• Tidak ada hasil yang ditemukan

DSM/IP /01/IRIGASI/2017 LAPORAN AKHIR IDENTIFIKASI POTENSI MIKRO HIDRO DI JARINGAN IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DSM/IP /01/IRIGASI/2017 LAPORAN AKHIR IDENTIFIKASI POTENSI MIKRO HIDRO DI JARINGAN IRIGASI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DESEMBER, 2017

IDENTIFIKASI POTENSI MIKRO HIDRO DI JARINGAN IRIGASI

(2)

KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pasal 231, maka pada Tahun Anggaran 2017, Balai Litbang Irigasi melaksanakan kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi, melalui Satuan Kerja Balai Litbang Irigasi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menyediakan data potensi pemanfaatan jaringan irigasi untuk PLTMH. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi dan teknologi PLTMH yang tepat untuk diterapkan, guna mendukung teknologi mikro hidro yang akan diterapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Kegiatan ini termasuk dalam kelompok kegiatan Teknologi Terapan (Non Terpadu). Sasaran output yang akan dihasilkan pada Tahun 2017 adalah Naskah Ilmiah Penentuan Potensi Lokasi Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jaringan Irigasi dengan komponen output Kriteria Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi serta Peta Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi.

Laporan Akhir ini disusun oleh Sinta Nur Aini, ST, MT sebagai Ketua Tim Kegiatan dan tim pelaksana kegiatan, dibawah koordinasi Segel Ginting, S.Si, M.PSDA selaku Kepala Seksi Penyelenggara Teknis Balai Litbang Irigasi.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan sampai tersusunnya Laporan Akhir ini.

Bekasi, Desember 2017 Kepala Satuan Kerja Balai Litbang Irigasi

Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT NIP. 19660502 199402 1 001

(3)

LEMBAR EVALUASI

Telah dievaluasi oleh Penanggung Jawab Kegiatan terhadap Laporan Akhir Tahun Anggaran 2017 untuk :

Judul Kegiatan : Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi Kelompok Output : Teknologi Terapan (Non Terpadu)

Nama Teknologi : Pengembangan Teknologi Jaringan Irigasi

Komponen Output : Naskah Ilmiah Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jaringan Irigasi

Capaian Kegiatan : 100% Fisik, 97,30% Keuangan per Tanggal 28 Desember 2017

Ketua Tim : Sinta Nur Aini, ST, MT

Bekasi, Desember 2017 Menyetujui,

Penanggung Jawab Kegiatan Plt. Kepala Balai Litbang Irigasi

Ketua Tim

Drs. Irfan Sudono, MT Sinta Nur Aini, ST, MT

(4)

LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA

Ketua Tim Kegiatan : Sinta Nur Aini, ST, MT Pengendali Program : Midiah S. Abubakar, S.T

Pengendali Teknik : Hanhan A. Sofiyuddin, S.TP, M.Agr Ketua Sub Kegiatan 1

Pelaksana

: :

Guntur Safei, ST Santi Lestari, S.Sos Ketua Sub Kegiatan 2

Pelaksana

: :

Joko Triyono, S.TP, M.Eng Afida Zukhrufiyati, S.Si

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR EVALUASI ... ii

LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1 Latar Belakang ... 1-1 1.2 Identifikasi Masalah ... 1-2 1.3 Batasan Masalah ... 1-2 1.4 Lingkup Kegiatan ... 1-2 1.5 Tujuan Kegiatan ... 1-3 1.6 Sasaran Kegiatan ... 1-3 1.6.1 Sasaran Keluaran (Output) ... 1-3 1.6.2 Sasaran Mutu ... 1-3 1.7 Kerangka Pemikiran ... 1-4 1.8 Formulasi Kegiatan dan Hipotesis ... 1-5 1.8.1 Formulasi Kegiatan ... 1-5 1.8.2 Hipotesis ... 1-5 1.9 Penerima Manfaat ... 1-5 1.10 Lokasi Kegiatan ... 1-5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2-1 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ... 2-1 2.2 Jaringan Irigasi ... 2-2 BAB 3 TAHAPAN DAN METODE PELAKSANAAN KEGIATAN ... 3-1 3.1 Tahapan dan Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan ... 3-1 3.2 Metode Pelaksanaan ... 3-3 3.3 Jadwal Pelaksanaan ... 3-6 BAB 4 HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ... 4-1 4.1 Hasil Kegiatan ... 4-1 4.1.1 Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ... 4-1

(6)

4.1.2 Identifikasi Teknologi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ...4-13 4.1.3 Tahap Pelaporan ...4-33 4.2 Pembahasan ...4-34 4.2.1 Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ...4-34 4.2.2 Identifikasi Teknologi Mikro Hidro di Jaringan irigasi ...4-39 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 5-1 5.1 Kesimpulan ... 5-1 5.2 Saran ... 5-1 DAFTAR PUSTAKA ... x Lampiran ... xi

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ... 1-4 Gambar 2. 1. Penampang Melintang Bagunan Terjun dan Got Miring ... 2-3 Gambar 3. 1. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan ... 3-2 Gambar 4. 4. Contoh Saluran yang Berpotensi Mikro Hidro pada Daerah Irigasi

(DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang 4-4 Gambar 4. 5. Turbin Jenis Propeler pada PLTMH Cinangling Kabupaten Subang

4-4

Gambar 4. 6. Bangunan Terjun yang Berpotensi Mikro Hidro pada Daerah Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang 4-5 Gambar 4. 7. Turbin Jenis Crossflow pada PLTMH Melong, Desa Jambelaer,

Kabupaten Subang 4-5

Gambar 4. 8. PLTMH Sengkaling 1 4-7

Gambar 4. 9. PLTMH Sengkaling 2 4-7

Gambar 4. 10. Tinjauan Lapangan Potensi Mikro Hidro 4-14

Gambar 4. 11. Bangunan Terjun dan Turbin Propeler Open Plume untuk PLTMH

Pasir Eurih 4-16

Gambar 4. 12. Got Miring pada Daerah Irigasi Cikunten 1 4-17 Gambar 4. 13. Pengukuran Beda Tinggi pada Bangunan Terjun Daerah Irigasi

Lakbok Utara 4-17

Gambar 4. 14. Penerapan PLTMH di Daerah Irigasi Pekalen 4-18 Gambar 4. 15. Bangunan Terjun pada DI Colo Timur dan DI Colo Barat 4-19 Gambar 4. 16. Bangunan Terjun yang berpotensi mikro hidro pada Daerah Irigasi

Kewenangan BBWS Serayu Opak 4-20

Gambar 4. 17. Pemanfaatan energi mikro hidro pada PLTMH Semawung 4-21 Gambar 4. 18. Diskusi dengan tim dari UPT Dinas SDA dan Irigasi Kepanjen Kota Malang (BWS Bango Gedangan), pengukuran lapangan bersama tim Puslitbang TKEBTKE di DI Kedungkandang Kabupaten Malang

(dari kiri atas searah jarum jam) 4-22

Gambar 4. 19. Pengukuran langsung di lapangan bersama dengan tim dari Puslitbang TKEBTKE dan Bidang PJPA Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Banten di DI Pasir Eurih dan DI Ciliman 4-23 Gambar 4. 20. Beberapa titik lokasi potensi mikrohidro di Kabupaten Garut 4-24

(8)

Gambar 4. 21. Pemanfaatan energi mikrohidro pada PLTMH di Kabupaten Garut, yaitu di DI Cirompang (kiri) dan Desa Pamulihan Kecamatan

Pakenjeng (kanan) 4-25

Gambar 4. 22. Diskusi dengan tim dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah (kiri) dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjarnegara (kanan) 4-27 Gambar 4. 23. Salah satu titik lokasi potensi mikrohidro di jaringan irigasi di Kabupaten Banjarnegara (kiri) dan pemanfaatan energi mikrohidro

di PLTMH Banyumlayu (kanan) 4-27

Gambar 4. 24. Diskusi dengan pejabat terkait dari Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Kebumen 4-30

Gambar 4. 25. Pemanfaatan energi mikrohidro di Kabupaten Kebumen dan salah satu titik lokasi potensi mikrohidro di jaringan irigasi di Kabupaten

Kebumen 4-30

Gambar 4. 26. Diskusi dengan Kepala Balai Wilayah Sungai Serayu Citanduy di

Purwokerto 4-30

Gambar 4. 27. Diskusi dengan tim dari Balai PSDA Wilayah Sungai Cisadea

Cibareno di Kota Sukabumi 4-32

Gambar 4. 28. Kondisi saluran irigasi yang rusak di di DI Ciseureuh Cibeureum 4-32

Gambar 4. 29. Kegiatan perbaikan/bangunan terjun di DI Ciletuh 4-33 Gambar 4. 30. Salah satu titik lokasi potensi mikrohidro berupa got miring di DI

