i Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
S K R I P S I
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Oleh :
Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Tanggal :
Y. Heri Widodo S,Psi, M,Psi
iii
PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Agatha Sagita Ria
NIM : 059114113
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal...
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Dosen I : Y. Heri Widodo, M. Psi 1...
Dosen II : Dr. A. Priyono Marwan, SJ 2...
Dosen III : MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., Psi., M,Si. 3...
Yogyakarta, ...
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
!"
#
$ %%%&'&
!(
v
! " !
#$ % & #$ "' ( #$ % #$ %#$ % & #$ "' ( #$ %& #$ "' ( #$ % #$ % & #$ "' ( #$ %
! " # $ $%&' %()!$ ***
$%+ ' (, ( - - .
$%+ ' (, ( - - .
$%+ ' (, ( - - .
$%+ ' (, ( - - .************
)% (, /***
)% (, /***
)% (, /***
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang
sudah disebutkan dalan kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2009
Penulis
vii ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA DAYAK KALIMANTAN BARAT YANG BERTATO DAN TIDAK BERTATO DI YOGYAKARTA
Agatha Sagita Ria 059114113
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan diri mereka yang tidak bertato secara signifikan lebih tinggi daripada mereka yang bertato.
Subyek penelitian ini adalah 100 mahasiswa laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta, yang terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak bertato, dengan rentang usia remaja (Hall dalam Sarwono, 1989) yakni 12-25 tahun.
Alat penelitian adalah skala kepercayaan diri dengan 71 aitem dan koefisien reliabilitas sebesar 0,927. Uji perbedaan tingkat kepercayaan diri digunakan Independent Sample Test (uji T) dengan hasil analisis nilai t sebesar -1,119 dan nilai p sebesar 0,133. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini ditolak.
viii ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF SELF-CONFIDENCE LEVEL BETWEEN TATTOOED AND NON-TATTOOED DAYAK STUDENTS OF WEST
BORNEO IN YOGYAKARTA
Agatha Sagita Ria 059114113
This research aims at knowing the difference of self-confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo. The hypothesis of this research was the self-confidence of non-tattooed Dayak students is significantly higher than that of tattooed Dayak students.
Subjects of this research were 100 male Dayak students of West Borneo who studied in Yogyakarta, consisted of 50 tattooed students and 50 non-tattooed students, with the age range between 12-25 year old.
The self-confidence scale used in the research consisted of 71 items with reliability coefficient of 0.927. In order to know difference, the research used
independent sample test (t-test).
The data analysis shows the t = -1,119 with p 0,133. The result rejects the hypothesis proposed, there is no difference in self confidence level between tattooed and non-tattooed Dayak students of West Borneo in Yogyakarta.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rakhmatNya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi
dengan judul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato”, penulis susun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada orang-orang luarbiasa yang ada dalam hidup penulis,
yang telah menjadi salah satu semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini...
the first oNe, fOr My Saviour, My Redeemer..my gReaT Father...Jesus Christ,
yang tidak hanya mengajarkan sebuah proses dan perjuangan. Namun juga
selalu senantiasa setia menemani saya melewati proses tersebut dan menjadi
kekuatan untuk saya menyelesaikan perjuangan ini.
Kedua orangtua saya tercinta yang selalu menjadi inspirasi dalam kehidupan
saya, terimakasih buat cinta kasih dan dukungannya yang begitu tulus. Kedua
orangtua yang tidak pernah menuntut lebih tetapi selalu memberi keyakinan
bahwa saya mampu bahkan harus mampu menyelesaikan tugas besar ini. Buat
adek saya tersayang Anggela Trivena Jordani, abang saya Manuel Eka, nenek
kakek saya, (alm) kungkung phopho saya, kak Aing, dan keponakan saya
tersayang Pepey…seluruh keluarga besar saya…saya sayang sama kalian
semua.
Yang saya hormati, Pak Heri, selaku dosen pembimbing. Saya ingin
mengucapkan terimakasih buat ilmu yang sudah bapak bagikan dan
terimakasih juga buat kesabarannya membimbing saya selama ini. Saya juga
ingin meminta maaf bila selama bimbingan saya sering telat dan tidak
menepati janji.
Fakultas Psikologi, dimana saya memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang
dunia Psikologi itu sendiri. Terimakasih buat dedikasinya yang tinggi untuk
xi
Dosen-dosen yang telah membagikan ilmu selama kurang lebih 4 tahun di
Fakultas Psikologi, terimakasih Pak..terimakasih Bu...tanpa kalian saya tidak
akan mengerti apa-apa dan tidak mungkin menjadi seorang sarjana psikologi;)
Bang yuli yang sudah dengan senang hati memberikan bimbingan, terimakasih
buat kebaikan hati abg.
Bang uri dan Bang Bona yg selalu memberikan support dan bantuan kepada
saya dalam penyelesaian skripsi ini.
Abie..pria hebat dengan multi-talent, saya mengucapkan terimakasih buat
support dan advicenya selama ini.
Bang At, terimakasih buat segala bantuan dan kreativitasnya, maaf saya sudah
sering merepotkan abang.
Kepada 100 orang teman-teman Kalimantan Barat yang sudah bersedia
dengan senang hati mengisi 120 soal skala dalam penelitian ini. Saya minta
maaf jika soalnya kebanyakan. Sekali lagi terimakasih buat partisipasi kalian
karena tanpa kalian tugas akhir ini tidak mungkin selesai.
Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Sekali lagi
terimakasih.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna dan tidak lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, dengan senang hati,
penulis akan menerima masukan yang akan mengembangkan karya tulis ini.;)
Penulis
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ix KATA PENGANTAR... x
BAB II. LANDASAN TEORI... 11
A. Kepercayaan Diri... 11
1. Pengertian Kepercayaan Diri... 11
2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri... 11
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri... 13
4. Faktor-faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri... 14
5. Kepercayaan Diri Mahasiswa Kalimantan Barat... 16
B. Tato... 18
1. Pengertian Tato... 18
xiii
D. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang Bertato dan Tidak Bertato...
25
E. Hipotesis Penelitian... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 28
A. Jenis Penelitian... 28
B. Identifikasi Variabel... 28
C. Definisi Operasional... 28
D. Subyek Penelitian... 29
E. Metode dan Alat Pengumpul Data... 30
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 33
G. Hasil Uji Alat Ukur... 35
H. Metode Analisis Data... 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39
A. Pelaksanaan Penelitian... 39
B. Hasil Penelitian... 39
C. Uji Asumsi Penelitian... 40
D. Pembahasan... 41
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 45
A. Kesimpulan... 45
B. Saran... 46
DAFTAR PUSTAKA... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Blue-Print Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri... 34
Tabel 3 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel... 35
Tabel 4 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Unfavorabel... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I : Skala Penelitian... 50
Lampiran II : Uji Reliabilitas... 59
Lampiran III : Deskripsi Data Penelitian... 69
Lampiran IV : Uji Independent Sample Test ( Uji T )... 72
Lampiran V : Wawancara... 74
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepercayaan diri memiliki kaitan dengan keyakinan pada diri
sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hakim (2002)
bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinannya tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Kepercayaan diri tersebut amatlah penting bagi kehidupan manusia
karena dengan memiliki kepercayaan diri seseorang akan menjadi lebih
mudah menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapinya (Hakim,
2002).
Kepercayaan diri sendiri terbentuk melalui sebuah proses dan
proses pembentukannya tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah pendidikan keluarga/ orang tua,
kondisi ekonomi keluarga, penampilan fisik dan penyesuaian diri (Hakim,
2002).
Dalam hal ini, Hakim (2002) mengemukakan bahwa anak akan
tumbuh menjadi individu yang percaya diri jika orang tuanya mampu
menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak tersebut. Hal ini
menyebabkan anak mampu menilai dirinya secara positif pula. Di lain
pihak, orang tua yang tidak mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam
secara positif pula. Akibatnya, ia akan tumbuh menjadi individu yang
tidak percaya diri.
Kemudian Hakim (2002) menambahkan pula bahwa kondisi
ekonomi keluarga yang baik dapat membuat individu tumbuh menjadi
individu yang percaya diri. Sementara, kondisi ekonomi keluarga yang
berkekurangan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan si anak dapat
membuat anak tidak percaya diri karena orang tua tidak mampu
memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu, anak menjadi
kurang percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya.
Menurut Centi (1993), penampilan fisik merupakan faktor yang
penting dalam pembentukan kepercayaan diri. Hal ini dikarenakan,
penampilan fisik adalah bagian yang paling tampak dari kepribadian
seseorang dan sangat berpengaruh dalam menciptakan kesan awal bagi
orang lain. Individu yang mempunyai penampilan fisik yang kurang
menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat atau
menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh
orang lain. Dengan sendirinya seseorang akan sangat merasakan
kekurangan yang ada pada dirinya. Jika dia tidak mampu bereaksi secara
positif, timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya
diri. Di lain pihak, individu yang puas dengan penampilan fisiknya akan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Hakim, 2002).
Selain ketiga hal di atas, faktor lain yang ikut mempengaruhi
3
bahwa dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok,
biasanya seseorang akan terkait di dalam lingkungan tertentu dan berkaitan
dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia kesulitan dan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, maka bisa menimbulkan
rasa tidak percaya diri. Apabila ia mampu menyesuaikan dirinya maka
secara tidak langsung ia akan merasa diterima oleh lingkungannya tersebut.
Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri pada diri individu tersebut.
Masalah kepercayaan diri ini umumnya lebih sering dialami oleh
remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa peralihan
sehingga akan memberikan banyak perubahan pada diri remaja baik secara
fisiologis maupun psikologis (Gunarsa, 1986). Dalam setiap perubahan
tentu saja diperlukan penyesuaian diri dan seperti yang telah dikemukakan
di atas, mampu tidaknya seseorang menyesuaikan diri dengan perubahan
yang ia alami tersebut akan berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
Di samping itu, masa remaja juga dikenal dengan masa kritis
kepribadian. Maksudnya kritis disini disebabkan karena sikap, kebiasaan,
dan pola perlakuan yang sedang dimapankan, dan ada atau tidak adanya
kemapanan itu menjadi penentu apakah remaja yang bersangkutan dapat
menjadi dewasa dalam artian memiliki keutuhan atau tidak (Mappiare,
1982). Dengan demikian, kepercayaan diri dalam perkembangan sosial
mereka sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan
Remaja yang percaya diri tidak akan mudah terpengaruh oleh
lingkungannya. Mereka mampu untuk menentukan hal-hal apa saja yang
patut mereka ikuti atau tidak sehingga mereka akan berani berkata tidak
untuk hal-hal negatif. Mereka tidak akan mudah terpengaruh berbagai
godaan meskipun godaan tersebut berasal dari teman sebaya mereka
sendiri. Sementara remaja yang tidak percaya diri, merasa dirinya rendah,
tidak mampu, dan sangat bergantung pada orang lain sehingga akan lebih
mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh sebab itulah, kepercayaan
diri merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh remaja.
Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di Yogyakarta yang
umumnya sedang berada pada usia remaja, juga mengalami masalah
kepercayaan diri ini. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat sebagai
pendatang di Yogyakarta, secara tidak langsung dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini dikarenakan,
kondisi di daerah Kalimantan Barat dan kondisi di kota Yogyakarta
sangatlah jauh berbeda, baik dari budaya, tata krama, gaya hidup, dan
lainnya. Di samping itu, kota Yogyakarta sebagai bagian dari pulau Jawa,
dapat dikatakan jauh lebih berkembang/ lebih maju dari daerah
Kalimantan Barat. Bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik maka kemungkinan
besar akan mengalami masalah dengan kepercayaan dirinya. Misalnya saja
dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, ditemukan
5
kegiatan organisasi baik di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat sendiri maupun di luar perkumpulan mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hanya sejumlah kecil
teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tampak bergaul
dengan teman-teman di luar mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, sebagian
besar lebih memilih bergaul dengan sesama teman yang berasal dari satu
daerahnya. Dampak negatifnya, wawasan mereka menjadi kurang
sehingga mereka akan cenderung memiliki pandangan yang sempit
( fanatik berlebihan ).
Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini ternyata tidak hanya
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kota Yogyakarta saja
tetapi mereka juga perlu menyesuaikan diri dengan komunitas mereka
sendiri yaitu perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada
di Yogyakarta.
Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada
di kota Yogyakarta, ditemukan adanya sebuah fenomena yang sangat
menarik. Sejumlah besar teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat tampak seperti saling berlomba-lomba membuat tato di tubuhnya.
Bentuk tatonya sendiri sangat bervariasi namun uniknya selalu
mengandung motif Dayaknya.
Bagi suku Dayak, tato memang merupakan sebuah tradisi bahkan
pada subsuku Dayak tertentu, tato merupakan sebuah kewajiban. Tato
dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan. Makna tato sendiri
secara umum sangatlah beragam, bisa sebagai simbol status sosial, sebagai
bukti dari seseorang yang telah melakukan perjalanan panjang, sebagai
penangkal serangan dari roh jahat, dan lain-lain (Olong, 2006).
Seiring berjalannya waktu, tradisi tato pada suku Dayak mulai
memudar. Tradisi tato tersebut hanya masih dilakukan oleh sejumlah kecil
orang Dayak saja khususnya mereka yang masih hidup di daerah
pedalaman. Saat ini, budaya tato tersebut telah dimunculkan kembali oleh
kaum muda Dayak khususnya kaum laki-laki. Namun, eksistensi tatonya
sudah bukan merupakan tato tradisi lagi. Hal ini ditunjukkan dengan tato
yang dimiliki mahasiswa Dayak Kalimantan Barat telah mengalami
banyak modifikasi atau mungkin bisa dikatakan lebih banyak bersifat
kreasi. Cara membuat tato juga sudah tidak melalui berbagai ritual lagi.
Tato yang ada pada mereka lebih banyak memiliki unsur seni atau
keindahannya (Olong, 2006).
Di Kalimantan Barat, fenomena membuat tato di kalangan kaum
muda Dayak ini sudah berlangsung cukup lama. Hampir setiap orang
Dayak mengetahui bahwa tato memang merupakan bagian dari tradisi
suku Dayak. Hanya saja, tidak semua mengerti apa tujuan dari tato itu
sendiri. Pada umumnya, mereka yang bertato adalah kaum muda dayak
yang sudah menyelesaikan pendidikannya di bangku SLTA ( Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas ). Hal ini mungkin saja dikarenakan mereka yang
7
berbagai aturan lagi khususnya aturan sekolah sehingga mereka lebih
bebas dalam bergaya atau berpenampilan.
Kemudian dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat yang ada di kota Yogyakarta, ditemukan beberapa teman yang
awalnya memang sudah bertato dari Kalimantan Barat dan saat di
Yogyakarta mereka menambah tatonya lagi. Selain itu, ditemukan pula
beberapa teman yang awalnya belum bertato sama sekali, kemudian
melihat lingkungannya di Yogyakarta bertato akhirnya menjadi ikut
bertato pula. Keadaan ini pun berlangsung terus menerus sehingga
kegiatan bertato tersebut tampak seperti membudaya di dalam
perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di kota
Yogyakarta ini.
Fenomena yang menarik ini mungkin saja merupakan bentuk usaha
penyesuaian diri teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat agar
dapat diterima di kelompoknya. Salah satu caranya yaitu dengan memiliki
penampilan yang sesuai dengan idealis kelompoknya tersebut (Hurlock,
1997). Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat di
Yogyakarta, salah satu aksesoris khusus yang menjadi idealis kelompok
ini adalah tato. Dengan demikian, dapat dikatakan teman-teman
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat menato tubuhnya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
Menurut Hurlock (1997), seseorang yang dapat menyesuaikan diri
kelompoknya tersebut sehingga dapat memberikan perasaan berharga dan
rasa keyakinan dalam dirinya. Dengan demikian, fenomena ini kemudian
memunculkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan kepercayaan diri
mereka di dalam kelompoknya tersebut.
Di lain pihak, dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat yang ada di Yogyakarta ini tidak hanya dijumpai teman-teman yang
telah menato tubuhnya, tetapi dijumpai pula mereka yang tidak menato
tubuhnya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, penulis membagi
perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut dengan dua
kelompok yaitu kelompok yang bertato dan kelompok yang tidak bertato.
Perbedaan kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan pilihan antara
teman-teman pada kelompok bertato dengan teman-teman kelompok tidak
bertato. Bila kepemilikan tato dilihat sebagai indikator dari teman-teman
yang kepercayaan dirinya rendah, hal ini berarti, teman-teman dari
kelompok bertato kemungkinan besar memiliki masalah dengan
kepercayaan dirinya sedangkan teman-teman dari kelompok tidak bertato
tidak memiliki masalah dengan kepercayaan diri mereka. Perbedaan
kepercayaan diri ini terlihat pula dari keseharian teman-teman mahasiswa
Dayak yang bertato dan tidak bertato. Teman-teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang tidak bertato tampak lebih aktif dalam organisasi,
mereka juga kebanyakan lebih unggul dalam prestasi. Dalam hal ini, orang
yang lebih aktif dalam organisasi dan unggul dalam prestasi dilihat sebagai
teman-9
teman yang bertato lebih sering mengalami masalah baik masalah konflik
dengan teman sebaya maupun masalah dalam akademik mereka.
Kecenderungan teman-teman yang bertato sering mengalami konflik
tersebut menunjukkan adanya sikap mereka yang cenderung
mementingkan diri sendiri pula dan hal ini merupakan karakteristik orang
yang tingkat kepercayaan dirinya rendah (Lauster, 1990). Sementara
kecenderungan mereka yang bertato mengalami masalah akademik yaitu
adanya kecenderungan mereka membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi, secara tidak
langsung menunjukkan adanya sikap mereka yang kurang bertanggung
jawab dan hal ini merupakan karakteristik dari orang yang tingkat
kepercayaan dirinya rendah pula (Lauster, 1990). Kondisi ini diakui pula
oleh beberapa pembina mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di
Yogyakarta (Wawancara III, baris 39-48, 7 mei 2009).
Melalui uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
pilihan antara teman-teman kelompok bertato dan teman-teman kelompok
tidak bertato tersebut terkait dengan perbedaan kepercayaan diri yang
mereka miliki. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat disimpulkan yang menjadi fokus
permasalahan adalah adakah perbedaan tingkat kepercayaan diri antara
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dan tidak bertato.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menunjukkan pada psikologi
remaja unsur kepercayaan diri remaja yang sedang mencari identitas
diri
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dan peneliti lain
memahami bahwa tidak bertato menunjukkan kepercayaan diri yang
11
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Hakim (2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya
dan keyakinannya tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya (Rini, 2002).
Percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin terhadap
kemampuan sendiri, sehingga individu yang bersangkutan tidak
berhati-hati secara berlebihan, yakin akan kebebasannya atau kemandiriannya,
maka ia tidak mementingkan dirinya secara berlebihan, cenderung menjadi
toleran dan memiliki ambisi yang normal (Lauster, 2001).
2. Ciri-ciri Orang Percaya Diri
Lauster (2001) mengemukakan bahwa orang yang percaya diri
mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
b. dia lebih toleran,
c. tidak tergantung dengan orang lain,
d. tidak mementingkan diri sendiri,
e. dia lebih optimis dan gembira.
Sementara, Hakim (2002), mengungkapkan bahwa ciri-ciri
tertentu dari orang yang percaya diri antara lain :
a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai
situasi
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya
f. Memiliki kecerdasan yang cukup
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
h. Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang
kehidupannya
i. Memiliki kemampuan bersosialisasi
j. Memiliki latar belakang kehidupan yang baik
k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi
kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup
l. Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, yaitu
13
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri orang
percaya diri adalah selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai
masalah, yaitu dengan tetap tegar, sabar, tabah. Dalam menghadapi
persoalan hidup dia lebih optimis dan gembira. Orang yang percaya
diri mengetahui dan menilai diri sendiri, peduli dengan diri dan dapat
mengendalikan diri dengan baik.
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Lauster (2001) mengemukakan bahwa kepercayaan diri memiliki
beberapa aspek, yaitu :
a. Memiliki perasaan aman
Perasaan aman merupakan perasaan yang terbebas dari perasaan
takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang lain yang ada di
sekitarnya serta mampu menghadapi segala permasalahan dengan
tenang.
b. Yakin pada kemampuan diri sendiri
Yakin pada kemampuan diri sendiri merupakan suatu perasaan
yang tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Mahasiswa tersebut sadar
akan kelebihan dan kekurangannya.
c. Tidak mementingkan diri dan cukup toleran
Tidak mementingkan diri dan cukup toleran diartikan sebagai
pendapat orang lain dan dapat menerima pandangan orang lain. Dia
juga menerima adanya perbedaan antara mahasiswa satu dengan
yang lain.
d. Memiliki ambisi yang normal
Memiliki ambisi yang normal berarti ambisi yang dimiliki sesuai
dengan kemampuan individu tersebut, sehingga ia mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab
e. Mandiri
Mandiri merupakan ketidaktergantungan individu pada orang lain
dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan suatu
tindakan
f. Optimis
Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif
mengenai diri dan masa depannya
4. Faktor-Faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri
Hakim (2002) memaparkan bahwa percaya diri dapat terbentuk
oleh beberapa hal. Faktor yang dapat membentuk rasa percaya diri
tersebut, yaitu :
a. Pendidikan keluarga/ orang tua
Dalam keluarga, anak akan mulai memahami dirinya dalam
berhubungan dengan orang lain. Jika ia bisa menilai dirinya
15
rendah dengan orang lain, ia akan bisa memiliki rasa percaya diri
yang normal. Sebaliknya jika ia memahami dirinya secara negatif
dan banyak kekurangannya dibanding dengan orang lain, ia akan
menjadi pribadi yang rendah diri dan akhirnya berkembang
menjadi tidak percaya diri.
b. Kondisi ekonomi keluarga
Gejala tidak percaya diri ini biasanya dialami oleh
seseorang yang berasal dari keluarga ekonomi lemah yang tidak
mampu memberikan berbagai kebutuhan anak. Oleh sebab itu anak
menjadi rendah diri dan kurang percaya diri untuk bergaul dengan
teman-temannya.
c. Penampilan fisik
Orang yang mempunyai penampilan fisik yang kurang
menarik dibanding orang lain yang dikarenakan buruk rupa, cacat
atau menderita kelainan fisik merupakan kekurangan yang jelas
terlihat oleh orang lain. Dengan sendirinya seseorang amat
merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan
dengan orang lain. Jika dia tidak mampu bereaksi secara positif,
timbullah rasa rendah diri yang berkembang menjadi tidak percaya
diri.
d. Penyesuaian diri
Dalam kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan
tertentu dan berkaitan dengan orang-orang di sekitarnya. Jika ia
kesulitan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
tersebut, maka bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri.
5. Kepercayaan diri Mahasiswa Kalimantan Barat
Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, umumnya dipenuhi oleh
para pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk
salah satunya adalah Kalimantan Barat. Para pelajar yang berasal dari
daerah Kalimantan Barat ini tersebar di berbagai macam Universitas
yang ada di Yogyakarta. Namun pada kenyataannya, setiap dari
mereka diperhadapkan pada persoalan yang sama yaitu harus
berinteraksi dan berelasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah
lain seperti Sumatera, Jawa, Sulauwesi, Bali dan Papua.
Bersosialisasi dengan teman-teman yang berasal dari daerah
lain bukanlah sesuatu hal yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya
perbedaan yang akan mereka jumpai satu dengan yang lainnya.
Kemajemukan yang ada dapat memicu perselisihan sehingga
dibutuhkan sekali kemampuan adaptasi yang baik.
Mahasiswa Kalimantan Barat, sebagai mahasiswa yang
seringkali mendapat sebutan mahasiswa yang berasal dari daerah
pedalaman, cenderung akan memiliki rasa rendah diri pada diri mereka.
17
cenderung memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah lantaran
fasilitas dan informasi yang cenderung terbatas pula.
Namun dari hasil wawancara pada sejumlah mahasiswa
Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa secara umum
kepercayaan diri yang mereka miliki tidaklah terlalu rendah ( termasuk
rata-rata ). Hal ini ditunjukkan dari respon mereka terhadap
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan aspek-aspek dari kepercayaan diri
yang meliputi pendapat mereka tentang kepercayaan diri, seberapa
pentingkah kepercayaan diri tersebut bagi mereka, seberapa besar
keyakinan mereka terhadap kemampuan mereka bila dibandingkan
dengan kemampuan mahasiswa yang berasal dari daerah lain, seberapa
seringkah mereka mengutarakan pendapat mereka selama proses
perkuliahan berlangsung, bagaimana perasaan mereka saat harus
mempresentasikan materi di depan kelas, lalu seberapa aktifkah
mereka dalam proses diskusi kelompok, seberapa beranikah mereka
mengutarakan pendapat mereka, apakah mereka pernah merasa takut
apabila pendapat yang mereka utarakan tidak diterima oleh orang lain,
seberapa jauh mereka mengenal diri mereka baik kelebihan dan
kekurangan mereka, apa respon yang seringkali muncul saat mereka
harus menghadapi masalah seperti tugas kuliah yang menumpuk,
kemudian apakah mereka termasuk pribadi yang sering
Melalui respon-respon yang diberikan oleh beberapa teman
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat terhadap pertanyaan-pertanyaan
mengenai kepercayaan diri yang diajukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara umum kepercayaan diri yang dimiliki mahasiswa
Kalimantan Barat masih tergolong rata-rata.
B. TATO
1. Pengertian Tato
Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama
digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah
tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos,
tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattoos, dan tatu (Olong, 2006).
Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesian
dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang
membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia
Indonesia (1990) dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna
permanen pada kulit tubuh.
Konon kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti yakni “tattau” yang
berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan
menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat
19
Amy Krakov (dalam Olong, 2006) mengungkapkan secara
teknis bahwa tato adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara
diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit.
2. Sejarah Perkembangan Tato
Dalam sejarah tercatat bahwa tato pada awalnya dapat
ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan the Great Pyramids.
Saat itu orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka sehingga
seni tato pun ikut menyebar. Peradaban dari Kreta, Yunani, Persia,
dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk seni tersebut. Sekitar
2000 SM, seni tato menyebar ke Cina (Olong, 2006).
Bukti tato Mesir yang tertua ada pada peninggalan mumi
Nubbian yang bertahun 2000 SM. Tato pada bagian tubuh mumi yang
ditemukan di Mesir bermotifkan pola grafis yang sederhana dengan
titik-titik yang saling berhubungan membentuk desain elips terletak di
bagian bawah perut (Olong, 2006).
Nuansa tato yang kian beraneka ragam ini, semakin menambah
maraknya dunia tato dan penggemarnya yang secara tidak langsung
akan membuat image masyarakat tentang tato menjadi lebih baik,
tidak dipandang sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi
keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman
ke zaman. Dulu dianggap buruk, sekarang tato dianggap sebagai
mustahil jika tato bisa dianggap sebagai penunjukan "status kelas
sosial (Sobardi, 2004).
3. Tujuan dari Tato
Pada sistem budaya yang berlainan, tato mempunyai makna
dan fungsi yang berbeda-beda. Tato memiliki sesuatu yang sangat
penting dalam suatu ritual atau tradisi. Di Borneo misalnya, para
wanita menato dirinya sebagai simbol yang menunjukkan keahlian
khusus mereka. Suku Maori di New Zealand membuat tato yang
berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut
mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik (Olong, 2006).
Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan
sebagai ritus inisiasi untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan
mereka. Hampir sama seperti diatas, orang-orang Suku Nuer di Sudan
memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.
Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk
menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu (Giang,
2004).
Salah satu kedudukan tato pada budaya Mentawai menurut Adi
Rosa (dalam Yuliawan, 2001) adalah untuk menunjukkan jati diri dan
perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun berbeda dengan tato
ahli berburu. Ahli berburu dilambangkan dengan gambar binatang,
21
Menurut Gusti (2007), pemilik Studi Tato Gusti’s, Kemang
Selatan saat ini tato sudah dianggap menjadi tren. ’’Dulu, tato
memang identik dengan kejahatan. Sebab, pemiliknya kebanyakan
para preman dan penjahat. Namun, saat ini sudah banyak selebriti
dunia dan Indonesia yang mengoleksi tato di tubuhnya sebagai
aksesori”.
Gusti (2007) menambahkan lagi bahwa jarum yang berfungsi
membuat tato tidak membuat orang takut. Tato dan body piercing
menjadi bagian dari aksesori, bahkan, bisa berfungsi sebagai make up
permanen. Tato bisa membantu menyamarkan noda di kulit atau
menutupi tahi lalat. Selain itu, tato juga dapat untuk mengoreksi
bagian tertentu pada wajah, seperti bibir dan alis agar berkesan tebal.
Menurut pendapat Lie (2007), tato bagi orang Dayak Aoheng
(orang Kalteng menyebutnya sebagai Dayak Penihing) merupakan
lentera atau lampu penerang menuju surga layaknya damar yang
digunakan zaman dulu untuk penerang kegelapan. Tato Dayak
memiliki simbol-simbol sakral yang secara sosial
kemasyarakatan. ”Jadi tato bagi kami bagian dari spiritual dan tidak
ada maksud untuk menjadi jagoan seperti yang dicitrakan selama ini”.
bisa menjadi penanda dari status seseorang.
Menurut Gusti (2007), selain sebagai simbol feminin seperti
punggung atas, bawah pinggul, lengan, dan dada. Tujuannya agar
terlihat sensual karena bisa menonjolkan kelebihan tubuh.
Secara garis besar tujuan orang bertato adalah sebagai ekspresi
seni sebagian besar masyarakat, baik sebagai hiasan ataupun sebagai
kecantikan yang menonjolkan sifat feminism bagi wanita. Kekuatan
tato pada budaya yang masih menggunakan tato adalah berfungsi
sebagi jati diri seseorang atau kelompok suatu adat istiadat tertentu.
4. Tato pada Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
Kegiatan menato tubuh pada sejumlah besar teman-teman
yang ada di dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
ini merupakan sebuah fenomena yang menarik. Hal ini dikarenakan,
selain kegiatan bertato tersebut sudah seperti membudaya di dalam
perkumpulan ini, dapat dikatakan pula bahwa fenomena kegiatan
bertato seperti ini hanya ditemukan di dalam perkumpulan Mahasiswa
Dayak Kalimantan Barat saja.
Motivasi mereka dalam menato tubuhnya tentu saja
bermacam-macam namun sejumlah teman mengaku menato tubuhnya
karena pengaruh dari teman lain yang sudah menato tubuhnya terlebih
dahulu.
Bentuk tato yang dimiliki teman-teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat ini sangat bervariasi namun uniknya selalu
23
memang merupakan bagian dari tradisi suku Dayak. Dalam budaya
suku Dayak, tato tersebut dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral
yang memiliki makna beragam (Olong, 2006).
Namun, tato yang ada pada sejumlah teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat tersebut, bukanlah merupakan tato tradisi lagi. Hal
ini dikarenakan proses pembuatan tato yang mereka lakukan sudah
tidak melalui berbagai ritual lagi. Selain itu, bentuk tato yang mereka
miliki juga telah mengalami banyak modifikasi atau mungkin bisa
dikatakan lebih banyak bersifat kreasi. Tato yang ada pada mereka
lebih banyak memiliki unsur seni atau keindahannya (Olong, 2006).
Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
sendiri, memang ada sejumlah teman yang ahli atau pandai membuat
tato. Jadi, bagi teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
yang ingin membuat tato, mereka tidak perlu kesulitan dalam mencari
studio tato dan sebagainya. Mereka dapat dengan mudah mendatangi
rumah kontrakan teman yang pandai membuat tato tersebut. Biaya
yang harus mereka keluarkan juga lebih terjangkau dibandingkan
dengan biaya yang ada di studio tato, bahkan seringkali teman-teman
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat hanya perlu mengganti uang
tinta saja. Selain itu, kualitas tato juga tidak kalah jauh dengan
kualitas tato yang ada di studio tato.
Pembuatan tato itu sendiri kadang membutuhkan waktu yang
seberapa rumit tato yang ingin dilukis. Sementara alat-alat yang
digunakan meskipun masih sangat sederhana namun sangat dijamin
kesterillannya.
Bentuk tato yang dimiliki teman-teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat memang sangat bervariasi, namun uniknya selalu
mengandung motif Dayaknya. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu
alasan teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat lebih
memilih menato tubuhnya pada teman yang berasal dari satu daerah
daripada di studio tato. Sebab, teman-teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang pandai membuat tato tentu saja akan lebih
menguasai melukis motif Dayak dibandingkan dengan studio tato.
C. Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
Mahasiswa adalah golongan pemuda yang secara resmi terdaftar pada
salah satu perguruan tinggi dan aktif dalam perguruan tinggi yang
bersangkutan. Mahasiswa adalah sosok yang berbeda dengan
golongan-golongan pemuda lainnya. Pada umumnya mahasiswa mempunyai ciri
yang khas, seperti lebih kritis, lebih rasional, lebih kreatif dan merupakan
elite di kalangan pemuda (Tim Peneliti, 1981).
Pada referensi yang sama, yaitu dalam Laporan Penelitian Profil
Mahasiswa pada Perguuan Tinggi Swasta se Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta wil. IV Daerah Istimewa Yogyakarta (tahun 1980/1981)
25
menginjak awal kedewasaannya. Mereka sudah harus belajar bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri. Mahasiswa adalah calon-calon intelektual
yang sekaligus merupakan generasi penerus bangsa.
Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta adalah
para pelajar bersuku Dayak yang berasal dari daerah Kalimantan Barat
yang melanjutkan pendidikannya di perguruan-perguruan tinggi yang ada
di kota Yogyakarta. Pada umumnya, Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
yang ada di Yogyakarta tersebut sedang berada pada rentang usia remaja
pula yaitu 12-25 tahun (Hall dalam Sarwono, 1989).
D. Perbedaan Kepercayaan Diri Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
bertato dan tidak bertato
Fenomena membuat tato yang dijumpai di dalam perkumpulan
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat ini mungkin saja merupakan bentuk
usaha penyesuaian diri teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
agar dapat diterima di kelompoknya. Salah satu caranya yaitu dengan
memiliki penampilan yang sesuai dengan idealis kelompoknya tersebut
(Hurlock, 1997). Dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
di Yogyakarta, salah satu aksesoris khusus yang menjadi idealis kelompok
ini adalah tato. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teman-teman
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat menato tubuhnya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan seseorang yang dapat
pengakuan dari kelompoknya tersebut sehingga dapat memberikan
perasaan berharga dan rasa keyakinan dalam dirinya (Hurlock, 1997).
Sementara dalam perkumpulan mahasiswa Dayak Kalimantan Barat
yang ada di Yogyakarta tersebut, tidak hanya dijumpai teman-teman yang
telah menato tubuhnya tetapi dijumpai pula mereka yang tidak menato
tubuhnya. Perbedaan kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan pilihan
antara teman-teman pada kelompok bertato dengan teman-teman
kelompok tidak bertato. Bila dalam penelitian ini, kepemilikian tato
merupakan indikator dari teman-teman yang memiliki tingkat
kepercayaan dirinya rendah maka dapat dikatakan bahwa teman-teman
dari kelompok bertato kemungkinan besar memiliki masalah dengan
kepercayaan dirinya sementara teman-teman dari kelompok tidak bertato
tidak. Adanya perbedaan kepercayaan diri ini juga terlihat dari keseharian
teman-teman mahasiswa Dayak yang bertato dan tidak bertato. Pada
umumnya, teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak
bertato tampak lebih aktif dalam organisasi, mereka juga kebanyakan
lebih unggul dalam prestasi. Sementara, teman-teman yang bertato lebih
sering ditemukan mengalami masalah baik masalah konflik dengan teman
sebaya maupun masalah dalam akademik mereka. Hal ini sejalan dengan
apa yang diungkapkan oleh beberapa pembina mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang ada di Yogyakarta (Wawancara III, baris 39-48, 7
27
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan pilihan antara teman kelompok bertato dan
teman-teman kelompok tidak bertato tersebut terkait dengan perbedaan
kepercayaan diri yang mereka miliki. Dalam penelitian ini dapat
dikatakan bahwa Mahasiswa Kalimantan Barat yang bertato memiliki
tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah daripada Mahasiswa
Kalimantan Barat yang tidak bertato.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat yang tidak bertato memiliki kepercayaan diri yang secara signifikan
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk melihat perbedaan, dengan cara membandingkan
kepercayaan diri pada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato
dan yang tidak bertato.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel pertama, yaitu kepercayaan diri.
2. Variabel kedua, yaitu kepemilikan tato.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini, meliputi kepemilikan tato dan
kepercayaan diri.
29
Kepemilikan tato adalah ada tidaknya tato pada tubuh subjek.
Adapun ukuran tato minimal yang harus dimiliki subyek, yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah ±10 cm2. Hal ini dikarenakan
agar tato itu sungguh-sungguh signifikan.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri
yang timbul karena adanya sikap positif terhadap kemampuannya
tanpa perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, memiliki
dorongan untuk mencapai hasil sesuai kemampuannya, mampu
membuat keputusan, menghadapi segala sesuatu dengan tenang, dan
tidak mementingkan diri sendiri (Rini, 2002).
Kepercayaan diri ini diungkap melalui Skala Kepercayaan Diri
yang ditunjukkan oleh skor total skala tersebut. Semakin tinggi skor
total kepercayaan diri yang diperoleh subjek, maka akan semakin
tinggi kepercayaan diri yang dimilikinya, sebaliknya rendahnya skor
total kepercayaan diri yang diperoleh subjek, menunjukkan
kepercayaan dirinya yang rendah.
Variabel kepercayaan diri ini diukur dengan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Lauster (2001), yaitu optimis, ambisi normal, rasa
D. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa
laki-laki Dayak Kalimantan Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta yang
terdiri dari 50 orang yang bertato dan 50 orang yang tidak bertato, dengan
rentang usia remaja (Hall dalam Sarwono, 1989) yakni 12-25 tahun.
E. Metode dan Alat Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakan
Skala Kepercayaan Diri yang dibagikan kepada subyek. Alat pengumpul
data terdiri dari :
1. Data identitas
Data yang digunakan untuk mengungkap identitas subjek dalam
penelitian ini terdiri dari usia, penampilan (bertato/ tidak bertato), bila
bertato; ukuran tato.
2. Skala Kepercayaan Diri
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan
skala psikologis, yaitu Skala Kepercayaan Diri. Skala tersebut disusun
dengan menggunakan rating yang dijumlahkan (summated ratings),
yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan
31
Prosedur penskalaan dengan menggunakan rating yang
dijumlahkan didasarkan oleh dua asumsi (Azwar, 2005), yaitu :
- setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang unfavorabel,
- jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap
positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada
jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap
negatif.
a. Penyusunan Aitem Skala Kepercayaan Diri
Skala Kepercayaan Diri ini disusun oleh peneliti dan
didasarkan pada aspek-aspek kepercayaan diri dari Lauster (2001).
Aspek-aspek yang diungkap adalah: optimis, ambisi normal, rasa
aman, toleran, keyakinan pada dirinya sendiri, dan mandiri.
Untuk mengungkap aspek-aspek tentang kepercayaan diri,
maka peneliti membuat pernyataan-pernyataan yang
mengidentifikasikan kepercayaan diri. Pernyataan-pernyataan
tersebut bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan ( aitem )
yang bersifat favorabel adalah aitem yang mendukung atau
yang bersifat unfavorable adalah aitem yang tidak mendukung atau
tidak menunjukkan ciri atribut yang hendak diukur.
Skala kepercayaan diri ini disusun oleh peneliti sendiri dan
pembuatan skala mengacu pada aspek-aspek ( komponen )
kepercayaan diri tersebut, maka dibuat 120 aitem dengan
spesifikasi 60 aitem bersifat favorable dan 60 aitem bersifat
unfavorable. Pernyataan-pernyataan yang telah disusun
berdasarkan definisi operasional kepercayaan diri kemudian diacak
dan diberi nomor sehingga menghasilkan skala kepercayaan diri
yang siap diujicobakan. Untuk lebih jelasnya, penyebaran aitem
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Blue-Print Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri
No
Komponen Jumlah Aitem Jumlah aitem
33 b. Pemberian skor aitem Skala Kepercayaan Diri
Dalam setiap aitem Skala Kepercayaan Diri ini disediakan
empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai dengan keadaan diri
saya (SS), Sesuai dengan keadaan diri saya (S), Tidak Sesuai
dengan keadaan diri saya (TS), dan Sangat Tidak Sesuai dengan
keadaan diri saya (STS). Penskoran setiap aitem tergantung dalam
bentuk pernyataannya. Untuk pernyataaan favorabel, maka
penskorannya sebagai berikut :
Tabel 2 : Pemberian Skor untuk Pernyataan Favorabel
Jawaban Skor
Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS) 4
Sesuai dengan keadaan diri saya (S) 3
Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS) 2
Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) 1
Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel, maka skoringnya adalah :
Jawaban Skor
Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya (SS) 1
Sesuai dengan keadaan diri saya (S) 2
Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS) 3
Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) 4
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian data merupakan sesuatu yang penting. Benar dan
tidaknya tergantung dari baik/ tidaknya instrument pengumpul data yang
dipergunakan. Untuk itu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
1. Uji validitas
Validitas adalah ukuran sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat
ukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 1999). Suatu alat ukur
memiliki alat validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran.
Menurut Azwar (2005), validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat professional judgement. Dalam penelitian ini, untuk
memenuhi validitas isi, peneliti melakukan konsultasi dengan dosen
35
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuan
(Azwar, 1999). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu
yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, yang disebut
sebagai reliabel. Dalam penelitian ini taraf reliabilitas alat ukur akan
diukur dengan metode α-cronbrach yaitu melalui pendekatan
reliabilitas konsistensi internal. Nilai reliabilitas skala memuaskan bila
koefisien Alpha mendekati 0,90.
3. Daya beda aitem
Pernyataan terbaik adalah pernyataan yang mempunyai daya beda
tinggi yang mampu memisahkan antara kelompok responden yang
mempunyai sikap yang positif dan kelompok yang mempunyai sikap
negatif terhadap suatu pernyataan. Dalam penelitian ini daya beda
aitem diukur dengan koefisien korelasi, biasanya digunakan batasan rix
≥ 0,30. Akan tetapi batasan tersebut bisa diturunkan menjadi ≥ 0,25
(Azwar, 1999) sehingga pada penelitian ini, peneliti menggunakan
batasan ≥ 0,25 dalam melakukan seleksi aitem. Jadi, semua
pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang daripada
0,25 dapat disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang akan diikutkan
dalam skala sikap diambil dari aitem-aitem yang memiliki korelasi
mendekati angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya (Azwar,
1999).
G. Hasil Uji Alat Ukur
Peneliti melakukan estimasi reliabilitas dengan menggunakan
rumus koefisien korelasi yang dhiung dengan bantuan program SPSS for
Windows version 15.0. Peneliti melakukan seleksi aitem dengan
menggunakan koefisien korelasi juga. Aitem-aitem yang memiliki nilai
koefisien korelasi di bawah 0,25 akan dibuang dan kemudian dilakukan
penghitungan reliabilitas kembali hingga tidak daitemukan lagi nilai
koefisien korelasi yang berada di bawah 0,25. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan reliabilitas skala kepercayaan diri. Sebab dengan
membuang aitem-aitem yang nilai koefisien korelasi di bawah 0,25 maka
reliabilitasnya akan meningkat.
Seleksi aitem dilakukan dalam beberapa putaran. Beberapa kali
putaran tersebut dilakukan untuk menggugurkan aitem-aitem yang
memiliki koefisien korelasi di bawah 0,25. Pada putaran pertama
didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,911. Aitem-aitem yang gugur
adalah aitem 1, aitem 4, aitem 5, aitem 6, aitem 11, aitem 12, aitem 13,
aitem 14, aitem 15, aitem 16, aitem 17, aitem 20, aitem 24, aitem 25, aitem
26, aitem 28, aitem 29, aitem 30, aitem 33, aitem 37, aitem 38, aitem 39,
37
58, aitem 59, aitem 60, aitem 68, aitem 69, aitem 70, aitem 82, aitem 83,
aitem 84, aitem 95, aitem 96, aitem 106, aitem 116, aitem 119, aitem 120.
Dalam putaran pertama ini, jumlah aitem yang gugur ada 44 aitem.
Aitem yang masih tersisa berjumlah 76 aitem, kemudian
aitem-aitem tersebut kembali dihitung reliabilitasnya. Penghitungan reliabilitas
yang kedua meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,924.
Aitem-aitem yang gugur dalam putaran kedua ini adalah Aitem-aitem 32, Aitem-aitem 41,
aitem 44, aitem 114.
Aitem yang tersisa 72 aitem, kemudian aitem-aitem tersebut
kembali dihitung reliabilitasnya. Penghitungan reliabilitas yang ketiga
semakin meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,927. Aitem yang
gugur dalam putaran ketiga ini adalah aitem 80.
Setelah melakukan tiga kali penghitungan terdapat 71 aitem yang
tersisa. Kemudian dilakukan sekali lagi penghitungan tetapi tidak terdapat
lagi aitem-aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,25 dan
nilai Cronbach’s Alpha tidak berubah yaitu 0,927. Jadi, dalam seleksi
aitem ini, dengan melakukan empat kali penghitungan nilai reliabilitas
maka jumlah aitem yang gugur seluruhnya ada 49 aitem dan aitem yang
tersisa berjumlah 71 aitem.
Tabel 4. Blue-print Skala Kepercayaan Diri Setelah Seleksi Aitem
No Komponen Jumlah Aitem Jumlah aitem
1. Optimis 61, 73, 85, 97,
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi aitem pada
masing-masing aspek kurang seimbang, untuk itu peneliti melakukan pengguguran
4 aitem pada aspek optimis, 5 aitem pada aspek yakin pada kemampuan
diri sendiri, dan 3 aitem pada aspek toleran. Aitem yang digugurkan adalah
aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi paling kecil yaitu aitem
nomer 31, aitem 73, aitem 78, aitem 85 pada aspek optimis; aitem 79 pada
aspek rasa aman; aitem 3, aitem 9, aitem 45, aitem 63, dan aitem 105 pada
aspek yakin pada kemampuan diri sendiri; aitem 22, aitem 40, dan aitem
64 pada aspek toleran. Aitem yang tersisa berjumlah 59 aitem.
39
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif
berdasarkan data dari hasil penelitian. Analisis data untuk penelitian ini
menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t). Metode ini
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan cara
membandingkan dua kelompok subyek dengan mencari perbedaan mean
antara sifat keadaan atau tingkah laku dalam dua kelompok tersebut.
Program yang dipakai untuk analisis adalah program SPSS for Windows
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 13 Juni 2009
sampai 27 Juni 2009. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang, yang terbagi menjadi 50 mahasiswa yang bertato dan
50 mahasiswa yang tidak bertato.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala di tempat
tinggal sementara subyek (kost/ rumah kontrakan). Dalam hal ini, peneliti
dibantu oleh saudara peneliti yang memiliki kenalan sesuai dengan kriteria
subyek yang dibutuhkan.
B. Hasil Penelitian
Pengujian data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
uji Independent Sample t-test (uji t) dengan bantuan program SPSS for
Windows version 15.0.
Sebelum melakukan uji t peneliti mencoba melakukan uji
40
diperoleh bahwa data homogen dan normal. Selanjutnya, pada penelitian
ini peneliti tetap menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t).
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga dasar
pengambilan keputusan ialah jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka
Ha ditolak, sebaliknya jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,05 maka Ha
diterima.
Hasil dari tabel terlihat bahwa nilai t sebesar -1,119 dan nilai p
sebesar 0,266. Dikarenakan hipotesis yang digunakan satu arah maka p
tabel dibagi 2 dan menjadi 0,133. Nilai p tersebut lebih besar dari 0,05
maka Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat kepercayaan diri
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato dengan mahasiswa
Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato adalah sama.
C. Uji Asumsi Penelitian
1. Uji Normalitas
Distribusi sebaran skor akan dinyatakan normal jika nilai
probabilitasnya lebih dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, distribusi
sebaran skor akan dinyatakan tidak normal jika nilai probabilitas
kurang dari 0,05 (p < 0,05). Nilai probabilitas skor pada penelitian ini
demikian, sebaran skor untuk tes tingkat kepercayaan diri ini dapat
dinyatakan normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan Levene Test .
Dari perhitungan dengan menggunakan Levene Test nampak bahwa
hasilnya adalah 2,866. Oleh karena nilai probabilitasnya yang lebih
besar dari 0,05, yaitu 0,094 > 0,05 maka dapat diketahui bahwa kedua
kelompok dalam penelitian ini memiliki varian yang sama.
3. Perbedaan Means Teoritis dan Means Empiris
Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kepercayaan diri dari
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat, maka dilakukanlah perbandingan
antara rata-rata ( mean ) empiris dan rata-rata ( mean ) teoritis.
Diketahui :
Mean teoritis : (1+2+3+4)/4 x item sisa
: 10/4 x 59
: 147,5
Sementara, nilai mean empiris dicari melalui perhitungan One Sample
42
Dari data di atas, diketahui bahwa nilai mean Empiris > mean Teoritis
( 227,83 > 147,5 ). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
diri Mahasiswa Dayak Kalimantan Barat umumnya tinggi.
D. Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar -1,119. Sementara nilai
p sebesar 0,133. Hal ini berarti nilai p lebih besar dari 0,05 sehingga
hipotesis yang diajukan tidak diterima. Artinya, tingkat kepercayaan diri
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato tidak lebih tinggi
dari tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
bertato. Namun, baik mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato
maupun yang tidak bertato memiliki tingkat kepercayaan diri yang sama.
Jadi, dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kepemilikan tato ternyata
bukan indikator tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat. Hasil penelitian yang berbeda dengan hipotesis awal yang diajukan
penulis ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
Pada awal penelitian ini, dapat diketahui bahwa kepemilikan tato
dilihat sebagai salah satu cara/ alat penyesuaian diri teman-teman
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat untuk meningkatkan rasa
kepercayaan dirinya saat berada di dalam kelompok. Hal ini berarti
penyesuaian dirinya. Sementara, kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, tidak hanya faktor penyesuaian diri saja (Hakim, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan tato tidak membuat
tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat berbeda atau
tingkat kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato
tidak lebih rendah daripada mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
tidak bertato, hal ini mungkin saja disebabkan karena adanya pengaruh
dari faktor-faktor yang lain tersebut, seperti faktor pendidikan keluarga,
faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor penampilan. Misalnya saja,
dalam wawancara, tanggal 16 Maret 2009, Bebe, salah satu mahasiswa
Dayak Kalimantan Barat, mengaku bahwa sesungguhnya ia mengalami
kesulitan untuk bergaul dengan lingkungannya lantaran sifatnya yang
pemalu. Ia pun memilih untuk menato tubuhnya agar lebih percaya diri
dan lebih mudah masuk ke dalam lingkungannya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Bebe memiliki kelemahan dalam kemampuan
penyesuaian dirinya. Akan tetapi, bila dilihat dari kondisi ekonomi
keluarga dan penampilan, ia justru memiliki keunggulan. Akibatnya,
kepercayaan dirinya secara umum dapat dikatakan justru lebih tinggi.
Meskipun fenomena membuat tato di kalangan mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat ini dilihat sebagai bentuk usaha penyesuaian diri
teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat agar dapat diterima di
kelompoknya, ternyata tidak semua teman-teman mahasiswa Dayak
44
oleh kelompoknya. Mereka menato tubuhnya karena memang memiliki
jiwa seni yang tinggi dan mereka melihat tato tersebut sebagai ekspresi
seni (wawancara I, baris 2&8, 12 Maret 2009). Akibatnya, untuk beberapa
teman, kepemilikan tato tidaklah sebagai indikator kepercayaan dirinya
melainkan merupakan bentuk ekspresi jiwa seninya. Hal ini sejalan dengan
yang disampaikan oleh Olong (2006) yang mengemukakan bahwa tato
merupakan cara orang untuk mengekspresikan dirinya dan tato merupakan
seni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemilikan tato tidak
selalu terkait dengan tingkat kepercayaan diri seseorang. Oleh sebab itu,
hasil penelitian ini menemukan bahwa tato tidak membuat tingkat
kepercayaan diri mahasiswa Dayak Kalimantan Barat tersebut berbeda.
Di lain pihak, dari data subyek yang ada ditemukan bahwa usia
sebagian besar teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
bertato lebih tua dibandingkan dengan teman-teman mahasiswa Dayak
Kalimantan Barat yang tidak bertato. Hal ini tampak dari rata-rata usia
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato 23,28 dan rata-rata usia
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato 21,06 sehingga
dapat dikatakan bahwa pada umumnya mahasiswa Dayak Kalimantan
Barat yang bertato memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan
mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang tidak bertato. Sebagian besar
usia teman-teman mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang bertato
memang sedang berada pada masa remaja akhir, sehingga teman-teman
kepribadian, cara berpikir dan sikap yang matang (Mappiare, 1982). Hal
ini sejalan dengan salah satu ciri-ciri orang yang percaya diri yang
diungkapkan oleh Hakim (2002) yaitu selalu bersikap positif, tetap tegar,
sabar, dan tabah dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sebab orang
yang sudah memiliki kepribadian, cara berpikir dan sikap yang matang
tentu akan cenderung lebih bersikap positif dalam menghadapi berbagai
persoalan hidupnya. Akibatnya, mahasiswa Dayak Kalimantan Barat yang
bertato tidak memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah