NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN
DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Khusus
Oleh
NITA HARINI
NIM. 1303154
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN
DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Oleh
Nita Harini
Sebuah Tesis yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Khusus
© Nita Harini 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NITA HARINI NIM. 1303154
NITA HARINI
Pengembangan Program Intervensi Gerak
untuk Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak
pada Anak dengan Developmental Coordination Disorder (DCD)
di Sekolah Dasar Negeri Cibabat Mandiri II Kota Cimahi
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing
Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. NIP. 195903241984031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK
DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Nita Harini
NIM 1303154 / Prodi PKKh-SPs-UPI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh prevalensi anak-anak dengan Developmental Coordination Disorder (DCD) yang semakin meningkat. Anak-anak dengan DCD
seringkali tidak disadari keberadaannya sehingga menjadi terabaikan, padahal mereka mengalami hambatan gerak yang berdampak terhadap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan akademik di sekolah. Pemberian intervensi bagi anak-anak dengan DCD sangatlah diperlukan. Pendidik perlu mengetahui intervensi seperti apa yang efektif dan tepat untuk diterapkan pada anak dengan
DCD. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu program intervensi gerak untuk meningkatkan keterampilan koordinasi gerak bagi anak dengan DCD
berdasarkan pertimbangan kondisi objektif anak, kompetensi guru, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tiga tahap penelitian. Tahapan penelitian dilakukan secara hirarki, artinya tahapan penelitian pertama akan mempengaruhi tahapan penelitian selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan utama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan program intervensi gerak untuk meningkatkan keterampilan koordinasi gerak yang dilakukan sudah layak diterapkan bagi anak dengan DCD. Program intervensi gerak ini dikatakan layak dilihat dari tiga aspek, yaitu dilihat dari sisi pengguna (guru), proses intervensi yang dilakukan, dan dampak terhadap kemampuan anak. Berdasarkan analisis ketiga aspek tersebut diperoleh nilai kepraktisan dan nilai kebermanfaat dari penerapan program intervensi gerak bagi anak dengan DCD di sekolah. Kepraktisan dari penerapan program intervensi gerak yang dikembangkan dapat dilihat dari kemudahan guru dalam memahami, melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program intervensi gerak ini. Kebermanfaatan dari program intervensi gerak dapat terlihat dari kemampuan kontrol gerak anak dalam keterampilan koordinasi gerak yang meningkat.
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MOVEMENT INTERVENTION PROGRAM TO IMPROVE MOTOR COORDINATION SKILLS FOR CHILDREN WITH
DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Nita Harini
NIM. 1303154 / Prodi PKKh-SPs-UPI
The increasing number of children with Developmental Coordination Disorder (DCD) motivates the author to conduct this research. The unawareness of educators to DCD condition lead to the lack of intervention and even neglection. In fact, the children with DCD have difficulty on movement which affect their daily living activities and academic performances at school. The provision of interventions for children with DCD is important. The educators need to know and apply the effective and appropriate intervention for children with DCD. The aim of this research is to develop an intervention program to improve the movement of motor coordination skills of children with DCD based on of the children’s objective conditions, the teachers’ competencies, and the availability of schools facilities. A qualitative approach used three stages of the research were conducted in a hierarchial way, which mean the first stage of the research will affect the next steps in order to achieve the main goal of research. The result shows that the development of intervention program to improve the motor coordination skills were already feasible for children with DCD. It was feasible based on the three aspects; 1) those were in term of users (educators), 2) the process of intervention, and 3) the impact to the children’s abilities. Based on the analysis of these three aspects, it gained the value of practicality and value of benefit from the implementation of movement intervention program for children with DCD in the schools. The practicality are seen from the easiness of the educators to understand, implement, and evaluate the implementation of the movement intervention programs. Moreover, the benefit value are seen from the children’s ability in movement control in motor coordination skills.
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRACT... ii
ABSTRAK ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4
C. Pertanyaan Penelitian ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Deskripsi Teori ... 1. Anak dengan Developmental Coordination Disorder (DCD) ... 2. Keterampilan Koordinasi Gerak pada Anak dengan Developmental Coordination Disorder ... 3. Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak bagi Anak dengan Developmental Coordination Disorder ... 8 A. Pemaparan Hasil Penelitian ...
1. Kondisi Objektif Keterampilan Koordinasi Gerak pada Anak dengan Developmental Coordination Disorder
dalam Keterampilan Koordinasi Gerak ... 2. Perumusan Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak bagi Anak dengan Developmental Coordination Disorder ... 3. Pelaksanaan Program Intervensi Gerak untuk
57
57
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak bagi
Anak dengan Developmental Coordination Disorder... 123
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 130
1. Keberagaman Hambatan yang Dialami oleh Anak dengan Developmental Coordination Disorder ... 2. Keterlaksanaan Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak bagi Anak dengan Developmental Coordination Disorder ... 130 134 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 140
A. Simpulan ... 140
B. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 142
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 146
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
No.Tabel Hal
3.1. Kisi-kisi Instrumen Wawancara dan Observasi Penggalian
Data Awal ... 47
3.2. Kisi-kisi Instrumen Uji Kelayakan Praktis ... 52
3.3. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Uji Keterlaksanaan ... 55
4.1. Rangkuman profil Keterampilan Koordinasi Gerak Anak Y di Sekolah Dasar Negeri Kota Cimahi dan Implikasinya terhadap
Pengembangan Progrm Intervensi Gerak... 62
4.2. Rangkuman profil Keterampilan Koordinasi Gerak Anak Y di Sekolah Dasar Negeri Kota Cimahi dan Implikasinya terhadap Pengembangan
Program Intervensi Gerak... 64
4.3. Upaya Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Koordinasi Gerak pada Anak dengan Developmental Coorination Disorder dan
Implikasinya Terhadap Pengembangan Program... 68
4.4. Studi Delphi Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Koordinasi Gerak bagi Anak dengan Developmental Coordination
Disorder Putaran I ... 91
4.5. Studi Delphi Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Koordinasi Gerak bagi Anak dengan Developmental Coordination Disorder
Putaran II ... 115
4.6. Feedback Guru Terhadap Program Intervensi Gerak untuk
Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak pada Anak dengan Developmental Coordination Disorder dan Implikasinya Terhadap
Penerapan Program Intervensi di Sekolah. ... 122
4.7. Hasil Pelaksanaan Intervensi Bimanual – Koordinasi Tangan Kanan dan
Tangan Kiri Subjek L ... 126
4.8. Hasil Pelaksanaan Intervensi Koordinasi Tangan dan Kaki Subjek L... 127
4.9. Hasil Pelaksanaan Intervensi Bimanual – Koordinasi Tangan Kanan dan
Tangan Kiri Subjek Y ... 127
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.11.Analisis Hasil Uji Keterlaksanaan Program Intervensi Gerak untuk Meningkatkan Keterampilan Koordinasi Gerak pada Anak dengan
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
No. Grafik Hal
4.1. Hasil Perubahan Keterampilan Bilateral ... 137
4.2. Hasil Perubahan Keterampilan Koordinasi Tangan dan Kaki ... 138
4.3. Perbandigan Keterampilan Koordinasi Gerak pada Subjek Y dan
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Hal
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Hal
1. Instrumen Identifikassi Anak dengan DCD ... 146
2. Skoring Hasil Identifikasi ... 148
3. Deskripsi Penentuan Subjek ... 155
4. Catatan Lapangan – Hasil Observasi ... 157
5. Catatan Reflektif – Analisis Hasil Observasi ... 159
6. Transkrip Wawancara ... 160
7. Member Check ... 172
8. Data Hasil Wawancara ... 174
9. Kuesioner Delphie ... 208
10. Format Pencatatan Hasil Pelaksanaan Intervensi ... 220
1
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini semakin banyak ditemukan anak-anak yang mengalami
hambatan dalam pelaksanaan proses belajar, populasi ini meningkat seiring
dengan berjalannya waktu. Adapun faktor penyebab dari terjadinya hambatan
belajar ini tidak lagi hanya karena masalah IQ saja namun juga dikarenakan oleh
banyak faktor. Kenyataan di lapangan menunjukkan semakin banyak anak yang
memiliki IQ normal bahkan di atas rata-rata mengalami prestasi belajar yang
buruk (under achiever). Lebih lanjut diketahui bahwa diantara sekian banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya problematik belajar pada anak, masalah
motorik merupakan salah satu faktor yang memiliki prevalensi tinggi, yaitu sekitar
70% anak dengan problematik belajar dipastikan mengalami hambatan motorik.
(Dokumen klinik Tanaya, 2015).
Hambatan yang dialami oleh anak dengan hambatan motorik pada umumnya
meliputi keterlambatan dalam hal berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan dan
gerakan-gerakan motorik lainnya yang lebih kompleks. Hambatan ini dapat
disebabkan oleh faktor yang bervariasi, Lewis (2003, hlm 153), menyatakan
hambatan motorik diantaranya adalah children with spina bifida, children with
cerebral palsy, and children with developmental coordination disorder (DCD). Smith
(1975, hlm 383-386) menyebutkan hambatan motorik dapat disebabkan selain dari
penyebab diatas, yaitu Epilepsy, muscullar dystrophy, poliomyelities and other motor
disorder (crippling conditions of joints, muscles or bones). Selain faktor-faktor faktor
diatas, masih terdapat banyak sebab lain yang menyebabkan seorang anak mengalami
hambatan motorik.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, di salah satu Sekolah
Dasar Negeri kota Cimahi, diperoleh informasi dari guru bahwa terdapat sekitar 5 hingga 8 anak per kelas (+ 40 siswa dalam satu kelas) mengalami hambatan
motorik, artinya sekitar 12-20% siswa di dalam satu kelas mengalami hambatan
2
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut, terdapat sekelompok anak yang mengalami hambatan motorik atau gerak
tanpa adanya tanda-tanda masalah yang jelas, artinya anak tersebut tidak
mengalami kekakuan pada anggota geraknya, tidak kehilangan anggota geraknya,
namun anak-anak tersebut jelas mengalami hambatan dalam melakukan
koordinasi gerak, sehingga dalam aktivitas sehari-hari mengalami hambatan yang
tentu saja berdampak pada aktivitas yang berhubungan dengan akademik di kelas.
Temuan di atas sejalan dengan hasil penelitian Stordy dan Nicholl (2000),
mereka menemukan anak-anak yang mengalami hambatan motorik atau gerak
tanpa adanya tanda-tanda masalah yang jelas. Dalam kehidupan sehari-hari
termasuk di sekolah, sekilas mereka terlihat seperti anak-anak yang tidak
bermasalah, namun saat mengikuti kegiatan belajar di kelas, mereka menunjukkan
tingkah laku yang membingungkan, membuat marah, jengkel dan frustasi bagi
orang tua, guru, atau orang-orang yang berada disekitarnya maupun bagi anak itu
sendiri.
Stansell (2007) menyatakan ‘with no obvious physical indications, it has
been referred to as the hidden disability’. Anak-anak dengan hambatan gerak ini
seringkali tidak terperhatikan karena memang tanpa adanya ciri fisik yang jelas
dikarenakan hambatannya yang tersembunyi. Prevalensi anak-anak dengan hidden
disability ini dapat dikatakan tinggi, yaitu 5-6% dari semua anak usia sekolah
(Missiuna, Rivard, & Pollock, 2011).
Berdasarkan beberapa temuan tersebut, kelompok medis menciptakan suatu
diagnosa untuk mendeskripsikan anak-anak yang terkesan ceroboh atau
mengalami masalah dalam eksekusi gerakan lainnya yang spesifik, yaitu anak dengan DCD (Development Coordination Disorder) (Kurtz, 2008: hlm. 24).
DCD seringkali dianggap sebagai ‘developmental disorder’ dan pada beberapa
kasus kadang kala tidak disadari secara klinis (Kirby, dkk., 2007).
DCD merupakan hambatan gerak, yang bukan dikarenakan masalah
neurologis spesifik atau hambatan kognitif dan dampak jangka panjang akan
berpengaruh pada pencapaian akademik mereka (American Psychiatric
Association (APA), 2000). Tugas fungsional sehari-hari seperti berpakaian,
3
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan problematik bagi anak-anak ini dan menyebabkan frustasi rutin
(Cermak, Gubbay, & Larkin, 2002; May Benson, Ingolia, & Koomar, 2002;
Missiuna, 2003). Kesulitan ini disadari sebagai tampilan kunci dari suatu
hambatan gerak yang dikenal sebagai Developmental Coordination Disorder
(DCD).
Klasifikasi umum dari kategori keterampilan motorik yang biasanya
digambarkan meliputi: koordinasi gerak, motorik halus, visual-motorik, dan
motorik kasar (Bobbio & Gabbard, 2009). Anak-anak dengan DCD biasanya
mengalami hambatan pada seluruh klasifikasi umum kategori motorik. Macnab,
dkk (2001), mengidentifikasi masalah yang dialami oleh anak-anak dengan DCD,
yang dikenali dengan proporsi bermacam-macam dari mulai hambatan dalam
fungsi motorik halus dan motorik kasar, sulitnya memproses informasi gerak dan
koordinasi gerak, rendahnya memori visual-spasial, hingga masalah pada
ketajaman sensori.
Intervensi dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan semenjak dini bagi
anak-anak dengan DCD, karena akan dapat meminimalisir hambatan dan tingkat
frustasi pada anak. Intervensi dan penanganan yang tepat juga dapat menggali
dan mengoptimalkan potensi besar yang sebenarnya dimiliki oleh anak. Penelitian
Hillier (2007), mencatatkan bahwa pemberian intervensi bagi anak-anak dengan
DCD menunjukkan perkembangan yang baik jika dibandingkan dengan tidak ada
pemberian intervensi, namun penelitian ini tidak menjelaskan intervensi seperti
apa yang efektif dan tepat bagi anak dengan DCD.
Temuan lainnya yang diperoleh dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa layanan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di SDN Cibabat Mandiri II
Kota Cimahi ini sudah dilaksanakan, namun belum adanya layanan intervensi
yang didasarkan pada analisis kebutuhan dari anak DCD itu sendiri dan belum
adanya acuan ataupun panduan pelaksanaan program intervensi gerak, khususnya
bagi anak dengan DCD. Penanganan bagi anak dengan DCD di sekolah tersebut,
baru sebatas pada layanan umum dan program penunjang lainnya, seperti
4
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan kerangka teoretis dan analisis kontekstual permasalahan yang
dihadapi oleh anak dengan DCD di sekolah dasar negeri Cibabat Mandiri II
sebagaimana dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan menghasilkan rumusan
program intervensi gerak dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerak bagi
anak dengan DCD. Pengembangan rumusan program intervensi gerak ini
menekankan pada pengembangan koordinasi gerak, yang meliputi koordinasi
bilateral dan koordinasi tangan-kaki. Hal ini dipilih dengan merujuk pada hasil
penelitian Bobbio & Gabbard (2009) yang menyatakan bahwa ‘most fundamental motor skills require some level of interlimb coordination’. Dari kutipan tersebut
dapat disimpulkan bahwa keterampilan koordinasi gerak (interlimb koordinasi)
sangat diperlukan sebagai hal yang paling mendasar untuk menguasai
keterampilan motorik. Keterampilan koordinasi gerak melibatkan gabungan
secara simultan (koordinasi) pada bagian atas, yaitu lengan dan bagian bawah, yaitu tungkai. Selain itu penelitian ini juga akan melihat hasil keterlaksanaan dari
penerapan program intervensi gerak, yang mana diharapkan akan bermanfaat pula
kelak pada pencapaian prestasi akademik di sekolah.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Keberadaan anak-anak yang mengalami hambatan gerak, khususnya
koordinasi gerak atau anak dengan Developmental Coordination Disorder
seringkali tidak dapat teramati oleh para pendidik. Hambatannya yang tidak
terlihat secara kasat mata membuat anak-anak ini semakin terabaikan. Masalah
biasanya mulai terasa ketika anak sudah berada di kelas tinggi, seperti terlambat
menulis dibandingkan teman sebayanya, tidak menyukai pelajaran keterampilan,
merasa frustasi ketika tiba pelajaran olah raga, dan seterusnya.
Upaya untuk mengembangkan keterampilan koordinasi gerak pada anak
DCD memerlukan kecermatan dari guru untuk dapat mendesain jenis layanan
seperti apa yang relevan dengan hambatan yang dialami oleh anak dengan DCD
dan target yang hendak dicapai dari tujuan layanan pembelajaran. Untuk
5
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DCD ini, guru harus mempunyai panduan dalam melaksanakan program
intervensi gerak, sehingga pada akhirnya keterampilan koordinasi gerak pada anak
dengan DCD dapat ditingkatkan.
Kenyataan ini memberikan landasan empirik akan pentingnya merumuskan
dan melaksanakan penerapan intervensi gerak dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerak bagi anak dengan DCD. Program intervensi dalam penelitian ini
berbasis pada hambatan dan potensi yang dimiliki anak berdasarkan hasil
identifikasi dan asesmen.
Berangkat dari kondisi dan permasalah yang muncul di lapangan
sebagaimana dipaparkan di atas, fokus penelitian ini adalah untuk merumuskan
dan mengimplementasikan program intervensi gerak untuk meningkatkan
koordinasi gerak bagi anak dengan DCD di Sekolah Dasar Kota Cimahi, dengan
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah program intervensi gerak yang
dapat meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan
Developmental Coordination Disorder?
C. Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana dinyatakan dalam rumusan masalah, bahwa penelitian ini akan
merumuskan program intervensi gerak yang dapat meningkatkan keterampilan
koordinasi gerak pada anak dengan Developmental Coordination Disorder di
sekolah dasar Kota Cimahi.
Operasionalisasi dari rumusan penelitian dimaksud, dilaksanakan dalam tiga
tahapan penelitian, yakni penelitian tahap kesatu dengan fokus untuk merumuskan program intervensi gerak yang telah divalidasi, penelitian tahap dua dengan fokus
untuk mendapatkan program intervensi gerak yang siap diterapkan pada anak, dan
penelitian tahap ketiga dengan fokus untuk melihat keterlaksanaan dan efektivitas
penerapan program intervensi gerak bagi anak dengan DCD.
Terkait dengan rumusan masalah dan fokus dalam penelitian, dirumuskan
6
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan koordinasi gerak pada anak
dengan Developmental Coordination Disorder?
a. Hambatan dan kemampuan apa saja yang dialami oleh anak dengan
Develomental Coordination Disorder dalam keterampilan koordinasi
gerak?
b. Upaya apa sajakah yang diberikan guru dalam mengembangkan
keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan Developmental
Coordination Disorder?
2. Bagaimanakah rumusan program intervensi gerak yang dapat
meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan
Developmental Coordination Disorder?
3. Bagaimanakah pelaksanaan program intervensi gerak pada anak dengan
Developmental Coordination Disorder?
a. Bagaimanakah program intervensi gerak bagi anak dengan
Developmental Coordination Disorder ini dimplementasikan oleh
guru di sekolah?
b. Bagaimanakah hasil implementasi program intervensi gerak bagi
anak dengan Developmental Coordination Disorder ditinjau dari sisi
pengguna (guru), proses pelaksanaan intervensi, dan dampak
terhadap kemampuan anak?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan program intervensi gerak dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan
Developmental Coordination Disorder (DCD) di Sekolah Dasar Cibabat Mandiri
7
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat dan
menambah pengetahuan, khususnya bagi peneliti mengenai program intervensi
yang efektif terhadap keterampilan koordinasi gerak anak dengan Developmental
Coordination Disorder (DCD) serta permasalahan yang ada di dalamnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini:
a. Bagi guru dan orang tua
Menjadi alternatif program penanganan yang dapat memacu peningkatan
keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan Developmental
Coordination Disorder.
b. Bagi anak dengan DCD
Meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan
Developmental Coordination Disorder.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Menjadi bahan kajian untuk mendalami variabel atau lingkup penelitian
lebih lanjut terkait pembelajaran bagi anak dengan Developmental
43
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu program
intervensi gerak yang dapat meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada
anak dengan Developmental Coordination Disorder. Mengingat tujuan dari
penelitian yang ingin dicapai, maka peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelaksanaan
penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi
(Sugiyono, 2013: hlm. 8).
Karakteristik dari penelitian ini adalah : (1) lingkungan alamiah, dimana
data lapangan dikumpulkan di lokasi dimana partisipan mengalami isu atau
masalah yang akan diteliti, (2) peneliti sebagai instrumen kunci, dimana
peneliti mengumpulkan data sendiri melalui dokumentasi, observasi pelaku dan wawancara dengan para partisipan, (3) beragam sumber data dan (4) bersifat
penafsiran. (Sugiyono, 2013, hlm 261-262).
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini akan mengembangkan suatu program dan melakukan uji coba
terhadap program tersebut, sehingga penelitian ini dilakukan dengan melalui
tiga tahap penelitian dimana tahapan pertama dari penelitian ini haruslah dilalui
sebelum melangkah pada tahap penelitian selanjutnya. Penelitian ini
44
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini diilustrasikan dalam bagan tahapan penelitan
45
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masing-masing penjelasan dari tiap tahap dalam prosedur penelitian di
atas adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Tahap I
Penelitian pada tahap pertama ini dimulai dari penggalian informasi
baik dari lapangan maupun dari berbagai literatur yang terkait dengan
pengembangan program intervensi gerak sehingga diperoleh rancangan
program gerak hipotetik berdasarkan dengan literatur dan disesuaikan
dengan kondisi ril di lapangan.
Setelah terumuskannya program gerak hipotetik, peneliti akan
mendatangi para ahli dan praktisi yang memang layak untuk menilai,
memberi komentar, dan masukan terhadap program gerak hipotetik yang
telah disusun melalui teknik Delphi. Setelah Program intervensi gerak
disetujui oleh semua ahli yang dilibatkan, selanjutnya terciptalah suatu
Program intervensi gerak yang telah tervalidasi.
a) Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Guru kelas dan GPK di Sekolah Dasar Negeri Cibabat Mandiri II
Kota Cimahi
2) Orang tua anak dengan DCD yang menjadi subyek penelitian
3) Anak dengan DCD
4) Ahli yang dijadikan narasumber dalam pelaksanaan teknik Delphi
b) Teknik Pengumpulan Data
Creswell (2010), menjelaskan empat jenis strategi dalam prosedur
pengumpulan data, yaitu :
1) Observasi kualitatif, yaitu observasi yang didalamnya peneliti langsung
turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
46
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Wawancara kualitatif, yaitu wawancara yang dirancang untuk
memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan
3) Mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif, berupa dokumen publik
ataupun dokumen pribadi
4) Mengumpulkan materi audio dan visual, berupa foto, objek, video, dan
lain sebagainya.
Untuk mengumpulkan data kualitatif dalam tahap penelitian pertama,
peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik
wawancara digunakan untuk menggali data-data kualitatif yang diperlukan
sebagai pertimbangan dalam merumuskan program intervensi gerak
sebagai produk dalam penelitian ini.
Data-data yang diungkap melalui teknik wawancara, meliputi:
1) Hambatan dan kemampuan yang dialami oleh anak dengan DCD terkait
keterampilan koordinasi gerak dan pengembangan keterampilan
koordinasi gerak di Sekolah Dasar Negeri Cibabat Mandiri II Kota
Cimahi.
2) Dukungan yang diberikan guru dan orang tua dalam mengembangkan
keterampilan koordinasi gerak anak dengan DCD di Sekolah Dasar
Negeri Cibabat Mandiri II Kota Cimahi.
Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah observasi, observasi
merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkap data terkait dengan perilaku anak DCD yang akan diteliti. Penggunaan teknik
observasi untuk mengungkap dan memahami keterampilan koordinasi
gerak anak dengan DCD adalah hal yang sangat tepat untuk dilakukan,
karena observasi dapat memotret kemampuan anak yang sesungguhnya.
Teknik pengumpulan data terakhir yang digunakan pada tahap ini,
yaitu tahap pengembangan program intervensi gerak dengan melalui
47
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disediakan instrumen masukan dan penilaian kelayakan program intervensi
gerak hipotetik yang telah disusun dalam rangka memperoleh data
masukan dari para ahli yang kompeten dalam bidang pendidikan bagi anak
kebutuhan khusus untuk kelayakan program yang dibuat.
Data ini diperlukan dalam rangka pengembangan program intervensi
gerak hipotetik menjadi program intervensi gerak yang layak uji secara
konten. Instrumen yang digunakan dalam Teknik Delphi ini dirancang
dalam bentuk pertanyaan terbuka, sehingga para ahli dapat dengan mudah,
terbuka, dan leluasa memberikan saran dan masukan terhadap program
intervensi gerak yang disusun, sehingga banyak diperoleh masukan untuk
perbaikan program intervensi gerak yang disusun.
c) Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada tahap perumusan program ini
menggunakan pedoman observasi dan wawancara. Pedoman observasi
digunakan untuk mendapatkan kondisi objektif anak dan kondisi riil
mengenai upaya yang dilakukan guru di sekolah. Sedangkan pedoman
wawancara digunakan untuk menggali data mengenai upaya guru, orang
tua, dan juga informasi tambahan mengenai kondisi anak yang tidak
tampak melalui hasil observasi. Kisi-kisi instrumennya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Wawancara dan Observasi Penggalian Data Awal
Kisi-Kisi Wawancara
Kisi-Kisi Wawancara dengan Guru (F.3. WG)
Fokus Penelitian Fokus Wawancara
Profil anak yang
mengalami hambatan
gerak
a. Kemampuan kontrol selama bergerak
b. Kemampuan motorik halus
48
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Hambatan gerak lainnya yang dialami
Dukungan/upaya yang
Kisi-Kisi Wawancara dengan Orang Tua (F.4.WOT)
Fokus Penelitian Fokus Wawancara
Profil Keterampilan Gerak
Anak
a. Aktivitas yang sudah mandiri
b. Aktivitas yang memerlukan bantuan
c. Hambatan gerak yang sering terjadi
Dukungan/upaya yang
telah diberikan oleh orang
tua
a. Cara membantu anak
b. Hambatan yang dialami ketika membantu
anak
c. Harapan Orang Tua
Kisi-Kisi Observasi (F.5.OBS)
Fokus Penelitian Fokus Observasi
Proses Pembelajaran a. Proses dari awal hingga akhir pembelajaran
b. Cara guru mengajar
c. Cara guru melayani anak dengan hambatan
gerak
d. Respon anak terhadap pembelajaran
Hambatan gerak yang
dialami anak
a. Kemampuan kontrol selama bergerak
b. Kemampuan motorik halus
c. Kemampuan koordinasi secara umum
49
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Instrumen selanjutnya yang digunakan dalam tahap perumusan
program intervensi ini adalah instrumen kuisioner untuk pelaksanaan
validasi program melalui teknik Delphi, adapun aspek yang menjadi bahan
kajian dan analisis para ahli yang terlibat dalam teknik Delphi, meliputi: 1)
rasional penyusunan program, 2) tujuan, 3) target intervensi, 4) variasi
dalam program intervensi, 5) prosedur pelaksanaan intervensi, 6) evaluasi
pelaksanaan intervensi, 7) evaluasi pelaksanaan program, 8) sistematika
penyusunan program, 9) keterbacaan panduan pelaksanaan program
intervensi gerak, dan 9) kepraktisan.
d) Teknik Analisis Data
Pada penelitian kualitatif, analisis dan interpretasi data adalah upaya
untuk memahami apa yang diamati dari perilaku anak dengan DCD, apa
yang dikatakan oleh guru di sekolah dan apa yang diperoleh dari telaah
dokumentasi yang terkait dengan pembelajaran bagi anak dengan DCD.
Pada tingkat yang paling sederhana, analisis kualitatif adalah upaya untuk
memeriksa kumpulan data yang relevan guna mengetahui bagaimana data
tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh Miles & Huberman (dalam Basrowi & Suwandi, 2008,
hlm. 209, 210) yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan
verifikasi.
Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang
tercantum dari hasil pengamatan dan yang ada dalam transkrip wawancara
serta hasil telaah dokumentasi. Reduksi data ini tidak hanya dimaksudkan
agar data menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga agar lebih
50
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyajian data adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan.
Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan
terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Sajian data tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah analis membuat ekstrapolasi dari data
karena dengan sajian ini analis dapat dengan lebih cepat melihat adanya
pola-pola dan hubungan-hubungan yang sistematik.
Penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk
menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk
menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Oleh karena
itu, informasi sebaiknya diperoleh dari sekurang-kurangnya tiga sumber
data, satu metode yang disebut triangulation. Di dalam penelitian ini,
triangulasi tersebut melibatkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap anak dengan DCD, hasil wawancara dengan guru serta data hasil
studi dokumentasi.
2. Penelitian Tahap II
Penelitian pada tahap kedua ini merupakan tindak lanjut dari tahap
sebelumnya, dimana pada penelitian tahap ini akan menguji kelayakan
praktis dari program intervensi yang sumber informasinya didapat langsung
dari guru berupa feedback, saran, masukan yang diberikan oleh guru.
Informasi yang digali melalui feedback terhadap guru, yaitu: (1)
pemahaman guru tersebut terhadap program intervensi gerak, (2) cara bagi
guru untuk melakukan intervensi degan tepat, dan (3) pola penerapan intervensi dalam seting pembelajaran.
Setelah diperoleh pemahaman guru terhadap penerapan program
intervensi gerak juga informasi-informasi lainnya terkait implementasi
program intervensi gerak ini telah berhasil dikumpulkan, sehingga
terumuskanlah suatu program intervensi gerak yang siap untuk diterapkan
51
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam tahap kedua ini adalah Guru Pembimbing
Khusus dan guru kelas dimana terdapat peserta didik yang mengalami
Developmental Coordination Disorder di kelasnya.
b) Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam tahap penelitian kedua ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara, diskusi, dan dialog secara terbuka
bersama subjek penelitian. Teknik wawancara digunakan untuk menggali
data-data kualitatif yang diperlukan sebagai pertimbangan dalam
merumuskan program intervensi gerak yang siap diterapkan pada anak
sebagai produk dalam penelitian ini.
Data-data yang diungkap melalui teknik wawancara, meliputi:
1) Pemahaman guru terhadap program intervensi gerak yang telah
divalidasi
2) Cara yang dinilai efektif bagi guru untuk dapat melakukan intervensi
gerak dengan tepat. Jika hasil wawancara menunjukkan cara yang
paling efektif adalah dengan workshop, peer teaching, ataupun cara
lainnya. Maka akan dilaksanakan pelatihan sederhana untuk guru agar
dapat memahami penggunaan program intervensi gerak ini, sampai
dirasakan guru dapat melakukan intervensi secara mandiri.
3) Pola penerapan intervensi gerak di dalam seting pembelajaran.
Misalnya: apakah program ini bisa diterapkan pada saat pembelajaran, di luar jam pelajaran, ataupun alternatif lainnya yang lebih efektif dan
efisien.
Data ini diperlukan dalam rangka pengembangan program intervensi
gerak yang telah divalidasi dan layak uji secara konten menjadi program
52
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada tahap uji kelayakan praktis ini
menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan
untuk menggali data mengenai pemahaman terhadap program intervensi
gerak dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan program intervensi
gerak ini terhadap anak dengan Developmental Coordination Disorder.
Kisi-kisi instrumennya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
b.Siapakah guru yang dinilai
53
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Teknik Analisis Data
Pada tahap ini, analisis dan interpretasi data adalah upaya untuk
memahami apa yang diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan
guru terkait kesiapan guru dalam mengimplementasikan program
intervensi gerak terhadap anak. Pada tingkat yang paling sederhana,
analisis kualitatif adalah upaya untuk memeriksa kumpulan data yang
relevan guna mengetahui bagaimana data tersebut dapat menjawab
pertanyaan penelitian.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh Miles & Huberman (dalam Basrowi & Suwandi, 2008,
hlm. 209) yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi,
dimana langkah analisisnya kurang lebih sama dengan yang dilakukan
pada tahap pertama.
3. Penelitian Tahap III
Penelitian pada tahap ketiga ini merupakan tindak lanjut dari tahap
sebelumnya, dimana pada penelitian tahap ini akan mengujicobakan
program secara operasional kepada anak yang dilakukan oleh guru. Uji
coba program pada tahap ini adalah untuk melihat hasil pelaksanaan dari
penerapan program intervensi gerak yang telah dirumuskan dilihat dari tiga
aspek, yaitu: (1) pengguna itu sendiri (guru), (2) proses pelaksanaan
program intervensi, dan (3) output pada anak dengan Developmental
Coordination Disorder/dampak terhadap kemampuan koordinasi gerak itu
54
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian dalam tahap ini adalah guru pembimbing khusus
dan guru kelas dimana terdapat peserta didik yang mengalami
hambatan koordinasi gerak di kelasnya.
2. Anak yang diindikasikan mengalami Developmental Coordination
Disorder (DCD)
b) Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam tahap penelitian ketiga ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik wawancara
digunakan untuk menggali data-data yang diperlukan untuk mengetahui
bagaimana hasil dari implementasi program intervensi gerak ini dilihat dan
dirasakan dari sisi pengguna dan tingkat kemudahan selama proses
penerapan program intervensi. Sementara teknik observasi digunakan
untuk melihat dampak penerapan program intervensi terhadap
keterampilan koordinasi gerak pada anak DCD.
Semua data di atas diperlukan dalam rangka melihat efektivitas
penerapan program intervensi gerak dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerak pada anak dengan DCD.
c) Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada tahap uji keterlaksanaan ini menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan
untuk menggali data mengenai hasil implementasi dari program intervensi
gerak yang dirasakan oleh guru. Kisi-kisi instrumennya adalah sebagai
55
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Instrumen Hasil Uji Keterlaksanaan
Wawancara dengan Guru
Pengguna (Guru) Proses Pelaksanaan Intervensi Dampak terhadap Kemampuan Anak
a.Perubahan yang dilihat pada diri anak setelah
Teknik analisis data pada tahap ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif ini dipilih agar dapat melihat efektivitas
penerapan program intervensi gerak secara menyeluruh, artinya tidak
sekedar melihat dampaknya pada anak saja, tapi akan diketahui juga
tingkat efektivitas dilihat dari sisi pengguna dan juga selama proses
penerapan intervensi gerak ini. Faktor-faktor eksternal yang muncul akan
dapat teranalisis secara natural tanpa adanya situasi yang dikondisikan
56
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cibabat Mandiri II Kota Cimahi
dengan alasan supaya data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat
dipenuhi secara memadai. Dijadikannya sekolah ini sebagai lokasi penelitian
didasarkan pada hasil studi awal yang menunjukan tiga fakta empirik sebagai
berikut: (1) sekolah ini merupakan sekolah inklusi di Cimahi yang memiliki
pengalaman yang cukup lama sebagai sekolah dasar yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi di Kota Bandung, dan merupakan sekolah pertama di
Cimahi yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi rintisan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat; dan (2) di sekolah ini terdapat anak dengan
Developmental Coordination Disorder yang menjadi fokus atau subyek
penelitian ini.
SDN Cibabat Mandiri II sebagai sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif di Kota Cimahi dimulai sejak tahun 2005 yang difasilitasi oleh dana
penyelenggaraan sekolah inklusi di Provinsi Jawa Barat. Semenjak tahun 2006,
SDN Puteraco sudah tidak lagi mendapatkan bantuan dana dan teknik
penyelenggaraan pendidikan inklusif dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat. Namun demikian, SDN Cibabat Mandiri II secara mandiri terus
menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan jumlah dan ragam anak
berkebutuhan khusus yang terus bertambah—termasuk anak dengan
Developmental Coordination Disorder. Semenjak tahun 2010 SDN Cibabat Mandiri II ini mendapatkan fasilitasi dalam hal teknis penyelenggaraan
pendidikan inklusif dan pengembangan kompetensi SDM guru, walaupun memang pengembangan kompetensi SDM di sekolah ini belum berlangsung
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di jabarkan pada bab IV,
maka pada bab ini akan disimpulkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang
sudah dilakukan serta rekomendasi dari hasil penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa pengembangan program intervensi gerak untuk
meningkatkan keterampilan koordinasi gerak yang dilakukan sudah layak
diterapkan bagi anak dengan DCD. Program intervensi gerak ini dikatakan layak
dilihat dari tiga aspek, yaitu dilihat dari sisi pengguna (guru), proses intervensi
yang dilakukan, dan dampak terhadap kemampuan anak. Berdasarkan analisis
ketiga aspek tersebut diperoleh hasil berupa nilai kepraktisan dan nilai
kebermanfaatan dari penerapan program intervensi gerak bagi anak dengan DCD
di sekolah.
Kepraktisan dari penerapan program intervensi gerak yang dikembangkan
dapat dilihat dari kemudahan guru dalam memahami, kemudahan guru dalam
melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program intervensi
gerak ini. Kebermanfaatan dari program intervensi gerak ini dapat terlihat dari
dampak terhadap kemampuan anak yang mengalami perubahan menuju ke arah
yang lebih baik, yaitu keterampilan koordinasi gerak terkait aktivitas yang
terdapat dalam intervensi mengalami perubahan signifikan, koordinasi bilateral Y
meningkat sebesar 45% dengan kemampuan awal 55% yang artinya kemampuan
anak termasuk cukup, menjadi 100% artinya kemampuan anak tergolong sangat baik, sementara koordinasi tangan kaki meningkat sebesar 40% dengan
kemampuan awal 25% artinya keterampilan koordinasi tangan dan kaki pada
subjek Y masih kurang, menjadi 65% yang artinya kemampuan koordinasi termasuk baik. Koordinasi bilateral L meningkat sebesar 40% dengan kemampuan
awal 35% yang artinya kemampuan anak termasuk kurang, setelah mendapat
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baik dan koordinasi tangan kaki sebesar 20% yaitu dari kemampuan awal 20%
artinya kemampuan koordinasi tangan dan kaki anak masih kurang, setelah
mendapat intervensi meningkat menjadi 40% yang artinya kemampuan koordinasi
anak tergolong kurang, sementara dalam masalah akademik belum terlihat
perkembangan yang signifikan. Hal ini dikarenakan penerapan program intervensi
gerak yang baru berjalan dalam waktu yang singkat, yaitu hanya 8 kali
pelaksanaan intervensi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti merekomendasikan
beberapa hal yang dianggap mampu mendukung penyempurnaan penelitian ini
kedepannya. Adapun rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Apabila ingin melakukan penerapan program intervensi gerak untuk
meningkatkan keterampilan koordinasi gerak bagi anak dengan DCD,
sebaiknya diadakan diskusi terlebih dahulu dengan guru yang sudah
pernah melakukan penerapan program intervensi ini. Hal ini penting
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi dalam memahami dan
melaksanakan penerapan program intervensi gerak ini.
2. Program intervensi ini dapat dijadikan rujukan apabila guru ingin
mengembangkan program intervensi gerak yang lebih sesuai dengan
hambatan dan potensi anak di tempatnya mengajar.
3. Program intervensi ini telah diterapkan di salah satu sekolah dasar negeri
di kota Cimahi dan menghasilkan perubahan, baik pada anak dengan
DCD itu sendiri maupun pada kemampuan guru dalam melakukan
penerapan program intervensi. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan program ini untuk diujicobakan di sekolah-sekolah
yang memiliki anak denganhambatan koordinasi gerak.
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ball, M. (2002) Developmental Co-ordination Disorder. London: Jessica Kingsley Publishers
Basrowi & Suwandi (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Bobbio, Tatiana., Gabbard, Carl., & Cacola, Priscila. (2009). Interlimb Coordination: An Important Facet of Gross Motor Ability. Early Childhood Research & Practice (ECRP). Desember 2009.
Cairney, J., Hay, J. A., Faught, B. E. & Hawes, R. (2005) Developmental coordination disorder and overweight and obesity in children aged 9–14 years. International Journal of Obesity, 29, 369-372
Cermak, S., Gubbay, S., & Larkin, D. (2002). What is developmental coordination disorder? In S. Cermak & D. Larkin (Eds.), Developmental coordination disorder (pp. 2–22). Albany, NY: Delmar.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
David, K. S. (2000). Developmental coordination disorders. In S. K. Campbell (Ed.), Physical therapy for children (pp. 425–454). Philadelphia: W.B. Saunders.
Dicaprio, Richard. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.
Jogjakarta: DIVA Press.
Frechtling, J. and Sharp, LM. (1997). User Friendly Handbook for Mixed Methods Evaluation.Virginia: National Science Foundation Directorate for Education and Human Resources
Frost, Reuben B. 1971. Psychological Concepts Applied To Physical Education and Coaching. London: Addison-Wesley Publishing Company.
Green, D., Baird, G., Barnett, A. L., Henderson, L., Huber, J. & Henderson, S.E. (2002) The severity and nature of motor impairment in Asperger's syndrome: a comparison with specific developmental disorder of motor function. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 43, 655-668.
Hibbeln, J. R., Davis, J. M., Steer, C., Emmett, P., Rogers, I. & Williams, C. (2007) Maternal seafood consumption in pregnancy and neurodevelopmental outcomes in childhood (ALSPAC study): An observational cohort study. Lancet, 369, 578-585.
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kirby, A. & Peters, L. (2007) 100 Ideas for Supporting Pupils with Dyspraxia and DCD. Continuum International Publishing Group Ltd.
Kirby, A., Edwards, L., Sugden, D. & Rosenblum, S. (2009) The development and standardization of the Adult Developmental Co-ordination Disorders /Dyspraxia Checklist (ADC). Research in Developmental Disabilities.
Kirby, A., Woodward, A. & Jackson, S. (2009) Benefits of omega-3 supplementation for school children: Review of the current evidence. London: British Coordination. London and Philadelphia: Jessica Kingsley Publisher.
Lefebvre, C. & Reid, G. (1998). Prediction in Ball Catching by Children with and Without a Developmental Co-Ordination Disorder. London: Adapted Physical Activity Quarterly, 15, 299-315.
Lewis, V. (2003). Developmental and Disability: Second Edition. UK: Blackwell Publishing Company
Lingham, R., Hunt, L., Golding, J., & Emond, A. (2009). Prevalence of Developmental Coordination Disorder Using DSM IV at 7 Years of Age: A UK Population-Based Study. UK: Pediatrics, 123 (4), 693-700)
Macintyre, Christine. (2000). Dyspraxia in the Early Years. London: David Fulton Publishers.
Macintyre, Christine. (2002). Early Intervention in Movement: Practical Activities for Early Years Settings. London: David Fulton Publishers.
Mackenzie, Sam J.; Getchell, Nancy; Deutsch, Katherine; Wilms-Floet, Annemiek; Clark, Jane E.; & Whitall, Jill. (2008). Multi-limb coordination and rhythmic variability under varying sensory availability conditions in children with DCD. Human Movement Science, 27(2), 256-269.
Macnab, et. Al. (2001). The Search for Subtypes of DCD: is Cluster Analysis the Answer?. Human Movement Science, vol 20, pp. 49-72.
Magill R. A. (2001). Motor Learning: Concepts and Appications. Singa-pura: McGraw-Hill Book Co.
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
May-Benson, T., Ingolia, P., & Koomar, J. (2002). Daily living skills and developmental coordination disorder. In S. Cermak & D. Larkin (Eds.), Developmental coordination disorder (pp. 140–156). Albany, NY: Delmar.
Missiuna, Cheryl., Rivard, Lisa., & Pollock, Nancy.(2011). Children with Developmental Coordination Disorder: At Home, at School, and in the Community.CanChild Centre for Childhood Disability Research, McMaster University.
Patmonodewo soemiarti, Pendidikan anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal. 102-103
Peters, J. M. & Henderson, S. E. (2008) Understanding developmental coordination disorder (DCD) and its impact on families: the contribution of single case studies. In: D. A. Sugden, A. Kirby & C. Dunford (Eds) Special Edition of the International Journal of Disability, Development and Education, 55, 97-113.
Pitcher, T. M., Piek, J. P. & Hay, D. A. (2003) Fine and gross motor ability in males with ADHD. Developmental Medicine and Child Neurology, 45, 525-535.
Polatajko, H. J. & Cantin, N. (2005) Developmental Coordination Disorder (Dyspraxia): An Overview of the State of the Art. Seminar Pediatric, 12,
250-258.
Querne, L., Berquin., & Meyer, M. (2008). Dysfunction of Attentional Brain network in Children with Developmental Coordination Disorder. London: Brain Research, 1244, 89-102.
Rivard, L,. Missuina, C. Hanna, S., & Wishart, L. (2007). Understanding Teacher’s Perceptions of the Motor Difficulties of Children with Developmental Coordination Disorder (DCD). London: British Journal of Education Psychology, 77, 633-648
Sage G. H. 1984. Motor Learning and Control: A Neuropsychological Approach. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Publishers.
Sigurdsson, E., van Os, J. & Fombonne, E. (2002) Are impaired childhood motor skills a risk factor for adolescent anxiety? American Journal of Psychiatry, 159
NITA HARINI, 2015
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI GERAK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOORDINASI GERAK BAGI ANAK DENGAN DEVELOPMENTAL COORDINATION DISORDER (DCD)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugden, D. A. & Chambers, M. E. (2005) Children with Developmental Co-ordination Disorder. Wiley Blackwell.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Swinnen, S. P., & Carson, R. G. (2002). The control in learning of patterns of interlimb coordination: Past and present issues in normal and disordered control. Acta Psychologica, 110(2-3), 129-137.
Taylor, E., Dopfner, M., Sergeant, J., Asherson, P., Banaschewski, T. & Buitelaar, J. (2004) European clinical guidelines for hyperkinetic disorder-first upgrade.