• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus

Lidya Fransiska Suherman, 2014; Pembimbing: dr. Sri Nadya Saanin, M.Kes

Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut. Namun, keduanya dapat berubah menjadi patogen bila kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sering timbul akibat kebersihan rongga mulut yang buruk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Desain penelitian bersifat eksperimental murni laboratorik dengan menggunakan metode sumuran/well diffusion pada Mueller Hinton Agar (MHA), dengan mengamati diameter zona inhibisi yang dibentuk ekstrak daun sirih dalam satuan millimeter, dan kontrol positif obat kumur yang mengandung Chlorhexidine gluconate 0,1%. Data yang didapat diolah dengan ANAVA satu arah dengan α=5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.

Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar untuk Streptococcus mutans terdapat pada kontrol positif yaitu 29,0 mm sedangkan ekstrak daun sirih hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,5 mm pada konsentrasi 100%. Zona inhibisi terbesar untuk Staphylococcus aureus terdapat pada ekstrak daun sirih 100% yaitu 27,5 mm sedangkan pada kontrol positif hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,0 mm.

Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.

(2)

v

ABSTRACT

Antimicrobial Effects of Extract Ethanol of Betel Leaf (Piper betle L.) against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus

Lidya Fransiska Suherman, 2014; Tutor: dr. Sri Nadya Saanin, Kes

Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus is the normal flora in the oral cavity. However, they can turn into pathogenic if oral hygiene is not maintained. Dental caries is a disease that often result from poor oral hygiene.

The aim of this study was to determine whether extract ethanol of betel leaf has antimicrobial effect against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus. Design of this study was a purely experimental laboratory using methods pitting /well diffusion on Mueller Hinton Agar (MHA), the observed inhibition zone diameter formed betel leaf extract in millimeters, and the positive control mouthwash containing Chlorhexidine gluconate 0.1%. The data was analysed with one way ANOVA, α=5% and continued with multiple comparisons Fisher's LSD. In the results, the largest inhibition zone for Streptococcus mutans present in the positive control, is 29.0 mm while the betel leaf extract only provides the greatest inhibition zone is 24.5 mm at 100% concentration. Greatest inhibition zone for Staphylococcus aureus found in betel leaf extract 100% is 27.5 mm, while the positive control only provides the greatest inhibition zone is 24.0 mm.

The conclusion was the betel leaf has antimicrobial effect against Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans.

(3)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1Manfaat Akademis ... 3

1.4.2Manfaat Praktis ... 3

1.5Kerangka Pemikiran ... 3

1.6Hipotesis Penelitian ...4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih (Piper betle L.) ... 5

2.1.1 Taksonomi ... 5

2.1.2 Sinonim dan Nama Umum ... 6

2.1.3 Penggunaan Sirih sebagai Obat Tradisional ... 6

(4)

vii

2.1.5 Peranan Daun Sirih di Rongga Mulut ... 9

2.2 Obat Kumur ... 10

2.2.1 Bahan Aktif dalam Obat Kumur ... 10

2.2.2 Chlorhexidine (CHX) ... 11

2.2.3 Peranan Chlorhexidine (CHX) dalam Menghambat Streptococcus mutans ... 12

2.3 Streptococcus mutans ... 12

2.3.1 Taksonomi Streptococcus mutans ... 12

2.3.2 Sifat Streptococcus mutans ... 13

2.3.3 Peranan Streptococcus mutans dalam Karies... 14

2.4 Staphylococcus aureus ... 15

2.4.1 Taksonomi Staphylococcus aureus ... 15

2.4.2 Identifikasi Staphylococcus aureus ... 16

2.5 Karies Gigi ... 16

2.5.1 Anatomi Rongga Mulut ... 16

2.5.2 Gigi ... 16

2.5.3 Definisi Karies Gigi ... 18

2.5.4 Faktor Risiko Karies Gigi ... 18

2.5.5 Proses Terbentuknya Karies Gigi ... 19

2.5.6 Gejala Karies Gigi ... 20

2.5.7 Pencegahan Karies Gigi ... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23

3.1.1 Bahan Penelitian ... 23

3.1.2 Alat Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Pelitian ... 24

3.3 Metode Penelitian ... 24

3.3.1 Desain Penelitian ... 24

(5)

