• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Jaringan Drainase Perkotaan Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kota Sumenep JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Jaringan Drainase Perkotaan Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kota Sumenep JURNAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

EVALUASI JARINGAN DRAINASE PERKOTAAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA SUMENEP

Ferry Agrianto1), Rr. Rintis Hadiani2), Yusep Muslih Purwana2)

1)Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A,

Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email: ferryagrianto@yahoo.com

2)Dosen Magister Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A,

Surakarta 57126; Telp.0271-634524.

Abstrak

Kota Sumenep sering dilanda bencana banjir khususnya pasca terjadinya hujan. Sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air (banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi adanya genangan banjir. Kondisi jaringan drainase sangat berpengaruh terhadap kinerja layannya, khususnya aspek-aspek yang mempengaruhi terhadap kapasitas saluran drainase. Aspek yang sangat mempengaruhi kapasitas saluran drainase berupa tingkat sedimentasi dan bangunan pelengkap pada saluran drainase, misalnya keberadaan tali air (street inlet) dan saringan sampah (trash rack).

Metode yang digunakan adalah pendekatan tingkat kapasitas saluran drainase yaitu penilaian tingkat kondisi tiap ruas jaringan drainase dengan menghitung perbandingan luas penampang saluran yang terisi sedimen terhadap luas penampang basah total serta keberadaan bangunan pelengkap. Setelah diperoleh nilai indeks kondisi tiap ruas, maka analisis berikutnya adalah analisis spasial menggunakan aplikasi ArcGIS untuk memperoleh peta informasi jaringan drainase tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kondisi jaringan drainase di Kota Sumenep pada Tahun 2016 yaitu dari

total 428 ruas jaringan terdapat 43 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi “Baik”, 198 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi “Cukup”, 115 ruas tergolong kedalam kondisi “Rusak Ringan”, 50 ruas tergolong ke dalam kondisi “Rusak Berat” dan 22 ruas tergolong ke dalam kondisi “Disfungsi”. Selain itu, dari analisis spasial diperoleh peta jaringan

drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta jenis bangunan jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta tingkat kondisi jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016 dan peta rekomendasi tindakan pemeliharaan jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016.

Kata kunci: Jaringan Drainase, Indeks Kondisi, Sistem Informasi Geografis.

PENDAHULUAN

Kondisi jaringan drainase sangat berpengaruh terhadap kinerja layannya, khususnya aspek-aspek yang mempengaruhi terhadap kapasitas saluran drainase. Aspek yang sangat mempengaruhi kapasitas saluran drainase berupa tingkat sedimentasi dan bangunan pelengkap pada saluran drainase, misalnya keberadaan tali air (street inlet) dan saringan sampah (trash rack). Semakin besar tingkat sedimentasi dalam saluran maka akan mengurangi kapasitas saluran yang menyebabkan berkurangnya kinerja layan, demikian pula jika saluran tidak dilengkapi dengan bangunan pelengkap tali air dan saringan

sampah maka berpotensi terhadap penurunan kapasitas saluran tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai evaluasi tingkat kondisi tiap ruas jaringan drainase di Kota Sumenep, memperoleh peta persebaran jaringan drainase beserta jenis bangunannya di Kota Sumenep, dan mendapatkan peta jaringan drainase di Kota Sumenep berdasar tingkat kondisi dan rekomendasi tindakan pemeliharaan berbasis sistem informasi geografis.

(2)

commit to user

2 pemeliharaan. Terlebih apabila database

tersebut tersaji dalam data spasial dalam suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) maka akan mempermudah dalam kegiatan pengembangan aset dan pemeliharaannya (Hernawan, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Drainase Perkotaan

Drainase (drainage) yang berasal dari kata kerja ‘to drain’ yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan kelebihan air, baik di atas maupun di bawah permukaan tanah (Edisono, 1997). Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi: permukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya yang merupakan prasarana dan sarana kota.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Republik Indonesia Nomor

12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan disebutkan bahwa saluran drainase terdiri dari:

1. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan air penerima.

2. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer. 3. Saluran tersier adalah saluran drainase yang

menerima air dari saluran penangkap menyalurkannya ke saluran sekunder.

Bentuk penampang saluran dapat berupa: 1. Trapesium

2. Segiempat

Gambar 1. Saluran Trapesium (Permen PU No. 12/PRT/M/2014)

Gambar 2. Saluran Segiempat (Permen PU No. 12/PRT/M/2014)

Bangunan pelengkap dalam jaringan drainase perkotaan dapat berupa bak pemeriksaan (main hole), saringan sampah (trash rack) dan tali air. Bak pemeriksaan/main hole adalah lubang pemeriksaan atau lubang penangkap lumpur yang berfungsi untuk mengontrol saluran penutup dan atau untuk menampung sedimen. Trash rack atau saringan sampah adalah salah satu sarana drainase untuk tetap menjaga kebersihan saluran. Tali air/inlet street adalah lubang di tepi jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke saluran drainase.

Penilaian Jaringan Drainase Perkotaan

Pemerintah belum menerbitkan peraturan tentang pedoman penilaian kondisi jaringan drainase. Oleh karena itu, dalam penelitian ini proses penilaian kondisi jaringan drainase sebagai bentuk evaluasi dilakukan dengan pendekatan pedoman penilaian jaringan irigasi yang sudah ada. Aspek penilaian akan ditinjau dari tingkat sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana jaringan drainase.

Penilaian Aspek Sedimentasi

(3)

commit to user

3 penampang basah semakin baik yang berarti

pula bahwa fungsi penampang basah semakin baik (SE Ditjen SDA Men PU No. 02/SE/M/2011). Nilai kondisi penampang basah adalah nilai indeks maksimum atau nilai fungsi yang terburuk dari saluran yang dipantau. Air akan mengalir dengan lancar jika kondisi penampang basah baik di bagian hulu, tengah maupun hilir dalam kondisi baik. Jika salah satu bagian dari penampang basah kondisinya buruk, misalnya akibat sedimentasi tinggi dan ditutupi tanaman aquatik, maka aliran air akan terganggu.

Berdasar pada pendekatan penilaian diatas, maka dalam penelitian ini nilai fungsi (%) tingkat sedimentasi dinilai dengan membandingkan tinggi sedimentasi yang ada terhadap kapasitas saluran. Kapasitas saluran diasumsikan berbanding lurus terhadap luas penampang saluran maksimum, yaitu tinggi saluran (H) adalah tinggi air (h) ditambah tinggi jagaan (w). Dengan demikian, untuk menghitung luas penampang maksimum saluran yang berbentuk trapesium (tipe A) adalah: � = �� + ��

Hsed = tinggi saluran akibat sedimentasi (m).

Sedangkan untuk menghitung luas penampang maksimum saluran berbentuk segiempat (tipe B) adalah:

� = ��

�� = ���

Dengan demikian maka tingkat sedimentasi dapat diukur dengan:

� = −��

� %

Kemudian hasil perhitungan sedimentasi menjadi nilai input kondisi dalam tabel 1:

Tabel 1. Penilaian Kondisi Berdasar Tingkat Sedimentasi Jaringan Drainase

In

1 Tingkat sedimentasi berada diantara 76-100 %.

76 - 100

Baik

2 Tingkat sedimentasi berada diantara 51-75 %.

51 - 75

Cukup

3 Tingkat sedimentasi berada diantara 26-50 %.

26 - 50

Rusak Ringan

4 Tingkat sedimentasi berada diantara 1-25%.

1 - 25

Rusak Berat 5 Tingkat sedimentasi

sampai menutupi seluruh penampang saluran (0%).

0

Disfu-ngsi

Penilaian Aspek Kelengkapan Prasarana dan Sarana Jaringan Drainase

Penilaian aspek kelengkapan prasarana dan sarana ditinjau dari keberadaan tali air dan saringan sampah. Hal ini disebabkan banyak saluran terbuka di Kota Sumenep yang diubah menjadi saluran tertutup tanpa memperhatikan lubang yang akan mengalirkan air hujan ke saluran drainase. Selain itu, untuk tetap menjamin kebersihan saluran dari sampah perlu adanya saringan sampah sehingga keberadaan saringan sampah sangat diperlukan dan dapat mempermudah pekerjaan pemeliharaan.

Sebagaimana aspek sedimentasi, kelengkapan prasarana dan sarana jaringan drainase dinilai menjadi 5 indeks sebagai berikut:

Tabel 2. Penilaian Aspek Kelengkapan Prasarana dan Sarana Jaringan Drainase

In Bangunan dalam kondisi

76 - 100

(4)

commit to user

4

baik, tidak ditemui kerusakan yang berarti. 2 Terdapat tali air dan

saringan sampah. Bangunan dalam kondisi sedang dan berfungsi, ditemui ada kerusakan namun bisa diatasi dan difungsikan. Bangunan dalam kondisi rusak, ditemui

kerusakan, tidak berfungsi dengan baik.

26 - Bangunan dalam kondisi rusak berat, kerusakan tidak dapat diperbaiki, hilang, runtuh, dan lain-lain. komponen bangunan tidak ada.

0

Disfu-ngsi

Penilaian Total Jaringan Drainase

Penilaian total jaringan drainase dilakukan dengan pendekatan Surat Edaran Ditjen SDA Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2011 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa. Kondisi jaringan drainase yang ditinjau merupakan gabungan dari indeks kondisi aspek sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana. Nilai indeks kondisi bangunan air yang ditinjau dihitung dengan cara pembobotan (SE Ditjen SDA Men PU No. 02/SE/M/2011), dengan rumus sebagai berikut:

Ikdrainase = { ��� � �� + ���� ����}

� +���

Persamaan mengandung pengertian bahwa dalam rangka menghitung indeks kondisi drainase (Ikdrainase) diperlukan nilai indeks

sedimentasi (Iksed) dan prasarana dan sarana

(IkPS). Indeks kondisi drainase tersebut berasal

dari data hasil pengamatan dikalikan dengan bobot masing-masing sub komponen. Kemudian jumlah dari kedua indeks tersebut dibagi dengan agregat bobot sehingga akan didapatkan indeks kondisi bangunan.

Pembobotan sedimentasi (Wsed) dan kelengkapan prasarana dan sarana (WPS) menunjukkan nilai relatif dari peran sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana dalam kapasitas drainase. Secara empiris, sedimentasi mempunyai pengaruh terhadap kapasitas lebih besar dibanding dengan kelengkapan prasarana dan sarana. Dengan demikian, maka bobot sedimentasi (Wsed) akan lebih besar dari bobot prasarana dan sarana (WPS). Dalam penelitian ini digunakan bobot Wsed= 3 dan WPS= 1.

Indeks kondisi saluran menunjukkan kondisi total (agregat) dari kondisi sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana. Nilai dari Indeks kondisi saluran berupa angka yang mempunyai rentang antara 1 sampai 5. Semakin kecil nilai indeks, menunjukkan bahwa semakin baik fungsi saluran. Interpretasi dari nilai indeks kondisi saluran adalah sebagai berikut:

Kondisi 1 : berfungsi antara 76% sampai 100 %, Kondisi 2 : berfungsi antara 51% sampai 75 %, Kondisi 3 : berfungsi antara 26% sampai 50 %, Kondisi 4 : berfungsi antara 1% sampai 25 %, Kondisi 5 : Tidak ada saluran yang harusnya ada

atau 0%.

Dengan menggunakan interpolasi, dapat diketahui fungsi saluran berdasarkan nilai indeks. Misalnya, indeks kondisi suatu saluran = 2,46; maka indeks ini ekuivalen dengan kondisi saluran yang berfungsi sebesar = 50% - {2,46-2,0}/1 x 25 = 50% - 11,5 = 38,5%; dengan demikian saluran berfungsi 38,5%. (SE Ditjen SDA Men PU No. 02/SE/M/2011).

Apabila telah diperoleh nilai indeks jaringan drainase di Kota Sumenep, maka rekomendasi tindakan dapat menggunakan pendekatan dalam Surat Edaran Ditjen SDA Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2011 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa sebagai berikut:

Tabel 3. Keterkaitan antara Indeks Kondisi Saluran dan Bangunan, Fungsi Saluran dan Bangunan, dan Rekomendasi Tindakan

In

d

ek

s

Kondisi Rekomendasi

(5)

commit to user

5

1 Berfungsi 76% sampai 100%

Pemeliharaan rutin

2 Berfungsi antara 51% sampai 75 %

Pemeliharaan berkala

3 Berfungsi antara 26%

sampai 50 % Rehabilitasi

4 Berfungsi antara 1%

sampai 25 % Rehabilitasi

5

Tidak ada saluran dan/atau bangunan yang harusnya ada atau 0%

Kajian desain

Sumber: SE Ditjen SDA Men PU No. 02/SE/M/2011

Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG adalah sistem informasi yang berbasis data spasial geografis yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis (Prahasta, 2001).

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling) dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial dibedakan menjadi data grafis (atau disebut juga data geometris) dan data atribut (data tematik), ditunjukkan pada Gambar 3. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon) dalam bentuk vektor ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.

Gambar 3. Konsep Data Geospatial (Prahasta, 2001).

Aplikasi SIG Dalam Bidang Drainase

Untuk mendukung Pemeliharaan dan Rehabilitasi Sistem Drainase Perkotaan, SIG berperan dalam hal (1) Penanganan Data (Data Handling), (2) Penayangan, (3) Pemutakhiran Data, (4) Perbandingan antar Set Data dan (5) Permodelan (Modelling).

Dalam bidang drainase perkotaan peran utama SIG adalah sebagai alat bantu (tools) dalam kegiatan pemeliharaan. Informasi yang dihasilkan oleh SIG merupakan input dalam proses penentuan prioritas pemeliharaan.

Dalam berbagai model pengambilan keputusan umumnya tidak seluruh kondisi atau keadaan lapangan diperlukan melainkan hanya informasi obyek-obyek tertentu yang dipertimbangkan sebagai faktor dominan dalam menentukan kondisi yang ada. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut perlu dilakukan (1) pengumpulan data yang relevan untuk disajikan sebagai informasi, (2) proses pengolahan dan pengelolaan data, serta (3) analisis data dan penyajian informasi.

METODE PENELITIAN Tempat Penelitian

Lokasi yang menjadi pilihan tempat dalam penelitian adalah wilayah Kota Sumenep. Batas wilayah Kota Sumenep mengikuti batas-batas yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kota Sumenep Tahun 2014-2034 yang mana wilayah Kota Sumenep memiliki:

1. Luas wilayah : 2.889,9 (dua ribu delapan ratus delapan puluh sembilan koma sembilan) hektar.

2. Batas utara : Kecamatan Manding; 3. Batas selatan : Kecamatan Saronggi; 4. Batas timur : Kecamatan Gapura dan

Kalianget;

5. Batas barat : Kecamatan Batuan.

(6)

commit to user

6 Desa Marengan Daya, Desa Kolor dan Desa

Pandian.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data primer yang akan dikumpulkan seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data Primer

N

Untuk memperoleh hasil pengukuran lebih detail serta adanya kemungkinan perbedaan dimensi saluran drainase, maka proses pengukuran dimensi dan tinggi sedimen jaringan drainase dilakukan dengan membagi atau memotong jaringan drainase pada setiap ruas pertemuan persimpangan jalan. Pengukuran ini dilaksanakan dengan metode

sampling pada masing-masing ruas sebanyak minimal 3 (tiga) titik, yaitu di titik hulu (awal), tengah dan hilir (akhir) pengukuran tiap ruas jaringan drainase. Kemudian dari ketiga titik pengukuran ini diambil nilai rata-rata untuk menentukan tinggi sedimen yang mewakili ruas jaringan drainase tersebut.

Data sekunder diperoleh dari dinas terkait, dalam hal ini dinas yang menangani urusan jaringan drainase perkotaan adalah Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sumenep. Data yang diperlukan adalah daftar jaringan drainase di Kota Sumenep sampai tahun anggaran 2015 dan softcopy data spasial berupa peta dasar Kota Sumenep dalam bentuk shapefile (.shp)

Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

N

Teknik Analisis Data

(7)

commit to user

7 pembagian ruas diambil pada lokasi atau titik

yang menunjukkan perbedaan tinggi sedimen tersebut.

Selain itu, proses analisis geografis menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 9.3 yang dimulai dengan memetakan jaringan drainase di seluruh wilayah Kota Sumenep berdasar data spasial sehingga dihasilkan peta tematik jaringan drainase.

Kemudian peta tematik ini diintegrasikan dengan hasil penilaian fisik jaringan drainase yang mana data ini sebagai data atribut atau keterangan tambahan dalam peta tematik jaringan drainase. Penilaian fisik jaringan akan muncul sesuai nilai kondisi pada tiap ruas jaringan digambarkan dalam simbol dan atau legenda yang berbeda dalam peta tematik tersebut. Peta tematik ini dapat bermanfaat dalam kegiatan monitoring dan pemeliharaan, tepatnya menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan tindakan pemeliharaan.

Tahapan Penelitian

Secara rinci tahapan penelitian diuraikan dalam diagram alir di bawah ini:

Data Primer: Softcopy peta dasar Kota

Sumenep dalam bentuk shapefile (.shp) Mulai

Menilai kondisi jaringan drainase dengan metode indeks kondisi jaringan drainase berdasar sedimentasi

dan kelengkapan prasarana

Memetakan jaringan drainase di Kota Sumenep menggunakan SIG

Tabel nilai kondisi jaringan drainase di Kota Sumenep

Peta tematik: jaringan drainase di Kota Sumenep

Integrasi peta jaringan drainase dengan tabel nilai kondisi jaringan

drainase di Kota Sumenep

Hasil evaluasi jaringan drainase berbasis SIG

Selesai

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jaringan Jalan Perkotaan Kota Sumenep

Jaringan jalan perkotaan diatur dalam

Keputusan Bupati Nomor

188/474/KEP/435.013/2015 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya

Sebagai Jalan Kabupaten. Jalan perkotaan yang ada di Kabupaten Sumenep terdiri dari sebagaimana pada tabel 6.:

Tabel 6. Jalan Perkotaan di Kota Sumenep

No Nama Ruas Klasifikasi

Jalan

Panjang (m)

1 Diponegoro Perkotaan 637

2 Manikam Perkotaan 388

3 Berlian Perkotaan 405

4 Kemala Perkotaan 421

5 Mutiara Perkotaan 402

6 Pepaya Perkotaan 499

7 Letnan Merta Perkotaan 149

8 Belimbing Perkotaan 541

9 Delima Perkotaan 342

10 Pahlawan Perkotaan 1.047

11 Teuku Umar Perkotaan 672

12 Garuda Perkotaan 1.044

13 Barito Perkotaan 593

14 KH. Zainal Arifin

Perkotaan 560

15 KH. Sajad Perkotaan 660

16 Widuri Perkotaan 377

17 Taman Siswa Perkotaan 267

18 Mustika Perkotaan 282

19 KH. Wahid Hasyim

Perkotaan 744

20 Widuri Gg. II Perkotaan 101

21 Widuri Gg. I Perkotaan 102

22 Wahid Hasyim Gg. IV

Perkotaan 182

23 Wahid Hasyim Gg. III

Perkotaan 185

24 Bandeng Perkotaan 134

25 Pesantren Perkotaan 334

26 Kerapu Perkotaan 266

27 Belimbing Bulu

Perkotaan 149

28 Kartini Perkotaan 857

29 Kartini Gg. 1 Perkotaan 200

30 Kartini Gg. 3 Perkotaan 196

31 Kartini Gg. 5 Perkotaan 189

32 Letnan Ramli Perkotaan 463

33 Irama Perkotaan 138

34 Pendekar Perkotaan 394

35 Menari Perkotaan 228

36 Meranggi Gg.2 Perkotaan 233

37 Meranggi Perkotaan 348

38 KH. Agus Salim

Perkotaan 931

(8)

commit to user

8

40 Mahoni Perkotaan 313

41 Jati Emas Perkotaan 350

42 Mahoni 2 Perkotaan 172

43 Cemara Udang Perkotaan 537

44 Hos

Cokroaminoto

Perkotaan 350

45 Dr. Cipto Perkotaan 1.447

46 Kamboja Perkotaan 478

47 Setia Budi Perkotaan 437

48 Seludang Perkotaan 1.110

49 Basuki Rahmad

Perkotaan 206

50 Dr. Soetomo Perkotaan 288

51 Kapten Tesna Perkotaan 429

52 Kesatrian Perkotaan 161

53 Kacongan-Cemara Udang

Perkotaan 644

54 Kacongan Perkotaan 440

55 Bangkal-Kebunan

Perkotaan 1.096

56 Pamolokan-Baddugan

Perkotaan 1.616

57 Gapura (Parsanga)

Perkotaan 2.314

58 Bandara Trunojoyo

Perkotaan 1.685

59 Trunojoyo Perkotaan 929

60 Bypass-Marengan

Perkotaan 735

61 Sumba Perkotaan 720

62 Pondok Marengan Indah

Perkotaan 503

63 KH. Mansyur Perkotaan 1.878

64 Kacongan-Karangpanasan

Perkotaan 693

65 Payudan Barat Perkotaan 424

66 Payudan Barat-Payudan Timur

Perkotaan 645

67 Payudan Tengah

Perkotaan 430

68 Payudan Tengah-Payudan Timur

Perkotaan 214

69 Payudan Timur Perkotaan 214

70 Raung Perkotaan 242

71 Matahari Perkotaan 531

72 Jupiter Perkotaan 225

73 Gemini Perkotaan 219

74 Sagitarius Perkotaan 262

75 Angkasa Perkotaan 179

76 Antariksa Perkotaan 361

77 Kejora Perkotaan 388

78 Aries Perkotaan 545

79 Aquarius Perkotaan 451

80 Adipoday Perkotaan 1.391

81 Kolor-Wiraraja Perkotaan 307

82 Kolor 2 Perkotaan 904

83 Kolor 1 Perkotaan 296

84 SPBU

Trunojoyo

Perkotaan 317

85 Adirasa Perkotaan 1.771

86 Kurma Perkotaan 838

87 Kurma II Perkotaan 297

88 Saluran Air Perkotaan 1.155

89 Lontar Perkotaan 361

90 Bekisar Perkotaan 207

91 Nangka Perkotaan 487

92 Kebunagung-Lingkar Barat

Perkotaan 786

Sumber: Keputusan Bupati Sumenep Nomor 188/474/KEP/435.013/2015

Kota Sumenep memiliki 92 (sembilan puluh dua) ruas jalan yang teridentifikasi sebagai jalan perkotaan, namun dari keseluruhan ruas jalan tersebut tidak semua ruas memiliki jaringan drainase di sisi kiri atau kanan ruas sebagai infrastruktur pengalir air hujan.

Tingkat Prosentase Sedimen Jaringan Drainase di Kota Sumenep

(9)

commit to user

9 Tabel 7. Tingkat Prosentase Sedimen pada Jaringan Drainase

No

Nama Ruas (Jalan)

Kelurahan/

Desa Kode B (m)

H (m)

m (m)

Tipe Bangunan

Tinggi Sedimen

(Hsed) (m)

msed (m)

Prosentase Akibat Sedimen

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Dr.

Wahidin Pajagalan Wahidin-1 0,50 0,70 0,20 A 0,06 0,02 93,67

2 Dr. Wahidin Pajagalan Wahidin-2 0,50 0,70 0,20 A 0,10 0,03 89,21

3 Dr. Wahidin Pajagalan Wahidin-3 1,05 0,80 0,00 B 0,20 0,00 75,00

4 Dr. Wahidin Pajagalan Wahidin-4 0,90 1,15 0,00 B 0,15 0,00 86,96

5 Dr.

Wahidin Pajagalan Wahidin-5 0,70 1,15 0,20 A 0,14 0,02 90,20

6 Kapten

Tesna Pajagalan Tesna-1 0,40 0,60 0,00 B 0,05 0,00 91,67

7 Kapten

Tesna Pajagalan Tesna-2 0,45 0,60 0,00 B 0,07 0,00 88,33

8 Basuki

Rahmat Pajagalan Basuki-1 0,80 0,90 0,20 A 0,60 0,13 37,78

9 Basuki

Rahmat Pajagalan Basuki-2 0,45 0,50 0,00 B 0,13 0,00 74,00

10 Basuki Rahmat Pajagalan Basuki-3 0,50 0,50 0,20 A 0,06 0,02 91,02

11 Basuki Rahmat Pajagalan Basuki-4 0,80 0,90 0,20 A 0,07 0,02 93,66

12 J. A.

Suprapto Pajagalan Suprapto-1 0,40 0,45 0,10 A 0,05 0,01 90,86

13 Setia Budi Pajagalan Setia-1 1,50 0,80 0,15 A 0,20 0,04 76,70

14 Setia Budi Pajagalan Setia-2 0,80 1,10 0,60 A 0,60 0,33 56,08

15 Setia Budi Kolor Setia-3 0,80 1,10 0,50 A 0,95 0,43 18,17

16 Setia Budi Kolor Setia-4 0,80 1,10 0,50 A 0,60 0,27 54,99

17 Seludang Pajagalan Seludang-1 0,75 0,70 0,00 B 0,05 0,00 92,86

18 Seludang Pajagalan Seludang-2 0,90 0,90 0,00 B 0,12 0,00 86,67

19 Seludang Pajagalan Seludang-3 0,60 0,60 0,00 B 0,15 0,00 75,00

20 Seludang Pajagalan Seludang-4 0,60 0,60 0,00 B 0,20 0,00 66,67

21 Kamboja Pajagalan

Kamboja-1 0,40 1,00 0,30 A 0,25 0,08 83,04

26 s.d. 428

dan seterusnya

(dst)

(dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst)

Keterangan:

B = lebar dasar saluran (m), H = tinggi saluran total (m), m = kemiringan talud,

Hsed = tinggi saluran akibat sedimentasi (m), msed = kemiringan sedimen pada talud (m),

Tipe bangunan A = saluran dengan bentuk penampang trapesium,

Tipe bangunan B = saluran dengan bentuk penampang segi empat.

(10)

commit to user

10 luas penampang total. Hasil perhitungan

prosentase sedimen pada masing-masing ruas jaringan drainase selanjutnya menjadi dasar untuk menentukan nilai indeks kondisi sebagaimana dalam Tabel 1. tentang penilaian kondisi berdasar tingkat sedimentasi jaringan drainase. Penilaian indeks kondisi berdasar tingkat sedimentasi tersebut akan diintegrasikan dengan hasil analisis nilai indeks kondisi berdasar kelengkapan prasarana dan sarana masing-masing ruas jaringan drainase yang akan menghasilkan nilai indeks kondisi total. Dengan demikian, dari hasil total nilai indeks kondisi maka dapat diperoleh tingkat kondisi pada masing-masing ruas yang selanjutnya menjadi acuan dalam penentuan rekomendasi tindakan sebagaimana pada Tabel 3. tentang keterkaitan antara indeks kondisi saluran dan bangunan,

fungsi saluran dan bangunan, dan rekomendasi tindakan.

Tingkat Kondisi dan Rekomendasi Tindakan Jaringan Drainase

Indeks kondisi total merupakan gabungan dari indeks kondisi aspek sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana. Indeks kondisi aspek sedimentasi dinilai menurut prosentase akibat sedimen yang mengindikasikan fungsi dari jaringan drainase tersebut. Indeks kondisi prasarana dan sarana dinilai dengan cara melakukan pengamatan terhadap kondisi kelengkapan prasarana dan sarana jaringan drainase sesuai Tabel 2. Tingkat kondisi dan rekomendasi tindakan jaringan drainase ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Kondisi Dan Rekomendasi Tindakan Jaringan Drainase

No Kode Bobot

Ringan Rehabilitasi

4 Wahidin-4 3 1 1 4 1,75 56,25 Cukup Pemeliharaan Berkala

Berat Rehabilitasi

9 Basuki-2 3 1 2 2 2,00 50,00 Rusak

Ringan Rehabilitasi

10 Basuki-3 3 1 1 3 1,50 62,50 Cukup Pemeliharaan

(11)

commit to user

Ringan Rehabilitasi

17 Seludang-1 3 1 1 3 1,50 62,50 Cukup Pemeliharaan

Pemetaan Jaringan Drainase Kota Sumenep

Proses pemetaan jaringan drainase dibuat berdasar tahapan yang telah diuraikan pada gambar 5. tentang diagram alir penyajian peta jaringan drainase.

Koordinat Lokasi Jaringan Drainase (X,Y).

Layer Jaringan Jalan Kota

Input (add) data dalam Arc Map (ArcGIS).

Pembuatan shapefile baru (new shapefile).

Proses digitasi jaringan drainase.

Pengolahan peta dan attribute-nya (tabel attribute jaringan drainase disesuaikan dengan nama ruas dalam tabel hasil penilaian kondisi jaringan drainase).

Symbology jaringan drainase pada masing-masing ruas.

Layout peta jaringan drainase beserta legendanya.

Pengaturan skala peta pada 1:12.000.

Export peta ke dalam format gambar (jpg).

Peta Jaringan Drainase Kota Sumenep

Mulai

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir Penyajian Peta Jaringan Drainase

Integrasi Hasil Evaluasi Jaringan Drainase dan Peta Jaringan Drainase

Pada tahap ini dilakukan penggabungan antara hasil penilaian jaringan drainase sebagaimana Tabel 8 tentang Tingkat Kondisi dan Rekomendasi Tindakan Jaringan Drainase dengan layer jaringan drainase. Proses integrasi tersebut dilakukan dalam ArcGIS dengan cara sebagai berikut:

1. Klik kanan layer “Jaringan Drainase” →

klik Open Attribute Table.

2. Tekan tombol Option pada Attributes Table kemudian tekan Join and Relates → Join. Pada Join Data atur dasar join menurut “Kode” dan pilih tabel excel yang sudah terisi pada kolom tabel yaitu: kode, tingkat kondisi dan rekomendasi tindakan untuk digabungkan. Apabila terdapat perubahan data pada tabel excel, maka perlu dilakukan join ulang karena aplikasi ArcGIS tidak dapat menyesuaikan data yang digabung secara otomatis.

3. Layout layer jaringan drainase menurut tingkat kondisi dan rekomendasi tindakan pemeliharaan dengan cara klik ViewLayout View.

(12)

commit to user

12

Selection → Select by Attributes kemudian pilih akan diseleksi menurut kategori tertentu. 5. Simbolisasi tingkat kondisi menjadi

beberapa kategori, yaitu: Baik, Cukup, Rusak Ringan, Rusak Berat dan Disfungsi. Pada setiap kategori diatur warna garis dan ketebalan yang berbeda.

6. Simbolisasi rekomendasi tindakan pemeliharaan menjadi beberapa kategori, yaitu: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, Rehabilitasi dan Kajian Desain. Pada setiap kategori diatur warna garis dan ketebalan yang berbeda.

7. Pengaturan judul peta dan skala 1:12.000 pada ukuran kertas A1.

8. Export peta ke dalam format jpeg dengan

cara klik File → Export Map → Save as type

“JPEG”.

Penyeleksian

Attributes Table

Menurut Tingkat Kondisi

Penyeleksian attribut dimaksudkan untuk mengetahui secara spasial ruas-ruas jaringan drainase yang tergolong menurut tingkat kondisi

tertentu. Proses yang dilakukan untuk penyeleksian attribut adalah sebagai berikut:

1. Klik kanan layer “Jaringan Drainase” →

klik Open Attribute Table.

2. Pilih Selection → Select By Attributes → Klik

“Tingkat Kondisi = Baik” → Apply.

3. Buka kembali Attributes Table Of Jaringan Drainase, maka akan terseleksi dari ruas-ruas jaringan drainase yang memiliki kondisi “Baik” sebanyak 43 ruas. Demikian pula dengan cara yang sama untuk menyeleksi ruas-ruas jaringan drainase dengan tingkat kondisi yang lain.

Diketahui untuk tingkat kondisi “Cukup” sebanyak 198 ruas, “Rusak Ringan” sebanyak 115 ruas, “Rusak Berat” sebanyak 50 ruas dan “Disfungsi” sebanyak 22 ruas.

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

commit to user

17

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Nilai kondisi tiap ruas jaringan drainase di Kota Sumenep beragam menurut aspek sedimentasi dan kelengkapan prasarana dan sarana sehingga menunjukkan tingkat kondisinya, yaitu: baik, cukup, rusak ringan, rusak berat dan disfungsi. Ruas jaringan drainase dikategorikan baik apabila jaringan tersebut berfungsi antara 76%-100%, ruas jaringan drainase dikategorikan cukup apabila jaringan tersebut berfungsi antara 51%-75%, ruas jaringan drainase dikategorikan rusak ringan apabila jaringan tersebut berfungsi antara 26%-50%, ruas jaringan drainase dikategorikan rusak berat apabila jaringan tersebut berfungsi antara 1%-25%, dan ruas jaringan drainase dikategorikan disfungsi apabila jaringan tersebut tidak dapat difungsikan atau 0%. Pada setiap ruas jaringan drainase dapat pula ditentukan jenis rekomendasi tindakan pemeliharaannya yaitu: pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, rehabilitasi dan kajian desain yang mana sangat terkait dengan tingkat kondisi ruas jaringan drainase.

2. Aplikasi ArcGIS dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu berbasis komputer dalam proses evaluasi kondisi jaringan drainase. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan atau menggabungkan tabel hasil penilaian tingkat kondisi ruas jaringan drainase dengan layer peta jaringan drainase menggunakan fungsi join and relates dalam aplikasi. Hasil dari pengintegrasian berupa peta jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta jenis bangunan jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta tingkat kondisi jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016 dan peta rekomendasi tindakan pemeliharaan jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016. Selain itu, aplikasi ArcGIS dapat melakukan penyeleksian sesuai kriteria tertentu sehingga dengan menggunakan fungsi select by attributes dapat diketahui jumlah beserta lokasi ruas jaringan drainase menurut tingkat kondisinya. Dari hasil

analisis seleksi ruas-ruas jaringan drainase menurut tingkat kondisi diperoleh yaitu dari total 428 ruas jaringan terdapat 43 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi “Baik”, 198 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi “Cukup”, 115 ruas tergolong ke dalam kondisi “Rusak Ringan”, 50 ruas tergolong ke dalam kondisi “Rusak Berat” dan 22 ruas tergolong ke dalam kondisi “Disfungsi”.

Saran

Guna meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam sistem pemeliharaan jaringan drainase di masa mendatang maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Penentuan lokasi ruas jaringan drainase yang akan dilakukan tindakan pemeliharaan hendaknya mengacu kepada hasil penilaian jaringan drainase agar efektif dalam menanggulangi terjadinya genangan yang disebabkan berkurangnya kapasitas jaringan drainase akibat sedimen.

2. Jenis tindakan pemeliharaan hendaknya mengacu terhadap hasil penelitian ini agar lebih efektif dan efisien.

3. Diperlukan pembaharuan data sedimen minimal tiap tahun agar peta yang ada dapat diperbarui menurut data terkini. Kemudian dari data terbaru dapat dilakukan penilaian ulang sehingga hasilnya dapat digabung kembali dengan layer peta jaringan drainase.

DAFTAR PUSTAKA

Alexakis, D., Gotsis, D. dan Giakoumakis, S. 2012. Assessment of Drainage Water Quality in Pre- and Post-Irrigation Seasons For Supplemental Irrigation Use. Journal Environ Monit Assess (2012) 184:5051– 5063.

(18)

commit to user

18 BeritaSatu.com. Edisi tanggal 01 Februari 2014.

Ratusan Rumah di Sumenep Terendam Banjir. www.edisisatu.com diunduh tanggal 23 Maret 2015.

Ditjen SDA Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/SE/M/2011 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Reklamasi Rawa. Jakarta. Edisono, S. 1997. Drainase Perkotaan.

Gunadarma, Jakarta.

Hernawan, R., Adi, T. J. W. dan Hariyanto, T. 2013. Pemodelan Decision Support System Manajemen Aset Irigasi Berbasis SIG. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII, Program Studi MMT-ITS Surabaya.

Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

Kurniasari, A., Sobriyah, M. S. dan Muttaqien, A. Y. 2015. Evaluasi Kinerja Jaringan Drainase Kelurahan Gandekan, Jebres, Surakarta (Sub Sistem DAS Kali Pepe Hilir). E-Jurnal Matriks Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Koran Suara Rakyat. Edisi tanggal 19 Januari

2015. Ini Penyebab Banjir di Kota Sumenep. Oikonomidis, D., Dimogianni, S., Kazakis, N.

dan Voudouris, K. 2015. A GIS/Remote Sensing-Based Methodology For Groundwater Potentiality Assessment In Tirnavos Area, Greece. Journal Hydrology

525 (2015) 197–208.

www.elsevier.com/locate/jhydrol

Oktavianti, Subari dan Yulius, E. 2014. Pemetaan Jaringan Irigasi Daerah Jawa Barat Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Bentang Volume 2, Universitas Islam 45 Bekasi, Balai Irigasi Dinas Pekerjaan Umum Bekasi.

Oskarsdottir, S. M., Gislason, S. R., Snorrason, A., Halldorsdottir, S. G. dan Gisladottir, G. 2011. Spatial Distribution of Dissolved Constituents in Iceland River Waters. Journal Hydrology 397 (2011) 175-190. www.elsevier.com/locate/jhydrol

Pradhan, B., Lee, S., Buchroithner, M. F. 2010. A GIS-Based Back-Propagation Neural Network Model and Its Cross-Application and Validation for Landslide Susceptibility Analyses. Journal Computers, Environment and Urban Systems 34 (2010) 216-235. www.elsevier.com/locate/compenvurbsys Pemerintah Kabupaten Sumenep. 2014.

Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kota Sumenep Tahun 2014-2034.

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika: Bandung. Rizal, R., Ikhwan, Y. dan Fauzi, M., 2014.

Analisis Tata Kelola Sistim Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan Duta Green City Kota Pekanbaru Provinsi Riau). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau, Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau. United Nations Development Programs, Tim

Teknis Nasional. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Dasar.

Gambar

Gambar 1. Saluran Trapesium (Permen
Tabel 1. Penilaian Kondisi Berdasar Tingkat
Tabel 3. Keterkaitan antara Indeks Kondisi
Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil optimasi yang diperoleh dari analisis rute TPS optimal adalah tingkat pelayanan sistem pengelolaan sampah yang didasarkan atas indikator persentase timbulan sampah

menentukan tingkat kesesuaian lahan dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada penilaian tahap pertama berdasarkan tujuh kriteria penilaian kelayakan penyisih..

Hasil analisis tingkat kesuburan (eutropikasi) berdasar- kan indeks tingkat tropik dari parameter kecerahan, total nitrogen, total fosfat, dan klorofil-a menunjukkan bahwa Danau

Adanya sistem informasi mengenai pasar tradisional yang mudah diakses oleh masyarakat luas khususnya masyarakat kota Semarang sehingga dijadikan sarana informasi yang

Studi Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b disusun untuk mengukur tingkat kelayakan rencana pembangunan prasarana dan sarana

Fasilitas kesehatan (faskes) merupakan suatu sarana dan prasarana alat atau tempat yang digunakan untuk menunjang maupun menyelenggarakan upaya pelayanan

Penelitian ini dimulai dengan cek (analisis kondisi saat ini), Undang-Undang (Self- assessment berdasarkan indeks WE) adalah evaluasi peran dan pentingnya ICT serta V (lima)

Analisis tingkat kelengkapan dan tingkat kematangan keamanan informasi pada PTI PDAM Tirta Moedal Kota Semarang hanya menggunakan indeks Keamanan Informasi