Cimandiri 4-33

Gambar 4. 31. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro 4-35 Gambar 4. 32. Plotting Beberapa Titik Potensi Mikrohidro ke Google Earth 4-39 Gambar 4. 33. Peta Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi Pulau Jawa 4-53

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 3-6 Tabel 4. 1. Tinjauan Lapangan ke Proyek Percontohan pada Daerah

Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang ... 4-3 Tabel 4. 2. Form Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ... 4-8 Tabel 4. 3. Hasil Pengumpulan Data Sekunder Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ... 4-9 Tabel 4. 4. Form Rekapitulasi Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi ...4-12 Tabel 4. 5. Hasil Kunjungan Lapangan pada Daerah Irigasi yang Berpotensi untuk Pengembangan Mikro Hidro ...4-13 Tabel 4. 6. Tahapan Pengolahan Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi .4-36 Tabel 4. 16. Data Potensi dan Teknologi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi Hasil Kunjungan Lapangan ...4-41

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Capaian Fisik dan Keuangan

Lampiran 2 : Kurva S Fisik dan Keuangan Berdasarkan Sub Kegiatan (Rencana dan Realisasi)

Lampiran 3 Lampiran 4

: :

Lembar Konsultasi dengan Narasumber

Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan listrik masyarakat akan terus meningkat. Hal ini perlu diantisipasi dengan peningkatan kapasitas penyediaan listrik. Salah satu sumber listrik yang dapat dikembangkan salah satunya tenaga mikrohidro dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PLTMH menghasilkan energi dari gerakan air karena perbedaan elevasi. Indonesia memiliki sumber daya air dan kondisi topografi yang cukup baik untuk pemanfaatan tenaga hidro. Potensi pemanfaatan energi hidro yang telah teridentifikasi yaitu sebesar 75.000 MW dan diantaranya untuk PLTMH yaitu sekitar 450MW (Dewan Energi Nasional, 2014 dan IMIDAP, 2009).

Potensi PLTMH diduga lebih besar apabila memanfaatkan jaringan irigasi, yaitu pada bendung, bangunan pengendali muka air, dan bangunan terjun/got miring. Jaringan irigasi tersebar luas di seluruh Indonesia dengan jumlah berdasarkan Permen PU No. 14/KPTS/M/2016 sebanyak 48,043. Namun demikian, belum ada penelitian yang mengidentifikasi potensi dan teknologi PLTMH yang cocok digunakan.

Penggunaan PLTMH sebagai tenaga alternatif yang cost friendly, environment friendly, dan material friendly diharapkan dapat dikembangkan untuk sumber listrik terbarukan dari sumber air di saluran irigasi dan digunakan juga untuk memompa air irigasi. Kondisi yang sekarang ada di Pulau Jawa, semakin berkurangnya luasan sawah akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman maupun industri. Potensi sumber air irigasi yang tersisa ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk PLTMH. Sistem turbin yang dipasang di saluran irigasi menggunakan air untuk menggerakkannya, jika air yang digunakan untuk menggerakkannya dapat dialirkan lagi ke saluran, maka efisiensinya menjadi lebih besar karena air di saluran irigasi dapat ditingkatkan daya gunanya (Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan, 2011).

(12)

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung pengembangan teknologi jaringan irigasi, sebagai upaya untuk menyediakan data potensi pemanfaatan jaringan irigasi untuk PLTMH. Kegiatan ini direncanakan dilakukan selama 2 tahun mulai tahun 2017 sampai dengan 2018. Pada tahun 2017, dilakukan identifikasi kriteria teknologi PLTMH yang tepat untuk diterapkan di jaringan irigasi dan identifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi pada Daerah Irigasi di Pulau Jawa. Hasil penelitian ini akan ditindaklanjuti dalam bentuk Rancangan Pedoman R-0 Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi pada tahun 2018.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang muncul terkait dengan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Belum teridentifikasikannya potensi mikro hidro di jaringan irigasi.

2) Belum teridentifikasikannya teknologi Mikro Hidro yang cocok untuk diterapkan di jaringan irigasi.

3) Belum terjangkaunya seluruh lapisan masyarakat oleh listrik dari PLN. 4) Belum tersebarluaskannya penerapan teknologi PLTMH.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan yang akan ditindaklanjuti dalam kegiatan ini adalah:

1) Belum teridentifikasikannya potensi mikro hidro di jaringan irigasi. 2) Belum teridentifikasikannya kriteria teknologi PLTMH yang cocok untuk

diterapkan di jaringan irigasi.

1.4 Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan pada tahun anggaran 2017 yaitu :

1) Melakukan identifikasi potensi mikro hidro di jaringan Irigasi.

2) Melakukan identifikasi kriteria teknologi PLTMH yang tepat untuk diterapkan di jaringan irigasi.

(13)

1.5 Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi teknologi PLTMH dan potensi mikro hidro di jaringan irigasi guna mendukung teknologi mikro hidro yang akan diterapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

1.6 Sasaran Kegiatan

1.6.1 Sasaran Keluaran (Output)

Sasaran keluaran (output) kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi pada Tahun 2017 adalah Naskah Ilmiah Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jaringan Irigasi, yang berisi :

1) Peta Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi Pulau Jawa dengan skala 1 : 250.000.

2) Identifikasi kriteria teknologi mikro hidro yang tepat untuk diterapkan di jaringan irigasi.

Kegiatan pada Tahun 2017 akan dilanjutkan dengan Rancangan Pedoman R-0 Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi pada Tahun 2018.

1.6.2 Sasaran Mutu

Sasaran mutu kegiatan ini adalah tersedianya 1 (satu) Naskah Ilmiah Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jaringan Irigasi pada bulan Desember Tahun 2017. Naskah ilmiah tersebut berisi gambaran umum teknologi PLTMH yang sesuai untuk diterapkan di jaringan irigasi berdasarkan hasil identifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi. Potensi lokasi beserta potensi energi yang dihasilkan terdapat pada Daerah Irigasi Kewenangan Pusat, Provinsi, atau Kabupaten di Pulau Jawa.

(14)

1.7 Kerangka Pemikiran

Kegiatan ini terdiri dari dua lingkup yaitu identifikasi kriteria teknologi PLTMH yang tepat untuk diterapkan di jaringan irigasi dan pemetaan potensi mikro hidro di jaringan Irigasi, yang disajikan dalam diagram alir kerangka pemikiran seperti pada Gambar 1.1.

Mulai

Perjanjian Kerja Sama Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dengan Puslitbang Sumber Daya Air mengenai pengembangan mikro hidro di Indonesia pada

aliran sungai Tahun 2016 s.d 2017

1. Belum teridentifikasinya teknologi PLTMH yang cocok untuk diterapkan di jaringan irigasi.

2. Belum teridentifikasinya potensi mikro hidro di jaringan irigasi.

3. Belum terjangkaunya seluruh lapisan mansyarakat oleh listrik dari PLN.

4. Belum tersebarluasnya penerapan teknologi PLTMH

Perjanjian Kerja Sama Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dengan Puslitbang Sumber Daya Air mengenai pengembangan mikro hidro di Indonesia pada

aliran sungai dan jaringan irigasi Tahun 2016 s.d 2018

Identifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi oleh

Balai Litbang Irigasi Tahun 2017 R-0 Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi Tahun 2018 Identifikasi teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi Identifikasi potensi PLTMH di Jaringan Irigasi

Naskah Ilmiah Penentuan Potensi Lokasi Penerapan

Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi

Selesai

Gambar 1. 1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

(15)

1.8 Formulasi Kegiatan dan Hipotesis 1.8.1 Formulasi Kegiatan

Kegiatan ini akan menghasilkan Naskah Ilmiah Penentuan Lokasi Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Jaringan Irigasi. Untuk mencapai hasil tersebut dibutuhkan identifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi dan identifikasi teknologi PLTMH yang tepat untuk diterapkan.

1.8.2 Hipotesis

Terdapat potensi mikro hidro di jaringan irigasi yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pembangkit listrik dengan teknologi PLTMH yang tepat.

1.9 Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah:

1) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (sebagai basis data potensi mikro hidro di jaringan irigasi sehingga jaringan irigasi tersebut mendapatkan alokasi OP yang sesuai); 2) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi (sebagai basis data potensi

mikro hidro di jaringan irigasi sehingga jaringan irigasi tersebut mendapatkan alokasi OP yang sesuai);

3) Masyarakat di daerah yang memiliki potensi pengembangan mikro hidro (dapat dimanfaatkan sebagai PLTMH).

