• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi nilai toleransi melalui model pengajaran telling story pendidikan kewarganegaraan Untuk mencegah perkelahian tawuran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Internalisasi nilai toleransi melalui model pengajaran telling story pendidikan kewarganegaraan Untuk mencegah perkelahian tawuran."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN NILAI-NILAI KERUKUNAN ANTAR

UMMAT BERAGAMA PADA MASYARAKAT MAJEMUK

(Studi Kasus Pada Masyarakat Dusun Kalibago, Desa Kalipang Kabupaten

Kediri, Jawa Timur)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

Rosania Mega Fibriana 1201268

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERKEMBANGAN NILAI-NILAI KERUKUNAN ANTAR UMMAT BERAGAMA PADA MASYARAKAT MAJEMUK

(Studi Kasus Pada Masyarakat Dusun Kalibago, Desa Kalipang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur)

Oleh

Rosania Mega Fibriana

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Rosania Mega Fibriana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PERKEMBANGAN NILAI-NILAI KERUKUNAN ANTAR UMMAT BERAGAMA PADA MASYARAKAT MAJEMUK

(Studi Kasus Pada Masyarakat Dusun Kalibago, Desa Kalipang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur)

Oleh

Rosania Mega Fibriana 1201268

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 196203161988031003

Pembimbing II

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 196005151988031002

Mengetahui

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap 2 Hari/tanggal : Jum’at, 27 Juni 2014

Tempat : Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Sekolah Pascasarjana UPI Tim Penguji :

Penguji 1

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 196203161988031003 Penguji 2

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 196005151988031002 Penguji 3

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed

Penguji 4

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd NIP. 195806051988031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(5)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABTRACT ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULISError! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

(6)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Batasan Istilah ... Error! Bookmark not defined. 1. Nilai ... Error! Bookmark not defined. 2. Kerukunan Ummat Beragama ... Error! Bookmark not defined. G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .. Error! Bookmark not defined. H. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konsep Nilai . Error! Bookmark not defined.

1. Kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan NilaiError! Bookmark not defin 2. Pengertian dan Ruang Lingkup Nilai ... Error! Bookmark not defined.

3. Nilai dalam Kerukunan Antarumat Beragama .... Error! Bookmark not defined. B. Kerukunan Antar ummat Beragama di Indonesia .... Error! Bookmark not defined. 1. Perkembangan Agama-Agama di Indonesia ... Error! Bookmark not defined.

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kerukunan Antar ummat BeragamaError! Bookmark not define 3. Pluralisme ... Error! Bookmark not defined.

C. Masyarakat Majemuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Error! Bookmark not d 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Masyarakat ... Error! Bookmark not defined.

(7)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Masyarakat Majemuk ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Studi Literatur ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. G. Validitas Data ... Error! Bookmark not defined. H. Tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Error! Bookmark not defined. A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Letak dan Luan Wilayah ... Error! Bookmark not defined. 2. Jumlah Penduduk Dusun Kalibago ... Error! Bookmark not defined. 3. Ekonomi ... Error! Bookmark not defined. B. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Proses yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalibago dalam membangun kerukunan antarumat beragama ... Error! Bookmark not defined.

2. Faktor-faktor yang dapat mempersatukan masyarakat Dusun KalibagoError! Bookmark not def 3. Perwujudan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat

Dusun Kalibago ... Error! Bookmark not defined. C. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kemajemukan Agama Pada Masyarakat Dusun Kalibago Dapat Menimbulkan Konflik Antar Ummat Beragama ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyelesaian Konflik Antar Ummat Beragama dengan Kesepakatan Bersama

(8)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tiga Faktor Yang Memperkuat Kerukunan Antar Ummat Beragama di Dusun Kalibago ... Error! Bookmark not defined. 4. Perkembangan Tiga Agama di Dusun Kalibago . Error! Bookmark not defined. 5. Membangun Nilai-Nilai Kerukunan Antar Ummat Beragama di Dusun

(9)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subjek Penelitian... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.1 Fasilitas Umum di Dusun Kalibago ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata PencaharianError! Bookmark not defined. Tabel 4.4 Persentase Jumlah Pemeluk Agama di Dusun KalibagoError! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Proses Yang Dilakukan Oleh Masyarakat Dusun Kalibago dalam

Membangun Kerukunan Antar ummat BeragamaError! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempersatukan Masyarakat Dusun kalibagoError! Bookmark not Tabel 4.7 Perwujudan Nilai-Nilai Kerukunan Antar Ummat Beragama Pada

(10)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(11)

Rosania Mega Fibriana, 2014

(12)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Tesis ini menyajikan hasil penelitian tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago. Masalah pokok pada penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama dan cara membangun kerukunan antar ummat pada masyarakat Dusun Kalibago? Teori yang digunakan untuk membahas permasalahan tersebut adalah teori pluralisme agama dari Hick. Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana proses yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalibago dalam membangun kerukunan antar ummat beragama? Faktor-faktor apa saja yang dapat mempemersatukan masyarakat Dusun Kalibago? Bagaimana perwujudan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan data tentang terbentuknya masyarakat majemuk di Dusun Kalibago, cara membina kerukunan antarumat beragama, faktor-faktor yang mempersatukan masyarakat Dusun Kalibago, dan toleransi antar ummat beragama di Dusun Kalibago. Data-data ini dikumpulkan dengan teknik pengamatan secara langsung di Dusun Kalibago, wawancara secara mendalam kepada masyarakat Dusun Kalibago dan didukung oleh analisis data kependudukan Dusun Kalibago. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Proses membangun kerukunan antarumat beragama di Dusun Kalibago diawali dengan pembentukan masyarakat majemuk melalui perpindahan agama yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di sana. Perpindahan agama ini menimbulkan konflik antarumat beragama yang berimbas kehidupan sehari-hari mereka. Namun konflik ini dapat diselesaikan dengan bermusyawarah dan menghasilkan kesepakatan bersama. Untuk mendukung terciptanya kerukunan antarumat beragama diadakan kegiatan tahunan yaitu acara resik deso dan acara 17 Agustus. 2) Faktor-Faktor pemersatu masyarakat Dusun Kalibago diantaranya, hubungan keluarga masyarakat Dusun Kalibago, membina perdamaian bersama, dan mengutamakan rasa kemanusiaan untuk saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat. 3) Perwujudan nilai-nilai kerukunan antarumat beragama mengikuti proses yang dilalui oleh masyarakat Dusun Kalibago dari mulai tahun 1965 sampai dengan saat ini. Nilai-nilai kerukunan antarumat beragama ini diwujudkan dalam sikap saling menghormati, saling menghargai, saling bertoleransi, gotong royong, dan bertenggang rasa. Perwujudan dari sikap saling bertoleransi antarumat beragama di Dusun kalibago dapat menghasilkan tradisi kirim kue dan tradisi berkunjung yang dilakukan pada hari besar keagamaan.

