• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MPASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun sri wahyuningsih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MPASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun sri wahyuningsih"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Gizi

Minat Utama Human Nutrition

Oleh Sri Wahyuningsih

S531108011

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN

TESIS

Oleh Sri Wahyuningsih

S531108011

Komisi Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr., Sp.PK(K)

NIP. 194303221976091001 ………….. …. Agustus 2014

Pembimbing II Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D.Sp.ParK

NIP. 195111201986011001 ……… .… Agustus 2014

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal …. Agustus 2014

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pascasarjana UNS

(3)

PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN

TESIS

Oleh Sri Wahyuningsih

S531108011

Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal …. Agustus 2014

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul “PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN” ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelas magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.

Surakarta, ………. 2014

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Perjuangan yang berat dan melelahkan akan berakhir dengan kebahagiaan (Penulis)

 Cinta adalah kehidupan, dengan cinta kita bisa membuat orang senang dan dengan cinta kita bisa membuat orang lain bahagia dan tentu saja dengan cinta hidup kita akan lebih bermakna

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada :

1. Suamiku tercinta

2. Anak-anakku

3. Saudara-saudaraku

4. Teman-teman kuliah

5. Almamater

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan

judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan Mp-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu

dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat menyelesaikan strata dua (S2) Magister Ilmu Gizi pada program studi

gizi Universitas Sebelsa Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan

baik selama proses pendidikan maupun dalam menyelesaikan usulan penelitian tesis

ini.

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

program Magister Kesehatan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian ini.

3. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. SpPK(K), selaku Pembimbing Utama yang telah

(7)

5. Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK, selaku Dosen Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan petunjuk, perhatian, bimbingan, dorongan

serta saran-saran yang sangat berguna selama penyusunan tesis ini.

6. Rekan-rekan yang telah berkenan membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tesis

ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teori ... 6

(9)

C. Kerangka Berpikir ... 52

D. Kerangka Konsep ... 53

E. Hipotesis ... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Tempat dan Waktu ... 54

B. Jenis Penelitian ... 54

C. Populasi dan Sampel ... 56

D. Variabel Penelitian dan Definisi Oeprasional ... 58

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 60

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61

G. Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 73

C. Keterbatasan Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur ... 64

Tabel 4.2. Karakteritik responden berdasarkan pendidikan ... 64

Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ... 65

Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak ... 65

Tabel 4.5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah keluarga ... 66

Tabel 4.6. Karakteristik responden berdasarkan status ekonomi ... 67

Tabel 4.7. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 67

Tabel 4.8. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (pretest) ... 68

Tabel 4.9. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (postest) ... 68

Tabel 4.10. Status gizi balita pertemuan ke V... 69

Tabel 4.11. Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah pendidikan gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ... 70

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori ... 52

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Uji Realibilitas dan Validitas

Lampiran 3. Informed Concent Lampiran 4. Hasil Penelitian

Lampiran 5. Ethical Clearance

Lampiran 6. Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis

Lampiran 7. Hasil Analisis Data

(13)

ABSTRAK

Sri Wahyuningsih. S531108011. 2014. Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK.(K) II : Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK. Program Studi Ilmu Gizi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang : Anak balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi., yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi. Secara Nasional prevalensi anak balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan anak balita dengan status gizi kurang sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4%. Kurang gizi pada anak balita mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan dan hambatan mental serta meningkatkan anemia dan kematian anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun.

Metode : Desain penelitian ini quasi eksperimental dengan rancangan pretest and posttest with control design. Populasi penelitian ibu yang mempunyai balita status gizi kurang sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan random

sampling yang memenuhi kriteria inklusi dengan sampel 15 orang kelompok

perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, antropometri, demonstrasi dan wawancara. Analisis data menggunakan

paired sample t-test dan independent sample t-test.

Hasil : Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum perlakuan dengan model pendidikan pembuatan MP-ASI terbukti dari kelompok perlakuan terdapat rata-rata pretest

13,00 dan setelah pendidikan meningkat menjadi 21,27. Secara statistik peningkatan ini bermakna (p = 0,000). Status gizi anak balita sebelum pendidikan semua status gizi kurang dan setelah pendidikan pada kelompok perlakuan 12 anak menjadi status gizi baik. Penurunan kasus anak balita gizi kurang sebesar 80,00%. Hasil analisis ada pengaruh pendidikan gizi terhadap status gizi anak balita ( p = 0,030).