1.10 Lokasi Kegiatan

Kegiatan diskusi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dilakukan di Jakarta. Proses koordinasi tim, analisa data dan penyusunan laporan dilaksanakan di Balai Litbang Irigasi, Bekasi. Koordinasi dan diskusi/konsultasi dengan instansi terkait (BWS/BBWS dan pemerintah daerah) akan dilakukan di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kunjungan lapangan ke proyek percontohan PLTMH dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur. Kunjungan

(16)

lapangan terkait dengan verifikasi dan pengumpulan data akan dilakukan di daerah irigasi yang berpotensi untuk pengembangan PLTMH di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

Kumar et.al (2011) mendefinisikan pembangkit listrik tenaga air sebagai sumber energi terbarukan yang dihasilkan dari energi pergerakan air karena perbedaan elevasi. Kelebihan dari sumber energi ini adalah:

1) Telah terbukti sebagai teknologi yang handal. 2) Efisiensi cukup tinggi.

3) Cukup ekonomis dengan harga listrik yang dihasilkan berkisar antara 3-5 sen US/kWh.

4) Investasi awal cukup besar namun umur penggunaan panjang dan biaya OP sangat rendah.

Potensi PLTMH di Asia cukup besar yaitu 7681 TWh/tahun (27,65% dari total potensi di dunia). Namun realisasi pemanfaatannya cukup rendah yaitu hanya sekitar 20%. Di Indonesia, potensi pemanfaatan energi hidro yang telah teridentifikasi yaitu sebesar 75.000 MW dan baru termanfaatkan 10,1% (Dewan Energi Nasional, 2014). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil dengan batasan kapasitas antara 5 kW-1 MW per Unit (Badan Litbang ESDM, 2011).Potensi PLTMH diperkirakan sekitar 450MW dan tingkat pemanfaatan baru sebesar 53,5% (IMIDAP, 2009).

Teknologi PLTMH untuk sungai maupun saluran irigasi sudah dapat diproduksi di Indonesia (Badan Litbang ESDM, 2011). Beberapa contoh proyek percontohan yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi diantaranya PLTMH Melong Kabupaten Subang Jawa Barat dengan Kapasitas 100 kW (on grid), PLTMH Kombongan Kabupaten Garut Jawa Barat dengan kapasitas daya 165 kW (on grid dan off grid), PLTMH Sengkaling 1 dengan kapasitas daya pembangkit sebesar 100 kW di Universitas Muhammadiyah Malang Kabupaten Malang Jawa Timur.

(18)

2.2 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi tersebar luas di seluruh Indonesia dengan jumlah berdasarkan Kepmen PU No. 293/KPTS/M/2014 sebanyak 48,043. Potensi penerapan PLTMH cukup banyak terutama di daerah irigasi yang memiliki kecocokan kriteria debit berdasarkan IMIDAP (2009), yaitu 1000-3000 l/det atau luas layanan di atas 1000 Ha sejumlah 904 daerah irigasi. Penerapan PLTMH di jaringan irigasi diantaranya dapat dilakukan di bendung, bangunan pengatur muka air, bangunan terjun dan got miring.

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier (Direktorat Irigasi, 2010). Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Bangunan pengatur muka air digunakan untuk menjaga tinggi air di saluran konstan sehingga debit yang dibagi/disadap tetap konstan (Direktorat Irigasi, 2010). Empat jenis bangunan pengatur muka air, yaitu pintu skot balok, pintu sorong, mercu tetap dan kontrol celah trapesium. Kedua bangunan pertama dapat dipakai sebagai bangunan pengontrol untuk mengendalikan tinggi muka air di saluran. Sedangkan kedua bangunan yang terakhir hanya mempengaruhi tinggi muka air.

Bangunan pembawa dengan aliran superkritis diperlukan di tempat lebih curam daripada kemiringan maksimal saluran. Konstruksi bangunan pembawa ini dapat berupa bangunan terjun (untuk meredam energi aliran) dan got miring (Direktorat Irigasi, 2010).

(19)

Gambar 2. 1. Penampang Melintang Bagunan Terjun dan Got Miring (Direktorat Pengelolaan Lahan dan Air, 2008)

Bangunan terjun menurunkan muka air (dan tinggi energi) di satu tempat. Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring perlu dipertimbangkan. Got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan medan alamiah.

(20)

BAB 3

TAHAPAN DAN METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tahapan dan Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut (bagan alir pada Gambar 3.1) : 1) Tahapan persiapan:

a) Penyusunan Tim Pelaksana dan Narasumber b) Diskusi Rancangan Kerja Kegiatan

c) Penyusunan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP) 2) Tahapan Pelaksanaan:

a) Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi (1) Diskusi/konsultasi dengan narasumber/instansi

(2) Tinjauan lapangan ke proyek percontohan yang telah dikembangkan teknologi mikro hidro

(3) Identifikasi kebutuhan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi (4) Sinkronisasi data yang telah ada dan penyusunan petunjuk

pelaksanaan pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

b) Identifikasi Kriteria Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi

(1) Koordinasi dengan pihak terkait lokasi pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

(2) Kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro

(3) Pembuatan peta potensi PLTMH di jaringan irigasi 3) Tahapan Pelaporan:

a) Penyusunan Laporan Awal b) Penyusunan Laporan Interim

c) Penyusunan Konsep Laporan Akhir dan Konsep Output Kegiatan d) Penyusunan Laporan Akhir dan Output Kegiatan

(21)

Mulai

Penyusunan Tim Pelaksana Diskusi Rancangan Kerja

Kegiatan

Penyusunan RMP

Diskusi dengan narasumber Koordinasi mengenai pengumpulan data Tinjauan lapangan ke proyek

percontohan

Identifikasi kebutuhan data

Sinkronisasi data

Kriteria PLTMH di jaringan irigasi

Kunjungan lapangan

Pembuatan peta potensi Kriteria dan peta potensi mikro hidro di

jaringan irigasi

Konsep Laporan Akhir dan Output

Evaluasi Laporan akhir dan

output

Selesai

Gambar 3. 1. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan

Laporan awal

(22)

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi dilakukan melalui beberapa tahapan. Metode yang dilakukan pada masing-masing tahapan adalah:

1) Identifikasi Kriteria Teknologi PLTMH di Jaringan Irigasi

Identifikasi kriteria teknologi PLTMH di jaringan irigasi dilakukan melalui beberapa sub kegiatan. Metode pelaksanaan dari setiap sub kegiatan adalah sebagai berikut:

a) Diskusi/konsultasi dengan narasumber/instansi

Untuk narasumber dari BBWS/BWS serta Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air di masing-masing perwakilan provinsi di Pulau Jawa, metode pelaksanaan dalam diskusi/konsultasi adalah dengan wawancara dan kunjungan lapangan bersama dengan narasumber untuk menggali informasi mengenai data potensi mikrohidro di jaringan irigasi. Untuk narasumber yang berpengalaman dalam penerapan teknologi mikro hidro dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), metode pelaksanaan dalam diskusi/konsultasi adalah dengan mendengarkan pemaparan mengenai substansi dan hasil kegiatan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Tahun 2016 antara P3TKEBTKE Kementerian ESDM dengan Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR serta dengan meminta masukan untuk pelaksanaan kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi Tahun 2017. b) Tinjauan lapangan ke lokasi percontohan penerapan teknologi mikro hidro

Metode pelaksanaannya adalah dengan mengunjungi lokasi percontohan penerapan teknologi mikro hidro yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) didampingi oleh narasumber yang sekaligus memberi penjelasan mengenai proyek percontohan tersebut.

c) Identifikasi kebutuhan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

Metode pelaksanaan dalam identifikasi kebutuhan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi adalah dengan merancang format kebutuhan data

(23)

potensi mikro hidro di jaringan irigasi berdasarkan kriteria potensi mikro hidro di jaringan irigasi (debit pada saluran irigasi minimal 1 m3/detik dan

beda tinggi minimal pada bangunan irigasi 2 meter). Pengumpulan data bangunan di beberapa Daerah Irigasi meliputi data bangunan terjun dan got miring. Untuk memperoleh data yang telah tersedia sebelumnya, juga dilakukan kerjasama dengan kegiatan Basis Data Bidang Irigasi.

d) Sinkronisasi data yang telah ada dan penyusunan petunjuk pelaksanaan pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

Metode pelaksanaan dalam sinkronisasi data adalah dengan melakukan rekapitulasi data yang telah diperoleh dan penyeragaman format data. Metode pelaksanaan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi adalah dengan menjelaskan kriteria potensi mikro hidro di jaringan irigasi, sumber perolehan data, serta metode pengumpulan data, dengan dilampirkan form data potensi mikro hidro di jaringan irigasi dan form rekapitulasi data potensi mikro hidro di jaringan irigasi.

2) Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

Identifikasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi dilakukan melalui beberapa sub kegiatan. Metode pelaksanaan dari setiap sub kegiatan adalah sebagai berikut:

a) Koordinasi dengan pihak terkait lokasi pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

Metode pelaksanaan dalam koordinasi dengan pihak terkait lokasi pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi adalah melakukan prosedur administratif dengan pihak terkait mengenai rencana kerja pengumpulan data yang sudah disusun. Koordinasi mencakup mekanisme/prosedur dan jadwal waktu pengumpulan data potensi mikrohidro di jaringan irigasi (pihak terkait berasal dari BBWS/BWS serta Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air di masing-masing perwakilan provinsi di Pulau Jawa).

b) Kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro

(24)

Hasil dari sinkronisasi terhadap data-data Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) menunjukkan ada beberapa data PAI yang telah diperoleh dari BBWS yang tidak lengkap. Informasi yang tidak lengkap tersebut diantaranya adalah informasi beda tinggi bangunan potensial di jaringan irigasi (bangunan terjun dan got miring) serta koordinat lokasinya. Oleh karena itu dibutuhkan kunjungan lapangan untuk mengukur secara langsung beda tinggi bangunan potensial di jaringan irigasi menggunakan altimeter. Selain itu, plotting terhadap bangunan yang berpotensi di jaringan irigasi (bangunan terjun dan got miring) menggunakan GPS juga perlu dilakukan untuk mengetahui koordinat bangunan tersebut.

c) Pembuatan peta potensi mikro hidro di jaringan irigasi

Metode pelaksanaan dalam pembuatan peta potensi mikro hidro di jaringan irigasi adalah dengan melakukan pelatihan dasar dan pelatihan aplikasi pemetaan potensi mikro hidro di jaringan irigasi.

Peta potensi mikro hidro di jaringan irigasi menggambarkan informasi mengenai besarnya tenaga listrik yang dihasilkan pada suatu head dan debit tertentu, yang dapat diketahui melalui rumus :

P = *g*Q*H dimana : P = daya terbangkit (kiloWatt)

 = besaran nilai efisiensi turbin g = percepatan gravitasi (m/s2)

Q = debit (m3/detik)

H = head/beda tinggi bangunan (m)

Nilai Q diperoleh dari data skema jaringan irigasi atau data PAI pada masing-masing Daerah Irigasi. Nilai H diperoleh dari data PAI atau data hasil dari pengukuran langsung di lapangan pada saat kunjungan lapangan. Sedangkan nilai g adalah percepatan gravitasi yaitu 0,98 m/s2

dan  merupakan besaran nilai efisiensi turbin yang dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan energi, yaitu sebesar 60% atau 0,6.

Keterangan atribut yang menjadi masukan pada setiap titik potensi adalah nama BBWS, nama provinsi, nama kabupaten, nama Daerah Irigasi (DI), nama bangunan, koordinat X (bujur) dan Y (lintang), debit (Q) pada saluran irigasi (m3/detik), beda tinggi/elevasi bangunan (head) (meter),

(25)

potensi tenaga listrik (kW), teknologi turbin, kelas interval potensi tenaga listrik, gambar dan skema teknologi turbin yang tepat untuk diterapkan pada titik potensi tersebut.

3.3 Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi direncanakan sesuai jadwal pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Keterangan Tabel :

Rencana Pelaksanaan Realisasi Pelaksanaan

NO TAHAPAN KEGIATAN BULAN (Tahun 2017) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 I Persiapan 1

Penyusunan Tim Pelaksana

Kegiatan dan Narasumber 2 Diskusi Rancangan Kerja Kegiatan

3

Penyusunan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)

II Pelaksanaan

1

Identifikasi Teknologi Mikro Hidro di

Jaringan Irigasi

Diskusi/konsultasi dengan

narasumber/instansi

Tinjauan lapangan ke proyek percontohan yang telah

dikembangkan teknologi mikro hidro Identifikasi kebutuhan data potensi

mikro hidro di jaringan irigasi Sinkronisasi data yang telah ada dan penyusunan petunjuk pelaksanaan pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

2

Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

Koordinasi dengan pihak terkait lokasi pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi Kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro Pembuatan peta potensi PLTMH di jaringan irigasi

III Pelaporan

1. Penyusunan Laporan Awal 2 Penyusunan Laporan Interim 3 Penyusunan Konsep Laporan Akhir

Konsep Output Kegiatan

4

Penyusunan Laporan Akhir dan Output Kegiatan

(26)

BAB 4

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kegiatan

4.1.1 Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

1) Diskusi/konsultasi dengan narasumber/instansi

Lembar konsultasi hasil diskusi/konsultasi yang dilakukan dengan narasumber/ instansi terlampir dalam Lampiran 3. Resume dari diskusi/konsultasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Diskusi Awal Persiapan Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 3 Februari 2017 dengan pokok bahasan kriteria teknologi mikrohidro di jaringan irigasi

b) Diskusi Teknis Persiapan Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi di Ditjen. Sumber Daya Air Kementerian PUPR pada Tanggal 3 Februari 2017 dengan pokok bahasan Kebutuhan data spasial Daerah Irigasi – Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Pusat (termasuk data Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)) c) Diskusi Teknis Hasil Analisis Data Spasial Potensi Mikro Hidro di

Jaringan Irigasi bertempat di Ruang Sidang Dr. Masumoto Balai Litbang Irigasi pada Tanggal 7 April 2017 dengan pokok bahasan tindak lanjut hasil penajaman kegiatan dan klarifikasi laporan awal serta metode penentuan beda tinggi di jaringan irigasi

d) Diskusi Metode Pengolahan Data Potensi Mikro Hidro bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 7 Juni 2017 dengan pokok bahasan metode penentuan beda tinggi dan lokasi pemetaan.

e) Diskusi Substansi Output Naskah Ilmiah Penentuan Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi bertempat di Pusat Penelitian dan

(27)

Pengembangan Tenaga Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 13 Juli 2017.

f) Diskusi Substansi Output Peta Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 14 Juli 2017 dengan pokok bahasan titik potensi mikrohidro dan pemetaan titik potensi.

g) Diskusi Analisa Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi bertempat di Ruang Sidang Dr. Masumoto Balai Litbang Irigasi pada Tanggal 14 September 2017 dengan pokok bahasan kerangka Naskah Ilmiah dan perumusan metode dalam pembuatan Naskah Ilmiah beserta peta output.

h) Diskusi metodologi pemetaan yang sesuai berdasarkan hasil perolehan data bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 18 September 2017 dengan pokok bahasan pengolahan data dengan menggunakan data DEM resolusi tinggi (DEM resolusi 9 meter) serta penentuan head dengan menggunakan data spasial jaringan irigasi.

i) Diskusi metodologi pemetaan yang sesuai berdasarkan hasil perolehan data (lanjutan) bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 22 September 2017 dengan pokok bahasan kelengkapan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi serta pengolahan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

j) Diskusi Teknis Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) pada Tanggal 20-21 November 2017 dengan pokok bahasan penyusunan laporan akhir serta hasil dari pengumpulan dan pengolahan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

(28)

k) Diskusi Teknis Kegiatan Identifikasi Potensi Mikrohidro di Jaringan Irigasi di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat pada Tanggal 7 Desember 2017 dengan pokok bahasan data base PIJB (Proyek Irigasi Jawa Barat) dan data spasial jaringan irigasi.

2) Tinjauan lapangan ke proyek percontohan yang telah dikembangkan teknologi mikro hidro, yaitu pada Daerah Irigasi (DI) Curug Agung, yang berlokasi di Kampung Melong, Desa Jambelaer, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kunjungan pada tanggal 21 Februari 2017 ini dilakukan bersama dengan narasumber dari P3TKEBTKE Kementerian ESDM.

Tabel 4. 1. Tinjauan Lapangan ke Proyek Percontohan pada Daerah Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang

Tujuan Kunjungan Hasil Kunjungan

1. Lokasi PLTMH dengan teknologi turbin propeller (sudah tidak berfungsi)

1. Lokasi pertama merupakan proyek percontohan PLTMH yang telah dibangun sejak jaman Belanda. Sejak satu tahun yang lalu, saluran irigasi tersebut tidak digunakan untuk PLTMH karena kondisi saluran yang rusak. Pada saat digunakan, air pada saluran tersebut masuk ke dalam pipa untuk diarahkan ke rumah pembangkit (power house). Bangunan rumah pembangkit adalah sebagai bangunan yang berfungsi untuk melindungi peralatan mekanikal dan elektrikal dari segala gangguan (cuaca, pencurian, dsb). Kelebihan dari Turbin jenis propeler dapat diterapkan pada head rendah (ketinggian minimal 2 meter) dan efisiensinya mencapai 95%. Kelemahan dari turbin jenis propeler adalah sensitive terhadap sampah bahkan pasir (turbin tidak dapat beroperasi jika kualitas fisik air kurang baik). Energi listrik yang dihasilkan pada saat PLTMH tersebut masih beroperasi adalah 1.000 kW.

