• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari tahun 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari tahun 2011/2012."

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI

BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Yulius Dwi Siswanto

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 38 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 5,26%, sedang sebesar 39,47%, dan tinggi sebesar 55,26%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 50%, sedang sebesar 36,84%, dan tinggi sebesar 13,16%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,413 dan signifikan pada taraf 1%. (4) pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 38,44% terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012. Orang tua diharapkan menerapkan pola asuh demokratis agar siswa memiliki prestasi belajar yang baik.

(2)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF THE PATTERN OFDEMOCRATIC

PARENTING ON THE PRIMARY VI LEARNING ACHIEVEMENT AT SEKOLAH DASAR NEGERI BABARSARI SCHOOL YEAR 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto Sanata Dharma University

2012

This study aimed to: (1) Knowing how the pattern ofdemocraticparenting at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (2) Knowing how primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (3) knowing there any relation between the pattern of democratic parenting and primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (4) knowing the contribution the pattern ofdemocraticparenting on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012.

This type of research is a descriptive study of correlation level. Research subjects are primary IV at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, which amounted to 38 students. Data collection tools is questionnaires and the student value report. Data analysis techniques used serial correlation technique with 1% significance level.

(3)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR

NEGERI BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Yulius Dwi Siswanto

NIM: 081134031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR

NEGERI BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Yulius Dwi Siswanto

NIM: 081134031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengingatkan ku pada jalan yang benar, Ayahku Sebastianus Basyanto dan ibuku Anastasia Sukamtinah,

Kakakku Andreas Eka Fajar Darmawan,

Sahabat baikku Agustinus Dhimas Sugra Cahyono yang selalu membantuku dalam memperbaiki skripsi ku ini,

Zita Wigandari Bedewoda atas perhatiannya,

(8)

v

HALAMAN MOTTO

Kesempatan tidak hanya datang satu kali tapi akan datang berkali-kali, jadi jangan mudah putus asa jika mengalami kegagalan, harus tetap semangat dan buktikan

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI

BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Yulius Dwi Siswanto

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 38 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 5,26%, sedang sebesar 39,47%, dan tinggi sebesar 55,26%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 50%, sedang sebesar 36,84%, dan tinggi sebesar 13,16%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,413 dan signifikan pada taraf 1%. (4) pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 38,44% terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012. Orang tua diharapkan menerapkan pola asuh demokratis agar siswa memiliki prestasi belajar yang baik.

(12)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF THE PATTERN OFDEMOCRATIC

PARENTING ON THE PRIMARY VI LEARNING ACHIEVEMENT AT SEKOLAH DASAR NEGERI BABARSARI SCHOOL YEAR 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto Sanata Dharma University

2012

This study aimed to: (1) Knowing how the pattern ofdemocraticparenting at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (2) Knowing how primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (3) knowing there any relation between the pattern of democratic parenting and primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (4) knowing the contribution the pattern ofdemocraticparenting on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012.

This type of research is a descriptive study of correlation level. Research subjects are primary IV at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, which amounted to 38 students. Data collection tools is questionnaires and the student value report. Data analysis techniques used serial correlation technique with 1% significance level.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya, sehingga penulis skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012” ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan memebimbing penulis. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas selesainya penulisan skripsi ini, kepada :

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Gregorius Ari Nugrahanta S J.,S. S.,BST., M. A. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan ijin penelitian, dan telah member jalan, inspirasi, saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia memberikan bimbingan dan meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi penulis sampai selesai.

5. Drs. Y. B. Adimassana, M. A. selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji.

6. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 7. Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Babarsari Yogyakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba dan penelitian.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Pola Asuh Orang Tua ... 6

(16)

xiii

2. Macam Pola Asuh ... 7

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis ... 16

4. Indikator Pola Asuh Demokratis ... 17

B. Prestasi Belajar ... 21

1. Pengertian Prestasi ... 21

2. Pengertian Belajar... 21

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

C. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 34

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Variabel Penelitian ... 37

C. Devinisi Operasional Variabel ... 38

D. Tempat Penelitian... 39

E. Jadwal Penelitian ... 39

F. Subjek Penelitian ... 40

G. Alat Pengumpulan Data ... 40

1. Angket Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 40

2. Uji Coba Alat Ukur ... 50

3. Teknik Pengumpulan Data ... 55

4. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 61

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 65

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 71

4. Besar Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari... 82

(17)

xiv

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 83

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 86

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 89

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal penelitian ... 39

Tabel 3.2 Rincian Jumlah Subjek Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokrati ... 42

Tabel 3.4 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis... 47

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas ... 52

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Suatu Tes ... 52

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas ... 55

Tabel 3.8 Pengelompokan Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 56

Tabel 3.9 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 58

Tabel 4.1 Pengelompokan Skor Pola Asuh ... 61

Tabel 4.2 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 62

Tabel 4.3 Data Interval Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 4.5 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar siswa ... 73