Kesimpulan : Ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak bawah lima tahun dengan status gizi kurang

(14)

ABSTRACT

Sri Wahyuningsih. S531108011. The Effect of Education Model of Breast Milk Complementary Feeding Manufacture on the Nutrition Knowledge of Mothers and the Nutrition Status of Toddlers. Thesis: Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK (K), co-advisor: Ir. Ruben Dharmawan dr. Ph.D. Sp.Park. The Graduate Programin Nutrition Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2014.

Background: Toddlers are nutrition-vulnerable community group, namely: a community group which most easily suffer from nutrition disorder. Nationally, the prevalence of toddlers with less good nutrition is still high. The data released by Riskesdas in 2007 show that the toddlers with less good nutrition status and poor nutrition status were 13.0% and 5.4% respectively. The lack of nutrition experienced by the toddlers will inhibit the growth in their body length and mental development and increase anemia and child mortality.

Objective: The objective of this research is to investigate the effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers.

Method: This research used the quasi experimental method with the pretest and posttest with control design. Its population was mothers as many as 30 persons with toddlers with less good nutrition status. The samples of research were taken by using the random sampling technique and consisted of 30. They were divided into two groups, namely: 15 persons in control group and 15 persons in experimental group. The data of research were gathered through questionnaire, anthropometry, and in-depth interview. They were analyzed by using the paired sample t-test.

Result: The results of research show that prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture, the mothers’ average score on nutrition knowledge is 13.00, and following the treatment it becomes 21.27. Statistically this increase is significant as indicated by the value of p = 0.000. In addition, prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture the nutrition status of all the toddlers is in the poor category, and following the treatment, the nutrition status of 12 toddlers is in good category. The number of toddlers with poor nutrition status decreases up to 80%. Thus, there is an effect of nutrition education on the nutrition status of toddlers as signified by the value of p = 0.030.

Conclusion: Based on the results of the research, a conclusion is drawn that there is an effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers with poor nutrition.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

tahun 2010 – 2014, upaya pembinaan gizi masyarakat merupakan salah satu

prioritas pembangunan nasional. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan

keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang

optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi

pembinaan gizi masyarakat 2010 – 2014 adalah mengurangi gizi kurang pada

balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat.

Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia

di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah

menurunnya tingkat kecerdasan IQ (Kemenkes RI, 2011).

Di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama yang harus

diselesaikan dengan program perbaikan gizi, yaitu: 1) masalah kurang energi

protein (KEP), 2) masalah kurang vitamin A, 3) masalah anemia zat gizi, dan

4) masalah gangguan akibat kekurangan yodium. Dilihat dari etiologinya,

status gizi penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, seperti:

sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan alam, maupun penduduk yang

saling berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya krisis ekonomi telah

menyebabkan terjadinya peningkatan kasus gizi kurang, dan bahkan kasus gizi

1

(16)

buruk di Indonesia yang sebenarnya dapat ditanggulangi sejak dini dengan

pemantauan secara rutin setiap bulannya (Istiono, et al, 2009).

Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk

dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat

yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka

sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat. Akibat dari kurang

gizi ini kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat menyebabkan

meningkatnya angka kematian balita (Ihsan, et al, 2013).

Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap

orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita

didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat

irreversible (tidak dapat pulih) (Irianto, 2009).

Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor

langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung berupa asupan makanan

itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor

tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga,

pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Makanan dan minuman dapat

memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dapat menjadi

penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status gizi bahkan

mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang

terhadap makanan tersebut (Notoadmojo, 2007). Ibu merupakan orang yang

paling dekat dengan anak memegang peranan penting dalam menciptakan

(17)

Perilaku ibu dalam hal gizi menentukan status gizi anaknya tersebut apakah

baik atau jelek. Perilaku ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan yang dimiliki ibu terhadap gizi (Fisher, et al, 2012).

Pendidikan gizi merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan perilaku

yang baik. Melalui pendidikan gizi diharapkan ibu yang mempunyai balita

mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang

dinasehatkan sehingga dapat mengasuh dan merawat gizi kurang menjadi gizi

yang lebih baik (Salimar, 2009).

Secara nasional prevalensi balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi.

Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang

sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4% (Salimar, 2009). Oleh karena itu kurang

gizi termasuk salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kurang gizi pada

balita akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan sekitar 10

cm, berat badan 2 kg pada usia sekolah dan hambatan mental berpotensi turun

sampai 10 poin serta meningkatkan anemia dan kematian anak (Muljati, et al,

2006).

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2011,

dari 373.120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50,861 (13,63%) (Din Kes

Prop. Jateng tahun 2011). Berdasarkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun

2011 Kabupaten Karanganyar dari 3.630 balita yang diukur terdapat balita

KEP 605 (16,67%), hasil PSG tahun 2011 Kecamatan Karangpandan dari 150

(18)

Bangsri dari 30 balita yang diukur terdapat 8 KEP (26,67%) (Laporan Hasil

PSG Puskesmas Karangpandan tahun 2012).

Kasus KEP yang terjadi di Kecamatan Karangpandan berada jauh di

atas target yang diharapkan karena target total KEP Nasional tahun 2009

adalah 9,44%. Berdasarkan hasil tersebut target KEP Propinsi Jawa Tengah

belum terealisasi, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua

yang bekerja (74,5%) dan berdasarkan hasil observasi pendahuluan kepada 5

ibu dengan memberikan kuesioner sebanyak 5 item soal diketahui bahwa

keseluruhan ibu (100,0%) memiliki pengetahuan gizi yang kurang, dan dari

dari hasil wawancara diketahui bahwa ibu belum pernah memperoleh

pendidikan kesehatan tentang gizi (hasil wawancara pendahuluan, 2014).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan

MP-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima

Tahun”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu

(19)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI

terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteritik keluarga balita gizi kurang

b. Menganalisis pengetahuan gizi ibu sebelum dan sesudah pendidikan

pembuatan MP-ASI.

c. Menganalisis berat badan dan status gizi anak balita sebelum dan

sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI.

d. Menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI dengan

pengetahuan gizi ibu dan status gizi pada balita dengan gizi kurang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bukti empirik bahwa pemberian

pendidikan gizi kepada ibu dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu dan

status gizi anak balita yang menderita kurang gizi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi model intervensi

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi

perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri

individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin,

2009).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah,

dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar.

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan

Chayatin, 2009).

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan

(21)

masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua

program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi,

lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program

kesehatan lainnya.

c. Misi Pendidikan Kesehatan

Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi:

1) Advokat (Advocate)

Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa

program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui

kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

2) Menjembatani (Mediate)

Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang

terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.

3) Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat

agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2007).

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan antara lain:

1) Dimensi Sasaran

(22)

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

luas.

2) Dimensi Tempat Pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.

b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan

kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh

atau karyawan.

3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat

pencegahan (five levels of prevention) yaitu sebagai berikut : a) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan

melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health

education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit,

konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian

lingkungan dan lain-lain.

b) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan

untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum

(23)

tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja,

pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

c) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early

diagnosis and Prompt Treatment)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah

terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami

kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk

memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.

d) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya

dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. e) Rahabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi diperlukan untuk pemulihan seseorang yang

telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

rehabilitasi akan mempengaruhi tingkat perkembangan

kesehatan seseorang (Mubarak dan Chayatin, 2009).

e. Metode Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa m etode pendidikan

kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

(24)

individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik. Beberapa metode dalam pendidikan

kesehatan antara lain :

1) Metode pendidikan individual, digunakan untuk membina perilaku

baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan antara lain :

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat dibhas, dan dibantu

penyelesaiannya.

b) Interview (wawancara), Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau

belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku

yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat.

2) Metode pendidikan kelompok

a) Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan

metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar :

metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas.

b) Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15

(25)

curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)

3) Metode pendidikan massa (public)

Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan

yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public,

antara lain : ceramah umum, pidato-pidato diskusi tentang

kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi,

tulisan di majalah atau koran dan billboard yang dipasang di pinggir

jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007)

2. Konsep Perilaku

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psycomotor). Dalam perkembangan teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan.

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

(26)

Beberapa tingkatan dalam pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010) antara lain :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,

(27)

hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (analysys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk

mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesa (syntesis)

Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya

dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

(28)

Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak

dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

3) Umur

Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan

fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu

perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan

(29)

4) Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan

berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

(30)

b. Sikap (attitude) 1) Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dan

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, yang sifatnya positif

atau negatif terhadap suatu obyek atau situasi secara konsisten,

untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin

terjadi (Notomatmodjo, 2007; Azwar, 2010).

2) Komponen sikap

Menurut Azwar (2010) struktur sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang :

a) Komponen kognitif

Kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi obyek sikap.

b) Komponen afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap

suatu obyek sikap.

c) Komponen konatif

Kecenderungan berperilaku pada yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

3) Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

(31)

tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui

kuesioenr (Notoatmodjo, 2007).

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain :

pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media massa.

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek,

individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan

pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut

terhadap objek yang bersangkutan.

b) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.

c) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

(32)

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

d) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh

terhadap sikap seseorang terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya.

e) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar, televisi, radio maupun internet

atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual

disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, sehingga akan berakibat terhadap sikap

kemanusiaan. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

f) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga agam sangat

menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut

(33)

g) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap

demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera

berlaku begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama

(Azwar, 2010).

5) Ciri-ciri sikap menurut Azwar (2010)

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan hidup

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu dapat dipelajari sepanjang

perkembangan hidup.

c) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek.

d) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan suatu hal.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

c. Psikomotor (tindakan)

Tindakan adalah proses melaksanakan atau mempraktekkan apa

yang diketahui atau disikapinya. Tindakan atau praktek memiliki

(34)

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat

pertama.

2) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3. Gizi

a. Pengertian Gizi

Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya (Almatsier, 2005). Balita memiliki kebutuhan gizi yang

berbeda dari orang dewasa, kurang gizi pada balita akan berpengaruh

pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati dan Siti, 2009).

Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan

dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan

(35)

pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang

bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari

bahan-bahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu

menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, 2012). Pengetahuan

ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting, mengingat peran ibu

dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak tahu gizi

makanan, akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya.

b. Macam-macam Gizi Bagi Balita

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik

apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan

fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan

tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Widodo, 2009).

Menurut Widodo (2009), zat gizi terdiri atas:

1) Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat

organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda,

meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat

yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis

yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida. Karbohidrat

terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani. Fungsi

(36)

a) Sumber utama energi yang murah.

b) Memberikan rangsangan mekanik.

c) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur

makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

2) Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang

paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung

unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat

maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan.

Protein berfungsi:

a) Membangun sel-sel yang rusak.

b) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

c) Membentuk zat energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan

sekitar 4,1 kalori.

3) Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari

unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan

gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid,

fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain :

a) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan

(37)

b) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi

kesehatan kulit dan rambut.

c) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam

lemak.

4) Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu ikatan organik amine dan merupakan zat vitamin

yang dibutuhkan untuk kehidupan, ternyata zat ini bukan merupakan

amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai

berikut:

a) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum,

dan reproduksi.

b) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport kalsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D

adalah susu.

c) Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacang-kacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah,

mengandung vitamin E yang baik.

d) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis

prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin

(38)

dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan

garam empedu dan lemak (Sediaoetama, 2010).

5) Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah

yang sedikit.Mineral mempunyai fungsi :

a) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan

enzim.

b) Sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme,

keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah dan

kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.

c. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang

1) Makanlah aneka ragam makanan

Makanan makanan yang beranek ragam akan menjamin

terpenuhinya kecukupan zat gizi yang diperlukan tubuh baik

kualitas maupun kuantitasnya, meliputi sumber zat tenaga

(karbohidrat), zat pembangun (protein) dan pengatur

(sayur-sayuran, buah-buahan).

a) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energy utama bagi manusia.

