• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh Ineu Noviater

1104379

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Oleh

Ineu Noviater

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Pendidikan Matemematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Ineu Noviater 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

INEU NOVIATER

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP.196102081990031004

Pembimbing II

Dra. Gebi Dwiyanti,M.Si. NIP.195612061983032002

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Kimia,

(4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta dengan elektrolit dari buah-buahan. Metode penelitian yang digunakan yaitu R&D (Penelitian dan Pengembangan) yang dikembangkan oleh Sukmadinata dengan langkah penelitian meliputi tahap studi pendahuluan dan tahap pengembangan model. Sumber data pada penelitian ini yaitu bahan ajar kimia, penelitian sebelumnya, sepuluh SMA di Kota Bandung, 21 siswa kelas XI di salah satu SMA di Kota Bandung, tujuh guru kimia SMA di Kota Bandung dan tiga dosen kimia FPMIPA UPI. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar analisis LKS praktikum, pedoman wawancara, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap tugas LKS, angket respon siswa, serta lembar penilaian LKS oleh guru dan dosen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS praktikum sel volta yang ada di lapangan saat ini masih berupa LKS praktikum yang berisi instruksi langsung (cook book). LKS praktikum yang dikembangkan pada penelitian ini disusun berdasarkan tahapan inkuri. Tingkat keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS praktikum inkuiri terbimbing termasuk kategori sangat kuat, dengan hasil observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri sebesar 100%, jawaban siswa terhadap tugas pada LKS sebesar 88 % dan respon siswa sebesar 84%. Penilaian guru dan dosen terhadap LKS praktikum inkuiri terbimbing juga termasuk kategori sangat kuat, dengan aspek kesesuaian LKS dengan konsep sebesar 81%, aspek kesesuaian tata letak dan perwajahan dalam LKS sebesar 88%, dan aspek kesesuaian tata bahasa sebesar 85%. Maka dapat disimpulkan bahwa LKS inkuiri terbimbing pada topik sel volta yang dikembangkan dapat diterapkan di sekolah.

(5)

iv Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The purpose of this study is to developed guided inquiry lab worksheet (LKS) on galvanic cell topic with electrolyte from fruits. The research methodology was used in this study is R& D (research and development) which developed by Sukmadinata, with research step are preliminary study step and model development step. Data source in this study are chemistry materials, previously research, ten senior high schools in Bandung, 21 students grade XI in one of senior high school in Bandung, seven senior high school chemistry teachers, and three chemistry lecturers of FPMIPA UPI. In this study, the research instrument that used are analysis sheet of lab worksheets, interview guides, observation sheets of feasibility for inquiry stage, assessment guidelines for students' answers to the worksheet tasks, student questionnaire responses, and assessment sheet for the worksheet given to the teachers and the lecturers. The result of this study show that galvanic cell lab worksheet in this present day is direct intruction (cookbook). In this study, the lab worksheet has been developed based on inquiry stage. Practicum feasibility level that using guided inquiry lab worksheet included into strong category with the result of inquiry stage progress observation is 100%, students answer to the worksheet tasks is 88% and student responses is 84%. The assesment from teachers and lecturers to the guided inquiry lab worksheet also included into strong category with compatibility worksheet and concept is 81%, layout and appearance aspect in worksheet is 88% and grammar compatibility aspect is 85%. It can be concluded that guided inquiry worksheet on galvanic topic that developed can be used at school.

(6)

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR GAMBAR ... 4

DAFTAR LAMPIRAN ... 5 BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Pembatasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Penjelasan Istilah ... Error! Bookmark not defined. G. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Praktikum ... Error! Bookmark not defined. C. Inkuiri ... Error! Bookmark not defined. D. Inkuiri Terbimbing ... Error! Bookmark not defined. E. Tinjauan Materi Sel Volta ... Error! Bookmark not defined. F. Buah-buahan dan Kandungannya. ... Error! Bookmark not defined. G. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Langkah-Langkah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Sumber Data... Error! Bookmark not defined. C. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Prosedur Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

(7)

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Penyusunan LKS Praktikum Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta yang Dikembangkan pada Penelitian Ini. ... Error! Bookmark not defined. C. Keterlaksanaan Praktikum Menggunakan LKS Praktikum Inkuiri

Terbimbing Pada Topik Sel Volta yang Dikembangkan pada Penelitian Ini. ... Error! Bookmark not defined.

D. Penilaian Guru dan Dosen Terhadap LKS Praktikum Inkuiri Terbimbing Pada Topik Sel Volta yang Dikembangkan pada Penelitian Ini...Error! Bookmark not defined.

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbedaan antara LKS inkuiri dan LKS Cook BookError! Bookmark not

defined.

Tabel 2. 2 Nilai Nutrisi Dalam Jeruk Nipis ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 3 Nilai Nutrisi Dalam Buah Melon ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 4 Nilai Nutrisi Dalam Buah Pepaya ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 5 Nilai Nutrisi Dalam Buah Pisang ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 6 Nilai Nutrisi Dalam Buah Semangka .... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 7 Nilai Nutrisi Dalam Buah Stroberi ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 8 Nilai Nutrisi Dalam Buah Tomat ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian Beserta Data yang Diperoleh dan TujuannyaError! Bookmark not defined.

Tabel 3. 2 Kriteria Interpretasi Skor ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 3 Skor angket respon siswa berdasarkan skala LikertError! Bookmark not defined. Tabel 4. 1 Hasil analisis Standar Isi dan Standar ProsesError! Bookmark not defined. Tabel 4. 2 Hasil analisis ketersediaan LKS praktikum sel voltaError! Bookmark not defined.

Tabel 4. 3 Hasil analisis LKS praktikum sel volta berdasarkan alat dan bahanError! Bookmark not defined.

Tabel 4. 4 Hasil Analisis LKS Praktikum Sel Volta Berdasarkan Jenis LKSError! Bookmark not defined.

(9)

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Model Inkuiri Terbimbing ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 2 Rangkaian Sel Volta Dengan Satu WadahError! Bookmark not defined. Gambar 2. 3 Rangkaian Sel Volta Dengan Dua WadahError! Bookmark not defined. Gambar 2. 4 Rangkaian Sel Volta Dilengkapi Jembatan GaramError! Bookmark not defined.

Gambar 2. 5 Jeruk nipis ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 6 Buah Melon ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 7 Buah Pepaya ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 8 Buah Pisang... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 9 Buah Semangka ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 10 Buah Stroberi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 11 Buah Tomat ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 1 Fenomena dalam LKS praktikum yang dikembangkanError! Bookmark not defined.

Gambar 4. 2 Persentase Skor Jawaban Siswa Pada Tugas-Tugas dalam LKS

Praktikum Inkuiri Terbimbing yang DikembangkanError! Bookmark not defined.

Gambar 4. 3 Persentase Skor Respon Siswa Terhadap Penggunaan LKS

Praktikum Inkuiri Terbimbing yang DikembangkanError! Bookmark not defined.

Gambar 4. 4 Persentase Skor Kesesuaian LKS Praktikum Inkuiri Terbimbing

yang Dikembangkan dengan Konsep Sel VoltaError! Bookmark not defined. Gambar 4. 5 Persentase Skor Kesesuaian Tata Bahasa dalam LKS Praktikum

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Lembar Analisis LKS Praktikum ... 94

Lampiran 1. 2 Pedoman Wawancara ... 95

Lampiran 1. 3 RPP Sel Volta ... 97

Lampiran 1. 4 Prosedur Praktikum Awal ... 107

Lampiran 1. 5 LKS yang Dikembangkan Sebelum Disempurnakan ... 111

Lampiran 1. 6 LKS yang Dikembangkan Setelah Disempurnakan ... 121

Lampiran 1. 7 Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Inkuiri Menggunakan LKS yang Dikembangkan ... 131

Lampiran 1. 8 Pedoman Penilaian Jawaban Siswa Terhadap Tugas-Tugas Dalam LKS yang Dikembangkan ... 134

Lampiran 1. 9 Angket Respon Siswa Terhadap LKS yang Dikembangkan ... 153

Lampiran 1.10 Lembar Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Kesesuaian LKS yang Dikembangkan Dengan Konsep ... 155

Lampiran 1. 11 Lembar Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Kesesuaian Tata Bahasa Dalam LKS yang Dikembangkan... 159

Lampiran 1. 12 Lembar Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Kesesuaian Tata Letak dan Perwajahan LKS yang Dikembangkan ... 162

Lampiran 2. 1 Hasil Analisis LKS Praktikum ... 165

Lampiran 2. 2 Hasil Wawancara ... 173

Lampiran 2. 3 Pengolahan Skor Keterlaksanaan Tahapan Inkuiri Menggunakan LKS yang Dikembangkan ... 175

Lampiran 2. 4 Pengolahan Skor Jawaban Siswa Terhadap Tugas-Tugas Dalam LKS yang Dikembangkan ... 179

Lampiran 2. 5 Pengolahan Skor Angket Respon Siswa Terhadap LKS yang Dikembangkan ... 183

Lampiran 2. 6 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Kesesuaian LKS yang Dikembangkan Dengan Konsep ... 187

Lampiran 2. 7 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Kesesuaian Tata Bahasa Dalam LKS yang Dikembangkan ... 191

(11)

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 3. 1 Daftar Pengelompokan Siswa ... 202

Lampiran 3. 2 Daftar Guru dan Dosen Penilai LKS Yang Dikembangkan ... 203

Lampiran 4. 1 LKS yang Dikembangkan Hasil Revisi ... 205

Lampiran 4. 2 Dokumentasi Pelaksanaan Praktikum ... 214

Lampiran 4. 3 Surat Izin Penelitian ... 215

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam Permendikbud No 69 Tahun 2013 disebutkan bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, seperti pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa pola pembelajaran pasif menjadi akktif mencari dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Sehubungan dengan hal tersebut, Kurikulum 2013 menerapkan suatu pendekatan untuk proses pembelajaran di sekolah yaitu pendekatan ilmiah (sainstifik) dengan pola 5M yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Ilmu kimia memiliki karakteristik sebagai sikap, proses dan produk. Kimia sebagai produk dapat berupa fakta, konsep, dan prinsip. Kimia sebagai proses memberikan pengalaman ilmiah, seperti:merumuskan masalah, berhipotesis, mengumpulkan data, serta menarik kesimpulan. Kimia sebagai sikap dapat membentuk sikap ilmiah seperti jujut, ulet, teliti, dan objektif bagi yang mempelajarinya (Permendikbud Nomor 69, 2013, hlm.948). Dengan diterapkannya pendekatan saintifik, diharapkan ketiga karakteristik ilmu kimia tersebut dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran.

(13)

2 Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(14)

yang terjadi dalam sel elektrokimia dan ide siswa dalam menciptakan suatu produk sel elektrokimia tidak dapat terealisasi, maka tuntutan kedua kompetensi dasar tersebut tidak akan dapat terpenuhi.

Metode praktikum akan sesuai untuk digunakan dalam mempelajari topik sel volta, karena menurut Djamarah dan Zain (2006, hlm.84), praktikum akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan adanya kegiatan praktikum siswa dapat mengamati suatu objek atau gejala-gejala serta proses yang terjadi dalam sel volta sehingga siswa dapat mengevaluasi gejala sel volta seperti yang menjadi tujuan dan tuntutan dalam Kompetensi Dasar 3.3 dalam Kurikulum 2013. Tidak hanya KD 3.3 KD 4.3pun dapat terpenuhi dengan metode praktikum, karena siswa dapat merealisasikan idenya dalam menciptakan produk sel volta secara nyata.

Menurut Sumaji (2003, hlm.43) bahwa kegiatan praktikum meliputi merencanakan eksperimen, menyusun hipotesis, menyusun bahan dan peralatan, melakukan pengamatan terhadap suatu gejala alamiah, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan dari data. Kegiatan praktikum menurut Sumaji tersebut serupa dengan kegiatan dalam pendekatan saintifik yang diterapkan Kurikulum 2013, sehingga diharapkan dengan metode praktikum siswa dapat lebih aktif terlibat pembelajaran dan karakteristik ilmu kimia dapat terpenuhi. Sedangkan menurut Tobin (dalam Qudsiyah, 2013, hlm.2), dibandingkan dengan kegiatan di kelas, kegiatan praktikum berpeluang lebih banyak untuk membangun interaksi antar siswa dan antara siswa dengan guru sehingga menciptakan pembelajaran yang positif.

