets (X4) ... 72

4.2.5. Data Kinerja Keuangan (laba bersih) (X5) ... 73

4.3. Uji Kualitas Data ... 74

4.3.1. Uji Normalitas ... 74

4.4. Uji Asumsi Klasik... 75

4.4.1. Autokorelasi ... 75

4.4.2. Multikolinieritas ... 76

4.4.3. Heteroskedastisitas ... 77

4.5. Uji Asumsi Klasik Setelah Di Log... 79

4.5.1. Autokorelasi ... 79

4.5.2. Multikolinieritas ... 80

4.5.3. Heteroskedastisitas ... 80

4.6. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 81

4.7. Uji Hipotesis ... 84

4.7.1. Hasil Pengujian Secara Parsial ... 84

4.7.2. Hasil Kecocokan Model ... 85

4.8. Pembahasan ... 87

4.8.1. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 90

4.8.2. Keterbatasan Penelitian... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 93

(9)

vii

5.2. Saran ……….. 93

(10)

Candra Puspita

Abstraksi

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan bisa menyangkut bidang manajerial dan operasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil keputusan akan terdeskripsi pada laporan keuangan perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi, arus kas dan perubahan laba. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan rasio keuangan terhadap perubahan kinerja perusahaan manufaktur (food & beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2008.

Variabel penelitian adalah Rasio Lancar (Xı), Return On Assets (X2), Rasio

Perputaran Total Aktiva (X3), Debt To Total Assets (X4) dan kinerja keuangan

(Y) Sampel penelitian ini 12 perusahaan Manufaktur (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008 sedangkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representatif dari. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis secara parsial (uji t) dan secara simultan (uji F).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga Variabel – variabel rasio keuangan (rasio lancar, return on assets, rasio perputaran total aktiva, debt to total assets), berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan manufakur (Food and Beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2005-2008), tidak dapat terbukti kebenarannya, karena berdasarkan hasil pengujian hanya variabel return on asset yang terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan..

Keywords: Rasio Lancar, Return On Assets, Rasio Perputaran Total Aktiva, Rasio Debt To Total Assets dan kinerja keuangan.

(11)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha sekarang ini ditandai dengan banyak bermunculnya usaha-usaha baru. Dalam dunia usaha yang berkembang semakin pesat ini, menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga menjadi tinggi. Sehingga timbul persaingan yang semakin tajam dan kompetitif dalam dunia usaha. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu untuk mengelola faktor-faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien agar tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dan optimal tercapai. Dalam hal ini, perusahaan juga dituntut untuk mampu menentukan kinerja perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat (Meriewaty dan Yuli, 2005: 105). Pengambilan keputusan bisa menyangkut bidang manajerial dan operasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil keputusan akan terdeskripsi pada laporan keuangan perusahaan seperti

(12)

neraca, laporan laba rugi, arus kas dan perubahan laba (Prastowo, 1995) dalam (Tulasi, 2006: 366).

Laporan keuangan merupakan media yang digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan. Sehingga untuk dapat mengetahui dan memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, diperlukan suatu analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak eksternal seperti investor, kreditor, agen pemerintah, masyarakat umum maupun pihak internal perusahaan sendiri. Antara pengguna laporan keuangan yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Pemegang saham akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Investor memerlukan informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya. Karyawan berkepentingan terhadap laporan keuangan agar perusahaan selalu berkembang dan menghasilkan laba, disamping itu untuk melihat rencana pensiun di masa depan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 105).

(13)

Dalam Statement Of Financial Accounting Concept No.1, menyatakan bahwa sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tetang prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Salah satu parameter kinerja adalah laba, laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidak mampuan perusahaan untuk mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya yang tercantum di dalam neraca. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 107). Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik maka laba perusahaan juga baik. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan.

(14)

dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.