(29)

Tujuan Kunjungan Hasil Kunjungan

Gambar 4. 1. Contoh Saluran yang Berpotensi Mikro Hidro pada Daerah Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang

Gambar 4. 2. Turbin Jenis Propeler pada PLTMH Cinangling Kabupaten Subang

2. Lokasi PLTMH dengan teknologi turbin crossflow (masih berfungsi)

2. Lokasi kedua merupakan proyek percontohan PLTMH yang dibangun oleh P3TKEBTKE Kementerian ESDM. Pada lokasi tersebut memanfaatkan bangunan terjun (dengan beda tinggi 6 meter) pada saluran irigasi dimana bangunan terjun langsung menuju ke sungai (Gambar 4.5). Kondisi tersebut sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan debit yang cukup besar untuk menggerakkan turbin. Turbin yang terdapat pada PLTMH ini berjenis crossflow. Turbin jenis crossflow merupakan turbin handal yang dapat menyaring sampah yang masuk. Namun, efisiensinya hanya 80%. Air masuk melalui pipa menuju ke dua turbin yang terdapat pada rumah pembangkit, untuk menggerakkan generator. Energi listrik yang

(30)

Tujuan Kunjungan Hasil Kunjungan

dihasilkan adalah 100 kW. PLTMH ini telah bekerja sama dengan PLN untuk men-supplay pasokan listrik di Desa Jambeaer untuk dapat dimanfaatkan oleh warga (sekitar 56 Kepala Keluarga)

Gambar 4. 3. Bangunan Terjun yang Berpotensi Mikro Hidro pada Daerah Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang

Gambar 4. 4. Turbin Jenis Crossflow pada PLTMH Melong, Desa Jambelaer, Kabupaten Subang 3. PLTMH Sengkaling 1 dan Sengkaling 2 di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

3. Lokasi ketiga merupakan proyek percontohan PLTMH yang dibangun atas kerjasama P3TKEBTKE Kementerian ESDM dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur. Terdapat dua PLTMH di lokasi tersebut, yaitu PLTMH Sengkaling 1 dan PLTMH Sengkaling 2. Kedua PLTMH tersebut masih difungsikan dengan baik untuk kebutuhan listrik sekitar kampus. Pembangunan PLTMH Sengkaling berada di jaringan irigasi Daerah Irigasi Sengkaling. Besarnya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan permukiman menyebabkan fungsi dari saluran irigasi di daerah tersebut tidak maksimal. Padahal debit air pada

(31)

Tujuan Kunjungan Hasil Kunjungan

saluran irigasi cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan pemanfaatan aliran pada saluran dimaksimalkan untuk pengembangan teknologi mikro hidro. Sumber air pada saluran dari Sungai Brantas sehingga debit yang dihasilkan cukup besar. Kondisi daerah yang berbukit merupakan suatu nilai lebih dikarenakan perbedaan elevasi atau head yang dihasilkan mampu digunakan untuk menggerakkan turbin.

a) PLTMH Sengkaling 1 direncanakan pada tahun 2006. Pembangunan dilaksanakan pada tahun 2007 dan mulai dioperasikan pada tahun 2008. PLTMH Sengkaling 1 merupakan kerjasama studi antara UMM dan Kementerian ESDM. Listrik yang dihasilkan sebesar 100 kW yang digunakan untuk penerangan pada gedung kuliah, laboratorium, sarana riset dan penelitian mahasiswa, dan sarana wisata sains teknologi. Teknologi turbin yang digunakan pada PLTMH ini adalah turbin berjenis crossflow dengan efisiensi turbin 0,80. PLTMH Sengkaling 1 memanfaatkan Saluran Induk Sengkaling dengan debit andalan 2 m3/det, dimana tinggi jatuh air menuju ke turbin adalah 15,20 m.

b) PLTMH Sengkaling 2 merupakan proyek PLTMH yang dibangun oleh UMM. Studi kelayakan telah dilaksanakan karena PLTMH ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung untuk warga sekitarnya. Studi kelayakan dilaksanakan pada tahun 2008-2009 dengan perencanaan rinci dilaksanakan pada tahun 2011. Pembangunan PLTMH Sengkaling 2 dilaksanakan pada tahun 2012 dan dapat dioperasikan pada tahun 2012. Sama halnya seperti PLTMH Sengkaling 1, PLTMH Sengkaling 2 juga memanfaatkan saluran dari Daerah Irigasi Sengkaling dimana debit air pada salurannya mencapai 2 m3/det. Rumah pembangkit PLTMH Sengkaling 2 tidak jauh dengan rumah pembangkit PLTMH Sengkaling 1. Turbin yang digunakan pada PLTMH Sengkaling 2 adalah turbin jenis propeller shaft horizontal dengan efisiensi turbin 0,75. Tinggi jatuh air sebesar 12,75 m. Listrik yang dihasilkan oleh PLTMH Sengkaling 2 sebesar 82 kW yang dimanfaatkan untuk penerangan kampus dan penerangan jalan umum di sekitar kampus.

(32)

Tujuan Kunjungan Hasil Kunjungan

Gambar 4. 5. PLTMH Sengkaling 1

Gambar 4. 6. PLTMH Sengkaling 2

(33)

Kebutuhan data untuk pemetaan potensi mikro hidro disesuaikan dengan kriteria potensi yang telah ditentukan, yaitu beda tinggi (head) bangunan yang berpotensi pada saluran irigasi minimal sebesar 2 meter dan debit air pada saluran irigasi minimal sebesar 1 m3/detik.

Untuk dapat dilakukan plot titik potensi ke dalam data spasial (citra), maka data yang dibutuhkan data spasial lokasi bangunan terjun atau got miring pada saluran irigasi. Inventarisasi data Daerah Irigasi (DI) yang berasal dari data Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) yang telah dimiliki Balai Litbang Irigasi merupakan salah satu upaya untuk mengumpulkan data spasial jaringan irigasi. Identifikasi kebutuhan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4. 2. Form Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

NO. JENIS DATA DATA YANG DAPAT DIIDENTIFIKASI

1. Skema Bangunan Irigasi Nomenklatur bangunan irigasi

2. Skema Jaringan Irigasi Nomenklatur saluran irigasi, debit pada jaringan irigasi

3. Skema Daerah Irigasi Batas Daerah Irigasi yang terlayani jaringan irigasi

4. Data teknis bangunan

irigasi Dimensi bangunan irigasi

5. Peta Situasi Letak dan koordinat bangunan irigasi

6. Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)

Jenis dan jumlah bangunan irigasi serta informasi detail mengenai bangunan irigasi seperti Nama DI, nama bangunan,

nomenklatur, terletak di saluran, koordinat lokasi (bujur (X), lintang (Y), dan elevasi (Z)), debit (Q) desain

Sampai dengan penyusunan Konsep Laporan Akhir telah dilakukan pengumpulan data sekunder potensi mikro hidro di jaringan irigasi dari 7 (tujuh) BBWS, yaitu BBWS Pemali Juwana, BBWS Cidanau Ciujung Cidurian, BBWS Citanduy, BBWS Brantas, BBWS Bengawan Solo, BBWS Serayu Opak, BBWS Cimanuk Cisanggarung. Selain dilakukan diskusi/konsultasi dengan narasumber dari BBWS juga dilakukan diskusi/konsultasi dengan narasumber dari Dinas PSDA Provinsi setempat untuk menghasilkan informasi mengenai lokasi-lokasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro di jaringan irigasi. Hasil pengumpulan data sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

(34)

Tabel 4. 3. Hasil Pengumpulan Data Sekunder Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi NO. WAKTU PENGUMPU LAN DATA

SUMBER DATA NAMA DI JENIS DATA

1. 22-24 Februari 2017 1) BBWS Pemali Juwana 2) Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah

DI Singomerto Skema Jaringan Irigasi Skema Bangunan Peta DI Gung Skema DI Skema Bangunan Peta DI Kedung

Asem Skema Jaringan Irigasi Peta DI Sedadi PAI Peta DI Wadas Lintang Peta 2. 8-9 Maret 2017 1) BBWS Cidanau Ciujung Cidurian 2) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten DI Ciliman PAI Peta 3. 18-21 April 2017 1) BBWS Citanduy 2) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Di Citanduy Peta DI Cikunten Foto Peta DI Bantarheulang Peta DI Lakbok Utara Peta DI Manganti Peta DI Ciletuh

Skema Jaringan Irigasi Skema Bangunan PAI Peta DI Leuwinangka PAI DI Cileuleuy PAI 4. 8-10 Mei 2017 1) BBWS Brantas 2) Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa DI Lodoyo PAI DI Padi Pomahan PAI DI Porolinggo PAI DI Banyuputih PAI Peta DI Baru Peta

(35)

NO.

WAKTU PENGUMPU

LAN DATA

SUMBER DATA NAMA DI JENIS DATA

Timur DI Bedadung Peta DI Delta Brantas Skema Bangunan Irigasi PAI Peta DI Jatiroto Peta DI Setail Peta DI Kedung Kandang PAI Peta DI Menturus PAI Peta DI Molek PAI

DI Mrican Skema Jaringan Irigasi Peta

DI Pondok

Waluh Peta

DI Sampean Skema Jaringan Irigasi Peta

DI Sampean Baru

Skema Jaringan dan Bangunan Irigasi Peta

DI Siman Skema Jaringan Irigasi Peta

DI Talang

Skema Jaringan Irigasi, Skema Bangunan Peta

DI Sengkaling Skema Jaringan Irigasi DI Baong dan

Domas Skema Jaringan Irigasi DI Nglirip Skema Jaringan Irigasi

5. 17-19 Mei 2017

BBWS Bengawan Solo

DI Colo

Skema Jaringan Irigasi, Skema Bangunan Peta DI Bengawan Jero Peta DI Jejeruk Peta DI Pacal Peta DI Asin Bawah-Gumbal Dupok Peta DI Beron Peta DI Colo Barat Peta DI Colo Timur Peta DI Gondang Peta DI Pondok Peta DI Prijetan Peta DI Semen Krinjo Peta DI SIM Peta

(36)

NO.

WAKTU PENGUMPU

LAN DATA

SUMBER DATA NAMA DI JENIS DATA

DI Sungkur Peta 6. 7-9 Juni 2017 1) BBWS Serayu Opak 2) Dinas Pekerjaan Umum Pengairan En ergi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Provinsi D.I. Yogyakarta DI Banjarcahyan a Peta DI Boro Peta

DI Kalibawang Skema Jaringan Irigasi Peta DI Kedungputri Peta DI Mataram Van Der Weich

Skema Jaringan Irigasi, Skema Bangunan, Peta DI Progo Manggis Peta DI Sempor Peta DI Serayu Peta DI Singomerto Peta DI Tajum Peta DI Tuk Kuning Peta DI Wadaslintang Peta 7. 1-3 Agustus 2017

UPT Dinas SDA dan Irigasi Kepanjen Kota Malang (BWS Bango Gedangan) DI Kedungkanda ng Gambar Teknik Bangunan Terjun Pengukuran head dan debit 8. 15-16 Agustus 2017 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Banten

DI Pasir Eurih Pengukuran head dan debit 9. 22-25 Agustus 2017 1) BBWS Cimanuk Cisanggarung 2) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Garut DI Waduk Malahayu Skema DI Peta DI Cikeusik Skema DI Peta

DI Seuseupan Skema Bangunan, Peta

DI Ciwaringin Skema Jaringan Irigasi Peta

DI Rentang

Skema Jaringan Irigasi, Skema Bangunan, PAI

Peta

DI Kamun Skema Bangunan, Peta

DI Cipanas II Skema DI Peta

(37)

NO.

WAKTU PENGUMPU

LAN DATA

SUMBER DATA NAMA DI JENIS DATA

10. 6-8 September 2017 1) Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah 2) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjarnegara

DI Singamerta Skema Jaringan Irigasi

Di

Banjarcahyan a

Skema Jaringan Irigasi

11. 27-29 September 2017 1) Pemprov. Jawa Tengah 2) Pemkab. Kebumen DI

Wadaslintang Skema Jaringan Irigasi DI Sempor Skema Jaringan Irigasi DI Serayu Skema Jaringan Irigasi

12. 4-6 Oktober 2017 1) Pemprov. Jawa Barat 2) Pemkab. Sukabumi

DI Cimandiri Skema Jaringan Irigasi DI Ciletuh Skema Jaringan Irigasi DI Ciseureuh -

Cibeureum Skema Jaringan Irigasi

13. 30-31 Oktober 2017 1) BBWS Serayu Opak 2) Dinas PUP-ESDM Prov. D.I. Yogyakarta 3) Dinas PUSDATARU Prov. Jawa Tengah DI

Mataram-Van der Wijck Skema Jaringan Irigasi DI Tuk Kuning Skema Jaringan Irigasi DI Progo

Manggis Skema Jaringan Irigasi DI Kedung

Putri Skema Jaringan Irigasi DI Boro Skema Jaringan Irigasi DI

Kewenangan Provinsi

Skema Jaringan Irigasi

4) Sinkronisasi Data dan Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

Dari seluruh jenis data hasil pengumpulan data sekunder potensi mikro hidro di jaringan irigasi, kemudian diidentifikasi data kriteria potensi mikro hidro dan dilakukan rekapitulasi data serta penyeragaman format data. Form rekapitulasi data seperti dalam Tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4. 4. Form Rekapitulasi Data Potensi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

NO. NAMA BBWS DAERAH IRIGASI NAMA BANGUNAN KOORDINAT BANGUNAN (X,Y) DEBIT (m3) HEAD (m)

(38)

1. 2. 3. 4.

Petunjuk pelaksanaan (juklak) pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi telah disusun dan telah dilampirkan dalam Lampiran 4.

4.1.2 Identifikasi Teknologi Mikro Hidro di Jaringan Irigasi

1) Koordinasi dengan pihak terkait lokasi pengumpulan data potensi mikro hidro di jaringan irigasi

Hasil dari koordinasi yang telah dilakukan adalah pelaksanaan kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro, pada 5 (lima) lokasi BBWS yang telah dikunjungi. Dengan adanya koordinasi maka personil dari BBWS/BWS serta Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air di masing-masing perwakilan provinsi dapat mendampingi pelaksanaan kunjungan lapangan serta dapat memberikan data dan informasi yang relevan dengan kebutuhan data dalam kegiatan ini.

2) Kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro

Hasil kunjungan lapangan pada Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini.

Tabel 4. 5. Hasil Kunjungan Lapangan pada Daerah Irigasi yang Berpotensi untuk Pengembangan Mikro Hidro

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan Lapangan Hasil Kunjungan 1. 22-24 Februari 2017 1) BBWS Pemali Juwana 2) Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan

Hasil dari diskusi dengan Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah adalah terdapat beberapa lokasi yang disarankan antara lain DI Ligung Kabupaten Tegal, DI Kedungasem Kabupaten Kendal perbatasan dengan Kabupaten Batang, DI Singamerta Kabupaten Banjarnegara, dan DI Wadas Lintang Kabupaten Purworejo. Dari beberapa Daerah Irigasi

(39)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan Lapangan Hasil Kunjungan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah Tengah

di atas DI Ligung, DI Kedungasem, dan DI Singamerta pernah diterapkan teknologi mikro hidro. Kunjungan lapangan dilakukan di DI Kedungasem (Gambar 4.10), dimana pernah dilakukan penerapan mikro hidro pada tahun 1982 sampai dengan tahun 2012. Kerusakan terjadi pada baling-baling turbin serta kurangnya kemampuan warga dalam operasi dan pemeliharaan.

Gambar 4. 7. Tinjauan Lapangan Potensi Mikro Hidro di Daerah Irigasi Kedungasem

2. 8-9 Maret 2017 1) BBWS Cidanau Ciujung Cidurian 2) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten

Jaringan irigasi yang telah dimanfaatkan untuk PLTMH terdapat pada daerah irigasi Pasir Eurih dan Sindangheula. Keduanya berada pada wilayah kerja BBWS Cidanau Ciujung Cidurian. Kunjungan lapangan dilakukan pada percontohan PLTMH bersamaan dengan pengumpulan data pendukung potensi mikro hidro di jaringan irigasi, yaitu pada Daerah Irigasi Pasir Eurih di Kabupaten Pandeglang, Banten (Gambar 4.10).

PLTMH dikembangkan oleh Dinas PU dan Penataan Ruang Provinsi Banten sejak pertengahan tahun 2015. Namun, pada saat ini PLTMH tidak dapat digunakan. Kondisi tersebut dikarenakan debit yang masuk untuk menggerakkan turbin tidak stabil sehingga energi yang dihasilkan tidak dapat dimanfaatkan oleh warga. Penanganan Operasi dan Pemeliharaan (OP) yang kurang baik juga menyebabkan PLTMH tidak termanfaatkan secara maksimal.