(13)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABTRACT

This thesis presents the results of the study of the development of the values of inter-religious harmony in the society of Kalibago Village. The focus in this study were how the development of the values of inter-religious harmony was and how the people of Kalibago Village built the inter-religious harmony in their society? The grand theory employed to discuss the focus is religious pluralism by Hick. The research questions were: what process the people of Kalibago Village do in order to create inter-religious harmony? What factors unify the people of Kalibago Village? How is the realization of values of the inter-religious harmony in the society of Kalibago Village? In order to answer these questions, the data about how a plural society was formed and factors unifying the society of Kalibago Village as well as contributing into inter-religious harmony in Village were obtained. These data were obtained by using direct observation in Kalibago Village and in-depth interviews with the people of Kalibago Village, which were also supported by demographic data analysis of Kalibago Village. The data were analyzed by using data analysis techniques suggested by Miles and Huberman. The results of the study were as follows: 1) the process in building inter-religious harmony in Kalibago Village started by the formulation of plural society through the transfer of religion done by some people. The transfer of religion created inter-religious conflict impacting their daily lives. However, this conflict could be solved by the colloquy, which resulted in the development of mutual agreement. In supporting the development of inter-religious harmony, the society regularly holds annual celebrations, which are resik deso and 17 August party. 2) the factors unifying the society of Kalibago Village are that the society upholds a kinship relationship among people of Kalibago Village, maintains a mutual peace, and prioritizes the humanity in supporting their social life. 3) the realization of values of inter-religious harmony has been in the process since 1965 up until now. The values of inter-religious harmony are manifested in being respect, appreciative, tolerant, mutually cooperative, and open-minded. The manifestation of being tolerant among inter-religious society in Kalibago Village created traditions by sending cake and visiting that are done in the religious holidays.

(14)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia selalu memiliki keinginan untuk hidup bersama, meskipun mereka berbeda. Mengutip pendapat Aristoteles manusia merupakan makhluk sosial atau sering disebut zoon politicon, karena manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia sering hidup berkelompok menjadi masyarakat. Menurut Ranjabar (2006:10) masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena itu manusia hidup bersama.

Beberapa orang sarjana (dalam Ranjabar, 2006:10) mencoba memberikan definisi masyarakat sebagai berikut: Mac Iver dan Page yang mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Ralp Linton mengemukakan, masyakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Dari berbagai pendapat di atas tentang masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dengan aturan hidup bersama yang mereka sepakati.

(15)

2

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia yang bersifat majemuk, suatu istilah yang mula-mula sekali diperkenalkan oleh Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia-Belanda.

Oleh karena itu, Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Bhinneka Tunggal Ika juga merupakan salah satu unsur dari empat pilar kebangsaan yang pada masa sekarang sedang gencar disosialisasikan di tengah masyarakat. Hal tersebut, dilakukan untuk tetap menjaga kesatuan Bangsa dan Negara Indonesia. Belakangan ini sering sekali terjadi konflik antar masyarakat.

Konflik yang sering terjadi di masyarakat dapat disebabkan berbagai unsur, diantaranya adalah disebabkan oleh etnisitas, agama, dan lainnya. Isu SARA (suku, agama, dan ras) yang sangat rentan akan konflik dapat memicu perpecahan di berbagai daerah di Indonesia. Konflik yang sering terjadi sekarang salah satunya disebabkan oleh keberagaman agama yang ada di tengah masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat akan kerukunan beragama yang menjadi alasan utamanya. Masyarakat kurang memandang keberagaman secara arif dan bijaksana.

Menurut Kasubdit (dalam Saputra, 2012) penanganan Konflik Sosial, Ditjen Kesbangpol, Kementerian Dalam Negeri Tri Jaladara, dari 104 peristiwa konflik sosial tersebut, bentrokan antarwarga merupakan pemicu konflik yang paling besar mencapai 33,6%, disusul isu keamanan sebanyak 26 kali peristiwa atau mencapai 25%. Pemicu bentrokan biasanya karena sengketa lahan dan konflik organisasi kemasyarakatan. Masing-masing sebanyak 13 peristiwa atau 12,5%, sedangkan isu SARA hanya 10 peristiwa atau 9,6% menjadi pemicu konflik. Sementara isu kesenjangan sosial hanya satu peristiwa, konflik pada institusi pendidikan dan ekses konflik politik masing-masing tiga peristiwa.

(16)

3

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

majemuk. Isu yang sering di membuat resah adalah isu perbedaan agama sebagai pemicu timbulnya konfllik.

Suryana (2011) berpendapat bahwa agama sebagai pedoman perilaku yang suci mengarahkan penganutnya untuk saling menghargai dan menghormati, tetapi seringkali kenyataan menunjukkan sebaliknya, para penganut agama lebih tertarik kepada aspek-aspek yang bersifat emosional.

Menurut pendapat tersebut, agama yang berperan sebagai pedoman hidup mengarahkan manusia kepada hal-hal yang baik dan suci diantaranya saling menghormati dan menghargai. Namun, sekarang seringkali terjadi perpecahan antar ummat beragama karena masalah pelecehan agama yang satu kepada agaman yang lainnya. Di masa sekarang ini banyak orang yang sudah melupakan rasa toleransi antar ummat beragama, sehingga tidak dapat menciptakan kebersamaan dan persatuan.

Zada (dalam Suryana, 2011) mengungkapkan bahwa agama bisa kehilangan makna substantifnya dalam menjawab soal-soal kemanusiaan, yakni ketika agama tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup yang mampu melahirkan kenyamanan spiritual dan obyektif dalam segala aspek kehidupan ummat manusia.

Pendapat tersebut sedikit menggambarkan keadaan masyarakat majemuk sekarang ini, agama sudah kehilangan ruhnya untuk menjadi pedoman hidup bagi masyarakat. Pada kenyataannya banyak orang mengaku beragama dan mencintai agamanya. Namun, pengakuan tersebut tidak diikuti dengan perilaku yang seharusnya saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Banyak orang mulai mengabaikan nilai-nilai agama yang mengatur hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya. Mayoritas orang mengutamakan kepentingan masing-masing tanpa memperhatikan makna agama yang dianutnya. Dan tidak menutup kemungkinan kepentingannya dapat menimbulkan konflik.