Tabel 4.6 Subjek Tiap Kelompok ... 75

Tabel 4.7 Proporsi Individu dalam Setiap Kelompok ... 75

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dari Setiap Kelompok ... 76

Tabel 4.9 Besar Ordinat ... 76

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Pola Asuh Demokratis (uji coba) ... 104

Lampiran 2 Hasil Uji Coba Angket (skor 0 dan 1) ... 112

Lampiran 3 Validitas Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 117

Lampiran 4 Hasil Analisis Uji Validitas Angket Uji Coba Pola Asuh Orang Tua Demokkratis dengan Program SPSS ... 120

Lampiran 5 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Uji Coba Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 122

Lampiran 6 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis Setelah Uji Coba ... 124

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Setelah Uji Coba ... 126

Lampiran 8 Angket Kuisioner Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 128

Lampiran 9 Daftar Nilai Rapor Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 132

Lampiran 10 Hasil Angket Penelitian ... 134

Lampiran 11 Hasil Skor Penelitian ... 137

Lampiran 12 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Penelitian Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 141

Lampiran 13 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 143

Lampiran 14 Tabel Nilai-nilai r Product Moment dari Pearson ... 145

Lampiran 15 Tabel Ordinat Pada Kurva Normal ... 147

Lampiran 16 Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t ... 149

Lampiran 17 Surat Ijin Uji Coba ... 151

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian ... 152

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup, dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kegiatan belajar di rumah tidak lepas dari peran serta orang tua, hal ini dikarenakan anak usia SD masih membutuhkan bimbingan dari anggota keluarga, terlebih pada lima mata pelajaran inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewaeganegaraan (Pkn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan individu untuk tugas PPL, penulis menemukan beberapa anak SD yang masih mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti tersebut. Dan pola pengasuhan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peran setiap anggota keluarga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar anak khususnya pada lima mata pelajaran terebut.

(22)

menjadi oaring baik dan berahasil dikemudian hari. Pola asuh yang tepat, akan menjadikan seorang anak menjadi baik secara rohani maupun jasmani.Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan menumbuhkan anak yang peduli terhadap sesama, ceria, dan memiliki prestasi yang baik.

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Oktarina Wijayanti yang melakukan penelitian untuk mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011. Ternyata sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru sebesar 79,9%. Maka dapat dinyatakan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dan berdasarkan wawancara yang saya lakukan pada guru kelas VI A di SD Negeri babarsari, guru kelas tersebut mengatakan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Ini dapat dilihat dari nilai-nilai latihan ujian siswa yang pertama kali dilakukan, yang menghasilkan lebih dari 50% siswa tidak lulus. Setelah itu pihak sekolah mengadakan pertemuan bersama orang tua/wali dari siswa-siswa kelas VI A. Dan setelah diadakan pertemuan dan diberikan pengarahan-pengarahan ternyata hasil dari latihan ujian yang kedua meningkat menjadi 65% dari 38 siswa.

(23)

Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang : Hubungan Pola asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diselidiki oleh penulis yaitu :

1. Bagaimanakah kondisi Pola Asuh orang tua demokratis siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

2. Bagaimanakah kondisi prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

4. Seberapa besar sumbangan pola asuh demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

C. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua demokkratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan dari pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa :

(24)

Walaupun orang tua masih membatasi tingkah laku mereka secara wajar pada setiap tingkah laku anak. Dengan menerapkan pola asuh yang demokratis anak akan merasa dirinya menjadi pribadi yang dianggap keberadaanya. Dan anak akan brorientasi tinggi pada prestasi belajarnya.

b. Prestasi belajar merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa meliputi penguasaan akademik maupun keterampilan yang diukur melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk angka maupun symbol dalam rapor yang telah dicapai anak dalam periode tertentu.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana kondisi pola asuh orang tua demokratis siswa kelas VI SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Mengetahui kondisi prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

(25)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengalaman tentang pola pengasuhan orang tua yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

(26)

6 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang tua

(27)

2. Macam-Macam Pola Asuh

Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut : Zahara dan Lisma (1991:87-90) menggolongkan pengelolaan anak ke dalam tiga macam pola, yaitu :

a. Pola asuh Demokratis

Menurut Gunarsa (2004:280-281) pola asuh demokratis merupakan pola asuh dimana anak selalu dilibatkan dalam urusan keluarga maupun dalam urusan anak itu sendiri. Orang tua demokratis menekankan, norma-norma serta nilai-nilai namun mereka bersedia untuk mendengarkan, memberi penjelasan serta bernegosiasi dengan anak. Orang tua demokratis menyatakan kekecewaan pada anak tidak dengan tindakan fisik melainkan dengan tindakan verbal, hal ini dilakukan karena dianggap lebih efektif dan dapat memotivasi anak untuk bertindak lebih hati-hati di dalam melakukan sesuatu. Di dalam keluarga anak merasa bahwa suasana rumah begitu nyaman, penuh dengan kehangatan, serta anak akan memiliki sikap untuk menghormati orang lain.

b. Pola Asuh Otoriter

(28)

supaya anak dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh orang tua. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan otoriter dari orang tuanya akan menjadi anak yang canggung dalam bergaul, selalu tegang, bimbang dan bahkan menjadi labil (Kartono, 1985:22).

c. Pola Asuh Laissez-faire

Pola asuh laissez-faire merupakan pola pengasuhan yang membiarkan anak, di mana orang tua memberikan kebebasan secara mutlak terhadap anak tanpa memberikan bimbingan. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang kurang bisa mengontrol dirinya sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dari orang tuanya. Anak juga akan merasa bahwa hidup mereka tidak ada artinya lagi bagi keluarga mereka atau orang tua mereka.

Drs. H. Abu Ahmadi (1991:24-26) mengemukakan bahwa, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institute, corak hubungan orang tua anak dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :

1. Pola menerima menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.

(29)

overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.

3. Pola demokrasi otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisifasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisifasi dalam keputusan-keputusan keluarga.

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas. Selain itu, ketiga pola asuh tersebut secara teoritis lebih dikenal bila dibandingkan dengan yang lainnya.

1. Otoriter

Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa (2004:276-280) pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya sendiri.

(30)

a. Kaku b. Tegas

c. Suka menghukum

d. Kurang ada kasih sayang serta simpatik.

e. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.

f. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti

anak dewasa.

Dalam penelitian Walters (dalam Lindgren 1976: 306) ditemukan bahwa orang yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Sementara itu, menurut Sutari Imam Barnadib (1986: 24) dikatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan- perasaannya.

Sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah (1964: 16-18) pola asuh orang tua otoriter adalah :

a. Orang tua amat berkuasa terhadap anak.

(31)

c. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.

Dampak yang terjadi pada anak jika orang tuanya menerapkan pola asuh otoriter antara lain adalah :

a. Di rumah anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa takut, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah dipengaruhi, dan sering berbohong, khususnya pada orang tua sendiri.

b. Anak tidak berani mengeluarkan pendapatnya.

c. Anak sangat tergantung pada orang lain dan kurang berterus terang.

d. Anak pasif dan kurang sekali berinisiatif dan spontanitas, baik di rumah maupun di sekolah sebab anak biasa menerima saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk belajar kurang sekali sebelum pelajaran itu diterangkan sejelas-jelasnya oleh guru.

e. Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak harus mendapat persetujuan orang tuanya.

(32)

karena dia berkomunikasi secara kaku. Selain itu anak mendapat kesulitan dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sebab di dalam dirinya muncul kebekuan dari segala bentuk kreatifitas.

g. Di luar rumah anak cenderung menjadi agresif, yaitu suka berkelahi dan mengganggu teman karena di rumah dikekang dan ditekan

h. Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam hal apa saja sebab dia tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri. i. Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul suatu

tanggung jawab.

j. Anak bersifat pesimis, cemas, dan putus assa.

k. Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah terpengaruh oleh teman-temannya.

2. Pola Asuh Demokratis

Baumrind & Black (dalam Hanna Wijaya, 1986: 80) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.

(33)

a. Bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak.

b. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anakanaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa.

c. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak anaknya.

d. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.

Menurut Hurlock (1976: 98) pola asuhan demokratis ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya.

b. Anak diakui keberadaannya oleh orang tua. c. Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Sutari Imam Barnadib (1986: 31) mengatakan bahwa : a. Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan

perkembangan anak.

(34)

Pola asuhan demokratis seperti dikemukakan oleh Bowerman Elder dan Elder (dalam Conger, 1975:97) memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua.

3. Pola asuh Permisif

Stewart dan Koch (1983: 225) menyatakan bahwa :

a. Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali.

b. Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. c. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan

orang tua tidak banyak mengatur anaknya.

Menurut Spock (1982: 37) orang tua permisif memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. Hurlock (1976: 107) mengatakan bahwa pola asuhan permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya kontrol yang kurang.

b. Orang tua bersikap longgar atau bebas. c. Bimbingan terhadap anak kurang.

(35)

lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Sutari Imam Bamadib (1986: 42) menyatakan bahwa orang tua yang permisif yaitu :

a. Kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada. b. Anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat

dan memenuhi keinginannya.

Dampak yang ditimbulkan pada anak jika orang tua menerapkan pola asuh orang tua permisisf antara lain :

a. Anak kurang sekali menikmati kasih sayang orang tuanya. Hal ini disebabkan karena kurang sekali kehangatan yang akrab dalam keluarga, orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya. b. Anak merasa kurang mendapat perhatian orang tuanya. Oleh

karena itu pertumbuhan jasmani, perkembangan rohani, dan sosial sangat jauh berbeda atau dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan anak-anak yang diperhatikan oleh orang tuanya.

c. Anak sering mogok bicara dan tidak mau belajar.

d. Anak bertingkah laku sering menantang, berontak, dan keras kepala.

e. Anak kurang sekali memperhatikan disiplin.

(36)

g. Anak merasa tidak bertanggung jawab, apabila dia ditugaskan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

h. Anak tidak disenangi teman-temannya sebab dia kaku dalam bergaul, mempunyai sifat acuh tak acuh dalam bergaul, dan tidak mempunya disiplin.

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis

Dari berbagai macam pola asuh yang banyak dikenal, pola asuh demokratis mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan pola asuh otoriter maupun Permissif. Dengan pola asuh demokratis anak akan menjadi orang yang mau menerima kritik dari orang lain, mampu menghargai orang lain, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya.

Dibawah ini merupakan perilaku orang tua demokratis antara lain :

a. Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah. b. Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan

memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan, dan pendapat anak, serta memberikan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami, dan dimengerti oleh anak.

(37)

d. Hubungan antar keluarga saling menghormati, orang tua menghormati anak sebagai manusia yang sedang bertumbuh dan berkembang.

e. Terdapat hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.

f. Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan, menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua mempertimbangkannya.

g. Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu menggunakan kata-kata mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar.

h. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik untuk ditinggalkan.

i. Keinginan anak dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai dengan norma-norma dan kemampuan orang tua.

j. Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.

k. Bukan mendiktekan bahan yang harus dikerjakan anak, namun selalu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.

4. Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Peneliti memakai indikator yang digunakan oleh Nobertus (2001) dalam melakukan penelitiannya. Berikut ini peneliti akan menjelaskan kedua belas indikator tersebut yang mengacu pada buku H. Zahara Idris dan H. Lisma Jamal (1991:87-90) tentang perilaku demokratis.

(38)

Orang tua menumbuhkan suasana komunikatif kepada anaknya, sehingga anak selalu mengungkapkan pendapat-pendapat yang ingin disampaikan dan orang tua mendidik anak agar dapat menghargai pendapat dari orang lain. yang intinya melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

b. Mengenakan seperangkat standar untuk megatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan anak.

Menentukan peraturan-peraturan dan kedisiplinan dengan mempertahatikan dan mempertimbangkan perkembangan anak yang mudah dipahami dan dimengerti anak.

c. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri sendiri.

Selalu membiasakan anak untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab pada sesuatu yang telah dilakukan. Dan memberikan pengertian-pengertian pada anak untuk bida mengatur dirinya sendiri dan belajar untuk tidak merepotkan orang lain. d. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada

masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

(39)

rumah. Dan memberikan pengertian-pengertian yang mudah dipahami oleh danak dengan cara melibatkan anak secara langsung. e. Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima.

Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan, menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua mempertimbangkannya.

f. Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai alternatif, akan tetapi tidak mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

Hubungan yang saling menghormati antara anak dan orang tua, orang tua yang menghormati keinginan dan kebutuhan anaknya yang merupakan seorang individu yang sedang berkembang, sehingga selalu mendampingi anaknya dalam segala hal. Yang intinya salaing menghormati setiap anggota keluarga sebagai individu masing-masing.

g. Menggunakan wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat membimbing anak.

Semua larangan danperintah yang disampaikan kepada anak selalu menggunakan kata-kata mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata “tidak boleh”, “wajib”, “harus”, dan “kurang ajar”.

(40)

penjelasan yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan).

Saling menghargai pendapat setiap anggota keluarga, seperti orang tua yang mendengarkan pendapat anaknya yang memilih tempat liburan dan memilih kegiatan diluar sekolah. Dan anak juga menghargai pendapat-pendapat dari orang tua dan meneriama keputusan-kepustusan yang telah disepakati bersama. i. Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk

mengungkapkannya.

` Orang tua memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk mengungkapkan keinginan dan pendapatnya. j. Memberikan waktu pada anak untuk berfikir dan merenungkan

setiap kejadian yang mereka hadapi.

Memberikan kesempatan pada anak untuk memikirkan setiap tindakan yang dia lakukan dengan bimbingan dari orang tua tentang perbuatan yang baik yang perlu dipertahankan dan perbuatan kurang baik yang harus ditinggalkan. Namun anak diberi kesempatan untuk merenungkan terlebih dahulu agar anak mengerti betul tentang perbuatan yang telah dilakukan.

k. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan.

(41)

orang tua selalu memberikan penguatan-penguatan yang bersifat sederhana sehingga anak termotivasi untuk mengembangkannya. l. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri

dari ketergantungan terhadap peran orang tua.

Orang tua memberikan kepercayaan penuh kepada anak untuk melakukan kegiatan diluar rumah dengan mengontrol secara wajar dan tidak berlebihan, sehingga anak mamapu bergaul dengan teman sebayanya dengan semaksimal mungkin.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Menurut Winkel (1984:36), prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor. Keberhasilan siswa dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini dapat dilihat dari nilaiyang dibukukan dalam bentuk buku laporan pendidikan atau raport. Nilai-nilai yang tertera dalam buku tersebut merupakan penjumlahan Nilai-nilai dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh siswa dalam satu semester. Dengan demikian besar kecilnya nilai yang diperoleh menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai.

2. Pengertian Belajar

(42)

selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli belajar.

Menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat. Timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respon.

Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama menyebutkan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

(43)

Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Menurut Wittig belajar ditekankan pada perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tak dapat diobservasi secara langsung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan sehingga membuat tingkah laku seseorang, pemahamn sesorang kreatifitasnya menjadi lebih baik.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

(44)

belajar akademik setelah siswa melakukan kegiatan belajar yang di ukur menggunakan tes.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam (Syah, 2003:144-155), yakni : a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi dua aspek, yakni :

1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasamani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendimya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapt mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.

(45)

dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, seharusnya guru dan sekolah bekerjasama untuk memperoleh bantuan pemeriksan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat. 2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas prestasi belajar siswa. Namun diantara faktor-faktor tersebut, yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut :

a) Intelegensi siswa (tingkat kecerdasan)

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber,1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya.

(46)

siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan unutk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif dan negatif. Sikap siswa yang positif merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa disekolah. Sebaliknya sikap negatif siswa tehadap mata pelajaran, apalgi jika diiringi sikap kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

c) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan siswa yang tertuju pada suatu objek (benda/hal) sekumpulan objek. Agar prestasi belajar siswa menjadi baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga siswa tersebut tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian siswa, dengan cara mengusahakan pembelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

(47)

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972, Reber, 1988). Dengan demikian sebenarnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai denagn kapasitas masing-masing. Jadi bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga anak berbakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan induvidu untuk melakukan tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dangan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang disebut sebagai bakat khusus, yang tidak bisa dipelajari karena merupakan karunia sejak lahir. Sehubungan dengan hal itu, bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

e) Minat siswa

(48)

Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapain hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatian lebih banyak dari pada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang lebih itu pula maka anak akan lebih giat untuk belajar sehingga mencapai prestasi yang tinggi.

f) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Jadi motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secar terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : • Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar

(49)

Jika seorang siswa tidak mendapatkan motivasi yang bersifat ekstrinsik maupun yang bersifat intrinsik, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Motivasi yang lebih berpengaruh pada anak adalah motivasi yang bersifat intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada pengaruh orang lain.

g) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memeiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. h) Kesiapan

(50)

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan pada dirinya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Aspek kelelahan

(51)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka siswa harus menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kelelahan tersebut. Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut :

a) Tidur b) Istirahat

c) Mengusahakan variasi dalam belajar

d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok

e) Rekreasi yang teratur f) Olah raga secara teratur

g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna

h) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-lain.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yakni : 1) Lingkungan Sosial

(52)

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Sedangkan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih berpengaruh kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Kebiasaan orang tua dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Sehingga akan membuat anak tidak mau belajar dan juga akan cenderung berperilaku menyimpang.

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.

(53)

tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

[image:53.595.97.514.192.646.2]
(54)

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi

[image:54.595.100.545.174.634.2]

Belajar Siswa

Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap

Prestasi Belajar Siswa

Prestasi Belajar

Faktor eksternal

keluarga Orang tua

Pola asuh demokratis

Orang Tua

-Memperhatikan dan menghargai

kebebasan anak, dengan bimbingan yang penuh perhatian dari orang tua.

-Memperhatikan kebebaan pada anak

untuk berpendapat

-Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak

-Menciptakan suasana yang

komunikatif antara anak dan orang

tua.

Anak

-Mengemukakan pendapat

dan melakukan apa saja yang diinginkannya dengan mematuhi aturan-aturan

-Anak belajar menghargai pendapat orang lain

-Anak belajar mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri

-Berkreatifitas dengan baik

(55)

Prestasi belajar merupakan hasil belajar akademik yang ditempuh seseorang yang diukur dengan menggunakan tes. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa. Dan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah orang tua siswa itu sendiri, supaya prestasi belajar siswa maksimal maka orang tua menggunakan pola asuh orang tua demokratis. Karena pola asuh orang tua demokratis akan membawa orang tua memiliki sikap yang responsif terhadap kebutuhan anak, termasuk dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Di sini orang tua juga mendidik anak untuk disiplin dengan menentukan peraturan yang dapat diterima dan dipertimbangkan alasan-alasan dan dipahami oleh anak. Sehingga menciptakan suasana yang komunikatif anatara anak dan orang tua.

(56)

D. Hipotesis

(57)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif tingkat korelasi. Penelitian ini disusun untuk mengetahui seberapa besar hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI (enam) Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012. B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu pola asuh orang tua dan prestasi belajar. Pola asuh orang tua disebut variabel bebas [selanjutnya dilambangkan dengan X] dan prestasi belajar disebut variabel terikat [selanjutnya dilambangkan dengan Y].

Dibawah ini akan dijelaskan tentang variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini :

1. Variabel bebas

(58)

demokratis, dimana pola asuh orang tua demokratis dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar, dimana prestasi belajar siswa dapat meningkat apabila dipengaruhi oleh pola asuh orang tua demokratis.

C. Devinisi Operasional Variabel

Devinisi operasional variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini peneliti akan menjabarkan tentang pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa.

1. Pola asuh orang tua yang diteliti yaitu pola asuh orang tua demokratis yang diukur dengan menggunakan angket dan ditunjukkan adanya skor yang diperoleh siswa.

(59)

D. Tempat penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri Babarsari jalan Babarsari, Kledokan, Catur Tunggal, Depok, Sleman/Yogyakarta Telp. (0274) 485983.

E. Jadwal Penelitian

[image:59.595.104.548.260.734.2]

Peneliti melaksanakan kegiatan penelitian, yang meliputi penyusunan angket serta pengumpilan data kurang lebih tujuh bulan. Berikut ini merupakan tabel rincian jadwal penelitian.

Tabel 3.1 jadwal penelitian

NO Kegiatan Bulan

Keterangan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust

1 Bimbingan dengan Dosen 2 Penyusunan

proposal 3 Konsultasi

Bab I-III 4. Penyusunan

angket dan uji coba angket 5. Penghitungan

validitas 6. Pengumpilan

data

(penelitian) 7. Analisis data 8. pembahasan 9. Ujian skripsi 10. Revisi skripsi 11. Pengumpilan

(60)

F. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan untuk penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah

[image:60.595.96.516.238.694.2]

Rincian jumlah subjek akan dijabarkan pada tabel brikut ini : Tabel 3.2 Rincian Jumlah Subjek Penelitian

Kelas Siswa laki-laki Siswa

perempuan

Jumlah siswa

VI A 21 siswa 17 siswa 38 siswa

Peneliti memilih siswa kelas VI A SD Negeri Babarsari hal ini dikarenakan siswa-siswa tersebut masih memerlukan bimbingan dari orang tuanya untuk meningkatkan prestasi belajar mereka, khususnya pada lima mata pelajaran inti, yaitu Pkn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS. Ini dapat dilihat dari nilai-nilai ulangan harian mereka.

G. Alat Pengumpulan Data

1. Angket Pola Asuh Orang Tua Demokratis

(61)

negatif peneliti menyusunnya sendiri dengan menjabarkan indikator yang telah diadopsi.

Angket ini disusun dengan bentuk skala bertingkat yang memuat beberapa pernyataan tentang pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa. Angket ini disusun berdasarkan “Summated Rating acale (skala Likert)” (Sugiyono, 2010 : 134 – 138). Skala ini diubah dengan empat pilihan jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “ Kadang Setuju (KS)”, dan “Tidak Setuju (TS)”. Item positif diberi skor yang bergerak dari 4-1 untuk pilihan yang berturut-turut dari “ Sangat Setuju (SS)” sampai “Tidak Setuju (TS)”. Sedangkan, untuk item negatif diberi skor yang bergerak dari 1-4 untuk pilihan “Sangat Setuju (SS)” sampai pilihan “ Tidak Setuju (TS)”.

Berikut ini akan dijabarkan skor untuk item positif dan skor untuk item negatif :

a. Jawaban dan skor untuk item positif, yaitu : 1. Sangat Setuju ( SS) : 4

2. Setuju (S) : 3 3. Kurang Setuju (KS) : 2 4. Tidak setuju (TS) : 1

b. Jawaban dan skor untuk item negatif, yaitu : 1. Sangat Setuju ( SS) : 1

(62)

4. Tidak setuju (TS) : 4

[image:62.595.101.545.191.733.2]

Angket pola asuh demokratis disusun berdasarkan indikator sebagai berikut :

Tabel 3.3 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokrati

Indikator

Item Positif

Item negative

Hangat namun tegas • Orang tua selalu mendengarkan, ketika saya hendak

menceritakan sesuatu • Orang tua senang jika

saya merencanakan kegiatan di luar sekolah • Orang tua senang jika

mendengarkan saya bercerita tentang kegiatan saya diluar sekolah

• Orang tua membiarkan saya jika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas

• Saya selalu sendiri jika saya sedang sedih di rumah

Mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan anak

• Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk bertingkah laku sopan pada setiap orang • Orang tua selalu

menasehati saya untuk berpakaian yang sopan dan rapi

• Orang tua selalu mengajari saya untuk berpenampilan yang rapi • Jika saya melakukan

• Orang tua jarang mengingatkan saya untuk selalu menepati janji • Orang tua

(63)

kesalahan, orang tua selalu menasehati saya • Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk belajar

Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri sendiri

• Setelah bangun tidur, orang tua selalu mengajarkan kepada saya untuk merapikan tempat tidur

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk cuci kaki setelah pulang sekolah

• Orang tua selalu

menanyakan kepada saya jika saya pulang

terlambat

• Orang tua yang menentukan saya jam untuk makan di rumah

• Orang tua memaksa saya untuk cuci kaki dan sikat gigi sebelum tidur

Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional,

berorientasi pada masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

• Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk berhati-hati jika pergi ke luar rumah

• Orang tua selau

mengingatkan saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk mematuhi tata tertib.

• Orang tua selalu sibuk jika saya membutuhkan bantuan pada saat belajar

• Orang tua selalu mencurigai saya jika pergi bersama teman-teman

Mendorong tumbuhnya interaksi saling member dan

• Orang tua memberi uang saku secukupnya sesuai

(64)

menerima dengan kebutuhan • Orang tua selalu

menfasilitasi saya untuk mengembangkan hobi • Orang tua memahami

kelebihan dan

kekurangan pada diri saya

usulan-usulan dari saya

• Orang tua marah jika saya protes terhadap aturan-aturan yang diberikan pada saya

Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai alternative, akan tetapi tidak mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

• Orang tua membiasakan saya untuk mau

membicarakan rencana-rencana yang ingin saya lakukan

• Orang tua mendukung setiap kegiatan saya • Orang tua selalu

membantu saya dalam belajar

• Setelah saya berbicara kepada orang tua tentang keinginan saya, maka orang tua berusaha untuk memenuhinya

• Orang tua kurang mendukung terhadap hobi saya

Menggunakan wewenang akan tetapi dalam

penerapannya bersifat membimbing anak

• Orang tua mengajari kepada saya untuk selalu minta maaf jika saya berbuat salah kepada orang lain

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk berterima kasih jika

• Saya

merahasiakan masalah yang saya miliki kepada orang tua. • Orang tua

(65)

menerima sesuatu dari orang lain

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk membicarakan masalah yang saya hadapi secara terbuka

menyelesaikan masalah yang saya hadapi.

Melibatkan atau

mengijinkan anak dalam membuat keputusannya dan mengekspresikan

pandangannya sendiri serta menghargai individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan)

• Orang tua memberikan kebebasan untuk mengungkapkan keinginan saya

• Orang tua menghargai keputusan saya untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler • Saya diijinkan untuk

menginap untuk tidak pulang kerumah dengan alas an yang jelas

• Orang tua mebuat aturan dalam keluarga tanpa melibatkan saya

• Orang tua merubah tujuan berlibur sesuai keinginan mereka.

Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya

• Orang tua memberikan kesempatan pada saya untuk meminta kado ulang tahun

• Orang tua selalu menanyakan pada saya apakah bersedia untuk pergi bersama mereka • Saya selalu meceritakan

permasalahan kepada orang tua

• Orang tua selalu memaksakan kehendaknya kepada saya • Pendapat saya

jarang diterima oleh orang tua

(66)

anak untuk berfikir dan merenungkan setiap kejadian yang mereka hadapi

memberikan kesempatan pada saya untuk belajar mandiri

• Saya selalu ditanyakan alasan jika pulang tidak tepat waktu

• Orang tua mengajari saya untuk memahami kelebihan dan

kekurangan yang saya miliki mengajak saya untuk merenungkan kesalahan yang saya lakukan • Orang tua selalu

marah jika saya melakukan kesalahan tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu Meyakinkan anak bahwa

orang tua menghargai apa yang ingin dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan

• Orang tua memberikan kesempatan pada saya untuk menyapu,

mengepel, dan berkebun • Jika saya naik kelas,

maka orang tua selalu memberikan semangat dan menunjukkan rasa bangga kepada saya.

• Bila saya mendapatkan nilai jelek, maka orang tua akan marah

• Orang tua menunjukkan rasa bangga yang berlebihan Mendorong anak untuk

secara berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan terhadap peran orang tua

• Saya diberikan

kesempatan oleh orang tua untuk bergaul dengan teman-teman

• Orang tua memberikan tanggung jawab kepada saya untuk melakukan segala kegiatan

• Saya dikontrol sangat ketat oleh orang tua

(67)
[image:67.595.103.517.163.754.2]

Berdasarkan tabel indikator tersebut, maka peneliti menyusun indikator beserta sebaran item sebagai berikut :

Tabel 3.4 Indikator dan sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis

No Indikator No. Item Positif

No. Item Negatif

+ - Total

1. Hangat namun tegas 2,4,5 1, 3 3 2 5 2. Mengenakan

seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan anak

6, 7, 9,10, 12, 8, 11 5 2 7

3. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri sendiri

13, 15, 17 14, 16 3 2 5

4. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

18, 19, 21 20,22 3 2 5

(68)

tumbuhnya interaksi saling member dan menerima

6. Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam

mempertimbangkan berbagai alternative, akan tetapi tidak mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

28, 29,30, 32 31 4 1 5

7. Menggunakan

wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat membimbing anak

34, 36, 37 33, 35 3 2 5

8. Melibatkan atau mengijinkan anak dalam membuat keputusannya dan mengekspresikan pandangannya sendiri serta menghargai individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan yang masuk akal (bekerja

(69)

sama dalam membuat keputusan)

9. Menghargai pendapat anak dan

mendorongnya untuk mengungkapkannya

43, 45, 46 44, 47 3 2 5

10. Memberikan waktu kepada anak untuk berfikir dan

merenungkan setiap kejadian yang mereka hadapi

48, 49, 50 51,52 3 2 5

11. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba lakukan dan apa yang

dihasilkan

53, 55 54, 56 2 2 4

12. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan terhadap peran orang tua

58,60 57, 59 2 2 4

(70)

2. Uji coba alat ukur

Peneliti akan melakukan uji coba alat ukur sebelum melakukan penelitian di SD Negeri Babarsari. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. a. Tempat dan waktu uji coba

Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada tanggal 2 Maret 2012 di tempat SD yang sama dengan tempat penelitian, hanya kelasnya yang berbeda, yaitu kelas VI B. Dengan jumlah siswa 37 siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Peneliti memilih siswa VI B karena memiliki karakteristik yang sama dengan VI A.

b. Uji validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo : 242). Misalnya suatu ulangan fisika dikatakan valid apabila ulangan fisika tersebut mengungkap hal-hal tentang fisika.

Prosedur pengujian alat ukur dilakukan dengan cara menguji setiap item yang terdapat dalam angket, dengan mengkorelasikan setiap item (x), dengan total skor (y). Penelitian ini menggunakan teknik Produck Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar sebagai berikut ( Masidjo, 2010 : 246)

rxy =

(71)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi

∑x : jumlah skor dalam sebaran x (skor butir) ∑y :jumlah skor dalam sebaran y (skor total)

∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan ∑x2 : jumlah skor yang dikuadratkandalam sebaran x ∑y2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : banyaknya subjek

Menurut Azwar (2009 : 65) item yang koefisien korelasinya < 0,30 maka dianggap tidak valid atau dihilangkan dan tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan untuk item yang koefisien korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid dan digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil uci coba tersebut maka dapat diketahui berapa item yang valid yang akan digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil uji coba maka dapat diketahui beberapa item yang valid dan beberapa item yang tidak valid.

(72)

lampiran 7. Peneliti menganalisis item pada angket dengan bantuan program SPSS for MS Windows Release 16.0, hasil analisis uji validitas angket pola asuh orang tua demokratis terdapat pada lampiran. Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil analisis uji validitas item yang terdapat dalam angket pola asuh orang tua demokratis. Sedangkan sebaran item yang valid setiap indikator dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas

Aspek Jumlah Item Item Valid Item Gugur

+ - + - + -

Pola asuh orang tua demokratis

37 23 20 13 17 11

Jumlah item 60 32 28

c. Uji reliabilitas

[image:72.595.97.519.253.697.2]

Yang dimaksud dengan reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995:209). Koefisien reabilitas dinyatakan dengan bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00. Berikut ini merupakan tabel koefisien reabilitas :

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Suatu Tes

Koefisien korelasi Kualifikasi

± 0,91 ± 1,00 Sangat tinggi

(73)

± 0,41 ± 0,70 Cukup

± 0,21 ± 0,40 Rendah

± 0,00 ± 0,20 Sangat rendah

Peneliti menentukan taraf reliabilitas dengan metode belah dua (split-half method). Metode ini dianggap lebuh efisien karena dalam penentuan taraf reliabilitas suatu tes hanya mempergunakan satu tes untuk satu kali pengukuran. Metode ini sering disebut juga metode gasal genap. Hasil dari satu tes dibagi atau dibelah menjadi dua bagian, yakni bagian pertama yang berupa hasil atau skor yang berasal dari item-item bernomor gasal, dan bagian kedua berupa hasil atau skor yang berasal dari item-item bernomor genap (Masidjo, 2010 : 218-232). Skor-skor pada baian pertama dan bagian kedua ditentukan dengan

Gambar

Gambar 4.2  Diagram Presentase Presentase Prestasi Belajar Siswa........................
gambar skema yang disertai dengan penjelasannya. Ini bertujuan agar
Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap
Tabel 3.1 jadwal penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian mutu ini sangat perlu dilakukan selama proses pembangunan berlangsung, yaitu dari awal hingga akhir pembangunan dengan cara memantaunya tiap hari. Agar

Hasil survei pendahuluan pada tanggal 25 April 2017 di RSUD Sunan Kalijaga Demak, jumlah perempuan yang mengalami hiperemesis gravidarum pada bulan Juli sampai Desember

Berdasarkan hasil analisis nilai perubahan karakter dari beberapa galur padi beras hitam pada beberapa parameter-parameter yang diamati seperti umur berbunga,

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan pelaksanaan metode NHT karena hasil belajar kognitif siswa meningkat akibat penerapan

Luas tanaman pangan menurut komoditas adalah sebagai berikut: jagung seluas 230 ha, kedelai seluas 7 ha, kacang tanah seluas 3 ha, kacang panjang seluas 40 ha, ubi jalar seluas 7

Program kerja instalasi gizi merupakan salah satu program kerja dalam rangka mencapai sistem pelayanan gizi yang bermutu, dan paripurna sebagai bagaian dari pelayanan kesehatan di

The result of this study shows that a set of Communicative English Speaking materials which was developed by researcher is effective to be used for teaching speaking

In the general case, some objects from the survivor space might have been moved to the old generation, and if the survivor space were full, some objects from eden would have