viii

3.3.2.1 Variabel Penelitian ... 24

3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 25

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ...25

3.3.4 Prosedur Kerja ... 26

3.3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 26

3.3.4.1.1 Pengumpulan Bahan Uji ... 26

3.3.4.1.2 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih ... 26

3.3.4.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ... 27

3.4 Analisis Data ... 32

3.4.1 Hipotesis Statistik ... 32

3.4.2 Kriteria Uji ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 33

4.1.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 41

4.2.1 Hipotesis Statistik ... 41

4.2.2 Kriteria Uji ... 41

4.2.3 Hal yang Mendukung ... 41

4.2.4 Hal yang Tidak Mendukung ... 41

4.2.5 Simpulan ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 46

(6)

ix

DAFTAR TABEL

(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 4

Gambar 2.1 Daun Sirih ... 5

Gambar 2.2 Streptococcus mutans ... 13

(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Hasil Penelitian ... 46

Lampiran 1.1 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 12,5% (kanan bawah), 25% (kiri bawah), 50% (atas) terhadap Staphylococcus aureus ... 46

Lampiran 1.2 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 100% (atas), kontrol positif (kiri bawah), kontrol negatif (kanan bawah) terhadap Staphylococcus aureus ... 46

Lampiran 1.3 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 12,5% (bawah), 25% (kanan atas), 50% (kiri atas) terhadap Streptococcus mutans ... 47

Lampiran 1.4 Zona Inhibisi yang Terbentuk pada Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih 100% (atas), kontrol positif (kiri bawah), kontrol negatif (kanan bawah) terhadap Streptococcus mutans ... 47

Lampiran 2 Analisis Statistik Data ... 48

Lampiran 2.1 Tabel ANAVA Streptococcus mutans ... 48

Lampiran 2.2 Tabel ANAVA Staphylococcus aureus ... 48

Lampiran 2.3 Tabel Multiple Comparison LSD Hasil Penelitian Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Streptococcus mutans ... 49

Lampiran 2.4 Tabel Multiple Comparison LSD Hasil Penelitian Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Staphylococcus aureus. ... 50

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Flora normal dalam rongga mulut antara lain: Streptococcus mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcus sp. dan Lactobacillus sp. Dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kurangnya kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email gigi menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi (Jawetz & Adelberg's, 2005).

Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 23,4%. Penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi nasional paling tinggi adalah karies gigi yaitu sebesar 43,4% (Dhika T. , 2007). Pada riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi karies gigi dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2%.

(10)

2

Obat kumur pada saat ini banyak tersedia di pasaran. Obat kumur yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu membunuh bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut, serta tidak meningkatkan resistensi mikroba. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, mudah digunakan, harga murah, dan mudah disimpan (Syukur & Hernani, 1999).

Semakin meningkatnya produk obat kumur yang beredar disertai dengan promosi di berbagai media massa membuat masyarakat semakin melupakan tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai obat kumur. Di sisi lain, pemerintah Indonesia telah mendukung tanaman obat tradisional sebagai terapi tambahan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan obat. Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya sirih (Piper betle L.).

Sejak tahun 600 SM, penduduk Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan, dari tata cara adat hingga pengobatan berbagai macam penyakit seperti sakit gigi, sariawan, abses rongga mulut, batuk, serak, keputihan, wasir, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan jantung berdebar (Abdullah, 2011). Sebagian besar masyarakat pada waktu itu memanfaatkan daun sirih sebagai obat kumur dengan cara membuat air rebusan daun sirih (Abdullah, 2011). Air rebusan daun sirih tersebut tidak hanya digunakan sebagai obat kumur, tetapi digunakan juga untuk mengatasi keputihan bagi para wanita dan diminum untuk kesehatan (Mutmainnah, 2013). Keyakinan yang turun temurun tersebut membuat penulis ingin meneliti kebenaran dari khasiat daun sirih.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah:

- Apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

(11)

3 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

- Untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

- Untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Karya tulis ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pembuatan obat kumur dari bahan daun sirih.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun sirih (Piper betle L.) yang berefek antimikroba dalam memelihara kesehatan rongga mulut.