Bahan makanan pokok merupakan sumber utama karbohidrat,

karena selain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan

jumlah besar tanpa menimbulkan rasa nek dan mual. Sumber

(39)

kacang-kacang kering dan gula. Hasil olahannya antara lain : bihun,

mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya

(Almatsier, 2005).

b) Protein

Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi

2 yaitu protein hewani yang terdapat dalam bahan makanan

yang berasal dari binatang (seperti : daging, ikan, telur, susu

dan sebagainya) dan protein nabati yang terdapat pada bahan

makanan yang berasal dari tumbuhan (seperti dari jagung,

kedelai, kacang, olahannya dapat berupa : tempe, tahu, susu,

kedelai, oncom dan lain-lain).

Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat

menyebabkan kwashiorkor pada anak balita. Kekurangan

protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi

yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut marasmus.

Sindroma gabungan antara 2 jenis dinamakan Kurang Energi

Protein (KEP) atau Kurang Kalori Protein (KKP) (Almatsier,

2005).

c) Lemak

Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energy

dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat

tertentu. Menurut sumbernya lemak dibedakan menjadi lemak

(40)

tumbuh-tumbuhan. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti

: alpukat, kacang-kacangan, dan lain-lain. Lemak hewani

berasal dari binatang, yaitu : iklan, telur, daging, susu dan

lain-lain (Sediaoetama, 2010).

d) Vitamin

Vitamin merupakan salah satu zat gizi yang diperkukan

tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar tubuh

karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. Fungsi vitamin secara

umum sebagai zat pengatur, yaitu mengatur metabolisme dan

mengatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan air,

asam-basa dan mineral di dalam cairan tubuh. Vitamin dapat

diperoleh dari sayur, buah dan biji-bijian (Soediaoetama, 2005).

e) Mineral

Mineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalam

metabolisme atau sebagai bagian penting dalam struktur sel dan

jaringan. Adapula yang memegang fungsinya dalam cairan

tubuh, baik intraseluler maupun ekstrseluler. Mineral-mineral

ini bisa didapatkan dari air, susu, daging, telur, sayur dan

mineral sintesis (Almatsier, 2005).

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup

mengandung energi dengan mengkonsumsi makanan sumber

(41)

3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

Karbohidrat merupakan zat yang paling cepat diubah

menjadi energi oleh tubuh. Misalnya dengan mengkonsumsi nasi,

roti atau mie. Akan tetapi konsumsi yang berlebihan dapat

membuat kita menjadi obesitas. Takarannya 3-5 piring nasi atau

300-500 gram beras, dalam 1 hari yang terbagi dalam 3 kali makan.

100 gr beras = 200 gr nasi (1 piring) selain berfungsi sebagai

energi, karbohidrat juga diuraikan oleh tubuh menjadi glukosa

yang dapat menjadi makanan otak.

4) Pilihlah kadar makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak

jenuh

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan

berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan

vitamin-vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya

hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak

terbagi 3 golongan meliputi: asam lemak tak jenuh ganda yang

paling mudah dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah

dicerna, dan asam lemak jenuh yang sulit dicerna.

Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda

dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati,

kecuali minyak kelapa.makanan sumber asam lemak jenuh

(42)

sumber energi lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap

gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedang karbohidrat dan

protein hanya 4 kilokalori. Selain tinggi kalori, lemak juga relatif

lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan dengan protein

dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang

lebih lama (Almatsier, 2005).

5) Gunakan garam beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya

dengan KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kebutuhan

yodium dalam sehari sekitar1-2 u g per kg berat badan. Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi

yang sangat serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok

atau pembesaran kelenjar tiroid di leher dan kretinisme (cebol).

Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula

menurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Almatsier, 2005).

6) Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi merupakan salah satu unsur penting dalam proses

pembentukan sel darah merah. Sel darah merah berfungsi sebagai

alat angkut oksigendari paru-paru ke jaringan tubuh.

Sumber zat besi alami dapat diperoleh dari makanan

hewani seperti daging, ayam, ikan, dan telur, serta dari sumber lain

seperti serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis

(43)

berkelanjutan dapat menimbulkan anemia gizi atau yang dikenal

masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Kelompok yang rawan

Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anak balita, anak usia sekolah, dan

buruh serta tenaga kerja yang berpenghasilan rendah (Almatsier,

2005).

7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan

makanan pengganti sesudahnya

a) Air Susu Ibu

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan

suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan

garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada

manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami

berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir

hingga berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2010).

(Roesli, 2010) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI yaitu faktor kejiwaan ibu, faktor

dari bayi sendiri, faktor lingkungan dan faktor kelainan

payudara.

Prasetyo (2009) menyatakan bahwa zat-zat yang

terkandung dalam ASI adalah :

(1) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula

(44)

dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio

jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga

ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini

menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik

cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian,

pemberian ASI semakin berhasil.

(2) Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan

dengan PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI

hampir seluruhnya terserap oleh sostem pencernaan bayi.

Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah

dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi

dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan

yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang

menyebabkan bayi yang diberi PASI susah buang air besar

(sembelit), bahkan diare dan bahkan defekasi dengan fases

berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan

yang sukar diserap oleh bayi yang diber PASI.

(3) Lemak

Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega

3, omega 6 dan DHA yang dibutuhkan dalam

pembentukkan sel-sel jaringan otak. Meskpun prosduk

(45)

tetap tidak mengandung enzim mudah rusak bila

dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit

menyerap lemak PASI, sehingga bayi mudah terkena diare.

Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan

perbandingan dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat inilah

yang berfungsi memacu perkembangan sel syaraf.

(4) Mineral

ASI mengandung mineral yang relatif lengkap.

Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi

kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zt besi dan

kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil,

mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar

75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap

oleh usus. Lain halnya zat besi yang terserap dalam PASI,

yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.

Vitmamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai,

berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan

pertama kehidupannya dapat diperoleh dalam ASI.

Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu.

Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio

(rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila

(46)

b) MP ASI (Makanan Pengganti ASI)

MP asi adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi dan harus diberikan kepada bayi/anak untuk

memenuhi kebutuhan gizinya. Pengenalan dan pemberian MP

ASI harus diberikan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya harus sesuai dengan kemampuan pencernaan

bayi/anak. Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan

kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak (Depkes, 2000).

Tahapan pemberian makanan bayi, sebagai berikut :

(1) Umur 0-6 bulan : bayi hanya diberi ASI

(2) Umur 6-9 bulan : bayi diberi ASI, buah-buahan masak

tertentu, tepung-tepungan yang dibuat bubur, sayuran,

daging, telur dan kacang-kacangan (Depkes RI, 2000).

(3) Umur 9-12 bulan : anak masih diberi ASI jika masih

mencukupi ditambah buah yang masak, penyajian olahan

tepung-tepungan sudah makin beragam, sayuran, daging,

telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI, 2000).

(4) Umur 12-24 bulan : anak masih diberi ASI jika masih

mencukupi ditambah buah yang masak, beras, sayuran,

daging, telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI,

(47)

8) Biasakan makan pagi

Makan pagi atau sarapan pagi bagi anak sekolah dapat

meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap

pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas

kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan

terlebih dahulu. Fungsi air dalam tubuh diantaranya

a) Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh

b) Mengtur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh

c) Mengatur suhu tubuh

d) Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.

Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang

dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya

dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari.

10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur

Aktifitas fisik bermanfaat bagi kesehatan. Karena dapat

meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan,

meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat

proses penuaan.

11) Hindari minum minuman beralkohol

Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak

(48)

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus

layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang

aman bagi kesehatan adalah makanan yang bebas dari kuman dan

bahan kimia berbahaya. Tanda-tanda umum bagi makanan yang

tidak aman bagi kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma

dan rasa atau warna makanan berubah.

Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati

tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kembung/kerusakan pada

kemasan. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat

aman adalah bila dalam pengolahannya ditambahkan bahan

makanan yang berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat

pewarna rhodamin B dan methanol yellow, seperti banyak yang dijumpai pada makanan jajanan pasar.

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas

Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan

tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan

zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain.

4. Status Gizi a. Pengertian

Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari

(49)

tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih

(Almatsier, 2005).

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara

makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia (Soekirman,

2006). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2006).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2007). Status gizi adalah keadaan

tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010).

b. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :

1) Antropometri

Pengukuran antropometri adalah jenis pengukuran yang paling

sederhana dan praktis, karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan

dalam jumlah sampel yang besar. Pengukuran antropometri adalah

pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan (BB), tinggi badan

(TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak bawah

kulit (Supariasa, dkk, 2007).

Di masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering

digunakan adalah antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran

(50)

dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun

status gizinya (Supariasa, dkk, 2007).

No Indeks Nilai Z-score Status

1. BB/U >+2 SD Gizi lebih -2 SD s/d +2 SD Gizi baik -3 SD s/d <-2 SD Gizi kurang

<-3 SD Gizi buruk

2. TB/U ≥-2 SD Normal

<-2 SD Pendek (Stunting)

3. BB/TB >+2 SD Gemuk

-2 SD s/d +2 SD Normal -3 SD s/d <-2 SD Kurua (Wasting)

<-3 SD Sangat kurus Sumber : WHO dalam Kepmenkes RI (2011)

2) Klinis dan Biokimia

Pemeriksaan klinis didasarkan pada perubahan-perubahan

yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang diuji

secara laboratories dilakukan pada jaringan tubuh (Supariasa, dkk,

2007).

3) Biofisik

Penilaian status gizi dengan cara biofisik dilakukan dengan

melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur

dari jaringan tersebut (Supariasa, dkk,2007).

c. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita

(51)

1) Pendapatan Keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya

dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang

setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.

Ada beberapa definisi pengertian pendapatan, menurut Badan Pusat

Statistik sesuai dengan konsep dan definisi. Pengertian pendapatan

keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima

oleh seluruh anggota RumahTangga Ekonomi (ARTE), pendapatan

adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga

yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun

perseorangan dalam rumah tangga (Suhardjo, 2006)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari

seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Menyebutkan pendapatan rumah tangga merupakan jumlah

keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan

pendapatan sub sistem. Pendapatan formal, informal, dan

pendapatan sub sistem yang dimaksud dalam konsep di atas

dijelaskan sebagai berikut :

a) Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan pokok.

b) Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh dari

(52)

c) Pendapatan sub sistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari

sektor produksi yang di nilai dengan uang. Jadi yang dimaksud

dengan pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang

diperoleh dari semua anggota keluargayang bekerja.

2) Pengetahuan ibu

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan

telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt

behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan

gizi didasarkan pada kenyataan yaitu bahwa status gizi cukup

adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. Setiap orang

hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh

yang optimal. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu

sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik

bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2006).

Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang

mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin

banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin

(53)

untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2010) sedangkan kurangnya

pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai

pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan

dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor

penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari

gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang dan

mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut

dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2006).

3) Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi

rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat

pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan

kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan

dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan

berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti

pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan

tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi

yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk

membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi

keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap

terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil

(54)

4) Pekerjaan Ibu

Wanita sebagai pekerja mempunyai potensi dan hal ini sudah

dibuktikan dalam dunia kerja yang tidak kalah dengan pria. Sebagai

pekerja, masalah yang dihadapi wanita lebih berat dibandingkan

pria, karena dalam diri wanita lebih dahulu harus mengatasi urusan

keluarga, suami, anak dan hal-hal lain yang menyangkut tetek

bengek rumah tangganya. Pada kenyataannya cukup banyak wanita

yang tidak cukup mengatasi masalah itu, sekalipun mempunyai

kemampuan teknis cukup tinggi. Kalau wanita tidak pandai

menyeimbangkan peran ganda tersebut akhirnya balita akan

terlantar (Anoraga, 2005).

Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat

memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk

mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus

anaknya, akan tetapi kesibukan dan beban kerja yang

ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya perhatian ibu dalam

menyiapkan hidangan yang sesuai untuk balitanya. Karena itu

didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa seringkali terjadi

ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama Energi dan

Protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia

diatas 1 tahun (Moehji, 2005).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KEP

(55)

meninggalkan balitanya dari pagi sampai sore, anak-anak terpaksa

ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan tidak mendapatkan

perhatian, dan pemberian makanan tidak dilakukan dengan

semestinya. Alangkah baiknya bila badan yang bergerak dibidang

sosial menampung bayi dan anak-anak kecil yang ditinggal bekerja

seharian penuh di balai desa, masjid, gereja, atau tempat lain untuk

dirawat dan diberi makanan yang cukup baik (Pudjiadi, 2007).

5) Konsumsi Makanan

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat

gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat konsumsi

ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan

adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam suatu susunan

hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas

menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan

tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik

dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan

mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut

konsumsi adekuat. Kalau konsumsi baik dari kuantitas dan

kualitasnya melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi

berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih.

Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitas dan

kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau

(56)

tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum.

Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh zat gizi tersebut. Tubuh

terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang

sebaik-baiknya, serta mempunyai daya tahan setinggi-tingginya

(Sediaoetama, 2006).

Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian

terpenting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi

yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan

juga mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2006)

6) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai

menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga

berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak

infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat

gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan

cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Kadang-kadang orang

tua juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita

dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila

berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2005).

Penyakit infeksi dapat menyebabkan keadaan gizi kurang baik,

karena taraf gizi yang buruk tersebut anak akan semakin lemah

(57)

yang menurun. Sebaliknya jika keadaan gizi anak baik, tubuh akan

mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit

infeksi (Moehji, 2005).

7) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Angka kejadian BBLR di Indonesia sekitar 12%-22%. BBLR

merupakan berat badan lahir rendah yakni berat badan bayi yang

dilahirkan kurang dari 2,5 kilogram. Bayi dengan berat badan lahir

rendah mempunyai daya tahan tubuh yang rendah karena semasa

dalam kandungan immunologinya belum sempurna. Bayi BBLR

mempunyai kecenderungan rawan gizi karena melihat kemampuan

yang dimiliki dan kebutuhan akan zat-zat gizi bayi BBLR relatif

lebih tinggi dibandingkan bayi normal (Tara, 2004).

8) Pemberian Makanan Terlalu Dini

Dilihat dari sudut pandang kematangan fisiologis dan

kebutuhan gizi, pemberian makanan selain ASI kepada bayi

sebelum usia 4 bulan biasanya sering dilakukan sehingga

mengandung resiko seperti bayi akan mudah terkena diare atau

penyakit lain.

Sebelum bayi berusia 4 bulan, bayi belum siap untuk

menerima makanan semi padat juga makanan yang belum dirasa

perlu, sepanjang bayi tersebut masih tetap memperoleh ASI, kecuali

pada keadaan tertentu. Di usia ini produksi dari enzim-enzim

(58)

diberikan di usia tersebut mempunyai nilai gizi yang lebih rendah

dari ASI sehingga dapat merugikan bayi (Moehji, 2005).

9) Besar Keluarga

Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan

erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi

anggota keluarga (Soehardjo, 2006).

Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga

akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Salah satu faktor

yang menentukan keberhasilan tersebut adalah besarnya keluarga

akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk

tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga

maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang

didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah

penyediaan makanan yang sama.

10) Pola Asuh Anak

Pola asuh dapat berupa sikap dan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori  .....................................................................
Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan
Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak yang mendapat perlakuan P2 dan P3 menujukkan gejala estrus dengan intensitas yang lebih tinggi yaitu skor 3 daripada

pembahasan dalam rumusan masalah ini diantaranya adalah : bagaimana tingkat kebutuhan pencatatan perkawinan dilihat dari : dhoruriyat, hajiyat, dan tahsiniyat dengan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya berupa pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk, sehingga skripsi yang

Tejo mengatakan “Saya bekerja mengelap mobil ini baru 3 tahun, pekerjaan ini saya lakukan tidak setiap hari karna ini hanya sebagai pekerja sampingan untuk saya. Karna

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata. Satu (S1)

Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan data sejarah dan bukti-bukti arkeologi, Tidore berkembang sebagai pusat kekuasaan dengan ciri sebagai kota kesultanan,

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengelola pajak bumi dan bangunan sebagai bahan pertimbangan maupun masukan dalam pembuatan

Ringkasnya binaan akhlak Islam yang hakiki seperti yang dikehendaki oleh Allah Maha Pencipta manusia, menepatm dengan hakikat kemanusiaannya dan hakikat kewujudan atau kehidupan-