(17)

4

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada masa itu. Namun, dimasa sekarang perbedaan pemahaman dan perbedaan pendapat diantara mereka tidak dapat dihindari. Kemunculan organisasi-organisasi Islam di Indonesia dapat menyebabkan konflik internal antar ummat beragama itu sendiri. Karena mereka selalu menganggap bahwa ajaran yang dianutnya itu adalah ajaran yang paling benar. Jika semua merasa yang paling benar, maka konflik internal suatu agama dapat terjadi.

Padahal Konstitusi di Indonesia sudah menjamin setiap Warga Negara Indonesia untuk bebas memeluk agama masing-masing. Hal ini sudah tertera jelas di Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Dalam pasal tersebut sudah terlihat jelas bahwa negara benar-benar menjamin setiap warga negara Indonesia untuk bebas memilih agamanya masing-masing. Namun, banyak sekali pihak-pihak yang ingin mengganggu hak-hak yang dimiliki oleh setiap warga negara. Oleh karena itu, perlu dimaknai secara mendalam oleh setiap warga negara Indonesia yang merupakan masyarakat majemuk bahwa negara Indonesia ini berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (YME). Agama apapun pasti mengakui adanya Tuhan YME dan tidak perlu menganggap diri yang paling benar sedangkan yang lain salah untuk meminimalisir konflik di masyarakat.

Menurut Lembaga Pertahanan Nasional (2012) dilihat dari analisis strategik kondisi objektif kerukunan hidup antar ummat beragama di Indonesia yang ditandai oleh banyaknya permasalahan yang berakhir dengan kekerasan sosial dapat dilihat dari aspek astagrata yang terkait langsung dengan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.

(18)

5

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat menimbulkan konflik antar ummat beragama.Konflik ini dapat menjadi pemicu konflik besar yang dapat mempengaruhi ketahanan negara.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ummat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Kerjasama dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia dapat hidup rukun dan damai dengan sesamanya.

Jika saja masyarakat dapat menyadari keberagaman yang ada di tengah masyarakat, maka tidak akan terjadi konflik. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara kesatuan dari berbagai macam suku yang berbeda. Oleh karena itu, kesadaran atas keberagaman yang ada di tengah masyarakat sangatlah diperlukan. Adanya kesadaran masyarakat akan keberagaman akan tercipta masyarakat yang saling toleransi antar ummat beragama, saling menghormati, saling menghargai, gotong royong, dan saling melengkapi.

Salah satu contoh masyarakat yang menyadari akan keberagaman di tengah masyarakat adalah masyarakat Dusun Kalibago. Dusun Kalibago tepatnya berada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Keberagaman yang ada pada Dusun ini adalah keberagaman agama yang mereka anut. Ada tiga agama yang dianut oleh masing-masing masyarakat Dusun Kalibago yaitu Islam, Kristen, dan Hindu.

Nasikun (2007:35) menyatakan Kemajemukan masyarakat Indonesia di tandai oleh dua cirinya yang unik pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaeraahan dan kedua secara vertikal di tandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Jika dikaitkan dengan pendapat dari Nasikun ini, masyarakat Dusun Kalibago mencirikan kemajemukan masyarakat Indonesia. Kemajemukan ini perlu diisi dengan rasa menghormati, menghargai, dan toleransi di tengah perbedaan mereka.

(19)

6

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah suatu hal yang dapat memecahkan asas kekeluargaan. Mereka selalu menanamkan sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling toleransi antara agama yang satu dengan yang lainnya. Kehidupan masyarakat Dusun Kalibago sangat tenang, tentram, dan damai. Hal ini juga dapat langsung dirasakan oleh orang yang baru memasuki Dusun Kalibago. Karena tercermin dari sikap dan perilaku masyarakat Dusun Kalibago yang sangat santun dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Asas kekeluargaan selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dusun Kalibago, mereka tak segan untuk saling tolong menolong dan bergotong royong. Misalnya saja dalam pembangunan rumah ataupun pembangunan rumah-rumah peribadatan untuk tiga agama yang tumbuh dan berkembang di Dusun Kalibago. Di Dusun Kalibago terdapat tiga tempat peribadatan yaitu Masjid untuk ummat Islam, Gereja untuk ummat Katolik, dan Pura untuk ummat Hindu.

Kerukunan ummat beragama di Dusun Kalibago diperkuat dengan adanya acara Resik Deso, dalam acara ini masyarakat berkumpul bersama di balai dusun. Semua warga membawa berbagai macam jenis makanan yang telah dibuat. Makanan yang telah dibawa oleh masyarakat biasanya disebut berkatan. Tujuan acara resik deso ini adalah agar semua warga Dusun Kalibago selalu diberikan keselamatan dan keberkahan sepanjang tahun, acara resik deso ini biasa dilakukan setahun sekali pada bulan Muharam. Ini adalah acara yang unik, karena ketiga agama ini bergiliran setiap tahunnya untuk memimpin do’a. Oleh karena itu, perekat kerukunan ummat beragama di Dusun Kalibago ini adalah acara resik deso ini.

(20)

7

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masyarakat Dusun Kalibago menarik untuk diteliti, karena mereka hidup di tengah perbedaan agama. Yang bisa jadi suatu hari nanti bisa menumbuhkan suatu konflik baru seperti yang terjadi di daerah-daerah lainnya. Sedikit saja gesekan yang terjadi diantara mereka bisa membuat perpecahan yang sangat berpengaruh kepada kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia setiap warga negara dijamin bebas memeluk agama sesuai kepercayaan masing-masing.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan ummat beragama masyarakat Dusun Kalibago, maka peneliti mengambil judul : “Perkembangan Nilai-Nilai Kerukunan Antar Ummat Beragama Pada Masyarakat Majemuk (Studi Kasus Pada Masyarakat Dusun Kalibago, Desa Kalipang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur)”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Krisis rasa toleransi yang sekarang dialami oleh masyarakat di Indonesia menimbulkan konflik antar ummat di masyarakat. Perpecahan yang terjadi disebabkan kurangnya kesadaran di masyarakat atas Bhinneka Tunggal Ika yang ada.

b. Konflik-konflik yang terjadi di masyarakat sekarang banyak disebabkan oleh perbedaan agama dan perbedaan aliran agama. Konflik sering terjadi anarki sampai pembakaran rumah ibadah. 2. Rumusan Masalah

Dari masalah yang muncul di latar belakang di atas yang muncul di tengah masyarakat Dusun Kalibago. Dapat peneliti rumuskan suatu masalah pokok yaitu : “Bagaimana perkembangan dan cara membangun nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama dalam Masyarakat Dusun kalibago?”