Berdasarkan kondisi topografi wilayah Banten, daerah yang cocok dikembangkan untuk mikro hidro berada di bagian selatan. Hal itu dikarenakan kondisi topografi daerah yang berbukit. Daerah

(40)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

Irigasi yang berpotensi untuk penerapan teknologi mikro hidro memiliki bangunan terjun dengan minimal ketinggian 2 meter dan debit minimal 1 m3/detik, sehingga pemilihan daerah di bagian selatan Banten sangat sesuai. Permasalahan dalam pengembangan mikro hidro diantaranya adalah besarnya sedimen dalam aliran irigasi, bangunan-bangunan irigasi yang sedang di rehab, topografi datar, serta debit aliran yang tidak mencukupi untuk mikro hidro karena kondisi sungai yang rusak. Selain permasalahn teknis, permasalahn sosial juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan mikro hidro, yaitu kesiapan masyarakat yang kurang membuat mikro hidro tidak dapat termanfaatkan secara maksimal. Kunjungan lapangan pada daerah irigasi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan PLTMH dilakukan pada daerah irigasi Cikoncang (Kabupaten Pandeglang) dan Ciliman (Kabupaten Lebak). Kondisi elevasi dan debit sangat mendukung untuk dikembangkan PLTMH. Namun, dari segi teknis pengembangan bangunan pendukung PLTMH pada daerah irigasi tersebut tidak mudah untuk direkonstruksi.

(41)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

Gambar 4. 8. Bangunan Terjun dan Turbin Propeler Open Plume untuk PLTMH Pasir Eurih 3. 18-21 April 2017 1) BBWS Citanduy 2) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat

Daerah irigasi yang berpotensi untuk pengembangan mikro hidro di Provinsi Jawa Barat dibawah kewenangan BBWS Citarum dan Citanduy adalah daerah irigasi Ciletuh (Sukabumi), Cikaranggesan (Sukabumi), Cileuleuy (Subang), Leuwinangka (Subang), Lakbok Utara (Banjar), dan Cikunten 1 (Tasikmalaya). Pengumpulan data sekunder dilakukan di BBWS Citanduy dan Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan kunjungan ke instansi tersebut diperoleh data spasial jaringan irigasi daerah irigasi kewenangan pusat di wilayah kerja BBWS Citanduy serta informasi mengenai lokasi potensi mikro hidro di Provinsi Jawa Barat yang telah disesuaikan dengan kriteria potensinya.

Hasil tinjauan lapangan pada contoh bangunan terjun di daerah irigasi Lakbok Utara menunjukkan adanya potensi mikro hidro yang tidak begitu besar (Gambar 13). Jika dilihat dari kriteria fisiknya, bangunan terjun tersebut memiliki beda tinggi 1 meter dengan debit mencapai 2 m3/detik. Selain itu pada lokasi bangunan terjun tersebut merupakan daerah maju dan sudah terdapat pasokan listrik dari PLN.

Potensi mikro hidro di jaringan irigasi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat berada pada bagian selatan dimana daerah tersebut memiliki topografi yang berbukit hingga bergunung. Contoh bangunan got miring pada daerah irigasi Cikunten 1 sangat berpotensi untuk pengambangan mikro hidro (Gambar 4.12). Lokasi got miring yang berpotensi berada pada saluran primer sehingga tidak mengganggu aliran air yang mengairi sawah. Kondisi topografi yang berbukit menghasilkan beda tinggi yang cukup besar yaitu 5-6 meter dengan debit mencapai 5 m3/detik. Selain itu pada sekitar daerah tersebut belum terdapat listrik sehingga apabila daerah tersebut dikembangkan untuk mikro hidro akan sangat bermanfaat.

(42)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

Gambar 4. 9. Got Miring pada Daerah Irigasi Cikunten 1

Gambar 4. 10. Pengukuran Beda Tinggi pada Bangunan Terjun Daerah Irigasi Lakbok Utara

4. 8-10 Mei 2017 1) BBWS Brantas 2) Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur

Tahapan pengumpulan data penunjang kegaitan mikro hidro telah dilaksanakan di BBWS Brantas dan Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur. Data yang diperoleh dari BBWS Brantas berupa data PAI dan data skema jaringan di beberapa Daerah Irigasi kewenangan pusat di wilayah kerja BBWS Brantas. Selain itu diskusi mengenai Daerah Irigasi yang berpotensi untuk pengembangan PLTMH di jaringan irigasi juga dilakukan bersama dengan Kepala Bidang Progam, dimana Daerah Irigasi yang berpotensi salah satunya adalah daerah irigasi Kedung Kandang Kabupaten Malang. Tinjauan lapangan dilaksanakan di Daerah Irigasi Pekalen yang terdapat di Kabupaten Probolinggo luas baku sawah 6.696 Ha. Pada daerah tersebut terdapat beberapa bangunan terjun yang memiliki beda tinggi hingga 5 meter dan debit mencapai 3 m3/detik, sehingga daerah irigasi tersebut

(43)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

dinyatakan memiliki potensi PLTMH. Selain itu pada daerah irigasi Pekalen pernah dibangun PLTMH pada tahun 1970an yang dapat dimanfaatkan hingga tahun 1990an untuk sumber listrik 4-5 desa (Gambar 4.14)

Gambar 4. 11. Penerapan PLTMH di Daerah Irigasi Pekalen 5. 17-19 Mei 2017

BBWS Bengawan Solo

BBWS Bengawan Solo mempunyai wilayah kerja pada 12 DI kewenangan pusat di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Data yang diperoleh dari Bidang PJPA dan Bidang OP BBWS Bengawan Solo berupa data skema jaringan dan data spasial pada 12 DI wilayah kerja BBWS Bengawan Solo. Data-data tersebut akan diolah untuk menentukan potensi mikro hidro yang terdapat pada jaringan irigasi. Kondisi topografi yang datar menyebabkan beda tinggi pada jaringan irigasi tidak begitu besar. Hal tersebut menyebabkan tidak banyak terdapat bangunan terjun pada jaringan irigasinya. Beda tinggi yang cukup besar terdapat pada DI yang berada di Kabupaten Magetan dan Madiun, yaitu DI Jejeruk dan SI Madiun, dimana daerah tersebut memiliki topografi yang cukup terjal. Tinjauan lapangan dilaksanakan pada DI Colo Timur dan DI Colo Barat. DI yang memiliki topografi mayoritas datar menyebabkan beda tinggi yang terdapat pada jaringan irigasi kecil sehingga jarang terdapat bagunan terjun. Hanya terdapat 2 banguna terjun pada DI Colo Timur dan 1 bangunan terjun pada DI Colo Barat yang memenuhi kriteria pengembangan PLTMH dari segi beda tinggi, yaitu lebih dari 2 meter (Gambar 4.15). Bangunan terjun lain yang terdapat pada DI Colo Timur dan Colo Barat tidak mencapai 2 meter. Apabila melihat dari kriteria debit pada saluran irigasi, DI Colo Timur dan Colo Barat mempunyai debit yang sangat besar yaitu 18 m3/detik dengan debit andalan 12-15 m3/detik.

Wilayah yang memiliki topografi datar tidak banyak memiliki bangunan terjun pada saluran irigasinya, karena tidak terdapat beda tinggi di saluran irigasinya. Kondisi semacam ini tidak berpotensi

(44)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

untuk dikembangkan mikro hidro. Seperti pada beberapa daerah irigasi yang terdapat pada wilayah kerja BBWS Bengawan Solo, selain dari sisi beda tinggi yang kurang memenuhi kondisi wilayah yang sudah terjangkau adanya listrik membuat kurang sadarnya masyarakat dalam pemeliharaan alat-alat PLTMH. Penerapan PLTMH pernah dilakukan di Bendung Pacal (DI Pacal) di Kabupaten Bojonegoro yang dibangun pada tahun 1931 yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi. Selain itu rencana penerapan PLTMH pernah dilakukan pada bangunan pengendali sedimen yaitu pada tahun 1998-2000. Namun, adanya lintas kepentingan bahwa daerah tersebut merupakan daerah wisata arum jeram menyebabkan kendala perijinan dengan pengelola wisata setempat. Oleh karena itu penerapan PLTMH tidak jadi dilaksanakan. Penerapan mikro hidro pada beda tinggi yang kecil dapat digunakan dengan bangunan desak yang tertutup sehingga tekanan yang dihasilkan maksimal. Bangunan desak tersebut dapat berupa pipa yang dapat menggerakkan langsung turbin.

Gambar 4. 12. Bangunan Terjun pada DI Colo Timur dan DI Colo Barat 6. 7-9 Juni 2017 1) BBWS Serayu Opak 2) Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Provinsi D.I. Yogyakarta

1) Diskusi dengan Kabid SDA dan Kasie Perencana SDA PUP-ESDM Provinsi D.I. Yogyakarta

mengenai potensi mikro hidro di jaringan irigasi, diperoleh informasi:

a) Potensi Mikro Hidro tidak di temui pada daerah irigasi kewenangan Provinsi ataupun Kabupaten di mana beberapa syarat diantaranya adalah debit air minimal 1 m3/detik dan beda tinggi minimal 2 meter

b) Belum pernah ada survei untuk bangunan terjunan di daerah irigasi D.I Yogyakarta oleh dinas PUP-ESDM bidang SDA sehingga data kondisi bangunan terjunan belum dapat diketahui karakteristiknya.

