• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq. ) Di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq. ) Di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

(

Elaeis guineensis

Jacq

.

) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

Oleh

WENNY WIDYAWATI A24050928

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

WENNY WIDYAWATI. Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan. (Di bawah bimbingan ADE WACHJAR).

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Tujuan kegiatan magang adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perkebunan kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling. Selain itu, dilakukan juga pengambilan data primer dan data sekunder perusahaan. Data primer meliputi data kegiatan panen dengan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur dan laporan manajemen perusahaan.

Pada saat menjadi KHL penulis melaksanakan seluruh kegiatan yang ada di kebun. Saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling penulis melakukan pengawasan kegiatan di tingkat KHL dan observasi TBS yang diperoleh pemanen.

Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit.

(3)
(4)

(

Elaeis guineensis

Jacq

.

) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Wenny Widyawati A24050928

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN UJAN MAS

PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATRA SELATAN Nama : WENNY WIDYAWATI

NIM : A24050928

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

(Dr Ir Ade Wachjar, MS) NIP: 19550109 198003 1 008

Mengetahui :

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,

(Dr Ir Agus Purwito, MSc) NIP: 19611101 198703 1 003

(6)

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang ayah yang bernama Didi Sukard dan ibu bernama Ice Winarsih. Penulis lulus dari SDN Cimanggu Kecil pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dari SMP Negeri 8 Bogor untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3 Bogor pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI. Pada tahun 2006, saat penulis tingkat dua, penulis berhasil diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, yang merupakan angkatan pertama kurikulum mayor-minor.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat, hidayah serta kekuatanNya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Karya ilmiah yang penulis susun berjudul “Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan magang yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Papa dan Mama serta kedua adik Donny Winardi dan Febri Gunardi yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan baik moril maupun material.

2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir Supijatno MS dan Dr Ir Iskandar Lubis MS, selaku dosen penguji skripsi.

4. Bapak Herry Tantiono selaku Enterprise Provost PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan.

5. Bapak Sutan Hutasoit SP selaku asisten Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan magang dan banyak memberikan pelajaran hidup serta ilmu dunia kerja perkebunan.

6. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2009

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani Kelapa Sawit... 4

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit……... 5

Pemanenan... 6

METODE MAGANG... 9

Tempat dan Waktu... 9

Metode Pelaksanaan... 9

Pengumpulan Data dan Informasi... 9

Analisis Data dan Informasi... 10

KONDISI UMUM... 11

Letak Geografis dan Administrasi... 11

Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim... 11

Tata Guna Lahan... 12

Keadaan Pertanamaman dan produksi... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 13 14 PELAKSANAAN MAGANG... 16

Aspek Teknis... 16

Perawatan Parit... 16

Pembuatan Parit... 16

Pembuatan Tapak Timbun... 17

Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit... 18

Pengendalian Gulma... 19

Pengendalian Hama... 22

Pemupukan... 25

Pemanenan... 30

Pruning (Penunasan/Pemangkasan)... 43

Aspek Manajerial... 44

Pendamping Mandor... 45

Pendamping Asisten Afdeling... 47

PEMBAHASAN... 49

Persiapan Panen... 50

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN... 60

Kesimpulan... 60

Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA... 61

(10)

Nomor Halaman

1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta

Futura dari tahun 2005 – 2008... 14

2 Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009... 15

3. Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009... 30

4. Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7... 32

5 Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan Maret 2009... 32 6. Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki Oleh Pemanen... 35

7. Pengamatan Kualitas Potong Gagang Panjang TBS di Afdeling 7... 37

8. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7... 38

9. Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7... 38

10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009... 39

11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7... 40

12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura... 42

13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS... 54

(11)

Nomor Halaman

1. Penampang Melintang Parit... 17

2. Pembuatan Tapak Timbun... 18

3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK)... 19

4. Penyemprotan Gulma... 20

5. Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran... 21

6. Beberapa Spesies Ulat Api... 23

7. Pengutipan Kepompong... 24

8. Penyemprotan Hama... 24

9. Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)... 25

10. Jalur Pokok Sample Analisis Daun... 26

11. Pelangsiran Pupuk... 27

12. Peralatan Pemupukan... 28

13. Denah Cara Aplikasi Pupuk pada Lahan... 29

14 Pemupukan Muriate of Potash (MOP)... 29

15. Penghitungan Jumlah Karung... 30

16. Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit... 31

17. Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit... 33

18. Regu Kerja (RK) Panen... 34

(12)

Nomor Halaman

1 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di

Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan... 63

2 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan... 65

3 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan... 66

4 Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation... 68

5 Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera Selatan... 69

6 Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation... 70

7 Denah Jalur Deteksi Hama... 71

8 Contoh Blanko Deteksi Hama... 72

9 Contoh Blanko Bon Gudang... 73

10 Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009... 74

11 Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009... 75

12 Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta Futura... 76

13 Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen... 77

14 Contoh Blanko Data Muat Buah... 78

15 Contoh Blanko Surat Pengantar Buah... 79

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar. Produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291 ton dari 11 875 418 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia. Iklim tropika basah di Indonesia menjadi potensi besar untuk budidaya kelapa sawit. Selain itu Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau besar dan ribuan pulau kecil yang membentang di sekitar khatulistiwa, memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit mencapai 5 597 158 ha dan meningkat pada tahun 2009 menjadi seluas 7 321 897 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan rakyat di Indonesia mencapai 1.396 ton/ha/tahun dan produktivitas untuk perkebunan besar sebesar 3.50 ton/ha/tahun. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008).

Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan.

(14)

menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas (Fauzi et al., 2008).

Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan lain-lain. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak terpisahkan satu sama lain.

Kualitas panen perlu mendapat perhatian, karena kehilangan minyak dan penurunan kualitas sebagian besar terjadi pada kegiatan pemanenan, pengangkutan dan selama pengolahan di pabrik (Lubis, 1992).

Menurut Hutabarat (1965) tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar (TBS). TBS kelapa sawit yang dapat dipanen ialah tandan yang dalam pengolahannya di pabrik menghasilkan rendemen minyak yang tinggi juga memiliki mutu minyak yang baik. Pernyataan yang sama diungkapkan juga oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) bahwa panen harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dan kernel yang optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, TBS tidak menginap dan pengangkutan ke pabrik lancar.

(15)

saat hari panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, paling lambat delapan jam setelah panen dilaksanakan (Fauzi et al., 2008).

Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan (Lubis, 1992). Oleh karena itu kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak sawit yang berkualitas.

Tujuan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae), subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis, 1992).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari kata Jacquin yang merupakan Botanist Amerika (Lubis, 1992). Spesies lain dari Elaeis

adalah Elaeis oleifera dan Elaeis odora.

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuarterner (Pahan, 2008a). Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tersier dan akar kuarterner yang berada dekat dengan permukaan tanah (Lubis, 1992).

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus, dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008a).

(17)

sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu sehingga dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun (Fauzi et al., 2008).

Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 1992).

Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 – 6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang pelindung inti (Fauzi et al., 2008).

Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

(18)

tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun (Fauzi et al., 2008).

Lama penyinaran matahari yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 5 – 7 jam per hari dan kelembaban optimum 80 persen. Kecepatan angin 5 – 6 km per jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al., 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial (Lubis, 1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu dan lempung liat berpasir, dengan kedalaman efektif tanah yang baik lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi terbaik pada pH 5.0 – 5.5 dengan kandungan unsur hara tanah tinggi (Lubis, 1992).

Pemanenan

Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pengangkutan hasil ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

(19)

Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan, pengangkutan, data kerapatan panen, dan sarana panen. Peralatan panen tediri atas dodos, kampak, egrek, dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan, pembuatan jembatan panen, jalan panen (pikul), dan pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).

Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah (dua brondolan) lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap kilogram tandan. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang terjadi adalah dari hitam atau hijau kemudian berubah menjadi merah mengkilat atau orange.

Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 – 10 tandan per baris, gagang tandan menghadap ke atas dan brondolan telah dimasukkan ke dalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanen.

Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan ALB dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 0.1 % setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 1992).

Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991).

(20)
(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling. Kegiatan sebagai KHL berlangsung pada dua bulan pertama dengan melaksanakan semua kegiatan, yaitu pembuatan dan perawatan parit, pembuatan tapak timbun, penyusunan janjang kosong kelapa sawit, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemupukan, pemanenan dan pruning. Seluruh kegiatan saat penulis menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan. Jenis pekerjaan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian administrasi afdeling (Lampiran 2). Pada satu bulan terakhir penulis menjadi pendamping asisten afdeling. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping asisten afdeling yaitu melakukan observasi TBS hasil panen di TPH (Lampiran 3).

Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data primer serta data sekunder.

Pengumpulan Data dan Informasi

(22)

khusus pada kegiatan panen pada beberapa unit contoh pengamatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi, luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga diperolah dari studi pustaka.

Sebagai objek pengamatan untuk mendapatkan data primer digunakan tenaga pemanen sebagai sampel yang diambil secara acak pada lima kemandoran dalam satu wilayah afdeling. Dari masing-masing kemandoran ditentukan enam tenaga pemanen sampel, sehingga tenaga pemanen sampel yang diamati seluruhnya berjumlah 30 orang tenaga pemanen.

Pengamatan dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan dengan pengelolaan pemanenan di lapangan produksi yang meliputi:

(1) Kriteria panen.

(2) Rotasi panen, sistem panen dan tenaga kerja panen. (3) Tata cara pelaksanaan panen.

(4) Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang panen, buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan pemotongan gagang panjang.

(5) Upah dan denda panen.

(6) Organisasi dan administrasi panen. (7) Pengangkutan TBS hasil panen.

Analisis Data dan Informasi

(23)

KONDISI UMUM

Letak Geografis dan Administratif

PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit swasta milik keluarga yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Cipta Futura Plantation berjarak 35 km dari kota terdekat Muara Enim dan ± 218 km dari kota Palembang dengan jarak tempuh 3 – 4 jam.

Sebelah utara Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation berbatasan dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat.

Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation termasuk salah satu afdeling dengan batas sebelah timur adalah Desa Ulak Badung di Kecamatan Ujan Mas, sebelah barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8. Sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1 dan sebelah utara berbatasan dengan PT Surya Bumi Agro Langgeng. Peta Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim

(24)

Kebun Ujan Mas memiliki suhu rata-rata 28 0C. Curah hujan merata sepanjang tahun dengan ratarata curah hujan selama 10 tahun terakhir (1999 -2008) adalah 2 909 mm per tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu 2 172 mm, sedangkan untuk curah hujan tertinggi adalah 3 824 mm terjadi pada tahun 2004. Jumlah hari hujan rata-rata 148.6 hari per tahun atau 12.4 hari per bulan. Berdasarkan klasifikasi Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Perkebunan Ujan Mas termasuk dalam kategori iklim B (basah). Data selengkapnya mengenai curah hujan di Kebun Ujan Mas dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tata Guna Lahan

Luas total Kebun Ujan Mas mencapai 8 381 ha berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Pembukaan lahan dimulai tahun 1990 dan penanaman pertama dimulai pada tahun 1992 seluas 19.79 ha dan perluasan lahan terus berlanjut sampai sekarang.

Penggunaan lahan di Kebun Ujan Mas terdiri atas areal pertanaman untuk kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69 % dari luas total), areal pembibitan seluas 12.29 ha (0.15 % dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30 % dari luas total). Total areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas total). Luas yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 % dari luas total), dan terdapat enclave

seluas 746.20 ha (8.90 % dari luas total).

Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1, Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 1 memiliki luas 809.80 ha, Afdeling 6 memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling 7 memiliki kebun seluas 1 885.17 ha dan untuk Afdeling 8 seluas 1 948.28 ha.

(25)

rata-rata satu blok adalah 100 ha dengan dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D sehingga rata-rata luas per petak adalah 25 ha.

Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas fasilitas perumahan karyawan, sekolah, lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan bulu tangkis, dan koperasi.

Keadaan Pertanaman dan Produksi

PT Cipta Futura Plantation bergerak dalam bidang perkebunan dengan komoditas utama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di perusahaan tersebut merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM),

Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan berasal dari PT Socfindo.

Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman kelapa sawit standar ditetapkan 135 pokok per ha, akan tetapi lima pokok diasumsikan terpakai untuk jalan, maka perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah 130 pokok.

Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di Blok 69 dan 70.

(26)

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008

Tahun Luas (ha)

Produksi Produktivitas (ton) (ton)

2005 1 619.78 43 550 26.89 2006 1 619.78 32 709 20.19 2007 1 857.93 41 852 22.52 2008 1 857.93 37 108 19.97 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

Produktivitas TBS di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan. Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya penurunan curah hujan dan perluasan areal tanaman menghasilkan sehingga berpengaruh terhadap berat tandan yang dihasilkan.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama. Chief magister

bertanggung jawab kepada direksi.

(27)

Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama dan penyakit, dan mandor dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada di bawah supervisor adalah krani buah. Struktur organisasi pada PT Cipta Futura dapat dilihat pada Lampiran 6.

Di perusahaan ini sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan non staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu Rp 50 000,- per hari yang disesuaikan dengan prestasi kerja yang diperoleh. Adapun jumlah keseluruhan tenaga kerja di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation Bulan Mei 2009

No Bagian Jumlah

(orang) 1. Karyawan Staf :

- Asisten Afdeling 1

- Supervisor Afdeling 1

- Supervisor Panen 1

- Supervisor Pemeliharaan 1

Jumlah 4

2. Karyawan Non Staf :

- Mandor Panen 4

- Krani Afdeling 1

- Krani Buah 4

- Mandor Pemeliharaan 4 - Administrasi Afdeling 2

Jumlah 15

3. Karyawan Harian Lepas :

- Tenaga Kerja Pemanenan 75 - Tenaga Kerja Pemeliharaan 140

- Pemuat Buah 19

- Supir Truk 20

Jumlah 254

(28)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Perawatan Parit

Perawatan parit bertujuan agar parit bersih dari gulma dan benda-benda lain yang dapat menghalangi kelancaran aliran air. Kedalaman parit harus memenuhi standar agar dapat menunjang kelancaran jalannya air. Perawatan parit pada kegiatan magang dilakukan pada kelapa sawit TM 1 di Blok 83 P. Alat yang digunakan untuk perawatan parit adalah dodos, cangkul, meteran dan parang.

Perawatan parit dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang ada pada tepi parit sejauh 1.5 m dari tepi parit. Dinding parit diratakan dengan menggunakan dodos serta lumpur yang ada pada dasar parit diangkat ke atas tepi parit yang telah bersih dari gulma. Kedalaman parit dibuat sampai mencapai tanah keras kurang lebih 1 m.