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka dari rumusan masalah pokok tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut :

(21)

8

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempersatukan masyarakat Dusun Kalibago?

3. Bagaimana perwujudan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perkembangan dan membangun nilai-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago untuk mampu diadaptasi diterapkan pada masyarakat lain yang masing-masing menganut tiga agama.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan:

1. Proses yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalibago dalam membangun kerukunan antar ummat beragama.

2. Faktor-faktor pemersatu masyarakat Dusun Kalibago dalam menjaga kerukunan hidup beragama.

3. Perwujudan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis, diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk pengetahuan ilmu sosial dan dapat memberikan pengetahuan tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan umat beragama masyarakat Dusun Kalibago.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan peneliti tentang masyarakat yang memiliki keragaman agama. Namun, dalam keberagaman tersebut dapat diciptakan kehidupan yang rukun dan damai pada kehidupan sehari-hari.

(22)

9

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat setempat. Sehingga, masyarakat Dusun Kalibago dapat menyadari bahwa kehidupan mereka yang rukun dapat dijadikan contoh bagimasyarakat lainnya.

c. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat diadaptasi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang memiliki perbedaan agama dan pola kehidupan yang sama dengan masyarakat Dusun Kalibago.

d. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk mencontohkan kehidupan masyarakat yang memiliki keragaman agama dan dapat membina kerukunan dalam kehidupan sehari-harinya. E. Penjelasan Istilah

1. Nilai Kerukunan Antar ummat Beragama

Nilai kerukunan antar ummat beragama tumbuh dari sosial-budaya masyarakat yang berbeda agama. Suradi Abubakar (2000:16) mengungkapkan kerukunan berasal dari kata rukun berarti baik dan damai, tidak bertengkar. Kerukunan merupakan suatu kemauan untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan tertib. “Dengan demikian dalam masyarakat tercipta suasana kedamaian, ketertiban dan ketentraman, tanpa ada pertikaian dan pertengkaran”. Ada indikator dalam nilai kerukunan antar ummat beragama, yaitu adanya toleransi, saling menghormati, saling menghargai dalam mengamalkan ajaran agamanya, membina tenggang rasa, dan bergotong royong dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

2. Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang memiliki perbedaan suku, agama, dan ras. Dalam hal ini masyarakat majemuk yang memiliki perbedaan agama.

F. Batasan Istilah 1. Nilai

(23)

10

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai nilai ekonomi yang disandarkan pada nilai produk, kesejahteraan, dan harga, dengan penghargaan yang demikian tinggi pada hal yang bersifat material. Nilai didefinisikan, nilai sebagai sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi. Nilai merupakan asumsi yang abstrak tentang harga relative suatu masyarakat. Nilai merupakan seperangkat alat untuk menetapkan harga dari pribadi atau kelompok. Nilai merupakan alat pengawas, daya tekan dan daya mengikat tertentu. Supaya manusia terdorong, tertekan untuk berbuat sebaik mungkin.

Gordon Alport (dalam Mulyana, 2004:9) berpendapat bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Kuperman mengungkapkan bahwa nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. 2. Kerukunan Ummat Beragama

Suardi Abubakar (2000:123) mengungkapkan pada masa recovery pembangunan seperti sekarang ini, agama mempunyai peranan penting, satu diantaranya agama merupakan faktor motivator. Artinya agama memberikan dorongan batin bagi pemeluk agama untuk selalu berbuat baik, jujur dan bekerja keras. Untuk itu bangsa Indonesia yang percaya dan taqwa kepada Tuhan YME perlu merapatkan barisan dalam rangka mensukseskan pembangunan.

3. Masyarakat Majemuk

Menurut Furnivall (dalam nasikun, 2012: 35) masyarakat Indonesia pada masa Hindia-Belanda merupakan suatu masyarakat majemuk (plural societies), yakni suatu masyarakat yang terdiri dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembaruan satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik. G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

(24)

11

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama.

Metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode studi kasus. Karena yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses perkembangan nilai-nilai dan aktivitas masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengertian tentang studi kasus yang diungkapkan oleh Stake (dalam Creswell, 2010:20) studi kasus merupakan strategi penelititan di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah dilakukan.

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Keempat teknik penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan memperkuat data yang yang diperoleh di lapangan.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang dituju oleh peneliti untuk mendapatkan informasi selengkapnya dari masyarakat Dusun Kalibago tentang kerukunan ummat beragama. Lokasi yang menjadi rujukan untuk diteliti adalah di Dusun Kalibago, Kabupaten Kediri.

Peneliti mendatangi subjek secara langsung dan mewawancara subjek penelitian. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat Dusun Kalibago. Peneliti melakukan wawancara dengan mereka melalui pendekatan-pendekatan secara khusus agar mereka dapat memberikan data yang akurat. Wawancara difokuskan pada :

a. Kepala Dusun Kalibgao

Untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan ummat beragama di Dusun Kalibago. selain itu, untuk mendapatkan data-data masyarakat Dusun Kalibago.

(25)

12

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agama yang berkembang di Dusun Kalibago ada tiga yaitu Islam, Kristen, dan Hindu. Informasi yang dibutuhkan oleh ketiga tokoh agama ini sangat penting untuk mengetahui strategi mereka dalam menjaga kerukunan ummat beragama di dusun tersebut.

c.Aparatur Desa Kalipang

Untuk mendapatkan data-data penduduk masyarakat Kalang, peneliti melibatkan aparatur desa atau perangkat desa

d. Masyarakat Dusun Kalibago

(26)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Dusun Kalibago, Dusun kalibago terletak di Desa Kalipang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pemilihan Dusun Kalibago sebagai lokasi penelitian didasarkan pada hasil observasi pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa di Dusun tersebut terdapat terdapat masyarakat yang menganut tiga agama, yaitu agama Islam, agama Hindu, dan agama Katolik. Mereka dapat membina nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala dusun Kalibago, Tokoh agama Islam, Tokoh agama Hindu, Tokoh agama Katolik, Aparatur Desa Kalipang, masyarakat Dusun kalibago.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Jumlah

1. Kepala Dusun Kalibago 1 orang

2. Tokoh Agama Islam 2 orang

3. Tokoh Agama Hindu 1 orang

4. Tokoh Agama Katolik 2 orang

5. Aparatur Desa Kalipang 2 orang 6. Masyarakat :

a. Petani pemilik b. Petani penggarap c. Suster panti asuhan

a. 3 orang b. 2 orang c. 2 orang

Jumlah 15 orang

(27)

53

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek penelitian sebagaimana telah dijelaskan pada tabel diatas dipilih karena dianggap dapat memberikan informasi tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Majemuk di Dusun Kalibago. Kepala Dusun Kalibago dipilih untuk memberikan informasi selengkapnya dari mulai sejarah terbentuknya masyarakat majemuk sampai pada membina kerukunan antar ummat beragama. Kepala dusun sebagai pemimpin masyarakat dusun kalibago lebih mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dusunnya dari waktu kewaktu. Informasi selengkapnya sangat dibutuhkan dari kepala Dusun Kalibago ini karena orang yang mengetahui perkembangan yang terjadi pada masyarakanya.

Tokoh agama yang dipilih dari ketiga agama, yaitu tokoh agama Islam, tokoh agama Hindu, dan tokoh agama Katolik. Para tokoh agama ini dipilih karena dianggap dapat memberikan informasi tentang cara membina ummatnya sesuai ajaran agama masing-masing untuk membangun dan menjaga nilai-nilai kerukunan ummat beragama.

Aparatur Desa Kalipang dipilih menjadi responden untuk memberikan data-data yang diperlukan oleh peneliti. Karena letak Dusun Kalibago ini di Desa Kalipang, selain itu peneliti membutuhkan informasi dari aparatur desa kalipang tentang kerukunan umat beragama pada masyarakat Dusun kalibago.

Masyarakat Dusun kalibago dipilih untuk memberikan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi pada masyarakat dalam menjaga kerukunan antar ummat beragama. karena masyarakat setempat lebih mengetahui kondisi lingkungannya. Masyarakat lebih mengetahui perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama yang terjadi pada mereka.

B. Pendekatan Penelitian

(28)

54

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengamatan dilakukan dari mulai memasuki lokasi penelitian sampai hari terakhir masa penelitian.

Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Bentuk interaksi ini dengan cara menjalin komunikasi dengan masyarakat sekitar dan terlibat dalam kegiatan bersama yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Dalam menjalin komunikasi peneliti berusaha memahami bahasa Jawa yang digunakan oleh semua masyarakat setempat. Karena sebagian masyarakat setempat masih menggunakan bahasa “Kromo Inggil” (Bahasa Jawa halus)

Peneliti juga berusaha untuk menafsirkan atas semua informasi yang diberikan oleh masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Penafsiran ini disesuaikan dengan pengamatan dan komunikasi yang terjaling dengan masyarakat sekitar.

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini didasarkan pada

pendapat Nasution (2003:5) yang mengatakan, “Penelitian kualitatif pada

hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama.”

C. Metode Penelitian

Peneliti mengunakan metode penelitian studi kasus. Karena peneliti mengamati lokasi dan subjek penelitian secara langsung. Peneliti mengamati secara cermat semua aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian. Pengamatan aktivitas masyarakat ini disesuaikan dengan waktu penelitian yang telah ditentukan.

(29)

55

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Peneliti lebih tertarik pada metode studi kasus, karena metode penelitian ini dapat mengembangkan teori yang telah ada. Pengembangan teori ini didukung dengan adanya perkembangan kehidupan yang terjadi pada masyarakat. Metode studi kasus ini dapat mewakili tujuan dari penelitian yaitu, mengungkapkan suatu kasus yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat tertentu., metode penelitian studi kasus dapat memberikan pengalaman yang baru untuk peneliti.

Peneliti menggunakan metode studi kasus ini berdasarkan pendapat Stake (dalam Denzin dan Lincoln 2009: 313) mengungkapkan tentang kelebihan, tujuan,

dan manfaat studi kasus. “Kelebihan studi kasus terletak pada perbaikan teori

(refining theory) dan kompleksitas isu yang ditawarkan yang bisa menjadi bahan penelitian pada masa depan, sekaligus sebagai bukti dari keterbatasan prinsip generalizabilitas (sifat dapat digeneralisasi). Tujuan dari studi kasus bukanlah untuk mewakili dunia, namun untuk mewakili suatu kasus. Manfaat dan kegunaan studi kasus bagi para praktisi dan pembuat kebijakan terletak pada aspek perluasan pengalamannya (its extention of experience). Secara garis besar, metode studi kasus adalah metode penelitian pribadi dan kajian tentang pengalaman personal yang unik.”

Dalam penulisan penelitian ini penulis mengungkapkan segala yang terjadi di lapangan secara ilmiah. Pelaporan kebenaran ilmiah ini terbuka bagi kritik dan saran dari para akademisi. Penulis dapat menjiwai penelitiannya karena penulis cukup mengetahui segala yang terjadi di lokasi penelitian.

Srategi yang digunakan untuk penulisan studi kasus ini adalah eksplanatoris untuk mengetahui lebih mendalam segala sesuatu yang ada di lokasi penelitian sesuai dengan kajian yang diteliti. Dengan menggunakan studi kasus eksplanatoris peneliti dapat menggunakan strategi historis dan eksperimen.

(30)

56

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti ini berkenaan dengan kaitan-kaitan operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri, dan bukan sekedar frekuensi atau kemunculan.

Penulisan laporan studi kasus yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan pendapat dari Licoln dan Guba dalam Alwasilah (2009:273), ada tiga syarat penulisan laporan studi kasus sebagai berikut. Pertama, penulis seyogyanya memiliki keterampilan menulis di atas rata-rata. Menulis studi kasus bagai menulis fiksi sajam tetapi tidak murni fiksi sebab ini adalah pelaporan ilmiah. Kedua, penulis terbuka atas segala kritikan dan saran dari orang lain. Laporan studi kasus bukan hanya mirip fiksi tapi jua melaporkan kebenaran ilmiah yang terbuka bagi kritik agar laporannya terpercaya. Ketiga, penulis adalah seseorang yang betul-betul menjiwai kasus yang dilaporkannya.

Selain itu Lincoln dan Guba dalam Alwasilah (2009:274) mengungkapkan panduan untuk menulis laporan studi kasus, diantaranya: Penulisan bergaya informal; penulisan tidak bergaya interpretif atau evaluative kecuali pada bagian yang diniati demikian; pada penulisan draf pertama harus diantisipasi adanya pelaporan secara berlebihan karrena segala sesuatu dimasukkan karena hamper semua temuan dilaporkan kaarena takut kehilangan data yang mungkin berharga; penulis harus menjaga kerahasiaan responden dan lembaga sebagai sumber data. Penulis harus membuat catatan audit (audit trail); penulis harus menentukan kapan pelaporan harus berhenti.

D. Penjelasan Istilah

1. Nilai Kerukunan Antar ummat Beragama

Nilai kerukunan antar ummat beragama tumbuh dari sosial-budaya masyarakat yang berbeda agama. Suradi Abubakar (2000:16) mengungkapkan kerukunan berasal dari kata rukun berarti baik dan damai, tidak bertengkar. Kerukunan merupakan suatu kemauan untuk hidup bersama berdampingan secara

damai dan tertib. “Dengan demikian dalam masyarakat tercipta suasana

(31)

57

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang memiliki perbedaan suku, agama, dan ras. Dalam hal ini masyarakat majemuk yang memiliki perbedaan agama.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pendukung untuk jalannya penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrumen penelitian. Karena peneliti mengamati langsung di lapangan dan merasakan segala sesuatu yang terjadi di lokasi penelitian. Peneliti juga terlibat langsung dengan masyarakat setempat untuk berinteraksi bersama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Peneliti dapat menganalisis dan mengambil kesimpulan atas semua data yang telah diambil dari lokasi penelitian.

Semua yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian berdasarkan pendapat dari Nasution (2003 : 55-56) bahwa, Instrumen dalam penelitian kualitatif sering kali disebut key instrument, dimana peneliti bertindak sebagai instrument. Peneliti sebagai instrument penelitian karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek keadan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

c. Tiap situasi merupakan seuatu keseluruhan.

d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata.

e. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

f. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.

(32)

58

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melalui proses yang pertama dengan melakukan observasidi lokasi penelitian. Kedua dengan wawancara, dalam proses ini dilakukan tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian agar pertanyaan terarah dengan baik dan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Melalui proses observasi dan wawancara guna untuk mengetahui perkembangan nilai-nilai kerukunan ummat beragama dalam masyarakat Desa Kalibago, Kabupaten Kediri. Dan kajian pustaka tentang kerukunan ummat beragama, serta studi dokumentasi untuk melengkapi data pendukung penelitian kualitatif.

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Pada tahap awal peneliti menggunakan teknik observasi untuk mengamati setiap kegiatan yang terjadi di lapangan lokasi penelitian. Dengan melakukan observasi peneliti dapat mengetahui yang terjadi di lingkungan lokasi penelitian berdasarkan kenyataan. Menurut Nasution (2003:57), dalam mengadakan pengamatan kita tidak hanya memperhitungkan apa yang kita amati, akan tetapi mengamati juga mengamati diri sendiri. Pengamatan yang lengkap karena pengamatan adalah selektif. Dalam tiap pengamatan harus selalu kia kaitkan dua hal, yakni informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks ( hal-hal yang berkaitan di sekitarnya).

(33)

59

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Wawancara

Setelah observasi perlu dilakukan wawancara dengan masyarakat sekitar untuk mendapatkan informasi yang akurat. Menurut Nasution (2003:69) dalam penelitian kualitatif kita ingin mengetahui bagaimana pendapat responden tentang lingkungannya. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan teknik wawancara. Dalam wawancara kita dihadapkan pada dua hal yaitu kita harus secara nyata mengadakan interaksidenan responden dan kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan kita sendiri. Data yang kita kumpulkan dalam panelitian kualitatif adalah bersifat verbal dan non verbal. Pada umumnya dalam wawancara yang diutamakan adalah data verbal yang diperoleh melalui percakapan.

Menurut Creswell (2010: 267) dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan tetepon, atau terlibat dalam focus group

intervieuw (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam dampai

delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur

(unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk

memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

Untuk teknik wawancara ini adapun pendapat dari Morse (dalam Denzin dan Lincoln, 2009: 290) yang menjelaskan bahwa seorang peneliti untuk pertama kalinya harus bisa menjaga alur wawancara agar tetap terfocus pada tema-tema yang luas, dan memberi kebebasan sepenuhnya bagi partisipan untuk

“menceritakan pengalaman hidupnya.” Selanjutnya, peneliti dapat mengarahkan

(34)

60

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Studi Literatur

Studi literatur adalah adalah alat mengumpulkan data untuk mengungkapkan bahan pembahasan penelitian. Teknik studi literatur ini dapat dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Teknik ini untuk mendapatkan data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data-data penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Bahan penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara, namun data dari sumber non-manusia seperti dokumen, foto dan statistik perlu mendapat perhatian. Dokumen, surat-surat, foto, dan lain-lain dapat dipandang sebagai “nara sumber” yang dapat diminta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Menurut Nasution (2003: 85-86), dokumen pribadi terdiri atas surat-surat, buku harian dan dokumen resmi. Bahan resmi formal banyak ragamnya seperti notula rapat, laporan-laporan, peraturan, anggaran dasar, formulir isian, rapor murid, daftar absensi, dan sebagainya.

Menurut Creswell (2010: 267), selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumenkualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti oran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat ( seperti, buku harian, diary, surat, email). Ada pula data kualitatif berupa materi audio dan visual. Data ini berupa foto, objrk-objrk seni, videotape, atau segala jenis suara/ bunyi.

G. Validitas Data

(35)

61

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2003:105) bahwa validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan. Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variable yang sebenarnya. Dalam penelitian kualitatif, validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Cara-cara untuk memenuhi kredibilitas (“validitas internal”), berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yakni dengan :

1. Memperpanjang Masa Observasi

Selama berada di lokasi penelitian peneliti selalu mengamati semua yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan berusaha menyatu dengan masyarakat setempat. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapat lebih akurat dari para responden. Selain itu, peneliti juga berusaha mengenali tradisi kehidupan masyarakat setempat agar tidak ada kesalahan dalam menafsirkan pola kehidupan yang mereka jalani.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nasution (2003: 114-115) mengungkapkan bahwa, harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, mengenal kebudayaan lingkungan, dan mengechek kebenaran informasi. Ada kemungkinan kita memandang situasi itu secara ethnosentris, yakni dari segi kebudayaan kita sendiri, sehingga timbul tafsiran yang salah. Kehadiran peneliti dianggap wajar bila telah diterima oleh lingkungan, sehingga informan tidak berpura-pura lagi dalam memberikan informasi. Informan akan memberikan informasi yang sesungguhnya sesuai dengan kenyataan yang ada.

2. Mengadakan Member Check

(36)

62

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Nasution (2003:117-118), salah satu cara yang sangat penting atau mungkin paling penting adalah melakukan apa yang disebut “member check”. Pada akhir wawancara kita ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita, apa yang dikatakan oleh responden dengan maksud agar ia memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambahkan apa yang masih kurang. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

3. Triangulasi

Untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik triangulasi data. Peneliti memeriksa kembali hasil pengamatan di lokasi penelitian dan hasil wawancara yang diperoleh dari responden. Setelah memadukan kedua data tersebut, peneliti mengkonfirmasi kembali dengan dokumentasi yang didapat dari lapangan. Hal ini sangan diperlukan untuk memeriksa kembali dan membandingkan data yang telahh ada dengan data yang diperoleh peneliti.

Pemeriksaan kembali pada data yang telah ada dengan menggunakan teknik triangulasi ini berdasarkan pendapat dari Nasution (2003:115-116) yang mengatakan bahwa, istilah triangulasi berasal dari navigasi dan survey tanah dalam pembuatan peta. Lokasi suatu titik akan diketahui posisinya terhadap dua titik lain. Bila data berasal hanya dari satu sumber, maka kebenarannya belum dapat dipastikan. Namun, apabila dua sumber atau lebih menyatakan hal yang sama, maka tingkat kebenarannya akan lebih tinggi. Tujuan triangulasi adalah menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan.

Triangulasi tidak hanya sekedar menilai kebenaran data, akan tetapi juga untuk

menyelidiki validitas tafsiran kita mengenai data itu. Maka karena itu triangulasi harus bersifat refleksi.

Flick dalam Morse (Denzin dan Lincoln, 2009: 307-308), teknik

triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang

(37)

63

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari suatu observasi ataupun interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Teknik triangulasi juga dapat digunakan untuk mengklarifikasi makna dengan cara mengidentifikasi cara pandang yang berbeda terhadap berbagai fenomena.

H. Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini ada tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dari sebelum turun langsung ke lapangan dan sesampainya di lapangan. Tahap pertama, peneliti membuat surat-surat perizinan dari pihak Sekolah Pasca Sarjana-Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan pra-penelitian. Setelah mendapatkan surat pra-penelitian, kita ke lapangan untuk melakukan observasi sementara belum secara mendalam.

Tahap kedua, peneliti membuat surat-surat perizinan dari pihak Sekolah pasca Sarjana-Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan penelitian. Setelah itu, meminta surat perizinan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Barat yang ditujukan ke Kesbangpol Provinsi Jawa Timur. Setelah meminta surat perizinan dari antarprovinsi, surat perizinan kemudian ditujukan ke Kesbangpol Kabupaten Kediri dan dilengkapi surat perizinan dari berbagai tembusan sampai ke Desa kalipang.

Tahap ketiga, peneliti mendatangi lokasi penelitian dengan membawa surat-surat perizinan yang telah lengkap. Peneliti mulai melakukan kegiatan observasi dan wawancara, wawancara pertamadilakukan kepada kelapa Dusun Kalibago dan dilanjutkan kepada para tokoh agama dan masyarakat Dusun kalibago. Peneliti berusaha menggali secara mendalam tentang masalah-masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan gambar-gambar, foto-foto, data penduduk, dan lain-lain. Untuk dokumentasi dari penelitian ini.

I. Teknik Analisis Data

(38)

64

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif. Manusia tidak cukup mampu sebagai pemroses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk (Gestalt) yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami. Penarikan kesimpulan, hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)

Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus.

1. Reduksi Data

Pada penelitian ini, reduksi data difokuskan pada ha-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan pada wawancara dengan kepala Dusun Kalibago, para tokoh agama di Dusun Kalibago, dan masyarakat Dusun

Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan/verifikasi

(39)

65

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kalibago tentang perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama di Dusun tersebut.

. Ketika peneliti mendapatkan data-data dari lapangan, peneliti langsung menyusun secara sistematis data-data yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melihat pokok-pokok yang penting agar mudah untuk diperdalam kebenarannya. Pokok-pokok yang penting ini disesuaikan dengan tema penelitian dan topik yang diperlukan untuk keperluan penelitian. 2. Display data

Untuk memudahkan data yang diperoleh dilapangan penelitik membuat matriks agar semuanya dapat dikondisikan fokus kepada tema dan topik penelitian. Display data ini digunakan untuk mememberikan analisis awal kepada data yang telah diperoleh di lapangan. Agar data tidak menumpuk dan menyulitkan peneliti, peneliti menguraikan data yang ada dalam bentuk matriks.

Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat Nasution (2003:128) yang mengungkapkan, data yang bertumpuk-tumpuk, laporan lapangan yang tebal, sulit ditangani, sulit melihat hutannya karena pohonnya. Sulit pula melihat hubungan antara detail yang banyak. Dengan sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Maka karena itu, agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, network dan chart. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. Membuat “display” ini juga merupakan analisis.

3. Kesimpulan/Verifikasi

(40)

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak.

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Masyarakat Dusun Kalibago merupakan masyarakat yang bersifat plural atau majemuk. Mereka dikatakan majemuk dari segi agama, terdapat tiga agama yang dianut oleh masyarakat Dusun kalibago yaitu agama Islam, agama Hindu, dan agama Katolik. Sebelum tahun 1965 seluruh masyarakat Dusun Kalibago beragama Islam. Terbentuknya masyarakat majemuk ini dimulai sejak tahun 1965 dengan masuknya agama Hindu dan agama Katolik.

Pada proses perkembangan ketiga agama tersebut sempat terjadi konflik antar ummat beragama. Bentuk konflik antar ummat beragama di Dusun Kalibago adalah saling menyudutkan, saling menjelekkan, saling melecehkan agama yang satu dengan yang lain, sampai pada permusuhan antar warga. Pada masa itu masyarakat masih mengakui pluralisme agama secara de facto, artinya mereka masih memberikan pengakuan secara sementara. Di sisi lain mereka masih mencari kebenaran agamanya masing-masing dan mereka belum bisa menghargai nilai-nilai agama lain. Pluralisme yang seperti ini sangat mudah menimbulkan konflik.

(41)

131

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keserasian hidup antar sesama manusia tanpa memandang kedudukan, pangkat, sosial ekonomi, perbedaan agama dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat Dusun Kalibago juga bertujuan untuk membangun kembali kerukunan antar ummat beragama melalui pendekatan-pendekatan pembinaan untuk membangun kerukunan.

Isi dari kesepakatan tersebut adalah pembinaan oleh para tokoh agama kepada masing-masing ummatnya dan membangun kembali kerukunan masyarakat Dusun Kalibago. Pembinaan ini dilakukan dengan cara menguatkan keimanan pada ajaran agama masing-masing. Dari pembinaan ini terciptalah kerukunan anta ummat beragama yang tumbuh secara perlahan dan merekatkan hubungan kekeluargaan yang sempat merenggang karena adanya konflik antar ummat beragama yang pernah terjadi.

Masyarakat dusun Kalibago memiliki cara yang tepat untuk lebih merekatkan hubungan mereka. Mereka mengadakan kegiatan-kegiatan acara yang rutin dilakukan bersama. Acara tahunan yang rutin dilaksanakan adalah Acara

resik deso setiap tanggal 1 bulan Suro dan acara 17 Agustus untuk merayakan hari

kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, ada acara

kendurian yang biasa diadakan oleh warga yang sedang hajat pernikahan atau

warga yang mengadakan acara kematian salah satu anggota keluarganya. Acara-acara tersebut bertujuan untuk merekatkan hubungan masyarakat dan membina kerukunan antar ummat beragama di Dusun Kalibago.

(42)

132

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada mereka dapat saling merasakan kebahagiaan dan kesulitan yang dirasakan satu dan lainnya dengan sikap bertenggang rasa. Dengan bertenggang rasa mereka tidak pernah mencampuradukkan urusan agama dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Masyarakat dusun Kalibago lebih mengutamakan rasa kemanusiaan untuk saling tolong menolong.

Kerja sama atau gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalibago tidak hanya untuk bekerja bakti membersihkan dusun. Mereka bergotong royong dalam pembangunan atau perbaikan rumah ibadah baik Masjid, Gereja,atau Pura. Masyarakat di sana selalu menjaga kebersamaan yang selama ini telah terbina dengan baik dalam membangun kembali kerukunan antar ummat beragama. Dengan begitu mereka dapat menciptakan kerukunan antar ummat beragama di Dusun Kalibago.

Perkembangan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama di Dusun Kalibago menghasilkan tradisi sebagai bentuk perwujudan sikap toleransi dari masyarakat setempat. Tradisi tersebut adalah tradisi kirim kue dan tradisi kunjungan kepada rumah-rumah warga yang merayakan hari besar agamanya. Tradisi yang pertama adalah tradisi kirim kue, biasanya dilakukan oleh warga yang merayakan hari besar agamanya, kue-kue ini dikirimkan kepada warga yang memeluk agama lain. Tradisi yang kedua adalah tradisi kunjungan, warga yang sedang merayakan hari besar agamanya menerima kunjungan dari para warga yang beragama lain yang tidak sedang merayakan hari besar. Kedua tradisi ini bertujuan untuk merekatkan hubungan silaturahim diantara mereka dan mewujudkan sikap tolerans antar ummat bearagama.

Dari tahun 1979 sampai dengan sekarang perkembangan nila-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago menuju ke arah yang lebih baik. Dengan adanya berbagai acara dan kegiatan serta tradisi yang dilakukan secara bersama-sama dapat memperkokoh kerukunan dan persatuan masyarakat dusun Kalibago.

(43)

133

Rosania Mega Fibriana, 2014

Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara khusus, hasil dari penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Pada proses membangun kerukunan antar ummat beragama di Dusun Kalibago diawali dengan terbentuknya masyarakat majemuk melalui perpindahan agama yang dapat memicu konflik antar ummat beragama, namun hal ini dapat diselesaikan dengan cara bermusyawarah bersama yang menghasilkan suatu kesepakatan bersama dan untuk mendukung terciptanya kerukunan antar ummat beragama diadakan kegiatan-kegiatan bersama dalam acara tahunan yaitu acara resik deso dan acara 17 Agustus.

2) Faktor-faktor yang dapat mempersatukan masyarakat Dusun Kalibago diantaranya adanya hubungan keluarga pada sebagian besar masyarakat Dusun kalibago, kedamaian yang dibina oleh seluruh masyarakat Dusun kalibago, dan rasa kemanusiaan yang selalu diutamakan oleh masyarakat Dusun kalibago untuk menjalani kehidupan bermasyarakat.

3) Perwujudan nilai-nilai kerukunan antar ummat beragama pada masyarakat Dusun Kalibago melalui sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat di sana, sikap saling menghormati; saling menghargai; saling bertoleransi; saling bergotong royong dan sikap saling bertenggang rasa, perkembangan tersebut dapat menghasilkan tradisi sebagai perwujudan nilai toleransi antar ummat beragama di dusun Kalibago.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat peneliti rumuskan beberapa rekomendasi untuk:

1. Aparatur Dusun Kalibago

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kebergunaan aplikasi mobile android untuk pemesanan online tiket fastboat dari Bali ke Nusa Penida atau sebaliknya.. Selain itu,

Aplikasi pengambilan keputusan Dalam persoalan penugasan multi kriteria Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduvi.. Persoalan

[r]

Aplikasi pengambilan keputusan Dalam persoalan penugasan multi kriteria Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduii.. APLIKASI PENGAMBILAN

Manfaat teoritis dalam penulisan skripsi ini adalah menambah wawasan keilmuan matematika dalam proses pengambilan keputusan terlebih dalam persoalan penugasan dengan

Faculty of Health Science, Muhammadiyah University of Magelang, Indonesia Email yang diverifikasi di 

Setelah dilakukan perancangan, implementasi pada frekuensi 800 Mhz serta analisis yang dibuat, terdapat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, yaitu: Antena

Bila dikaitkan dengan hipotesis bahwa perusahaan yang go-public harusnya lebih efisien, untuk kasus BUMN hipotesis tersebut dapat diterima namun tidak untuk