• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN

PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM,

SUMATERA SELATAN

OLEH

MUHAMMAD NU’MAN A24050538

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN

PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM,

SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

MUHAMMAD NU’MAN A24050538

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(3)

Judul : PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI

PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

Nama : Muhammad Nu’man NRP : A24050538

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc NIP : 19490119 197412 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Bambang Sapta Purwoko, M.Sc NIP : 19610218 198403 1 002

(4)

RINGKASAN

MUHAMMAD NU’MAN. Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.

Tenaga kerja perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Selain itu kegiatan perkebunan kelapa sawit berfluktuasi sepanjang tahun karena adanya pekerjaan yang berkaitan dengan musim, lahan, curah hujan, dan bulan panen puncak dan panen rendah. Hal tersebut menunjukkan perlunya pengelolaan tenaga kerja yang cermat, efektif dan efisien.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit, meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan perkebunan kelapa sawit, mengetahui dan memahami pengelolaan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit, dan menganalisis permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan tenaga kerja serta memberikan solusi terbaik yang harus dilakukan.

Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan meliputi pengamatan kegiatan substandar pemupukan, pengamatan pupuk tercecer pada pemupukan CIRP, pengamatan penunasan/pruning, pengamatan substandar pemanenan, pengamatan brondolan tersangkut di ketiak pelepah, dan pengamatan brondolan tinggal di TPH serta diskusi langsung dengan staf, nonstaf dan tenaga kerja lapangan. Data sekunder diperoleh melalui data kebun yang berkaitan dengan kondisi umum perusahaan, keadaan tanah dan iklim, tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, struktur organisasi, dan ketenagakerjaan. Analisis data menggunakan metode deskriptif.

Pengelolaan tenaga kerja lapangan Perkebunan PT Cipta Futura Plantation menggunakan sistem borongan. Dengan demikian penggunaan tenaga kerja pada setiap jenis pekerjaan sangat bergantung kepada kehadiran tenaga kerja dan

(5)

standar kerja. Realisasi pekerjaan di lapangan telah dilaksanakan sesuai dengan target yang direncanakan dan dengan kualitas kerja yang baik. Peningkatan kualitas dan prestasi kerja dilakukan dengan pengawasan dan disiplin terhadap karyawan serta penerapan sanksi yang efektif. Permasalahan yang sedang dihadapi Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation adalah kekurangan tenaga kerja pemanenan. Berdasarkan pengamatan penulis masih ditemukan kegiatan yang tidak memenuhi standar dalam berbagai kegiatan diantaranya pemanenan, pemupukan, penunasan, dongkel anak kayu, dan transportasi tandan buah segar.

Proyeksi Indeks Tenaga Kerja (ITK) perkebunan Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation bulan Mei 2009 adalah sebesar 0.18 orang/ha. Penggunaan tenaga kerja tersebut sudah efisien tetapi tidak efektif. Nilai ITK tersebut tidak konstan, ketersediaan tenaga kerja yang berkurang disebabkan musim panen padi dan hari setelah gajian.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi magang yang berjudul Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan dengan baik.

Skripsi magang ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua (Bapak Fahrur Rozi dan Ibu Wijiatin), Kakakku tercinta

Abdul Wahid dan Fathul Mubin serta kakak iparku Nurdiantini dan Sukristinah. Keponakanku Faradilla Cahya Firsta dan Faisal Hilmi.

2. Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi, atas segala saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi magang ini. 3. Dr. Ahmad Junaedi, M.S dan Dwi Guntoro SP, M.Si selaku dosen penguji. 4. Dr. Ir. Endang Murniarti, M.S sebagai dosen pembimbing akademik, atas

bimbingan selama pelaksanaan perkuliahan.

5. PT Cipta Futura Plantation yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

6. Sutan Hutasoit, SP selaku Asisten Afdeling VII dan seluruh karyawan Afdeling VII yang telah memberikan informasi selama kegiatan magang. 7. Teman-teman magang PT Cipta Futura Plantation (Haryo Purwanto,

Robby Panggabean, Armita Rayendra, dan Wenny Widyawati).

8. Teman-teman Wisma Combi (Andi, Gofir, Hariadi, Novan, Rinto, Surya, Ari, Rikza, dan Dodi).

9. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Ronggolawe Tuban (IPMRT). 10. Indra, Warno, Isti, Nita, Bagus, Esther, Yunus, dan rekan-rekan Agronomi

dan Hortikultura Angkatan 42.

Bogor, September 2009 Penulis

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 27 November 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Fahrur Rozi dan Ibu Wijiatin.

Penulis lulus dari SDN Margomulyo II pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Tuban. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Tuban pada tahun 2005. Tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa IPB melalui jalur USMI, selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2007 penulis pernah magang di Balai Penelitian Sayuran, Lembang, Bandung. Tahun ajaran 2008-2009 penulis menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekologi Pertanian.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 METODE MAGANG ... 3

Tempat dan Waktu ... 3

Metode Pelaksanaan ... 3

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 3

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG... 5

Letak Geografis dan Administratif ... 5

Keadaan Tanah dan Iklim ... 5

Tata Guna Lahan ... 5

Kondisi Pertanaman dan Produksi ... 6

Struktur Organisasi ... 7

Ketenagakerjaan ... 7

PELAKSANAAN MAGANG... 10

Pelaksanan Aspek Teknis Kebun ... 10

Pelaksanaan Manajemen Kebun ... 35

PEMBAHASAN ... 42

Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan ... 42

Indeks Tenaga Kerja ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan... 51

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Produksi Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation (Ton) ... 6

2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling VII Bulan Mei 2009 ... 8

3. Jenis dan Jumlah Perumahan Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation ... 9

4. Intensitas Serangan Hama Ulat Api Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation ... 17

5. Realisasi Pemupukan CIRP di Afdeling VII Berdasarkan Bobot Pupuk/HK dan ha/HK Pada Tanggal 1-6 Mei 2009 ... 20

6. Kualitas Pemupukan Harian PT Cipta Futura Plantation Tanggal 17 April 2009 ... 20

7. Pengamatan Kegiatan Substandar pada Pemupukan CIRP ... 21

8. Pengamatan Pupuk Tercecer pada Pemupukan CIRP ... 21

9. Pengamatan Pruning/Penunasan ... 22

10. Alat Panen Kelapa Sawit dan Kegunaannya ... 23

11. Sanksi Panen Pekerjaan Substandar di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation ... 28

12. Sanksi Kepada Pemanen Afdeling VII Periode April 2009 ... 28

13. Kualitas Pemanenan Harian PT Cipta Futura Plantation Tanggal 17 April 2009 ... 30

14. Program dan Realisasi Pemanenan Afdeling VII Periode Januari-Maret 2009 ... 30

15. Pengamatan Substandar Pemanenan ... 31

16. Pengamatan Brondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah ... 32

17. Pengamatan Brondolan Tertinggal di TPH ... 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Pembuatan Tapak Timbun ... 11

2. Semprot Pasar 2:1 ... 14

3. Alat Engine Power Spraying (EPS) ... 16

4. Pemupukan MOP pada Tanaman Menghasilkan ... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)

di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 54 2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor di

Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 58 3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling

di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 61 4. Peta Areal Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling

VII ... 64 5. Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Perkebunan PT Cipta

Futura Plantation ... 65 6. Rekapitulasi Populasi Tanaman di Perkebunan PT Cipta Futura

Plantation Afdeling VII ... 66 7. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling Perkebunan PT Cipta

Futura Plantation ... 71 8. Blanko Deteksi Hama Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 72 9. Rekomendasi pemupukan Afdeling VII Perkebunan PT Cipta

Futura Plantation ... 73 10. Surat Pengantar Buah Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 75 11. Bon Gudang Perkebunan PT Cipta Futura Plantation ... 76

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit (CPO) di Indonesia.

Pada tahun 2007 luas areal kelapa sawit di Indonesia sebesar 6 611 000 ha, dengan jumlah produksi kelapa sawit sebesar 17 373 000 ton minyak sawit dengan ekspor sebanyak 12 400 000 ton minyak sawit. Tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia adalah India, China, Belanda, Singapura, Jerman, Spanyol, Malaysia, Vietnam, Italia, Meksiko dan tujuan ekspor minyak inti sawit antara lain Belanda, India, Spanyol, Meksiko dan Italia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).

Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik padat karya dengan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dengan keahlian yang cukup dan murah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk tercapainya skala bisnis perkebunan kelapa sawit. Namun posisi keunggulan tenaga kerja Indonesia semakin lama semakin melemah karena adanya kenaikan upah buruh yang tidak proporsional dengan kenaikan produktivitas kerja (Pahan, 2006).

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005).

(13)

Kebutuhan tenaga kerja kelapa sawit dipengaruhi oleh luas kebun, jenis pekerjaan, topografi dan iklim, teknologi, komposisi/umur tanaman. Untuk itu pengelolaan tenaga kerja harus memperhatikan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan tenaga kerja penting untuk dilakukan dalam menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik (Ginting, 2005).

Pekerjaan dalam pemeliharaan cukup banyak memerlukan biaya dan tenaga, dan merupakan syarat untuk mendapatkan tanaman yang baik. Selain itu kegiatan perkebunan kelapa sawit berfluktuasi sepanjang tahun karena adanya pekerjaan yang berkaitan dengan musim, lahan, curah hujan, dan bulan panen puncak dan panen rendah (Lubis, 1992). Hal tersebut menunjukkan perlunya pengelolaan tenaga kerja yang cermat, efektif dan efisien.

Tujuan Tujuan kegiatan magang ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

2. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

3. Mengetahui dan memahami pengelolaan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit.

4. Menganalisis permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan tenaga kerja serta memberikan solusi terbaik yang harus dilakukan.

(14)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dimulai dari tanggal 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009 bertempat di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan magang dilaksanakan dengan bekerja langsung di lapangan selama empat bulan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL), pendamping mandor, dan sebagai pendamping asisten afdeling. Kegiatan yang dilakukan menyangkut aspek teknis dan manajemen.

Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dilaksanakan selama dua bulan dengan melaksanakan semua tugas yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun seperti pembuatan parit, perawatan parit, pembuatan tapak timbun, pengendalian hama, pemupukan, susun janjangan kosong, pengendalian gulma, penunasan, dan pemanenan. Kegiatan lainnya adalah mengisi jurnal harian, mencatat prestasi kerja, dan bahan dan alat yang digunakan. Jurnal kegiatan sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan sebagai pendamping mandor dilaksanakan pada bulan ketiga yang bertugas melakukan apel pagi, mengisi jurnal harian magang sebagai pendamping mandor, mengawasi pekerjaan di lapangan, mengisi buku kerja mandor, mengisi absen karyawan, dan berdiskusi dengan mandor. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping asisten afdeling dilaksanakan pada bulan keempat. Kegiatan sebagai pendamping asisten afdeling sama dengan kegiatan sebagai pendamping mandor Jurnal sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer

(15)

merupakan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan meliputi pengamatan kegiatan substandar pemupukan, pengamatan pupuk tercecer pada pemupukan CIRP, pengamatan penunasan/pruning, pengamatan substandar pemanenan, pengamatan brondolan tersangkut di ketiak pelepah, dan pengamatan brondolan tinggal di TPH serta diskusi langsung dengan karyawan staf, karyawan nonstaf dan tenaga kerja lapangan. Analisis data menggunakan metode deskriptif.

Data sekunder diperoleh melalui data kebun yang berkaitan dengan kondisi umum perusahaan, keadaan tanah dan iklim, tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, struktur organisasi, dan ketenagakerjaan.

(16)

PELAKSANAAN MAGANG

Pelaksanaan Aspek Teknis Kebun

Pada pelaksanaan teknis magang ini penulis diberi tugas sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Sebagai KHL penulis melakukan beberapa kegiatan antara lain : pembuatan parit, perawatan parit, pembuatan tapak timbun, pengendalian gulma, pengendalian hama, penunasan dan pemanenan, pemupukan, dan susun janjangan kosong. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation.

Pembuatan Parit

Parit merupakan saluran yang menghubungkan lembah/bukit satu dengan yang lainnya agar air dapat dialirkan ke bawah dan masuk saluran pembuangan. Pembuatan parit bertujuan untuk mencegah genangan air pada daerah datar rendahan dan areal yang sering mengalami banjir serta untuk drainase air hujan.

Kegiatan pembuatan parit di Afdeling VII dilakukan secara manual. Pembuatan parit di areal berbentuk kubus dengan lebar 1.5 m dan kedalaman 1 m, bahan galian diletakkan 0.5 m dari tepi parit untuk menghindari masuknya kembali tanah ke dalam parit. Untuk parit di samping jalan berbentuk trapesium dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Alat yang digunakan dalam pembuatan parit adalah cangkul, parang dan dodos (untuk meratakan tepi parit).

Norma kerja pembuatan parit yang diterapkan oleh kebun adalah 10 m/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 5 m/HK.

Perawatan Parit

Perawatan parit bertujuan melancarkan saluran air yang tertutup/tersumbat oleh semak, kayu, pelepah maupun tertimbun lumpur dan meluruskan parit yang berliku serta memperdalam parit. Kondisi parit di Afdeling VII umumnya tertutup semak dan lumpur terutama di areal perluasan yang masih tinggi tingkat erosinya. Kegiatan rawat parit di Afdeling VII dilakukan setiap tahun sekali.

Standar rawat parit antara lain parit yang tersumbat harus dialirkan, parit harus bersih dari rumput, kayu, pelepah, dan kotoran lainnya, krokos yang ada di

(17)

parit harus dinaikkan ke badan jalan, parit yang dangkal harus diperdalam, untuk bibir parit dibuka 1-1.5 m.

Alat yang digunakan adalah cangkul, dodos, dan parang. Norma kerja perawatan parit yang diterapkan oleh kebun adalah 20 m/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 20 m/HK.

Pembuatan Tapak Timbun

Pembuatan tapak timbun dilaksanakan pada daerah rendahan atau pasang surut yang kemungkinan besar tanaman tergenang apabila curah hujan cukup tinggi. Tujuan pembuatan tapak timbun agar pokok sawit tidak tergenang dan mengurangi pencucian pada saat pemupukan. Selain itu pembuatan tapak timbun juga berfungsi memperkokoh akar tanaman agar tidak mudah rebah karena terkikis air. Kondisi kelapa sawit yang tergenang air biasanya kerdil.

Tapak timbun dibuat berbentuk lingkaran penuh dengan jari-jari 2 m dan diamater tidak boleh kurang dari 4 m. Pembuatan tapak timbun dilakukan dengan mengambil tanah di sekeliling tanaman, kemudian tanah ditimbun dengan ketinggian 0.5 m. Pada jari-jari 0.5 m dari pokok tanaman kelapa sawit dibuat cekung ke arah dalam agar pangkal sawit tidak tercekik dan optimal dalam penyerapan akar. Permukaan tapak timbun harus padat dan datar, pemadatan dilakukan dengan cara memukulkan pangkal pelepah. Tapak timbun harus bersih dari tunggul-tunggul dan akar-akar. Pembuatan tapak timbun dapat dilakukan sebelum atau sesudah penanaman.

Norma kerja pembuatan tapak timbun adalah 2 pokok/HK, sedangkan prestasi penulis 0.4 pokok/HK.

(18)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada tanaman merupakan kegiatan yang sangat penting. Pengendalian gulma di Afdeling VII terdiri dari Dongkel Anak Kayu (DAK), semprot piringan, semprot pasar 2:1, dan semprot lain-lain. Jenis gulma yang banyak dijumpai di Afdeling VII antara lain Clidemia hirta (beludru),

Mimosa vigra (kucingan), Mimosa pudica (putri malu), Mimosa invisa (kalandra), Axonopus compressus (antalobang), Setaria plicata (bambuan), Asystasia intrusa

(akar ruas-ruas), Eleusine indica (lulangan), Clibadium surinamensis,

Chromolaena odorata (putihan), Melastoma malabatricum (senduduk), Scleria sumatrensis (kerisan), Mikania micrantha, Cyperus rotundus (teki), Boreria alata, Boreria laevis, dan Imperata cylindrica (alang-alang).

Dongkel anak kayu. Dongkel anak kayu merupakan pengendalian gulma dengan cara mendongkel/membongkar gulma sampai ke akarnya menggunakan tenaga manusia. Alat yang digunakan adalah cangkul dan tidak diperbolehkan menggunakan parang pada saat mendongkel. Cara DAK dengan mendongkel anak kayu yang berada di piringan dan gawangan, memecah bongkahan tanah yang melekat di akar, menurunkan kacang-kacangan dan Mikania micrantha yang merambat di pokok sawit dan mengeluarkannya dari piringan, sampah berupa daun kering, dahan kering, pelepah kering, dan sebagainya sebaiknya dibersihkan, dan membersihkan piringan dengan ukuran piringan adalah 2 m dari pokok sawit.

Rotasi pengendalian gulma untuk TBM dibagi menjadi beberapa rotasi. Pengendalian gulma pada TBM 1 (1x1) dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan berturut-turut pada awal penanaman. Selanjutnya pada TBM 1 dilakukan pengendalian gulma dengan rotasi (1x3), yaitu pengendalian gulma dilakukan tiga bulan sekali. Pada TBM 2 (1x3), artinya pengendalian gulma dilakukan tiga bulan sekali dalam satu tahun, sedangkan pada TBM 3 dan TM (1x6) pengendalian gulma dilakukan enam bulan sekali dalam satu tahun.

Kegiatan dongkel anak kayu bersamaan dengan kegiatan babat dempes yaitu pembabatan gulma yang dilakukan dengan menebas gulma hingga 5 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang.

Tenaga kerja Afdeling VII dalam kegiatan dongkel anak kayu merupakan karyawan harian lepas borongan terdiri dari tiga kemandoran. Kemandoran satu

(19)

berjumlah 14 orang, kemandoran dua berjumlah 5 orang, dan kemandoran tiga berjumlah 5 orang. Norma kerja kebun kegiatan DAK pada TBM 2 yaitu 0.14 ha/HK. Prestasi kerja karyawan adalah 0.15 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.03 ha/HK.

Penulis melaksanakan DAK di Blok 70P pada TBM 2. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan DAK adalah pada lokasi dengan gulma yang terlalu rapat sehingga membutuhkan waktu yang lama dan cuaca yang terik.

Semprot piringan (Circle spraying). Piringan merupakan tempat jatuhnya buah dan brondolan. Piringan harus bersih dari gulma agar tanaman dapat memperoleh unsur hara yang dibutuhkan tanpa bersaing dengan gulma. Semprot piringan merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara melakukan penyemprotan gulma yang berada di piringan tanaman kelapa sawit. Bahan kimia yang digunakan adalah SMART yang termasuk herbisida Glyphosat dengan jenis AS (Aquaeous Solution). Konsentrasi yang digunakan adalah 7 ml/l air dengan dosis 0.45 l/ha. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe SOLO menggunakan nozel merah.

Penyemprotan yang dilakukan harus merata di sekeliling tanaman dengan lebar piringan 2 m untuk tanaman menghasilkan. Norma kerja kebun dalam semprot piringan adalah 1.25 ha/HK

Semprot pasar 2:1. Semprot pasar 2:1 merupakan kegiatan pengendalian gulma yang bertujuan untuk mempermudah pengangkutan buah dari piringan ke TPH. Pasar 2:1 merupakan jalan yang dibuat di gawangan dengan perbandingan 1 pasar/jalan dalam 2 gawangan. Bahan kimia yang digunakan adalah SMART yang termasuk herbisida Glyphosat dengan jenis AS (Aquaeous Solution). Konsentrasi yang digunakan adalah 7 ml/l air dengan dosis 0.25 l/ha. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe SOLO menggunakan nozel merah.

Penyemprotan pasar 2:1 harus dilakukan secara merata dengan lebar semprot minimal 1 m. Semprot pasar 2:1 diusahakan harus lurus (tidak berbelok-belok) dan tidak boleh ditukar-tukar pada setiap penyemprotan. Dalam semprot pasar 2:1 sekaligus dilakukan semprot TPH dengan ukuran 3 m x 4 m yang terdapat di awal dan ujung pasar 2:1. Hasil semprotan diperiksa pada satu minggu setelah penyemprotan dan gulma harus mati dalam dua minggu.

(20)

Gambar 2. Semprot Pasar 2:1

Jumlah tenaga kerja semprot pasar 2:1 adalah 25 orang dari satu kemandoran. Norma kerja kebun dalam semprot pasar 2:1 adalah 5 ha/HK dan prestasi kerja karyawan adalah 4.49 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis 4 ha/HK.

Semprot lain-lain. Semprot lain-lain merupakan pengendalian gulma yang tumbuh di gawangan mati, rendahan, tebing, dan pinggir jalan. Penyemprotan ini diutamakan gulma berdaun lebar (kuping gajah), pakis kawat,

Asystacia, Acasia, Mikania, dan gulma jenis rumput-rumputan.

Herbisida yang digunakan dalam semprot pasar 2:1 adalah SMART yang termasuk Glyphosate, dengan jenis AS (Aquaeous Solution). Konsentrasi yang digunakan adalah 7 ml/l air dengan dosis 3 l/ha. Untuk pakis kawat digunakan Gulmason 276sl (solouble solid) yang termasuk paraquat, Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe SOLO menggunakan nozel merah.

Pada saat penulis menjadi pendamping mandor tenaga kerja semprot lain-lain berjumlah 14 orang dengan prestasi kerja karyawan 0.5 ha/HK. Norma kerja kebun 0.5 ha/HK. Tenaga kerja penyemprot merupakan tenaga kerja borongan. Pengupahan dilakukan sesuai dengan hasil yang diperoleh penyemprot.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar populasi hama dan penyakit tidak melebihi ambang ekonomi. Dalam periode ini hanya dilakukan pengendalian hama, sedangkan pengendalian penyakit tidak dilakukan. Pengendalian penyakit tidak dilakukan karena tidak ditemukan kerugian produksi yang ditimbulkan oleh penyakit. Hama di PT Cipta

(21)

Futura Plantation yang selalu menjadi perhatian adalah hama ulat api. Jenis hama ulat api yaitu Tosea asigna, Setora nitens, dan Darna trima, sedangkan hama ulat kantung adalah Mahasena corbetti.

Pengendalian manual. Pengendalian hama secara manual yaitu kutip ulat. Kegiatan kutib ulat dapat dilakukan untuk TBM hingga TM 2, apabila lebih dari TM 2 tinggi tanaman sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan kutip ulat. Ulat api yang telah dikutip dimasukkan ke dalam botol dan dihitung berdasarkan jenis ulat.

Pengendalian biologis. Pengendalian biologis ulat api dilakukan melalui penanaman bunga pukul delapan (Turnera subulata) yang merupakan tanaman inang predator ulat api. Bunga pukul delapan memiliki karakteristik warna bunga yang menarik serta aroma yang wangi sehingga diharapkan dapat mengundang kepik predator ulat api.

Persemaian dilakukan di dalam polibag berukuran kecil dengan panjang 10 cm, lebar 5 cm, dan tebal 0.1 mm. Pengisian polibag menggunakan tanah top

soil dan harus padat dengan membentuk bidang yang rata. Perbanyakan bunga

pukul delapan dilakukan dengan stek batang keras dengan ukuran 12-15 cm. Penanaman diawali dengan pembuatan bedengan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan di samping jalan pada petak/blok yang terserang hama ulat api.

Prestasi kerja penulis dalam stek batang di polibag 200 polibag/HK, pembuatan bedengan 20 m/HK, dan penanaman 177 tanaman/HK.

Pengendalian kimiawi. Pengendalian hama ulat api dilakukan secara kimiawi. Bahan yang digunakan adalah insektisida Decis 2.5 EC (Emulsivisible

Concentrate) mengandung bahan aktif deltametrin 25 g/l yang merupakan jenis

insektisida lambung dan kontak dan Agristick yang merupakan bahan perata dan perekat yang mengandung bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400 ml/l.

Konsentrasi Decis dan Agristick masing-masing yang digunakan adalah 0.4 ml air kemudian dimasukkan ke dalam knapsack sprayer 15 l tipe keep SOLO. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer diaplikasikan pada kelapa sawit yang masih rendah, sedangkan untuk kelapa sawit yang tinggi menggunakan alat EPS (Engine Power Spraying).

(22)

Engine Power Spraying (EPS) merupakan alat penyemprot bertekanan

dengan bahan bakar bensin. EPS terdiri dari mesin penyemprot, selang dengan panjang 200 m dan diameter 3 cm, stick sprayer, drum (tempat pencampuran insektisida), jerigen (wadah mengambil air dari tangki atau parit), bambu (alat bantu mengikatkan stick untuk pohon yang tinggi), dan dump truk sebagai alat angkut alat dan air yang harus selalu ada di lokasi penyemprotan.

Gambar 3. Alat Engine Power Spraying (EPS)

Konsentrasi Decis dan Agristick masing-masing yang digunakan adalah 7 ml/20 l air. Penyemprotan menggunakan EPS dimulai dari pelepah daun teratas sampai daun terbawah bertujuan penyemprotan merata pada seluruh daun. Ulat yang terkena insektisida akan mati sekitar 30 menit dengan perut pecah dan warna berubah menjadi coklat.

Penyemprotan EPS dalam satu tim terdiri dari empat orang yang terdiri dari penyemprot, penarik selang, operator mesin dan bahan, dan pengambil sample ulat. Pengambilan sample ulat dilakukan secara acak untuk mengetahui tingkat serangan. Prestasi kerja penulis dalam penyemprotan hama ulat api menggunakan knapsack sprayer adalah 94 pokok/HK dan penyemprotan menggunakan EPS adalah 225 pokok/4HK.

Deteksi hama. Deteksi hama bertujuan mengetahui intensitas serangan ulat api pada blok/petak yang diamati sehingga dapat ditentukan kapan waktu pengendalian yang tepat. Dalam deteksi hama terdapat tiga aksi antara lain row 1/10 pada areal yang tidak ada serangan, row 1/5 untuk serangan ringan, dan row ½ untuk serangan sedang sampai berat. jenis serangan dibagi menjadi tiga antara lain serangan ringan (ulat 1-5 per pohon), sedang (ulat 6-10 per pohon), dan berat

(23)

(>10 per pohon). Deteksi hama dilakukan dengan cara mengambil pokok pertama pada baris pertama. Pokok berikutnya adalah kelipatan dari aksi yang digunakan. Misalnya pada aksi 1/10 pokok kedua yang diamati adalah pokok ke-10 dari pokok pertama dan untuk berikutnya pokok ke-10 dari pokok kedua dan seterusnya untuk menentukan pokok sample.

Jenis ulat api yang terdapat di Afdeling VII antara lain Tosea asigna (larva warna kehijauan pekat dengan corak melbar seperti gambar tengkorak), Setora

nitens (larva berwarna kehijauan dengan corak lurus di tengah punggungnya, Darna trima (larva berwarna coklat tua dengan bagian bawah berwana hijau dan

kepala lebih besar daripa badannya.

Deteksi hama dilakukan oleh 2 orang/grup, satu orang sebagai pengait dan memasukkan ulat ke dalam botol serta satu orang sebagai pencatat. Dalam deteksi hama setiap pokok sample harus diamati dengan teliti, kemudian setiap spesies ulat yang diperoleh dicatat jenis dan jumlahnya pada blanko deteksi hama. Apabila pengamatan telah selesai seluruh blanko dikumpulkan untuk dirata-rata ulat per pokok dan intensitas serangan pada setiap petak yang diamati. Blanko deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 8.

Setelah melakukan deteksi hama, maka total ulat hasil deteksi dihitung berdasarkan jumlah ulatnya, sehingga dapat diketahui persen serangan masing-masing ulat tersebut. Intensitas serangan hama ulat api Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengamatan deteksi hama di Afdeling VII adalah sebagai berikut:

Total JPSB : 540 pokok Total pokok sampel : 73 pokok

Tabel 4. Intensitas Serangan Hama Ulat Api Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation

Jenis Ulat Setora

nitens Thosea Asigna Darna trima Mahasena corbetti Jumlah Ulat 32 28 22 15

Jumlah Pokok terserang 18 22 21 12

Rata-rata serangan per

tanaman 1.78 1.27 1.05 1.25

Intensitas Serangan 3.33 4.07 3.89 2.22

(24)

Contoh perhitungan intensitas serangan ulat api :

Rata-rata Setora nitens per tanaman = ∑ SN

∑ pokok terserang SN = 32

18 = 1.78

Intensitas Serangan Setora nitens = ∑ pokok terserang SN

x 100% Total JPSB = 18 x 100% 540 = 3.33% Pemupukan

Pupuk yang digunakan di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation yaitu ZA (Amonium Sulfat), MOP (Muriate Of Potash), RP (Rock Phosphate), Kieserite, dan HGFB (Borat) dengan dosis masing-masing secara berurutan adalah 1 – 1.5 kg/pokok, 1 – 1.5 kg/pokok, 2 – 2.5 kg/pokok, 0.5 – 1.5 kg/pokok, dan 0.8 kg/pokok. Rekomendasi pemupukan berasal dari PT Asian Agri. Rekomendasi pemupukan Afdeling VII dapat dilihat pada Lampiran 9.

Pelaksanaan pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dimulai dari pengangkutan pupuk dari gudang menggunakan dump truk. Kemudian pupuk didistribusikan ke blok/petak yang akan dipupuk dengan mengecer pupuk di pinggir jalan blok/petak. Dalam pengeceran pupuk perlu diperhatikan kondisi areal dan panjang jalur/barisan pokok kelapa sawit. Tiga macam cara pengeceran, yaitu 1 : 2, 1 : 3, dan 1 : 4. Eceran 1 : 2 adalah jika areal baris yang gawangannya panjang, 1 karung pupuk untuk 2 jalur gawangan, sedangkan eceran 1 : 3 dan 1 : 4 adalah jika areal/gawangan pendek, 1 karung pupuk untuk tiga atau empat jalur tanaman. Pemupukan dilakukan hingga ke tengah petak kemudian dibalas penabur pupuk didepannya. Pemupukan harus sesuai dosis yang dianjurkan dan ke semua pokok.

Alat yang digunakan dalam pemupukan adalah ember 17 kg dan mangkok yang telah dikalibrasi (700 g). Setelah kegiatan pemupukan selesai dilakukan, karung pupuk digulung sepuluh-sepuluh dan dibawa ke kantor afdeling, kemudian

(25)

karung pupuk dikembalikan ke gudang. Tujuan pengembalian karung pupuk untuk menghindari/mencegah pencurian pupuk.

Cara pengaplikasian pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu dengan menabur pupuk (ZA, MOP, RP, Kieserite, dan HGFB) di samping pelepah pada gawangan mati secara merata dan tidak diperbolehkan memupuk di tengah pelepah atau di piringan. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) diaplikasikan pada piringan dengan menggunakan pupuk NPK dengan dosis 2.5 kg/pokok. Untuk lahan berbentuk tapal kuda, pupuk ditebar merata pada bagian atas yang lebih tinggi. Tujuannya apabila tercuci akan jatuh ke bagian bawah atau tepat di pokok kelapa sawit.

Frekuensi pemupukan di Afdeling VII dilakukan tiga kali setahun dan sekali setahun. Pupuk ZA dan MOP diberikan tiga kali setahun, sedangkan RP, Kieserite, dan HGFB diberikan sekali setahun. Pengaplikasian pada tahap pertama pupuk ZA dan MOP diberikan pada bulan Februari/Maret, tahap kedua pada bulan Juni, dan tahap ketiga pada bulan September/Oktober. Pupuk RP diberikan pada bulan April, Kieserite pada bulan Juni/Juli, dan HGFB pada bulan Agustus.

Gambar 4. Pemupukan MOP pada Tanaman Menghasilkan

Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis menggunakan pupuk MOP dengan kandungan 60% K2O dengan dosis 1.5 kg/pokok. Norma kerja pemupukan

2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan 2 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK.

Tenaga kerja pemupukan. Tenaga kerja pupuk di Afdeling VII terdiri dari dua kemandoran. Kemandoran satu terdiri dari 22 orang, sedangkan kemandoran dua terdiri dari 25 orang. Tenaga kerja pupuk di Afdeling VII

(26)

berstatus Karyawan Harian Lepas (KHL) borongan. Realisasi Pemupukan CIRP berdasarkan bobot pupuk/HK dan ha/HK dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Realisasi Pemupukan CIRP di Afdeling VII Berdasarkan Bobot Pupuk/HK dan ha/HK Pada Tanggal 1-6 Mei 2009

Tgl Blok ha Jumlah Pupuk (kg) Jumlah HK kg/HK ha/HK Standar ha/HK 1 83 A dan 93 D DP 62.26 16188 33 490.55 1.89 2.00 2 94 A B 49.45 12858 30 428.60 1.65 4 93 A B C 66.73 18923.25 35 540.66 1.91 5 94 C D dan 95 D 74.67 19414 37 524.70 2.02 6 95 P 51.26 13326 34 391.94 1.51 Rata-rata 475.29 1.79 2.00

Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa standar ha/HK yang diperoleh karyawan di bawah standar yang berlaku dan lebih kecil 0.21 ha/HK dari standar (<10.5%).

Kualitas kerja pemupukan. Kualitas kerja pemupukan merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui pemupukan yang dilaksanakan pada kurun waktu tersebut sesuai dengan standar atau tidak. Dengan mengetahui kualitas pemupukan diharapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pemupukan. Kualitas pemupukan harian PT Cipta Futura Plantation terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kualitas Pemupukan Harian PT Cipta Futura Plantation Tanggal 17 April 2009 Afd Blok Inspeksi Pokok Inspeksi Sub standard Tinggal Kualitas (%) Kuantitas (%) 7 70 238 4 0 98.3 100 1 38 215 5 0 97.7 100 6 54 209 7 0 96.7 100 8 26 204 7 0 96.6 100 Cipta Futura 866 23 0 97.3 100

(27)

Berdasarkan Tabel 6. kualitas pemupukan Afdeling VII lebih baik dibandingkan afdeling lainnya. Apabila kualitas pemupukan di bawah 95% maka mandor pupuk dapat dikenai penalti.

Pengamatan Kegiatan Pemupukan Substandar

Kegiatan pemupukan di Afdeling VII masih ditemukan banyak kegiatan pemupukan yang substandard terutama pemupukan di tengah pelepah dan di piringan. Pemupukan yang dilakukan di tengah pelepah dan di piringan menyebabkan pupuk yang diaplikasikan tidak sesuai dengan standar pemupukan (Tabel 7).

Tabel 7. Pengamatan Kegiatan Substandar pada Pemupukan CIRP

Blok Jumlah

Pokok

Substandar Persentase Substandard (%) Piringan Tengah

Pelepah Piringan Tengah Pelepah

93 DP 111 8 22 7.2 19.8 94 B 97 1 12 1.0 12.4 93 B 92 1 6 1.1 6.5 93 C 91 1 8 1.1 8.8 95 P 132 4 19 3.0 14.4 Rata-Rata Substandard 2.7 12.4

Sumber : Hasil Pengamatan

Pengamatan Pupuk Tercecer

Permasalahan yang sering terjadi pada kegiatan pemupukan adalah pupuk yang tercecer mencapai 22% dan persentase pupuk yang dikeruk mencapai 63.3% (Tabel 8). Hal ini dikhawatirkan mempengaruhi dosis pupuk yang diaplikasikan.

Tabel 8. Pengamatan Pupuk Tercecer pada Pemupukan CIRP Pemupuk Jumlah Karung Pupuk Persentase Tercecer (%) Persentase Dikeruk (%) Tercecer Dikeruk 1 10 2 1 20 50 2 10 3 0 30 0 3 10 2 2 20 100 4 10 3 2 30 66.6 5 10 1 1 10 100 Rata-rata 22 63.3

(28)

Penunasan (pruning)

Penunasan (pruning) merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan di pohon. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar penyerbukan alami, melakukan sanitasi sehingga menciptakan lingkungan yang dapat menghambat tanaman dan mempermudah pengamatan buah matang pada saat pekerjaan potong buah.

Penunasan di Kebun Ujan Mas menggunakan sistem songgo dua yakni dua pelepah di bawah tandan tidak dipotong sedangkan yang berada dibawahnya harus dibuang. Selain itu penunasan dilakukan pada pelepah yang sengkleh dan pelepah kering. Pemotongan pelepah harus rapat dengan pangkal pelepah maksimal 2 cm dengan bekas potongan pelepah dengan batang berbentuk tapal kuda (membentuk huruf ‘V’) dan pelepah tidak boleh sengkleh. Pelepah yang telah dipotong disusun di gawangan mati dan tidak boleh menutup pasar 2:1. Pada areal lereng, pelepah disusun seperti tangga mengikuti kontur untuk mencegah buah menggelinding saat dipanen, sedangkan untuk areal yang datar disusun membentuk huruf ‘I’.

Kegiatan penunasan di Afdeling VII menggunakan rotasi satu tahun dan merupakan kegiatan sisipan pemanenan dan menjadi tanggung jawab mandor panen dan biasanya dilakukan dua hari setiap akhir bulan. Dalam hal ini tenaga kerja penunasan merupakan tenaga kerja panen. Upah yang diperoleh pekerja berdasarkan jumlah pokok yang ditunas yaitu Rp 600,-/pokok dan tidak menerapkan sistem premi. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan penunasan 0.97 ha/HK. Pengamatan pruning/penunasan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengamatan Pruning/Penunasan

Blok Pemanen Songgo Jumlah

Pokok

Tanpa Satu Dua Tiga

70 A 1 0 0 23 3 26

2 1 2 19 1 23

3 0 1 20 0 21

Total 1 3 62 4 70

Persentase 1.42 4.29 88.58 5.71 100

(29)

Berdasarkan Tabel 9, penunasan telah memenuhi sistem songgo dua meskipun masih ditemukan tanpa songgo, songgo satu, dan songgo tiga.

Pemanenan

Panen merupakan aspek penting dalam rangkaian kegiatan budidaya kelapa sawit. Tujuan panen adalah untuk mendapatkan minyak dan inti sawit sebanyak-banyaknya serta mendapatkan kualitas terbaik. Serangkaian kegiatan panen dimulai dari memotong tandan matang sesuai kriteria, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di TPH.

Persiapan panen. Persiapan panen di afdeling VII pada saat perpindahan TBM menjadi TM antara lain perawatan pasar 2:1 dan piringan, pemasangan jembatan 2:1, pemasangan tanda blok tanaman, pemeliharaan jalan, perencanaan pengadaan panen, sanitasi dan persiapan pengangkutan, TPH, dan perencanaan kebutuhan tenaga kerja.

Peralatan panen. Peralatan panen yang digunakan harus memenuhi standar perkebunan kelapa sawit, salah satu standar alat panen adalah dapat disesuaikan dengan tinggi tanaman. Alat panen kelapa sawit dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Alat Panen Kelapa Sawit dan Kegunaannya

Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)

No Nama Alat Fungsi/kegunaan

1 Dodos Kecil Alat yang memiliki mata dodos dengan lebar ± 8 cm digunakan untuk penunasan pada TBM

2 Dodos besar Alat yang memiliki mata dodos dengan lebar ± 14 cm dengan diameter gagang 5 cm digunakan untuk pemanenan pada pohon yang tidak terlalu tinggi

3 Pisau egrek Alat untuk pemotongan pelepah dan pemotongan tangkai buah pada saat panen dan digunakan pada tanaman tinggi 4 Pipa Egrek Gagang pisau egrek yang terbuat dari allmunium pole 5 Kapak Alat pemotong tangkai tandan yang terlalu panjang 6 Batu asah Alat asah untuk mata dodos dan pisau egrek

7 Karet Pengikat pisau egrek/dodos dengan gagang kayu atau pipa 8 Tojok Alat untuk pengangkutan TBS ke dalam angkong atau

untuk menaikkan TBS ke dump truk

9 Gancu Alat untuk memuat dan membongkar TBS dari dump truk 10 Karung Tempat atau wadah brondolan diangkut ke TPH

(30)

Alat kerja untuk pemanenan disediakan oleh kebun. Hal ini apabila pemanen mengambil alat dari kebun mereka harus membayar/membeli dengan cara mencicil dari gaji bulanan mereka.

Sistem dan rotasi panen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap yaitu setiap pemanen memiliki hanca sendiri dengan luasan yang telah ditentukan oleh perusahaan dan bersifat tetap (tidak berpindah-pindah) untuk panen berikutnya. Namun apabila dalam satu hari panen, pemanen mampu mengerjakan lebih dari satu hanca dapat berpindah ke hanca yang lainnya dengan pertimbangan waktu dan cuaca serta atas izin mandor. Satu hanca panen sama dengan 2.5 ha/HK. Nomor hanca tertulis di pokok sawit dengan tinta/cat warna biru.

Hanca tetap yang diterapkan perusahaan memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan hanca tetap antara lain pemanen lebih menguasai areal sehingga lebih mudah untuk mencari solusi apabila menemukan kesulitan, pemanen memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hanca mereka sendiri (mutu hanca baik). Kekurangan hanca tetap antara lain pelaksanaan potong buah tidak mengacu kepada banyak atau sedikitnya buah karena luas hanca tertentu, terdapat kesan bahwa mandor panen malas karena karyawan langsung mengetahui hanca masing-masing, peran mandor terkesan menyempit yaitu sebagai pemberi penalti (kontrol setelah kerja) bukan sebagai pembimbing (kontrol saat kerja), transpor kurang efektif karena buah lambat keluar untuk itu perusahaan menerapkan sistem muat bebas dimana pengangkutan dilaksanakan tanpa pembagian wilayah kerja.

Rotasi panen adalah lamanya waktu antara satu panen dengan panen berikutnya. Rotasi panen di Afdeling VII dibagi menjadi tiga bagian antara lain 2 rotasi (10/15), 3 rotasi (7/10), dan 4 Rotasi (5/7). Rotasi panen 10/15 artinya 10 hari memanen dalam waktu 15 hari kerja, 5 hari untuk hari panen cadangan, begitu juga untuk rotasi panen 7/10 dan rotasi panen 5/7.

Rotasi panen 10/15 dilaksanakan pada saat luasan yang akan dipanen besar dan jumlah buah yang akan dipanen sedikit. Rotasi panen 7/10 dilaksanakan pada saat luasan yang akan dipanen sedang dan jumlah buah yang akan dipanen sedang. Rotasi panen 5/7 dilaksanakan pada saat luasan yang akan dipanen kecil

(31)

dan jumlah buah yang akan dipanen banyak. Rotasi panen yang digunakan saat ini adalah 2 rotasi (10/15).

Tenaga kerja panen. Perencanaan dan pengorganisasian tenaga kerja panen merupakan aspek penting untuk menjamin TBS yang dipanen pada hari yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Pemanen di Kebun Ujan Mas diberi hanca dengan luasan 2.5 ha/HK. Jumlah nomor hanca di Afdeling VII adalah 124, sedangkan jumlah tenaga kerja panen di Afdeling VII yang tersedia 75 orang. Hal ini disebabkan banyak tenaga kerja panen yang mengundurkan diri. Terhitung pada tahun 2009 sampai bulan April terdapat 18 pemanen yang mengundurkan diri.

Untuk penambahan jumlah tenaga kerja panen, tenaga kerja panen pemula akan diberi kesempatan magang selama satu bulan untuk mendapatkan bimbingan dan mempelajari pelaksanaan panen dan pruning. Setelah satu bulan apabila sudah memenuhi kriteria akan diterima sebagai pemanen dengan pemberian nomor pemanen.

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang digunakan adalah tandan yang telah membrondol. Buah yang tidak membrondol termasuk buah mentah meskipun warna buah sudah masak berwarna kuning kemerahan. Pengelompokan mutu TBS di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) didasarkan pada jumlah buah yang membrondol sampai di Loading Ramp dinyatakan sebagai fraksi buah. Fraksi buah ialah derajat kematangan TBS yang diterima di pabrik dan diklasifikasikan sebagai berikut :

 Fraksi 00 (sangat mentah) ialah TBS normal (bukan kategori buah sakit) yang belum mempunyai buah lepas membrondol 0%.

 Fraksi 0 (mentah) ialah TBS yang memiliki buah lepas membrondol, 12.5 % dari permukaan luar.

 Fraksi I (kurang matang) ialah TBS yang memiliki buah lepas membrondol 12.5% - 25% dari permukaan luar.

 Fraksi II (matang) ialah TBS yang memiliki buah lepas membrondol 25% - 50% dari permukaan luar.

 Fraksi III (matang II) ialah TBS yang memiliki buah lepas membrondol 50% - 75% dari permukaan luar.

(32)

 Fraksi IV (lewat matang) ialah TBS yang memiliki buah lepas membrondol 75% - 100% dari permukaan luar.

 Buah busuk ialah buah yang telah membusuk akibat terlalu lama dibiarkan di piringan. Bentuk fisiknya yang berair dan berwarna hitam.

Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen dilaksanakan setiap hari kecuali hari libur, gajian, dan pruning. Tugas yang harus dilakukan pemanen adalah memotong semua tandan masak dan tidak boleh tinggal di pokok maupun di piringan, memotong cabang dan pelepah tanpa sengkleh, menyusun pelepah di gawangan mati dengan rapi, mengumpulkan brondolan dalam karung, dan mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH.

Pemotongan buah masak dimulai dengan pemotongan pelepah dengan rapat terhadap pokok tanaman atau yang dikenal dengan tapal kuda. Pelepah yang telah dipotong dan disusun di gawangan mati membentuk huruf ‘I’ dengan rapi. Setiap tandan yang dipotong harus dilakukan dengan sempurna dan tidak boleh ada bagian yang buah yang tertinggal di batang atau brondolan yang tertinggal di batang atau disebut gonjes dan semua tangkai dipotong rapat ke arah dalam (≤ 2 cm). TBS yang telah dipotong dan brondolan dalam karung diangkut ke TPH dan disusun rapi. Buah yang telah disusun diberi nomor pemanen. Manfaat pemberian nomor pemanen untuk mempermudah krani buah dan mandor panen untuk mengetahui kondisi buah yang telah terangkut dan posisi buah yang belum terangkut.

Organisasi panen. Pengorganisasian panen harus dilakukan dengan baik supaya kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai target produksi. Organisasi panen apabila dilaksanakan dengan baik akan mendukung perusahaan untuk mendapatkan produksi yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah.

Pada Afdeling VII terdapat lima kemandoran panen, kemandoran 1 terdiri dari 16 orang, kemandoran 2 terdiri dari 17 orang, kemandoran 3 terdiri dari 14 orang, kemandoran 4 terdiri dari 10 orang, dan kemandoran 5 terdiri atas 18 orang. Kemandoran 4 tidak memiliki mandor panen, untuk itu tugas mandor 4 digantikan oleh mandor lainnya. Mandor panen bertanggung jawab kepada

(33)

supervisor panen agar TBS yang dipanen sesuai dengan kriteria panen, supervisor panen bertanggung jawab kepada asisten afdeling.

Basis dan premi panen. Kegiatan panen di Afdeling VII menerapkan sistem basis borong. Penentuan basis panen berdasarkan jumlah tandan bukan berdasarkan berat atau tonase. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja oleh setiap pemanen. Basis borong yang ditetapkan perusahaan adalah 75 TBS/HK dengan upah Rp. 400,-/TBS. Apabila panen melebihi basis borong maka pemanen berhak mendapatkan premi. Premi potong yang diterapkan berdasarkan jumlah janjang buah/TBS yang didapat yaitu sebesar Rp. 1 500,-/TBS, sedangkan untuk kutip brondolan, pemanen mendapatkan upah Rp. 65,-/kg dengan asumsi berat satu karung 27 kg, karung yang digunakan adalah karung bekas pupuk 50 kg. Sehingga apabila dalam satu hari pemanen mendapat 150 TBS dan 5 karung brondolan, upah yang diperoleh sebagai berikut:

Basis : 75 TBS x Rp 400,- = Rp 30 000,- : 5 karung x (Rp 65,- x 27 kg) = Rp 8 775,- Premi : (150 TBS – 75 TBS) x Rp 1 500,- = Rp 112 500,- Total pendapatan yang diperoleh = Rp 151 275,-

Premi panen merupakan penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena jumlah TBS yang diperoleh melebihi basis yang telah ditentukan dengan mutu buah yang sesuai dengan ketentuan panen. Manfaat pemberian premi adalah untuk merangsang pemanen menghasilkan TBS sebanyak mungkin, artinya semakin banyak TBS yang dipanen semakin banyak tambahan uang yang akan diterima. Sistem pembayaran premi dilakukan pada saat gajian, hal ini tentunya sangat efektif untuk tujuan premi.

Sanksi panen. Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan standar akan dikenai sanksi. Tujuan penerapan sanksi untuk menghindari kesalahan pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja pemanenan yang menyebabkan kerugian bagi perkebunan. Selain itu untuk memberikan efek jera agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Sanksi panen pekerjaan substandar di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Tabel 11.

(34)

Tabel 11. Sanksi Panen Pekerjaan Substandar di Afdeling VII PT Cipta Futura Plantation

No Pekerjaan Sanksi/Pinalti

1 Tandan matang tidak dipanen

Basis, premi, dan brondolan dipotong semua 2 Tandan matang dipanen

tidak dikumpul

Basis, premi, dan brondolan dipotong semua 3 Tandan mentah dipotong Basis, premi, dan brondolan dipotong semua 4 Brondolan tidak dikutip Dapat basis, premi dan brondolan dipotong

semua

Belum dapat basis, basis dan brondolan dipotong semua

5 Tangkai panjang Dipotong 5 TBS

6 Pelepah Sengkleh Dipotong 10 TBS/pokok (basis maupun premi) 7 Tandan tidak disusun di

TPH

Dipotong 5 TBS Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)

Jumlah pemanen yang dikenai sanksi pada bulan April mencapai 24%. Kesalahan pemanen yang dikenai sanksi paling banyak adalah buah tinggal di piringan maupun di pokok sawit (Tabel 12).

Tabel 12. Sanksi Kepada Pemanen Afdeling VII Periode April 2009

No Nomor Pemanen Kesalahan Panen Buah Tinggal Brondolan Tinggal Buah Mentah Sengkleh Tangkai Panjang 1 3 2 2 14 1 1 1 3 18 1 1 4 20 1 5 24 1 6 26 1 7 28 1 8 29 1 1 9 43 1 10 39 1 1 11 45 1 12 63 1 13 72 1 14 77 1 1 15 79 1 16 86 1 17 97 1 18 101 1 Total Sanksi 10 4 5 5 1

(35)

Faktor yang menyebabkan buah tinggal adalah pohon yang terlalu tinggi, pohon terletak di tepi sungai/parit atau daerah rendahan, infrastruktur hanca, dan pemanen yang kurang teliti melihat buah yang telah membrondol. Pemberian sanksi kepada pemanen kadang-kadang kurang efektif karena masih ada pemanen yang melakukan kesalahan yang sama.

Kualitas kerja panen. Kualitas kerja panen merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui pemanenan yang dilaksanakan pada periode waktu tersebut sesuai dengan standar atau tidak. Dengan mengetahui kualitas panen diharapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan panen. Kualitas pemanenan ditentukan oleh tim inspeksi kebun. Kualitas kerja pemanenan dapat dilihat pada Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13, kualitas pemanenan Afdeling VII lebih baik dibandingkan afdeling lainnya. Apabila kualitas pemanenan di bawah 95% maka mandor panen dapat dikenai penalti.

Program dan realisasi panen. Program merupakan perencanaan untuk mencapai target yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pemanenan. Untuk mengetahui program yang dilaksanakan berjalan sesuai program dapat diketahui melalui realisasi pelaksanaan pemanenan. Mutu pelaksanaan pemanenan merupakan ukuran pelaksanaan pemanenan berjalan dengan baik atau tidak. Program dan realisasi panen dapat dilihat pada Tabel 14.

Realisasi hektar panen pada triwulan pertama tahun 2009 melebihi program yang direncanakan menunjukkan rotasi panen yang dijalankan tidak mengalami ketertinggalan. Apabila terjadi ketertinggalan, faktor penghambat tertinggalnya rotasi panen yaitu kurangnya tenaga pemanen karena musim dan pekerjaan sampingan, kehadiran pemanen (sakit/izin, hari gajian, tempat tinggal, dan kerusakan alat kerja), infrastruktur hanca (jalan angkong dan jembatan 2:1), dan faktor alam (tingginya curah hujan).

Realisasi tonase lebih rendah dari yang ditargetkan. Turunnya produksi panen disebabkan perubahan rotasi panen menjadi lebih cepat ketika semua blok telah terealisasi, umur tanaman yang semakin tua, dan kurangnya jumlah hari hujan.

(36)

Tabel 13. Kualitas Pemanenan Harian PT Cipta Futura Plantation Tanggal 17 April 2009

Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)

Tabel 14. Program dan Realisasi Pemanenan Afdeling VII Periode Januari-Maret 2009

Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009)

Afd Blok Inspeksi Pokok Inspeksi Substandard Buah Tinggal Kualitas (%) Kuantitas (%)

Gonjes Sengkleh Tanpa

Songgo Brondolan Mentah

7 108 354 0 0 0 8 0 0 97.7 100 6 41/42 342 0 0 1 9 0 0 97.1 100 8 85 301 0 1 0 7 0 2 96.7 99.3 1 89/90 259 0 2 3 5 0 0 96.1 100 Cipta Futura 1256 0 3 4 29 0 2 96.9 99.8 Triwulan I Ha Real (%) Ton Real (%) Rp/ha Real (%) Mutu (%)

Program Realisasi Program Realisasi Program Realisasi

Januari 3 715.86 3 857.78 103.8 3 777.41 2 371.495 62.8 50 000 31 645 63.3 97.5

Februari 3 715.86 3 709.62 99.8 2 930.06 2 125.392 72.5 50 000 29 984 59.9 97.7

Maret 3 715.86 3 715.86 100 3 402.79 2 724.673 80.0 50 000 38 393 76.8 96.2

(37)

Pengawasan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk menjaga agar kegiatan pemanenan dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan, pengawasan pemanenan lebih diarahkan kepada kualitas kerja pemanen.

Hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengawasan panen yaitu tandan matang yang tidak dipanen menyebabkan buah akan busuk, tandan mentah yang dipanen karena pemotongan tandan mentah menyebabkan hilangnya minyak dan inti karena tersingkir saat rotasi dan apabila tandan diolah akan menimbulkan gangguan dalam pengolahan, brondolan yang ada di piringan, gawangan, atau sekitar areal kelapa sawit harus dikutip hingga bersih karena dapat menyebabkan kerugian dalam produksi, tandan buah dipotong membentuk mulut kodok atau dengan ukuran 2 cm dari pangkal buah, pemotongan pelepah sengkleh yang ada, dan pengaturan pelepah yang telah dipotong sesuai dengan ketentuan yang ada dan disusun serapi mungkin agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan pemanenan.

Pengamatan Substandard Kegiatan Pemanenan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, kegiatan substandard umumnya disebabkan oleh brondolan yang tidak dikutip terutama di piringan dekat gawangan mati dan pasar 2:1, dan masih ditemukan pelepah sengkleh, tanpa songgo dan buah tinggal (Tabel 15).

Tabel 15. Pengamatan Substandard Pemanenan

Blok Petak Pkk

Substandard Sub

standard (%) Gonjes Sengkleh Tanpa

Songgo Brondol Tinggal Buah Tinggal 104 A 51 0 0 0 16 0 31.4 B 52 0 2 1 7 2 23.1 C 56 0 4 1 4 0 16.1 D 50 0 0 0 9 0 18.0 103 A 51 0 2 0 4 0 11.8 107 A 51 0 0 0 12 0 23.5 B 53 0 0 0 13 0 24.5 C 52 0 0 0 15 0 28.9 D 50 0 0 0 6 1 14.0 106 A 51 0 0 0 7 0 13.7 Afd. VII 517 0 8 2 93 3 20.5

(38)

Pengamatan Brondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis masih ditemukan brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah namun dengan jumlah yang sedikit (Tabel 16). Rata-rata pemanen tidak melakukan penurunan brondolan yang tersangkut di pelepah meskipun telah ditetapkan penalti brondolan.

Tabel 16. Pengamatan Brondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah

Blok Petak Brondolan Jumlah Pokok Sample Rata-Rata

104 A 8 10 0.8 B 9 10 0.9 C 5 10 0.5 D 17 10 1.7 103 A 3 10 0.3 107 A 13 10 1.3 B 16 10 1.6 C 10 10 1 D 6 10 0.6 106 A 6 10 0.6

Rata-Rata Brondolan Tersangkut di Ketiak 0.93 Sumber : Hasil Pengamatan

Prestasi karyawan rata-rata adalah 98 TBS/HK sedangkan prestasi penulis 10 TBS/HK. Perbedaan tersebut disebabkan penulis belum terampil dalam penggunaan alat.

Pengangkutan Hasil Panen

Pengangkutan hasil panen merupakan kegiatan pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke pabrik. Buah yang dipanen harus segera diangkut pada hari itu juga setelah buah dipanen. Perencanaan angkutan dilakukan oleh krani buah dan asisten afdeling.

Pengangkutan dimulai setelah absen dan apel pagi dimulai. Sistem yang biasa diterapkan di Afdeling VII adalah sistem muat bebas. Kelebihan sistem muat bebas adalah TBS lebih cepat terangkut terutama pada musim hujan. Kekurangannya adalah lebih banyak bahan bakar yang digunakan. Alat yang digunakan dalam pengangkutan adalah dump truk dan tojok. Setelah pengambilan TBS dan sebelum diangkut ke pabrik, mobil harus ke kantor afdeling untuk

(39)

mendapatkan surat tugas dan surat pengantar buah. Blanko surat pengantar buah dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pengamatan Brondolan Tinggal di TPH

Permasalahan yang terjadi dalam pengangkutan TBS adalah masih ada brondolan yang tidak terangkut di TPH (Tabel 17). Hal tersebut karena pekerja yang tergesa-gesa dan kurangnya kesadaran. Pada saat musim hujan permasalahan yang timbul adalah kondisi jalan yang rusak sehingga menyebabkan banyak mobil yang terpuruk. sedangkan alat penarik jumlahnya hanya satu sehingga sangat menghambat pengangkutan TBS.

Tabel 17. Pengamatan Brondolan Tertinggal di TPH

Blok Petak Jumlah Brondolan Jumlah TPH Sample Rata-rata

104 A 31 10 3.1 B 24 10 2.4 C 28 10 2.8 D 54 10 5.4 103 A 42 10 4.2 107 A 21 10 2.1 B 25 10 2.5 C 18 10 1.8 D 22 10 2.2 106 A 22 10 2.2

Rata-Rata Brondolan Tinggal di TPH 2.87

Sumber : Hasil Pengamatan

Tenaga kerja pengangkutan terdiri dari sopir dump truk dan pemuat. Tenaga kerja angkut TBS akan mendapatkan premi apabila menyelesaikan basis yang ditetapkan. Jumlah basis yang ditetapkan adalah 150 ton/bulan dengan harga Rp. 10.000.-/ton. Apabila kurang dari satu bulan telah mendapatkan basis akan memperoleh premi sebesar Rp. 30.000.-/ton.

Susun Janjangan Kosong (SJJK)

Janjangan kosong merupakan bentuk limbah padat yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) setelah TBS diproses di sterilizer dan stripper, sehingga perlu pengelolaan yang baik. Janjangan kosong mengandung bahan organik dan hara yang bermanfaat bagi tanaman.

(40)

Aplikasi janjangan kosong bertujuan meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah meningkat. Aplikasi janjangan kosong sebagai mulsa dapat menurunkan suhu tanah. mempertahankan kelembaban tanah (Pahan. 2006). Untuk Kebun Ujan Mas yang memiliki curah hujan tinggi >2 500 mm sangat efektif untuk mengurangi kerugian hara melalui proses pencucian dan aliran permukaan serta mencegah terjadinya erosi.

Menurut Pahan (2006) aplikasi janjangan kosong sangat sesuai untuk menggantikan sebagian pupuk anorganik, asalkan jumlah pasokan hara sebanding dengan pupuk anorganik tersebut.

Tabel 18. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong

Hara Utama

Persentase Unsur Hara

dalam Janjangan Kosong Sebanding dengan Pupuk per Ton Janjangan Kosong Kisaran Rata-rata Nitrogen (N) 0.32 - 0.43 0.37 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03 - 0.05 0.04 2.90 kg RP Potassium (K) 0.89 - 0.95 0.91 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07 - 0.10 0.08 5.00 kg Kieserit Sumber : Pahan (2006)

Pengangkutan janjangan kosong dari PKS ke lapangan dilakukan menggunakan dump truk milik kebun sendiri. Penurunan janjangan kosong dilakukan di tepi jalan dan harus sedekat mungkin dengan tempat aplikasi. Apabila sopir dump truk melakukan kesalahan dalam penurunan janjangan kosong dapat dikenai penalti.

Aplikasi janjangan kosong di Afdeling VII dilakukan secara manual. Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan menyusun janjangan kosong diantara dua pokok sawit tetapi di luar piringan berbentuk persegi panjang dengan panjang 12 janjang dan lebar 10 janjang serta ujung janjangan kosong menghadap pasar 2:1. Susunan janjangan kosong tidak boleh menutup parit. Penumpukan dalam aplikasi janjangan kosong tidak diperbolehkan karena dapat mempercepat perkembangbiakan kumbang Oryctes rhinoceros pada tumpukan. Janjangan kosong hanya diaplikasikan satu tahun sekali. Selain itu aplikasi janjangan kosong tidak boleh diaplikasikan di gawangan mati. Alat yang digunakan dalam penyusunan janjangan kosong adalah angkong dan gancu.

(41)

Gambar 5. Aplikasi Janjangan Kosong

Sistem upah susun janjang kosong adalah sistem borongan. Kebutuhan tenaga kerja susun janjangan kosong bergantung jumlah tumpukan di lapangan. Tenaga kerja yang terlibat dalam susun janjangan kosong merupakan satu tim khusus berjumlah 12 - 14 orang yang seluruhnya wanita. Prestasi kerja karyawan susun janjangan kosong adalah 2.12 ton/HK sedangkan prestasi kerja penulis 2 ton/HK

Metode aplikasi janjangan kosong di Afdeling VII dilakukan secara

disposal karena tidak didasari oleh sifat hara dan tanah yang dibutuhkan tanaman

kelapa sawit dan hanya didasari topografi lahan yang datar yaitu pada blok 106 dan 107. Menurut Pahan (2006) Janjangan kosong yang diaplikasikan secara

disposal tidak diperbolehkan karena secara prinsip merugikan, karena

pemanfaatan hara oleh tanaman tidak optimal dan menjadi penyebaran kumbang

Oryctes.

Pelaksanaan Manajemen Kebun

Pengelolaan Tenaga Kerja Lapangan

Tenaga kerja lapangan di Kebun Ujan Mas merupakan Karyawan Harian Lepas (KHL) borongan. Tenaga KHL berasal dari lokasi kebun dan dari daerah sekitar kebun misalnya Ulak Bandung dan Muara Enim. Pekerjaan dimulai dari apel pagi pukul 06.00 WIB dan selesai pukul 15.00 WIB. Waktu istirahat pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB.

(42)

Tenaga KHL tidak terikat oleh perusahaan dan pemakaiannya tergantung kebutuhan perusahaan. Penerimaan KHL langsung dilakukan oleh kantor afdeling, KHL minimal berumur diatas 17 tahun, dan tidak cacat fisik. Para pekerja mendapatkan upah sesuai dengan jumlah hasil kerja dan prestasi kerja yang diperoleh dan telah ditentukan oleh perusahaan. Pemberian gaji kepada KHL diberikan langsung di kantor afdeling pada minggu pertama setiap bulannya.

Pengelolaan Karyawan Non Staf

Karyawan non staf terdiri dari karyawan yang memiliki pangkat dibawah supervisor yaitu mandor (senior, 1st, dan 2nd) dan operator (senior, 1st, dan 2nd). Sesuai pangkatnya, karyawan non staf memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang tertuang dalam booklet perusahaan.

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pangkat Operator Senior antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi, melaksanakan perintah atasan, menguasai teknis/operasional pekerjaan KHL, hasil kerja sesuai standar, merawat alat yang menjadi tanggung jawabnya, menguasai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan memberi laporan hasil kerja per hari.

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pangkat Mandor Senior antara lain memiliki disiplin dan loyalitas kerja yang tinggi, melaksanakan perintah atasan, menguasai pekerjaan operator, hasil kerja sesuai standar, yang menjadi tanggung jawabnya (memakai dan merawat alat, pemakaian bahan, tenaga kerja, dapat menghitung pemakaian biaya, dan laporan hasil kerja harus akurat), memimpin bawahan dengan baik, memiliki data program dan realisasi kerja.

Pembayaran gaji karyawan non staf diberikan pada awal bulan melalui bank yang ditunjuk perusahaan sesuai dengan pangkat yang dimiliki dan hari kerja. Karyawan non staf mendapatkan tunjangan dari perusahaan berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK).

Krani Afdeling

Krani afdeling berfungsi sebagai kontrol seluruh kegiatan dan laporan kegiatan afdeling sebelum dikirim ke kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan

(43)

mencakup kegiatan produksi (pemanenan), perawatan (pemupukan, dongkel, dan semprot) dan kegiatan penunjang produksi (rawat jalan, rawat parit, dan lain-lain). Tugas krani afdeling yaitu pengalokasian kegiatan kebun dan pengalokasian kegiatan kendaraan (transportasi). Pengalokasian kegiatan kebun antara lain perhitungan tenaga, pengecekan buku mandor, pembuatan laporan harian, pembuatan laporan bulanan. Seluruh kegiatan afdeling harus dilaporkan secara jelas dan terperinci ke kantor kebun setiap hari. Termasuk kegiatan pengangkutan TBS ke PKS dan pengangkutan karyawan dari kantor afdeling ke lapangan atau sebaliknya. Krani afdeling bertanggung jawab kepada asisten afdeling

.

Pendamping Mandor

Mandor afdeling merupakan pengawas yang berhubungan langsung dengan karyawan di lapangan. Tugas mandor secara umum adalah mengabsen karyawan, mengarahkan pekerjaan, mengawasi pelaksanaan pekerjaan, mengisi buku laporan tenaga, laporan hasil, dan buku kerja mandor (BKM) setiap harinya. Mandor afdeling terdiri dari mandor panen, mandor pupuk, mandor hama dan penyakit, mandor semprot, mandor dongkel, dan mandor infrastruktur (rawat jalan, rawat parit, dan tapak timbun).

Selama penulis berstatus menjadi pendamping mandor, jenis pekerjaan yang diawasi adalah pemupukan, pemanenan, penyemprotan, susun janjang kosong, dan pengangkutan TBS.

Pemupukan. Selama menjadi pendamping mandor pemupukan kegiatan yang dilakukan penulis di antaranya melakukan pengawasan setiap kegiatan dari pengambilan pupuk di gudang, distribusi pupuk sampai selesainya kegiatan di lapangan.

Tugas mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, manager kebun, dan manager kepala, meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke krani afdeling, menghitung banyaknya tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk, apel pagi dan memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi pengambilan pupuk di

Gambar

Gambar 1. Pembuatan Tapak Timbun
Gambar 2. Semprot Pasar 2:1
Gambar 3. Alat Engine Power Spraying (EPS)
Gambar 4. Pemupukan MOP pada Tanaman Menghasilkan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang penulis lakukan yaitu : melaporkan ke mandor panen jika terdapat buah mentah atau kurang matang, menghitung jumlah produksi pemanenan dan mencatat

Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada kebun Dolok Ilir meliputi : tanaman telah berumur 30 bulan, 60 % pohon telah menghasilkan tandan matang panen,

Standar cara pemupukan di PT Cipta Futura pada TM adalah dengan cara disebar merata sepanjang pinggiran gawangan mati (samping pelepah) dengan jarak 2 m dari tanaman

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa persentase buah matang tidak dipanen masih di atas standar yang ditetapkan oleh Gunung Sari Estate yaitu 2.46 % per KKP.. Standar buah

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan panen adalah persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen, dan

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Pemanenan yang baik harus memperhatikan aspek mutu buah pada tandan buah segar (TBS) yang dipanen karena hal itu dapat dijadikan indikator untuk mengetahui