Norma kerja untuk perawatan parit adalah 20 m/HK. Kegiatan rawat parit dilakukan penulis selama 7 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 20 m/HK.

Pembuatan Parit

Pembuatan parit di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual oleh tenaga manusia dengan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, dodos, dan meteran. Standar ukuran parit di Kebun Ujan Mas adalah lebar permukaan atas parit 1.5 m, kedalaman parit 1 m, lebar permukaan bawah parit 1.5 m.

  Norma kerja untuk pembuatan parit 10 m/HK. Kegiatan pembuatan parit dilakukan penulis di Blok 70 perluasaan selama 3 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 5 m/HK.

(29)

parit sirip ikan adalah lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm, dan lebar dasar 50 cm, sehingga parit sirip ikan berbentuk trapesium. Penampang melintang parit dan parit sirip ikan disajikan pada Gambar 1.

1.5 m 60 cm

1 m 50 cm

1.5 m 50 cm

(a) Parit (b) Parit Sirip Ikan

Gambar 1. Penampang Melintang Parit

Norma pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Kegiatan pembuatan sirip ikan dilakukan penulis selama satu hari kerja dengan prestasi kerja 8 m/HK.

Pembuatan Tapak Timbun

Tapak timbun merupakan salah satu upaya perawatan tanaman kelapa sawit pada daerah rendahan dan daerah rawa dengan tujuan mencegah tanaman kelapa sawit (pokok) dari genangan air, memudahkan pemupukan tanaman, memperbaiki drainase di sekitar perakaran tanaman serta memperkokoh tanaman agar tidak doyong.

(30)
[image:30.612.141.466.94.252.2]

(a) Tampak Atas Tapak Timbun (b) Hasil Pembuatan Tapak Timbun

Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun

Kegiatan pembuatan tapak timbun dilakukan pada daerah rendahan di Blok 95 perluasan. Norma pembuatan tapak timbun 2 tapak timbun/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 0.4 tapak timbun selama satu hari kerja.

Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit

Aplikasi janjangan kosong (JJK) di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual pada areal TM di Blok 106, 107, 108. Pengangkutan JJK dari pabrik dilakukan dengan truk sekembalinya dari pabrik setelah mengantar TBS.

JJK disusun membentuk huruf U pada gawangan kelapa sawit dengan cara membentuk lapisan kotak dengan jumlah 12 JJK untuk panjang ke bawah dan 10 JJK untuk lebar ke samping gawangan. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi pasar hidup. JJK disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan JJK. Pelaksanaan penyusunan JJK dapat dilihat pada Gambar 3.

Susunan JJK tidak boleh lebih dari satu lapisan karena akan merangsang perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Rotasi aplikasi JJK pada lahan yang sama minimal 1 tahun atau menunggu lapisan JJK pada lahan tersebut melapuk.

Bobot rata-rata JJK yang diangkut dalam satu truk berkisar 3 – 3.5 ton. Dari satu truk tersebut dapat dihasilkan 4 – 5 lapisan janjangan. Satu lapisan JJK diaplikasikan pada tengah gawangan antara dua pokok sawit sehingga dosis JJK rata-rata yang aplikasikan berkisar 375 kg – 500 kg/pokok.

2 m

(31)
[image:31.612.169.465.115.219.2]

(a) Kegiatan Penyusunan JJK (b) Hasil Penyusunan JJK

Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).

Alat yang digunakan untuk mengangkut (melangsir) JJK dari tumpukan buangan truk ke dalam gawangan sawit adalah angkong. Alat lain yang digunakan adalah tojok atau gancu untuk menyusun dan meratakan JJK dalam lapisan.

Prestasi kerja untuk karyawan janjangan adalah 5 ton/HK dengan besar upah yang diterima adalah Rp 10 000,-/ton. Sedangkan untuk prestasi kerja penulis dalam kegiatan penyusunan janjangan kosong adalah 3 ton/ HK.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang keberadaannya sangat merugikan tanaman pokok. Kompetisi gulma dengan tanaman kelapa sawit dapat terjadi baik pada piringan, pasar 2:1 maupun pada tempat pengumpulan hasil (TPH). Di Perkebunan Ujan Mas pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyemprotan di pasar 2:1 dan TPH serta dongkel anak kayu (DAK).

(32)

Penyemprotan gulma pada pasar 2:1 dan TPH menggunakan herbisida yang mengandung glifosat dengan merk dagang “Smart”. Dosis herbisida yang digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 7 ml/l.

Penyemprotan TPH dilakukan secara merata ke seluruh bagian TPH. Jumlah TPH standar setiap pasar adalah dua TPH yang terdapat pada bagian ujung-ujung pasar.

Standar kerja penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah 5 ha/HK. Prestasi kerja penulis adalah 3 ha/HK. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 dilakukan pada areal TM di Blok 107 C. Penyemprotan gulma yang dilakukan penulis disajikan dalam Gambar 4.

(a) Penyemprotan Pasar 2:1 (b) Penyemprotan TPH

Gambar 4. Penyemprotan Gulma

Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah

knapscak sprayer Solo kapasitas 15 liter, masker sebagai pengaman agar larutan herbisida tidak terhirup, botol mineral bekas atau wadah yang dapat digunakan untuk mengambil air sabagai pelarut herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan harus dilakukan pengecekan knapscak sprayer untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau kerusakan pada alat tersebut. Hasil penyemprotan pasar 2:1 dan TPH akan terlihat paling cepat empat minggu kemudian.

(33)

yaitu Scleria sumatrensis, Cyperus sp., Fimbristilis sp., dan lain-lain. Selain gulma, tanaman kelapa sawit yang tumbuh liar atau disebut dengan kentosan juga harus dicabut agar tidak menyaingi tanaman kelapa sawit utama.

Pada kegiatan DAK selain mencabut gulma berkayu yang ada pada gawangan kelapa sawit, juga membersihkan gulma yang terdapat pada piringan (membokor). Tujuan pembersihan bokoran kelapa sawit adalah untuk memudahkan kegiatan pemupukan terutama untuk kelapa sawit di areal TBM yang aplikasi pupuknya dilakukan di piringan serta memperlancar kegiatan panen pada areal TM.

DAK dilakukan di areal TBM Blok 70 perluasan. Bokoran dibuka dengan lebar bokor sampai ujung daun terluar atau dengan jari-jari bokoran 2 m dari pokok sawit. Bokoran harus bersih dari gulma. Sedangkan kegiatan DAK dilakukan pada gawangan sebelah kanan pokok sawit.

Peralatan yang digunakan untuk kegiatan DAK adalah cangkul, parang, sarung tangan. Kegiatan DAK dilakukan dengan sistem borongan dengan standar yang ditetapkan dalam satuan hektar. Prestasi penulis dalam kegiatan DAK sebanyak 5 pokok/HK selama satu hari kerja. Kegiatan DAK yang penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Dongkel Anak Kayu (b) Pembuatan Bokoran

Gambar 5. Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran

(34)

Pengendalian Hama

Hama pada perkebunan kelapa sawit di antaranya babi hutan, tikus dan ulat. Hama-hama tersebut harus dikendalikan untuk menjaga produktivitas tanaman.

Pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan musuh alami yaitu ular cobra dan burung hantu (Tyto alba). Ular cobra dan burung hantu sengaja dikembangbiakkan sebagai pemangsa tikus. Sarang burung hantu dibuat di blok-blok tanaman. Sampai dengan bulan Juni 2009, jumlah sarang burung hantu di Afdeling 7 berjumlah 35 sarang burung. Keberadaan burung hantu selalu dikontrol oleh mandor panen untuk dilaporkan kepada asisten afdeling mengenai keberadaan dan populasinya dalam sarang.