Dipilihnya perusahaan Food and Beverage sebagai objek penelitian ini merupakan salah satu perusahaan yang memegang peranan penting dalam kebutuhan masyarakat. Dengan tingginya minat kebutuhan konsumen, semakin besar pula persaingan dalam dunia usaha ini. Meskipun kondisi ekonomi di Indonesia saat ini tidak terlalu bagus, permintaan pasar akan kebutuhan makanan dan minuman ini tidak terpengaruh sedikitpun.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia ini akan berpengaruh pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak terkecuali pada perusahaan industri Food and Beverage ini. Meskipun demikian, dalam periode krisis tersebut jumlah industri di sektor Food and Beverage ini tetap tumbuh, dari 4.573 industri tahun 1998, 4.666 industri untuk tahun 1999, dan 4.681 industri pada tahun 2001. Dapat diketahui bahwa dari tahun 1998-2001 industri Food and Beverage tetap bisa berkembang meskipun krisis ekonomi melanda Indonesia. Hal ini tentu tidak terlepas dari pengelolaan model kerja yang efektif dan kemampuan perusahaan dalam bersaing.

(15)

Tabel 1.1: Rasio Lancar, Perputaran Total Aktiva, Rasio Return On Assets (ROA) dan Debt To Total Assets terhadap Kinerja Keuangan (laba bersih) Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang go publik di BEI (dalam Jutaan Rupiah)

No Nama Perusahan Tahun Laba Bersih Rasio Lancar (%) TATO (%) ROA (%) DAR (%) 1. PT Multi

Bintang Indonesia Tbk. 2005 2006 2007 2008 87.014 73.581 84.385 222.307 68 53 59 93 148 146 157 141 15,12 12,05 13,57 23,61 60,38 67,48 68,19 63,43 2. PT Delta

Djakarta Tbk. 2005 2006 2007 2008 56.405 43.284 47.331 83.754 369 375 417 379 80 69 74 96 10,49 7,58 8,99 11,99 24,34 24,14 22,21 67 3. PT Aqua

Golden Mississippi Tbk. 2005 2006 2007 2008 64.350 48.850 65.913 82.336 710 728 709 782 213 212 219 232 8,79 6,14 7,39 8,20 43,44 43,12 42,35 41,10 Sumber: Data Laporan Keuangan Perusahaan Di BEI

Dari table 1 dapat dijelaskan bahwa perusahaan food and beverages mengalami perubahan kinerja keuangan (laba bersih) pada periode 2005-2008. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan tersebut (Meriewaty dan Yuli, 2005: 107). Rasio lancar, perputaran total aktiva, ROA dan debt to total assets merupakan sebagian rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang mengalami perubahan kinerja keuangan (laba bersih) sebagai berikut:

(16)

penurunan pada tahun 2005-2008 sebesar 7%. ROA mengalami peningkatan pada tahun 2005-2008 sebesar 8,49%. DAR mengalami peningkatan pada tahun 2005-2007 sebesar 7,81% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 4,76%.

2. PT Delta Djakarta Tbk, laba bersih mengalami peningkatan pada tahun 2005-2008 sebesar Rp 27.349.000.000. Rasio lancar mengalami peningkatan pada tahun 2005-2007 sebesar 48% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 38%. TATO mengalami peningkatan dari tahun 2005-2008 sebesar 16%. ROA pada tahun 2005-2007 mengalami penurunan sebesar 1,5% dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 3%. DAR mengalami peningkatan dari tahun 2005-2008 sebesar 42,66%.

3. PT Aqua Golden Mississippi Tbk, laba bersihnya mengalami peningkatan dari tahun 2005-2008 sebesar Rp17.986.000.000. Untuk rasio lancar juga mengalami peningkatan dari tahun 2005-2008 sebesar Rp 72%. TATO mengalami peningkatan dari tahun 2005-2008 sebesar 19%. ROA mengalami penurunan pada tahun 2005-2008 sebesar 0,59%. DAR juga mengalami penurunan pada tahun 2005-2008 sebesar 2,34%

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah analisis rasio keuangan (rasio lancar, return on assets, perputaran total aktiva, debt to total assets) berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan Manufaktur ( Food and Beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2005-2008)?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan manufaktur (food & beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2008.

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Saran dan kesimpulan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada pihak manajer dalam penetapan kebijakan perusahaan.

b. Bagi Universitas

(18)

c. Bagi Penulis

(19)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Meriewati dan Setyani (2005)

a Judul: “Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”

b Perumusan Masalah: “Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?”

c Hipotesis: Rasio keuangan (rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas) terhadap perubahan kinerja (EAT dan OP) pada tahun 1999-2003.

d Kesimpulan:

1. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk earning after tax) adalah rasio Total Capital Assets, Total Assets Turnover, dan Return On Investment.

2. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk operating profit) adalah Current Rasio.

(20)

2. Hartati (2006)

a Judul: “Analisa rasio keuangan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan pada beberapa perusahaan industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.

b Perumusan Masalah: “Apakah analisa rasio keuangan dapat dipakai sebagai alat bantu untuk menilai kinerja perusahaan rokok yang go publik di pasar modal (penelitian di PT. Bursa Efek Jakarta periode 2003-2004)?”

c Hipotesis: Diduga variabel-variabel rasio likuitditas (current rasio dan cash rasio), rasio rentabilitas ( return on assets dan net profit margi), rasio solvabilitas (debt to total assets dan debt to quity) dan rasio aktivitas (fixed assets turnover dan total assets turnovel) dapat di pergunakan untuk menilai kinerja perusahaan pada PT. Gudang Garam Tbk., PT. HM Sampoerna Tbk., PT. BAT Indonesia Tbk. Di PT. Bursa Efek Jakarta.

(21)

3. Riyadi (2006)

a. Judul: “Analisis rasio keuangan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan Asuransi kerugian yang go public di Bursa Efek Jakarta”

b. Perumusan Masalah: “Apakah rasio early warning system mampu memprediksi kinerja keuangan pada perusahaan Asuransi kerugian yang go public di Bursa Efek Jakarta?”

c. Hipotesis: Diduga bahwa 14 rasio early warning system dapat memprediksi kinerja keuangan dimasa yang akan datang.

d. Kesimpulan: bahwa diantara 14 rasio early warning system yang diteliti,variabel rasio tingkat kecukupan dana dan rasio komisi yang mampu memprediksi kinerja keuangan pada perusahaan Asuransi kerugian yang go public di Bursa Efek Jakarta.

(22)

penelitian ini, karena penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 dengan menggunakan data berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca periode januari 2005 sampai dengan desember 2008.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1.Definisi Laporan Keuangan

Definisi Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 1) adalah: ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

(23)

Munawir (2007: 6) “Laporan keuangan adalah bersifat histories serta menyeluruh dan sebagai suatu progres report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan pendapatan pribadi”.

Munawir (2007: 2) “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut laporan keuangan disusun dengan tujuan sebagai penghubung antara perusahaan dengan pihak-pihak lain yang membutuhkan laporan keuangan tersebut dan melalui laporan keuangan dapat dinilai struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, efektivitas penggunaan aktiva, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, pendapatan yang telah diperoleh, beban-beban yang harus dibayar, serta nilai buku tiap lembar saham.

2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan

(24)

bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Menurut Harahap (1999: 133) menjelaskan bahwa APB Statement No.4 (AICPA), menggambarkan tujuan laporan keuangan yang dibagi menjadi 2 tujuan yaitu:

1. Tujuan Umum

Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.

2. Tujuan Khusus

Memberikan informasi tentang kekayaan kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan, serta informasi lainnya yang relevan.

Menurut Prastowo (2005: 5) “Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:

a. Aktiva b. Kewajiban c. Ekuitas

(25)

2.2.1.3.Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (1999: 4) “Laporan keuangan terdiri dari :

1.) Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan (harta, utang, dan modal) pada satu tanggal tertentu.

2.) Laba/Rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

3.) Laporan dan sumber penggunaan dana, sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode (dana bisa diartikan kas atau modal kerja).

4.) Laporan arus kas merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.

Sedangkan jenis laporan keuangan menurut Darsono (2005: 18) menjelaskan bahwa PSAK NO.1, laporan keuangan dibagi menjadi 5 yang terdiri dari:

1. Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca.

(26)

pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.

3. Laporan arus kas, laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri dari kas untuk kegiatan operasional, kas untuk kegiatan investasi, dan kas untuk kegiatan pendanaan.

4. Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.

5. Catatan atas laporan keuangan, isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Apabila penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran.

2.2.1.4.Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 5) diuraikan sebagai berikut:

1. Dapat dipahami

(27)

Maksudnya pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi bersifat relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi posisi keuangan dan kinerja masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan.

3. Keandalan

(28)

4. Penyajian jujur

Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

5. Kelengkapan

Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam bacasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

6. Dapat dibandingkan

(29)

2.2.1.5.Pengguna Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK (2007: 2) “Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili, mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja.

(30)

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah

(31)

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, dan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pengguna.

2.2.1.6.Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2007: 9) keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan terdapat pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan, serta bukan merupakan laporan yang final.

(32)

dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. 3. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi suatu analisa dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru (mislending).

(33)

Keterbatasan laporan keuangan menurut Darsono (2005: 25) antara lain:

1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali.

2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada keterlibatan administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi.

3. laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian. 4. Penyajian laopran keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi,

sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis.

5. Laporan keuangan mengikuti satandar (SAK) yang mungkin terjadi perubahan aturan setiap tahun.

2.2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.2.1.Definisi dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan

(34)

dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri”.

Agar analisis yang dilakukan bersifat efisien dan terarah, maka tujuan analisis harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena masing-masing tujuan memerlukan data yang berbeda. Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain:

1. Screening, Untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa terjun langsung ke lapangan.

2. Understanding, Untuk memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

3. Forecasting, Untuk meramalkan kondisi dan kinerja keuangan di masa mendatang.

4. Diagnosis, Untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasional, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

5. Evaluation, Untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

(35)

sumber daya perusahaan, serta sebagai langkah dimulainya perencanaan kegiatan bagi peningkatan kinerja pada masa yang akan datang. Bagi investor, dapat menilai dan memprediksi profitabilitas, deviden, dan peningkatan kekayaan. Kreditur berkepentingan untuk mendapatkan gambaran tentang prospek pengembalian pokok pinjaman, bunga dan proteksi resiko. Pemerintah membutuhkan informasi untuk pembayaran pajak, karyawan untuk kesejahteraan (gaji) dan keberlanjutan pekerjaan, serta masyarakat berkepentingan dengan kewajiban social perusahaan dan tanggungjawabnya terhadap lingkungan. Maka secara umum analisis laporan keuangan bertujuan untuk:

a. mengestimasi kondisi perusahaan pada masa yang akan datang (sebagai alat forecasting).

b. menetapkan alternatif investasi dan meger (alat screening awal).

c. mendiagnosis masalah-masalah manajemen, terutama financial distress dan operasionalisasinya (alat diagnosis masalah).

d. mengevaluasi kinerja manajemen secara keseluruhan.

2.2.2.2.Metode Analisis Laporan Keuangan

(36)

1. Analisis laporan keuangan komparatif (comparative financial statement analysis) atau disebut juga analisis horizontal. Saldo akun dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri.

2. Analisis laporan keuangan berukuran sama (common-size financial statement) disebut juga analisis vertikal.

3. Analisis rasio (rasio analysis) 4. Analisis arus kas

5. Penilaian

Menurut Harahap (1999: 20) teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan antara lain:

1. Metode komparatif 2. Analisa trend

3. Laporan keuangan bentuk Commond Size 4. Metode index time series

5. Analisa Rasio

6. Teknik analisa lain seperti : analisa sumber dan penggunaan dana, analisa break even, analisa gross profit, dupont analysis

7. Model analisa

Menurut Jumingan (2006: 242) berdasarkan tekniknya analisis keuangan dapat dibedakan mejadi beberapa analisis antara lain:

(37)

dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam presentase (relatif).

2. Analisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3. Analisis presentase per komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya.

4. Analisis sumber penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5. Analisis sumber penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan pada suatu periode waktu tertentu.

6. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. 8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis antuk mengetahui

(38)

2.2.2.3. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

Keterbatasan analisa laporan keuangan menurut Harahap (1999: 201) yaitu:

1. Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.

2. Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini.

3. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

4. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada dan sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun asset.

5. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material.

6. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Akuntansi didominasi informasi kuantitatif.

(39)

2.2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.2.3.1.Definisi Analisis Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Menurut Jumingan (2006: 242) “Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi”. Menurut Harahap (1999: 297) “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) seperti antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya”. Teknik analisa rasio keuangan sangat lazim digunakan para analisa keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.

2.2.3.2.Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sawir (2001: 44) Keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain adalah:

(40)

2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

Sedangkan menurut Harahap (1999: 298) keterbatasan analisa rasio ini antara lain:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini yaitu :

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

(41)

2.2.3.3.Penggolongan Rasio Keuangan

Pada dasarnya angka-angka rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Galongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka tersebut diperoleh, dan golongkan yang kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan. Menurut Jumingan (2006: 120-121) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), ratio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka dan sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya.

(42)

Menurut Riyanto (1995: 330) penggolongan ratio berdasarkan tujuan analis dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan antara lain sebagai berikut:

1. Rasio-rasio likuiditas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio dan lainnya).

2. Rasio-rasio leverage, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan lainnya). 3. Rasio-rasio aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk

mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turnover, average collection period dan lainnya).

4. Rasio-rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worthi dan lainnya).

(43)

produktivitas, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah:

a. Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki aktiva lancar liquid cukup untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo/kewajiban jangka pendek (Sawir, 2001: 8). Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah:

1.) Rasio Lancar (Current Ratio)

(Sawir, 2001: 8) Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva-aktiva yang diperkirakan akan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.

Current rasio yang rendah menunjukkan terjadinya masalah likuiditas, sebaliknya suatu perusahaan yang current rationya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.

Aktiva Lancar Rasio Lancar =

(44)

2.) Rasio Cepat (Quick Rasio)

Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat =

Utang Lancar

(Sawir, 2001: 10) Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jika quick rasio lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka quick rasio yang dianggap baik adalah 1 (satu).

3.) Rasio Kas (Cash Ratio)

Kas + Sekuritas yang dapat dipasarkan Rasio Kas =

Utang Lancar

(Sawir, 2001: 10) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.

b. Leverage / solvabilitas

Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau di finansir oleh pihak luar atau dengan kata lain financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan (Fakhruddin, 2001: 61).

(45)

Adapun rasio-rasio leverage yang digunakan adalah: 1.) Rasio Utang (Debt Ratio/Debt to Total Assets Ratio)

(Fakhruddin, 2001: 61) Rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasl dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar pula risiko yang dihadapi.

Total Utang Rasio Utang =

Total Aktiva

2.) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER)

(Fakhruddin, 2001: 61) Rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Tingkat debt to equity ratio (DER) yang aman biasanya kurang dari 50 persen. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan.

Total Utang DER =

Total Modal Sendiri

3.) Rasio Laba terhadap Beban Bunga (Time Interest Earned / TIE)

(Fakhruddin, 2001: 61) Laba Operasi

TIE =

(46)

Rasio ini menunjukkan hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dengan bunga utang jangka panjang. Rasio ini menggambarkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang, atau dengan kata lain rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga.

c. Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga dengan profitabilitas menggambarakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah:

1.) Marjin Laba (Profit Margin)

(Harahap, 1999: 304) Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

Pendapatan Bersih Marjin Laba =

Penjualan

2.) Daya Laba Dasar (Basic Earning Power/Rentabilitas Ekonomi)

Laba Sebelum Bunga dan Pajak Daya Laba Dasar =

(47)

(Harahap, 1999: 305) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.

3.) Hasil Pengembalian atas Total Aktiva (Return On Invesment/ROI)

(Munawir, 2007: 89) Rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Laba Bersih ROI =

Total Aktiva

4.) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return On Equity/ROE)

Laba Bersih ROE =

Rata-rata

(Harahap, 1999: 305) Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.

5.) Hasil Pengembangan atas Total Aktiva (Retu On Assetn /ROA )

Laba Bersih ROA =

(48)

(Munawir, 2007: 89) Rasio ini memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola aktiva secara efektif. Semakin besar angka rasio ini maka akan semakin baik, karena hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva perusahaan dimanfaatkan secara efektif dalam menghasilkan laba.

d. Analisis Aktivitas Perusahaan

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah:

1.) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan = x 100% Rata-rata Persediaan

(Darsono, 2005: 60) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti beberapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka semakincepat persediaan diubah menjadi penjualan.

2.) Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period)

Piutang

(49)

(Sawir, 2001: 16) Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata-rata-rata jangka waktu lamanya perusahaanharus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.

3.) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Penjualan Rasio Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Bersih

(Sawir, 2001: 16) Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Semakin besar rasio ini maka menunjukkan perusahaan tersebut sudah memanfaatkan modal kerja dengan efisien dan efektif.

4.) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Penjualan Rasio Perputaran Aktiva Tetap =

Aktiva Tetap

(50)

pendapatan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan yang tinggi.

5.) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) Penjualan Rasio Perputaran Total Aktiva =

Total Aktiva

(Sawir, 2001: 17) Rasio ini merupakan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik.

2.2.4. Penilaian Kinerja Keuangan

(51)

tentang berapa jumlah dana yang dibagikan kepada pemilik modal baik dalam bentuk cash devidend atau stock devidend. Hasil keputusan akan terdeskripsi pada laporan keuangan perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi, arus kas dan perubahan laba (Prastowo, 1995: 53) dalam Tulasi (2006: 366). Maka untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan analisis atas laporan keuangan perusahaan karena laporan keuangan merefleksikan efek kumulatif keputusan strategik, operasi pendanaan perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 191) dalam Tulasi (2006: 366).

Menurut Meriewaty dan Yuli (2005: 106) kinerja keuangan perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja dalam suatu perusahaan. Salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk periode tertentu. Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas berbagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk periode tertentu.

(52)

kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisis rasio dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah. Ukuran-ukuran kinerja akan mengidentifikasi efektifitas penggunaan aktiva oleh perusahaan, dan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja akan memberikan gambaran yang memadai (Helfert, 1996: 345).

Menurut Munawir (2007: 31) tujuan penilaian kinerja yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan untuk memenuhi kewajiban saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas yaitu menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu.

(53)

2.2.5. Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada rasio aktiva lancar kemampuannya untuk menutup hutang lancar juga disebut sebagai modal kerja. Karena modal kerja merupakan selisih lebih antara aktiva lancar di atas hutang lancar. Manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan keuntungan atau laba dari setiap kegiatan operasi yang dilakukan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 115). Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum (Darsono, 2005: 52).

2.2.6. Pengaruh Rasio ROA Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

(54)

menggunakan rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan (Darsono, 2005: 57).

2.2.7. Pengaruh Rasio Perputarn Total Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Rasio perputaran total aktiva merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu selama satu tahun (Munawir, 2007: 88). Perputaran total aktiva adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini, kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan (Darsono, 2005: 60). Rasio perputaran adalah salah satu dari beberapa petunjuk yang secara bersama-sama dapat menunjukkan kinerja yang baik atau kurang baik (Helfert, 1996: 78).

2.2.8. Pengaruh Rario Debt To Total Assets Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

(55)

Rasio ini juga menyediakan informasi tenteng kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kredito. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil (Darsono, 2005: 54). Ukuran-ukuran kinerja akan mengidentifikasikan efektifitas penggunaan aktivitas oleh perusahaan, dan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja akan memberikan gambaran yang memadai.

(56)

Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperolah laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, dan hubungan antara unsur-unsur yang membentu necara dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandian antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan bermanfaat untuk menentukan kekuatan hubungan rasio keuangan dengan fenomena ekonomi (Meriewaty dan Yuli, 2005: 107).

(57)

2.3. Kerangka Pemikiran

[image:57.595.129.537.248.428.2]

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan landasan teori yang dijelaskan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir yang ditunjukkan pada gambar 2.1:

Analisis Regresi Linier Berganda

Debt To Total Assets (X4)

Rasio Lancar (X1)

ROA

(X2) Kinerja

Keuangan (Y) Rasio Perputaran Total Aktiva

(X3)

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

(58)

3.1 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi-definisi yang diberikan

kepada suatu variabel, yaitu cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut.

1. Variabel Bebasnya :

Analisis rasio adalah suatu alat analisis yang penting untuk dipakai

menginterprestasikan posisi keuangan suatu perusahaan, apakah suatu

perusahaan itu posisi keuangannya baik atau buruk.

a. Rasio Lancar (Xı)

Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek

(Sawir, 2001: 8).

Aktiva Lancar

Rasio Lancar = x 100% Utang Lancar

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan

satuan ukuran berupa prosentase.

b. Return On Assets /ROA(X2)

Return On Assets merupakan rasio laba bersih setelah pajak

terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

(59)

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat assets yang

dipergunakan (Fakhruddin, 2001: 65).

Laba Setelah Pajak

ROA = x 100% Total Aktiva

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan

satuan ukuran berupa prosentase.

c. Rasio Perputaran Total Aktiva /TATO (X3)

Rasio ini menggambarkan kemampuan dana yang tertanam dalam

keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau

kemampuan modal yang di investasikan untuk menghasilkan

“revenue” (Sawir, 2001: 17).

Penjualan

Rasio Perputaran Total Aktiva = x 100% Total Aktiva

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan

satuan ukuran berupa prosentase.

d. Debt To Total Assets /DAR (X4)

Rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

utang atau modal yang berasal dari kreditor. Semakin besar rasio

maka semakin besar pula risiko yang dihadapi (Fakhruddin, 2001:

61).

Total Hutang

(60)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan

satuan ukuran berupa prosentase.

2. Variabel terikatnya:

Kinerja Keuangan (Y)

Kinerja (Y) adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan

sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang

kompleks dan sulit, karena menyangkut efektifitas pemanfaatan modal,

efisiensi dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan

salah satu indikator kinerja suatu perusahaan (Meriewaty dan Yuli,

2005: 106). Laba bersih yaitu kelebihan penghasilan diatas biaya

selama satu periode akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan

tahunan suatu perusahaan. Kinerja keuangan diambil berdasarkan pada

laba setelah pajak.

Kinerja Keuangan = Laba Bersih

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio, dinyatakan

dengan menggunakan satuan rupiah.

3.2 Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Sumarsono (2004: 44) “Populasi merupakan kelompok

subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik

(61)

kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian”. Adapun

populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

bergerak dibidang Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2005-2008 dan terdiri dari 17 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Menurut Sumarsono (2004: 44) “Sampel adalah bagian dari

populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan

populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif

dari sebuah populasi”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan

ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang

merupakan representatif dari populasi (Sumarsono, 2004: 52), dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang masuk kategori perusahaan Manufaktur (food and

beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama empat tahun

yaitu 2005-2008.

3. Perusahaan yang memperoleh laba selama tahun 2005-2008.

4. Pada periode tersebut perusahaan membuat laporan keuangan tahunan

(62)

Jadi berdasarkan kriteria di atas, dari 17 perusahaan Food and

Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diambil sebagai

populasi, terdapat 12 perusahaan yang dapat dijadikan sampel yaitu dari

tahun 2005-2008. Sedangkan data tahun 2009 belum terdaftar di Bursa

Efek Indonesia karena penelitian ini dilakukan pada minggu pertama bulan

November 2009.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder dan merupakan data kuantitatif yaitu laporan keuangan berupa

laporan laba rugi dan neraca pada perusahaan manufaktur food &

beverages yang terdaftar di (BEI) selama periode 2005-2008.

3.3.2. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data diatas digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Dalam penelitian ini studi pustaka diambil dari beberapa literatur dan

artikel yang relevan dengan permasalahan dan digunakan sebagai

landasan teori.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan

(63)

3.4 Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode

Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk, dengan menggunakan program SPSS (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi

data mngikuti distribusi normal adalah :

- Jika nilai signifikan (nilai profitabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikasi (nilai profitabilitasnya) lebih besar dari nilai 5%,

maka distribusi adalah normal.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Pada uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE

(Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang

BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :

1. Tidak boleh ada autokorelasi

2. Tidak boleh ada multikoliniertas

(64)

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,

maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga

pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias (Gujarati,

1997: 218).

3.5.1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antar data

observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1999: 201). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah

terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test),

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan

(4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound

(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada

autokorelasi positif.

c. Bilai nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien

(65)

d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl)

atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan (Ghozali, 2001: 61).

3.5.2. Multikolinearitas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi

pengeruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar

variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat

ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Koefisien determinasi berganda (R squre) tinggi

b. Koefisien korelasi sederhanannya tinggi

c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)

d. Tapi tak satupun diantara variabel bebas yang signifikan

Akibat adanya multikolinier adalah:

1.) Nilai standar error (galat baku) tinggi sehingga taraf kepercayaan (confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujuan koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan.

2.) Profiitabilitas untuk menerima hipotesa Ho diterima (tidak ada

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan

(66)

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier

dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment

atau Variance inflation Factor (VIF).

(Gujarati, 1999: 339)

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila varians

lebih besar dari 10. Hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan

regresi linier (Gujarati, 1999: 339). 1

VIF = Q-Rj²

3.5.3. Heteroskedastisitas

Pada regresi linier nilai-nilai residual tidak boleh ada hubungan

dengan variabel X. Hal ini bias diidentifikasikan dengan cara menghitung

korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.

(Gujarati, 1999: 339)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank antara residuaal dengan variabel bebas

ke-

N = Banyaknya data

Menurut Santoso, 2002: 301 deteksi adanya heteroskedastisitas

adalah:

∑ di² rs = 1 – 6

N {N² - 1}

- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas

(67)

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu menitik

beratkan pada pengujian hipotesis, data yang dianalisis sifatnya terukur

dan kesimpulan yang dihasilkan merupakan generalisasi. Alat ukur yang

digunakan adalah statistik inferensial berupa analisis regresi berganda

(multiple regression analysis). Pengolahan data akan dilakukan dengan bantuan komputer, menggunakan program statistik sesuai dengan

kebutuhan. Beberapa pengujian akan dilakukan untuk memenuhi asumsi

klasik agar hasil yang diperoleh tidak bias (unbiased).

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda yang merupakan analisis yang berkaitan dengan studi

ketergantungan satu variabel (yang disebut variabel tidak bebas) dengan

dua atau lebih variabel lainnya (yang disebut variabel bebas). Alat analisis

ini digunakan karena sesuai dengan kondisi yang akan diuji, berupa

ketergantungan variabel kinerja keuangan perusahaan pada beberapa

variabel yang lain. Adapun model regresi linier berganda untuk kondisi

tersebut dirumuskan sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei …

(68)

Dimana :

Y = Kinerja Perusahaan

X1 = Rasio Lancar

X2 = Rasio Return On Assets

X3 = Rasio Perputaran Total Aktiva

X4 = Rasio Debt To Total Assets

b0 = Konstanta

b1…b4 = Koefisien Regresi variabel X1 dan X2

ei = Kesalahan Baku

i = 1,2,3,……….,n

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis secara

parsial (uji t) dan secara simultan (uji F). Langkah-langkah pengujian yang

dilakukan untuk masing-masing uji hipotesis antara lain sebagai berikut :

Uji Parsial (Uji t)

a. Ho : j = 0 (bahwa tidak terdapat pengaruh X1, X2,…..X4

terhadap Y).

Hi : 1 0 (bahwa terdapat pengaruh X1, X2,…..X4

terhadap Y).

(69)

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan

derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah

variabel.

c. Menentukan nilai t hitung

bj

t hit =

se (bj) (Anonim, 2003: L-21)

d. Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t student dua sisi.

Ho diterima jika –t tab  t hit  t tab

Ho ditolak jika t hit <–t tab atau t hit > t tab

(Anonim, 2003: L-21)

Uji Kecocokan Model (Uji F)

a. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif

Ho : 1 : 2 = … =j = 0 (X1, X2, bersama Xj tidak berpengaruh

terhadap Y).

Hi : salah satu darij0 (X1, X2, bersama Xj berpengaruh

terhadap Y).

dimana j = 1, 2,…..4

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan

derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah

variabel.

c. Menentukan nilai F hitung

R2/(k-1) Fhit =

(1-R2)/(n-k) (Anonim, 2003: L-21)

(70)

d. Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi F.

Ho

Gambar

Tabel 1.1: Rasio Lancar, Perputaran Total Aktiva, Rasio Return On Assets (ROA) dan Debt To Total Assets terhadap Kinerja Keuangan (laba bersih) Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang go publik di BEI (dalam Jutaan Rupiah)
gambar 2.1:
Tabel 4.1: Data Rasio Lancar pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Selama Tahun 2005-2008 (dalam %)
Tabel 4.2: Data ROA pada Perusahaan Food and Beverages yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini juga dapat mengontrol suhu dan kelembaban pada suatu rumah budidaya yang bervolume sebesar ±15 m 3 dengan cara pembudidaya memasukan batas parameter suhu dan

Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel Information Quality (X2), diketahui bahwa semua nilai rhitung lebih besar dari rtabel, yang artinya semua item kuesioner

Mikrokontroler akan secara langsung menggerakkan sebelas servo yang terhubung pada sendi-sendi tangan robot lima jari berdasarkan data kombinasi angka dan huruf yang diterima

Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Hk) pada penelitian ini, yaitu pembelajaran menggunakan media permainan Bursa

Pembuatan situs ini menggunakan Hypertext Preprocessor, Structured query language sebagai relation database management system,Apache sebagai webserver dan Macromedia

Pada hari ini, Sabtu tanggal Sembilan belas bulan Desember tahun Dua ribu lima belas, dimulai pukul 10.30 Wita bertempat di Ruang Sarpras Polres Bangli,

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

fungctionality yang menggunakan metode kuisioner didapatkan bahwa kualitas sistem informasi sudah sesuai atribut fungctionality, sementara untuk metode black-box