2) Diskusi dengan Kepala Balai PSDA Provinsi D.I. Yogyakarta mengenai potensi mikro hidro di jaringan irigasi, diperoleh informasi:

(45)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

a) Adanya rencana pemasangan Mikro Hidro untuk menyalakan lampu-lampu di sekitar perkampungan/jalanan di Daerah Irigasi Mrican (Bantul).

b) Saat ini baru diketahui ada 5 PLTMH yang sudah ada diantaranya adalah DI Van der Weich 2 dan DI Kalibawang 3 yang dimana salah satunya pengelolaan swasta.

c) DI Wadas Lintang pada bagian saluran induk kiri sudah ada pemanfaatan Mikro Hidro dan menghasilkan watt yang lumayan cukup besar, listrik digunakan untuk keperluan kampung sekitarnya dan jalan

3) Tinjauan lapangan dilaksanakan pada DI Van Der Weich dan DI Kalibawang dengan

pendamping lapangan Juru pengamat. Setidaknya ada 7 PLTMH di temui lapangan diantaranya ada 1 yang jebol salurannya

sehingga tidak dapat dioperasikan lagi dan ada 4 bangunan terjunan yang berpotensi untuk

PLTMH yang sesuai dengan kriteria minimal yang syaratkan yaitu debit >1 m3/s dan beda

tinggi 2 meter.

4) Data yang diperoleh untuk mendukung kegiatan tersebut adalah data lokasi bangunan irigasi, skema jaringan, skema bangunan, serta peta situasi Daerah Irigasi.

Gambar 4. 13. Bangunan Terjun yang berpotensi mikro hidro pada Daerah Irigasi Kewenangan BBWS Serayu Opak

(46)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

Gambar 4. 14. Pemanfaatan energi mikro hidro pada PLTMH Semawung 7. 1-3 Agustus 2017

UPT Dinas SDA dan Irigasi Kepanjen Kota Malang (BWS Bango Gedangan)

Salah satu tahapan dalam kegiatan identifikasi mikro hidro di jaringan irigasi adalah kinjungan ke lapangan untuk melihat secara langsung potensi mikro hidro yang ada. Kunjungan lapangan ditujukan untuk melakukan pengkuran head dan debit pada saluran irigasi yang dianggap berpotensi untuk pengembangan mikro hidro. Kunjungan lapangan dilaksanakan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini diawali dengan diskusi dengan UPT Dinas PSDA di Malang dan tim narasumber dari P3TKEBTKE. Diskusi ini membahas mengenai maksud dan tujuan penelitian serta kerja sama yang sedang dilaksanakan oleh Balai Litbang Irigasi dengan P3TKEBTKE. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi teknologi PLTMH dan potensi mikro hidro di jaringan irigasi guna mendukung teknologi mikro hidro yang akan diterapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Berdasarkan hasil diskusi tersebut Daerah Irigasi Kedungkandang merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan mikro hidro karena beda tinggi pada jaringan irigasi berkisar antara 2-5 meter. Hal tersebut disetujui oleh narasumber dari UPT PSDA di Malang yang menyebutkan beda tinggi pada jaringan irigasi cukup besar ditunjang dengan debit yang besar pula. Lokasi lain yang direkomendasikan oleh UPT Dinas PSDA di Malang adalah Daerah Irigasi Molek. Selain memenuhi kriteria potensi mikro hidro, Daerah Irigasi tersebut mudah dijangkau karena lokasinya berdekatan dengan Daerah Irigasi Kedungkandang.

Data-data yang diperoleh dari BBWS Brantas mengenai Daerah Irigasi Kedungkandang kurang

(47)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

lengkap sehingga pada kunjungan lapangan kali ini dilakukan pengukuran langsung terhadap beda tinggi dan debitnya.

Gambar 4. 15. Diskusi dengan tim dari UPT Dinas SDA dan Irigasi Kepanjen Kota Malang (BWS Bango Gedangan), pengukuran lapangan bersama tim Puslitbang TKEBTKE di DI Kedungkandang Kabupaten Malang (dari kiri atas

searah jarum jam) 8. 15-16 Agustus

2017

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Banten

Kunjungan lapangan ke Pandeglang Provinsi Banten dilaksanakan bersama tim dari P3TKEBTKE Kementerian ESDM. Kunjungan lapangan ini disertai dengan pengukuran debit dan beda tinggi pada saluran irigasi secara langsung. Daerah Irigasi yang diukur adalah Daerah Irigasi Pasir Eurih dan Daerah Irigasi Ciliman. Kunjungan lapangan juga didampingi oleh tim dari Bidang PJPA Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Banten. Pengolahan terhadap data sekunder dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kunjungan lapangan. Pengolahan data berbasis GIS terhadap data saluran dan data DEM diperoleh informasi beda tinggi pada saluran irigasi. Pengukuran menggunakan altimeter digunakan sebagai uji akurasi terhadap hasil pengolahan data DEM di saluran irigasi. Hasil dari pengukuran beda tinggi terlihat bahwa akurasi DEM yang digunakan untuk pengolahan data kurang baik. Hal itu dikarenakan DEM yang digunakan mempunyai resolusi 30 meter. Beda tinggi yang dihasilkan pada hasil pengolahan DEM tersebut berkisar antara 5 m

(48)

NO. Waktu dan Lokasi Kunjungan

Lapangan

Hasil Kunjungan

hingga 15 m. Namun, pada kenyataan di lapangan beda tinggi di sepanjang saluran hanya berkisar 1 – 2 m saja. Pengukuran debit dilakukan menggunakan current meter. Debit yang diperoleh dari hasil pengukuran di Daerah Irigasi Pasir Eurih sebesar 0,8 m3/detik. Debit tersebut merupakan debit pada saat jaringan irigasi dalam kondisi kering. Pengukuran debit pada Daerah Irigasi Ciliman tidak dilakukan karena pada saat kunjungan di lapangan, jaringan irigasi sedang tidak ada air atau kering. Menurut informasi dari warga sekitar jarigan irigasi sudah tidak dimanfaatkan karena pembagian air yang tidak sampai pada jaringan tersebut. Oleh karena itu pengairan terhadap sawah dilakukan dengan sistem tadah hujan.

Gambar 4. 16. Pengukuran langsung di lapangan bersama dengan tim dari Puslitbang TKEBTKE dan Bidang PJPA Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Provinsi Banten di DI Pasir Eurih dan DI Ciliman 9. 22-25 Agustus 2017 1) BBWS Cimanuk Cisanggarung 2) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Garut

Diskusi dengan pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung dilakukan untuk mengetahui informasi potensi mikro hidro di jaringan irigasi serta untuk memperoleh data kriteria potensi mikro hidro. Beberapa rekomendasi lokasi yang berpotensi untuk penerapan mikro hidro disarankan oleh pihak BBWS, salah satunya di Daerah Irigasi Rentang yang berada di Majalengka.

Kunjungan lapangan dilaksanakan di Bendung Rentang yang membendung Sungai Cimanuk. Bendung Rentang mempunyai 2 saluran utama yaitu saluran induk Sindupraja dan saluran induk

Gambar

Gambar 1. 1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Identifikasi Potensi Mikro Hidro di  Jaringan Irigasi
Gambar 2. 1. Penampang Melintang Bagunan Terjun dan Got Miring   (Direktorat Pengelolaan Lahan dan Air, 2008)
Tabel 4. 1. Tinjauan Lapangan ke Proyek Percontohan pada Daerah Irigasi  (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang  Tujuan Kunjungan  Hasil Kunjungan
Gambar 4. 1. Contoh Saluran yang Berpotensi Mikro Hidro  pada Daerah  Irigasi (DI) Curug Agung, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Raharjo (2015) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap

Adapun maksud dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk mengetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian, memperoleh data, serta memperoleh gambaran secara umum

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sistem LAPAN-A2/ORARI dilengkapi oleh 3 buah paket baterai dengan spesifikasi total daya 18,3 Ah pada tegangan nominal 15 Volt.. Dalam

Menurut Storman (2015), peranan wanita dalam filem seram merupakan isu perbalahan sama ada di kalangan sarjana malah dalam industri perfileman itu sendiri. Wanita

1) Apabila data yang diperoleh adalah data PAI yang lengkap, maka informasi beda tinggi dapat langsung di ambil dari data PAI tersebut. 2) Apabila data PAI kurang lengkap atau

Penelitian dilakukan untuk mengamati jumlah pemberian kadar air yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi hijauan tanaman Indigofera zollingeriana namun informasi tentang

9 Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanannya adalah responsiveness dengan prinsip saling menguntungkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan dan perencanaan laba Hotel Sintesa Peninsula Manado secara keseluruhan dengan menggunakan analisis