• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITISASI BAHASA PADA ARTIKEL DALAM RUBRIK OPINI KOMPAS SEBAGAIALTERNATIF BAHAN AJARBAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITISASI BAHASA PADA ARTIKEL DALAM RUBRIK OPINI KOMPAS SEBAGAIALTERNATIF BAHAN AJARBAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

ABSTRAK ………... ii

PERNYATAAN ……….. iii

KATA PENGANTAR ……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR BAGAN ……….. x

DAFTAR TABEL ………... xi

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

A.Latar Belakang Penelitian ………... 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian ……… 8

1. Batasan Masalah Penelitian ……… 8

2. Rumusan Masalah Penelitian ……… 8

C.Tujuan Penelitian ………... 9

D.Manfaat Penelitian ………. 9

E. Definisi Operasional ………... 9

F. Paradigma Penelitian ………. 11

BAB II. LANDASAN TEORI ………. 12

A.Pengertian Politik dan Politisasi ………... 12

B.Pengertian Bahasa ………..………... 14

C.Konsep Politisasi Bahasa ………... 15

D.Bahasa, Politik, Ideologi, dan Kekuasaan ……….. 16

E. Bahasa Jurnalistik ………. 19

F. Artikel Media Cetak ……….. 23

G.Media Massa Cetak ……… 24

H.Analisis Wacana ………. 27

1. Model Analisis Wacana Kritis Roger Fowler ……… 28

2. Model Analisis Wacana Kritis Theo van Leeuwen ... 29

3. Model Analisis Wacana Kritis Sara Mills …………. 30

4. Model Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk ….. 31

5. Model Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough… 34 6. Model Analisis Wacana Kritis Yoce Aliyah Darma… 38 I. Bahan Ajar dalam Pendidikan ……… 39

J. Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 43

BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ……… 47

A.Metode Penelitian ………... 47

B.Sumber Data dan Data Penelitian ……… 48

1. Sumber Data Penelitian ……… 48

(2)

D.Teknik Pengumpulan Data ………... 54

E.Teknik Pengolahan Data ………... 55

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……..………... 56

A.Analisis Artikel ……….. 56

B.Deskripsi Bahasa dalam Artikel-Artikel pada Rubrik Opini Kompas ………. 141

C.Ideologi dalam Rubrik Opini Kompas……… 145

BAB V. HASIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ……… 147

A. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 147

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 147

2. Bahan Ajar ……….. 152

3. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran ………... 154

4. Deskripsi Hasil Wawancara Guru ……….. 170

B. Kerepresentatifan Hasil Penelitian sebagai Alternatif Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA ………... 173

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ……….. 176

A. Simpulan ………... 176

B. Saran ... 178

DAFTAR PUSTAKA ……… 180

LAMPIRAN ……… 183

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah

munculnya pascamodern dan pascastrukturalisme dalam kancah filsafat dan

epistemologi modern. Bahasa dan praktik kebahasaan tidak lagi dipahami dalam

konteks atau perspektif konvensional, yakni sebagai alat dan medium netral yang

dipakai untuk menjelaskan kenyataan sosial-politik. Namun, semakin disadari

bahwa bahasa tampil sebagai representasi dari pergelaran berbagai kepentingan

kekuasaan. Oleh karena itu, bahasa kemudian diposisikan pula sebagai salah satu

ruang tempat konflik-konflik berbagai kepentingan, kekuatan, kekuasaan, bahkan

praktik hegemoni. Dalam pandangan hidup orang Athena abad ke-5, bahasa

menjadi instrumen untuk mencapai tujuan tertentu yang konkret dan praktis.

Bahasa dianggap sebagai senjata ampuh dalam percaturan politik tingkat tinggi.

Bahasa dapat dipahami sebagai salah satu simbol kultural yang berfungsi

memberikan orientasi, komunikasi, dan pengendalian diri kepada manusia. Sejauh

bahasa adalah proses produksi simbolis, ia tak terpisahkan dari maksud sang

pembicara. Dengan kata lain, subjektivitas memainkan perananan penting dalam

penyampaian informasi dari sang pembicara.

Sekaitan dengan hal tersebut, Bourdieu (dalam Piliang, 2003)

(4)

kekuasaan. Artinya, ia dapat digunakan sedemikian rupa sebagai alat

mempertahankan kekuasaan. Ketika bahasa dan simbol digunakan sebagai alat

defensif pelanggengan kekuasaan, khususnya dengan cara manipulasi data dan

tanda sehingga menghasilkan distorsi makna, maka bahasa telah menjadi alat

kekerasan simbolik, yakni sebuah bentuk kekerasan berupa pemaksaan simbolik

yang halus.

Lyotard (dalam Piliang, 2003) mengemukakan terdapat berbagai bentuk

”permainan” di dalam sebuah masyarakat atau negara, baik permainan politik,

hukum, media, dan sebagainya, yang masing-masing memliki aturan main dan

permainan bahasanya sendiri. Ketika permainan tersebut diintervensi oleh

kepentingan kekuasaan, maka hal yang muncul adalah kepentingan kekuasaan itu

sendiri.

Bahasa juga menjadi cermin ideologi. Malah tidak berlebihan jika

dikatakan bahwa ideologi membentuk dan dibentuk oleh bahasa. Melalui ideologi

orang memberikan makna pada realitas tertentu dengan menggunakan bahasa

tertentu yang dirumuskan melalui sebuah kata dan kalimat, sehingga membentuk

realitas tertentu. Dengan kata lain, bahasa bukan sekadar alat komunikasi untuk

memaknai suatu realitas objektif semata. Namun bahasa juga merupakan kegiatan

sosial, bukan sesuatu yang netral dan konsisten, melainkan partisipan sosial yang

dapat dikonstruksi dan direkonstruksi, serta di-setting untuk membentuk gagasan

dan tindakan seseorang.

Menurut Foucault (dalam Yulianus, 2008), dalam kehidupan nyata,

(5)

kepentingan ideologis. Sebab dipandang sebagai sesuatu yang tidak netral dan

tidak universal; bahasa menjadi terikat oleh waktu, tempat, dan konteks

pergulatan historis politiknya sendiri-sendiri. Sehingga bahasalah yang

melahirkan wacana atau discourse sebagai sesuatu yang niscaya bersifat politik.

Ibrahim (2004) mengemukakan media sebagai komoditas secara ideologis

telah menggeser fungsinya dari corong ”rintihan suci suara rakyat” menjadi

”nyanyian sunyi suara penguasa atau pengusaha”. Oleh karena itu, media dapat

menjelma menjadi ancaman, jika logika pesan media tunduk kepada sekelompok

orang yang disinyalir akan mendistorsi bahasa atau pesan media untuk

mengendalikan pikiran khalayak dalam memahami realitas. Dalam pengertian

yang lain, dengan beban-beban ideologis tersebut, realitas yang tampil di media

seringkali bukanlah pendeskripsian otentisitas dunia itu sendiri, tetapi justru

realitas yang telah terdistorsi atau sudah ”berwajah” kepalsuan. Padahal, atmosfer

budaya yang memuat realitas palsu inilah, yang seringkali membawa

kesalahpahaman di antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.

Everett M. Roger (dalam Eriyanto, 2001) mengemukakan bahwa ”media

bukanlah entitas yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan.”

Berdasarkan pernyataan Everett M. Roger dapat dipahami bahwa media memiliki

kemungkinan besar dikuasai oleh kelompok berkuasa atau kelompok-kelompok

yang memegang kekuasaan.

Ada beberapa pertanyaan yang muncul dari sebuah paradigma kritis, yaitu

siapa yang mengontrol media? Kenapa ia mengontrol? Keuntungan apa yang bisa

(6)

menjadi objek pengontrolan?

Mengapa pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi penting? Karena

paradigma kritis ini percaya bahwa media adalah sarana di mana kelompok

dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan, bahkan memarjinalkan

mereka dengan menguasai dan mengontrol media. Sehingga jawaban yang

diharapkan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah adanya kekuatan-kekuatan

yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi.

Menurut Horkheimer (dalam Eriyanto, 2001), salah satu sifat dasar dari

teori kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi masyarakat dewasa

ini. Karena kondisi masyarakat yang kelihatannya produktif dan bagus tersebut

sesungguhnya terselubung struktur masyarakat yang menindas dan menipu

kesadaran khalayak.

Ideologi dalam sebuah wacana dipahami sebagai representasi dan

konstruksi sosial yang dibangun melalui teks. Ideologi dapat dipandang dalam

banyak aspek, namun yang terpenting dalam konteks analisis wacana kritis adalah

bahwa sebuah teks tidak bersifat netral, teks diproduksi dengan maksud-maksud

atau tujuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk representasi

konstruksi sosial, dominasi individu atau kelompok, atau mungkin hegemoni

individu dan kelompok. Dalam praktiknya, ideologi selalu dibangun oleh

keleompok hegemonik dan berkuasa. Dengan demikian, ideologi erat kaitannya

dengan bahasa yang digunakan dan direkayasa. Oleh karena itu, penting untuk

membahas bagaimana konstruksi bahasa dalam format kekuasaan sebab ideologi

(7)

dalam menyampaikan ideologi baik personal maupun komunal. Bahkan, bahasa

menjadi bagian dari suprastruktur kekuasaan dan alat untuk melanggengkan

kekuasaan.

Di zaman Orde Baru, praktik-praktik tersebut lumrah adanya. Bahasa

dipolitisasi sedemikian rupa untuk kepentingan-kepentingan politik waktu itu.

Politisasi bahasa memang sudah menjadi karakter dari penggunaan bahasa

kekuasaan Orde Baru. Penguasa Orde Baru telah menjadikan bahasa sebagai

subordinat dari kekuasaan politik yang tercermin dalam pembangunan. Bahasa

telah direkayasa sebagai komoditas politik demi kepentingan kelompok-kelompok

dominan. Munculnya istilah-istilah yang secara makna dikudeta oleh para

penguasa Orde Baru telah mengubah pandangan dan cara berpikir masyarakat

Indonesia yang menjadi subjek bahasa. Kata ”rawan pangan” berbeda makna

dengan ”kelaparan” karena dalam pikiran kita tidak pernah hadir bayangan

orang-orang yang kelaparan karena tidak ada yang bisa dimakan.

Bahasa-bahasa propaganda semacam itu seringkali dijumpai dalam

tulisan-tulisan di media cetak. Media cetak sebagai media yang aksesabilitasnya mudah

menjadi sarana yang strategis untuk berbagai kepentingan. Oleh karena itu,

melihat objektivitas sebuah teks atau wacana dalam media cetak memerlukan

daya analisis yang kuat dari pembaca.

Salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan bahasa

Indonesia ragam tulis ialah surat kabar atau koran. Informasi yang disampaikan

melalui surat kabar atau koran itu sasarannya adalah pembaca dari semua lapisan

(8)

bahasa Indonesia hubungannya dengan entitas makna dan informasi yang ingin

disampaikan.

Salah satu media cetak yang berskala nasional adalah koran Kompas.

Koran Kompas merupakan media cetak nasional yang memiliki jaringan distribusi

yang kuat. Artinya, koran ini dapat dijumpai di seluruh wilayah Nusantara. Oleh

karena itu, koran Kompas dianggap memiliki posisi strategis jika digunakan

sebagai media untuk mempropagandakan sesuatu.

Berdasarkan hasil survei Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan

Yogyakarta atau LP3Y (dalam Dhakidae, 1996), mengungkapkan bahwa 46 %

informasi yang dipublikasikan dalam surat kabar-surat kabar Indonesia berasal

dari sumber-sumber pemerintah, 39 % dari masyarakat, komunitas politik dan

bisnis, dan sisanya sebanyak 15 % berasal dari berbagai sumber.

Penelitian yang berkaitan dengan bahasa dan politik ataupun sebaliknya

politik dan bahasa pada surat kabar atau koran masih minim. Adapun penelitian

yang berkaitan dengan hal tersebut di atas, seperti penelitian yang dilakukan oleh

Anshori (2009). Dalam penelitiannya yang bertajuk ”Penggunaan Bahasa Politik

dalam Pemberitaan Pilgub Jabar 2008 pada H.U. Pikiran Rakyat”

mengungkapkan tentang intensitas penggunaan bahasa politik dalam pemberitaan

pilgub Jabar 2008 pada H. U. Pikiran Rakyat, struktur teks pemberitaan pilgub

Jabar 2008 pada H. U. Pikiran Rakyat, ideologi yang dibangun dalam pemberitaan

pilgub Jabar 2008 pada H. U. Pikiran Rakyat, dan penyajian ideologi dalam

(9)

meneliti tulisan yang sifatnya pemberitaan yang dibuat oleh wartawan surat kabar

itu sendiri bukan pada tulisan artikel opini yang dibuat oleh masyarakat umum.

Penelitian yang mengupas wacana di media cetak penting untuk terus

dilakukan karena media cetak merupakan media yang strategis, terutama untuk

kepentingan propaganda politis. Sebagai pembaca, tentunya kita tidak ingin

mencerna mentah-mentah tanpa memilah-milah dulu mana pernyataan yang benar

dan yang tidak benar.

Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian

menganalisis konteks politisasi bahasa di media cetak dan pemanfaatannya

sebagai alternatif bahan ajar pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA,

terutama dalam materi dengan kompetensi dasar memberikan kritik terhadap

informasi dari media cetak dan atau elektronikdengan judul penelitian:

”POLITISASI BAHASA PADA ARTIKEL DALAM RUBRIK OPINI

KOMPASSEBAGAIALTERNATIF BAHAN AJARBAHASA INDONESIA

(10)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bahasa seringkali dikaitkan dengan kekuasaan, dan kekuasaan terkadang

melibatkan bahasa sebagai media untuk mempertahankan kekuasaannya.

Akhirnya, yang terjadi adalah politisasi bahasa. Politisasi bahasa dilakukan oleh

orang atau sekelompok orang untuk menyampaikan informasi dan kepentingannya

di media cetak melalui penulisan artikel di rubrik-rubrik opini pada media cetak.

Salah satu rubrik opini yang seringkali dijadikan alat penyampaian informasi dan

tidak terlepas dari tindakan politisasi bahasa adalah rubrik Opini di Kompas.

Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti kemukakan batasan dan

rumusan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Batasan Masalah Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian pada

penelaahan bagaimana bahasa dalam artikel-artikel yang cetak pada

Agustus-Oktober 2010 di rubrik Opini Kompas dipolitisasi.Artikel-artikel yang ditelaah,

peneliti spesifikasikan hanya pada artikel-artikel yang membahas kinerja dan

kebijakan pemerintah.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merumuskan masalah penelitian pada hal-hal

sebagai berikut.

a. Bagaimanakah deskripsi bahasa pada artikel di rubrik Opini Kompasyang

dimuat bulanAgustus-Oktober 2010?

b. Bagaimanakah ideologi politikpada artikel di rubrik Opini Kompasyang dimuat

(11)

c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran analisis kritis padadi kelas X-1 MAN 1

Sumedang ?

d. Apakah hasil penelitian ini representatif sebagai bahan ajar Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia di SMA/MA?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini sebagai berikut.

a. Mengetahui deskripsi bahasa pada artikel di rubrik Opini Kompasyang dimuat

bulan Agustus-Oktober 2010.

b. Mengetahui ideologi politik penulis dalam tulisannya pada artikel di rubrik

Opini Kompasyang dimuat bulanAgustus-Oktober 2010.

c. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran analisis kritis di kelas X-1

MAN 1 Sumedang.

d. Beroleh alternatif bahan ajarMata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan alternatif bahan

(12)

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran atas istilah-istilah operasional

yang ada dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi atas istilah-istilah

operasional. Berikut ini adalah beberapa definisi operasional tersebut.

1. Politisasi bahasa merupakan konstruksi realitas media yang didalam

pemberitaannya terdapat keberpihakan terhadap kepentingan politik, idelogi,

dan nilai-nilai yang bertendensi kekuasaan lainnya.

2. Media cetak merupakan media massa sumber informasi masyarakat yang

pengungkapannya dicetak dan berupa tulisan-tulisan. Dalam penelitian ini

media cetak yang dimaksud berupa koran.

3. Rubrik Opini merupakan salah satu rubrik yang ada dalam media cetak. Dalam

rubrik tersebut memuat tulisan-tulisan dari masyarakat umum.

4. Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu pendekatan kritis terhadap

teks-teks bahasa. Analisis wacana kritis menempatkan teks-teks hanya salah satu bagian

di samping kognisi sosial dan konteks.

5. Bahan ajar merupakan bahan atau materi, baik yang tertulis maupun tidak

(13)

F. Paradigma Penelitian

Bagan 1.1. Paradigma Penelitian

LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

• Bahasa menempati posisi penting dalam

telaah-telaah ilmu sosial

• Kekuasaan acapkali menggunakan bahasa sebagai

media untuk mempertahankan posisinya

• Studi dan penelitian tentang analisis wacana kritis,

terutama dari unsur politisasi bahasa masih minim.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk menawarkan alternatif

bahan ajarMata

KuliahAnalisis Wacana dan Wacana Kritis, terutama untuk materi dengan pokok bahasan ”Model Analisis Wacana

LANDASAN TEORETIS

• Artikel

• Politisasi bahasa

• Analisis wacana kritis

• Silabus Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia di SMA/MA

• Deskripsi Bahasa

• Ideologi

HASIL PENELITIAN

(14)

47 BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti jelaskan hal ihwal yang berkaitan dengan kerangka

kerja penelitian. Kerangka kerja ini snagat penting dalam upaya mengklasifikasi

data, menentukan data, menganalisisnya, dan menginterpretasikannya.

Untuk sampai pada suatu hasil analisis yang tepat diperlukan alat analisis

yang tepat pula. Oleh karena itu, metode analisis yang tepat dan benar akan snagat

menentukan seluruh rangkaian kerja penelitian ini.

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Arikunto (dalam Mulyana, 2005) metode deskriptif dapat digunakan

untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena

objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara

natural, objektif, dan faktual (apa adanya).

Metode deskriptif yang digunakan untuk meneliti wacana umumnya

berusaha membuat klasifikasi objek penelitian. Hasil klasifikasi tersebut

selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini dapat diterapkan, misalnya,

pada wacana surat kabar. Dalam penelitian deskriptif, umumnya peneliti akan

mencari, memutuskan, memilih, dan kemudian mengumpulkan satu atau dua jenis

(15)

Pada prinsipnya metode deskriptif mempunyai ciri: (1) memusatkan diri

pada pemecahan maasalah yang aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula

disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutik.

Pendekatan hermeneutik merupakan seni dan teori tentang pemahaman dan

penafsiran terhadap simbol-simbol baik yang bersifat kebahasaan maupun yang

nonkebahasaan.Dalam pelaksanaanya, peneliti membaca teks berulang-ulang

untuk menemukan makna yang tersembunyi di balik teks tersebut.

Sesuai dengan ciri di atas, maka dalam penelitian ini akan dideskripsikan

dengan menggunakan pendekatan hermeneutiktentang politisasi bahasa dalam

artikel pada melalui pengamatan yang mendalam. Selanjutnya, berdasarkan hasil

analisis akan disusun suatu bahan ajar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di

SMA dengan berpedoman pada hasil analisis, serta dengan memperhatikan

kriteria yang digunakan Littlejohn & Windeatt (dalam Hasim, 1997).

B.Sumber Data dan Data Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah artikel-artikel pada rubrik Opini

Kompas.

2. Data

Data dalam penelitian ini adalah artikel-artikel opini yang ada di rubrik

(16)

artikel yang dimuat pada rentang waktu Agustus-Oktober 2010, (2)

artikel-artikel yang pembahasannya berkaitan dengan kinerja dan kebijakan pemerintah.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka peneliti menetapkan data yang akan

dianalisis sebagai berikut ini.

NO JUDUL ARTIKEL PENGARANG PUBLIKASI KET

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Mutung Politik,

Politik Mutung Ikrar Nusa Bhakti Rabu, 4 Agustus 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

2 Kemiskinan

Struktural, Maknanya Kini Meuthia Ganie-Rochman Senin, 9 Agustus 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

3 Koreksi Kebijakan

Harga Pangan!

Hendri Saparini Selasa, 10

Agustus 2010

Berkaitan

dengan

kebijakan

pemerintah

4 Jangan Pernah Letih

Mencintai Indonesia M. Fadjroel Rachman Senin, 16 Agustus 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

5 Mendesak, Revisi

UU Sisdiknas

Darmaningtyas Senin, 16

Agustus 2010

Berkaitan

dengan

kebijakan

(17)

(1) (2) (3) (4) (5)

6 Pemimpin,

Keberanian, dan

Perubahan

Adjie Suradji Senin, 6

September 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

7 Petani Sejahtera

Baru Sebatas Mimpi

Idham Arsyad Kamis, 23

September 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

8 Membangun

Administrasi Istana

Eko Prasojo Kamis, 30

September 2010 Berkaitan dengan kebijakan pemerintah

9 Mengatasi

Penganggur

Akademik

Razali Ritonga Senin, 4

Oktober 2010

Berkaitan

dengan

kebijakan

pemerintah

10 Parasit

Pembangunan

Novri Susan Kamis, 7

Oktober 2010

Berkaitan

dengan

kinerja

pemerintah

11 Harga Diri Bangsa Hikmahanto

Juwana Sabtu, 9 Oktober 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

12 Nasib Demokrasi

(18)

(1) (2) (3) (4) (5)

13 Memimpin untuk

Mandiri Donny Gahral Adian Jumat, 22 Oktober 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

14 Kalah di Dalam,

Keok di Luar

M. Fadjroel Rachman Jumat, 22 Oktober 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

15 Setahun Mencemari M. Riza

Damanik Sabtu, 23 Oktober 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

16 Absennya Visi

Jangka Panjang

A. Tony P. Sabtu, 23

Oktober 2010

Berkaitan

dengan

kinerja

pemerintah

17 Menagih Janji yang

Tak Kunjung Terwujud C. Wahyu Haryo P.S. Selasa, 26 Oktober 2010 Berkaitan dengan kinerja pemerintah

18 Sampai Kapan

Berjibaku di Tapal

Batas?

Nasrullah Nara Selasa, 26

Oktober 2010

Berkaitan

dengan

kinerja

(19)

C.Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang peneliti gunakan untuk

menganalisis artikel-artikel yang telah disebutkan sebelumnya mengadopsi model

analisis yang dikemukakan oleh Darma (2006). Dalam model analisis tersebut

terdapat beberapa kriteria analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis

sebuah wacana. Berikut ini adalah model analisis tersebut.

Bagan 3.1. Model Analisis Wacana Kritis Yoce A. Darma

Berdasarkan bagan di atas, hal-hal yang akan peneliti lakukan untuk

menganalisis artikel-artikel yang telah peneliti sebutkan sebelumnya adalah

sebagai berikut.

1. Teks Wacana: peneliti menentukan teks wacana yang akan dianalisis.

2. Subjek penceritaan. Dalam subjek penceritaan ini, peneliti menentukan

siapa yang menjadi subjek penceritaan.

3. Objek penceritaan. Dalam objek penceritaan ini, peneliti menentukan siapa

yang menjadi objek penceritaan.

4. Deskripsi bahasa. Dalam deskripsi bahasa ini, peneliti menentukan

deskripsi bahasa yang ada dalam sebuah wacana meliputi diksi, frasa,

kalimat.

Teks Wacana Subjek

Penceritaan

Objek Penceritaan

Deskripsi Bahasa Interpretasi

(20)

5. Interpretasiideologi. Interpretasi ini ditentukan oleh deskripsi bahasa,

sehingga dapat menginterpretasi adanya berbagai macam ideologi.

6. Eksplanasi. Eksplanasi merupakan penjelasan dari interpretasi.

Berdasarkan kriteria-kriteria analisis tersebut, terutama dalam penggunaan

bahasa, dalam penelitian ini akan dikemukakan apa yang melatarbelakangi bahasa

tersebut digunakan dan sumber inspirasi munculnya penggunaan bahasa tersebut

dari pihak mana, apakah yang pro atau kontra secara politik dengan pemerintah.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama

pembelajaran dengan menggunakan model analisis wacana kritis dan artikel yang

dimuat pada rubrik Opini Kompas. Adapun aspek yang diamati adalah: 1)

antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

analisis wacana kritis dan artikel yang dimuat pada rubrik Opini Kompas. ; 2)

respons siswa pada saat mengidentifikasi dan menganalisis artikel koran yang

dimuat pada rubrik Opini Kompas dengan menggunakan model analisis wacana

kritis; dan 3) kesesuaian antara rencana pembelajaran yang ditetapkan dengan

pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi atau

pendapat guru tentang pengguanaan analisis wacana kritis dan artikel yang dimuat

pada rubrik Opini Kompas sebagai alternatif bahan ajar mata pelajaran Bahasa

(21)

antara lain: 1) pendapat guru mengenai penggunaan analisis wacana kritis dan

artikel yang dimuat pada rubrik Opini Kompas sebagai alternatif bahan ajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia; 2) kesulitan yang ditemukan ketika menggunakan

analisis wacana kritis dan artikel yang dimuat pada rubrik Opini Kompas sebagai

alternatif bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia; 3) manfaat yang diperoleh

siswa setelah menggunakan analisis wacana kritis dan artikel yang dimuat pada

rubrik Opini Kompas sebagai alternatif bahan ajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia; dan 4) keefektifan pembelajaran dengan menggunakan analisis wacana

kritis dan artikel yang dimuat pada rubrik Opini Kompassebagai alternatif bahan

ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga tahap, yaitu

orientasi, seleksi, dan identifikasi. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut.

1. Tahap orientasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengenalan dan

pemahaman terhadap objek penelitian (artikel opini) di koran Kompas.

2. Tahap seleksi. Pada tahap seleksi ini, peneliti melakukan penyeleksian

terhadap artikel opini di koran Kompas yang hanya dimuat pada bulan

Agustus-Oktober 2010 yang didalamnya terjadi politisasi bahasa.

3. Tahap identifikasi. Pada tahap ini, peneliti melakukan identifikasi terhadap

artikel opini yang telah diseleksi sebelumnya dari koran Kompas yang

(22)

artikel opini yang mengandung unsur politisasi bahasa yang

pembahasannya berkaitan dengan kinerja dan kebijakan pemerintah.

E.Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut. Pertama, membaca artikel-artikel yang ada dalam rubrik Opini

Kompas pada Agustus-Oktober 2010. Kedua, menganalisis artikel-artikel tersebut

dengan menggunakan model analisis wacana kritis yang dikembangkan oleh Yoce

Aliah Darma. Ketiga, membuktikan kerefresentatifan hasil penelitian sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Subyek penelitian ini adalah 100 mahasiswa laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta, yang terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak

Hasil wawancara dengan satu bidan meliputi pelaksanaan program ASI Eksklusif, didapatkan informasi penyuluhan tentang program ASI Eksklusif di lakukan

Pentingnya kematangan karier bagi anak binaan dan pengaruh dukungan sosial orangtua terkait kesuksesan di masa depan, mendorong peneliti untuk meneliti hubungan

a) Access the Command Prompt of PC1. b) Using the command ipconfig /all , examine the DNS server configuration on PC1. c) Access the Command Prompt of PC2. d) Using the

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui adanya kecemasan terhadap sebelum datangnya rasa sakit pada penderita rematik yang mengalami kecemasan

Dalam Perka BKN Nomor 12 Tahun 2011 tentang tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan, point-point job description meliputi kode jabatan; unit kerja; kedudukan

Pada halaman ini terdapat tombol materi yang bisa mengeluarkan suara, latihan materi yang bisa di scroll ke atas dan ke bawah, tombol di bawah berfungsi untuk

Teknik error control adalah suatu teknik dalam komunikasi data untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan pada suatu informasi yang diterima, dengan melakukan penambahan bit pada