1.5Kerangka Pemikiran

(12)

4

sukrosa menjadi glukan, bila proses tersebut terus berlanjut glukan akan diubah oleh enzim dekstranase menjadi glukosa untuk proses glikolisis sehingga akan membentuk perlekatan yang erat dengan gigi (Fejerskov & Kidd, 2003). Daun sirih juga mengandung eugenol yang dapat menembus dan mengganggu rantai asam lemak pada membran sel bakteri sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran sel kemudian sel akan rusak dan mati (Guha, 2006). Pada Staphylococcus aureus, kandungan kimia daun sirih tersebut mengubah struktur protein dan menyebabkan terjadinya kerusakan membran sel sehingga permeabilitas sel meningkat dan mengganggu aktivitas biologis sel maka sel akan menjadi rusak dan mati (Guha, 2006).

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

1.6Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal tersebut, disusun hipotesis bahwa:

(13)

42 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans - Ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

5.2Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap mikroorganisme lain dalam rongga mulut seperti Lactobacillus sp., Corynebacterium, dan beberapa bakteri anaerob lainnya.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dengan bentuk sediaan lain, seperti infusa atau rebusan.

(14)

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus

ANTIMICROBIAL EFFECTS OF EXTRACT ETHANOL OF BETEL LEAF (Piper betle L.) AGAINST Streptococcus mutans AND Staphylococcus aureus

Sri Nadya Saanin1, Lidya Fransiska Suherman2

1Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut. Namun, keduanya dapat berubah menjadi patogen bila kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sering timbul akibat kebersihan rongga mulut yang buruk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ekstrak etanol daun sirih

menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.

Desain penelitian bersifat eksperimental murni laboratorik dengan menggunakan metode

sumuran/well diffusion pada Mueller Hinton Agar (MHA), dengan mengamati diameter zona

inhibisi yang dibentuk ekstrak daun sirih dalam satuan millimeter, dan kontrol positif obat kumur yang mengandung Chlorhexidine gluconate 0,1%. Data yang didapat diolah dengan

ANAVA satu arah dengan α=5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.

Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar untuk Streptococcus mutans terdapat pada kontrol positif yaitu 29,0 mm sedangkan ekstrak daun sirih hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,5 mm pada konsentrasi 100%. Zona inhibisi terbesar untuk

Staphylococcus aureus terdapat pada ekstrak daun sirih 100% yaitu 27,5 mm sedangkan pada kontrol positif hanya memberikan zona inhibisi terbesarnya yaitu 24,0 mm.

Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirih menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus.

Kata kunci: ekstrak daun sirih, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, antimikroba

ABSTRACT

Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus is the normal flora in the oral cavity. However, they can turn into pathogenic if oral hygiene is not maintained. Dental caries is a disease that often result from poor oral hygiene.

The aim of this study was to determine whether extract ethanol of betel leaf has antimicrobial effect against Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus.

(15)

leaf extract in millimeters, and the positive control mouthwash containing Chlorhexidine gluconate 0.1%. The data was analysed with one way ANOVA, α=5% and continued with multiple comparisons Fisher's LSD.

In the results, the largest inhibition zone for Streptococcus mutans present in the positive control, is 29.0 mm while the betel leaf extract only provides the greatest inhibition zone is 24.5 mm at 100% concentration. Greatest inhibition zone for Staphylococcus aureus found in betel leaf extract 100% is 27.5 mm, while the positive control only provides the greatest inhibition zone is 24.0 mm.

The conclusion was the betel leaf has antimicrobial effect against Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans.

Keywords: betel leaf extract, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, antimicrobial

PENDAHULUAN

Rongga mulut merupakan pintu gerbang

masuknya berbagai macam

mikroorganisme ke dalam tubuh,

mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Flora normal

dalam rongga mulut antara lain:

Streptococcus mutans/Streptococcus viridans, Staphylococcus sp. dan

Lactobacillus sp. Dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kurangnya kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email gigi menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi1.

