• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan tandan buah segar kelapa sawit [Elaeis guineesis Jacq.] pra pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan tandan buah segar kelapa sawit [Elaeis guineesis Jacq.] pra pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

(

Elaeis guineensis

Jacq.)

PRA PENGOLAHAN DI

KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA

SELATAN

Oleh

ARMITA RAYENDRA

A24050834

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ARMITA RAYENDRA. Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan ADE WACHJAR).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman dengan produktivitas

yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lain. Oleh karena itu,

diperlukan penanganan hasil panen yang baik agar menghasilkan produksi yang

berkualitas. Penanganan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pra pengolahan

dimulai dari setelah buah dipotong dari pokoknya hingga sampai di Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) sebelum diolah.

Kegiatan magang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan penulis, serta memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun

kelapa sawit. Penulis dapat mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS)

pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan.

Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009

di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Metode yang digunakan

adalah melaksanakan seluruh kegiatan magang dengan berbagai tingkat jabatan,

mulai dari karyawan harian lepas, pendamping mandor, hingga sebagai

pendamping asisten afdeling. Selain itu penulis juga mengumpulkan data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sedangkan

data sekunder diperoleh dari data kantor kebun atau pabrik serta studi literatur.

Produk yang berkualitas berkaitan dengan 3 kegiatan, yaitu panen,

pengangkutan atau penanganan TBS, dan pengolahan. Kualitas pengangkutan

dilihat dari kebersihan hanca dari hasil panen (TBS dan brondolan), panjang

gagang buah, pengutipan brondolan di TPH, ada atau tidaknya buah restan di

lapangan, produktivitas pengangkutan, dan efisiensi pengangkutan. Secara umum,

penanganan tandan buah segar di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura masih perlu

diperbaiki lagi. Perbaikan diperlukan pada hal-hal teknis dan terutama pada

pengelolaan pengangkutan, sehingga dapat mencapai standar perusahaan dan

(3)

(

Elaeis guineensis

Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI

KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA

SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Armita Rayendra

A24050834

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA

SELATAN

Nama : ARMITA RAYENDRA

NIM : A24050834

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr Ir Iskandar Lubis, MS) NIP : 19610528 198503 1 002

(Dr Ir Ade Wachjar, MS) NIP : 19550109 198003 1 008

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,

(Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr) NIP : 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1986. Penulis merupakan

anak ke-dua dari Bapak Jendra Muslim dan Ibu Anna Sat Dewi. Penulis sempat

mengenyam pendidikan dasar di SD Tadika Puri, Jakarta Selatan selama 3 tahun

dan menyelesaikannya di SDN Mexico 05 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 1998.

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN

19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2001 penulis memulai

pendidikan menengah atas di SMA Madania Boarding Schoolselama 1 tahun dan menyelesaikannya hingga lulus pada tahun 2005 dari SMA Cenderawasih I,

Jakarta Selatan.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur

SPMB. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Selama masa pendidikan baik di SMP hingga perguruan tinggi, penulis aktif

dalam kegiatan organisasi maupun menjadi panitia dalam beberapa event di

kampus. Saat di SMP dan SMA, penulis menjadi pengurus OSIS sekolah dan aktif

dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara. Saat menjadi mahasiswa, penulis

aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) masa

jabatan 2006/2007 sebagai anggota divisi pengembangan pertanian dan 2007/2008

sebagai ketua divisi pengembangan pertanian (Bangtan). Saat menjabat sebagai

ketua divisi Bangtan, penulis beserta rekan-rekan mengadakan acara Festival

Tanaman (FESTA) ke 29. Selain memperoleh pendidikan formal, penulis juga

melakukan kegiatan magang, yaitu magang di Balai Penelitian Tanaman Hias,

Cianjur pada tanggal 2 hingga 27 Juli 2007 dan magang di Kebun Raya Bogor

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang

skripsi ini. Karya ilmiah ini berjudul ”Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa

Sawit ( Elaeis gineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan” yang merupakan laporan hasil kerja magang dan

pengamatan yang penulis lakukan selama magang di PT Cipta Futura. Tulisan ini

menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Sarjana di

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS, sebagai

Dosen Pembimbing I dan II. Terima kasih atas segala bimbingan dan

pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ir Supijatno, MSi atas kesediaannya menguji serta memberikan saran

dan perbaikan untuk karya tulis ini.

3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan atas kesempatan dan segala

fasilitas yang diberikan untuk penulis dalam penyelesaian magang.

4. Bapak Sutan Hutasoit, SP selaku asisten Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT

Cipta Futura, terima kasih atas segala bimbingannya selama penulis magang.

5. Kedua orang tua, kakak dan adik-adik, serta keluarga besar yang telah

memberikan dukungan baik materi maupun moril yang sangat berarti bagi

penulis.

6. Hanum, Wenny, Hafith, Angga, Maya, Kampreters, Oonk, Emot, Inten, Tyas,

Hepi, Ocha dan semua teman AGH 42 atas persahabatannya yang tidak akan

terlupakan.

7. Teman-teman seperjuangan magang ( Wenny, Haryo, Robby, dan Aan) atas

dukungan, bantuan dan persaudaraan yang telah diberikan.

8. Mathias Prathama atas dukungan, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayangnya

(7)

dan bantuannya.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009

(8)

DAFTAR ISI

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG……….. 14

Letak Geografis……….. 14

Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi………...…… 14

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan……….. 15

Kondisi Kebun dan Pertanaman………. 16

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan……….. 18

PELAKSANAAN KEGIATAAN MAGANG………. 21

(9)

Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah………...… 66

Pengontrolan Pengangkutan TBS………... 66

Administrasi Pengangkutan……… 68

KESIMPULAN DAN SARAN………. 69

Kesimpulan………. 69

Saran………... 70

DAFTAR PUSTAKA……… 71

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit... 8

2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 – 2008………..…… 16

3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009……… 20

4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7 Tahun 2009……….………….. 35

5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April 2009……….………. 37

6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura 38

7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura 42

8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan……….. 42

9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen……….. 43

10.Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca…...

11.Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7………...

43

44

12.Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura……...……… 45

13.Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat……… 47

14.Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura….. 48

15.Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura, Bulan Februari 2009...……….. 48

16.Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari - Mei 2009……….. 49

17.Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun……… 23

2. Beberapa Species Ulat Api………... 25

3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati………. 31

4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).………...…... 33

5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati.………... 40

6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan……….. 41

7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS……… 54

8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit ... 55

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……….………. 73

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……..……… 74

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……….………. 75

4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan Tahun 1999-2008………...……….. 76

5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation……….. 77

6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008..……. 78

7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009………. 81

8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation ……..………... 82

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa

sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun

2005 volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) mencapai 10 376 200 ton

dengan nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat

menjadi 11 875 400 ton dengan nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat

besar.

Selama lima tahun terakhir ini, luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit

yang diusahakan oleh perkebunan di seluruh Indonesia mengalami kenaikan. Data

Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 luas

areal kelapa sawit mencapai 6 611 195 ha dengan produksi Crude Palm Oil

(CPO) sebesar 17 373 202 ton, kemudian pada tahun 2009 luas areal pertanaman

kelapa sawit meningkat menjadi 7 321 897 ha dengan produksi CPO sebesar

19 440 291 ton.

Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut

Lubis (1992), kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911.

