iv
ABSTRAK
Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus
Lidya Fransiska Suherman, 2014; Pembimbing: dr. Sri Nadya Saanin, M.Kes
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut. Namun, keduanya dapat berubah menjadi patogen bila kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sering timbul akibat kebersihan rongga mulut yang buruk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Desain penelitian bersifat eksperimental murni laboratorik dengan menggunakan metode sumuran/well diffusion pada Mueller Hinton Agar (MHA), dengan mengamati diameter zona inhibisi yang dibentuk ekstrak daun sirih dalam satuan millimeter, dan kontrol positif obat kumur yang mengandung Chlorhexidine gluconate 0,1%. Data yang didapat diolah dengan ANAVA satu arah dengan α=5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.
Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar untuk Streptococcus mutans terdapat pada kontrol positif yaitu 29,0 mm sedangkan ekstrak daun sirih hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,5 mm pada konsentrasi 100%. Zona inhibisi terbesar untuk Staphylococcus aureus terdapat pada ekstrak daun sirih 100% yaitu 27,5 mm sedangkan pada kontrol positif hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,0 mm.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.
v
ABSTRACT
Antimicrobial Effects of Extract Ethanol of Betel Leaf (Piper betle L.) against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus
Lidya Fransiska Suherman, 2014; Tutor: dr. Sri Nadya Saanin, Kes
Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus is the normal flora in the oral cavity. However, they can turn into pathogenic if oral hygiene is not maintained. Dental caries is a disease that often result from poor oral hygiene.
The aim of this study was to determine whether extract ethanol of betel leaf has antimicrobial effect against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus. Design of this study was a purely experimental laboratory using methods pitting /well diffusion on Mueller Hinton Agar (MHA), the observed inhibition zone diameter formed betel leaf extract in millimeters, and the positive control mouthwash containing Chlorhexidine gluconate 0.1%. The data was analysed with one way ANOVA, α=5% and continued with multiple comparisons Fisher's LSD. In the results, the largest inhibition zone for Streptococcus mutans present in the positive control, is 29.0 mm while the betel leaf extract only provides the greatest inhibition zone is 24.5 mm at 100% concentration. Greatest inhibition zone for Staphylococcus aureus found in betel leaf extract 100% is 27.5 mm, while the positive control only provides the greatest inhibition zone is 24.0 mm.
The conclusion was the betel leaf has antimicrobial effect against Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...i
LEMBAR PERSETUJUAN...ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR...vi
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR GAMBAR...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1Manfaat Akademis ... 3
1.4.2Manfaat Praktis ... 3
1.5Kerangka Pemikiran ... 3
1.6Hipotesis Penelitian ...4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih (Piper betle L.) ... 5
2.1.1 Taksonomi ... 5
2.1.2 Sinonim dan Nama Umum ... 6
2.1.3 Penggunaan Sirih sebagai Obat Tradisional ... 6
vii
2.1.5 Peranan Daun Sirih di Rongga Mulut ... 9
2.2 Obat Kumur ... 10
2.2.1 Bahan Aktif dalam Obat Kumur ... 10
2.2.2 Chlorhexidine (CHX) ... 11
2.2.3 Peranan Chlorhexidine (CHX) dalam Menghambat Streptococcus mutans ... 12
2.3 Streptococcus mutans ... 12
2.3.1 Taksonomi Streptococcus mutans ... 12
2.3.2 Sifat Streptococcus mutans ... 13
2.3.3 Peranan Streptococcus mutans dalam Karies... 14
2.4 Staphylococcus aureus ... 15
2.4.1 Taksonomi Staphylococcus aureus ... 15
2.4.2 Identifikasi Staphylococcus aureus ... 16
2.5 Karies Gigi ... 16
2.5.1 Anatomi Rongga Mulut ... 16
2.5.2 Gigi ... 16
2.5.3 Definisi Karies Gigi ... 18
2.5.4 Faktor Risiko Karies Gigi ... 18
2.5.5 Proses Terbentuknya Karies Gigi ... 19
2.5.6 Gejala Karies Gigi ... 20
2.5.7 Pencegahan Karies Gigi ... 20
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23
3.1.1 Bahan Penelitian ... 23
3.1.2 Alat Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Pelitian ... 24
3.3 Metode Penelitian ... 24
3.3.1 Desain Penelitian ... 24
viii
3.3.2.1 Variabel Penelitian ... 24
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 25
3.3.3 Besar Sampel Penelitian ...25
3.3.4 Prosedur Kerja ... 26
3.3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 26
3.3.4.1.1 Pengumpulan Bahan Uji ... 26
3.3.4.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih ... 26