Hasil riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 23,4%. Penyakit gigi dan mulut dengan prevalensi nasional paling tinggi adalah karies gigi yaitu sebesar 43,4%2. Pada riset

kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi karies gigi dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2%. Ditinjau dari kelompok umur prevalensi penderita karies gigi tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu: pada kelompok umur 12 tahun terjadi peningkatan dari 28,9% menjadi 42,6%, kelompok umur 15 tahun terjadi dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas terjadi peningkatan dari 32,5% menjadi 46,8%. Apabila disandingkan dengan

perilaku menggosok gigi, terjadi

peningkatan proporsi penduduk yang menggosok gigi setiap hari dari tahun 2007 sebesar 91,1% menjadi 93,8%. Akan tetapi jika dilihat dari cara menggosok gigi dengan benar terjadi penurunan dari tahun 2007 sebesar 7,3% menjadi 2,3% di tahun 20133.

Obat kumur pada saat ini banyak tersedia di pasaran. Obat kumur yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu membunuh bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut,

serta tidak meningkatkan resistensi

mikroba. Faktor lain yang harus

dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, mudah digunakan, harga murah, dan mudah disimpan2.

(16)

tradisional sebagai terapi tambahan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan obat. Menurut Sastroamidjojo (1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya sirih (Piper betle

L.)4.

Sejak tahun 600 SM, penduduk Asia dan India menggunakan daun sirih untuk berbagai keperluan, dari tata cara adat

hingga pengobatan berbagai macam

penyakit seperti sakit gigi, sariawan, abses rongga mulut, batuk, serak, keputihan, wasir, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan jantung berdebar5.

Sebagian besar masyarakat pada waktu itu memanfaatkan daun sirih sebagai obat kumur dengan cara membuat air rebusan daun sirih5. Air rebusan daun sirih tersebut

tidak hanya digunakan sebagai obat kumur, tetapi digunakan juga untuk mengatasi keputihan bagi para wanita dan diminum untuk kesehatan6. Keyakinan yang turun

temurun tersebut membuat penulis ingin meneliti kebenaran dari khasiat daun sirih.

BAHAN DAN CARA

Pengujian ini menggunakan cawan petri yang berisi media agar Mueller Hinton. 1ml

suspensi Streptococcus mutans yang sudah

dibuat sesuai dengan standar 0,5 McFarland dicampurkan pada medium agar Mueller Hinton demikian juga dengan suspensi

Staphylococcus aureus yang sudah dibuat sesuai dengan standar 0,5 McFarland dicampurkan pada medium agar Mueller Hinton yang lain sebanyak 1ml. Kemudian dibuat beberapa lubang sumuran pada agar yang telah mengeras. Lubang-lubang sumuran ini ditetesi 0,5ml ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Kontrol positif yang digunakan adalah obat kumur yang mengandung Chlorhexidine Gluconate 0,1%. Kemudian seluruh cawan petri diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C. Zona inhibisi yang terbentuk di sekitar lubang sumuran diukur

menggunakan jangka sorong. Lalu

dilakukan perhitungan rata-rata antara diameter terpendek dan terpanjang.

signifikan. Jika didapat hasil signifikan (minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda), maka dilanjutkan dengan LSD.

Dengan menggunakan LSD (Least

Significant Difference), hasil akan dibandingkan dengan tabel LSD 5%. Bila selisih absolut antara dua macam perlakuan

≥ tabel LSD 5%, maka disebut signifikan. sirih terlihat pada seluruh konsentrasi yaitu, 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 12,5%

yaitu sebesar 16,3 mm untuk Streptococcus

mutans dan 20,0 mm untuk Staphylococcus aureus. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 25% yaitu 17,8 mm untuk

Streptococcus mutans dan 21,0 mm untuk

Staphylococcus aureus.. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 50% yaitu 19,6 mm untuk Streptococcus mutans dan 22,0 mm untuk Staphylococcus aureus.. Rata-rata zona inhibisi pada konsentrasi 100%

yaitu 21,0 mm untuk Streptococcus mutans

dan 24,5 mm untuk Staphylococcus aureus.. Pada kontrol positif didapatkan zona

inhibisi sebesar 25,1 mm untuk

Streptococcus mutans dan 22,4 mm untuk

Staphylococcus aureus.. Analisis data

dengan one way ANOVA menunjukkan

(17)

Tabel 4.1 ANOVA Ekstrak Etanol Daun

Sirih terhadap Streptococcus mutans

Tabel 4.2 ANOVA Ekstrak Etanol Daun

Sirih terhadap Staphylococcus aureus

Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat sepasang perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan dengan LSD. Hasil analisis LSD dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Streptococcus mutans

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Sig.

Ekstrak Daun Sirih 12,5% Ekstrak Daun Sirih 25% .213

Ekstrak Daun Sirih 50% .007

Ekstrak Daun Sirih100% .000

Kontrol Positif .000

Ekstrak Daun Sirih 25% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .213

Ekstrak Daun Sirih 50% .110

Ekstrak Daun Sirih100% .005

Kontrol Positif .000

Ekstrak Daun Sirih 50% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .007

Ekstrak Daun Sirih 25% .110

Ekstrak Daun Sirih100% .188

Kontrol Positif .000

Ekstrak Daun Sirih100% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000

Ekstrak Daun Sirih 25% .005

Ekstrak Daun Sirih 50% .188

Kontrol Positif .001

Kontrol Positif Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000

Ekstrak Daun Sirih 25% .000

Ekstrak Daun Sirih 50% .000

Ekstrak Daun Sirih100% .001

(18)

Tabel 4.3 Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Staphylococcus aureus

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Sig.

Ekstrak Daun Sirih 12,5% Ekstrak Daun Sirih 25% .247

Ekstrak Daun Sirih 50% .012

Ekstrak Daun Sirih100% .000

Kontrol Positif .003

Ekstrak Daun Sirih 25% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .247

Ekstrak Daun Sirih 50% .143

Ekstrak Daun Sirih100% .000

Kontrol Positif .050

Ekstrak Daun Sirih 50% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .012

Ekstrak Daun Sirih 25% .143

Ekstrak Daun Sirih100% .003

Kontrol Positif .595

Ekstrak Daun Sirih100% Ekstrak Daun Sirih 12,5% .000

Ekstrak Daun Sirih 25% .000

Ekstrak Daun Sirih 50% .003

Kontrol Positif .012

Kontrol Positif Ekstrak Daun Sirih 12,5% .003

Ekstrak Daun Sirih 25% .050

Ekstrak Daun Sirih 50% .595

Ekstrak Daun Sirih100% .012

Zona inhibisi yang terbentuk

menunjukkan bahwa setiap konsentrasi ekstrak daun sirih mampu menghambat

pertumbuhan bakteri baik Streptococcus

mutans maupun Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan, rata-rata diameter zona inhibisi mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan.

Terbentuknya zona inhibisi tersebut disebabkan kandungan daun sirih yaitu kavikol dan eugenol yang bekerja pada membran sel bakteri sehingga membuat struktur protein bakteri menjadi terganggu kemudian terjadi peningkatan permeabilitas sel dan akhirnya sel akan rusak dan mati7.

Kavikol juga menghambat aktivitas enzim

glucosyltransferase (GTF) dari

Streptococcus mutans sehingga glukosa yang ada tidak diubah menjadi glukan.

Terhambatnya pembentukkan glukan

menyebabkan perlekatan antar bakteri terhambat sehingga inisiasi pembentukan plak dapat dicegah2.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya seperti penelitian yang

dilakukan oleh Addy (2006) menunjukkan adanya potensi aktivitas anti plak oleh ekstrak daun sirih terhadap pembentukan awal plak. Anti plak merupakan agen atau campuran yang memberikan efek pada plak, yang kemudian hasilnya akan terjadi pengurangan karies8. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Dea (2008) membuktikan

ekstrak daun sirih memiliki efek

antimikroba terhadap Streptococcus

mutans. Hasil penelitian yang dilakukan Dea adalah sediaan daun sirih 25% dan 50%

memiliki efek antibakteri terhadap

Streptococcus mutans9. Selain itu,

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anang (2007) membuktikan ekstrak daun sirih memiliki efek antimikroba terhadap

Staphylococcus aureus. Penelitian yang dilakukan Anang menggunakan ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 10%

(19)

Staphylococcus aureus10. Dari beberapa

penelitian yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa dauh sirih memiliki efek antimikroba sehingga dapat dijadikan bahan alternatif dalam pembuatan produk obat kumur maupun pasta gigi.

SIMPULAN

Ekstrak etanol daun sirih menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans.

Ekstrak etanol daun sirih menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz, M., & Adelberg's. (2005).

Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). (H. Hartanto, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG

2. Dhika, T. (2007). Perbandingan Efek

Antibakterial Berbagai Konsentrasi Daun Sirih (Piper betle Linn) terhadap Streptococcus Mutans. Semarang: Universitas Diponegoro.

3. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

(2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. Sastroamidjojo, S. (1997). Obat Asli

Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

5. Abdullah, M. B. (2011). Universitas

Sumatera Utara. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/bitstream/12

GINGIVITIS PADA GINGIVITIS

MARGINALIS KRONIS. Retrieved from

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/123456789/6061/fix.PDF?seque nce=9

7. Guha, P. (2006). Betel Leaf : The

Neglected Green Gold of India. Journal of Human Ecology. Retrieved Maret 20,

2014, from

8. Yendriwati, H. (2008). Efek Antibakteri

Sediaan Daun Sirih (Piper betle L.), Obat Kumur Minyak Esensial dan Povidone iodine 1% terhadap Streptococcus mutans. Dentika Dental Jurnal.

9. Fathilah, A. (2011). Piper betle L. and Psidium Guajava L. in Oral Health Maintenance. Journal of Medical Plants Research.

10. Hermawan, A. (2007). Pengaruh

(20)

43 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. B. (2011). Universitas Sumatera Utara. Retrieved from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25115/5/Chapter%20I.pdf

Acumedia. (2011). Retrieved from

http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7277_PI.pdf&ei=mKDo

UrPbPObpiAeb7oDgBA&usg=AFQjCNE6VjsF-O1XxT60MPdZ-e4SpT7Vxw

Addy, M. (1986). Plaque Control as a Scientific Basis for the Prevention of Oral Caries. Journal of the Royal Society of Medicine Supplement. Retrieved January 22, 2014, from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1290094

Akande O., A. A. (2004). Efficacy of different brands of mouthwash rinses on oral bacterial loud count in healthy adults. African Journal of Biomedical Research.

Anonim. (2007). Penyakit Gigi : Jorok, 77 Persen Orang Indonesia Malas Sikat Gigi.

Anonim. (2013). Metode Ekstraksi. Retrieved from

http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf

Backer, C. &. (1963). Flora of Java (Vol. 1). Netherlands: Noordhoff-Groningen.

Carranza FA, T. H. (2002). Carranza's Clinical Periodontology (9 ed.). St.Louis: Saunders.

Closas, G., & Majem, S. (2007). A cross-sectional study of dental caries, intake of confectionery and foods rich in starch and sugars, and salivary counts of Streptococcus mutans in children in Spain. Institute of Public Health, 1257-1263.

Darwis. (1991). Pemakaian Sirih dalam Ramuan Obat Tradisional. Jakarta: Warta Tumbuhan Obat Indonesia.

(21)

44 Universitas Kristen Maranatha Fathilah, A. (2011). Piper betle L. and Psidium Guajava L. in Oral Health

Maintenance. Journal of Medical Plants Research.

Fejerskov, O., & Kidd, E. (2003). Dental Caries: The Disease and its Clinical Management. Australia: Blackwell Munksgaard.

Guha, P. (2006). Betel Leaf : The Neglected Green Gold of India. Journal of Human Ecology. Retrieved Maret 20, 2014, from

http://www.krepublishers.com/02-Journals/JHE/JHE-19-0-000-0002006- Web/JHE-19-2-000-2006-Abstract-PDF/JHE-19-2-087-093-2006-1405-Guha-P/JHE-19-2-087-092-2006-1405-Guha-P-Text.Pdf

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Medical Physiology. New York, Canada: Elsevier.

Hermawan, A. (2007). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Surabaya.

J.M Broadbent, M. T. (2011). Dental Plaque and oral health during the first 32 years of life. The Journal of The American Dental Association. Retrieved Mei 4, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21454848

Jawetz, M., & Adelberg's. (2005). Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). (H. Hartanto, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Krisnadwi. (2013, September 20). Cara Mengencerkan Larutan. Retrieved from Bisakimia-Chemistry Central of Science:

http://bisakimia.com/2013/09/20/cara-mengencerkan-larutan/

Mutmainnah, M. (2013). PENGARUH PASTA GIGI YANG MENGANDUNG EKSTRAK DAUN SIRIH DALAM MENGURANGI PLAK DAN

GINGIVITIS PADA GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Retrieved from http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6061/fix.PDF?se quence=9

Nagori, K. (2011). Piper betle L.: A review on its ethnobotany, phytochemistry, pharmacological profile and profiling by new hyphenated technique DART-MS )Direct Analysis in Real Time Mass Spectometry). Journal of Pharmacy Research. Retrieved August 3, 2014, from www.jpronline.info

Nareswari, A. (2010). PERBEDAAN EFEKTIVITAS OBAT KUMUR

(22)

45 Universitas Kristen Maranatha KUANTITAS KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT. Retrieved from Universitas Sebelas Maret:

http://eprints.uns.ac.id/10157/1/136690908201005241.pdf

Ohlund, I., Holgerson, P., & Hernell, O. (2007). Diet intake and caries prevalence in four-year-old children living in a low-prevalence country. Caries Res, 26-33.

Paramita, P. (2000). Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gigi Anak. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Prescott L.M, H. J. (2002). Laboratory Exercises in Microbiology (5 ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.

Prijantojo. (1992). Perbandingan Pengaruh Chlorhexidine dan Hexatidine Terhadap Radang Gingiva secara Klinis. Jakarta: FKG VI.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Ryan K.J., R. C. (2010). Sherris Medical Microbiology (5 ed.). New York: McGraw-Hill.

Sastroamidjojo, S. (1997). Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: MedPress.

Gambar

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 4.3  Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Streptococcus mutans
Tabel 4.3  Komparasi Multipel LSD Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Staphylococcus aureus

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya ruang bebas yang terletak di luar perkerasan jalan, maka pada saat angkutan umum masuk lokasi perhentian dan berhenti tidak mengganggu lalu lintas lainnya, baik

Terlepas dari terbatasnya infrastruktur dan sarana penunjang lainnya akhirnya pada tahun 2002 lahir sebuah Desa (persiapan) Tarai Bangun dengan ditunjuk seorang pejabat

Emulgel yang mengandung ekstrak etanol daun jambu air (Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston) selanjutnya dilakukan evaluasi yang meliputi uji organoleptik, pengukuran

Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh dari sikap guru berdiskusi melalui supervise akademik adalah 79,38 kategori “cukup”,sedangkan pada siklus II nilai

Ada Sembilan unsur dari aspek produk, akan tetapi ada dua aspek dan 3 sub unsur yang belum terpenuhi di Hotel Semesta Syariah Kota Semarang yaitu belum

Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa F = 46,105 pada P < 0,05 , dengan demikian maka terdapat pengaruh antara nilai intrinsik pekerjaan, pertimbangan

Tujuan: Memberikan asuhan persalinan dengan penerapan konsumsi air kelapa muda untuk kemajuan persalinan pada ibu primigravida yang dilihat dari waktu/lama kala

Sedangkan tujuan pendidikan yang harus dicapai pada Pasal 13 Ayat 1 adalah "untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk