• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Agatha Sagita Ria

NIM : 059114113

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

S K R I P S I

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA

Oleh :

Agatha Sagita Ria

NIM : 059114113

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Tanggal :

Y. Heri Widodo S,Psi, M,Psi

(3)

iii

PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Agatha Sagita Ria

NIM : 059114113

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal...

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tangan

Dosen I : Y. Heri Widodo, M. Psi 1...

Dosen II : Dr. A. Priyono Marwan, SJ 2...

Dosen III : MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., Psi., M,Si. 3...

Yogyakarta, ...

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

!"

#

$ %%%&'&

!(

(5)

v

! " !

#$ % & #$ "' ( #$ % #$ %#$ % & #$ "' ( #$ %& #$ "' ( #$ % #$ % & #$ "' ( #$ %

! " # $ $%&' %()!$ ***

$%+ ' (, ( - - .

$%+ ' (, ( - - .

$%+ ' (, ( - - .

$%+ ' (, ( - - .************

)% (, /***

)% (, /***

)% (, /***

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang

sudah disebutkan dalan kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Agustus 2009

Penulis

(7)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA

Agatha Sagita Ria 059114113

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan diri mereka yang tidak bertato secara signifikan lebih tinggi daripada mereka yang bertato.

Subyek penelitian ini adalah 100 mahasiswa laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta, yang terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak bertato, dengan rentang usia remaja (Hall dalam Sarwono, 1989) yakni 12-25 tahun.

Alat penelitian adalah skala kepercayaan diri dengan 71 aitem dan koefisien reliabilitas sebesar 0,927. Uji perbedaan tingkat kepercayaan diri digunakan Independent Sample Test (uji T) dengan hasil analisis nilai t sebesar -1,119 dan nilai p sebesar 0,133. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini ditolak.

(8)

viii ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF SELF-CONFIDENCE LEVEL BETWEEN TATTOOED AND NON-TATTOOED DAYAK STUDENTS OF WEST

BORNEO IN YOGYAKARTA

Agatha Sagita Ria 059114113

This research aims at knowing the difference of self-confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo. The hypothesis of this research was the self-confidence of non-tattooed Dayak students is significantly higher than that of tattooed Dayak students.

Subjects of this research were 100 male Dayak students of West Borneo who studied in Yogyakarta, consisted of 50 tattooed students and 50 non-tattooed students, with the age range between 12-25 year old.

The self-confidence scale used in the research consisted of 71 items with reliability coefficient of 0.927. In order to know difference, the research used

independent sample test (t-test).

The data analysis shows the t = -1,119 with p 0,133. The result rejects the hypothesis proposed, there is no difference in self confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo in Yogyakarta.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

rakhmatNya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi

dengan judul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato”, penulis susun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada orang-orang luarbiasa yang ada dalam hidup penulis,

yang telah menjadi salah satu semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini...

™ the first oNe, fOr My Saviour, My Redeemer..my gReaT Father...Jesus Christ,

yang tidak hanya mengajarkan sebuah proses dan perjuangan. Namun juga

selalu senantiasa setia menemani saya melewati proses tersebut dan menjadi

kekuatan untuk saya menyelesaikan perjuangan ini.

™ Kedua orangtua saya tercinta yang selalu menjadi inspirasi dalam kehidupan

saya, terimakasih buat cinta kasih dan dukungannya yang begitu tulus. Kedua

orangtua yang tidak pernah menuntut lebih tetapi selalu memberi keyakinan

bahwa saya mampu bahkan harus mampu menyelesaikan tugas besar ini. Buat

adek saya tersayang Anggela Trivena Jordani, abang saya Manuel Eka, nenek

kakek saya, (alm) kungkung phopho saya, kak Aing, dan keponakan saya

tersayang Pepey…seluruh keluarga besar saya…saya sayang sama kalian

semua.

™ Yang saya hormati, Pak Heri, selaku dosen pembimbing. Saya ingin

mengucapkan terimakasih buat ilmu yang sudah bapak bagikan dan

terimakasih juga buat kesabarannya membimbing saya selama ini. Saya juga

ingin meminta maaf bila selama bimbingan saya sering telat dan tidak

menepati janji.

™ Fakultas Psikologi, dimana saya memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang

dunia Psikologi itu sendiri. Terimakasih buat dedikasinya yang tinggi untuk

(11)

xi

™ Dosen-dosen yang telah membagikan ilmu selama kurang lebih 4 tahun di

Fakultas Psikologi, terimakasih Pak..terimakasih Bu...tanpa kalian saya tidak

akan mengerti apa-apa dan tidak mungkin menjadi seorang sarjana psikologi;)

™ Bang yuli yang sudah dengan senang hati memberikan bimbingan, terimakasih

buat kebaikan hati abg.

™ Bang uri dan Bang Bona yg selalu memberikan support dan bantuan kepada

saya dalam penyelesaian skripsi ini.

™ Abie..pria hebat dengan multi-talent, saya mengucapkan terimakasih buat

support dan advicenya selama ini.

™ Bang At, terimakasih buat segala bantuan dan kreativitasnya, maaf saya sudah

sering merepotkan abang.

™ Kepada 100 orang teman-teman Kalimantan Barat yang sudah bersedia

dengan senang hati mengisi 120 soal skala dalam penelitian ini. Saya minta

maaf jika soalnya kebanyakan. Sekali lagi terimakasih buat partisipasi kalian

karena tanpa kalian tugas akhir ini tidak mungkin selesai.

™ Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Sekali lagi

terimakasih.

™ Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari

sempurna dan tidak lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, dengan senang hati,

penulis akan menerima masukan yang akan mengembangkan karya tulis ini.;)

Penulis

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ix KATA PENGANTAR... x

BAB II. LANDASAN TEORI... 11

A. Kepercayaan Diri... 11

1. Pengertian Kepercayaan Diri... 11

2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri... 11

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri... 13

4. Faktor-faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri... 14

5. Kepercayaan Diri Mahasiswa Kalimantan Barat... 16

B. Tato... 18

1. Pengertian Tato... 18

(13)

xiii

D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato...

25

E. Hipotesis Penelitian... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian... 28

B. Identifikasi Variabel... 28

C. Definisi Operasional... 28

D. Subyek Penelitian... 29

E. Metode dan Alat Pengumpul Data... 30

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 33

G. Hasil Uji Alat Ukur... 35

H. Metode Analisis Data... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

A. Pelaksanaan Penelitian... 39

B. Hasil Penelitian... 39

C. Uji Asumsi Penelitian... 40

D. Pembahasan... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 45

A. Kesimpulan... 45

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA... 47

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Blue-Print Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri... 34

Tabel 3 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel... 35

Tabel 4 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Unfavorabel... 35

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I : Skala Penelitian... 50

Lampiran II : Uji Reliabilitas... 59

Lampiran III : Deskripsi Data Penelitian... 69

Lampiran IV : Uji Independent Sample Test ( Uji T )... 72

Lampiran V : Wawancara... 74

(16)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepercayaan diri memiliki kaitan dengan keyakinan pada diri

sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hakim (2002)

bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala

aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinannya tersebut membuatnya

merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Kepercayaan diri tersebut amatlah penting bagi kehidupan manusia

karena dengan memiliki kepercayaan diri seseorang akan menjadi lebih

mudah menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapinya (Hakim,

2002).

Kepercayaan diri sendiri terbentuk melalui sebuah proses dan

proses pembentukannya tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah pendidikan keluarga/ orang tua,

kondisi ekonomi keluarga, penampilan fisik dan penyesuaian diri (Hakim,

2002).

Dalam hal ini, Hakim (2002) mengemukakan bahwa anak akan

tumbuh menjadi individu yang percaya diri jika orang tuanya mampu

menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak tersebut. Hal ini

menyebabkan anak mampu menilai dirinya secara positif pula. Di lain

pihak, orang tua yang tidak mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam

(17)

secara positif pula. Akibatnya, ia akan tumbuh menjadi individu yang

tidak percaya diri.

Kemudian Hakim (2002) menambahkan pula bahwa kondisi

ekonomi keluarga yang baik dapat membuat individu tumbuh menjadi

individu yang percaya diri. Sementara, kondisi ekonomi keluarga yang

berkekurangan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan si anak dapat

membuat anak tidak percaya diri karena orang tua tidak mampu

memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu, anak menjadi

kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya.

Menurut Centi (1993), penampilan fisik merupakan faktor yang

penting dalam pembentukan kepercayaan diri. Hal ini dikarenakan,

penampilan fisik adalah bagian yang paling tampak dari kepribadian

seseorang dan sangat berpengaruh dalam menciptakan kesan awal bagi

orang lain. Individu yang mempunyai penampilan fisik yang kurang

menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat atau

menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh

orang lain. Dengan sendirinya seseorang akan sangat merasakan

kekurangan yang ada pada dirinya. Jika dia tidak mampu bereaksi secara

positif, timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya

diri. Di lain pihak, individu yang puas dengan penampilan fisiknya akan

memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Hakim, 2002).

Selain ketiga hal di atas, faktor lain yang ikut mempengaruhi

(18)

3

bahwa dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok,

biasanya seseorang akan terkait di dalam lingkungan tertentu dan berkaitan

dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia kesulitan dan tidak mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, maka bisa menimbulkan

rasa tidak percaya diri. Apabila ia mampu menyesuaikan dirinya maka

secara tidak langsung ia akan merasa diterima oleh lingkungannya tersebut.

Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri pada diri individu tersebut.

Masalah kepercayaan diri ini umumnya lebih sering dialami oleh

remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa peralihan

sehingga akan memberikan banyak perubahan pada diri remaja baik secara

fisiologis maupun psikologis (Gunarsa, 1986). Dalam setiap perubahan

tentu saja diperlukan penyesuaian diri dan seperti yang telah dikemukakan

di atas, mampu tidaknya seseorang menyesuaikan diri dengan perubahan

yang ia alami tersebut akan berpengaruh pada kepercayaan dirinya.

Di samping itu, masa remaja juga dikenal dengan masa kritis

kepribadian. Maksudnya kritis disini disebabkan karena sikap, kebiasaan,

dan pola perlakuan yang sedang dimapankan, dan ada atau tidak adanya

kemapanan itu menjadi penentu apakah remaja yang bersangkutan dapat

menjadi dewasa dalam artian memiliki keutuhan atau tidak (Mappiare,

1982). Dengan demikian, kepercayaan diri dalam perkembangan sosial

mereka sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan

(19)

Remaja yang percaya diri tidak akan mudah terpengaruh oleh

lingkungannya. Mereka mampu untuk menentukan hal-hal apa saja yang

patut mereka ikuti atau tidak sehingga mereka akan berani berkata tidak

untuk hal-hal negatif. Mereka tidak akan mudah terpengaruh berbagai

godaan meskipun godaan tersebut berasal dari teman sebaya mereka

sendiri. Sementara remaja yang tidak percaya diri, merasa dirinya rendah,

tidak mampu, dan sangat bergantung pada orang lain sehingga akan lebih

mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh sebab itulah, kepercayaan

diri merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh remaja.

Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta yang

umumnya sedang berada pada usia remaja, juga mengalami masalah

kepercayaan diri ini. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat sebagai

pendatang di Yogyakarta, secara tidak langsung dituntut untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini dikarenakan,

kondisi di daerah Kalimantan Barat dan kondisi di kota Yogyakarta

sangatlah jauh berbeda, baik dari budaya, tata krama, gaya hidup, dan

lainnya. Di samping itu, kota Yogyakarta sebagai bagian dari pulau Jawa,

dapat dikatakan jauh lebih berkembang/ lebih maju dari daerah

Kalimantan Barat. Bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik maka kemungkinan

besar akan mengalami masalah dengan kepercayaan dirinya. Misalnya saja

dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, ditemukan

(20)

5

kegiatan organisasi baik di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat sendiri maupun di luar perkumpulan mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hanya sejumlah kecil

teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tampak bergaul

dengan teman-teman di luar mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, sebagian

besar lebih memilih bergaul dengan sesama teman yang berasal dari satu

daerahnya. Dampak negatifnya, wawasan mereka menjadi kurang

sehingga mereka akan cenderung memiliki pandangan yang sempit

( fanatik berlebihan ).

Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini ternyata tidak hanya

dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kota Yogyakarta saja

tetapi mereka juga perlu menyesuaikan diri dengan komunitas mereka

sendiri yaitu perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada

di Yogyakarta.

Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada

di kota Yogyakarta, ditemukan adanya sebuah fenomena yang sangat

menarik. Sejumlah besar teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat tampak seperti saling berlomba-lomba membuat tato di tubuhnya.

Bentuk tatonya sendiri sangat bervariasi namun uniknya selalu

mengandung motif Dayaknya.

Bagi suku Dayak, tato memang merupakan sebuah tradisi bahkan

pada subsuku Dayak tertentu, tato merupakan sebuah kewajiban. Tato

(21)

dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan. Makna tato sendiri

secara umum sangatlah beragam, bisa sebagai simbol status sosial, sebagai

bukti dari seseorang yang telah melakukan perjalanan panjang, sebagai

penangkal serangan dari roh jahat, dan lain-lain (Olong, 2006).

Seiring berjalannya waktu, tradisi tato pada suku Dayak mulai

memudar. Tradisi tato tersebut hanya masih dilakukan oleh sejumlah kecil

orang Dayak saja khususnya mereka yang masih hidup di daerah

pedalaman. Saat ini, budaya tato tersebut telah dimunculkan kembali oleh

kaum muda Dayak khususnya kaum laki-laki. Namun, eksistensi tatonya

sudah bukan merupakan tato tradisi lagi. Hal ini ditunjukkan dengan tato

yang dimiliki mahasiswa Dayak Kalimantan Barat telah mengalami

banyak modifikasi atau mungkin bisa dikatakan lebih banyak bersifat

kreasi. Cara membuat tato juga sudah tidak melalui berbagai ritual lagi.

Tato yang ada pada mereka lebih banyak memiliki unsur seni atau

keindahannya (Olong, 2006).

Di Kalimantan Barat, fenomena membuat tato di kalangan kaum

muda Dayak ini sudah berlangsung cukup lama. Hampir setiap orang

Dayak mengetahui bahwa tato memang merupakan bagian dari tradisi

suku Dayak. Hanya saja, tidak semua mengerti apa tujuan dari tato itu

sendiri. Pada umumnya, mereka yang bertato adalah kaum muda dayak

yang sudah menyelesaikan pendidikannya di bangku SLTA ( Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas ). Hal ini mungkin saja dikarenakan mereka yang

(22)

7

berbagai aturan lagi khususnya aturan sekolah sehingga mereka lebih

bebas dalam bergaya atau berpenampilan.

Kemudian dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat yang ada di kota Yogyakarta, ditemukan beberapa teman yang

awalnya memang sudah bertato dari Kalimantan Barat dan saat di

Yogyakarta mereka menambah tatonya lagi. Selain itu, ditemukan pula

beberapa teman yang awalnya belum bertato sama sekali, kemudian

melihat lingkungannya di Yogyakarta bertato akhirnya menjadi ikut

bertato pula. Keadaan ini pun berlangsung terus menerus sehingga

kegiatan bertato tersebut tampak seperti membudaya di dalam

perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di kota

Yogyakarta ini.

Fenomena yang menarik ini mungkin saja merupakan bentuk usaha

penyesuaian diri teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat agar

dapat diterima di kelompoknya. Salah satu caranya yaitu dengan memiliki

penampilan yang sesuai dengan idealis kelompoknya tersebut (Hurlock,

1997). Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di

Yogyakarta, salah satu aksesoris khusus yang menjadi idealis kelompok

ini adalah tato. Dengan demikian, dapat dikatakan teman-teman

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat menato tubuhnya untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kelompoknya.

Menurut Hurlock (1997), seseorang yang dapat menyesuaikan diri

(23)

kelompoknya tersebut sehingga dapat memberikan perasaan berharga dan

rasa keyakinan dalam dirinya. Dengan demikian, fenomena ini kemudian

memunculkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan kepercayaan diri

mereka di dalam kelompoknya tersebut.

Di lain pihak, dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat yang ada di Yogyakarta ini tidak hanya dijumpai teman-teman yang

telah menato tubuhnya, tetapi dijumpai pula mereka yang tidak menato

tubuhnya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, penulis membagi

perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut dengan dua

kelompok yaitu kelompok yang bertato dan kelompok yang tidak bertato.

Perbedaan kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan pilihan antara

teman-teman pada kelompok bertato dengan teman-teman kelompok tidak

bertato. Bila kepemilikan tato dilihat sebagai indikator dari teman-teman

yang kepercayaan dirinya rendah, hal ini berarti, teman-teman dari

kelompok bertato kemungkinan besar memiliki masalah dengan

kepercayaan dirinya sedangkan teman-teman dari kelompok tidak bertato

tidak memiliki masalah dengan kepercayaan diri mereka. Perbedaan

kepercayaan diri ini terlihat pula dari keseharian teman-teman mahasiswa

Dayak yang bertato dan tidak bertato. Teman-teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang tidak bertato tampak lebih aktif dalam organisasi,

mereka juga kebanyakan lebih unggul dalam prestasi. Dalam hal ini, orang

yang lebih aktif dalam organisasi dan unggul dalam prestasi dilihat sebagai

(24)

teman-9

teman yang bertato lebih sering mengalami masalah baik masalah konflik

dengan teman sebaya maupun masalah dalam akademik mereka.

Kecenderungan teman-teman yang bertato sering mengalami konflik

tersebut menunjukkan adanya sikap mereka yang cenderung

mementingkan diri sendiri pula dan hal ini merupakan karakteristik orang

yang tingkat kepercayaan dirinya rendah (Lauster, 1990). Sementara

kecenderungan mereka yang bertato mengalami masalah akademik yaitu

adanya kecenderungan mereka membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi, secara tidak

langsung menunjukkan adanya sikap mereka yang kurang bertanggung

jawab dan hal ini merupakan karakteristik dari orang yang tingkat

kepercayaan dirinya rendah pula (Lauster, 1990). Kondisi ini diakui pula

oleh beberapa pembina mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di

Yogyakarta (Wawancara III, baris 39-48, 7 mei 2009).

Melalui uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan

pilihan antara teman-teman kelompok bertato dan teman-teman kelompok

tidak bertato tersebut terkait dengan perbedaan kepercayaan diri yang

mereka miliki. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan

tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

(25)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat disimpulkan yang menjadi fokus

permasalahan adalah adakah perbedaan tingkat kepercayaan diri antara

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menunjukkan pada psikologi

remaja unsur kepercayaan diri remaja yang sedang mencari identitas

diri

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dan peneliti lain

memahami bahwa tidak bertato menunjukkan kepercayaan diri yang

(26)

11

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Hakim (2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya

dan keyakinannya tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa

mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang

memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang

dihadapinya (Rini, 2002).

Percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin terhadap

kemampuan sendiri, sehingga individu yang bersangkutan tidak

berhati-hati secara berlebihan, yakin akan kebebasannya atau kemandiriannya,

maka ia tidak mementingkan dirinya secara berlebihan, cenderung menjadi

toleran dan memiliki ambisi yang normal (Lauster, 2001).

2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri

Lauster (2001) mengemukakan bahwa orang yang percaya diri

mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :

(27)

b. dia lebih toleran,

c. tidak tergantung dengan orang lain,

d. tidak mementingkan diri sendiri,

e. dia lebih optimis dan gembira.

Sementara, Hakim (2002), mengungkapkan bahwa ciri-ciri

tertentu dari orang yang percaya diri antara lain :

a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai

c. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai

situasi

d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi

e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya

f. Memiliki kecerdasan yang cukup

g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup

h. Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang

kehidupannya

i. Memiliki kemampuan bersosialisasi

j. Memiliki latar belakang kehidupan yang baik

k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi

kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup

l. Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, yaitu

(28)

13

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri orang

percaya diri adalah selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai

masalah, yaitu dengan tetap tegar, sabar, tabah. Dalam menghadapi

persoalan hidup dia lebih optimis dan gembira. Orang yang percaya

diri mengetahui dan menilai diri sendiri, peduli dengan diri dan dapat

mengendalikan diri dengan baik.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Lauster (2001) mengemukakan bahwa kepercayaan diri memiliki

beberapa aspek, yaitu :

a. Memiliki perasaan aman

Perasaan aman merupakan perasaan yang terbebas dari perasaan

takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang lain yang ada di

sekitarnya serta mampu menghadapi segala permasalahan dengan

tenang.

b. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Yakin pada kemampuan diri sendiri merupakan suatu perasaan

yang tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan

tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Mahasiswa tersebut sadar

akan kelebihan dan kekurangannya.

c. Tidak mementingkan diri dan cukup toleran

Tidak mementingkan diri dan cukup toleran diartikan sebagai

(29)

pendapat orang lain dan dapat menerima pandangan orang lain. Dia

juga menerima adanya perbedaan antara mahasiswa satu dengan

yang lain.

d. Memiliki ambisi yang normal

Memiliki ambisi yang normal berarti ambisi yang dimiliki sesuai

dengan kemampuan individu tersebut, sehingga ia mampu

menyelesaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab

e. Mandiri

Mandiri merupakan ketidaktergantungan individu pada orang lain

dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan suatu

tindakan

f. Optimis

Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif

mengenai diri dan masa depannya

4. Faktor-Faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri

Hakim (2002) memaparkan bahwa percaya diri dapat terbentuk

oleh beberapa hal. Faktor yang dapat membentuk rasa percaya diri

tersebut, yaitu :

a. Pendidikan keluarga/ orang tua

Dalam keluarga, anak akan mulai memahami dirinya dalam

berhubungan dengan orang lain. Jika ia bisa menilai dirinya

(30)

15

rendah dengan orang lain, ia akan bisa memiliki rasa percaya diri

yang normal. Sebaliknya jika ia memahami dirinya secara negatif

dan banyak kekurangannya dibanding dengan orang lain, ia akan

menjadi pribadi yang rendah diri dan akhirnya berkembang

menjadi tidak percaya diri.

b. Kondisi ekonomi keluarga

Gejala tidak percaya diri ini biasanya dialami oleh

seseorang yang berasal dari keluarga ekonomi lemah yang tidak

mampu memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu anak

menjadi rendah diri dan kurang percaya diri untuk bergaul dengan

teman-temannya.

c. Penampilan fisik

Orang yang mempunyai penampilan fisik yang kurang

menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat

atau menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas

terlihat oleh orang lain. Dengan sendirinya seseorang amat

merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan

dengan orang lain. Jika dia tidak mampu bereaksi secara positif,

timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya

diri.

d. Penyesuaian diri

Dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan

(31)

tertentu dan berkaitan dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia

kesulitan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

tersebut, maka bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri.

5. Kepercayaan diri Mahasiswa Kalimantan Barat

Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, umumnya dipenuhi oleh

para pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk

salah satunya adalah Kalimantan Barat. Para pelajar yang berasal dari

daerah Kalimantan Barat ini tersebar di berbagai macam Universitas

yang ada di Yogyakarta. Namun pada kenyataannya, setiap dari

mereka diperhadapkan pada persoalan yang sama yaitu harus

berinteraksi dan berelasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah

lain seperti Sumatera, Jawa, Sulauwesi, Bali dan Papua.

Bersosialisasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah

lain bukanlah sesuatu hal yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya

perbedaan yang akan mereka jumpai satu dengan yang lainnya.

Kemajemukan yang ada dapat memicu perselisihan sehingga

dibutuhkan sekali kemampuan adaptasi yang baik.

Mahasiswa Kalimantan Barat, sebagai mahasiswa yang

seringkali mendapat sebutan mahasiswa yang berasal dari daerah

pedalaman, cenderung akan memiliki rasa rendah diri pada diri mereka.

(32)

17

cenderung memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah lantaran

fasilitas dan informasi yang cenderung terbatas pula.

Namun dari hasil wawancara pada sejumlah mahasiswa

Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa secara umum

kepercayaan diri yang mereka miliki tidaklah terlalu rendah ( termasuk

rata-rata ). Hal ini ditunjukkan dari respon mereka terhadap

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan aspek-aspek dari kepercayaan diri

yang meliputi pendapat mereka tentang kepercayaan diri, seberapa

pentingkah kepercayaan diri tersebut bagi mereka, seberapa besar

keyakinan mereka terhadap kemampuan mereka bila dibandingkan

dengan kemampuan mahasiswa yang berasal dari daerah lain, seberapa

seringkah mereka mengutarakan pendapat mereka selama proses

perkuliahan berlangsung, bagaimana perasaan mereka saat harus

mempresentasikan materi di depan kelas, lalu seberapa aktifkah

mereka dalam proses diskusi kelompok, seberapa beranikah mereka

mengutarakan pendapat mereka, apakah mereka pernah merasa takut

apabila pendapat yang mereka utarakan tidak diterima oleh orang lain,

seberapa jauh mereka mengenal diri mereka baik kelebihan dan

kekurangan mereka, apa respon yang seringkali muncul saat mereka

harus menghadapi masalah seperti tugas kuliah yang menumpuk,

kemudian apakah mereka termasuk pribadi yang sering

(33)

Melalui respon-respon yang diberikan oleh beberapa teman

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap pertanyaan-pertanyaan

mengenai kepercayaan diri yang diajukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa secara umum kepercayaan diri yang dimiliki mahasiswa

Kalimantan Barat masih tergolong rata-rata.

B. TATO

1. Pengertian Tato

Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama

digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah

tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos,

tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattoos, dan tatu (Olong, 2006).

Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesian

dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang

membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia

Indonesia (1990) dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna

permanen pada kulit tubuh.

Konon kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti yakni “tattau” yang

berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan

menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat

(34)

19

Amy Krakov (dalam Olong, 2006) mengungkapkan secara

teknis bahwa tato adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara

diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit.

2. Sejarah Perkembangan Tato

Dalam sejarah tercatat bahwa tato pada awalnya dapat

ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan the Great Pyramids.

Saat itu orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka sehingga

seni tato pun ikut menyebar. Peradaban dari Kreta, Yunani, Persia,

dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk seni tersebut. Sekitar

2000 SM, seni tato menyebar ke Cina (Olong, 2006).

Bukti tato Mesir yang tertua ada pada peninggalan mumi

Nubbian yang bertahun 2000 SM. Tato pada bagian tubuh mumi yang

ditemukan di Mesir bermotifkan pola grafis yang sederhana dengan

titik-titik yang saling berhubungan membentuk desain elips terletak di

bagian bawah perut (Olong, 2006).

Nuansa tato yang kian beraneka ragam ini, semakin menambah

maraknya dunia tato dan penggemarnya yang secara tidak langsung

akan membuat image masyarakat tentang tato menjadi lebih baik,

tidak dipandang sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi

keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman

ke zaman. Dulu dianggap buruk, sekarang tato dianggap sebagai

(35)

mustahil jika tato bisa dianggap sebagai penunjukan "status kelas

sosial (Sobardi, 2004).

3. Tujuan dari Tato

Pada sistem budaya yang berlainan, tato mempunyai makna

dan fungsi yang berbeda-beda. Tato memiliki sesuatu yang sangat

penting dalam suatu ritual atau tradisi. Di Borneo misalnya, para

wanita menato dirinya sebagai simbol yang menunjukkan keahlian

khusus mereka. Suku Maori di New Zealand membuat tato yang

berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut

mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik (Olong, 2006).

Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan

sebagai ritus inisiasi untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan

mereka. Hampir sama seperti diatas, orang-orang Suku Nuer di Sudan

memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.

Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk

menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu (Giang,

2004).

Salah satu kedudukan tato pada budaya Mentawai menurut Adi

Rosa (dalam Yuliawan, 2001) adalah untuk menunjukkan jati diri dan

perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun berbeda dengan tato

ahli berburu. Ahli berburu dilambangkan dengan gambar binatang,

(36)

21

Menurut Gusti (2007), pemilik Studi Tato Gusti’s, Kemang

Selatan saat ini tato sudah dianggap menjadi tren. ’’Dulu, tato

memang identik dengan kejahatan. Sebab, pemiliknya kebanyakan

para preman dan penjahat. Namun, saat ini sudah banyak selebriti

dunia dan Indonesia yang mengoleksi tato di tubuhnya sebagai

aksesori”.

Gusti (2007) menambahkan lagi bahwa jarum yang berfungsi

membuat tato tidak membuat orang takut. Tato dan body piercing

menjadi bagian dari aksesori, bahkan, bisa berfungsi sebagai make up

permanen. Tato bisa membantu menyamarkan noda di kulit atau

menutupi tahi lalat. Selain itu, tato juga dapat untuk mengoreksi

bagian tertentu pada wajah, seperti bibir dan alis agar berkesan tebal.

Menurut pendapat Lie (2007), tato bagi orang Dayak Aoheng

(orang Kalteng menyebutnya sebagai Dayak Penihing) merupakan

lentera atau lampu penerang menuju surga layaknya damar yang

digunakan zaman dulu untuk penerang kegelapan. Tato Dayak

memiliki simbol-simbol sakral yang secara sosial

kemasyarakatan. ”Jadi tato bagi kami bagian dari spiritual dan tidak

ada maksud untuk menjadi jagoan seperti yang dicitrakan selama ini”.

bisa menjadi penanda dari status seseorang.

Menurut Gusti (2007), selain sebagai simbol feminin seperti

(37)

punggung atas, bawah pinggul, lengan, dan dada. Tujuannya agar

terlihat sensual karena bisa menonjolkan kelebihan tubuh.

Secara garis besar tujuan orang bertato adalah sebagai ekspresi

seni sebagian besar masyarakat, baik sebagai hiasan ataupun sebagai

kecantikan yang menonjolkan sifat feminism bagi wanita. Kekuatan

tato pada budaya yang masih menggunakan tato adalah berfungsi

sebagi jati diri seseorang atau kelompok suatu adat istiadat tertentu.

4. Tato pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

Kegiatan menato tubuh pada sejumlah besar teman-teman

yang ada di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

ini merupakan sebuah fenomena yang menarik. Hal ini dikarenakan,

selain kegiatan bertato tersebut sudah seperti membudaya di dalam

perkumpulan ini, dapat dikatakan pula bahwa fenomena kegiatan

bertato seperti ini hanya ditemukan di dalam perkumpulan Mahasiswa

Dayak Kalimantan Barat saja.

Motivasi mereka dalam menato tubuhnya tentu saja

bermacam-macam namun sejumlah teman mengaku menato tubuhnya

karena pengaruh dari teman lain yang sudah menato tubuhnya terlebih

dahulu.

Bentuk tato yang dimiliki teman-teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat ini sangat bervariasi namun uniknya selalu

(38)

23

memang merupakan bagian dari tradisi suku Dayak. Dalam budaya

suku Dayak, tato tersebut dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral

yang memiliki makna beragam (Olong, 2006).

Namun, tato yang ada pada sejumlah teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat tersebut, bukanlah merupakan tato tradisi lagi. Hal

ini dikarenakan proses pembuatan tato yang mereka lakukan sudah

tidak melalui berbagai ritual lagi. Selain itu, bentuk tato yang mereka

miliki juga telah mengalami banyak modifikasi atau mungkin bisa

dikatakan lebih banyak bersifat kreasi. Tato yang ada pada mereka

lebih banyak memiliki unsur seni atau keindahannya (Olong, 2006).

Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

sendiri, memang ada sejumlah teman yang ahli atau pandai membuat

tato. Jadi, bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

yang ingin membuat tato, mereka tidak perlu kesulitan dalam mencari

studio tato dan sebagainya. Mereka dapat dengan mudah mendatangi

rumah kontrakan teman yang pandai membuat tato tersebut. Biaya

yang harus mereka keluarkan juga lebih terjangkau dibandingkan

dengan biaya yang ada di studio tato, bahkan seringkali teman-teman

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat hanya perlu mengganti uang

tinta saja. Selain itu, kualitas tato juga tidak kalah jauh dengan

kualitas tato yang ada di studio tato.

Pembuatan tato itu sendiri kadang membutuhkan waktu yang

(39)

seberapa rumit tato yang ingin dilukis. Sementara alat-alat yang

digunakan meskipun masih sangat sederhana namun sangat dijamin

kesterillannya.

Bentuk tato yang dimiliki teman-teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat memang sangat bervariasi, namun uniknya selalu

mengandung motif Dayaknya. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu

alasan teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat lebih

memilih menato tubuhnya pada teman yang berasal dari satu daerah

daripada di studio tato. Sebab, teman-teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang pandai membuat tato tentu saja akan lebih

menguasai melukis motif Dayak dibandingkan dengan studio tato.

C. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

Mahasiswa adalah golongan pemuda yang secara resmi terdaftar pada

salah satu perguruan tinggi dan aktif dalam perguruan tinggi yang

bersangkutan. Mahasiswa adalah sosok yang berbeda dengan

golongan-golongan pemuda lainnya. Pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri

yang khas, seperti lebih kritis, lebih rasional, lebih kreatif dan merupakan

elite di kalangan pemuda (Tim Peneliti, 1981).

Pada referensi yang sama, yaitu dalam Laporan Penelitian Profil

Mahasiswa pada Perguuan Tinggi Swasta se Koordinator Perguruan

Tinggi Swasta wil. IV Daerah Istimewa Yogyakarta (tahun 1980/1981)

(40)

25

menginjak awal kedewasaannya. Mereka sudah harus belajar bertanggung

jawab atas perbuatannya sendiri. Mahasiswa adalah calon-calon intelektual

yang sekaligus merupakan generasi penerus bangsa.

Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta adalah

para pelajar bersuku Dayak yang berasal dari daerah Kalimantan Barat

yang melanjutkan pendidikannya di perguruan-perguruan tinggi yang ada

di kota Yogyakarta. Pada umumnya, Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

yang ada di Yogyakarta tersebut sedang berada pada rentang usia remaja

pula yaitu 12-25 tahun (Hall dalam Sarwono, 1989).

D. Perbedaan Kepercayaan Diri Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

bertato dan tidak bertato

Fenomena membuat tato yang dijumpai di dalam perkumpulan

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini mungkin saja merupakan bentuk

usaha penyesuaian diri teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

agar dapat diterima di kelompoknya. Salah satu caranya yaitu dengan

memiliki penampilan yang sesuai dengan idealis kelompoknya tersebut

(Hurlock, 1997). Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

di Yogyakarta, salah satu aksesoris khusus yang menjadi idealis kelompok

ini adalah tato. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teman-teman

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat menato tubuhnya untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan seseorang yang dapat

(41)

pengakuan dari kelompoknya tersebut sehingga dapat memberikan

perasaan berharga dan rasa keyakinan dalam dirinya (Hurlock, 1997).

Sementara dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat

yang ada di Yogyakarta tersebut, tidak hanya dijumpai teman-teman yang

telah menato tubuhnya tetapi dijumpai pula mereka yang tidak menato

tubuhnya. Perbedaan kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan pilihan

antara teman-teman pada kelompok bertato dengan teman-teman

kelompok tidak bertato. Bila dalam penelitian ini, kepemilikian tato

merupakan indikator dari teman-teman yang memiliki tingkat

kepercayaan dirinya rendah maka dapat dikatakan bahwa teman-teman

dari kelompok bertato kemungkinan besar memiliki masalah dengan

kepercayaan dirinya sementara teman-teman dari kelompok tidak bertato

tidak. Adanya perbedaan kepercayaan diri ini juga terlihat dari keseharian

teman-teman mahasiswa Dayak yang bertato dan tidak bertato. Pada

umumnya, teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak

bertato tampak lebih aktif dalam organisasi, mereka juga kebanyakan

lebih unggul dalam prestasi. Sementara, teman-teman yang bertato lebih

sering ditemukan mengalami masalah baik masalah konflik dengan teman

sebaya maupun masalah dalam akademik mereka. Hal ini sejalan dengan

apa yang diungkapkan oleh beberapa pembina mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta (Wawancara III, baris 39-48, 7

(42)

27

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perbedaan pilihan antara teman kelompok bertato dan

teman-teman kelompok tidak bertato tersebut terkait dengan perbedaan

kepercayaan diri yang mereka miliki. Dalam penelitian ini dapat

dikatakan bahwa Mahasiswa Kalimantan Barat yang bertato memiliki

tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah daripada Mahasiswa

Kalimantan Barat yang tidak bertato.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat yang tidak bertato memiliki kepercayaan diri yang secara signifikan

(43)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk melihat perbedaan, dengan cara membandingkan

kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato

dan yang tidak bertato.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel pertama, yaitu kepercayaan diri.

2. Variabel kedua, yaitu kepemilikan tato.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini, meliputi kepemilikan tato dan

kepercayaan diri.

(44)

29

Kepemilikan tato adalah ada tidaknya tato pada tubuh subjek.

Adapun ukuran tato minimal yang harus dimiliki subyek, yang

ditetapkan dalam penelitian ini adalah ±10 cm2. Hal ini dikarenakan

agar tato itu sungguh-sungguh signifikan.

2. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri

yang timbul karena adanya sikap positif terhadap kemampuannya

tanpa perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, memiliki

dorongan untuk mencapai hasil sesuai kemampuannya, mampu

membuat keputusan, menghadapi segala sesuatu dengan tenang, dan

tidak mementingkan diri sendiri (Rini, 2002).

Kepercayaan diri ini diungkap melalui Skala Kepercayaan Diri

yang ditunjukkan oleh skor total skala tersebut. Semakin tinggi skor

total kepercayaan diri yang diperoleh subjek, maka akan semakin

tinggi kepercayaan diri yang dimilikinya, sebaliknya rendahnya skor

total kepercayaan diri yang diperoleh subjek, menunjukkan

kepercayaan dirinya yang rendah.

Variabel kepercayaan diri ini diukur dengan aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Lauster (2001), yaitu optimis, ambisi normal, rasa

(45)

D. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa

laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta yang

terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak bertato, dengan

rentang usia remaja (Hall dalam Sarwono, 1989) yakni 12-25 tahun.

E. Metode dan Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan

Skala Kepercayaan Diri yang dibagikan kepada subyek. Alat pengumpul

data terdiri dari :

1. Data identitas

Data yang digunakan untuk mengungkap identitas subjek dalam

penelitian ini terdiri dari usia, penampilan (bertato/ tidak bertato), bila

bertato; ukuran tato.

2. Skala Kepercayaan Diri

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan

skala psikologis, yaitu Skala Kepercayaan Diri. Skala tersebut disusun

dengan menggunakan rating yang dijumlahkan (summated ratings),

yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan

(46)

31

Prosedur penskalaan dengan menggunakan rating yang

dijumlahkan didasarkan oleh dua asumsi (Azwar, 2005), yaitu :

- setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai

pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang unfavorabel,

- jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap

positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada

jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap

negatif.

a. Penyusunan Aitem Skala Kepercayaan Diri

Skala Kepercayaan Diri ini disusun oleh peneliti dan

didasarkan pada aspek-aspek kepercayaan diri dari Lauster (2001).

Aspek-aspek yang diungkap adalah: optimis, ambisi normal, rasa

aman, toleran, keyakinan pada dirinya sendiri, dan mandiri.

Untuk mengungkap aspek-aspek tentang kepercayaan diri,

maka peneliti membuat pernyataan-pernyataan yang

mengidentifikasikan kepercayaan diri. Pernyataan-pernyataan

tersebut bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan ( aitem )

yang bersifat favorabel adalah aitem yang mendukung atau

(47)

yang bersifat unfavorable adalah aitem yang tidak mendukung atau

tidak menunjukkan ciri atribut yang hendak diukur.

Skala kepercayaan diri ini disusun oleh peneliti sendiri dan

pembuatan skala mengacu pada aspek-aspek ( komponen )

kepercayaan diri tersebut, maka dibuat 120 aitem dengan

spesifikasi 60 aitem bersifat favorable dan 60 aitem bersifat

unfavorable. Pernyataan-pernyataan yang telah disusun

berdasarkan definisi operasional kepercayaan diri kemudian diacak

dan diberi nomor sehingga menghasilkan skala kepercayaan diri

yang siap diujicobakan. Untuk lebih jelasnya, penyebaran aitem

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Blue-Print Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri

No

Komponen Jumlah Aitem Jumlah aitem

(48)

33 b. Pemberian skor aitem Skala Kepercayaan Diri

Dalam setiap aitem Skala Kepercayaan Diri ini disediakan

empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai dengan keadaan diri

saya (SS), Sesuai dengan keadaan diri saya (S), Tidak Sesuai

dengan keadaan diri saya (TS), dan Sangat Tidak Sesuai dengan

keadaan diri saya (STS). Penskoran setiap aitem tergantung dalam

bentuk pernyataannya. Untuk pernyataaan favorabel, maka

penskorannya sebagai berikut :

Tabel 2 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel

Jawaban Skor

Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS) 4

Sesuai dengan keadaan diri saya (S) 3

Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) 1

Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel, maka skoringnya adalah :

(49)

Jawaban Skor

Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS) 1

Sesuai dengan keadaan diri saya (S) 2

Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS) 3

Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) 4

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian data merupakan sesuatu yang penting. Benar dan

tidaknya tergantung dari baik/ tidaknya instrument pengumpul data yang

dipergunakan. Untuk itu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut:

1. Uji validitas

Validitas adalah ukuran sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat

ukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 1999). Suatu alat ukur

memiliki alat validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran.

Menurut Azwar (2005), validitas isi merupakan validitas yang

diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional

atau lewat professional judgement. Dalam penelitian ini, untuk

memenuhi validitas isi, peneliti melakukan konsultasi dengan dosen

(50)

35

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuan

(Azwar, 1999). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu

yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, yang disebut

sebagai reliabel. Dalam penelitian ini taraf reliabilitas alat ukur akan

diukur dengan metode α-cronbrach yaitu melalui pendekatan

reliabilitas konsistensi internal. Nilai reliabilitas skala memuaskan bila

koefisien Alpha mendekati 0,90.

3. Daya beda aitem

Pernyataan terbaik adalah pernyataan yang mempunyai daya beda

tinggi yang mampu memisahkan antara kelompok responden yang

mempunyai sikap yang positif dan kelompok yang mempunyai sikap

negatif terhadap suatu pernyataan. Dalam penelitian ini daya beda

aitem diukur dengan koefisien korelasi, biasanya digunakan batasan rix

≥ 0,30. Akan tetapi batasan tersebut bisa diturunkan menjadi ≥ 0,25

(Azwar, 1999) sehingga pada penelitian ini, peneliti menggunakan

batasan ≥ 0,25 dalam melakukan seleksi aitem. Jadi, semua

pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang daripada

0,25 dapat disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang akan diikutkan

dalam skala sikap diambil dari aitem-aitem yang memiliki korelasi

(51)

mendekati angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya (Azwar,

1999).

G. Hasil Uji Alat Ukur

Peneliti melakukan estimasi reliabilitas dengan menggunakan

rumus koefisien korelasi yang dhiung dengan bantuan program SPSS for

Windows version 15.0. Peneliti melakukan seleksi aitem dengan

menggunakan koefisien korelasi juga. Aitem-aitem yang memiliki nilai

koefisien korelasi di bawah 0,25 akan dibuang dan kemudian dilakukan

penghitungan reliabilitas kembali hingga tidak daitemukan lagi nilai

koefisien korelasi yang berada di bawah 0,25. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan reliabilitas skala kepercayaan diri. Sebab dengan

membuang aitem-aitem yang nilai koefisien korelasi di bawah 0,25 maka

reliabilitasnya akan meningkat.

Seleksi aitem dilakukan dalam beberapa putaran. Beberapa kali

putaran tersebut dilakukan untuk menggugurkan aitem-aitem yang

memiliki koefisien korelasi di bawah 0,25. Pada putaran pertama

didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,911. Aitem-aitem yang gugur

adalah aitem 1, aitem 4, aitem 5, aitem 6, aitem 11, aitem 12, aitem 13,

aitem 14, aitem 15, aitem 16, aitem 17, aitem 20, aitem 24, aitem 25, aitem

26, aitem 28, aitem 29, aitem 30, aitem 33, aitem 37, aitem 38, aitem 39,

(52)

37

58, aitem 59, aitem 60, aitem 68, aitem 69, aitem 70, aitem 82, aitem 83,

aitem 84, aitem 95, aitem 96, aitem 106, aitem 116, aitem 119, aitem 120.

Dalam putaran pertama ini, jumlah aitem yang gugur ada 44 aitem.

Aitem yang masih tersisa berjumlah 76 aitem, kemudian

aitem-aitem tersebut kembali dihitung reliabilitasnya. Penghitungan reliabilitas

yang kedua meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,924.

Aitem-aitem yang gugur dalam putaran kedua ini adalah Aitem-aitem 32, Aitem-aitem 41,

aitem 44, aitem 114.

Aitem yang tersisa 72 aitem, kemudian aitem-aitem tersebut

kembali dihitung reliabilitasnya. Penghitungan reliabilitas yang ketiga

semakin meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,927. Aitem yang

gugur dalam putaran ketiga ini adalah aitem 80.

Setelah melakukan tiga kali penghitungan terdapat 71 aitem yang

tersisa. Kemudian dilakukan sekali lagi penghitungan tetapi tidak terdapat

lagi aitem-aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,25 dan

nilai Cronbach’s Alpha tidak berubah yaitu 0,927. Jadi, dalam seleksi

aitem ini, dengan melakukan empat kali penghitungan nilai reliabilitas

maka jumlah aitem yang gugur seluruhnya ada 49 aitem dan aitem yang

tersisa berjumlah 71 aitem.

Tabel 4. Blue-print Skala Kepercayaan Diri Setelah Seleksi Aitem

No Komponen Jumlah Aitem Jumlah aitem

(53)

1. Optimis 61, 73, 85, 97,

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi aitem pada

masing-masing aspek kurang seimbang, untuk itu peneliti melakukan pengguguran

4 aitem pada aspek optimis, 5 aitem pada aspek yakin pada kemampuan

diri sendiri, dan 3 aitem pada aspek toleran. Aitem yang digugurkan adalah

aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi paling kecil yaitu aitem

nomer 31, aitem 73, aitem 78, aitem 85 pada aspek optimis; aitem 79 pada

aspek rasa aman; aitem 3, aitem 9, aitem 45, aitem 63, dan aitem 105 pada

aspek yakin pada kemampuan diri sendiri; aitem 22, aitem 40, dan aitem

64 pada aspek toleran. Aitem yang tersisa berjumlah 59 aitem.

(54)

39

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif

berdasarkan data dari hasil penelitian. Analisis data untuk penelitian ini

menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t). Metode ini

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan cara

membandingkan dua kelompok subyek dengan mencari perbedaan mean

antara sifat keadaan atau tingkah laku dalam dua kelompok tersebut.

Program yang dipakai untuk analisis adalah program SPSS for Windows

(55)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 13 Juni 2009

sampai 27 Juni 2009. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini

sebanyak 100 orang, yang terbagi menjadi 50 mahasiswa yang bertato dan

50 mahasiswa yang tidak bertato.

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala di tempat

tinggal sementara subyek (kost/ rumah kontrakan). Dalam hal ini, peneliti

dibantu oleh saudara peneliti yang memiliki kenalan sesuai dengan kriteria

subyek yang dibutuhkan.

B. Hasil Penelitian

Pengujian data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik

uji Independent Sample t-test (uji t) dengan bantuan program SPSS for

Windows version 15.0.

Sebelum melakukan uji t peneliti mencoba melakukan uji

(56)

40

diperoleh bahwa data homogen dan normal. Selanjutnya, pada penelitian

ini peneliti tetap menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t).

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga dasar

pengambilan keputusan ialah jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka

Ha ditolak, sebaliknya jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,05 maka Ha

diterima.

Hasil dari tabel terlihat bahwa nilai t sebesar -1,119 dan nilai p

sebesar 0,266. Dikarenakan hipotesis yang digunakan satu arah maka p

tabel dibagi 2 dan menjadi 0,133. Nilai p tersebut lebih besar dari 0,05

maka Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat kepercayaan diri

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dengan mahasiswa

Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato adalah sama.

C. Uji Asumsi Penelitian

1. Uji Normalitas

Distribusi sebaran skor akan dinyatakan normal jika nilai

probabilitasnya lebih dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, distribusi

sebaran skor akan dinyatakan tidak normal jika nilai probabilitas

kurang dari 0,05 (p < 0,05). Nilai probabilitas skor pada penelitian ini

(57)

demikian, sebaran skor untuk tes tingkat kepercayaan diri ini dapat

dinyatakan normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan Levene Test .

Dari perhitungan dengan menggunakan Levene Test nampak bahwa

hasilnya adalah 2,866. Oleh karena nilai probabilitasnya yang lebih

besar dari 0,05, yaitu 0,094 > 0,05 maka dapat diketahui bahwa kedua

kelompok dalam penelitian ini memiliki varian yang sama.

3. Perbedaan Means Teoritis dan Means Empiris

Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kepercayaan diri dari

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, maka dilakukanlah perbandingan

antara rata-rata ( mean ) empiris dan rata-rata ( mean ) teoritis.

Diketahui :

Mean teoritis : (1+2+3+4)/4 x item sisa

: 10/4 x 59

: 147,5

Sementara, nilai mean empiris dicari melalui perhitungan One Sample

(58)

42

Dari data di atas, diketahui bahwa nilai mean Empiris > mean Teoritis

( 227,83 > 147,5 ). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan

diri Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat umumnya tinggi.

D. Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar -1,119. Sementara nilai

p sebesar 0,133. Hal ini berarti nilai p lebih besar dari 0,05 sehingga

hipotesis yang diajukan tidak diterima. Artinya, tingkat kepercayaan diri

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato tidak lebih tinggi

dari tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

bertato. Namun, baik mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato

maupun yang tidak bertato memiliki tingkat kepercayaan diri yang sama.

Jadi, dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kepemilikan tato ternyata

bukan indikator tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat. Hasil penelitian yang berbeda dengan hipotesis awal yang diajukan

penulis ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yang akan dijelaskan

sebagai berikut.

Pada awal penelitian ini, dapat diketahui bahwa kepemilikan tato

dilihat sebagai salah satu cara/ alat penyesuaian diri teman-teman

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat untuk meningkatkan rasa

kepercayaan dirinya saat berada di dalam kelompok. Hal ini berarti

(59)

penyesuaian dirinya. Sementara, kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor, tidak hanya faktor penyesuaian diri saja (Hakim, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan tato tidak membuat

tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat berbeda atau

tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato

tidak lebih rendah daripada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

tidak bertato, hal ini mungkin saja disebabkan karena adanya pengaruh

dari faktor-faktor yang lain tersebut, seperti faktor pendidikan keluarga,

faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor penampilan. Misalnya saja,

dalam wawancara, tanggal 16 Maret 2009, Bebe, salah satu mahasiswa

Dayak Kalimantan Barat, mengaku bahwa sesungguhnya ia mengalami

kesulitan untuk bergaul dengan lingkungannya lantaran sifatnya yang

pemalu. Ia pun memilih untuk menato tubuhnya agar lebih percaya diri

dan lebih mudah masuk ke dalam lingkungannya. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa Bebe memiliki kelemahan dalam kemampuan

penyesuaian dirinya. Akan tetapi, bila dilihat dari kondisi ekonomi

keluarga dan penampilan, ia justru memiliki keunggulan. Akibatnya,

kepercayaan dirinya secara umum dapat dikatakan justru lebih tinggi.

Meskipun fenomena membuat tato di kalangan mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat ini dilihat sebagai bentuk usaha penyesuaian diri

teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat agar dapat diterima di

kelompoknya, ternyata tidak semua teman-teman mahasiswa Dayak

(60)

44

oleh kelompoknya. Mereka menato tubuhnya karena memang memiliki

jiwa seni yang tinggi dan mereka melihat tato tersebut sebagai ekspresi

seni (wawancara I, baris 2&8, 12 Maret 2009). Akibatnya, untuk beberapa

teman, kepemilikan tato tidaklah sebagai indikator kepercayaan dirinya

melainkan merupakan bentuk ekspresi jiwa seninya. Hal ini sejalan dengan

yang disampaikan oleh Olong (2006) yang mengemukakan bahwa tato

merupakan cara orang untuk mengekspresikan dirinya dan tato merupakan

seni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemilikan tato tidak

selalu terkait dengan tingkat kepercayaan diri seseorang. Oleh sebab itu,

hasil penelitian ini menemukan bahwa tato tidak membuat tingkat

kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut berbeda.

Di lain pihak, dari data subyek yang ada ditemukan bahwa usia

sebagian besar teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

bertato lebih tua dibandingkan dengan teman-teman mahasiswa Dayak

Kalimantan Barat yang tidak bertato. Hal ini tampak dari rata-rata usia

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato 23,28 dan rata-rata usia

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato 21,06 sehingga

dapat dikatakan bahwa pada umumnya mahasiswa Dayak Kalimantan

Barat yang bertato memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan

mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato. Sebagian besar

usia teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato

memang sedang berada pada masa remaja akhir, sehingga teman-teman

(61)

kepribadian, cara berpikir dan sikap yang matang (Mappiare, 1982). Hal

ini sejalan dengan salah satu ciri-ciri orang yang percaya diri yang

diungkapkan oleh Hakim (2002) yaitu selalu bersikap positif, tetap tegar,

sabar, dan tabah dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sebab orang

yang sudah memiliki kepribadian, cara berpikir dan sikap yang matang

tentu akan cenderung lebih bersikap positif dalam menghadapi berbagai

persoalan hidupnya. Akibatnya, mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang

bertato tidak memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah

Gambar

Tabel 1. Blue-Print Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri
Tabel 2 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Manfaat dari ini adalah penulis dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana efisiensi faktor-faktor produksi mempengaruhi dan meningkatkan produksi usaha peternak

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing

tersebut. • Memanen produk pada satadia kematangan yang tepat. Fungisida adalah alat yang penting untuk pengendalian penyakit pascapanen,. namun bukan hanya pendekatan cara ini

Kemudian, nilai Gini Ratio untuk distribusi pendapatan Petani Kabupaten Gowa pada tahun 2016 adalah sebesar 0,62 maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan

Dalam menghadapi ancaman pendatang baru, PT.Sunwood memfokuskan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan agar dapat menghambat pengaruh dari para produsen

Ruang lingkupnya adalah instalasi dan konfigurasi VoIP server Asterisk dengan protokol SIP menggunakan koneksi jaringan lokal (LAN) internet (WAN) dan PSTN, perancangan