3.3.4.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ... 27
3.4 Analisis Data ... 32
3.4.1 Hipotesis Statistik ... 32
3.4.2 Kriteria Uji ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 33
4.1.1 Hasil Penelitian ... 33
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 41
4.2.1 Hipotesis Statistik ... 41
4.2.2 Kriteria Uji ... 41
4.2.3 Hal yang Mendukung ... 41
4.2.4 Hal yang Tidak Mendukung ... 41
4.2.5 Simpulan ... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 46
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 4
Gambar 2.1 Daun Sirih ... 5
Gambar 2.2 Streptococcus mutans ... 13
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Hasil Penelitian ... 46
Lampiran 1.1 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 12,5% (kanan bawah), 25% (kiri bawah), 50% (atas) terhadap Staphylococcus aureus ... 46
Lampiran 1.2 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 100% (atas), kontrol positif (kiri bawah), kontrol negatif (kanan bawah) terhadap Staphylococcus aureus ... 46
Lampiran 1.3 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 12,5% (bawah), 25% (kanan atas), 50% (kiri atas) terhadap Streptococcus mutans ... 47
Lampiran 1.4 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 100% (atas), kontrol positif (kiri bawah), kontrol negatif (kanan bawah) terhadap Streptococcus mutans ... 47
Lampiran 2 Analisis Statistik Data ... 48
Lampiran 2.1 Tabel ANAVA Streptococcus mutans ... 48
Lampiran 2.2 Tabel ANAVA Staphylococcus aureus ... 48
Lampiran 2.3 Tabel Multiple Comparison LSD Hasil Penelitian Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Streptococcus mutans ... 49
Lampiran 2.4 Tabel Multiple Comparison LSD Hasil Penelitian Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Staphylococcus aureus. ... 50
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Flora normal dalam rongga mulut antara lain: Streptococcus mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcus sp. dan Lactobacillus sp. Dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kurangnya kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email gigi menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetz & Adelberg's, 2005).
Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 23,4%. Penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi nasional paling tinggi adalah karies gigi yaitu sebesar 43,4% (Dhika T. , 2007). Pada riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi karies gigi dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2%.
2
Obat kumur pada saat ini banyak tersedia di pasaran. Obat kumur yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu membunuh bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut, serta tidak meningkatkan resistensi mikroba. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, mudah digunakan, harga murah, dan mudah disimpan (Syukur & Hernani, 1999).
Semakin meningkatnya produk obat kumur yang beredar disertai dengan promosi di berbagai media massa membuat masyarakat semakin melupakan tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai obat kumur. Di sisi lain, pemerintah Indonesia telah mendukung tanaman obat tradisional sebagai terapi tambahan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan obat. Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya sirih (Piper betle L.).
Sejak tahun 600 SM, penduduk Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan, dari tata cara adat hingga pengobatan berbagai macam penyakit seperti sakit gigi, sariawan, abses rongga mulut, batuk, serak, keputihan, wasir, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan jantung berdebar (Abdullah, 2011). Sebagian besar masyarakat pada waktu itu memanfaatkan daun sirih sebagai obat kumur dengan cara membuat air rebusan daun sirih (Abdullah, 2011). Air rebusan daun sirih tersebut tidak hanya digunakan sebagai obat kumur, tetapi digunakan juga untuk mengatasi keputihan bagi para wanita dan diminum untuk kesehatan (Mutmainnah, 2013). Keyakinan yang turun temurun tersebut membuat penulis ingin meneliti kebenaran dari khasiat daun sirih.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah:
- Apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
3 1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
- Untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
- Untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis
Karya tulis ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pembuatan obat kumur dari bahan daun sirih.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun sirih (Piper betle L.) yang berefek antimikroba dalam memelihara kesehatan rongga mulut.
1.5Kerangka Pemikiran
4
sukrosa menjadi glukan, bila proses tersebut terus berlanjut glukan akan diubah oleh enzim dekstranase menjadi glukosa untuk proses glikolisis sehingga akan membentuk perlekatan yang erat dengan gigi (Fejerskov & Kidd, 2003). Daun sirih juga mengandung eugenol yang dapat menembus dan mengganggu rantai asam lemak pada membran sel bakteri sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran sel kemudian sel akan rusak dan mati (Guha, 2006). Pada Staphylococcus aureus, kandungan kimia daun sirih tersebut mengubah struktur protein dan menyebabkan terjadinya kerusakan membran sel sehingga permeabilitas sel meningkat dan mengganggu aktivitas biologis sel maka sel akan menjadi rusak dan mati (Guha, 2006).
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
1.6Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut, disusun hipotesis bahwa:
42 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
- Ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans - Ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
5.2Saran
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap mikroorganisme lain dalam rongga mulut seperti Lactobacillus sp., Corynebacterium, dan beberapa bakteri anaerob lainnya.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dengan bentuk sediaan lain, seperti infusa atau rebusan.
EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus
ANTIMICROBIAL EFFECTS OF EXTRACT ETHANOL OF BETEL LEAF (Piper betle L.) AGAINST Streptococcus mutans AND Staphylococcus aureus
Sri Nadya Saanin1, Lidya Fransiska Suherman2
1Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut. Namun, keduanya dapat berubah menjadi patogen bila kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sering timbul akibat kebersihan rongga mulut yang buruk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.
Desain penelitian bersifat eksperimental murni laboratorik dengan menggunakan metode
sumuran/well diffusion pada Mueller Hinton Agar (MHA), dengan mengamati diameter zona
inhibisi yang dibentuk ekstrak daun sirih dalam satuan millimeter, dan kontrol positif obat kumur yang mengandung Chlorhexidine gluconate 0,1%. Data yang didapat diolah dengan
ANAVA satu arah dengan α=5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.
Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar untuk Streptococcus mutans terdapat pada kontrol positif yaitu 29,0 mm sedangkan ekstrak daun sirih hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,5 mm pada konsentrasi 100%. Zona inhibisi terbesar untuk
Staphylococcus aureus terdapat pada ekstrak daun sirih 100% yaitu 27,5 mm sedangkan pada kontrol positif hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,0 mm.
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.
Kata kunci: ekstrak daun sirih, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, antimikroba
ABSTRACT
Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus is the normal flora in the oral cavity. However, they can turn into pathogenic if oral hygiene is not maintained. Dental caries is a disease that often result from poor oral hygiene.
The aim of this study was to determine whether extract ethanol of betel leaf has antimicrobial effect against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus.
leaf extract in millimeters, and the positive control mouthwash containing Chlorhexidine gluconate 0.1%. The data was analysed with one way ANOVA, α=5% and continued with multiple comparisons Fisher's LSD.
In the results, the largest inhibition zone for Streptococcus mutans present in the positive control, is 29.0 mm while the betel leaf extract only provides the greatest inhibition zone is 24.5 mm at 100% concentration. Greatest inhibition zone for Staphylococcus aureus found in betel leaf extract 100% is 27.5 mm, while the positive control only provides the greatest inhibition zone is 24.0 mm.
The conclusion was the betel leaf has antimicrobial effect against Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans.
Keywords: betel leaf extract, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, antimicrobial
PENDAHULUAN
Rongga mulut merupakan pintu gerbang
masuknya berbagai macam
mikroorganisme ke dalam tubuh,
mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Flora normal
dalam rongga mulut antara lain:
Streptococcus mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcus sp. dan
Lactobacillus sp. Dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kurangnya kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email gigi menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi1.
Hasil riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 23,4%. Penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi nasional paling tinggi adalah karies gigi yaitu sebesar 43,4%2. Pada riset
kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi karies gigi dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2%. Ditinjau dari kelompok umur prevalensi penderita karies gigi tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu: pada kelompok umur 12 tahun terjadi peningkatan dari 28,9% menjadi 42,6%, kelompok umur 15 tahun terjadi dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas terjadi peningkatan dari 32,5% menjadi 46,8%. Apabila disandingkan dengan
perilaku menggosok gigi, terjadi
peningkatan proporsi penduduk yang menggosok gigi setiap hari dari tahun 2007 sebesar 91,1% menjadi 93,8%. Akan tetapi jika dilihat dari cara menggosok gigi dengan benar terjadi penurunan dari tahun 2007 sebesar 7,3% menjadi 2,3% di tahun 20133.
Obat kumur pada saat ini banyak tersedia di pasaran. Obat kumur yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu membunuh bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut,
serta tidak meningkatkan resistensi
mikroba. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, mudah digunakan, harga murah, dan mudah disimpan2.
tradisional sebagai terapi tambahan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan obat. Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya sirih (Piper betle
L.)4.
Sejak tahun 600 SM, penduduk Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan, dari tata cara adat
hingga pengobatan berbagai macam
penyakit seperti sakit gigi, sariawan, abses rongga mulut, batuk, serak, keputihan, wasir, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan jantung berdebar5.
Sebagian besar masyarakat pada waktu itu memanfaatkan daun sirih sebagai obat kumur dengan cara membuat air rebusan daun sirih5. Air rebusan daun sirih tersebut
tidak hanya digunakan sebagai obat kumur, tetapi digunakan juga untuk mengatasi keputihan bagi para wanita dan diminum untuk kesehatan6. Keyakinan yang turun
temurun tersebut membuat penulis ingin meneliti kebenaran dari khasiat daun sirih.
BAHAN DAN CARA
Pengujian ini menggunakan cawan petri yang berisi media agar Mueller Hinton. 1ml
suspensi Streptococcus mutans yang sudah
dibuat sesuai dengan standar 0,5 McFarland dicampurkan pada medium agar Mueller Hinton demikian juga dengan suspensi
Staphylococcus aureus yang sudah dibuat sesuai dengan standar 0,5 McFarland dicampurkan pada medium agar Mueller Hinton yang lain sebanyak 1ml. Kemudian dibuat beberapa lubang sumuran pada agar yang telah mengeras. Lubang-lubang sumuran ini ditetesi 0,5ml ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Kontrol positif yang digunakan adalah obat kumur yang mengandung Chlorhexidine Gluconate 0,1%. Kemudian seluruh cawan petri diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C. Zona inhibisi yang terbentuk di sekitar lubang sumuran diukur
menggunakan jangka sorong. Lalu
dilakukan perhitungan rata-rata antara diameter terpendek dan terpanjang.
signifikan. Jika didapat hasil signifikan (minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda), maka dilanjutkan dengan LSD.
Dengan menggunakan LSD (Least
Significant Difference), hasil akan dibandingkan dengan tabel LSD 5%. Bila selisih absolut antara dua macam perlakuan
≥ tabel LSD 5%, maka disebut signifikan. sirih terlihat pada seluruh konsentrasi yaitu, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 12,5%
yaitu sebesar 16,3 mm untuk Streptococcus
mutans dan 20,0 mm untuk Staphylococcus aureus. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 25% yaitu 17,8 mm untuk
Streptococcus mutans dan 21,0 mm untuk
Staphylococcus aureus.. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 50% yaitu 19,6 mm untuk Streptococcus mutans dan 22,0 mm untuk Staphylococcus aureus.. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 100%
yaitu 21,0 mm untuk Streptococcus mutans
dan 24,5 mm untuk Staphylococcus aureus.. Pada kontrol positif didapatkan zona
inhibisi sebesar 25,1 mm untuk
Streptococcus mutans dan 22,4 mm untuk
Staphylococcus aureus.. Analisis data
dengan one way ANOVA menunjukkan
Tabel 4.1 ANOVA Ekstrak Etanol Daun
Sirih terhadap Streptococcus mutans
Tabel 4.2 ANOVA Ekstrak Etanol Daun
Sirih terhadap Staphylococcus aureus
Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD. Hasil analisis LSD dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Streptococcus mutans
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Sig.
Ekstrak Daun Sirih 12,5% Ekstrak Daun Sirih 25% .213
Ekstrak Daun Sirih 50% .007
Ekstrak Daun Sirih100% .000
Kontrol Positif .000
Ekstrak Daun Sirih 25% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .213
Ekstrak Daun Sirih 50% .110
Ekstrak Daun Sirih100% .005
Kontrol Positif .000
Ekstrak Daun Sirih 50% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .007
Ekstrak Daun Sirih 25% .110
Ekstrak Daun Sirih100% .188
Kontrol Positif .000
Ekstrak Daun Sirih100% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000
Ekstrak Daun Sirih 25% .005
Ekstrak Daun Sirih 50% .188
Kontrol Positif .001
Kontrol Positif Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000
Ekstrak Daun Sirih 25% .000
Ekstrak Daun Sirih 50% .000
Ekstrak Daun Sirih100% .001
Tabel 4.3 Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Staphylococcus aureus
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Sig.
Ekstrak Daun Sirih 12,5% Ekstrak Daun Sirih 25% .247
Ekstrak Daun Sirih 50% .012
Ekstrak Daun Sirih100% .000
Kontrol Positif .003
Ekstrak Daun Sirih 25% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .247
Ekstrak Daun Sirih 50% .143
Ekstrak Daun Sirih100% .000
Kontrol Positif .050
Ekstrak Daun Sirih 50% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .012
Ekstrak Daun Sirih 25% .143
Ekstrak Daun Sirih100% .003
Kontrol Positif .595
Ekstrak Daun Sirih100% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000
Ekstrak Daun Sirih 25% .000
Ekstrak Daun Sirih 50% .003
Kontrol Positif .012
Kontrol Positif Ekstrak Daun Sirih 12,5% .003
Ekstrak Daun Sirih 25% .050
Ekstrak Daun Sirih 50% .595
Ekstrak Daun Sirih100% .012
Zona inhibisi yang terbentuk
menunjukkan bahwa setiap konsentrasi ekstrak daun sirih mampu menghambat
pertumbuhan bakteri baik Streptococcus
mutans maupun Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan, rata-rata diameter zona inhibisi mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan.
Terbentuknya zona inhibisi tersebut disebabkan kandungan daun sirih yaitu kavikol dan eugenol yang bekerja pada membran sel bakteri sehingga membuat struktur protein bakteri menjadi terganggu kemudian terjadi peningkatan permeabilitas sel dan akhirnya sel akan rusak dan mati7.
Kavikol juga menghambat aktivitas enzim
glucosyltransferase (GTF) dari
Streptococcus mutans sehingga glukosa yang ada tidak diubah menjadi glukan.
Terhambatnya pembentukkan glukan
menyebabkan perlekatan antar bakteri terhambat sehingga inisiasi pembentukan plak dapat dicegah2.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya seperti penelitian yang
dilakukan oleh Addy (2006) menunjukkan adanya potensi aktivitas anti plak oleh ekstrak daun sirih terhadap pembentukan awal plak. Anti plak merupakan agen atau campuran yang memberikan efek pada plak, yang kemudian hasilnya akan terjadi pengurangan karies8. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Dea (2008) membuktikan
ekstrak daun sirih memiliki efek
antimikroba terhadap Streptococcus
mutans. Hasil penelitian yang dilakukan Dea adalah sediaan daun sirih 25% dan 50%
memiliki efek antibakteri terhadap
Streptococcus mutans9. Selain itu,
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anang (2007) membuktikan ekstrak daun sirih memiliki efek antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus. Penelitian yang dilakukan Anang menggunakan ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 10%
Staphylococcus aureus10. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa dauh sirih memiliki efek antimikroba sehingga dapat dijadikan bahan alternatif dalam pembuatan produk obat kumur maupun pasta gigi.
SIMPULAN
Ekstrak etanol daun sirih menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans.
Ekstrak etanol daun sirih menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, M., & Adelberg's. (2005).
Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). (H. Hartanto, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
2. Dhika, T. (2007). Perbandingan Efek
Antibakterial Berbagai Konsentrasi Daun Sirih (Piper betle Linn) terhadap Streptococcus Mutans. Semarang: Universitas Diponegoro.
3. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
(2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4. Sastroamidjojo, S. (1997). Obat Asli
Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
5. Abdullah, M. B. (2011). Universitas
Sumatera Utara. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
GINGIVITIS PADA GINGIVITIS
MARGINALIS KRONIS. Retrieved from
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/123456789/6061/fix.PDF?seque nce=9
7. Guha, P. (2006). Betel Leaf : The
Neglected Green Gold of India. Journal of Human Ecology. Retrieved Maret 20,
2014, from
8. Yendriwati, H. (2008). Efek Antibakteri
Sediaan Daun Sirih (Piper betle L.), Obat Kumur Minyak Esensial dan Povidone iodine 1% terhadap Streptococcus mutans. Dentika Dental Jurnal.
9. Fathilah, A. (2011). Piper betle L. and Psidium Guajava L. in Oral Health Maintenance. Journal of Medical Plants Research.
10. Hermawan, A. (2007). Pengaruh
43 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. B. (2011). Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25115/5/Chapter%20I.pdf
Acumedia. (2011). Retrieved from
http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7277_PI.pdf&ei=mKDo
UrPbPObpiAeb7oDgBA&usg=AFQjCNE6VjsF-O1XxT60MPdZ-e4SpT7Vxw
Addy, M. (1986). Plaque Control as a Scientific Basis for the Prevention of Oral Caries. Journal of the Royal Society of Medicine Supplement. Retrieved January 22, 2014, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1290094
Akande O., A. A. (2004). Efficacy of different brands of mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research.
Anonim. (2007). Penyakit Gigi : Jorok, 77 Persen Orang Indonesia Malas Sikat Gigi.
Anonim. (2013). Metode Ekstraksi. Retrieved from
http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf
Backer, C. &. (1963). Flora of Java (Vol. 1). Netherlands: Noordhoff-Groningen.
Carranza FA, T. H. (2002). Carranza's Clinical Periodontology (9 ed.). St.Louis: Saunders.
Closas, G., & Majem, S. (2007). A cross-sectional study of dental caries, intake of confectionery and foods rich in starch and sugars, and salivary counts of Streptococcus mutans in children in Spain. Institute of Public Health, 1257-1263.
Darwis. (1991). Pemakaian Sirih dalam Ramuan Obat Tradisional. Jakarta: Warta Tumbuhan Obat Indonesia.
44 Universitas Kristen Maranatha Fathilah, A. (2011). Piper betle L. and Psidium Guajava L. in Oral Health
Maintenance. Journal of Medical Plants Research.
Fejerskov, O., & Kidd, E. (2003). Dental Caries: The Disease and its Clinical Management. Australia: Blackwell Munksgaard.
Guha, P. (2006). Betel Leaf : The Neglected Green Gold of India. Journal of Human Ecology. Retrieved Maret 20, 2014, from
http://www.krepublishers.com/02-Journals/JHE/JHE-19-0-000-0002006- Web/JHE-19-2-000-2006-Abstract-PDF/JHE-19-2-087-093-2006-1405-Guha-P/JHE-19-2-087-092-2006-1405-Guha-P-Text.Pdf
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Medical Physiology. New York, Canada: Elsevier.
Hermawan, A. (2007). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Surabaya.
J.M Broadbent, M. T. (2011). Dental Plaque and oral health during the first 32 years of life. The Journal of The American Dental Association. Retrieved Mei 4, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21454848
Jawetz, M., & Adelberg's. (2005). Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). (H. Hartanto, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Krisnadwi. (2013, September 20). Cara Mengencerkan Larutan. Retrieved from Bisakimia-Chemistry Central of Science:
http://bisakimia.com/2013/09/20/cara-mengencerkan-larutan/
Mutmainnah, M. (2013). PENGARUH PASTA GIGI YANG MENGANDUNG EKSTRAK DAUN SIRIH DALAM MENGURANGI PLAK DAN
GINGIVITIS PADA GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Retrieved from http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6061/fix.PDF?se quence=9
Nagori, K. (2011). Piper betle L.: A review on its ethnobotany, phytochemistry, pharmacological profile and profiling by new hyphenated technique DART-MS )Direct Analysis in Real Time Mass Spectometry). Journal of Pharmacy Research. Retrieved August 3, 2014, from www.jpronline.info
Nareswari, A. (2010). PERBEDAAN EFEKTIVITAS OBAT KUMUR
45 Universitas Kristen Maranatha KUANTITAS KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT. Retrieved from Universitas Sebelas Maret:
http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf
Ohlund, I., Holgerson, P., & Hernell, O. (2007). Diet intake and caries prevalence in four-year-old children living in a low-prevalence country. Caries Res, 26-33.
Paramita, P. (2000). Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gigi Anak. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Prescott L.M, H. J. (2002). Laboratory Exercises in Microbiology (5 ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Prijantojo. (1992). Perbandingan Pengaruh Chlorhexidine dan Hexatidine Terhadap Radang Gingiva secara Klinis. Jakarta: FKG VI.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Ryan K.J., R. C. (2010). Sherris Medical Microbiology (5 ed.). New York: McGraw-Hill.
Sastroamidjojo, S. (1997). Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.
Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: MedPress.