• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variasi Perbandingan Ranitidin Hidroklorida Dengan Eksipien Amilum Singkong Fully Pregelatinized Terhadap Sifat Fisik dan Profil Disolusi Tablet.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Variasi Perbandingan Ranitidin Hidroklorida Dengan Eksipien Amilum Singkong Fully Pregelatinized Terhadap Sifat Fisik dan Profil Disolusi Tablet."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

iii

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN

RANITIDIN HIDROKLORIDA DENGAN EKSIPIEN

AMILUM SINGKONG FULLY PREGELATINIZED

TERHADAP SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSI

TABLET

Skripsi

ANAK AGUNG BAGUS MARADI WISWA DAMANA 1008505087

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

iv

Lembar Pengesahan

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN RANITIDIN

HIDROKLORIDA DENGAN EKSIPIEN AMILUM

SINGKONG FULLY PREGELATINIZED TERHADAP

SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET

Skripsi

Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Udayana

Oleh

ANAK AGUNG BAGUS MARADI WISWA DAMANA 1008505087

Menyetujui:

Pembimbing I

Pembimbing II

Cokorda Istri Sri Arisanti, S.Farm., M.Si., Apt. I G.N. Jemmy Anton Prasetia, S.Farm., M.Si., Apt.

NIP. 198011222006042023 NIP. 198501052008121002

(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN RANITIDIN

HIDROKLORIDA DENGAN EKSIPIEN AMILUM SINGKONG FULLY

PREGELATINIZED TERHADAP SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSI

TABLET”. sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Ida Bagus Made Suaskara M.Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

2. Dr. rer. nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana.

3. Cokorda Istri Sri Arisanti, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah membantu dalam membimbing serta tak hentinya memberikan dukungan, pikiran, nasihat, saran dan waktu hingga akhir penyusunan proposal ini.

4. I Gusti Ngurah Jemmy Anton Prasetia, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing II yang juga telah membimbing serta membantu dengan segenap tenaga, pikiran, nasihat, saran dan waktu.

(4)

vi

6. Kedua orang tua penulis, Drs. A.A. Oka Mars Sudama M.Si. dan Dra. I Gusti Ayu Adi Ningrat Ningsih yang tak pernah henti memberikan doa, dukungan, dan semangat.

7. Kakak penulis A. A. Sagung Putri Maradi Candra Dewi dan A. A. Sagung Istri Maradi Suryaningrat beserta keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan semangat bagi penulis.

8. Para sahabat penulis yaitu Ages, Pande, Mandala, Yudha, Pebri, Sugi, The Kopler, Si Anak Singkong (Surya , Raka, Pricilia, Astuti, Nining ), Teman-teman Teknologi Canggih, Amir, Natha, Nalla, dan Angga rosadi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan motivasi demi penyelesaian proposal ini.

9. Seluruh Mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana, khususnya Deka Forza Bonaventura Farmasi 2010 yang telah berjuang bersama penulis.

10. Semua Pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan proposal ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Januari 2016

(5)

vii

2.4.4 Uji distribusi ukuran partikel ... 10

2.4.5 Uji sifat alir ... 10

2.4.6 Uji kompresibilitas ... 11

2.5 Tablet ... 12

(6)

viii

2.6 Evaluasi Tablet ... 14

2.6.1 Uji organoleptis ... 14

2.6.2 Uji keseragaman ukuran tablet ... 14

2.6.3 Uji keseragaman bobot tablet ... 14

2.7.1 Ranitidin hidroklorida ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 22

3.4.1 Variabel penelitian ... 22

3.4.2 Definisi operasional ... 22

3.5 Prosedur Penelitian ... 23

3.5.1 Determinasi tanaman ... 23

3.5.2 Pengumpulan bahan ... 23

3.5.3 Pembuatan amilum singkong ... 24

3.5.4 Pembuatan amilum singkong fully

(7)

ix

3.5.5.5 Uji sifat alir ... 25

3.5.5.6 Uji kompresibilitas ... 26

3.6 Formula Tablet ... 27

3.6.1 Metode pembuatan tablet ranitidin hidroklorida ... 27

3.6.2 Uji sifat fisik tablet ... 28

4.1 Uji Sifat Fisik Amilum Singkong Fully Pregelatinized ... 34

4.1.1 Uji organoleptis ... 34

4.1.2 Uji kelembaban ... 35

4.1.3 Uji ukuran partikel ... 35

4.1.4 Uji distribusi ukuran partikel ... 36

4.1.5 Uji sifat alir ... 37

4.1.6 Uji kompressibilitas ... 38

4.2 Uji Sifat Fisik Tablet Ranitidin Hidroklorida ... 38

4.2.1 Uji organoleptis ... 38

(8)

x

4.3 Uji Disolusi Tablet Ranitidin Hidroklorida ... 45

4.4 Penentuan Formula Terpilih ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

(9)

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tumbuhan singkong ... 5

Gambar 2.2 Alat uji disolusi tipe 2 ... 18

Gambar 2.3 Struktur kimia ranitidin hidroklorida ... 19

Gambar 2.4 Spektrum UV Ranitidin hidroklorida ... 19

Gambar 3.1 Skema penelitian ... 33

Gambar 4.1 Distribusi ukuran partikel amilum singkong fully pregelatinized ... 37

(10)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hubungan waktu alir dengan sifat alir amilum ... 10

Tabel 2.2. Hubungan Sifat Alir dan Sudut Diam ... 11

Tabel 2.3. Persyaratan uji keseragaman bobot tablet ... 15

Tabel 4.1. Hasil uji spesifikasi amilum singkong fullypregelatinized ... 35

Tabel 4.2. Hasil uji organoleptik tablet ranitidin hidroklorida ... 39

Tabel 4.3. Hasil uji keseragaman ukuran tablet ranitidin hidroklorida ... 39

Tabel 4.4. Hasil uji keseragaman bobot tablet ranitidin hidroklorida ... 40

Tabel 4.5. Rata-rata kekerasan tablet ranitidin hidroklorida ... 41

Tabel 4.6. Persen rata-rata kerapuhan tablet ranitidin hidroklorida ... 42

Tabel 4.7. Rata-rata waktu hancur tablet ranitidin hidroklorida ... 43

Tabel 4.8. Keseragaman Kandungan Tablet ranitidin hidroklorida ... 44

(11)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman singkong ... 54 Lampiran 2. Certificate of analysis ranitidin HCl ... 56 Lampiran 3. Hasil analisis statistik Kruskal Wallis kekerasan tablet ranitidin

HCl ... 57 Lampiran 4. Hasil analisis statistik Kruskal Wallis kerapuhan tablet ranitidin

HCl ... 58 Lampiran 5. Hasil analisis statistik Kruskal Wallis waktu hancur tablet

ranitidin HCl ... 59 Lampiran 6. Hasil analisis statistik Kruskal Wallis keseragaman kandungan

tablet ranitidin HCl ... 60 Lampiran 7. Hasil analisis statistik Kruskal Wallis profil disolusi tablet

(12)

iv

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Die = Bagian mesin tablet yang menentukan ukuran dan bentuk tablet.

Eksipien = Zat tambahan yang tidak memiliki efek terapi dalam sediaan farmasi.

Fines = Serbuk halus berukuran ≤ 250 μm, semua partikel dapat

melewati ayakan mesh 60 dan tidak lebih dari 40% melewati ayakan nomor 100.

Hilus = Bagian amilum berupa titik/tunggal dan bercabang.

Lamela = Bagian amilum berupa lapisan-lapisan yang mengelilingi hilus.

Punch = Bagian pada mesin tablet yang berfungsi untuk memberikan

tekanan pada tablet saat kompresi.

Suspensi = Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

Capping = Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atau bagian

bawah dari tablet.

Padlle = Bagian dari alat disolusi yang berbentuk seperti dayung yang

berfungsi untuk mengalirkan media disolusi.

immediate release = Jenis sediaan oral yang diformulasikan untuk melepaskan zat

(13)

v ABSTRAK

Amilum singkong fully pregelatinized memiliki daya alir yang lebih baik daripada amilum singkong alami, sehingga dapat digunakan sebagai eksipien tablet dengan cara kempa langsung. Penggunaan eksipien dapat mempengaruhi sifat fisik dan profil disolusi dari tablet yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi perbandingan ranitidin HCl dengan eksipien amilum singkong fully pregelatinized terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet.

Tablet dibuat secara kempa langsung dengan rasio amilum singkong fully

pregelatinized : ranitidin HCl 1:2 dan 1:1. Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisik

dan profil disolusi. Data dianalisis dengan Kruskal Wallis dan Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil uji sifat fisik tablet menunjukkan peningkatan rasio amilum mempengaruhi penurunan nilai kerapuhan dan peningkatan keseragaman kandungan tablet secara signifikan (p<0,05). Profil disolusi memberikan hasil yang memenuhi persyaratan dengan jumlah zat aktif terlarut lebih dari 80% dalam waktu kurang dari 45 menit.

(14)

vi ABSTRCT

Fully pregelatinized cassava starch has better flowability than natural cassava starch, so it can be used as tablet excipient using direct compression method. Excipient in tablet formulation can affect tablet physical properties and dissolution profile. The aim of this research was to study the influence of Fully pregelatinized cassava starch : ranitidine HCl ratio on tablet physical properties and dissolution profile,

Tablet was made by direct compression method using 1:1 and 1:2 Fully pregelatinized cassava starch : ranitidine HCl ratio. Tablet was evaluated by physical properties and dissolution profile. Data were analyzed by Kruskal Wallis and Mann Whitney with 95% confidence interval.

Physical properties test showed that increased amount in starch ratio reduce tablet friability and increase the tablet content uniformity significantly (p<0,05). Tablet dissolution profile meet the requirement with 80% dissolved active ingredient in less than 45 minutes.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI, 1979). Keunggulan sediaan ini antara lain proses produksinya yang mudah serta ekonomis, stabilitas yang relatif lebih baik, distribusi dan penyimpanannya yang mudah, nyaman dalam penggunaanya dan dosis lebih akurat dibandingkan sediaan cair oral (Harbir, 2012). Dalam pembuatan tablet, metode yang umum digunakan adalah metode kempa langsung. Metode tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode pembuatan tablet yang lain, yaitu efisiensi energi dan waktu (Ansel, 2005). Pada metode kempa langsung hanya dapat menggunakan bahan-bahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Harbir, 2012). Amilum merupakan bahan tambahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet. Amilum dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan penghancur, atau sebagai bahan pengikat. Kemampuan sebagai bahan pengikat disebabkan oleh kandungan amilosa pada amilum, semakin besar kandungan amilosa pada amilum akan meningkatkan kemampuannya sebagai pengikat. Kandungan amilosa yang dimiliki amilum singkong sebesar 19,17% (Wiguna, 2014). Kandungan amilosa amilum singkong yang cukup tinggi dan nilai ekonominya yang rendah serta mudah diperoleh di Indonesia menyebabkan amilum

(16)

2

singkong sangat potensial untuk dikembangkan sebagai eksipien tablet (Syukri, 2010)

(17)

3

Amilum termodifikasi merupakan suatu amilum yang diproses secara kimiawi, mekanis, maupun enzimatis sehingga diharapkan akan diperoleh amilum yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang lebih baik dari amilum asalnya sehingga dapat digunakan sebagai eksipien (Voigt, 1995). Modifikasi amilum secara fisika salah satunya adalah melalui proses pregelatininasi. Terdapat dua jenis amilum pregelatin, yaitu amilum partially pregelatinized dan amilum fully

pregelatinized. Amilum partially pregelatinized memiliki ukuran partikel 587,2

µm dengan susunan amilum tunggal bergerombol, dan memiliki laju alir 8,7 gram/detik (Sari, 2010), sedangkan pada amilum singkong fully pregelatinized memiliki ukuran partikel 565,5 µm, dan laju alir 13,7 gram/detik (Wiradewi, 2014). Berdasarkan data tersebut amilum singkong fully pregelatinized memiliki sifat yang lebih baik dari amilum singkong partially pregelatinized untuk digunakan sebagai eksipien pada tablet kempa langsung. Pada penelitian Wiguna (2014) dan Dewi (2014) diketahui bahwa amilum singkong fully pregelatinized yang diproses pada rasio air dan amilum 1:1 dengan pemanasan pada suhu 100°C menghasilkan eksipien yang memiliki kelembaban dan jumlah fines yang rendah, distribusi ukuran partikel sempit, sifat alir yang sangat baik, serta kelarutan dan daya serap air yang tinggi.

(18)

4

Parasetamol (senyawa non-ionik) dan Aspirin (senyawa anionik), masing-masing menghasilkan tablet dengan disolusi yang baik dan memenuhi persyaratan tablet. Pada penelitian ini digunakan senyawa kationik sebagai permodelan yaitu ranitidin hidroklorida. Ranitidin hidroklorida dipilih sebagai model karena senyawa tersebut merupakan senyawa kationik dan umum digunakan untuk pengobatan pasien dengan gangguan pencernaan di Indonesia. Ranitidin hidroklorida merupakan zat aktif yang diproses menjadi tablet menggunakan metode kempa langsung. Metode tersebut digunakan karena ranitidin hidroklorida memiliki sifat yang tidak tahan panas dan lembab (Widyastuti, 2009). Tablet ranitidin yang diproduksi dengan rasio amilum partially pregelatinized dan zat aktif (1:1) menghasilkan tablet dengan variasi bobot yang rendah, kekerasan dan kerapuhan yang memenuhi persyaratan, serta waktu hancur dan disolusi tablet yang cepat (Cunningham, 2005). Pada produksi tablet ranitidin dengan amilum fully pregelatinized oleh Manur et al., (2010) menggunakan rasio eksipien : zat aktif (1:1) diperoleh hasil yang serupa. Tablet ranitidin HCl dengan rasio amilum fully pregelatinized dan zat aktif (1:2) juga menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan uji fisik dan dissolusi tablet (Rahayu,2014). Pada tablet ranitidin dengan amilum fully pregelatinized terdapat peningkatan pada kekerasan dan kerapuhan yang lebih kecil dibandingkan tablet dengan eksipien amilum partially pregelatinized, tetapi masih berada pada rentang persyaratan sifat fisik tablet (Olowosulu, 2011).

(19)

5

amilum singkong fully pregelatinized terhadap sifat fisik dan profil disolusi dari tablet ranitidin.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pada sifat fisik tablet ranitidin hidroklorida setelah dilakukan variasi perbandingan ranitidin hidroklorida dan eksipien amilum singkong fully pregelatinized?

2. Apakah terdapat perbedaan pada profil disolusi tablet ranitidin hidroklorida setelah dilakukan variasi perbandingan ranitidin hidroklorida dan eksipien amilum singkong fully pregelatinized?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada sifat fisik tablet ranitidin hidroklorida setelah dilakukan variasi perbandingan ranitidin hidroklorida dan eksipien amilum singkong fully pregelatinized.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada profil disolusi tablet ranitidin hidroklorida setelah dilakukan variasi perbandingan ranitidin hidroklorida dan eksipien amilum singkong fully pregelatinized.

1.4Manfaat Penelitian

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Singkong

Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012)

Singkong Manihot esculenta Crantz merupakan tanaman tipikal daerah tropis. Tanaman singkong tumbuh pada iklim yang panas dan lembab sehingga tanaman ini tidak dapat tumbuh pada suhu kurang dari 10ºC. Suhu optimum pertumbuhan tanaman singkong sekitar 25-27ºC. Singkong dapat tumbuh pada tanah berpasir hingga tanah liat, maupun pada tanah yang rendah kesuburannya (Halim dan Siswanto, 1990). Klasifikasi singkong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.

(21)

7

2.2Amilum Singkong

Amilum singkong adalah amilum yang diperoleh dari umbi akar Manihot

esculenta Crantz (Familia Euphorbiaceae). Amilum singkong merupakan serbuk

sangat halus, putih, praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol. Susut pengeringan amilum singkong tidak lebih dari 15 % (Depkes RI, 1995). Amilum singkong memiliki granula berbentuk agak bulat atau bersegi banyak, terdiri dari butiran besar dan kecil. Butiran kecil memiliki diameter 5 - 10 µm, sedangkan butiran besar memiliki diameter 20 - 35 µm. Letak hilus di tengah yang dapat berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga dan lamela tidak jelas. Amilum singkong mengandung 17% amilosa dan 83% amilopektin (Wicaksono, 2008). Suhu pregelatinasi dari amilum singkong adalah 63,60oC – 68,54oC (Patrick et al., 2011).

2.3 Amilum Fully Pregelatinized

Amilum pregelatin adalah amilum yang telah mengalami proses modifikasi fisik dengan adanya penambahan air dan atau pemanasan sehingga memecah semua atau sebagian ikatan dari butir–butir amilum. Amilum yang dihasilkan memiliki sifat alir yang lebih baik serta dapat digunakan sebagai bahan pembawa cetak langsung (Rowe et al., 2009). Amilum pregelatin dibuat dengan cara memanaskan suspensi amilum dalam air disekitar suhu gelatinisasinya, kemudian dilakukan pengeringan. Pemanasan suspensi amilum dalam air disekitar suhu gelatinisasi akan memutus struktur dari granul amilum dan dengan masuknya air ke dalam granul secara perlahan, terjadi pengembangan struktur granul karena air masuk dengan

(22)

8

jumlah besar sehingga menyebabkan pecahnya granul amilum dan menyebabkan amilum dapat larut dalam air (Yusuf dkk., 2008).

Modifikasi amilum pregelatin dapat dibedakan menjadi dua yaitu amilum termodifikasi pregelatin sebagian atau partially pregelatinized dan amilum termodifikasi pregelatin menyeluruh atau fully pregelatinized (Rowe et al., 2009). Amilum termodifikasi partially pregelatinized adalah modifikasi fisik pada amilum dengan penambahan air dan pemanasan di bawah suhu gelatinasi amilum, sehingga hanya sebagian dari ikatan butir-butir amilum yang terpecah. Amilum termodifikasi

fully pregelatinized adalah modifikasi fisik terhadap amilum yang dilakukan dengan

(23)

9

2.4Uji Sifat Fisik Amilum

Uji yang diakukan untuk mengetahui sifat fisik amilum fully pregelatinized meliputi uji organoleptis, uji kelembaban, uji ukuran partikel, uji distribusi ukuran partikel, uji sifat alir dan uji kompresibilitas.

2.4.1. Uji organoleptis

Pengujian amilum secara organoleptik bertujuan untuk mengetahui bentuk, bau, warna dan rasa amilum. Pengujiannya meliputi pengamatan tentang bau, warna dan rasa yang akan dihasilkan oleh amilum singkong. Amilum singkong berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa (Depkes RI, 1995).

2.4.2 Uji kelembaban

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lembab dalam amilum. Amilum tidak boleh memiliki kelembaban yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Amilum dengan kelembaban yang tinggi pada saat dikompres dapat melekat pada die dan punch serta akan lebih mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, sedangkan apabila terlalu rendah maka tablet yang dihasilkan rapuh (Lieberman, 1989). Kelembaban yang baik adalah 1%-5% (Depkes RI, 1995).

2.4.3 Uji ukuran partikel

(24)

10

Diameter rata-rata amilum = Σ d∗n

Σ n ….……….…………( Persamaan 2.1)

Keterangan :

d = Rata-rata aritmatik ukuran lubang

n = % yang tertinggal pada ayakan yang lebih kecil

(Jenkins dkk., 1957).

2.4.4Uji distribusi ukuran partikel

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pendistribusian ukuran amilum dan diharapkan tidak menghasilkan distribusi ukuran partikel yang luas karena akan mempengaruhi mempengaruhi sifat alir amilum. Penentuan distribusi ukuran partikel menggunakan alat pengayakan bertingkat dengan mesh no. 8, 20, 40, 60 dan 80. Persentase fines yang dikehendaki adalah 10%-20% (Jenkins dkk., 1957).

2.4.5Uji sifat alir

(25)

11

Tabel 2.1 Hubungan waktu alir dengan sifat alir amilum (Aulton, 2002) Waktu alir bahan. Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal (Siregar, 2010). Sudut diam dapat dihitung menggunakan persamaan 2.2, sedangkan hubungan Sifat Alir dan Sudut Diam dijelaskan pada tabel 2.2

………...……….……….…...…(Persamaan 2.2)

Keterangan :

α = sudut diam serbuk amilum

h = tinggi serbuk amilum

r = jari-jari serbuk amilum

Tabel 2.2. Hubungan Sifat Alir dan Sudut Diam (Aulton, 2002) Sudut diam Sifat alir

< 25o

Kompresibilitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk termampatkan setelah mendapat gaya kompresi. Kompresibilitas merupakan salah satu faktor

r h

(26)

12

penting dalam menentukan kemampuan serbuk atau granul untuk menjadi bentuk yang lebih mampat jika mendapat tekanan dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil (Lachman et al., 2008).

Persen kompresibilitas dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat (Voigt, 1995). Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

%Kompresibilitas = x 100% ρ

(27)

13

2.5 Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979). Tablet menjadi sediaan yang paling banyak diproduksi karena memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis, biaya produksi dan pengemasan lebih murah dan relatif lebih stabil dibanding bentuk sediaan lain (Harbir, 2012).

2.5.1 Metode pembuatan tablet

Tablet dapat diproduksi dengan cara cetak atau kempa. Tablet cetak diproduksi menggunakan mesin tablet atau secara manual dengan memberikan tekanan pada bahan tablet dengan menggunakan cetakan sehingga menghasilkan bentuk tablet yang diinginkan. Tablet yang tercetak kemudian dikeluarkan dan dibiarkan hingga kering. Tablet cetak biasanya digunakan pada produksi skala kecil dan laboratorium (Harbir, 2012).

Pembuatan tablet dengan cara kempa dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu kempa langsung, granulasi basah dan granulasi kering. Metode kempa langsung dilakukan dengan mengempa langsung bahan tablet tanpa melalui tahapan granulasi karena bahan-bahan yang digunakan telah memiliki laju alir dan kompresibilitas yang baik (Dokala, 2013).

(28)

14

yang lebih cepat, dan beberapa keuntungan lainnya. Metode tersebut melalui tahapan yang lebih singkat sehingga lebih efektif dari segi biaya dan waktu produksinya. Peningkatan stabilitas pada zat aktif sediaan yang sensitif terhadap panas dan lembab. Peningkatan tersebut terjadi karena metode ini tidak melalui tahap pembasahan dan pengeringan. Disolusi yang lebih cepat terjadi karena pada proses disolusi tablet kempa langsung, tablet langsung terdisintegrasi menjadi pertikel tanpa melalui fase granul terlebih dahulu. Keunggulan lainnya yang dimiliki tablet kempa langsung seperti kontaminasi yang rendah karena bahan-bahan diproses dalam jangka waktu yang cepat dan pertumbuhan mikroba yang lebih rendah karena dalam metode tersebut tidak menggunakan air (Dokala, 2013)

2.6 Evaluasi Tablet

2.6.1 Uji organoleptis

Uji organoleptis merupakan uji dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Penampilan umum tablet meliputi ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, dan bentuk permukaan dan cacat fisik. Penampilan umum tablet penting bagi penerimaan konsumen (Lachman et al., 2008).

2.6.2 Uji keseragaman ukuran tablet

(29)

15

2.6.3 Uji keseragaman bobot tablet

Bobot tablet berkaitan dengan bentuk dan ukuran fisik serta mempengaruhi takaran atau dosis dari bahan obat untuk mencapai tujuan terapi yang diharapkan (Lachman et al., 2008). Timbang seksama 20 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Persyaratan uji keseragaman bobot tablet ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Persyaratan uji keseragaman bobot tablet (Anief,2010)

Keterangan :

Tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom B.

2.6.4 Uji kekerasan tablet

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan, dan pemakaian. Tablet tidak boleh terlalu rapuh dan terlalu keras. Jika tablet terlalu rapuh kemungkinan tablet dapat rusak sebelum diterima pasien, sedangkan jika tablet terlalu keras dapat mempengaruhi disolusi tablet didalam tubuh. Tablet diambil sebanyak 10 tablet, lalu dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester dan alat dinyalakan. Data hasil pengujian kekerasan tablet dicatat. Kekerasan tablet biasanya 4-8 kg (Lachman et al., 2008). 2.6.5 Uji kerapuhan tablet

Uji kerapuhan tablet dilakukan karena pada saat pengemasan dan pengepakan serta pengangkutan kemungkinan tablet mengalami benturan. Benturan pada proses

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

25 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

150 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%

(30)

16

tersebut dapat menghilangkan partikel-partikel obat yang berada di permukaan tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih dan pecah akan menyebabkan berkurangnya akseptibilitas sediaan oleh pasien dan menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Uji friabilitas di laboratorium menggunakan alat uji kerapuhan. Alat tersebut memiliki sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Tablet diambil sebanyak 30 tablet lalu dibersihkan, kemudian ditimbang (W1 gram), lalu dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan untuk diuji. Alat diset dengan kecepatan putaran 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan, lalu bersihkan dan ditimbang kembali (W2 gram). Dihitung % kerapuhan tablet. Kehilangan berat kurang dari 1 % masih dapat diterima (Ansel, 2005). % kerapuhan tablet dapat dihitung menggunakan persamaan 2.6 berikut.

% Kerapuhan tablet = � −�

� x 100 % ……….(Persamaan 2.6)

2.6.6 Uji waktu hancur tablet

(31)

17

tablet lainnya. Tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi sempurna. Persyaratan waktu hancur tablet adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1995).

2.6.7 Uji keseragaman kandungan

Uji ini dilakukan udengan menentukan kadar obat dalam sediaan tablet untuk menjamin kandungan obat dalam jumlah yang sesuai dengan yang tertera pada etiket dan akan memberikan efek terapetik yang diinginkan (Adlina, 2008).

2.6.8 Uji disolusi tablet

(32)

18

Alat tipe 2 (metode dayung) terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak. Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu tablet dalam wadah 37° ± 0,5° C selama pengujian berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan, atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106 mm, dengan volume sampai 1000 ml. Batang logam berada pada posisi tertentu sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar (Depkes RI, 1979)

.

(33)

19

2.7. Pemerian Bahan

2.7.1. Ranitidin hidroklorida

Ranitidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 97,5 % dan tidak lebih dari 102,0 % C13H22N4O3S.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Ranitidin hidroklorida berbentuk serbuk hablur, putih sampai kuning pucat, praktis tidak berbau, peka terhadap cahaya dan kelembaban, dan melebur pada suhu lebih kurang 1400 C, disertai peruraian. Ranitidin hidroklorida sangat mudah larut dalam air, cukup larut dalam etanol dan sukar larut dalam kloroform. pH ranitidin hidroklorida berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Penyimpanan ranitidin hidroklorida dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995). Ranitidin hidroklorida adalah senyawa yang bersifat kationik dengan puncak Spektrum UV pada 313 nm dan A1

1=499a (Balasubramaniam et al., 2008; Moffat et al., 2005).

Struktur kimia dan spektrum UV ranitidin hidroklorida dapat dilihat pada gambar 2.3 dan

2.4.

Gambar 2.3 Struktur kimia ranitidin hidroklorida ( Moffat et al., 2005)

Gambar

Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012)
Tabel 2.1 Hubungan waktu alir dengan sifat alir amilum (Aulton, 2002)
Tabel 2.3. Persyaratan uji keseragaman bobot tablet (Anief,2010)
Gambar 2.2 Alat uji disolusi tipe 2 (Depkes RI, 1979).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Langkah lain untuk meningkatkan kekuatan fisik yakni dengan memakan makanan yang sehat dan rutin berolahraga, olah raga akan sangat baik untuk kesehatan dan juga

Jadi dari hasil ini dapat menunjukkan bahwa dalam ekstrak partisi etil asetat banyak mengandung senyawa flavonoid aglikon atau flavonoid yang tidak terikat dengan

Solusi yang diberikan peneliti yaitu, penerapan prosedur yang baru dalam siklus pendapatan perusahaan, melaksanakan perbaikan dokumen, pembuatan dokumen

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan berat badan terhadap kelincahan atlit Kabaddi.. Dalam penelitian diperoleh kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diketahui adanya perbedaan hasil belajar dan kinerja ilmiah antara kelompok siswa yang belajar dengan Model

Walaupun perlakuan E tertinggi dan perlakuan D terendah pada hari pertama, akan tetapi pada hari kedua jumlah populasi perlakuan D mengalami peningkatan dibandingkan

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh kadar selulosa-α lebih dari 92% melalui proses bleaching dengan menggunakan enzim xylanase,

Tingkat dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh dengan melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya untuk