Pengendalian ulat di Kebun Ujan Mas dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengendalian secara mekanis, kimiawi, dan hayati.

Pengendalian secara mekanis. Pengendalian secara mekanis meliputi dua kegiatan yaitu pendeteksian hama dan pengutipan kepompong.

Hama yang paling penting di perkebunan kelapa sawit adalah ulat api. Pendeteksian ulat api merupakan salah satu cara untuk mengetahui populasinya. Kegiatan deteksi hama tidak hanya mendeteksi ulat api, tetapi juga ulat kantong dan ulat lainnya. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan deteksi hama terdiri atas galah panjang dengan pengait pada bagian ujungnya, alat tulis, dan botol air mineral bekas.

(35)

(a) Setora nitens (b) Darna trima

[image:35.612.183.462.96.346.2]

(c ) Theosea asigna (d) Tirathaba sp.

Gambar 6. Beberapa Spesies Ulat Api

Pengamatan ulat api dilakukan pada baris ke-1, ke-10, ke-20, dan seterusnya. Dari setiap barisan dipilih pokok sampel dengan interval 1/10 untuk TM yaitu pokok ke-1, pokok ke-11, pokok ke-21 dan seterusnya. Sedangkan untuk kelapa sawit di petak perluasan, pokok sampel yang digunakan memiliki interval 1/5 yaitu pokok ke-1, pokok ke-6, pokok ke-11, dan seterusnya. Jalur deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 7. Semua pokok dalam barisan tetap dideteksi, tetapi data yang ditulis pada lembar deteksi hama adalah jumlah ulat yang ditemukan pada pokok sampel. Contoh blanko deteksi hama terdapat pada Lampiran 8.

(36)
[image:36.612.173.497.90.206.2]

(a) Kegiatan Pengutipan Kepompong (b) Hasil Pengutipan Kepompong Gambar 7. Pengutipan Kepompong

Kegiatan pengutipan kepompong dilakukan penulis di Blok 95 Petak B dan C. Pengutipan kepompong dilakukan di blok yang terdeteksi terdapat populasi ulat api yang tinggi. Cara pengutipan kepompong dengan mengorek bagian bawah pokok sawit pada bagian akar dan piringannya serta pada bagian pasar mati di bagian bawah pelepah. Peralatan pada kegiatan pengutipan kepompong terdiri atas ember, gancu, dan potongan pelepah.

Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian hama secara kimiawi di Kebun Ujan Mas dilakukan dengan menyemprot hama menggunakan insektisida Decis dan Agristik sebagai perekatnya. Konsentrasi Decis dan Agristik yang digunakan masing-masing sebanyak 6 ml untuk 15 liter larutan atau 0.4 ml/l.

Alat yang digunakan untuk penyemprotan hama adalah knapsack sprayer

Solo dengan memakai nozzle warna merah yang dibalik. Penulis melakukan penyemprotan hama pada areal TBM di Blok 68 sehingga masih terjangkau menggunakan knapsack sprayer Solo.

Penyemprotan hama dilakukan pada semua bagian pelepah kelapa sawit. Ulat api yang terkena semprot sebelumnya akan mengering, kisut, berwarna coklat dan akhirnya mati perlahan. Kegiatan penyemprotan hama penulis lakukan dapat dilihat pada Gambar 8.

[image:36.612.256.363.593.673.2]
(37)

Prestasi kerja penulis untuk penyemprotan hama seluas 0.8 ha, yang dilakukan selama satu hari kerja sedangkan norma kerja karyawan untuk penyemprotan hama 2 ha/HK.

Pada areal kelapa sawit TM dengan pokok yang tinggi disemprot dengan menggunakan Engine Power Sprayer (EPS). Alat semprot tersebut dilengkapi dengan selang panjang serta galah untuk menggapai tajuk sawit yang tinggi. Insektisida yang digunakan Decis dan Agristik sebagai perekatnya dengan dosis masing-masing insektisida 7 ml untuk 15 liter larutan. Penulis tidak melakukan kegiatan penyemprotan hama kelapa sawit dengan menggunakan EPS.

[image:37.612.262.379.366.456.2]

Pengendalian secara hayati. Pengendalian ulat api secara hayati dilakukan dengan memanfaatkan kumbang predator ulat api. Salah satu cara menarik kumbang predator adalah dengan penanaman bunga pukul delapan (Turnera subulata). Bunga Turnera subulata dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)

Penanaman dilakukan di lahan kosong di tepi tanaman kelapa sawit. Penulis melakukan penanaman bunga pukul delapan di Blok 68 dan 69. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang. Prestasi penulis dalam kegiatan ini sebanyak 200 polybag per HK dalam satu hari kerja sesuai dengan norma yang ditargetkan perusahaan. Penulis melakukan kegiatan penanaman bunga pukul delapan selama 3 hari kerja.

Pemupukan

Kebun Ujan Mas menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya ZA,

(38)

masing-masing yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil analisis daun serta umur tanaman.

[image:38.612.264.395.214.315.2]

Penetapan dosis pupuk di Kebun Ujan Mas dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah dan daun yang bekerjasama dengan PT Asian Agri. Contoh daun yang dianalisis berasal dari pokok sampel yang telah ditetapkan (Gambar 10).

Gambar 10. Jalur Pokok Sampel Analisis Daun

Contoh daun tersebut dikirim ke PT Asian Agri untuk dianalisis. Selanjutnya hasil analisis daun dikirimkan kembali ke PT Cipta Futura beserta rekomendasi dosis pupuk yang diperlukan oleh tanaman.

Kegiatan pemupukan terdiri atas pelangsiran pupuk ke lahan, penaburan pupuk serta pengumpulan karung pupuk kosong.

Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan mengangkut pupuk dari gudang dan menyusunnya di dalam truk sampai dengan mendistribusikannya ke lahan. Dalam pengadaan pupuk, Kebun Ujan Mas bekerjasama dengan perusahaan pupuk seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Pupuk yang telah didatangkan oleh perusahaan disimpan dalam gudang pupuk di G2. Pengeluaran pupuk dari gudang memerlukan proses pengajuan dengan bon serta harus terdaftar dalam buku ekspedisi afdeling. Contoh blanko bon gudang tercantum pada Lampiran 9.

(39)

rekomendasi dosis pupuk per pokok pada blok tersebut, luas blok serta jumlah pokok dalam blok tersebut berdasarkan hektar statement (Lampiran 10).

Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas gudang dan mandor pupuk untuk memastikan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang sama dengan jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk.

Pengangkutan pupuk ke dalam dump truck dilakukan oleh kelompok karyawan pengerit. Pupuk disusun di dalam truk secara rapi untuk memudahkan penghitungan karung yang telah masuk truk. Truk yang telah terisi pupuk langsung berangkat ke lahan untuk dilakukan pelangsiran. Pelangsiran pupuk didampingi oleh mandor pupuk untuk mengawasi di jalur mana saja pupuk akan dilangsir. Kegiatan pelangsiran pupuk dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) Pengangkutan Pupuk ke Truk (b) Pendistribusian Pupuk di Lahan

[image:39.612.353.468.327.413.2]

(c) Pupuk yang Telah Dilangsir

Gambar 11. Pelangsiran Pupuk

(40)

Penaburan pupuk. Cara pemupukan yang diterapkan di Kebun Ujan Mas saat ini berbeda dengan cara penaburan pupuk pada tahun sebelumnya. Cara pemupukan untuk TM diubah yang semula di piringan menjadi diaplikasikan di samping pelepah yang tersusun pada gawangan mati, sedangkan untuk aplikasi pupuk pada TBM tetap dilakukan di piringan pokok tanaman.

Perubahan cara pemupukan pada TM tersebut berdasarkan hasil analisis tanah dan daun. Hasil analisis menyatakan bahwa mikroorganisme di sekitar piringan pokok sudah tidak aktif lagi sehingga pokok akan terus mengalami defisiensi walaupun telah dipupuk. Oleh karena itu perusahaan mengambil keputusan untuk mengubah cara aplikasi dari aplikasi di piringan menjadi di samping tumpukan pelepah.

[image:40.612.267.385.420.510.2]

Penaburan pupuk terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu pembukaan karung pupuk, pemecahan bongkahan pupuk yang menggumpal, pembersihan pupuk yang tercecer saat pelangsiran dari truk, pemindahan pupuk dari karung ke dalam ember serta penaburan pupuk. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah ember dan mangkok “OMO” (Gambar 12).

Gambar 12. Peralatan Pemupukan

Pupuk ditabur berdasarkan dosis per pokok tanaman yang telah dijelaskan oleh mandor. Pemupuk menaburkan pupuk dengan menggunakan mangkok takar yang telah distandarisasi oleh perusahaan. Bobot satu mangkok bergantung pada berat jenis pupuk yang digunakan. Sebagai contoh untuk pupuk RP (Rock Phosphate), 1 mangkok pupuk RP setara dengan 0.7 kg sehingga untuk dosis 2 kg/pokok akan setara dengan 2 ¾ mangkok pupuk.

(41)

Pupuk disebar pada jarak 2 m dari batang sawit (tidak boleh ditabur di piringan) dan tidak boleh ditabur sampai di tengah pelepah. Setiap penabur pupuk harus memperhatikan batas taburan dari penabur lain yang memupuk barisan yang berhadapan dengannya sehingga tidak ada pokok yang tidak terpupuk. Dosis pupuk yang diaplikasikan pada tanaman harus sesuai dengan anjuran dan pupuk harus ditabur secara merata.

Pupuk dalam satu karung diaplikasikan untuk dua jalur gawangan mati sampai batas tengah petak sedangkan untuk sisa areal yang belum teraplikasi akan dipupuk oleh penabur lain dari sisi petak yang saling membelakangi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.

Taburan A Taburan B x x x x x pokok sawit

Pasar 2:1 (pasar hidup)

x x x x x

Taburan A Taburan B

[image:41.612.167.500.308.422.2]

Batas taburan

Gambar 13. Denah Cara Aplikasi Pupuk di Afdeling 7

Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis menggunakan pupuk

Muriate of Potash (MOP). Pemupukan MOP penulis lakukan di Blok 109 C dengan dosis pupuk 1.5 kg/pokok (Gambar 14). Berdasarkan hasil kalibrasi perusahaan, satu mangkok “OMO” untuk pupuk MOP memiliki berat 0.6 kg MOP sehingga untuk 1.5 kg MOP setara dengan 2.5 mangkok “OMO”. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 250 kg/HK atau 5 karung pupuk dengan netto per karung 50 kg. Sedangkan norma kerja yang berlaku untuk karyawaan penabur pupuk dihitung berdasarkan luas areal yang dikerjakan yaitu 2 ha/HK.

[image:41.612.255.352.617.693.2]
(42)
[image:42.612.261.390.236.335.2]

Pengumpulan karung pupuk kosong. Karung pupuk yang telah kosong diberikan kepada kelompok karyawan pengerit untuk dihitung (Gambar 15). Jumlah karung pupuk kosong harus sama dengan jumlah pupuk yang diambil dari gudang pupuk. Karung-karung kosong tersebut untuk selanjutnya dibawa ke kantor afdeling dan akan dikembalikan keesokan harinya ke gudang pupuk bersamaan dengan pengambilan pupuk pada hari tersebut.

Gambar 15. Penghitungan Jumlah Karung

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan terpenting untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Kebun Ujan Mas menetapkan target produksi yang harus dicapai oleh masing-masing afdeling. Adapun target produksi dan realisasi produksi yang dapat dicapai di Afdeling 7 disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2009

Periode Target Produksi (ton)

Realisasi Produksi

(ton) Margin

Realisasi Panen (%) Januari 3 777.41 2 371.49 - 1 405.92 62.78 Februari 2 930.06 2 125.39 - 804.67 72.54 Maret 3 402.79 2 815.53 - 617.25 81.86 April 3 318.06 4 288.76 + 970.70 129.26 Mei 3 554.43 4 258.18 + 703.75 119.80 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

[image:42.612.129.519.506.604.2]
(43)

panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, serta pengangkutan hasil panen.

[image:43.612.252.379.295.393.2]

Persiapan panen. Persiapan panen yang harus dilakukan saat tanaman mulai beralih dari TBM ke TM meliputi pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan jembatan panen, penghitungan jumlah tenaga kerja panen, perawatan jalan serta perawatan pasar 2:1. TPH dibuat di ujung pasar 2:1 yang berbatasan langsung dengan jalan. TPH dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Pembuatan jembatan dilakukan pada areal yang memiliki parit. Jembatan dibuat menggunakan kayu cerucuk atau kayu akasia (Gambar 16).

Gambar 16. Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit

Persiapan panen yang rutin dilakukan setiap kali panen adalah perawatan jalan, apel pagi pemanen yang dipimpin langsung oleh mandor dan supervisor panen serta kegiatan pembagian hanca panen. Sedangkan persiapan alat panen yang akan digunakan dipersiapkan oleh masing-masing pemanen sebagai tanggung jawabnya.

(44)
[image:44.612.128.507.130.303.2]

Tabel 4. Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7

Sumber : Hasil Pengamatan (2009)

Sensus TBS dan taksasi produksi. Sensus TBS merupakan kegiatan rutin mandor panen yang dilakukan setiap tanggal 15. Sensus TBS bertujuan untuk mengetahui taksasi produksi setiap bulan, hasil panen pada rotasi berikutnya, serta mengetahui angka kerapatan panen pada bulan tersebut sampai dengan enam bulan ke depan. Data sensus TBS terdapat pada Lampiran 11.

Pengamatan sensus TBS selalu dilakukan pada jalur tanaman yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Blok sampel dipilih secara acak. Untuk selanjutnya pada blok sampel tersebut dipilih juga jalur tanaman secara acak.

Parameter pengamatan sensus TBS yang dilakukan terdiri atas beberapa kategori TBS, yaitu TBS bulan ke-1, TBS bulan ke-2, TBS bulan ke-3, TBS bulan ke-4, TBS bulan ke-5 serta TBS bulan ke-6. Hasil pengamatan penulis mengenai perbandingan panen aktual dan hasil sensus TBS pada Blok 108 dan 107 tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan Maret 2009

Tanggal

Panen Blok

Aktual Sensus

Jumlah TBS Jumlah Pokok AKP (%) Jumlah TBS Jumlah Pokok AKP (%) 16 April 107 3 602 14 987 24.03 19 46 41.30 16 April 108 4 940 18 849 26.20 13 78 16.67 Keterangan: AKP = Angka Kerapatan Panen

Sumber : Hasil Pengamatan (2009) Kemandoran Total TBS

Sample

TBS Hasil Panen

[image:44.612.127.515.622.684.2]
(45)

Sistem panen dan tenaga kerja panen. Kegiatan pemanenan di Kebun Ujan Mas menggunakan sistem panen hanca tetap. Setiap regu kerja (RK) panen memiliki nomor panen masing-masing. Nomor tersebut akan menentukan hanca yang akan dipanen oleh pemanen setiap hari. Pemanen akan mendapat nomor hanca yang sama sesuai dengan nomor panen yang dimiliki dan bersifat tetap.

[image:45.612.191.459.318.427.2]

Penomoran hanca pada blok panen dilakukan oleh mandor panen dengan luas rata-rata setiap hanca 2.5 ha dan jumlah pasar rata-rata 6 pasar per hanca (Gambar 17). Penomoran hanca pada areal TM dengan umur tanaman tua telah dilakukan sejak lama, sehingga penulis hanya melakukan pemberian nomor pada hanca di areal yang baru beralih dari TBM ke TM yaitu pada Blok 83 perluasan.

(a) Nomor Hanca Panen (b) Pembuatan Hanca Panen Gambar 17. Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit

Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah pemanen, keadaan hanca dan keadaan TBS dan luas hanca panen sisa. Data luas dan jumlah hanca pada setiap blok di Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 12.

(46)

(a) Pemotong TBS dengan Egrek (b) Pemotong TBS dengan Dodos

(c) Kenek Langsir (d) Kutip Brondol

Gambar 18. Regu Kerja (RK) Panen

Rotasi panen. Rotasi panen merupakan selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Kebun Ujan Mas memiliki tiga sistem rotasi panen yaitu 2 rotasi (10/15), 3 rotasi (7/10), dan 4 rotasi (5/7). Rotasi 10/15, artinya 10 hari untuk panen satu rotasi dengan hari cadangan 5 hari panen sehingga dalam satu bulan terdapat dua kali panen pada blok yang sama. Pola 3 rotasi dengan rumus 7/10 terdiri atas tujuh hari panen dan tiga hari untuk cadangan hari panen. Rotasi 5/7 adalah pola rotasi yang memiliki waktu panen lima hari dengan cadangan hari panen sebanyak dua hari sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama.

(47)

ha atau satu hanca maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan di Afdeling 7 adalah 74 HK.

[image:47.612.133.505.352.676.2]

Alat panen. Berdasarkan ketinggian tanaman kelapa sawit terdapat tiga macam alat potong TBS, yaitu egrek, dodos dan kapak siam. Egrek adalah alat potong TBS dengan bentuk mata pisau yang melengkung seperti arit tetapi memiliki gagang dari pipa panjang untuk mencapai pokok tanaman dengan ketinggian lebih dari 10 m. Dodos merupakan alat yang digunakan untuk panen pada areal TM dengan umur muda dengan tinggi tanaman 2 – 5 m. Sedangkan kapak siam dapat digunakan untuk memotong TBS pada tanaman yang memiliki ketinggian 5 – 10 m. Adapun alat-alat panen yang harus dimiliki oleh pemanen di Afdeling 7 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki oleh Pemanen

No. Nama alat Penggunaan Gambar

1 Egrek Memotong TBS tanaman dengan ketinggian > 10 m

2 Dodos Memotong TBS tanaman dengan ketinggian 2 – 5 m

3 Kapak Memotong TBS dan gagang panjang

(48)
[image:48.612.130.506.135.540.2]

Tabel 6. (Lanjutan)

No. Nama Alat Penggunaan Gambar

5 Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor

6 Karung goni bekas pupuk

Wadah untuk menampung brondolan

7 Parang Memotong gagang panjang

8 Tojok Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transpor

9 Batu asah Pengasah egrek, dodos, kapak dan parang

Sumber : Hasil pengamatan (2009)

(49)

Pemotongan TBS diawali dengan menurunkan pelepah yang menyonggo tandan. Tujuan pemotongan songgo adalah untuk memudahkan pemanenan dan agar tidak ada brondolan yang tertinggal di sela-sela pelepah. Pelepah yang telah dipotong, disusun rapi di gawangan mati membentuk huruf “I” atau “U”.

[image:49.612.132.510.341.487.2]

TBS dipanen menggunakan alat panen yang sesuai dengan tinggi tanaman. TBS yang telah dipanen selanjutnya dibawa ke TPH setelah dilakukan pemotongan gagang panjang di piringan. Ketentuan pemotongan gagang panjang harus membentuk huruf ”V” atau seperti mulut kodok, minimal 3 cm dari pangkal TBS. Pengamatan kualitas TBS berdasarkan pemotongan gagang panjang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengamatan Kualitas Pemotongan Gagang Panjang TBS di Afdeling 7

Kemandoran Jumlah TBS Sample

TBS Gagang Panjang (> 3 cm)

% Gagang Panjang

1 213 5 2.3

2 111 4 3.6

3 248 5 2.0

4 215 5 2.3

5 393 8 2.0

Total 1 180 27 12.3 Rata-rata 236 5.4 2.5 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

(50)
[image:50.612.134.510.128.279.2]

Tabel 8. Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7

Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

Kualitas panen juga dapat dilihat dari banyaknya TBS matang tertinggal di pokok. Hasil pengamatan TBS tertinggal pada satu hari panen disetiap kemandoran dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7

Kemandoran

Jumlah TBS Hasil Panen (TBS/org) Jumlah TBS Tertinggal di Pokok (TBS/org)

TBS Tertinggal di Pokok

(%)

1 111.5 0.7 0.6

2 69.8 2.0 2.9

3 150.8 3.2 2.1

4 78.0 5.5 7.1

5 181.7 1.8 1.0

Rata-rata 118.4 2.6 2.7

Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2009)

Penulis melakukan kegiatan panen saat menjadi KHL. Satu regu panen berjumlah lima tenaga kerja yang terdiri atas dua pemotong TBS, satu orang pelangsir TBS, dan dua orang pengutip brondolan. Panen dilakukan di Blok 81 A, 93 C, dan 94 D. Norma kerja karyawan panen borongan adalah 75 tandan yang merupakan total TBS basis.

Pengawasan panen. Pada kegiatan panen di Afdeling 7 selalu berusaha untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang optimum. Pengawasan panen di perusahaan terdiri atas inspeksi harian, inspeksi bulanan dan inspeksi triwulanan.

Kemandoran

Brondolan tinggal

Piringan Pelepah Gawangan TPH Total (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%) (TBS)(%)

1 33(21.0) 58(36.9) 48(30.6) 18(11.5) 157(100) 2 44(22.3) 67(34.0) 65(33.0) 21(10.6) 197(100) 3 31(24.0) 35(27.1) 49(37.9) 141(0.8) 129(100) 4 35(23.5) 41(27.5) 51(34.2) 22(14.8) 149(100) 5 24(19.8) 39(32.2) 42(34.7) 16(13.2) 121(100) Total 167 240 255 91 753

[image:50.612.134.522.394.535.2]
(51)

Inspeksi bulanan dilakukan oleh supervisor panen yang didampingi oleh tim inspeksi kantor kebun. Sedangkan untuk inspeksi triwulanan dilakukan oleh manajer kebun, manajer inspeksi kebun, asisten afdeling, serta satu orang mandor panen setiap tiga bulan di semua blok yang ada dalam satu afdeling.

[image:51.612.136.507.291.419.2]

Untuk kegiatan inspeksi harian diambil jalur blok secara acak dengan parameter yang diamati terdiri atas TBS tertinggal, TBS mentah, brondolan tertinggal. Hasil inspeksi harian di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009

Sub Standar

Tgl Blok Poko

k Brondol (buah) Mentah (TBS) TBS Tinggal (TBS) Kualitas (%) Kuantitas (%) 13 95 338 5 0 0 97.34 100 15 106 384 4 0 1 98.18 99.74 17 108 352 8 0 2 97.74 100 18 67 326 5 0 0 98.16 100 Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

Sistem upah dan denda panen. Sistem upah yang berlaku di Kebun Ujan Mas adalah sistem borongan. Pemanen akan mendapat upah bergantung pada jumlah tandan yang diperoleh pada hari tersebut. Upah yang berlaku dihitung berdasarkan jumlah TBS. Harga untuk semua TBS, baik TBS dengan berat janjang rata-rata (BJR) besar maupun kecil adalah sama. Afdeling 7 menetapkan dua jenis BJR, yaitu BJR 19 kg untuk TBS pada TM dengan umur tanaman tua dan BJR 8 kg untuk TBS pada TM dengan umur muda.

Sistem pengupahan terdiri atas basis dan premi. Basis merupakan upah pokok yang diberikan kepada pemanen dengan harga Rp 400, 00 per TBS, jumlah basis maksimal adalah 75 tandan. Premi merupakan upah tambahan yang diberikan kepada pemanen apabila hasil panen telah melebihi basis. Harga premi per TBS adalah Rp 1 500, 00.

(52)

ditetapkan oleh perusahaan adalah 27 kg. Berat tersebut sudah merupakan ketetapan berdasarkan hasil penimbangan oleh perusahaan. Satu kg brondolan diberi harga Rp 65, 00 sehingga apabila seorang pemanen memperoleh TBS dalam satu hari sebanyak 200 TBS dengan 5 karung brondolan, maka upah satu hari tersebut adalah sebagai berikut:

Basis : 75 x Rp 400, 00 = Rp 30 000, 00 Premi : (200 – 75) x Rp 1 500, 00 = Rp 187 500, 00 Brondolan : (5 x 27 x Rp 65, 00) = Rp 8 775, 00 Total upah pemanen = Rp 226 275, 00

[image:52.612.134.526.407.593.2]

Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Aturan dan disiplin yang diterapkan PT Cipta Futura sangat tinggi sehingga sedikit tindakan yang melanggar ketentuan akan dikenakan sanksi. Sanksi pemotongan upah dalam perusahaan dikenal dengan istilah pinalti.

Tabel 11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7

No. Jenis Kesalahan Sanksi

1 TBS matang tinggal di pokok Pinalti semua upah baik basis maupun premi 2 TBS mentah dipanen Pinalti semua upah baik basis maupun premi 3 TBS tinggal dipiringan Pinalti semua upah baik basis maupun premi 4 Brondolan tidak dikutip Pinalti premi dan brondolan (jika memiliki

premi), bila tidak ada premi maka pinalti pada basis yang dimilikinya.

5 Terdapat potongan gagang panjang di TPH

Pinalti 5 TBS pada premi.

6 TBS tidak disusun di TPH Pinalti 5 TBS pada premi. Sumber : Kantor Kebun Afdeling 7 (2009).

(53)
[image:53.612.188.454.270.368.2]

Pemanenan di Afdeling 7 memiliki batas waktu kerja potong TBS pukul 15.00, selanjutnya pemanen harus melaporkan hasil panennya kepada mandor dengan batas waktu paling lambat pukul 16.00. Bila sampai dengan pukul 16.00 pemanen belum melapor maka mandor akan mengambil data hasil panen sesuai dengan jumlah TBS nya yang sudah terangkut truk. Laporan dari pemanen ditulis pada potongan pelepah dengan alat tulis berasal dari duri sawit, pelepah tersebut dikenal dengan nama kopelan pelepah. Kopelan pelepah dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Kopelan Pelepah Pemanen

Kopelan pelepah berisi nomor pemanen, jumlah TBS per TPH, jumlah karung brondolan serta selesai tidaknya hanca yang dikerjakan. Kopelan pelepah disimpan di kantor afdeling sebagai bukti hasil panen yang diperoleh pemanen pada hari tersebut.

Terdapat enam jenis administrasi panen yang direkap oleh mandor panen di Afdeling 7, yaitu buku laporan panen, buku rekapitulasi laporan panen, buku krani afdeling, blanko laporan mandor panen (Lampiran 13), buku mandor dan aloksi panen.

Laporan panen selanjutnya diberikan kepada administrasi afdeling untuk diisikan pada lembar alokasi. Lembar alokasi merupakan lembar yang berisi ringkasan kerja afdeling selama satu hari. Lembar alokasi berisi semua kegiatan kerja yang dilakukan di afdeling, jumlah tenaga kerja per kegiatan kerja, blok per kegiatan kerja, upah masing-masing kegiatan kerja, hasil panen satu hari.

(54)
[image:54.612.127.512.175.244.2]

serendah mungkin. Kandungan ALB dalam minyak yang dihasilkan PT Cipta Futura tiga bulan terakhir disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura

Bulan ALB (%) Maret 1.84 April 1.84 Mei 1.92 Rata-rata 1.87 Sumber: Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (2009)

Pengangkutan TBS di Kebun Ujan Mas menggunakan dumptruck dengan kapasitas angkut mencapai 5 – 6 ton. Dump truck yang terdapat di Afdeling 7 berjumlah 20 unit. Masing-masing dump truck telah memiliki sopir tetap bersama pemuatnya masing-masing. Pemuat merupakan tenaga kerja yang menaikkan TBS dari TPH ke dalam truk.

Transportasi afdeling merupakan tanggung jawab krani buah sehingga sopir dan pemuat berada di bawah pengawasan krani buah. Apel pagi pemuat dipimpin langsung oleh krani buah. Apel pagi pemuat berisi pembagian jalur tanggung jawab TBS yang harus diangkut.

Jalur angkut TBS yang diberlakukan di Afdeling 7 adalah jalur acak. Sopir bisa mengambil TBS di TPH pada jalur mana saja yang dilewatinya. Meskipun demikian setiap pemuat dan sopir memiliki jalur tanggung jawab dimana TBS dan brondolan di jalur tersebut harus bersih.

Hal yang menjadi tanggung jawab sopir dan pemuat dalam mengangkut TBS adalah mencatat jumlah TBS yang diangkut beserta nomor pemanennya, mengutip bersih brondolan yang ada di TPH, tidak mengangkut TBS dengan gagang panjang yang belum dipotong, tidak mengangkut TBS mentah, dan menyusun rapi TBS di atas truk agar tidak jatuh saat di perjalanan. Pencatatan TBS tersebut ditulis di lembar data muat buah (Lampiran 14).

(55)

dalam buku kontrol TBS. Selanjutnya sopir akan menerima lembar surat pengantar buah (SPB) sebagai bukti untuk mengirim TBS ke PKS. SPB tersebut berisi jumlah TBS beserta bobot TBS yang diangkut. SPB dapat dilihat pada Lampiran 15. Bobot TBS di afdeling dihitung oleh krani buah berdasarkan BJR afdeling. Di PKS, truk akan ditimbang untuk mengetahui bobot TBS sebenarnya yang diangkut.

TBS harus diangkut ke PKS pada hari tersebut, tidak ada toleransi untuk TBS yang menginap di lahan kecuali pada hari hujan. Dengan demikian tidak ada batasan jam kerja bagi pengangkutan TBS. Pekerjaan dinyatakan selesai bila TBS hasil panen pada hari tersebut telah terangkut semua ke PKS. Untuk mengetahui apakah masih ada TBS yang tertinggal di lahan atau tidak dapat dilihat dari buku kontrol TBS yang dipegang krani buah. Buku kontrol TBS berisi jumlah TBS hasil dari pemanen serta jumlah TBS yang telah terangkut ke PKS berdasarkan laporan sopir.

Pruning (Penunasan/Pemangkasan)

Kegiatan pruning atau penunasan merupakan kegiatan yang terpisah dari kegiatan pemanenan. Pruning dilakukan oleh pemanen pada waktu berbeda dengan waktu pemanenan TBS. Pruning biasa dilakukan dua hari berturut-turut pada akhir bulan bila rotasi panen untuk bulan tersebut telah terpenuhi. Kegiatan

pruning dilakukan dengan rotasi tersendiri, yang penting dalam waktu satu tahun semua blok harus selesai dilakukan penunasan pelepah. Pruning dilakukan dengan sistem hanca tetap. Setiap pemanen akan mendapat hanca sesuai dengan nomor panen miliknya.

(56)

yang telah diturunkan harus disusun rapi di gawangan mati membentuk huruf “I” atau huruf“U”.

Sistem upah untuk pruning di Afdeling 7 berdasarkan jumlah pokok sawit yang dipruning. Jumlah pokok itulah yang kemudian dilaporkan kepada mandor panen untuk dikonversi ke dalam luasan areal. Upah untuk pruning adalah Rp 600, 00 per pokok. Bila pemanen berhasil mengerjakan 100 pokok, maka:

Luas areal pruning : 100/130 pokok/ha =0.77 ha

Upah pruning : 100 pokok x 600/pokok = Rp 60 000, 00

Perhitungan luas areal pruning yang dikonversi dari jumlah pokok berguna untuk mengetahui sisa areal yang belum dipruning.

Aspek Manajerial

Pada kegiatan magang di PT Cipta Futura, penulis tidak hanya melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL), tetapi juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial kebun.

Tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan menjadi tenaga staf dan tenaga non staf. Karyawan yang termasuk ke dalam tenaga staf meliputi supervisor, asisten afdeling sampai dengan manajer. Setiap tenaga staf dan non staf di PT Cipta Futura memiliki pangkat dan jabatan masing-masing.

Supervisor adalah tenaga staf yang pangkatnya satu tingkat di atas mandor. Pangkat supervisor terdiri atas tiga tingkatan yaitu senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor.

Supervisor berdasarkan jabatan dibedakan menjadi supervisor afdeling yang membawahi supervisor panen, supervisor perawatan dan supervisor administrasi. Supervisor afdeling berada langsung di bawah asisten afdeling.

(57)

Pendamping Mandor

Jabatan mandor adalah tenaga non staf yang berhubungan langung dengan lapangan pekerjaan dan membawahi KHL. Penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Jenis pekerjaan yang penulis awasi selama menjadi pendamping mandor adalah kegiatan dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian administrasi afdeling.

Pendamping mandor dongkel anak kayu (DAK). Sebagai pendamping mandor DAK penulis lakukan selama 2 hari di Blok 70 P pada areal TBM. Saat menjadi pendamping mandor DAK penulis mengawasi jalur kerja setiap karyawan, mengecek ada tidaknya anak kayu yang tidak didongkel, lebar ukuran piringan kelapa sawit yang telah dibokor, serta menghitung jumlah pokok yang berhasil dibokor oleh setiap karyawan.

Sama seperti mandor pekerjaan lain, mandor DAK juga bertugas membuat laporan harian setiap sore hari untuk diserahkan kepada kantor kebun. Laporan yang dibuat berisi luas areal yang telah dikerjakan, upah yang diterima setiap karyawan serta total pengeluaran perusahaan untuk kegiatan DAK hari tersebut.

Pendamping mandor pupuk. Pemupukan yang penulis awasi adalah pemupukan Rock Phospate (RP) dengan merk dagang CIRP (Christmas Island Rock Phosphate). Penulis menjadi pendamping mandor pupuk selama enam hari kerja. Tugas pendamping mandor pupuk adalah mendampingi mandor memimpin apel pagi tenaga pemupuk. Pada apel pagi, selain berisi evaluasi pekerjaan hari kemarin, juga memberi pengarahan mengenai blok yang akan dipupuk, dosis pupuk per pokok dan jumlah karung pupuk yang harus diaplikasikan oleh masing-masing penabur.

(58)

tata letak karung dalam truk agar tidak mudah jatuh dalam perjalanan menuju lapangan.

Pengawasan pemupukan di lapangan meliputi ketepatan aplikasi pupuk, ada tidaknya pokok yang tidak dipupuk, ketepatan dosis per pokok, ada tidaknya pupuk yang tidak diaplikasikan, ada tidaknya karyawan penabur yang kekurangan pupuk, serta mengawasi penghitungan karung kosong pupuk oleh karyawan pengerit. Pada kegiatan sebagai mandor pupuk, penulis diberi satu petak blok untuk mengawasi karyawan yang melakukan pekerjaan sub standar serta menegur karyawan yang salah.

Laporan mandor pupuk dibuat oleh mandor setelah selesai kegiatan di lapangan. Laporan berisi luas areal total yang berhasil dipupuk, luas areal pemupukan masing karyawan, serta jumlah upah yang diterima masing-masing karyawan pupuk. Penulis juga membantu membuat bon pupuk untuk pengambilan pupuk pada blok berikutnya.

Pendamping mandor panen. Pekerjaan sebagai pendamping mandor panen merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak penulis lakukan selama menjadi pendamping mandor. Selama penulis menjadi pendamping mandor panen, penulis diberi kepercayaan oleh mandor untuk mengawasi hanca panen. Jumlah hanca yang diawasi oleh penulis 4 – 7 hanca per hari atau berbeda-beda sesuai dengan luas areal panen dan jumlah tenaga kerja.

Tugas menjadi pendamping mandor panen dimulai dengan mengikuti apel pagi yang dipimpin asisten afdeling, selanjutnya mendampingi mandor panen dalam memimpin apel pagi dengan para pemanen yang dilanjutkan dengan pembagian hanca. Pekerjaan awal setelah tiba di lapangan, penulis sebagai pendamping mandor panen melakukan pengecekan kehadiran pem

Gambar

Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation  Bulan Mei 2009
Gambar 1. Penampang Melintang Parit
Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun
Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma

Permasalahan yang ditemukan di dalam manajemen panen di kebun Afdeling VII adalah sensus buah masak, rotasi panen, tenaga kerja panen, pengawasan dan pemeriksaan

Skripsi ini berjudul “Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae, namun genus Elaeis berasal dari bahasa yunani yang berarti Elaion atau

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) UMUR 10 TAHUN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT..

perkebunan kelapa sawitnya cukup pesat dengan potensi lahan yang sesuai dan.. dialokasikan untuk tanaman kelapa sawit

Hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengawasan panen yaitu tandan matang yang tidak dipanen menyebabkan buah akan busuk, tandan mentah yang dipanen

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit menggunakan herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 2,25-5,25