Minyak kelapa sawit sejak tahun 1870 sudah digunakan dalam industri makanan

dan pada tahun 1890 digunakan dalam industri lempengan timah. Selain

digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh

berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan

produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan

ringan. Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat makanan seperti mentega, lemak

untuk masak, bahan aditif coklat, pembuatan asam lemak lainnya, vanaspati, dan

industri makanan ringan lainnya. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit

banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak

(14)

Kadar kolesterol minyak kelapa sawit hanya 12 – 19 ppm dengan rata-rata

16 ppm. Minyak sawit yang dimurnikan (refine) menjadi minyak goreng memiliki

kandungan kolesterol yang lebih rendah lagi. Selain itu telah dibuktikan bahwa

minyak kelapa sawit cenderung mengurangi terjadinya thrombotic pada urat nadi, tidak meningkatkan tekanan darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker.

Cara untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah dengan

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan

menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang

kerjanya. Selain peningkatan mutu SDM, peningkatan produksi kelapa sawit juga

bisa dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pengolahan pabrik minyak kelapa

sawit, memperluas areal penanaman kelapa sawit, serta menerapkan budidaya

kelapa sawit secara benar.

Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas

minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah

kandungan asam lemak bebasnya (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar

air minyak kelapa sawit tersebut. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992),

syarat mutu kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit

yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum adalah

5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, perlu diperhatikan kualitas minyak kelapa

sawit. Kualitas minyak kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen.

Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat

perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (tandan buah segar) ke PKS

akan menyebabkan terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan,

kapasitas olah, dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi

jarak pengangkutan TBS ke PKS, kondisi jalan, kondisi topografi lahan, serta

jumlah dan kondisi alat angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga

dipengaruhi oleh perbandingan antara volume produksi kebun dengan volume

penerimaan dan kapasitas pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem

(15)

Sesuai dengan hukum ekonomi bahwa untuk dapat memperoleh produksi

optimal, salah satunya dengan melakukan efisiensi dalam berproduksi. Efisiensi

dapat dilakukan dengan menggunakan input dan atau pengeluaran biaya serendah

mungkin untuk memperoleh hasil yang optimal. Untuk mencapai efisiensi

produksi, diperlukan analisis faktor produksi yang sangat mempengaruhi produksi

tanaman, sehingga ditemukan biaya produksi yang dapat ditekan dan keefisienan

serta keefektifan penggunaan input dapat tercapai.

Tujuan

Secara umum, kegiatan magang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan penulis dan memperoleh

pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit.

2. Penulis dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan

praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan

kelapa sawit.

3. Kegiatan magang ini bertujuan khusus untuk mempelajari penanganan Tandan

Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman ini termasuk dalam famili Aracaceae (dulu disebut Palmae).

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, berakar serabut, memiliki batang

tumbuh lurus ke atas, serta memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman

dengan tandan terpisah.

Batang kelapa sawit berbentuk silinder. Sampai dengan tanaman berumur 12

tahun, batang masih tertutup oleh sisa pelepah yang ditunas, sehingga terkesan

besar. Pertumbuhan panjang batang bervariasi antara 35-75 cm/tahun bergantung

pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik (Pahan, 2008). Kelapa

sawit yang dibudidayakan bisa mencapai ketinggian 30 m. Batang kelapa sawit

berfungsi sebagai tempat penimbunan nutrisi tanaman (PT Perkebunan X, 1993).

Selanjutnya, Pahan (2008) menambahkan bahwa batang kelapa sawit memiliki

tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah,

sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar serta

hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah, serta kemungkinan juga

berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.

Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan

panjang berkisar 7-9 m. Jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400

helai. Daun muda dan masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang

optimal, yaitu tanah yang subur dan lengas, kuncup akan cepat membuka

sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat

fotosintesis. Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap

difusi uap air. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal biasanya memiliki

40-50 daun parapinnate hijau yang telah membuka. Jumlah daun yang terbentuk lebih

kurang 20-24 pelepah/tahun. Dari terbentuknya primordia sampai dengan spear

(pelepah yang belum membuka) membutuhkan waktu dua tahun, jika sampai

(17)

tumbuh pada batang dan tersusun spiral secara teratur antara pelepah satu dengan

lainnya, yang disebut dengan phylotaksis.

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp

yang terbungkus oleh eksocarp (kulit), mesocarp (yang biasanya disebut pericarp),

dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 – 4 inti/kernel (umumnya hanya

satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.

Daging buah (mesocarpium) sampai 3 bulan setelah anthesis warnanya

masih putih-kehijauan, menunjukkan bahwa masih terdiri atas air, serat dan

klorofil, sedangkan minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah yang

menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah

terbentuk, yaitu terbentuknya karoten.

Sebulan setelah penyerbukan, cangkang atau tempurung telah terbentuk

sangat tipis dan lembut. Pengerasan cangkang berlangsung terus dan pada umur 3

bulan sudah mengeras serta berubah warna dari putih menjadi coklat muda. Pada

umur 2 bulan terjadi perubahan pada inti (endocarpium atau nucleus seminis) dari

bentuk cairan menjadi agar-agar. Pada umur 3 bulan inti sudah berbentuk padatan

yang agak keras.

Kematangan buah dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah matang

morfologis dimana buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak

sudah optimal. Kedua, matang fisiologis yaitu ketika kematangan buah sudah

lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya 1 bulan

sesudah matang morfologis. Menurut Pahan (2008) sampai saat ini kriteria

kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan

berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh ke piringan yaitu 1 – 2 berondolan per

kg tandan buah segar.

Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat. Kadar air dan minyak

berubah menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah

hampir tetap, yaitu 13 % terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis

sampai buah matang. Penelitian di Afrika menghasilkan bahwa kadar serat buah

ini sebanyak 16 % kadang bervariasi 11 – 21 persen. Kadar serat sering dipakai

(18)

langsung. Makin tinggi kadar serat pada daging buah maka akan memberi peluang

lebih besar kehilangan minyak pada pengolahan (Lubis, 1992).

Persyaratan Tumbuh

Topografi lahan pada perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada produk

dan kapasitas pemanen. Daerah yang bertopografi datar akan mempermudah

pemanen dalam melaksanakan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dan

pengutipan berondolan dibandingkan dengan areal yang memiliki topografi yang

bergelombang atau berbukit dengan kelerengan yang curam.

Faktor-faktor geografis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman melalui perubahan faktor-faktor ekologi, seperti radiasi matahari dan

bumi, panas, air, atmosfer, dan faktor-faktor biotik. Kondisi lahan yang sesuai

untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai

berombak, ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut, lereng 0-15 %, ketebalan

solum 60-80 cm, tekstur tanah bervariasi antara pasir berlempung, lempung

berpasir, lempung liat berpasir, liat berpasir, dan liat. Tanah berdrainase baik dan

tidak terjadi erosi cocok untuk pertanaman kelapa sawit.

Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau

lebih akan menghasilkan potensi produksi sebesar 100 %, untuk curah hujan

2 500 – 2 000 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan

1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70 persen. Pahan (2008)

menyatakan bahwa sebagian besar perkebunan komersial kelapa sawit dibangun

pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih, yaitu

kondisi di mana curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan.

(19)

Panen

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya

menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan (Tim Penulis Penebar Swadaya,

1992). Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit, karena

langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan

minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tujuan panen kelapa

sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang

tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan, maka kriteria

panen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem

panen, serta mutu panen harus diikuti.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas

(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam

keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam

presentase tinggi ( lebih dari 5 %). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam

keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen

minyak yang diperolehnya juga rendah (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).

Kandungan ALB akan semakin besar dan kumulatif, apabila buah kelapa sawit

yang telah dipanen itu tertunda pengolahannya. Jarak waktu antara buah yang

telah dipanen dan pemrosesan buah itu yang paling baik adalah 6 jam.

Pengetahuan mengenai kriteria matang panen sangat dibutuhkan agar

didapat hasil panen dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam

lemak bebas yang rendah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan

yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari

TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,

termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada tujuh fraksi dan

derajat kematangan TBS yang baik, derajat kematangan TBS untuk dipanen

(20)

Tabel 1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit

Fraksi Kriteria Matang Buah Derajat Kematangan

00 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam

pekat

Sangat mentah

0 1 – 12.5 % buah luar membrondol, buah berwarna

hitam kemerahan

Mentah

1 12.5 – 25 % buah luar membrondol, buah berwarna

kemerahan

4 75 – 100 % buah luar membrondol, buah berwarna

dominan orange

Lewat matang I

5 Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang II

Sumber : Naibaho (1998)

Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik

jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang

ditentukan adalah : (1) tidak ada buah mentah yang dipanen, (2) tidak

meninggalkan buah matang, (3) semua berondolan dikumpulkan dan dibawa ke

tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, (4) membrondolkan

tandan yang terlalu matang, (5) memotong gagang/tangkai tandan, dan (6) pelepah

harus dipotong dengan baik.

Penanganan Tandan Buah Segar

Terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak yang berasal dari

daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan

(pressan) dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya 1.3 % dari berat daging buah, tetapi akan terus meningkat pesat menjadi

maksimum menjelang panen, yaitu berkisar 50 – 60 persen. Kadar air tinggi pada

buah muda dan akan menurun sejalan dengan peningkatan kadar minyak daging

buah. Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen

(21)

yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) pada tandan buah yang sempat menginap di tempat pengumpulan hasil (TPH) atau loading ramp

pabrik.

Penanganan tandan buah segar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan

dari memetik buah sampai dengan tandan buah segar tersebut akan diolah di

tempat pengolahan. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem

potong buah yang dilakukan, seperti kegiatan persiapan panen dan bagaimana

organisasi potong buah dilaksanakan.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan

pekerjaan potong buah menurut Pahan (2008) yaitu: (1) persiapan kondisi areal,

(2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4)

penyediaan alat-alat kerja. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan jalan dan

jembatan, pembersihan piringan tanaman, pasar rintis, dan rintis tengah,

pemasangan titi rintis, pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), serta

pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit.

Organisasi potong buah dimulai dari penyusunan seksi potong buah dan

penentuan ancak (panen diusahakan terkonsentrasi), kemudian pengaturan

penggunaan alat panen yang tepat, penentuan jumlah tenaga kerja yang efisien,

bagaimana teknis urutan pemotongan buah, sampai dengan pemeriksaan kriteria

mutu buah dan potongan buah. Urutan pemotongan buah yang sebaiknya

dilakukan menurut Pahan (2008) yaitu: (1) semua pelepah songgo dipotong rapat

ke batang (pada tanaman tua), sedangkan pada tanaman muda pemotongan buah

harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah); (2) janjang masak dipotong

dan dibiarkan tetap di piringan, gagang/tangkai buah dipotong rapat tetapi jangan

sampai terkena tandan; (3) mengorek dan sogrok semua berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah; (4) pelepah disusun di gawangan mati; (5) mengutip

berondolan, tetapi masih tetap dipiringan serta bebas dari sampah-sampah dan

batu; dan (6) memindahkan atau memajukan berondolan ke pokok berikutnya.

Setelah memotong satu ancak, pemanen harus mengeluarkan buah ke TPH dan

(22)

Transport buah sudah dapat dimulai paling lambat pukul 09.00 waktu

setempat. Terdapat beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk mengangkut

TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandengan, atau truk.

Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan

selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan dengan truk atau

traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah sawit juga lebih banyak dan

dapat meningkatkan kadar ALB pada buah yang diangkut. Asam lemak bebas

terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah

dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja

enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan

(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).

Penanganan TBS yang baik bertujuan untuk meningkatkan kualitas TBS,

meningkatkan produktivitas pekerja, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) 2-3

%, menjaga keamanan TBS di lapangan, dan pengeluaran biaya yang minimum.

Menurut Pahan (2008), cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas

produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas

(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa sawit PT Cipta Futura,

Sumatera Selatan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai

bulan Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan

melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat

jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai

karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten

afdeling. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas,

pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada

Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan

menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode

tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung

dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara

langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode

tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan

manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di

kantor kebun serta hasil analisis rendemen dan mutu minyak harian di

laboratorium mutu pabrik kelapa sawit. Selain itu, metode tidak langsung

dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.

Data primer yang diperoleh dengan pengamatan langsung meliputi kriteria

panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), sensus

buah, angka kerapatan panen, kualitas potong buah, pengamatan tangkai panjang

belum dipotong dan buah matang tertinggal di pohon, buah tertinggal dalam

hanca, berondolan yang tidak dikutip, kualitas kerja pemuat, serta selisih bobot

(24)

geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, hari hujan, lama

penyinaran, dan lain-lain) luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan

produksi, data realisasi produksi TBS, rata-rata kandungan ALB bulan Maret-Mei

2009, data pengangkutan hasil panen, produktivitas pengangkutan buah, norma

kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data primer dari seluruh

pekerjaan lapangan produksi dengan melakukan pengamatan khusus pada setiap

unit contoh pengamatan. Unit contoh pengamatan berupa tenaga kerja, tanaman,

dan hasil panen. Pengamatan dilakukan di beberapa blok contoh, di TPH, dan

pada alat angkut (truk). Pengamatan juga dilakukan saat kegiatan panen,

pengumpulan buah di TPH, hingga kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik.

Pengamatan dilakukan untuk mengamati produksi tandan buah segar (TBS),

penerapan teknik budidaya, penerapan teknik panen, dan efisiensi pengangkutan.

Pada pemanenan diamati cara pemetikan/pemotongan tandan, cara

pemotongan gagang/tangkai buah, pengumpulan berondolan, dan kriteria kelas

panen yang dilakukan pemanen contoh. Pada kegiatan pengumpulan tandan buah

di TPH diamati ada atau tidak tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan

gagang/tangkai buah, susunan tandan di TPH, kebersihan tandan dan berondolan.

Sedangkan pada kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik diamati jenis

angkutan, jarak ke tempat pengolahan kelapa sawit (PKS), kapasitas produksi,

waktu berangkat dari TPH, waktu tiba di PKS, bentuk/pola jalan,

kondisi/perawatan jalan, pengoperasian kendaraan transport, serta ada atau

tidaknya restan di lapangan.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan

informasi yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang

dilakukan. Data yang mendukung tersebut seperti kondisi iklim di lapangan,

kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi,

(25)

rekomendasi anggaran pelaksanaan teknik budidaya atau cara pengelolaan,

sampai ke pengolahan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer hasil pengamatan dengan berbagai peubah atau rekomendasi

teknik yang diterapkan, dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Analisis kulitatif dilakukan dengan membandingkan fakta di lapangan dengan

ketentuan yang berlaku di perkebunan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan

(26)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis

Perkebunan PT Cipta Futura termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ujan

Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera

Selatan. Jalur masuk utama menuju kebun melalui Kabupaten Muara Enim, jarak

antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun kurang lebih 35 km. Menuju lokasi

dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama 2 jam perjalanan.

Kondisi jalan agak rusak, yaitu jalan tanah dan terdapat beberapa jalan yang sudah

diberi krokos. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun kurang lebih 218 km.

Wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Benakat dan Solar, di sebelah timur berbatasan dengan Desa

Peninggiran dan Desa Ulak Bandung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota

Muara Enim, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada

(MHP) di Kabupaten Lahat.

PT Cipta Futura Plantation terdiri atas empat afdeling. Selama kegiatan

magang, penulis melakukan semua kegiatan di Afdeling 7. Sebelah utara

Afdeling 7 berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit lain, yaitu PT Surya Bumi

Agro Langgeng; sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1; sebelah barat

berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8; sebelah timur berbatasan dengan

Desa Ulak Bandung.

Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

Keadaan iklim di wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura termasuk ke

dalam tipe B (basah) menurut Schdmidth-Ferguson. Daerah perkebunan ini

memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, dengan rata-rata 2 909 mm/tahun,

hari hujan 148.6 hari/tahun, dan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. (Lampiran 4).

(27)

Tanah di PT Cipta Futura memiliki kandungan liat yang tinggi, termasuk ke

dalam jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Tanah berwarna merah kecoklatan

dengan tekstur tanah dominan liat berdebu. Tingkat kesuburan tanah sedang

sampai rendah dengan derajat kemasaman tanah (pH) 6.0 – 6.5.

Topografi areal perkebunan sebagian besar berbukit dengan derajat

kemiringan antara 7 – 9 %. Ketinggian tempat berkisar antara 50 – 100 m di atas

permukaan laut (dpl). Di Kebun PT Cipta Futura terdapat beberapa areal berawa

dan rendahan yang jika hujan deras, maka daerah tersebut akan tergenang.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN

No.7/HGU/BPN/96, luas areal Perkebunan Ujan Mas - Muara Enim PT Cipta

Futura Plantation mencapai 8 381 ha, dengan status Hak Guna Usaha (HGU)

selama 30 tahun. Penanaman pertama pada lahan seluas 19.79 ha dimulai pada

tahun 1992 dan masih terus dilakukan perluasan lahan sampai sekarang.

Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas 7 478 ha,

areal pembibitan 5 ha, emplasmen 5 ha, dan areal yang tidak ditanami (tanah

cadas, jurang, jalan, sungai, dan lain-lain) sebesar 893 ha. Pada awal pendirian

kebun, perkebunan PT Cipta Futura ini dibagi menjadi delapan afdeling yang

kemudian digabung menjadi empat afdeling, yaitu Afdeling 1, 6, 7, dan 8.

Afdeling 1 terdiri atas areal dengan luas 847.01 ha, sedangkan Afdeling 6, 7, dan

8 memiliki luas areal berturut-turut 2 304.76 ha, 1 893.38 ha, dan 2 048.03 ha.

Luas areal tanam tersebut sampai dengan bulan Juni 2008.

Penulis melaksanakan kegiatan magang di Afdeling 7 yang memiliki total

luas lahan yang ditanami sampai dengan bulan Desember 2008 sebesar 1 885.17

ha, terdiri atas luas areal tanaman menghasilkan (TM) 1 857.95 ha, areal

tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.08

ha dan TBM 1 seluas 14.46 ha. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT

Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Lampiran 5. Afdeling 7 merupakan

(28)

100 ha dengan masing-masing blok terdiri atas 4 petak, sehingga setiap petak

memiliki luas rata-rata 25 ha.

Kondisi Kebun dan Pertanaman

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Cipta Futura

merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang

digunakan berasal dari beberapa sumber, yaitu dari Lembaga Pusat Penelitian

Marihat (LPPM), Dami, Bahlias Research Satation (BLRS), PT London Sumatera (Lonsum), dan dari PT Socfindo.

Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x

8.01 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama kaki. Pada luas satu ha

rata-rata terdiri atas 130 pokok dengan memperhitungkan areal yang digunakan untuk

jalan. Jika panjang pasar normal (± 10 m), rata-rata terdapat 54 pokok per pasar

hidup.

Penanaman di Kebun Ujan Mas dilakukan sejak tahun 1992 secara bertahap,

sehingga umur tanaman bervariasi, mulai dari tanaman belum menghasilkan

(TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM). Pada tahun 1993, mulai dilakukan

penanaman di Afdeling 7, yaitu pada Blok 69 dan 70. Di Afdeling 7 terdapat

beberapa blok yang mengalami perluasan, sehingga di afdeling tersebut masih

terdapat TM 1 dan TM 2, bahkan TBM. Luas areal tanam Afdeling 7 terlampir

pada Lampiran 6.

Setiap afdeling di PT Cipta Futura memiliki target produksi yang harus

dicapai seperti terdapat pada Lampiran 7, terdapat program dan realisasi panen

yang dibagi per triwulan. Setiap afdeling akan berusaha meningkatkan

produktivitas tanaman. Pada Tabel 2 disajikan produksi dan produktivitas

tanaman di Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008.

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 - 2008

Tahun Luas Produksi Produktivitas (ton) (ha) (ton)

(29)

2006 1 619.78 32 709 20.19 2007 1 857.93 41 852 22.52 2008 1 857.93 37 108 19.97 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

Produktivitas tanaman di Afdeling 7 dari tahun 2005 sampai dengan 2008

mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena terdapat areal TM baru di

Afdeling 7 yang menghasilkan buah yang masih kecil, sehingga mempengaruhi

produktivias secara keseluruhan.

Jaringan jalan merupakan serangkaian jalur yang dapat dilalui untuk

mentransportasikan TBS dari dalam blok hingga ke pabrik pengolahan. Jaringan

jalan di Perkebunan Ujan Mas terdiri atas jalan angkong, pasar 2:1, jalan

pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan poros). Jalan

angkong adalah jalan yang terbentuk karena aktifitas pemanen yang sering kali

melewati jalur tersebut. Jalur tersebut bersih dari gulma, hanya selebar ± 50 cm

dan arah jalannya tidak lurus, bahkan sering kali melintasi beberapa pasar untuk

menghindari areal jurangan. Jalur tersebut sangat memudahkan pemanen untuk

melangsir TBS keluar menuju TPH.

Pasar 2:1 merupakan jalur yang dibuat di antara dua barisan tanaman kelapa

sawit. Jalur tersebut dibuat secara manual atau dengan cara kimia, yaitu

penyemprotan herbisida. Pada setiap ujung pasar 2:1, terdapat TPH yang harus

benar-benar bersih dari gulma. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada TBS atau

berondolan restan karena tertutup gulma sehingga tidak terlihat oleh pengangkut.

Jalan pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan

poros) merupakan jalan yang dibangun dan dirancang untuk dilewati oleh

kendaraan pengangkut buah (dumptruck). Jalan tersebut terbentuk dari tanah liat berpasir yang dipadatkan. Perbedaan pada ketiga jalan tersebut adalah jalan

pengumpul (jalan tengah) biasanya membelah petak dalam satu blok dan dilewati

kendaraan pengangkut buah pada saat panen dilakukan di blok tersebut. Jalan

pengumpul dibuat dengan arah utara-selatan dan tegak lurus dengan jalan utama

(pada blok-blok tertentu). Sub jalan utama juga merupakan jalan pengumpul,

(30)

sudah memiliki sirip ikan (parit tepi jalan). Jalan utama atau jalan poros

dirancang sedemikian rupa agar tahan dilalui kendaraan pengangkut buah setiap

hari dengan lebar ± 10 m. Jalan poros terbuat dari tanah liat berpasir yang diberi

lapisan krokos dan dipadatkan.

Perkebunan PT Cipta Futura melakukan kegiatan rawat jalan yang

dialokasikan pada blok-blok yang akan dipanen. Perawatan jalan dilakukan baik

secara manual dengan menggunakan tenaga manusia, seperti menimbun jalan,

maupun secara mekanik, yaitu dengan menggunakan alat berat.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan swasta yang bergerak di

bidang perkebunan terutama pertanaman kelapa sawit. Perkebunan Ujan Mas

dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat langsung oleh direktur utama yang bertanggung jawab kepada direksi. Seorang chief magister memiliki tanggung jawab dalam mengelola dan mengorganisir kebun dalam hal

membangun dan memelihara tanaman kelapa sawit, agar tercapai kualitas dan

kuantitas produksi TBS yang optimal. Selain itu, chief magister juga memiliki tugas mengawasi administrasi kebun, pengadaan bahan produksi, keuangan,

personalia, hingga pengamanan wilayah kebun dan inventaris perusahaan.

Pengelolaan tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan berdasarkan tenaga

kerja staf dan non staf yang masing-masing tenaga kerjanya memiliki jabatan dan

pangkat. Tenaga kerja staf merupakan karyawan yang biasanya memiliki jabatan

mulai dari supervisor, asisten afdeling, sampai dengan manajer. Supervisor

merupakan jabatan di atas mandor. Karyawan yang menjabat sebagai supervisor

bisa memiliki pangkat senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor. Tenaga kerja non staf terdiri atas karyawan yang memiliki pangkat mandor dan

operator. Pangkat mandor terdiri atas tiga tingkatan, yaitu senior mandor, 1st mandor, dan 2nd mandor, begitu pula dengan pangkat operator. Pangkat tersebut yang akan membedakan besarnya upah yang diperoleh, sedangkan tugas dan

(31)

Karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas tenaga kerja pemanen, tenaga

kerja pemeliharaan, pemuat buah, dan supir truk. Sistem pengupahan KHL

berbeda dengan karyawan staf dan non staf perusahaan. KHL tersebut bekerja

dengan sistem borongan. Besar upah harian KHL untuk tenaga kerja pemeliharaan

bergantung pada prestasi kerja yang diperoleh dengan upah maksimal Rp 50 000,-

per orang per hari, sedangkan tenaga kerja pemanenan, pemuat buah dan supir

truk mendapatkan upah dengan menggunakan sistem basis dan premi. Pemberian

gaji dilakukan setiap minggu pertama pada bulan berikutnya sebanyak akumulasi

pendapatan KHL selama satu bulan.

KHL harus sudah berada di kantor afdeling pada pukul 06.00 WIB untuk

mengikuti apel pagi bersama mandor pekerjaan masing-masing dan bekerja

sampai pukul 15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Total

jumlah seluruh KHL yang bekerja di Afdeling 7 pada bulan Mei 2009 adalah 254

orang, dengan rincian seperti pada Tabel 3.

Di Afdeling 7, yaitu afdeling dimana penulis melakukan kegiatan magang,

tidak terdapat mandor pupuk sehingga tugas dan tanggung jawab mandor pupuk

dilaksanakan langsung oleh supervisor pemeliharaan. Sedangkan mandor yang

lain, yaitu mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, serta

mandor infrastruktur berjumlah masing-masing satu orang.

Kegiatan pemanenan di PT Cipta Futura selain dilaksanakan oleh supervisor

dan mandor panen, juga dibantu oleh kerani buah. Kerani buah di Afdeling 7

terdiri atas 5 orang, yaitu 4 orang kerani yang bertanggung jawab terhadap

kegiatan transportasi TBS di lapangan dan seorang kerani buah yang bertugas

mengurus administrasi dan perhitungan pengangkutan TBS afdeling ke PKS.

Pada tingkat afdeling, pengelolaan kebun dipimpin oleh asisten afdeling.

Asisten afdeling bertugas mengelola tenaga kerja yang berada pada tingkat

afdeling, yaitu staf, non staf dan karyawan harian lepas (KHL). Dalam

menjalankan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling. Asisten

afdeling membawahi supervisor panen, supervisor pemeliharaan dan administrasi

afdeling. Di Afdeling 7, supervisor panen membawahi mandor panen yang terdiri

(32)

pemeliharaan membawahi mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan

penyakit, mandor pupuk, dan mandor infrastruktur. Urusan administrasi dan

transportasi afdeling menjadi tanggung jawab bagian administrasi afdeling.

Adapun struktur organisasi di tingkat afdeling terlampir pada Lampiran 8.

Tabel 3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009

No Bagian Jumlah

(orang) 1 Karyawan Staf

Asisten Afdeling 1

Supervisor Afdeling 1

Supervisor Panen 1

Supervisor Pemeliharaan 1

Jumlah 4

2 Karyawan Non Staf

Mandor Panen 4

Krani Afdeling 1

Krani Buah 4

Mandor Pemeliharaan 4

Administrasi Afdeling 2

Jumlah 15

3 Karyawan Harian Lepas

Tenaga Kerja Pemanenan 75

Tenaga Kerja Pemeliharaan 140

Pemuat Buah 19

Supir Truk 20

Jumlah 254

Total Karyawan 273

Sumber : Administrasi Afdeling 7 (2009)

Asisten afdeling dan para supervisor merupakan karyawan staf, sedangkan

(33)

staf perusahaan. Afdeling 7 memiliki empat orang mandor panen dengan lima

kemandoran panen. Mandor panen bertugas mengorganisir kegiatan pemanenan

(34)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur

Perawatan parit. Drainase merupakan usaha untuk mengurangi atau mengeluarkan air dari areal pertanaman. Terdapat tiga tipe dan ukuran saluran

drainase, yaitu drainase lapangan (field drains), drainase pengumpul (collection drains), dan drainase pembuangan (outlet drains). Pada kegiatan magang di PT Cipta Futura, penulis melakukan kegiatan perbaikan infrastruktur yang berfungsi

sebagai saluran drainase seperti perawatan parit, pembuatan parit, dan pembuatan

sirip ikan.

Kegiatan perawatan parit dilakukan untuk memperlancar aliran air dalam

parit agar air dapat keluar dari areal dan tidak menggenangi tanaman kelapa sawit.

Perawatan parit dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, parang,

dan dodos. Gulma yang berada di bibir (tanggul) parit dibersihkan dengan dibabad

atau didongkel jika gulma tersebut berkayu. Bibir parit harus bersih dari gulma

sampai sejauh 1.5 m dari tepi parit. Lumpur di dalam parit diangkat dan ditarik ke

bibir parit sehingga lumpur tersebut tidak masuk lagi ke dalam parit jika turun

hujan. Untuk memperbaiki dan meratakan bentuk dinding parit digunakan dodos.

Lebar parit dibuat 1.5 m dengan kedalaman ± 1 m. Pekerjaan rawat parit memiliki

norma kerja 20 m/HK. Penulis melakukan kegiatan perawatan parit selama tujuh

hari kerja dengan prestasi kerja 20 m/HK. Adapun kendala yang dihadapi saat

melakukan kegiatan perawatan parit adalah terdapat lahan rawa yang

menyulitkan, selain itu areal ditumbuhi gulma yang cukup lebat.

Pembuatan parit. Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang ke luar areal. Dengan

demikian, drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan

topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Standar ukuran

(35)

kedalaman 1 m. Kegiatan pembuatan parit memiliki norma kerja 10 m/HK. Parit

dibuat dengan tujuan sebagai drainase pengumpul yang berfungsi mengumpulkan

air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan.

Alat yang digunakan untuk membuat parit adalah cangkul, dodos, dan karung

untuk mengangkat tanah. Tanah galian dibuang ke sebelah parit, tetapi harus

diatur jangan sampai tanah tersebut masuk lagi ke dalam parit karena aliran air

hujan. Dasar parit dibuat miring menuju ke daerah pembuangan sehingga air

dapat mengalir.

Pembuatan sirip ikan. Sirip ikan merupakan saluran air yang berada di pinggir jalan. Pembuatan sirip ikan bertujuan untuk mengalirkan air yang

menggenangi jalan. Saluran air di pinggir jalan diperbaiki dengan menambah

kedalamannya dan dasar saluran dibuat miring supaya air dapat mengalir ke

tempat penampungan.

Pembuatan tapak timbun. Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk mencegah pokok sawit yang ditanam di daerah rendahan, pasang surut, atau areal

berawa tergenangi air pada saat curah hujan tinggi. Selain itu, tapak timbun juga

berfungsi untuk memperkokoh akar tanaman agar tidak mudah rebah karena tanah

di sekelilingnya tergenang air dan mempermudah kegiatan pemupukan tanaman.

Tapak timbun dibuat dengan tinggi timbunan mencapai 0.5 m dengan jari-jari

2 m diukur dari pokok sawit. Tanah timbunan diambil dari tanah di sekitar

tanaman. Timbunan dipadatkan dengan pelepah atau kayu sampai tanah

benar-benar padat dan mengeras. Permukaan timbunan harus datar dan bebas dari

tunggul dan akar-akar. Pada jari-jari 0.5 m dari pokok sawit, timbunan dibuat

cekung ke dalam (Gambar 1). Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tertimbun dan

(36)

Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang

tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi

sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan. Secara fisik,

gulma bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang,

cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang

dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan

pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan

melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis

pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis),

dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.

Pengendalian gulma di PT Cipta Futura dilakukan pada piringan dan

gawangan (interrow). Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan metode babad dempes, dongkel anak kayu, dan membersihkan

gulma di piringan kelapa sawit. Babad dempes adalah kegiatan membabad gulma

hingga 5 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang. Kegiatan

babad gulma dilakukan oleh penulis di areal TM. Dongkel anak kayu (DAK)

merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di

(37)

senduduk, putihan, teki, kucingan, senggani dan senggani betina, rumput blidang,

anak sawit, dan semua jenis gulma berkayu lainnya.

Pada kegiatan dongkel anak kayu pada TBM juga dilakukan pembersihan

piringan dari segala jenis gulma maupun tanaman kacangan. Ukuran jari-jari

piringan 2 m dari batang pohon sawit atau sampai ujung daun terluar. Batang

tanaman sawit juga dibersihkan dari gulma yang melilit batang, seperti gulma

Mikania micrantha. Gulma yang melilit batang kelapa sawit dibersihkan dengan cara memotong bagian bawah dari batang gulma terlebih dahulu agar gulma

tersebut mati. Bongkahan tanah yang menempel pada akar gulma dongkelan harus

dibersihkan atau dihancurkan. Gulma yang telah didongkel dikumpulkan dan

ditumpuk. Selain itu, sampah berupa daun kering, pelepah kering, rumput kering,

dan sebagainya harus dibersihkan.

Pengendalian gulma secara manual di PT Cipta Futura dibagi menjadi

beberapa rotasi. Untuk TBM 1 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi

(1 x 3) yaitu pengendalian gulma dilakukan secara tiga bulan sekali. Sedangkan

untuk TBM 3 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi enam bulan sekali

(1 x 6), yaitu pengendalian gulma dilakukan enam bulan sekali. Pada TM

pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi 1 x 12, yaitu pengendalian gulma

dilakukan satu tahun sekali.

Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TBM 1 di Blok 70

perluasan. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 5 pokok/HK atau 0.03

ha, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 37 pokok/orang atau 0.28 ha. Dari

perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih di bawah prestasi kerja KHL.

Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan kurang lengkap (tidak ada parang),

cuaca yang sangat terik, dan kemampuan serta kondisi fisik penulis yang tidak

sekuat KHL.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 (pasar pikul) merupakan pengendalian gulma tanaman kelapa sawit yang berada

di antara dua barisan tanaman kelapa sawit (jalan pikul) dengan menggunakan

(38)

c. Darna trima

pengumpulan hasil (TPH), dengan ukuran TPH standar 4 m x 3 m. Penyemprotan

pasar 2:1 dan penyemprotan TPH bertujuan untuk memperlancar dan

mempermudah kerja pengangkutan buah dari piringan ke TPH dan untuk

memudahkan kegiatan lainnya seperti pemupukan.

Penyemprotan pasar 2:1 menggunakan Glyphosate dengan konsentrasi

larutan 7 ml/1 liter air atau 0.25 l/ha yang dimasukkan ke dalam knapsack sprayer. Penyemprotan harus dilakukan merata sepanjang pasar 2:1 dan diusahakan lurus. Lebar semprotan minimal 2 m dengan norma kerja 5 ha/HK.

Selain kegiatan semprot pasar 2:1, terdapat pula kegiatan semprot lain-lain

dan semprot piringan. Tujuan dari semprot (herbicide) ini sama, yaitu untuk mengendalikan gulma tetapi lokasi penyemprotannya yang berbeda. Semprot

pasar 2:1 dilakukan untuk mengendalikan gulma pada pasar 2:1 (pasar pikul),

semprot piringan untuk mengendalikan gulma di piringan pokok, dan semprot

lain-lain dilakukan pada beberapa tempat saja dan pada gulma tertentu seperti

Mikania micrantha, Asystasia intrusa, Setaria plicata, Scleria sumatrensis, pakis kawat, dan alang-alang.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama. Ulat api dan ulat kantong merupakan hama dengan populasi yang sedang meningkat di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation.

Terdapat beberapa macam ulat api yang menyerang kelapa sawit di PT Cipta

Futura, yaitu Setora nitens, Setothosea asigna, dan Darna trima (Gambar 2).

a. Setothosea asigna b. Setora nitens

(39)

Sedangkan jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah

Mahasena corbetti, Metise plana, dan Cremastopsyche pendula. Akan tetapi, serangan ulat kantong masih di bawah ambang ekonomi. Ulat api maupun ulat

kantong menyerang bagian daun tanaman dan biasanya menyerang tanaman yang

masih muda. Selain ulat, terdapat juga tikus. Tikus menyerang buah kelapa sawit,

sehingga serangan tikus dapat berpengaruh langsung terhadap produksi minyak

kelapa sawit. Serangan tikus dideteksi dengan cara melihat bekas gigitan pada

buah yang dipanen. Setiap hari kerani buah melakukan pengamatan serangan tikus

saat mengangkut TBS hasil panen. Selain kerani buah, mandor panen juga

melakukan pengamatan serangan tikus ketika mengawasi panen, sehingga

diperoleh laporan serangan sesudah dan sebelum pengangkutan. Pengamatan juga

dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengamatan terhadap serangan baru dan

serangan lama, sehingga dapat diperkirakan serangan tikus dengan lebih akurat.

a) Pengendalian mekanis (manual)

Pengendalian ulat secara mekanis dilakukan dengan beberapa cara.

Pengendalian mekanis dilakukan mulai saat hama pada stadia ulat, masa pupa,

hingga stadia kupu-kupu. Pada saat stadia ulat dan pupa, pengendalian dilakukan

dengan cara hand picking (kutip ulat dan kutip kepompong). Kutip ulat biasanya dilakukan pada tanaman kelapa sawit TBM sampai TM yang belum terlalu tinggi.

Jika tanaman sudah terlalu tinggi, maka akan menyulitkan pengutip ulat karena

daun sudah tidak terjangkau. Ulat diambil dari daun kelapa sawit, dihitung, dan

dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan untuk kutip kepompong dilakukan di

setiap pasar pada setiap pokok sawit. Kepompong banyak terdapat di

tempat-tempat yang lembab, seperti tanah lembab yang berada di sekitar pokok sawit, di

perakaran sawit, dan di bawah tumpukan pelepah (gawangan mati).

Pengendalian manual terhadap tikus di Afdeling 7 dilakukan dengan

menangkap tikus secara manual. Tidak terdapat pekerjaan untuk penangkapan

tikus secara khusus, melainkan tikus ditangkap jika ada siapa pun termasuk

pekerja yang menemukannya sewaktu di lapangan. Kepada siapa saja yang

(40)

b) Pengendalian biologis

Pengendalian ulat api dan ulat kantong secara biologis di PT Cipta Futura

dilakukan dengan menggunakan serangga, yaitu jenis kepik Pentatomidae. Untuk

menarik kepik datang ke kebun, digunakan tanaman bunga pukul delapan. Bunga

pukul delapan sengaja ditanam pada lahan-lahan kosong atau gawangan dekat

jalan poros atau jalan lebar, tetapi bukan di pasar hidup.

Pada saat ulat api dalam masa pupa atau kepompong, dilakukan

pengendalian biologis dengan memanfaatkan cendawan yang hidup di tanah, yaitu

cendawan Cordyceps. Cendawan tersebut merupakan musuh alami kepompong

ulat api. Saat penulis melakukan kegiatan kutip kepompong, ditemukan beberapa

kepompong yang sudah terserang cendawan ini.

Pengendalian biologis untuk tikus di PT Cipta Futura menggunakan Tito alba (burung hantu). Sampai bulan Maret 2009 terdapat 35 buah sangkar Tito alba

yang berada di Afdeling 7, tetapi yang berpenghuni hanya 15 sangkar dengan

jumlah Tito alba 38 ekor.

c) Pengendalian kimiawi

Pengendalian hama secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan

insektisida. Jenis insektisida yang digunakan di PT Cipta Futura Plantation adalah

Decis dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Insektisida ini tergolong racun kontak. Selain itu, digunakan juga bahan perata dan perekat dengan merk dagang

Agristick. Digunakan konsentrasi Decis dan Agristick masing-masing sebanyak 6 ml untuk 15 liter larutan. Setelah Decis dan Agristick dimasukkan ke dalam

knapsack sprayer, kemudian knapsack sprayer diisi air bersih sampai penuh sehingga didapat larutan semprot sebanyak 15 liter.

Kegiatan penyemprotan hama yang dilakukan penulis yaitu penyemprotan

tanaman TBM di Blok 68. Tanaman kelapa sawit di blok tersebut masih pendek

sehingga masih memungkinkan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan

knapsack sprayer Solo. Penyemprotan hama ini menggunakan nozel berwarna merah yang dibalik. Pembalikkan nozel bertujuan untuk mendapatkan jangkauan

semprot yang lebih luas. Penyemprotan diarahkan ke seluruh bagian daun kelapa

(41)

Teknis kegiatan penyemprotan adalah setiap pekerja diberikan satu jalur

tanaman. Setiap pekerja harus menyemprot mengelilingi setiap tanaman kelapa

sawit. Seluruh daun tanaman kelapa sawit harus basah terkena insektisida. Ulat

api yang terkena semprot akan mati secara perlahan. Bagian perut ulat akan

menggembung dan ulat menjadi berwarna kuning.

Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat melakukan kegiatan

penyemprotan hama adalah 0.8 ha. Sewaktu melakukan kegiatan ini penulis

bekerja sendiri dan tidak bekerja bersama karyawan harian semprot. Prestasi kerja

standar dari perusahaan adalah 2 ha/HK.

Berbeda dengan tanaman belum menghasilkan (TBM), penyemprotan ulat

api pada tanaman menghasilkan (TM) tidak menggunakan knapsack sprayer. Pada TM, tanaman sudah sangat tinggi sehingga penyemprotan menggunakan mesin

EPS (Engine Power Sprayer). Alat tersebut dilengkapi dengan selang kompresor panjang dan galah (bambu panjang) untuk dapat menjangkau tajuk sawit yang

tinggi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 7 ml Decis dan 7 ml Agristick untuk 15 liter larutan. Gejala ulat api yang terkena semprot sama seperti gejala ulat api

yang terkena semprotan oleh knapsack sprayer tetapi reaksinya lebih cepat.

d) Deteksi hama

Deteksi hama di PT Cipta Futura Plantation bertujuan untuk mengetahui

tingkat serangan hama terutama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit.

Deteksi hama dilakukan setiap bulan pada semua blok dalam afdeling. Di

Afdeling 7, deteksi hama dilakukan pada 19 blok dengan waktu rata-rata 15 hari

per bulan. Terdapat tiga macam aksi pada deteksi hama, yaitu aksi ½, aksi 1/5,

dan aksi 1/10. Aksi ½ dilakukan jika serangan hama masuk pada golongan

serangan sedang hingga berat. Sedangkan aksi 1/5 untuk serangan hama yang

tergolong ringan, dan aksi 1/10 untuk areal yang tidak ada serangan.

Pada periode saat penulis magang, deteksi menggunakan aksi 1/10, artinya

deteksi dilakukan setiap selang 10 baris tanaman untuk tanaman TM. Sedangkan

pada tanaman TBM atau di areal perluasan menggunakan aksi 1/5, yaitu deteksi

dilakukan setiap selang 5 baris tanaman. Kegiatan deteksi hama dilakukan oleh

(42)

1/5, maka kelompok detektor pertama melakukan deteksi pada jalur ke-1,

kelompok detektor ke-dua melakukan deteksi di jalur ke-6, dan seterusnya deteksi

dilakukan berselang 5 jalur. Jalur deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 9.

Alat yang digunakan pada kegiatan deteksi hama adalah galah dan botol

plastik. Galah digunakan untuk mengait dan menarik pelepah yang ada ulatnya,

sedangkan botol plastik digunakan untuk menyimpan ulat dan atau kepompong

yang diperoleh. Pada setiap pokok yang dideteksi, dicatat jumlah ulat dan jenis

ulat serta dicatat pula jumlah kepompong yang diperoleh. Kepompong dicari di

tanah lembab dekat pokok sawit. Hasil yang diperoleh dicatat pada form yang

telah disediakan. Setelah melakukan deteksi hama, total ulat hasil deteksi dihitung

berdasarkan jenis ulatnya, sehingga dapat diketahui persentase serangan

masing-masing ulat. Kemudian hasil deteksi tersebut dilaporkan untuk ditindaklanjuti

apakah perlu dilakukan penyemprotan atau tidak.

Pengendalian penyakit. Saat penulis melakukan kegiatan magang, PT Cipta Futura tidak melakukan kegiatan pengendalian penyakit. Hal ini disebabkan

oleh serangan penyakit tidak menyebabkan kerugian produksi. Serangan ulat dan

tikus lebih mempengaruhi produksi, sehingga lebih difokuskan pada pengendalian

ulat dan tikus.

Pemupukan

Pemupukan di PT Cipta Futura Plantation dilakukan berdasarkan hasil

analisis daun yang dilaksanakan satu tahun sekali dan juga analisis tanah. Analisis

tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan PT Asian Agri. Kemudian PT Asian

Agri memberikan rekomendasi dosis pemupukan di setiap blok tanam

berdasarkan hasil analisis.

PT Cipta Futura menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya MOP

(Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), ZA, Borate, Kiserit dan NPK. Pemupukan NPK hanya dilakukan pada tanaman TBM. Setiap blok memiliki

dosis pemupukan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan hasil analisis daun serta

umur tanaman. Pemupukan di PT Cipta Futura terdiri atas beberapa kegiatan,

(43)

pelangsiran pupuk di lahan, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung pupuk

yang sudah kosong.

Pengambilan pupuk di gudang. Pengadaan pupuk di PT Cipta Futura, bekerjasama dengan beberapa perusahaan pupuk dan perusahaan disribusi pupuk,

seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Bumi Tani Subur, PT Sentana Adidaya

Pratama Indonesia, dan beberapa perusahaan pengimpor pupuk lainnya. Pupuk di

perkebunan PT Cipta Futura disimpan di dalam gudang pupuk yang berada di

kantor pusat kebun. Seluruh afdeling di Kebun Ujan Mas tersebut, jika akan

melakukan kegiatan pumupukan, harus mengambil pupuk di gudang dengan

menyerahkan bon pupuk terlebih dahulu.

Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas bagian logistik

gudang dan mandor pupuk. Jumlah pupuk yang diangkut harus sesuai dengan

jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk yang dibuat. Pengangkutan pupuk

kedalam dump truck dilakukan oleh karyawan pengerit. Truk yang telah terisi pupuk dengan jumlah yang sesuai, langsung berangkat ke lahan untuk mengecer

pupuk.

Pengangkutan pupuk ke lahan. Dump truck yang berisi pupuk, meninggalkan gudang dan langsung mengarah ke areal tempat pemupukan.

Biasanya pemupukan dilakukan di beberapa blok sekaligus untuk mengefisienkan

pekerja dan hari pemupukan. Sopir truk langsung diarahkan ke tempat-tempat

yang akan menjadi jalur pengeceran pupuk. Kemudian pengeceran pupuk

dilakukan oleh para karyawan pengerit setelah karyawan tersebut selesai

mengangkut pupuk ke dalam truk.

Pelangsiran pupuk di lahan. Pelangsiran atau pengeceran pupuk di lahan didampingi oleh mandor pupuk untuk memberi pengarahan dimana saja pupuk

akan diecer. Perlu diperhatikan peletakan pupuk saat pengeceran. Mandor pupuk

harus mengetahui kondisi jalur-jalur yang akan dipupuk untuk dapat menentukan

berapa jalur untuk setiap karung pupuk.

Terdapat beberapa pola dalam mengecer pupuk, yaitu pola 1:1, 1:2, dan 1:3.

(44)

untuk 2 jalur pasar mati. Begitu pula dengan 1:3, yaitu 1 karung pupuk untuk 3

jalur pasar mati.

Penaburan pupuk. Pupuk yang telah dilangsir di areal, akan diambil oleh karyawan penabur untuk ditaburkan ke tanaman. Karyawan penabur pupuk akan

mengambil jalur memupuk sebanyak yang telah diinstruksikan pada saat apel

pagi. Kegiatan pemupukan di perusahaan ini menggunakan dua metode, yaitu

pemupukan di samping tumpukan pelepah di gawangan mati untuk TM (Gambar

3) dan metode pemupukan di piringan untuk TBM. Metode pemupukan di

samping pelepah di gawangan mati untuk TM baru dilakukan pada bulan Maret

2009.

Gambar 3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati

Pada TM pupuk ditabur di samping tumpukan pelepah di sepanjang

gawangan mati yang disusun “huruf I” atau “huruf U”. Pupuk harus disebar

merata sebanyak dosis yang ditentukan. Pupuk tidak diperbolehkan jika tertumpuk

di satu tempat atau pupuk tersebar di tengah pelepah. Sedangkan pemupukan pada

TBM disebar merata pada piringan atau bokoran kelapa sawit.

Pengaplikasian pupuk dilakukan sebanyak dosis yang sudah ditetapkan.

Takaran dosis tersebut dikonversikan ke dalam mangkok tempat sabun colek

untuk memudahkan pekerja. Pupuk dari karung yang diecer, diambil oleh

karyawan penabur dan dipindahkan ke dalam ember untuk memudahkan

penaburan. Setiap karung pupuk diperuntukan untuk ½ jalur pasar saja dan dari

ujung satunya terdapat penabur lain, sehingga penaburan pupuk bertemu di

Gambar

Tabel 1.  Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta   Futura dari Tahun 2005 - 2008
Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun
Gambar 2. Beberapa Species Ulat Api
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sistem premi ini berkorelasi positif terhadap output pemanen dalam satu hari kerja dan berpengaruh kepada banyaknya produksi TBS yang dihasilkan pada

Kualitas tandan buah segar yang diamati selama penelitian dan mutu CPO yang dihasilkan sudah baik dan telah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan, akan tetapi pengamatan

Manajemen pemupukan di Kebun Sei Sagu telah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan menurut kaidah 6T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat

Rancangan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pengumpulan data laporan produksi dan pengakutan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bulan

Rotasi panen yang diterapkan oleh kebun adalah rotasi panen 8/10 yang berarti dalam 10 hari terdapat 8 hari panen dengan 2 hari libur .Rotasi panen pada afdeling 4 sudah sesuai standar

Berdasarkan data pada Tabel 7, produksi pada Blok J20A berbeda nyata dengan blok J24A yang memiliki persentase jumlah pelepah yang dipertahankan sesuai SOP lebih tinggi dibanding J20A..