PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Gizi
Minat Utama Human Nutrition
Oleh Sri Wahyuningsih
S531108011
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Oleh Sri Wahyuningsih
S531108011
Komisi Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr., Sp.PK(K)
NIP. 194303221976091001 ………….. …. Agustus 2014
Pembimbing II Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D.Sp.ParK
NIP. 195111201986011001 ……… .… Agustus 2014
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal …. Agustus 2014
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pascasarjana UNS
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Oleh Sri Wahyuningsih
S531108011
Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal …. Agustus 2014
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul “PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN” ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelas magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.
Surakarta, ………. 2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Perjuangan yang berat dan melelahkan akan berakhir dengan kebahagiaan (Penulis)
Cinta adalah kehidupan, dengan cinta kita bisa membuat orang senang dan dengan cinta kita bisa membuat orang lain bahagia dan tentu saja dengan cinta hidup kita akan lebih bermakna
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Suamiku tercinta
2. Anak-anakku
3. Saudara-saudaraku
4. Teman-teman kuliah
5. Almamater
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan
judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan Mp-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu
dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan strata dua (S2) Magister Ilmu Gizi pada program studi
gizi Universitas Sebelsa Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
baik selama proses pendidikan maupun dalam menyelesaikan usulan penelitian tesis
ini.
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
program Magister Kesehatan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian ini.
3. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. SpPK(K), selaku Pembimbing Utama yang telah
5. Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK, selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan petunjuk, perhatian, bimbingan, dorongan
serta saran-saran yang sangat berguna selama penyusunan tesis ini.
6. Rekan-rekan yang telah berkenan membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tesis
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Teori ... 6
C. Kerangka Berpikir ... 52
D. Kerangka Konsep ... 53
E. Hipotesis ... 53
BAB III METODE PENELITIAN ... 54
A. Tempat dan Waktu ... 54
B. Jenis Penelitian ... 54
C. Populasi dan Sampel ... 56
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oeprasional ... 58
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 60
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61
G. Teknik Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
B. Pembahasan ... 73
C. Keterbatasan Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur ... 64
Tabel 4.2. Karakteritik responden berdasarkan pendidikan ... 64
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ... 65
Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak ... 65
Tabel 4.5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah keluarga ... 66
Tabel 4.6. Karakteristik responden berdasarkan status ekonomi ... 67
Tabel 4.7. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 67
Tabel 4.8. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (pretest) ... 68
Tabel 4.9. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (postest) ... 68
Tabel 4.10. Status gizi balita pertemuan ke V... 69
Tabel 4.11. Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah pendidikan gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ... 70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori ... 52
Gambar 2. Kerangka Konsep ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil Uji Realibilitas dan Validitas
Lampiran 3. Informed Concent Lampiran 4. Hasil Penelitian
Lampiran 5. Ethical Clearance
Lampiran 6. Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis
Lampiran 7. Hasil Analisis Data
ABSTRAK
Sri Wahyuningsih. S531108011. 2014. Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK.(K) II : Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK. Program Studi Ilmu Gizi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang : Anak balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi., yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi. Secara Nasional prevalensi anak balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan anak balita dengan status gizi kurang sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4%. Kurang gizi pada anak balita mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan dan hambatan mental serta meningkatkan anemia dan kematian anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun.
Metode : Desain penelitian ini quasi eksperimental dengan rancangan pretest and posttest with control design. Populasi penelitian ibu yang mempunyai balita status gizi kurang sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan random
sampling yang memenuhi kriteria inklusi dengan sampel 15 orang kelompok
perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, antropometri, demonstrasi dan wawancara. Analisis data menggunakan
paired sample t-test dan independent sample t-test.
Hasil : Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum perlakuan dengan model pendidikan pembuatan MP-ASI terbukti dari kelompok perlakuan terdapat rata-rata pretest
13,00 dan setelah pendidikan meningkat menjadi 21,27. Secara statistik peningkatan ini bermakna (p = 0,000). Status gizi anak balita sebelum pendidikan semua status gizi kurang dan setelah pendidikan pada kelompok perlakuan 12 anak menjadi status gizi baik. Penurunan kasus anak balita gizi kurang sebesar 80,00%. Hasil analisis ada pengaruh pendidikan gizi terhadap status gizi anak balita ( p = 0,030).
Kesimpulan : Ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak bawah lima tahun dengan status gizi kurang
ABSTRACT
Sri Wahyuningsih. S531108011. The Effect of Education Model of Breast Milk Complementary Feeding Manufacture on the Nutrition Knowledge of Mothers and the Nutrition Status of Toddlers. Thesis: Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK (K), co-advisor: Ir. Ruben Dharmawan dr. Ph.D. Sp.Park. The Graduate Programin Nutrition Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2014.
Background: Toddlers are nutrition-vulnerable community group, namely: a community group which most easily suffer from nutrition disorder. Nationally, the prevalence of toddlers with less good nutrition is still high. The data released by Riskesdas in 2007 show that the toddlers with less good nutrition status and poor nutrition status were 13.0% and 5.4% respectively. The lack of nutrition experienced by the toddlers will inhibit the growth in their body length and mental development and increase anemia and child mortality.
Objective: The objective of this research is to investigate the effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers.
Method: This research used the quasi experimental method with the pretest and posttest with control design. Its population was mothers as many as 30 persons with toddlers with less good nutrition status. The samples of research were taken by using the random sampling technique and consisted of 30. They were divided into two groups, namely: 15 persons in control group and 15 persons in experimental group. The data of research were gathered through questionnaire, anthropometry, and in-depth interview. They were analyzed by using the paired sample t-test.
Result: The results of research show that prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture, the mothers’ average score on nutrition knowledge is 13.00, and following the treatment it becomes 21.27. Statistically this increase is significant as indicated by the value of p = 0.000. In addition, prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture the nutrition status of all the toddlers is in the poor category, and following the treatment, the nutrition status of 12 toddlers is in good category. The number of toddlers with poor nutrition status decreases up to 80%. Thus, there is an effect of nutrition education on the nutrition status of toddlers as signified by the value of p = 0.030.
Conclusion: Based on the results of the research, a conclusion is drawn that there is an effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers with poor nutrition.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2010 – 2014, upaya pembinaan gizi masyarakat merupakan salah satu
prioritas pembangunan nasional. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan
keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang
optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi
pembinaan gizi masyarakat 2010 – 2014 adalah mengurangi gizi kurang pada
balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat.
Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia
di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah
menurunnya tingkat kecerdasan IQ (Kemenkes RI, 2011).
Di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama yang harus
diselesaikan dengan program perbaikan gizi, yaitu: 1) masalah kurang energi
protein (KEP), 2) masalah kurang vitamin A, 3) masalah anemia zat gizi, dan
4) masalah gangguan akibat kekurangan yodium. Dilihat dari etiologinya,
status gizi penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, seperti:
sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan alam, maupun penduduk yang
saling berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya krisis ekonomi telah
menyebabkan terjadinya peningkatan kasus gizi kurang, dan bahkan kasus gizi
1
buruk di Indonesia yang sebenarnya dapat ditanggulangi sejak dini dengan
pemantauan secara rutin setiap bulannya (Istiono, et al, 2009).
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk
dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat
yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka
sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat. Akibat dari kurang
gizi ini kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat menyebabkan
meningkatnya angka kematian balita (Ihsan, et al, 2013).
Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat
irreversible (tidak dapat pulih) (Irianto, 2009).
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung berupa asupan makanan
itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor
tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga,
pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Makanan dan minuman dapat
memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status gizi bahkan
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang
terhadap makanan tersebut (Notoadmojo, 2007). Ibu merupakan orang yang
paling dekat dengan anak memegang peranan penting dalam menciptakan
Perilaku ibu dalam hal gizi menentukan status gizi anaknya tersebut apakah
baik atau jelek. Perilaku ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yang dimiliki ibu terhadap gizi (Fisher, et al, 2012).
Pendidikan gizi merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan perilaku
yang baik. Melalui pendidikan gizi diharapkan ibu yang mempunyai balita
mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang
dinasehatkan sehingga dapat mengasuh dan merawat gizi kurang menjadi gizi
yang lebih baik (Salimar, 2009).
Secara nasional prevalensi balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang
sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4% (Salimar, 2009). Oleh karena itu kurang
gizi termasuk salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kurang gizi pada
balita akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan sekitar 10
cm, berat badan 2 kg pada usia sekolah dan hambatan mental berpotensi turun
sampai 10 poin serta meningkatkan anemia dan kematian anak (Muljati, et al,
2006).
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2011,
dari 373.120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50,861 (13,63%) (Din Kes
Prop. Jateng tahun 2011). Berdasarkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun
2011 Kabupaten Karanganyar dari 3.630 balita yang diukur terdapat balita
KEP 605 (16,67%), hasil PSG tahun 2011 Kecamatan Karangpandan dari 150
Bangsri dari 30 balita yang diukur terdapat 8 KEP (26,67%) (Laporan Hasil
PSG Puskesmas Karangpandan tahun 2012).
Kasus KEP yang terjadi di Kecamatan Karangpandan berada jauh di
atas target yang diharapkan karena target total KEP Nasional tahun 2009
adalah 9,44%. Berdasarkan hasil tersebut target KEP Propinsi Jawa Tengah
belum terealisasi, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua
yang bekerja (74,5%) dan berdasarkan hasil observasi pendahuluan kepada 5
ibu dengan memberikan kuesioner sebanyak 5 item soal diketahui bahwa
keseluruhan ibu (100,0%) memiliki pengetahuan gizi yang kurang, dan dari
dari hasil wawancara diketahui bahwa ibu belum pernah memperoleh
pendidikan kesehatan tentang gizi (hasil wawancara pendahuluan, 2014).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan
MP-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima
Tahun”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI
terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteritik keluarga balita gizi kurang
b. Menganalisis pengetahuan gizi ibu sebelum dan sesudah pendidikan
pembuatan MP-ASI.
c. Menganalisis berat badan dan status gizi anak balita sebelum dan
sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI.
d. Menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI dengan
pengetahuan gizi ibu dan status gizi pada balita dengan gizi kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bukti empirik bahwa pemberian
pendidikan gizi kepada ibu dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu dan
status gizi anak balita yang menderita kurang gizi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi model intervensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri
individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin,
2009).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah,
dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar.
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan
Chayatin, 2009).
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua
program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi,
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya.
c. Misi Pendidikan Kesehatan
Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi:
1) Advokat (Advocate)
Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui
kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
2) Menjembatani (Mediate)
Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang
terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.
3) Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat
agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2007).
d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan antara lain:
1) Dimensi Sasaran
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
luas.
2) Dimensi Tempat Pelaksanaan
a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.
b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) yaitu sebagai berikut : a) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health
education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit,
konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian
lingkungan dan lain-lain.
b) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan
untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum
tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja,
pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.
c) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early
diagnosis and Prompt Treatment)
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah
terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami
kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk
memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.
d) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya
dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. e) Rahabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi diperlukan untuk pemulihan seseorang yang
telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
rehabilitasi akan mempengaruhi tingkat perkembangan
kesehatan seseorang (Mubarak dan Chayatin, 2009).
e. Metode Pendidikan Kesehatan
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa m etode pendidikan
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut
masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Beberapa metode dalam pendidikan
kesehatan antara lain :
1) Metode pendidikan individual, digunakan untuk membina perilaku
baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan antara lain :
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dibhas, dan dibantu
penyelesaiannya.
b) Interview (wawancara), Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku
yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat.
2) Metode pendidikan kelompok
a) Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan
metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar :
metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.
b) Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15
curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)
3) Metode pendidikan massa (public)
Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public,
antara lain : ceramah umum, pidato-pidato diskusi tentang
kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi,
tulisan di majalah atau koran dan billboard yang dipasang di pinggir
jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007)
2. Konsep Perilaku
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psycomotor). Dalam perkembangan teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan.
a. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
Beberapa tingkatan dalam pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2010) antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti
sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (syntesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
3) Umur
Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan
fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan
4) Minat
Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan
yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
7) Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu
b. Sikap (attitude) 1) Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dan
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, yang sifatnya positif
atau negatif terhadap suatu obyek atau situasi secara konsisten,
untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin
terjadi (Notomatmodjo, 2007; Azwar, 2010).
2) Komponen sikap
Menurut Azwar (2010) struktur sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang :
a) Komponen kognitif
Kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi obyek sikap.
b) Komponen afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu obyek sikap.
c) Komponen konatif
Kecenderungan berperilaku pada yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
3) Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui
kuesioenr (Notoatmodjo, 2007).
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain :
pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media massa.
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek,
individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan
pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut
terhadap objek yang bersangkutan.
b) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.
c) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
d) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh
terhadap sikap seseorang terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
e) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar, televisi, radio maupun internet
atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual
disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap
penulisnya, sehingga akan berakibat terhadap sikap
kemanusiaan. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
f) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga agam sangat
menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut
g) Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlaku begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama
(Azwar, 2010).
5) Ciri-ciri sikap menurut Azwar (2010)
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan hidup
b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu dapat dipelajari sepanjang
perkembangan hidup.
c) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek.
d) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan suatu hal.
e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
c. Psikomotor (tindakan)
Tindakan adalah proses melaksanakan atau mempraktekkan apa
yang diketahui atau disikapinya. Tindakan atau praktek memiliki
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama.
2) Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Gizi
a. Pengertian Gizi
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya (Almatsier, 2005). Balita memiliki kebutuhan gizi yang
berbeda dari orang dewasa, kurang gizi pada balita akan berpengaruh
pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati dan Siti, 2009).
Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan
dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan
pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang
bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari
bahan-bahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu
menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, 2012). Pengetahuan
ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting, mengingat peran ibu
dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak tahu gizi
makanan, akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya.
b. Macam-macam Gizi Bagi Balita
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan
fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan
tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Widodo, 2009).
Menurut Widodo (2009), zat gizi terdiri atas:
1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat
organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda,
meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat
yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis
yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida. Karbohidrat
terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani. Fungsi
a) Sumber utama energi yang murah.
b) Memberikan rangsangan mekanik.
c) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur
makanan serta memudahkan pembuangan tinja.
2) Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang
paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung
unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat
maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan.
Protein berfungsi:
a) Membangun sel-sel yang rusak.
b) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.
c) Membentuk zat energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan
sekitar 4,1 kalori.
3) Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari
unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan
gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid,
fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain :
a) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan
b) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi
kesehatan kulit dan rambut.
c) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam
lemak.
4) Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu ikatan organik amine dan merupakan zat vitamin
yang dibutuhkan untuk kehidupan, ternyata zat ini bukan merupakan
amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai
berikut:
a) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum,
dan reproduksi.
b) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport kalsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D
adalah susu.
c) Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacang-kacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah,
mengandung vitamin E yang baik.
d) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis
prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin
dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan
garam empedu dan lemak (Sediaoetama, 2010).
5) Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah
yang sedikit.Mineral mempunyai fungsi :
a) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan
enzim.
b) Sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme,
keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah dan
kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.
c. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang
1) Makanlah aneka ragam makanan
Makanan makanan yang beranek ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan zat gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantitasnya, meliputi sumber zat tenaga
(karbohidrat), zat pembangun (protein) dan pengatur
(sayur-sayuran, buah-buahan).
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama bagi manusia.
Bahan makanan pokok merupakan sumber utama karbohidrat,
karena selain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan
jumlah besar tanpa menimbulkan rasa nek dan mual. Sumber
kacang-kacang kering dan gula. Hasil olahannya antara lain : bihun,
mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya
(Almatsier, 2005).
b) Protein
Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi
2 yaitu protein hewani yang terdapat dalam bahan makanan
yang berasal dari binatang (seperti : daging, ikan, telur, susu
dan sebagainya) dan protein nabati yang terdapat pada bahan
makanan yang berasal dari tumbuhan (seperti dari jagung,
kedelai, kacang, olahannya dapat berupa : tempe, tahu, susu,
kedelai, oncom dan lain-lain).
Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat
menyebabkan kwashiorkor pada anak balita. Kekurangan
protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi
yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut marasmus.
Sindroma gabungan antara 2 jenis dinamakan Kurang Energi
Protein (KEP) atau Kurang Kalori Protein (KKP) (Almatsier,
2005).
c) Lemak
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energy
dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat
tertentu. Menurut sumbernya lemak dibedakan menjadi lemak
tumbuh-tumbuhan. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
: alpukat, kacang-kacangan, dan lain-lain. Lemak hewani
berasal dari binatang, yaitu : iklan, telur, daging, susu dan
lain-lain (Sediaoetama, 2010).
d) Vitamin
Vitamin merupakan salah satu zat gizi yang diperkukan
tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar tubuh
karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. Fungsi vitamin secara
umum sebagai zat pengatur, yaitu mengatur metabolisme dan
mengatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan air,
asam-basa dan mineral di dalam cairan tubuh. Vitamin dapat
diperoleh dari sayur, buah dan biji-bijian (Soediaoetama, 2005).
e) Mineral
Mineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalam
metabolisme atau sebagai bagian penting dalam struktur sel dan
jaringan. Adapula yang memegang fungsinya dalam cairan
tubuh, baik intraseluler maupun ekstrseluler. Mineral-mineral
ini bisa didapatkan dari air, susu, daging, telur, sayur dan
mineral sintesis (Almatsier, 2005).
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup
mengandung energi dengan mengkonsumsi makanan sumber
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan
energi
Karbohidrat merupakan zat yang paling cepat diubah
menjadi energi oleh tubuh. Misalnya dengan mengkonsumsi nasi,
roti atau mie. Akan tetapi konsumsi yang berlebihan dapat
membuat kita menjadi obesitas. Takarannya 3-5 piring nasi atau
300-500 gram beras, dalam 1 hari yang terbagi dalam 3 kali makan.
100 gr beras = 200 gr nasi (1 piring) selain berfungsi sebagai
energi, karbohidrat juga diuraikan oleh tubuh menjadi glukosa
yang dapat menjadi makanan otak.
4) Pilihlah kadar makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak
jenuh
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan
berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan
vitamin-vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya
hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak
terbagi 3 golongan meliputi: asam lemak tak jenuh ganda yang
paling mudah dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah
dicerna, dan asam lemak jenuh yang sulit dicerna.
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda
dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati,
kecuali minyak kelapa.makanan sumber asam lemak jenuh
sumber energi lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap
gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedang karbohidrat dan
protein hanya 4 kilokalori. Selain tinggi kalori, lemak juga relatif
lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan dengan protein
dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang
lebih lama (Almatsier, 2005).
5) Gunakan garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya
dengan KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kebutuhan
yodium dalam sehari sekitar1-2 u g per kg berat badan. Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi
yang sangat serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok
atau pembesaran kelenjar tiroid di leher dan kretinisme (cebol).
Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula
menurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Almatsier, 2005).
6) Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi merupakan salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Sel darah merah berfungsi sebagai
alat angkut oksigendari paru-paru ke jaringan tubuh.
Sumber zat besi alami dapat diperoleh dari makanan
hewani seperti daging, ayam, ikan, dan telur, serta dari sumber lain
seperti serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis
berkelanjutan dapat menimbulkan anemia gizi atau yang dikenal
masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Kelompok yang rawan
Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anak balita, anak usia sekolah, dan
buruh serta tenaga kerja yang berpenghasilan rendah (Almatsier,
2005).
7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan
makanan pengganti sesudahnya
a) Air Susu Ibu
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan
suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan
garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada
manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami
berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir
hingga berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2010).
(Roesli, 2010) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI yaitu faktor kejiwaan ibu, faktor
dari bayi sendiri, faktor lingkungan dan faktor kelainan
payudara.
Prasetyo (2009) menyatakan bahwa zat-zat yang
terkandung dalam ASI adalah :
(1) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula
dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio
jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga
ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini
menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian,
pemberian ASI semakin berhasil.
(2) Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan
dengan PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI
hampir seluruhnya terserap oleh sostem pencernaan bayi.
Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah
dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi
dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan
yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang
menyebabkan bayi yang diberi PASI susah buang air besar
(sembelit), bahkan diare dan bahkan defekasi dengan fases
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan
yang sukar diserap oleh bayi yang diber PASI.
(3) Lemak
Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega
3, omega 6 dan DHA yang dibutuhkan dalam
pembentukkan sel-sel jaringan otak. Meskpun prosduk
tetap tidak mengandung enzim mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit
menyerap lemak PASI, sehingga bayi mudah terkena diare.
Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan
perbandingan dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat inilah
yang berfungsi memacu perkembangan sel syaraf.
(4) Mineral
ASI mengandung mineral yang relatif lengkap.
Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi
kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zt besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil,
mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar
75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap
oleh usus. Lain halnya zat besi yang terserap dalam PASI,
yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.
Vitmamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai,
berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan
pertama kehidupannya dapat diperoleh dalam ASI.
Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu.
Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio
(rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila
b) MP ASI (Makanan Pengganti ASI)
MP asi adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi dan harus diberikan kepada bayi/anak untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Pengenalan dan pemberian MP
ASI harus diberikan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya harus sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak. Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan
kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak (Depkes, 2000).
Tahapan pemberian makanan bayi, sebagai berikut :
(1) Umur 0-6 bulan : bayi hanya diberi ASI
(2) Umur 6-9 bulan : bayi diberi ASI, buah-buahan masak
tertentu, tepung-tepungan yang dibuat bubur, sayuran,
daging, telur dan kacang-kacangan (Depkes RI, 2000).
(3) Umur 9-12 bulan : anak masih diberi ASI jika masih
mencukupi ditambah buah yang masak, penyajian olahan
tepung-tepungan sudah makin beragam, sayuran, daging,
telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI, 2000).
(4) Umur 12-24 bulan : anak masih diberi ASI jika masih
mencukupi ditambah buah yang masak, beras, sayuran,
daging, telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI,
8) Biasakan makan pagi
Makan pagi atau sarapan pagi bagi anak sekolah dapat
meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap
pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.
9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas
kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan
terlebih dahulu. Fungsi air dalam tubuh diantaranya
a) Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh
b) Mengtur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh
c) Mengatur suhu tubuh
d) Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.
Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang
dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya
dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari.
10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Aktifitas fisik bermanfaat bagi kesehatan. Karena dapat
meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan,
meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat
proses penuaan.
11) Hindari minum minuman beralkohol
Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus
layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang
aman bagi kesehatan adalah makanan yang bebas dari kuman dan
bahan kimia berbahaya. Tanda-tanda umum bagi makanan yang
tidak aman bagi kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma
dan rasa atau warna makanan berubah.
Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati
tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kembung/kerusakan pada
kemasan. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat
aman adalah bila dalam pengolahannya ditambahkan bahan
makanan yang berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat
pewarna rhodamin B dan methanol yellow, seperti banyak yang dijumpai pada makanan jajanan pasar.
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan
tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan
zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain.
4. Status Gizi a. Pengertian
Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari
tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih
(Almatsier, 2005).
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara
makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia (Soekirman,
2006). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2006).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2007). Status gizi adalah keadaan
tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi
yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010).
b. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
1) Antropometri
Pengukuran antropometri adalah jenis pengukuran yang paling
sederhana dan praktis, karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan
dalam jumlah sampel yang besar. Pengukuran antropometri adalah
pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan (BB), tinggi badan
(TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak bawah
kulit (Supariasa, dkk, 2007).
Di masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan adalah antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizinya (Supariasa, dkk, 2007).
No Indeks Nilai Z-score Status
1. BB/U >+2 SD Gizi lebih -2 SD s/d +2 SD Gizi baik -3 SD s/d <-2 SD Gizi kurang
<-3 SD Gizi buruk
2. TB/U ≥-2 SD Normal
<-2 SD Pendek (Stunting)
3. BB/TB >+2 SD Gemuk
-2 SD s/d +2 SD Normal -3 SD s/d <-2 SD Kurua (Wasting)
<-3 SD Sangat kurus Sumber : WHO dalam Kepmenkes RI (2011)
2) Klinis dan Biokimia
Pemeriksaan klinis didasarkan pada perubahan-perubahan
yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratories dilakukan pada jaringan tubuh (Supariasa, dkk,
2007).
3) Biofisik
Penilaian status gizi dengan cara biofisik dilakukan dengan
melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur
dari jaringan tersebut (Supariasa, dkk,2007).
c. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita
1) Pendapatan Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya
dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang
setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.
Ada beberapa definisi pengertian pendapatan, menurut Badan Pusat
Statistik sesuai dengan konsep dan definisi. Pengertian pendapatan
keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima
oleh seluruh anggota RumahTangga Ekonomi (ARTE), pendapatan
adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga
yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun
perseorangan dalam rumah tangga (Suhardjo, 2006)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari
seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Menyebutkan pendapatan rumah tangga merupakan jumlah
keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan
pendapatan sub sistem. Pendapatan formal, informal, dan
pendapatan sub sistem yang dimaksud dalam konsep di atas
dijelaskan sebagai berikut :
a) Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil
pekerjaan pokok.
b) Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh dari
c) Pendapatan sub sistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari
sektor produksi yang di nilai dengan uang. Jadi yang dimaksud
dengan pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang
diperoleh dari semua anggota keluargayang bekerja.
2) Pengetahuan ibu
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan
telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt
behavior) (Notoatmodjo, 2010).
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan
gizi didasarkan pada kenyataan yaitu bahwa status gizi cukup
adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. Setiap orang
hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu
sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik
bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2006).
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang
mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin
banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin
untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2010) sedangkan kurangnya
pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan
dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor
penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang dan
mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2006).
3) Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan
dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan
berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti
pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan
tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi
yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk
membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi
keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil
4) Pekerjaan Ibu
Wanita sebagai pekerja mempunyai potensi dan hal ini sudah
dibuktikan dalam dunia kerja yang tidak kalah dengan pria. Sebagai
pekerja, masalah yang dihadapi wanita lebih berat dibandingkan
pria, karena dalam diri wanita lebih dahulu harus mengatasi urusan
keluarga, suami, anak dan hal-hal lain yang menyangkut tetek
bengek rumah tangganya. Pada kenyataannya cukup banyak wanita
yang tidak cukup mengatasi masalah itu, sekalipun mempunyai
kemampuan teknis cukup tinggi. Kalau wanita tidak pandai
menyeimbangkan peran ganda tersebut akhirnya balita akan
terlantar (Anoraga, 2005).
Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat
memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk
mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus
anaknya, akan tetapi kesibukan dan beban kerja yang
ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya perhatian ibu dalam
menyiapkan hidangan yang sesuai untuk balitanya. Karena itu
didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa seringkali terjadi
ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama Energi dan
Protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia
diatas 1 tahun (Moehji, 2005).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KEP
meninggalkan balitanya dari pagi sampai sore, anak-anak terpaksa
ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan tidak mendapatkan
perhatian, dan pemberian makanan tidak dilakukan dengan
semestinya. Alangkah baiknya bila badan yang bergerak dibidang
sosial menampung bayi dan anak-anak kecil yang ditinggal bekerja
seharian penuh di balai desa, masjid, gereja, atau tempat lain untuk
dirawat dan diberi makanan yang cukup baik (Pudjiadi, 2007).
5) Konsumsi Makanan
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat
gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam suatu susunan
hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan
mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut
konsumsi adekuat. Kalau konsumsi baik dari kuantitas dan
kualitasnya melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi
berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih.
Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitas dan
kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau
tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum.
Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh zat gizi tersebut. Tubuh
terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang
sebaik-baiknya, serta mempunyai daya tahan setinggi-tingginya
(Sediaoetama, 2006).
Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian
terpenting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi
yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan
juga mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2006)
6) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai
menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga
berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak
infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat
gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan
cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Kadang-kadang orang
tua juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita
dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila
berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2005).
Penyakit infeksi dapat menyebabkan keadaan gizi kurang baik,
karena taraf gizi yang buruk tersebut anak akan semakin lemah
yang menurun. Sebaliknya jika keadaan gizi anak baik, tubuh akan
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit
infeksi (Moehji, 2005).
7) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Angka kejadian BBLR di Indonesia sekitar 12%-22%. BBLR
merupakan berat badan lahir rendah yakni berat badan bayi yang
dilahirkan kurang dari 2,5 kilogram. Bayi dengan berat badan lahir
rendah mempunyai daya tahan tubuh yang rendah karena semasa
dalam kandungan immunologinya belum sempurna. Bayi BBLR
mempunyai kecenderungan rawan gizi karena melihat kemampuan
yang dimiliki dan kebutuhan akan zat-zat gizi bayi BBLR relatif
lebih tinggi dibandingkan bayi normal (Tara, 2004).
8) Pemberian Makanan Terlalu Dini
Dilihat dari sudut pandang kematangan fisiologis dan
kebutuhan gizi, pemberian makanan selain ASI kepada bayi
sebelum usia 4 bulan biasanya sering dilakukan sehingga
mengandung resiko seperti bayi akan mudah terkena diare atau
penyakit lain.
Sebelum bayi berusia 4 bulan, bayi belum siap untuk
menerima makanan semi padat juga makanan yang belum dirasa
perlu, sepanjang bayi tersebut masih tetap memperoleh ASI, kecuali
pada keadaan tertentu. Di usia ini produksi dari enzim-enzim
diberikan di usia tersebut mempunyai nilai gizi yang lebih rendah
dari ASI sehingga dapat merugikan bayi (Moehji, 2005).
9) Besar Keluarga
Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan
erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi
anggota keluarga (Soehardjo, 2006).
Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga
akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan tersebut adalah besarnya keluarga
akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk
tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga
maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang
didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah
penyediaan makanan yang sama.
10) Pola Asuh Anak
Pola asuh dapat berupa sikap dan