(15)

4

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Wenning et al (2004, hlm.7) kegiatan praktikum menggunakan LKS inkuiri berbeda dengan kegiatan praktikum menggunakan LKS berupa cook book. Dalam LKS inkuiri, siswa dituntun dengan menggunakan pertanyaan yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam berpikir dan bertindak serta prosedur yang digunakan dalam LKS inkuiri sejalan dengan langkah-langkah ilmiah.

Inkuri terbimbing yaitu kegiatan inkuiri yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010, hlm.61). Oleh karena itu, LKS inkuiri terbimbing perlu dikembangkan karena LKS inkuiri terbimbing lebih dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan melatih siswa dalam bersikap ilmiah. Hal ini juga sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik yang ada dalam Kurikulum 2013. Menurut Bilgin (Nuraini, 2014, hlm.20), pendekatan inkuiri terbimbing memiliki pengaruh positif terhadap siswa sehingga siswa menjadi lebih memahami suatu konsep.

Beberapa penelitian mengenai LKS berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan kepolaran senyawa, larutan elektrolit dan nonelektrolit, reaksi reduksi oksidasi, dan elektrolisis mendapatkan penilaian yang positif baik dari siswa maupun guru terhadap LKS yang dikembangkan (Rohimah, 2014; Ma’arif, 2012; Sembiring, 2014; Rahmawati, 2013). Selain itu, peneilitian lainnya menunjukan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing melalui metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains, keterampilan berpikir kritis, hasil belajar, dan sikap ilmiah (Fajriani, 2010; Maryanti, 2011; Maretasari, 2012; Wulandari, dkk, 2013).

(16)

Berdasakan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan judul “Pengembangan LKS Praktikum Inkuiri Terbimbing pada Topik Sel Volta Dengan Elektrolit Dari Buah-buahan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Ketidaksesuaian antara penggunaan metode pembelajaran dengan tuntutan Kompetensi Dasar yang ada pada Standar Isi Kurikulum 2013.

2. LKS praktikum yang digunakan siswa serupa dengan buku resep memasak (cook book). LKS jenis cook book hanya melibatkan kemampuan minimal siswa sehingga cenderung pasif dan tidak sejalan dengan langkah-langkah ilmiah yang diterapkan Kurikulum 2013. 3. LKS praktikum inkuiri terbimbing perlu dikembangkan karena dapat melatih siswa dalam

bersikap ilmiah dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran serta sejalan dengan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013.

Adapun perumusan masalah yang difokuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta dengan elektrolit dari buah-buahan?”. Secara khusus permasalahan penelitian diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum pada topik sel volta yang ada saat ini?

2. Bagaimana penyusunan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta yang dikembangkan pada penelitian ini?

3. Bagaimana keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta yang dikembangkan pada penelitian ini?

4. Bagaimana penilaian guru dan dosen terhadap LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta yang dikembangkan pada penelitian ini?

C.Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi oleh hal-hal berikut : 1. Analisis karakteristik LKS praktikum dibatasi pada jenis alat, bahan, dan jenis LKS

(17)

6

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Aspek penilaian guru dan dosen dibatasi pada kesesuaian LKS praktikum yang dikembangkan dengan konsep sel volta, tata bahasa dan tata letak serta perwajahan dalam LKS praktikum inkuiri terbimbing yang dikembangkan.

3. Penelitian hanya dilakukan sampai uji coba terbatas, tidak diteliti hingga dampaknya terhadap hasil belajar siswa.

4. Bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu tujuh jenis buah-buahan yang dipilih berdasarkan kemudahaan dalam mendapatkan dan nilai ekonominya.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu memperoleh LKS praktikum inkuiri terbimbing pada topik sel volta yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru kimia dapat menjadi masukan untuk menggunakan LKS praktikum inkuiri terbimbing sebagai panduan dalam praktikum, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.

2. Bagi siswa dapat membangkitkan sikap ilmiah, semangat dan motivasi dalam belajar kimia.

3. Bagi peneliti lain dapat menambah pengetahuan mengenai pengembangan LKS praktikum inkuiri terbimbing sehingga menambah bekal sebagai calon guru untuk dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih baik

F. Penjelasan Istilah

1. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (Undang-undang Republik Indonesia Nomer 18 tahun 2002)

(18)

3. Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. (Djamarah dan Zain, 2006, hlm.84)

4. Inkuiri terbimbing adalah model inkuiri yang mengarahkan siswa pada suatu diskusi dengan cara memberi pertanyaan awal kepada siswa (Hamiyah dan Jauhar, 2014, hlm.190).

G. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian pustaka, dibahas mengenai landasan teori-teori atau konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III Metodologi penelitian, berisi langkah-langkah penelitian, alur penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi mengenai temuan dan pembahasan hasil penelitian.

(19)

8 Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akam dipaparkan mengenai teori-teori atau konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian. Teori–teori atau konsep-konsep yang akan dipaparkan adalah lembar kerja siswa (LKS), metode praktikum, inkuri, inkuiri terbimbing, tinjauan materi sel volta, kandungan dalam buah-buahan, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.

A.Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. (Widyantini, 2013, hlm.2). Menurut Majid (2007, hlm.179) Lembar Kerja Siswa (Student Worksheet) adalah lembaran yang berisi sekumpulan kegiatan yang dapat dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan lebih mandiri dan terstimulir untuk menemukan konsep-konsep materi.

Menurut Priyanto dan Harnoko (1997, hlm.135), manfaat dan tujuan LKS adalah sebagai berikut:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar. 4. Membantu guru dalam menyusun pembelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui

kegiatan pembelajaran.

(20)

Johnstone dan Shuaili (dalam Aqmarina, 2015, hlm.13) mengungkapkan bahwa LKS praktikum terdiri dari beberapa macam, yaitu :

1. LKS ekspositori dengan karakteristik LKS sebagai berikut :

a. Hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya sehingga siswa dan guru tahu hasil akhir yang diharapkan.

b. Pendekatanya deduktif, yaitu siswa menerapkan prinsip umum untuk memahami fenomena yang spesifik.

c. Prosedur percobaan telah dirancang guru sehingga siswa hanya melaksanakan percobaan dengan mengikuti prosedur tersebut.

2. LKS inkuiri dengan karakteristik LKS sebagai berikut :

a. Hasil pengamatan belum ditetapkan sebelumnya sehingga hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa beragam.

b. Pendekatannya bersifat induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks/khusus sehingga siswa dapat menemukan prinsip atau konsep yang dipelajari.

c. Prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa. 3. LKS berbasis masalah dengan karakteristik LKS sebagai berikut :

a. Hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya, namun hanya guru yang mengetahui. b. Pendekatannya bersifat deduktif, yaitu siswa menerapkan prinsip umum untuk

memahami fenomena yang spesifik.

c. Prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa. 4. LKS berbasis discovery dengan karakteristik LKS sebagai berikut :

a. Hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya, namun hanya guru yang mengetahui. b. Pendekatannya bersifat induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang

kompleks/khusus sehingga siswa dapat menemukan prinsip atau konsep yang dipelajari.

c. Prosedur percobaan telah dirancang guru sehingga siswa hanya melaksanakan percobaan dengan mengikuti prosedur tersebut.

(21)

3

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2. 1 Perbedaan antara LKS inkuiri dan LKS Cook Book

LKS Inkuiri LKS Cookbook

Siswa dituntun dengan menggunakan pertanyaan yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam berpikir dan bertindak.

Siswa dituntun dengan menggunakan instruksi langkah demi langkah yang melibatkan kemampuan minimal siswa sehingga siswa hanya bertindak seperti robot yang hanya menuruti perintah.

Fokus kegiatan siswa pada pengumpulan dan interpretasi data untuk menemukan konsep, prinsip, atau hubungan empiris.

Fokus kegiatan siswa pada verifikasi informasi yang telah didapatkan.

Memungkinkan siswa belajar dari kesalahan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Jarang sekali memungkinkan siswa melakukan kesalahan, mengalami ketidakyakinan dan miskonsepsi.

Menggunakan prosedur yang sejalan dengan langkah-langkah ilmiah.

Menggunakan prosedur yang tidak sejalan dengan langkah-langkah ilmiah.

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, sehingga menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (dalam Widjajanti, 2008, hlm.2-5) penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.

1. Syarat-syarat didaktik

Penggunaan LKS harus bersifat universal, artinya LKS dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

(22)

b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.

d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

2. Syarat-syarat Konstruksi

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :

a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana terlebih dahulu.

d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

e. Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan siswa.

f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana anak harus menuliskanjawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa.

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkapoleh anak.

i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.

(23)

5

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Syarat-syarat teknik

Syarat–syarat teknik menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilan dalam LKS.

a. Tulisan

1) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

2) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

3) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. 4) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. 5) Memperhatikan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar.

b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. Penampilan suatu LKS yang baik tercermin dari desainnya yang meliputi konsistensi, format, organisasi, serta kejelasan tulisan dan gambar.

Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Depdiknas, 2008, hlm.23-24):

1. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Penentuan materi dilakukan dengan cara menganalisis materi pokok dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

2. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKSnya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penelitian. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3. Menentukan judul-judul LKS

(24)

judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 materi pokok, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

4. Penelitian LKS

Penelitian LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari Standar Isi. b. Menentukan alat Penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Penilaian didasarkan pada penguasaan kompetensi karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.

c. Penyusunan Materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

Menurut Widjajanti (2008, hlm.5-6) kualitas LKS kimia yang disusun juga harus memenuhi aspek-aspek penilaian yang meliputi :

1. Aspek Pendekatan Penelitian. a. Menekankan keterampilan proses

(25)

7

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Aspek Kebenaran Konsep Kimia

a. Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli kimia b. Kebenaran susunan materi setiap bab dan prasyarat yang digunakan 3. Aspek Kedalaman Konsep

a. Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta b. Kedalam materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan Kurikulum. 4. Aspek Keluasan Konsep

a. Kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam kurikulum b. Hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari

c. Informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman 5. Aspek Kejelasan Kalimat

a. Kalimat tidak menimbulkan makna ganda b. Kalimat yang digunakan mudah dipahami

6. Aspek Kebahasaan

a. Bahasa yang digunakan mengajak siswa interaktif b. Bahasa yang digunakan baku dan menarik

7. Aspek Penilaian Hasil Belajar

a. Mengukur kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik

b. Mengukur kemampuan siswa secara mendalam dan berdasarkan standar kompetensi yang ditentukan oleh kurikulum

8. Aspek Kegiatan Siswa/ Percobaan Kimia a. Memberikan pengalaman langsung

b. Mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum, atau fakta

c. Kesesuaian kegiatan siswa/percobaan kimia dengan materi pelajaran dalam kurikulum 9. Aspek Keterlaksanaan

a. Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu di sekolah b. Kegiatan siswa/percobaan kimia dapat dilaksanakan 10. Aspek Penampilan Fisik

a. Desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik b. Kejelasan tulisan dan gambar

(26)

B. Metode Praktikum

Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut Djamarah dan Zain (2006, hlm.84), dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Roestiyah (2012, hlm.80) mengemukakan bahwa metode praktikum adalah salah satu cara mengajar yang kegiatannya meliputi, melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Tim didaktik (dalam Sunyono, 2006) menyatakan bahwa dalam metode praktikum siswa dapat aktif mengambil bagian dalam berbuat untuk diri sendiri. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri (Roestiyah, 2012, hlm.80). Rustaman (2005, hlm.78) menambahkan bahwa dengan metode praktikum dapat memperkaya pengalaman siswa, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lama dalam ingatan siswa.

Adapun kelebihan metode praktikum menurut Djamarah dan Zain (2006, hlm.84-85) diantaranya adalah :

1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

2. Dapat membina siswa untuk mebuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm.78-79) metode praktikum memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan, antara lain:

Kelebihan metode praktikum:

1. Melibatkan siswa secara aktif dalam mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.

(27)

9

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Siswa berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah, dalam rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesis.

Keterbatasan metode praktikum :

1. Jika peralatan, bahan dan sarana praktikum tidak tersedia, akan mengurangi kesempatan siswa untuk melakukan praktikum.

2. Jika praktikum memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran.

3. Kekurangan pengalaman siswa maupun guru dalam melaksanakan praktikum, akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam melaksanakan praktikum.

4. Kegagalan atau kesalahan dalam praktikum akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang.

C.Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002, hlm.80). Sedangkan menurut Suyanti (2010, hlm.42) bahwa inkuri dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut empat bentuk inkuiri menurut Colburn (2000, hlm.42) : 1. Structured inquiry (Inkuiri terstruktur)

Guru menyediakan masalah untuk diteliti oleh siswa lengkap dengan prosedur dan bahan-bahan yang diperlukan, tetapi tidak memberitahukan hasil yang mungkin terjadi. Siswa harus menemukan hubungan antar variabel atau menggeneralisasikan data yang ditemukan. Tipe ini sangatlah mirip dengan aktivitas cook book namun cook book lebih mengarahkan dibanding inkuiri ini. Perbedaan inkuiri terstruktur dan cook book yaitu terletak pada objek atau fenomena dan data yang dikumpulkan oleh siswa.

2. Guided inquiry (Inkuiri terbimbing )

Guru hanya menyediakan masalah untuk diteliti, alat dan bahannya. Siswa diberi kesempatan menemukan prosedur percobaan sendiri untuk menyelesaikan masalah ersebut.

(28)

Inkuiri ini mirip dengan inkuiri terbimbing, ditambah dengan memberi kesempatan pada siswa untuk membuat sendiri rumusan masalah pada objek yang diteliti.

4. Learning Cycle (Siklus pembelajaran)

Siswa dihadapkan dalam aktivitas dengan pengenalan konsep baru yang disampaikan oleh guru. Kemudian siswa mengaplikasikan konsep-konsep tersebut pada berbagai konteks.

Menurut Suyanti (2010, hlm.46-48) langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebagai berikut :

1. Orientasi

Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi antara lain :

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan untuk mencapai tujuan;

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar sebagai motivasi bagi siswa. 2. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan. Persoalan dalam inkuiri harus mengandung konsep yang jelas dan pasti. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. 3. Merumuskan Hipotesis

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

(29)

11

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

D.Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri yang mengarahkan siswa pada suatu diskusi dengan cara memberi pertanyaan awal kepada siswa (Hamiyah dan Jauhar, 2014, hlm.190). Menurut Sanjaya (2008, hlm.194), inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sedangkan menurut Malihah (2011, hlm18) Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut kemudian siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah.

Pada model ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Menurut Carol C.Kuhlthau dan Ross J.Todd (dalam Malihah, 2011, hlm.19-20) terdapat enam karakteristik inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu:

1. Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman. 2. Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu.

3. Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan. 4. Perkembangan siswa terjadi secara bertahap.

5. Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran. 6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain.

(30)

2. Menantang kemampuan konseptual siswa dan kemampuan mempraktekan dalam situasi yang baru.

3. Membangun pemahaman secara dalam dan luas untuk mempraktekannya langsung.

Menurut Richard A.Hasler (dalam Malihah, 2011, hlm.21), tahap inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri dari 5 tahapan, yaitu

E.Tinjauan Materi Sel Volta

Sel volta (sel Galvani) adalah sel elektrokimia yang didalamnya terjadi perubahan energi kimia dari reaksi redoks spontan menjadi energi listrik. Prinsip kerja dari sel volta adalah pemisahan reaksi redoks menjadi 2 bagian, yaitu setengah reaksi oksidasi di anode dan setengah reaksi reduksi di katode. Ketika anode dan katode yang dicelupkan dalam suatu elektrolit dihubungkan melalui rangkaian luar berupa kawat, maka elektron akan mengalir dari anode ke katode. Aliran elektron ini tak lain adalah arus listrik, ini dapat dibuktikan dari

Pertanyaan menghadapkan

pada masalah

Penyelidikan (pengujian)

Kumpulkan data (praktikum)

Menarik kesimpulan

Komunikasi hasil (presentasi)

Siswa mengembangkan dan menelaah pertanyaan yang dibantu oleh guru

Siswa mengidentifikasi variabel, membangun sebuah prosedur dan dipandu oleh guru.

Siswa mengobservasi esperimen dan mencatat data berdasarkan panduan dari guru.

Siswa mengkomunikasikan dan membuat kesimpulan setelah tahap mendiskusikan data yang telah didapatkan pada kelompoknya.

Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil percobaannya, kemudian kelompok lain menanggapinya dan guru berkomentar jalannya diskusi dan meluruskan hal-hal yang kurang tepat untuk mendapatkan konsep yang lebih baik.

(31)

13

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nyala lampu apabila lampu pijar dihubungkan dengan kawat rangakaian luar. Arus listrik ini disebabkan oleh adanya beda potensial antara anode dan katode yang dapat ditunjukkan melalui pengukuran dengan menggunakan voltmeter.

Secara umum, sel volta terdiri dari:

- Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi. Karena reaksi oksidasi di anode menghasilkan elektron, maka anode bermuatan negatif (-).

- Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi. Karena reaksi reduksi menangkap elektron dari katode, maka katode menjadi bermuatan positif (+).

- Elektrolit, yaitu zat yang terurai menjadi ion-ionnya sehingga dapat menghantarkan listrik.

- Rangkaian luar, yaitu kawat yang menghubungkan anode dan katode agar terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda.

- Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan lisrik pada larutan elektrolit.

(32)

(Sumber: Johar & Rahmawati, 2011)

Gambar 2. 2 Rangkaian Sel Volta Sederhana Dengan Satu Wadah

Pada logam Zn (anode) dan logam Cu (katode) yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit CuSO4 dan kemudian keduanya dihubungkan menggunakan kawat penghantar, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2, terjadi reaksi oksidasi Zn yang menghasilkan Zn2+ dan elektron. Zn2+ dilepaskan kedalam larutan elektrolit CuSO4, sedangkan elektron akan mengalir melalui rangkaian kawat penghantar menuju katode. Elektron di katode selanjutnya diserap oleh ion Cu2+ dalam larutan membentuk endapan Cu. Reaksi keseluruhannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Anode (Oksidasi) : Zn(s)  Zn2+(aq) + 2e -Katode (Reduksi) : Cu2+ + 2e-  Cu(s)

--- + Sel : Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Adanya arus listrik berupa aliran elektron ini disebabkan oleh beda potensial antara elektroda Zn dan Cu. Beda potensial ini dalam sel elektrokimia disebut juga potensial sel (Esel), yang menyatakan kemampuan sel untuk mendorong elektron mengalir melalui rangkaian luar. Potensial sel ini juga dikenal sebagai gaya gerak listrik (ggl).

Namun aliran elektron yang terjadi pada rangkaian sel volta tersebut hanya terjadi sesaat. Hal ini dikarenakan adanya perubahan pada elektrode. Pada katode terjadi pengendapan ion Cu2+ sebagai akibat reaksi reduksi Cu sehingga penumpukan muatan elektron di katode. Sementara itu pada anode Zn, terjadi pula pengendapan sebagian ion Cu2+ akibat reaksi pendesakan logam sehingga muatan elektron yang dihasilkan dari reaksi oksidasi Zn berkurang. Untuk mengatasi hal ini, sel dapat dipisah menjadi 2 bagian, yaitu setengah sel anode dan setengah sel katode.

(33)

15

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[image:33.595.74.472.72.239.2]

(Sumber: Johar & Rahmawati, 2011) Gambar 2. 3 Rangkaian Sel Volta Dengan Sel Anoda dan Sel Katodayang Terpisah

Pada rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 2.3, setelah kedua elektroda dihubungkan, terjadi reaksi oksidasi Zn yang menghasilkan Zn2+ dan elektron. Zn2+ dilepaskan ke dalam larutan ZnSO4 sedangkan elektron mengalir melalui rangkaian luar menuju katoda. Di katode, elektron akan diserap oleh ion Cu2+ dalam larutan sehingga ion Cu2+ tersebut mengendap sebagai logam Cu di permukaan katode Cu. Akan tetapi, aliran elektron yang terjadi juga hanya berlangsung sesaat. Penyebabnya adalah pada sel anode, pelepasan ion Zn2+ ke dalam larutan mengakibatkan penumpukan muatan positif Zn2+. Dengan demikian, ion Zn2+ di anode tidak dapat lagi meninggalkan anode menuju larutan dan suplai elektron ke katode akan berhenti. Pada sel katode pengendapan ion Cu2+ dari larutan akan menyebabkan larutan bermuatan negatif karena didominasi oleh ion SO42- yang tertinggal dalam larutan. Hal ini juga menyebabkan suplai elektron ke katoda tidak dapat diserap lagi. Untuk mengatasi penumpukan muatan di kedua setengah sel tersebut, suatu rangkaian dalam yang disebut jembatan garam dapat digunakan.

(34)
[image:34.595.170.426.72.229.2]

(Sumber: Johar & Rahmawati, 2011)

Gambar 2. 4 Rangkaian Sel Volta Dilengkapi Jembatan Garam

Dengan adanya jembatan garam pada rangkaian sel volta yang ditunjukkan pada gambar 2.4, dapat terjadi penetralan muatan listrik melalui difusi ion-ion dari jembatan garam. Konsentrasi larutan elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi dibandingkan konsentrasi elektrolit pada kedua sel elektrode, maka anion dari jembatan garam berdifusi ke sel yang kelebihan muatan positif (anode) dan dari jembatan garam berdifusi ke sel yang kelebihan muatan negatif (katode). Oleh karena itu, rangkaian sel volta pada gambar 2.4 merupakan rangkaian yang paling baik dibandingkan rangkaian pada gambar-gambar sebelumnya.

F. Buah-buahan dan Kandungannya.

[image:34.595.222.376.576.685.2]

1. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Gambar 2.5 Jeruk nipis

Sumber : www.sunpride.co.id

(35)

17

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Sapindales : Rutaceae : Citrus : C.aurantifolia Lemak Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Niacin (Vit.B3)

Vitamin C besi fosfor Kalsium 0,17 g 0,112 g 94,3 mg 0,068 mg 0,023 mg 0,25 mg 48,7 mg 0,33 mg 21 mg 33,3 mg

(Sumber: Putra, 2013)

Dari sejumlah zat yang terkandung dalam buah jeruk nipis yang ditunjukkan pada tabel 2.2, zat yang berpotensi sebagai elektrolit diantaranya yaitu kalsium, besi, dan fosfor karena ketiga unsur tersebut bila dilarutkan dalam air akan terionisasi atau terurai menjadi ionnya yaitu Ca2+, Fe3+ dan PO43-. Ion-ion itulah yang memiliki potensi untuk menghantarkan arus listrik dalam buah jeruk nipis. Sedangkan lemak, protein, niacin, riboflavin, thiamin, dan vitamin c termasuk nonelektrolit karena zat-zat tersebut ketika dilarutkan dalam air tetap dalam bentuk molekul-molekul netral yang tidak bermuatan sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

2. Melon (Cucumis melo)

Gambar 2.6 Buah Melon

[image:35.595.92.483.69.324.2]

Sumber : www.necturajuice.com

(36)

KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliophyta : Cucurbitales : Cucurbitaceae : Cucumis : C.melo Karbohidrat Gula Lemak Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Niacin (Vit.B3)

Vitamin C besi fosfor kalium 5,3 g 6,2 g 0,10 g 0,60 g 88,5 mg 0,03 mg 0,02 mg 0,8 mg

35 mg (14%)

0,5 mg

30 mg

183 mg

(Sumber: Putra, 2013)

Dari sejumlah zat yang terkandung dalam buah melon yang ditunjukkan pada tabel 2.3, zat yang berpotensi sebagai elektrolit diantaranya yaitu kalium, besi, dan fosfor karena ketiga unsur tersebut bila dilarutkan dalam air akan terionisasi atau terurai menjadi ionnya yaitu K+, Fe3+ dan PO43-. Ion-ion itulah yang memiliki potensi untuk menghantarkan arus listrik dalam buah jeruk nipis. Sedangkan karbohidrat, gula, lemak, protein, niacin, riboflavin, thiamin, dan vitamin c termasuk nonelektrolit karena zat-zat tersebut ketika dilarutkan dalam air tetap dalam bentuk molekul-molekul netral yang tidak bermuatan sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

[image:36.595.85.490.67.365.2]

3. Pepaya (Carica papaya)

Gambar 2.7 Buah Pepaya

[image:36.595.88.477.78.364.2]

Sumber : www.pelangiflora.com

(37)

19

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Subkerajaan Superdivisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilenniidae : Violales : Caricaceae : Carica : C.papaya Karbohidrat Gula Lemak Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Niacin (Vit.B3)

Vitamin B6

Vitamin C kalsium besi magnesium fosfor kalium 9,81 g 5,90 g 0,14 g 0,61 g

86,7 mg

0,04 mg (3%)

0,05 mg (3%)

0,338 mg (2%)

0,1 mg (8%)

1,8 mg (14%)

24 mg (2%)

0,1 mg (1%)

10 mg (3%)

5 mg 1(%)

257 (5%)

(Sumber: Putra, 2013)

(38)

4. Pisang (Musa paradisiaca)

Gambar 2.8 Buah Pisang

[image:38.595.90.486.254.625.2]

Sumber : www.loexie.wordpress.com

Tabel 2.5 Nilai Nutrisi Dalam Buah Pisang

KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberales : Musaceae : Musa : M.paradisiaca Karbohidrat Gula Lemak Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Niacin (Vit.B3)

Folat (Vit.B9)

Vitamin C kalsium besi magnesium fosfor kalium seng 22,84 g 12,23 g 0,33 g 1,09 g 82 mg

0,031 mg (2%)

0,073 mg (5%)

0,665 mg (4%)

20 mg (5%)

8,7 mg (15%)

5 mg (1%)

0,26 mg (2%)

27 mg (7%)

22 mg (3%)

358 mg (8%)

0,15 mg (1%)

(Sumber: Putra, 2013)

(39)

21

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan karbohidrat, gula, lemak, protein, niacin, riboflavin, thiamin, folat dan vitamin c termasuk nonelektrolit karena zat-zat tersebut ketika dilarutkan dalam air tetap dalam bentuk molekul-molekul netral yang tidak bermuatan sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

[image:39.595.84.483.353.693.2]

5. Semangka (Citrullus lanatus)

Gambar 2.9 Buah Semangka

[image:39.595.94.478.361.692.2]

Sumber : www.sunpride.co.id

Tabel 2.6 Nilai Nutrisi Dalam Buah Semangka

KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliophyta : Cucurbitales : Cucurbitaceae : Citrullus : C.lanatus Karbohidrat Gula Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Vitamin B Vitamin C kalsium besi magnesium fosfor kalium seng 7,55 g 6,2 g 0,61 g 93,5 mg

0,033 mg (3%)

0,021 mg (1%)

0,045 mg (3%)

8,1 mg (14%)

7 mg (1%)

0,24 mg (2%)

10 mg (3%)

11 mg 2(%)

112 mg (2%)

0,10 mg (1%)

(Sumber: Putra, 2013)

(40)
(41)

23

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[image:41.595.229.368.94.215.2]

6. Stroberi ( Fragaria xananassa)

Gambar 2.10 Buah Stroberi

Sumber : www.sunpride.co.id

Tabel 2.7 Nilai Nutrisi Dalam Buah Stroberi

KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosales : Rosaceae : Rosoideae : Fragaria : F.xananassa Karbohidrat Gula Lemak Protein Air

Thiamin (Vit. B1)

Riboflavin (Vit.B2)

Asam Pantotenat

Vitamin B6

Vitamin C kalsium besi magnesium fosfor kalium seng 10,1 g 6,2 g 0,53 g 0,88 g 91 mg 0,03 mg 0,1 mg 0,49 mg 0,09 mg

82 mg (14%)

20 mg 0,55 mg 14 mg 27 mg 240 mg 0,19 mg

(Sumber: Putra, 2013)

[image:41.595.93.478.297.668.2]
(42)

terionisasi atau terurai menjadi ionnya yaitu K+, Zn2+, Ca2+, Fe3+, Mg2+dan PO43-. Ion-ion itulah yang memiliki potensi untuk menghantarkan arus listrik dalam buah jeruk nipis. Sedangkan karbohidrat, gula, lemak, protein, niacin, riboflavin, thiamin, asam pantotenat, vitamin B6 dan vitamin c termasuk nonelektrolit karena zat-zat tersebut ketika dilarutkan dalam air tetap dalam bentuk molekul-molekul netral yang tidak bermuatan sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

7. Tomat (Solanum lycopersicum L)

Gambar 2.11 Buah Tomat

[image:42.595.84.498.353.649.2]

Sumber : www.sunpride.co.id

Tabel 2.8 Nilai Nutrisi Dalam Buah Belimbing

KLASIFIKASI ILMIAH NILAI NUTRISI PER 100 GRAM

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika

Serikat untuk dewasa.

Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Solanales : Solanaceae : Solanum :Solanum lycopersicum L Karbohidrat Gula Lemak Protein Air

Folat (Vit.B9)

Vitamin C

fosfor

kalium

seng

5,1 g

4,00 g

0,20 g

1,29 g

93 mg

9 µg (3%)

23,4 mg (5%)

28 mg (2%)

204 mg (3%)

0,07 mg (1%)

(Sumber: Putra, 2013)

(43)

25

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buah jeruk nipis. Sedangkan karbohidrat, gula, lemak, protein, folat dan vitamin c termasuk nonelektrolit karena zat-zat tersebut ketika dilarutkan dalam air tetap dalam bentuk molekul-molekul netral yang tidak bermuatan sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

G. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Amalia Juhroh (2011) yang berjudul “Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia Pada Topik Sel Volta yang Layak Diterapkan Di SMA” hasilnya menunjukkan bahwa prosedur praktikum yang dikembangkan oleh Amalia Juhroh sudah layak untuk diterapkan di SMA. Hal ini dilihat dari hasil tingkat keterlaksanaan prosedur praktikum yang tergolong mudah dan tanggapan siswa terhadap kelayakan prosedur praktikum tergolong kategori baik. Selain itu, dari segi ketersediaan alat dan bahan serta efisiensi waktu juga tergolong kategori baik. Banyak penelitian terdahulu mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum inkuiri terbimbing dari berbagai topik kimia seperti pada topik elektrolit dan non elektrolit oleh Ma’arif (2012), topik elektrolisis oleh Rahmawati(2013), topik kepolaran senyawa oleh Rohimah (2014), dan topik sifat-sifat elektrolit oleh Aqmarina (2015). Dari tahun ke tahun LKS praktikum inkuiri terbimbing yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya selalu menunjukkan hasil dengan kategori baik.

Pembelajaran dengan inkuri terbimbing juga ternyata dapat meningkatkan aspek pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2011) yang berjudul “Analisis Hasil Belajar Siswa SMA pada Pembelajaran Laju Reaksi Melalui Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing” menunjukkan bahwa penguasan konsep siswa meningkat dengan pembelajaran menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri sebesar 65,6% dan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) dengan

judul “Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

(44)

N-Gain sebesar 71,9%. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Martini (2011) mengenai kemampuan siswa dalam berinkuiri yang berjudul “Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa pada materi pokok Laju Reaksi”. Tahapan berinkuiri dalam penelitian yang dilakukan oleh Martini tersebut meliputi kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data, dan menyimpulkan. Hasil penelitiannya masing-masing secara berturut-turut adalah 38,26%; 49,26%; 37,44%; 25,52%; 76,85; dan 87,19%.

(45)

36 Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah penelitian, sumber data, instrumen penelitian, dan prosedur pengolahan data.

A.Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini, langkah-langkah penelitian yang digunakan berdasarkan langkah-langkah penelitian pada metode R&D (Penelitian dan Pengembangan) yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2012, hlm.184) yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

1. Studi Pendahuluan 2. Pengembangan Model 3. Uji Model

Namun dalam penelitian ini tidak semua langkah penelitian digunakan, tetapi hanya menggunakan dua langkah penelitian yaitu:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap awal atau tahap persiapan.Tahap ini terdiri dari :

a. Studi kepustakaan merupakan kajian mengenai analisis standar isi pada Kurikulum 2013 serta analisis LKS yang terdapat dalam beberapa bahan ajar dan penelitian sebelumnya.

b. Survei lapangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang ada di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktikum sel volta serta penggunaan LKS praktikum inkuiri pada topik sel volta.

c. Penyusunan produk awal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan produk awal berupa RPP, prosedur praktikum, LKS inkuiri terbimbing dan instrumen-instrumen penelitian.

2. Pengembangan Model

(46)

penilaian guru dan dosen mengenai LKS inkuiri terbimbing yang dikembangkan.

(47)

38

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi Kepustakaan Survei Lapangan

Penyempurnaan oleh Dosen Pembimbing

Uji coba terbatas LKS praktikum inkuiri terbimbing

Penjaringan penilaian guru dan dosen menggunakan

lembar penilaian

Uji keterlaksanaan tahapan inkuiri dan penggunaan LKS praktikum inkuiri terbimbing menggunakan lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa dan angket respon siswa

Pengolahan data

Kesimpulan

Analisis standar isi dan proses pembelajaran pada KI dan KD

Analisis keterlaksanaan praktikum dan analisis jenis LKS praktikum

subpokok sel volta di sekolah

Optimasi prosedur praktikum

Penyusunan RPP dan Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum inkuiri terbimbing

Penyusunan Instrumen Penelitian: a. Lembar observasi keterlaksanaan b. Pedoman penilaian jawaban siswa c. Angket respon siswa

d. Lembar penilaian guru dan dosen Analisis LKS praktikum pada

subpokok materi sel volta yang berada pada buku-buku dan LKS atau

modul pembelajaran

Revisi Revisi

Hasil Optimasi

Revisi LKS berdasarkan hasil uji coba

Uji Coba Terbatas Penyusunan produk awal

Studi Pendahuluan

(48)

Berdasarkan alur penelitian yang ditampilkan, dapat diuraikan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu studi kepustakaan, survei lapangan, dan penyusunan produk awal.

a. Studi Kepustakaan

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap Standar Isi yang terdapat dalam Kurikulum 2013 untuk mencari materi yang sesuai untuk dipelajari pada pembelajaran dengan metode praktikum. Didapatkan bahwa materi yang sesuai adalah materi sel volta yang dipelajari siswa SMA/MA kelas XII semester 1. Berdasarkan analisis standar isi, materi sel volta terdapat pada Kompetensi Inti 3 dan 4 serta Kompetensi Dasar 3.3 yaitu “Mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia (sel volta dan sel elektrolisis) yang digunakan dalam kehidupan” dan Kompetensi Dasar 4.3 yaitu “Menciptakan ide/gagasan produk sel elektrokimia.” Dapat terlihat dari kedua kompetensi dasar tersebut bahwa pada materi sel volta siswa dituntut untuk mengevaluasi proses yang terjadi pada sel volta dan menciptakan produk sel elektrokimia. Untuk dapat memenuhi tuntutan pada kedua kompetensi dasar tersebut, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai yaitu metode praktikum.

Pada tahap studi kepustakaan, dilakukan juga analisis terhadap LKS praktikum pada topik sel volta yang terdapat dalam bahan ajar (buku paket, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, artikel di internet) dan penelitian sebelumnya dengan menggunakan instrumen lembar analisis LKS praktikum. b. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan praktikum sel volta di sekolah, kendala dalam melaksanakan praktikum pada topik tersebut, dan jenis LKS praktikum yang digunakan di sekolah. Wawancara dilakukan kepada sepuluh guru kimia yang berada di sepuluh SMA negeri dan swasta di Kota Bandung.

(49)

40

Ineu Noviater, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK SEL VOLTA DENGAN ELEKTROLIT DARI BUAH-BUAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Penyusunan Produk Awal

Setelah melakukan survei lapangan, tahapan selanjutnya yaitu penyusunan produk awal. Tahapan dalam penyusunan produk awal, yaitu :

1) Penyusunan prosedur praktikum dan Optimasi

Penyusunan prosedur praktikum bertujuan untuk mendapatkan langkah kerja yang baik sebagai acuan peneliti dalam menyusun LKS yang dikembangkan. Kemudian dilakukan optimasi prosedur praktikum agar menghasilkan suatu prosed

Gambar

Tabel 2. 1 Perbedaan antara LKS inkuiri dan LKS Cook Book
Gambar 2. 3 Rangkaian Sel Volta Dengan Sel Anoda dan Sel Katodayang Terpisah
Gambar 2. 4 Rangkaian Sel Volta Dilengkapi Jembatan Garam
Tabel 2.3 Nilai Nutrisi Dalam Buah Melon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas. Pendidikan Matematika dan