• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN

MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS

PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR,

PROVINSI RIAU

KAMDANI SETIAWAN

A24080188

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION,

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

The Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Peatland at Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri

Hilir, Riau

Kamdani Setiawan1, Ahmad Junaedi2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, IPB

Abstract

The harvest management at peatland oil palm plantation is one of the most important factors to reach high fresh fruit bunch (ffb) production. The purpose of this apprenticeship activity was to improve knowledge, ability and work skill of student in order to comprehend in harvest management at oil palm plantation. This apprenticeship took place in Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau, from February 2012 to May 2012. Data and information were collected with direct methode and indirect methode. Direct methode was collected by observation and discussion with harvester, foreman, and field assistant. Indirect methode was collected from company data and company record. The harvest activity in Mandah Estate divition 5, uses Block Harvesting System non-Division Of Labour (BHS non-DOL). This system was implementation programs of harvest activity that focus to finished harvest in one section a day. The result of harvest activity in Mandah Estate divition 5 runs well, a shown by good field quality with 0.2 lost fruit per plant, 95.3 % of ripe fruits and 0% unripe fruit. The most obstacle of harvest aspec in Mandah Estate was the transport unit of ffb very slow and caused the uncarry of ffb.

(3)

KAMDANI SETIAWAN. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. (Di bawah bimbingan AHMAD JUNAEDI)

Manajemen pekerjaan panen di perkebunan kelapa sawit lahan gambut merupakan

salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pencapaian produksi. Kegiatan

magang bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan, dan keterampilan

mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata pada aspek pengetahuan

manajerial perkebunan, teknik budidaya, pemanenan, serta pengolahan kelapa

sawit, khususnya keterampilan dan pengetahuan di bidang manajemen panen

kelapa sawit di perusahaan perkebunan. Pelaksanaan kegiatan magang ini di

Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten

Indragiri Hilir, Riau, dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Kegiatan penulis

di lapangan meliputi semprot piringan dan gawangan kimia, tebas gawangan

manual, mounding, penanaman tanaman beneficial plant, pemupukan, dan panen. Keterampilan manajerial diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, kerani,

dan asisten divisi. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengenai

kebutuhan tenaga panen dan kualitas panen. Kegiatan panen di Divisi V Kebun

Mandah menggunakan sistem Block Harvesting System non-Division Of Labour (BHS non-DOL) yaitu program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang

terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana

penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya

oleh satu pemanen. Hasil kegiatan panen di Divisi V Kebun Mandah sudah

berjalan baik yang tercermin dari mutu hancak berupa brondolan yang tidak

terkutip sebesar 0.2 brondolan/pokok, 95.3 % buah masak, dan 0 % buah mentah.

Aspek panen yang menjadi kendala yaitu unit angkut buah yang sangat lambat

dalam pengangkutan ke pabrik kelapa sawit menyebabkan banyaknya buah

(4)

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN

MANDAH, PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS

PLANTATION, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR,

PROVINSI RIAU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kamdani Setiawan A24080188

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH,

PT. BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION,

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

Nama : KAMDANI SETIAWAN

NIM : A24080188

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi. NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung, pada tanggal 16 September 1989.

Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara dengan bapak bernama

Basuki dan ibu bernama Sumartini.

Penulis lulus dari SDN INPRES Muting, Merauke pada tahun 2001.

Kemudian melanjutkan studi ke SLTPN 1 Merauke dan lulus pada tahun

2004, kemudian melanjutkan ke SMAN 3 Merauke dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan

Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa

Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Merauke. Selama kuliah penulis pernah

mengikuti kepanitiaan di Fakultas Pertanian serta Departemen Agronomi dan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, dan Dr. Ir.

Diny Dinarti, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan,

saran, serta nasehat yang diberikan kepada penulis.

2. Bapak (Basuki) dan Mama (Sumartini), dan semua saudara saya yang

selalu mendukung dalam menempuh studi.

3. Pengelola Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas

Plantation yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan bantuan moril

yang dapat menunjang penulis untuk melakukan kegiatan magang.

4. Bapak Hendarjat, Mbak Martha, yang terus membantu dalam Schoolarship di Minamas.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi serta manfaat

bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2012

(8)

DAFTAR ISI

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 10

Analisis Data dan Informasi ... 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

Fasilitas Sosial ... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 19

Aspek Teknis ... 19

Sistem Pengawasan dan Sanksi Panen ... 57

(9)

Kesimpulan ... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Kebun Mandah Tahun 2006 - 2010 ... 13

2. Tata Guna Lahan Kebun Mandah ... 14

3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Sampel LSU ... 25

4. Hasil Sensus Ganoderma Divisi II Kebun Mandah ... 28

5. Kriteria Panen Kelapa Sawit Kebun Mandah Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Janjang... 35

6. Basis Janjang, Premi Siap Borong, Premi Lebih Borong, dan Premi Kutip Brondolan di Kebun Mandah ... 37

7. Perbandingan Rata-rata Produksi TBS Kelapa Sawit pada Tanah Gambut di Kebun Mandah Menurut Kelas Lahan ... 46

8. Hasil Pengamatan Kerapatan Panen di Divisi V Kebun Mandah ... 49

9. Perbandingan AKP Estimasi dengan AKP Aktual ... 50

10.Hasil Pengamatan Taksasi Panen di Divisi V Kebun Mandah .. 51

11.Hasil Pengamatan Kualitas Angkut Buah Tim Transport di Divisi V Kebun Mandah.. ... 55

12.Sistem Denda Harian Panen Untuk Pemanen di Kebun Mandah ... 59

13.Sistem Denda Harian Panen Untuk Mandor Panen di Kebun Mandah ... 59

14.Hasil Pengamatan Mutu TBS di Divisi V Kebun Mandah ... 60

(11)

Nomor Halaman

1. Model Pergerakan Tim Pupuk dalam Aplikasi ... 24

2. Pohon Sampel yang Diambil Pelepah 17 ... 25

3. Kegiatan Pembumbunan (Mounding) ... 26

4. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit ... 28

5. Tanaman Beneficial Plant ... 30

6. Pembersihan Kanal Cabang (KCB) ... 31

7. Grafik Level Air Bulan Februari 2012 ... 32

8. Kondisi Gawangan Saat Terjadi Genangan Air Kanal ... 32

9. Pemetaan Seksi Panen Divisi V Kebun Mandah ... 34

10.Proses Transportasi Buah dari TPH sampai ke PKS ... 38

11.Kegiatan Field Day (a) dan Apel K3 (b) ... 44

12.Pengorganisasian Kerja Hancak Mandor ... 52

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian

Lepas di Kebun Mandah ... 66

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Mandor di Kebun Mandah ... 67

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Penanggung Jawab Sementara Asisten di Kebun Mandah ... 69

4. Peta Kebun Mandah ... 72

5. Data Curah Hujan di Kebun Mandah Tahun 2006-2011 ... 73

6. Struktur Organisasi Kebun Mandah ... 74

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Hasil utama yang dapat

diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging

buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel (Naibaho,

1998). Industri minyak sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di

Indonesia. Industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan daerah, sebagai

sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui budidaya pertanian

dan pemprosesan selanjutnya. Pada tahun 2010 Indonesia memproduksi 19 844

901 ton minyak sawit (Ditjenbun, 2010).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang

penting di samping kelapa, kacang-kacangan, dan jagung. Pertambahan lahan

perkebunan kelapa sawit dan perkembangan teknologi mendukung produksi

minyak kelapa sawit kasar atau Crucle Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) yang meningkat pesat. Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai

minyak goreng, dapat juga digunakan sebagai bahan kosmetika dan farmasi serta

bahan non makanan (sabun, deterjen, tinta cetak) (Mangoensoekarjo dan

Semangun, 2003).

Peningkatan perkembangan kelapa sawit yang begitu pesat banyak

berhubungan dengan masalah teknis agronomis. Manajemen yang baik yang

dimulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan dan pengolahan hasil, akan

memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan (Leonard, 2007).

Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan

panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen.

Keseluruhan faktor ini merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan satu sama

lain. Untuk meningkatkan ketrampilan tentang keberhasilan panen ini perlu

dilakukan pelatihan bagi pemanen (Koedadiri et al., 2003).

Manajemen dalam pemanenan berkaitan erat dengan penentuan waktu

panen. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu

(14)

kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg

atau lebih. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5.5 bulan sejak

terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja, 2006).

Menurut Satyawibawa dan Widyastuti (1999), panen yang tepat

mempunyai sasaran untuk kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan

pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak

bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak akan

meningkatkan kandungan ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan

wawasan, kemampuan professional dan keterampilan mahasiswa dalam

memahami proses kerja secara nyata pada aspek pengetahuan manajerial

perkebunan, teknik budidaya, pemanenan, serta pengolahan kelapa sawit. Tujuan

khusus dari kegiatan magang ini lebih menekankan pada kegiatan panen kelapa

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies :

1. E. gueneensis Jacq.

2. E. Oliefera (H.B.K) Cortes 3. E. Odora

Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordial (bakal) daun

setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa) (Pahan, 2010).

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 0C

dengan suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah

hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit

adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan

kering kurang dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. Lama

penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi

untuk kelapa sawit pada kissaran 50 – 90 % (optimalnya pada 80 %). Secara

umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol,

Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal untuk

kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan

lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah > 100 cm.

(16)

masih toleran terhadap pH < 5.0 misalnya pada pH 3.5 - 4.0 (pada tanah gambut)

(Sugiyono et al., 2003).

Panen

Kelapa sawit umumnya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan masak

pada 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat

dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga

waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya

telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai

tandannya, hal ini disebut dengan istilah membrondol (Satyawibawa dan

Widyastuti, 1999).

Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,

sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah

matang panen. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila

sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari

10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg

atau lebih. Ciri-ciri lain yang bisa digunakan adalah apabila bobot rata-rata tandan

sudah mencapai 3 kg (Untung, 2009).

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan

buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke

tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan proses pemanenan

perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari

pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem

panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk

menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak

yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Persiapan Panen

Dalam mengahadapi masa panen, segala sesuatunya harus disiapkan

dengan baik. Tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan

(17)

hasil panen dari kebun ke pabrik, sehingga pemanenan berjalan lancar. Pada areal

kebun yang topografinya miring perlu dibuat tangga untuk memudahkan

pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang

akan digunakan seperti dodos atau egrek (arit bergagang bambu yang panjang)

dan peralatan-peralatan lainnya yang diperlukan (Setyamidjaja, 2006).

Kriteria Panen

Panen yang tepat bertujuan untuk mendapatkan kandungan minyak yang

paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan

meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena

buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB

sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga

hingga keempat setelah tanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah

dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan.

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna

buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh

zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh

zat warna beta karoten. Setelah warna merah atau oranye tercapai berarti minyak

sawit yang terkandug dalam daging buah telah mencapai maksimal dan buah sawit

akan lepas dari tangkai tandannya.

Sudah lazim bahwa kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah

buat sawit yang sudah jatuh. Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang

jatuh sebanyak 10 buah untuk tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk

tanaman tua menghasilkan (Sunarko, 2007).

Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan jarak waktu antara suatu panen dengan panen

berikutnya. Rotasi panen mempengaruhi transportasi dan pengolahan di PMKS.

(18)

mentah (demi mengejar siap borong). Fenomena tersebut dikarenakan pada saat

itu kerapatan buah matang telah menurun.

Upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat penting sekali

untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor afdelling,

disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah

masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah

borongan dan persentasi borong, serta curah hujan (Pahan, 2010).

Sistem Hancak Panen

Sistem hancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan

ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dua yaitu hancak tetap dan giring.

Hancak tetap adalah setiap pemanen diberikan hancak panen yang sama dengan

luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Hancak giring adalah setiap

pemanen diberikan hancak per baris tanamn dan digiring bersama-sama.

Kelebihan sistem hancak tetap adalah setiap pemanen bertanggung jawab

terhadap hancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya, sedangkan sistem

hancak giring adalah pelaksanaan panen lebih cepat dan buah buah cepat sampai

di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah terlambat sampai di TPH

sedangkan sistem hancak giring adalah setiap pemanen selalu mencari buah yang

mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya lebih sulit (Koedadiri et al., 2003).

Kerapatan Panen

Menurut Koedadiri et al. (2003) kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu.

Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk meramalkan produksi, kebutuhan

pemanen, kebutuhan truk, pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan

perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman,

menetapkan angka kerapatan panen (AKP) dan jumlah pemanen. Perhitungan

ramalan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP

(19)

tandan matang/jumlah pohon yang diamati, sedangkan jumlah pemanen = ramalan

produksi/prestasi pemanen.

Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu:

a. Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di

tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut.

b. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan

selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan

diamati.

Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak

yang dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah

kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

- Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang

tertinggal di pohon atau di piringan.

- Untuk tanaman yang masih rendah, gagang tandan di potong dengan

dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi gagang tandan di

potong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong,

pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu.

Pelepah daun dipotong sependek mungkin.

- Pelepah daun yang jatuh dipotong tiga dan ditaruh digawangan dengan

posisi terlungkup.

- Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul.

Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.

- Gagang tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.

- Tandan buah dikumpulkan pada tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun

5 – 10 tandan per baris, gagangnya menghadap ke atas. Brondolan

disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.

(20)

Mutu Panen

Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi/ton TBS

per hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal, dan mutu produksi yang

baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari

kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil

kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah

dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya

mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau

pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu

beberapa jam saja, bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan

khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67 %.

Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus

(21)

9

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Mandah PT. Bhumireksa Nusa

Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau mulai

tanggal 13 Februari 2012 sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan. Adapun kegiatan

magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan

aspek manajerial. Selama magang kegiatan harian dicatat pada jurnal harian

seperti disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Kegiatan yang dilakukan pada waktu

magang adalah :

1. Melakukan praktek kerja langsung di kebun.

Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh rangkaian

pekerjaan di lapangan dan di kantor pada berbagai tingkat jabatan mulai

dari Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 3 minggu, mandor selama 4

minggu, dan penanggung jawab sementara asisten selama 6 minggu.

2. Pengumpulan data primer.

Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada

kegiatan di kebun khususnya pada aspek pemanenan dan pasca panen pada

saat menjadi pendamping mandor atau pendamping asisten.

3. Pengumpulan data sekunder.

Data sekunder berupa lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi

lahan, produktivitas, stuktur organisasi perusahaan, rekomendasi

pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang

dibutuhkan. Data ini diperoleh melalui arsip, informasi dari kantor dan

(22)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan aspek khusus yang dilakukan pada kegiatan magang di

perkebunan kelapa sawit antara lain:

1) Pembentukkan organisasi panen

Data mengenai pembentukan organisasi panen dalam kebun diperoleh

dengan melakukan wawancara kepada asisten divisi.

2) Penentuan kriteria panen

Pengamatan terhadap penentuan kriteria panen dilakukan dengan cara

mengikuti tiga pemanen serta melakukan wawancara dengan mandor

panen. Pengamatan yang dilakukan adalah tingkat kematangan buah

meliputi jumlah brondolan yang jatuh.

3) Angka kerapatan panen

Pengamatan angka kerapatan panen menggunakan Sistem menyebar yakni

pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon

contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati. Pohon contoh yang

diamati sebanyak 6 % tanaman contoh/blok sebanyak 5 blok dalam 1

afdelling.

4) Taksasi Panen Harian

Perhitungan taksasi panen diperoleh dari presentase AKP dikalikan dengan

pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat tandan rata-rata

(BTR) blok tersebut. Penulis melaksanakan pengamatan kegiatan taksasi

panen pada lima seksi panen. Taksasi panen dilakukan di seksi A blok

H022 (132 ha), seksi B blok H021 (113 ha), seksi C blok H020 (118 ha),

seksi D blok H019 (145 ha), dan seksi E blok H018 (140 ha).

5) Tenaga panen

Pengamatan terhadap jumlah pemanen dilakukan dengan melakukan

wawancara terhadap asisten kebun dan pengamatan langsung dengan

menghitung pemanen yang ada, serta melakukan perbandingan apakah

sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan perusahaan.

6) Mutu Panen

Pengamatan terhadap mutu panen terdiri dua bagian, yaitu mutu buah dan

(23)

terhadap kualitas mutu buah adalah tingkat kematangan buah dan gagang

panjang pada TBS sebanyak 200 TBS. Pengamatan mutu hancak meliputi

kebersihan hancak panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil

sampele tiga pemanen dalam satu kemandoran dalam tiga hari sebagai

ulangan pada dua kemandoran.

7) Pelaksanaan Panen

Pengamatan pelaksanaan panen dengan cara mengikuti kegiatan panen dari

apel pagi hingga buah diangkut ke TPH dan melakukan wawancara kepada

mandor/Asisten kebun mengenai standar operation procedur (SOP) panen.

8) Transportasi Panen (TBS)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti salah satu tim transport

panen dari proses pengangkutan di TPH hingga proses pengangkutan TBS

hingga ke pabrik.

9) Penetapan sistem dan rotasi panen

Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dengan cara

wawancara langsung kepada asisten kebun atau mandor kebun.

10)Basis dan Premi Panen

Data mengenai basis dan premi pemanen didapat dengan cara wawancara

kepada pekerja, mandor, atau asisten kebun.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis

secara deskriptif dan kuantitaif menggunakan norma kerja yang berlaku. Analisis

deskriptif merupakan perbandingan hasil pengamatan di lapangan dengan norma

(24)

KEADAAN UMUM

Letak Geografi

Lokasi Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation

secara administratif terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir,

Propinsi Riau. Lokasi Kebun Mandah berada pada Bujur Timur 1030 28' 28" –

1030 34' 34" dan Lintang 00 05' 41" – 00 09' 40". Kebun Mandah dari Batam dapat

ditempuh melalui darat menuju Pelabuhan Sekupang selama 30 menit, kemudian

melalui laut menuju Pelabuhan Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan speed boat menuju Kebun Mandah kurang lebih selama 1 jam. Kebun Mandah juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui

Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir melalui sungai menggunakan

speed boat selama 4 - 6 jam. Peta Kebun Mandah terdapat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Mandah berdasarkan data curah hujan enam tahun

terakhir termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah

hujan tahunan kebun Mandah adalah 2 525 mm/tahun. Data curah hujan disajikan

pada Lampiran 5.

Jenis tanah di areal Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati tergolong

tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah ultisol 0 %, insepsol 0 %,

dan histosol 100 %. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan

mudah terjadi erosi atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena

ombak. Kedalaman tanah gambut di kebun Mandah berkisar lebih dari 3 m.

Derajat kemasaman (pH) tanah di Kebun Mandah rata-rata 2.93 yang

menunjukkan bahwa tanah gambut di kebun Mandah merupakan tanah dengan

kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun

(25)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah secara umum adalah tanaman

menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1996 - 2005. Bibit kelapa sawit yang

ditanam di Kebun Mandah berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga

samasisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha).

Produksi Kebun Mandah berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan dari tahun 2005 sampai 2010. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh

bahan tanaman, pemeliharaan tanaman, luas areal, pokok produktif per hektar,

berat tandan rata-rata (BTR) yang meningkat setiap tahun pada tanaman kelapa

sawit juga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi. Produksi Kebun

Mandah juga terjadi fluktuasi produksi tiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh

kerapatan buah, tenaga kerja, dan curah hujan.

Tabel 1. Produksi Kebun Mandah Tahun 2006-2010

Bulan Aktual Produksi

(26)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal Kebun Mandah sampai tahun 2012 adalah 5 040 ha yang terdiri

dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 4 111 ha, dan luas areal yang tidak

ditanami 929 ha. Kebun Mandah dibagi menjadi lima divisi areal pertanaman dan

tiap divisi terbagi beberapa blok tanam. Luas areal masing-masing yaitu Divisi I

seluas 832 ha dibagi dalam enam blok, Divisi II seluas 822 ha dibagi dalam enam

blok, Divisi III seluas 784 ha dibagi dalam enam blok, Divisi IV seluas 819 ha

dibagi dalam tujuh blok, dan Divisi V seluas 854 ha dibagi dalam tujuh blok.

Areal yang tidak ditanami merupakan areal prasarana seperti emplasment, kanal,

dan areal konservasi yang keseluruhan sebesar 8.47 % dari total areal Kebun

Mandah. Luas areal dan tata guna lahan di Kebun Mandah dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Tata Guna Lahan Kebun Mandah

(27)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Kebun Mandah terdiri dari seorang estate manager yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun.

Estate Manager membawahi seorang senior asisten, lima asisten divisi, seorang asisten traksi, satu asisten Quality Asurance (QA), dan seorang kepala seksi (Kasie). Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja

seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi.

Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur

organisasi Kebun Mandah dapat dilihat pada Lampiran 6.

Ketenagakerjaan di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati terdiri

atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan

sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri dari estate manager, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan

kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri atas syarat kerja

umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor,

SKU kontrak, dan karyawan harian lepas (KHL).

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan

manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.

Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika

tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,

gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.

Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,

mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan

peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor

(28)

pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang

mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten

dibantu oleh kerani divisi.

Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor

besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang

bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal

pendukung yang berasal dari luar kebun.

Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor

panen, kerani divisi, mandor perawatan dan kerani panen. Kepala gudang bertugas

untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun

serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan

aktivitasnya dibantu oleh beberapa karyawan gudang.

Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan

sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang

membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan

kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang

dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan

dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi

kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana.

Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan

produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak

dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor

besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan

kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan

jatah beras pada karyawan.

Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan

instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan,

mem-berikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam

buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja

(29)

Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan

yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari

panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP). Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang

selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.

Pengelolaan Tenaga Kerja Harian

Kegiatan setiap hari dimulai pukul 05.30 WIB, yang diawali dengan apel

pagi di setiap divisi. Asisten divisi memimpin kegiatan apel pagi dengan

mengarahkan para mandor tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu

serta mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari sebelumnya, tetapi

sebelum asisten, Mandor I yang membuka dan memulai apel pagi tersebut.

Mandor I juga bertugas menggantikan asisten memimpin apel pagi jika asisten

berhalangan karena tugas keluar ataupun sakit. Seluruh kegiatan di lapangan

dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 14.00 WIB, terkecuali hari Jum’at

kegiatan diakhiri pukul 12.00 WIB.

Setiap asisten divisi membawahi seorang mandor I, satu orang kerani

divisi, dan 6 supervisior (mandor dan kerani buah). Pengawasan dilakukan setiap

hari oleh asisten divisi dan mandor I. Selain melakukan pengawasan di lapangan

asisten juga mengevaluasi buku kerja mandor setiap hari. Mandor bertugas

mengabsen karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hancak

karyawan, mengawasi pekerjaan dan memberikan laporan dalam buku kerja

mandor setiap hari kerja. Laporan hasil kerja mandor dikumpulkan menjadi satu

oleh kerani divisi yang kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen kebun

pada kantor besar.

Fasilitas Sosial

Kebun Mandah menyediakan fasilitas sosial dan pendidikan yang

memadai. Fasilitas sosial yang dimiliki adalah satu unit klinik yang terletak di

pusat lokasi kebun, empat unit tempat penitipan anak yang terletak di tiap divisi,

(30)

pendidikan yang dimiliki adalah satu unit sekolah dasar swasta (SDS) bangunan

permanen dan taman kanak-kanan (TK) yang berada di pusat lokasi kebun.

Fasilitas transportasi air yang disediakan berupa bargas, pompong, dan pocay.

Bargas digunakan untuk menjemput dan mengantar siswa sekolah yang digunakan

oleh Divisi III, Divisi IV, dan Divisi V. Pompong digunakan untuk mengantar

siswa SLTP ke luar Kebun Mandah yang berada di Nusa Perkasa Estate. Pocay merupakan transportasi yang digunakan oleh divisi yang jauh dari pusat kebun

seperti Divisi IV dan V untuk antar jemput staf dalam kebun, mengantar

karyawan atau keluarga karyawan yang sakit untuk berobat ke poliklinik, dan

keperluan umum yang lain. Selain itu juga terdapat kelompok kesenian kuda

(31)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik dalam

waktu yang lama dan umumnya tersebar di sepanjang pantai. Tanah gambut

umumnya juga disebut sebagai tanah daun. Untuk mencapai produktivitas yang

optimal di lahan gambut, maka pengelolaannya memerlukan standarisasi

teknologi dan kultur-teknis khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Dalam

peningkatan efektifitas operasional di lahan gambut diperlukan paket teknologi

yang terintegrasi mulai dari sistem pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan

tanaman, transportasi dan pengelolaan produksi.

Aspek Teknis

Kegiatan teknis yang dilakukan penulis di Divisi V Kebun Mandah adalah

sebagai KHL selama 3 minggu, yang dalam pelaksanaannya penulis bekerja

sebagai KHL yang sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan teknis sebagai

KHL dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman mulai dari

rawat piringan kimia, rawat gawangan kimia, rawat gawangan manual,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, mounding, water mangement, dan panen.

Kegiatan dimulai dengan mengikuti apel karyawan lapangan, dimulai

pukul 06.00 - 06.30 WIB yang dipimpin masing-masing mandor. Pada saat apel

karyawan, para mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan pengarahan

jika ada pengalihan kegiatan, membagi hancak, dan volume pekerjaan.

Pelaksanaan di lapangan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00

WIB. Jurnal kegiatan di lapangan sebagai KHL, pendamping mandor dan

penanggung jawab sementara asisten divisi terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah merupakan tanaman yang telah

menghasilkan sehingga pemeliharaan tanaman berpusat pada tanaman

(32)

sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit, disamping

kondisi lingkungan dan potensi genetik. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa

sawit menghasilkan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tanaman,

mempermudah pekerjaan pemanenan, mempermudah kontrol di lahan serta

pemupukan akan lebih efektif dan efisien.

Rawat Gawangan Manual. Rawat gawangan manual adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara

membabat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengendalikan gulma di gawangan mati

yang dapat menghalangi kegiatan pemupukan, pemanenan, dan menghindari

persaingan hara dengan kelapa sawit, serta mempermudah pengawasan. Norma

pekerjaan rawat gawangan manual adalah ± 1 ha/HK.

Jenis gulma yang dominan di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut

adalah Nephrolepis biserata, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, dan Mikania micrantha.

Pendongkelan Kentosan. Pendongkelan kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan membuang tanaman sawit liar yang

tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama yang terdapat di piringan dan

gawangan. Sawit liar dicabut bertujuan agar penyerapan hara oleh tanaman kelapa

sawit utama tidak terganggu dan juga mencegah terbentuknya pokok ganda. Biaya

pemeliharaan kegiatan dongkel kentosan tidak dimasukkan dalam budget

anggaran bulanan pemeliharaan sehingga kegiatan ini dilakukan pada saat

kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan.

Pengendalian Gulma Secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimiawi di Kebun Mandah menerapkan

sistem kerja Block Spraying System (BSS). Sistem kerja BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga

akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk

meningkatkan output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan.

(33)

1. Mengikuti antrian pagi dengan Mandor Semprot pada jam 06.00 WIB

2. Menerima instruksi/pengarahan kerja dari Mandor Semprot tentang teknis

kerja dilapangan.

3. Mengambil dan mengecek alat semprot masing-masing ke gudang divisi.

4. Mengambil bahan semprot (racun herbisida) sesuai dengan rencana kerja,

yang sudah dilakukan percampuran 1:1 atau Bahan herbisidi 50 %. Sebelum

di bawa kelapangan.

5. Mengenakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap (baju lengan panjang,

celana panjang, clemek, kaca mata, masker, topi dan satung tangan karet).

6. Mengenakan sepatu harus berada di dalam celana panjang demikian juga

dengan mengenakan sarung tangan didalam lengan baju panjang.

7. Pada saat kerja, penyemprotan harus searah dengan arah angin.

8. Pada saat jam istirahat makan, alat APD dan racun dijauhkan minimal 10 m

dari tempat istirahat dan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun

cuci yang telah disiapkan.

9. Melaksanakan penyemprotan dengan radius > 2 m.

10.Mencabut kentosan langsung sebanyak minimal 50 kentosan untuk

digunakan sebagai absensi.

11.Selesai menyemprot,seluruh alat semprot dicuci dan di simpan dalam

kondisi yang bersih di gudang divisi dan diatur rapi.

12.Ganti baju seragam kerja dengan pakaian yang bersih sebelum kembali

kerumah masing-masing.

Semprot Gawangan, Piringan dan Tempat pengumpulan Hasil (TPH)

Gawangan merupakan lorong baris diantara jalur kelapa sawit yang terdiri

dari gawangan hidup dan gawangan mati. Gawangan hidup berfungsi sebagai

pasar pikul atau jalan pengangkutan buah dari pohon ke TPH. Pengendalian

gulma pada gawangan yang dilakukan secara kimia menggunakan alat semprot

knapsack sprayer RB15 dengan kapsitas 15 l/tangki dalam pengaplikasiannya. Tujuannya adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari,

menekan populasi hama, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke

(34)

Semprot gawangan ini menggunakan herbisida Audit dengan bahan aktif

Glyphosate isopropylamine, Meta Prima berbahan aktif metil metsulfuron 20 %, dan Starane berbahan aktif metil heptil ester atau fluroksipir. Audit dan Starane merupakan herbisida yang bersifat sistemik, berbentuk larutan dalam air yang

berfungsi untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar, sempit dan teki.

Konsentrasi yang digunakan untuk Audit adalah 4 cc/ l air atau sekitar 60

cc/tangki sedangkan Starane adalah 0.68 cc/ l air. Alat yang digunakan adalah RB

15 dengan kapasitas 15 liter. Meta prima merupakan herbisida pra dan purna

tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan, dan

berbahan aktif metil metsulfuron 20 % yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Cara pengaplikasian meta prima

terlebih dahulu melarutkan bahan dan air. Aplikasi di lapangan Kebun Mandah

dengan cara mencampur Audit dengan Starane atau Audit dengan Meta prima.

Pengendalian gulma berlilin digunakan herbisida dengan merk dagang

“Kenlon” yang merupakan herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekatan, berwarna coklat terang, dan berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l. Cara aplikasi bisa dengan cara penyemprotan dengan konsentrasi 4 cc/l atau dengan

cara gulma ditebas hingga kulitnya mengelupas sampai terlihat kambium

dilanjutkan dengan mengoleskan herbisida pada anak kayu tersebut.

Semprot piringan dan TPH merupakan pengendalian gulma menggunakan

bahan kimia dan dosis yang sama dengan kegiatan semprot gawangan akan tetapi

pengendalian dilakukan di sekitar piringan pokok kelapa sawit dan tempat

pengumpulan hasil. Tujuannya adalah mempermudah pemanenan, mengurangi

kompetisi unsur hara dan air, sanitasi terhadap hama dan penyakit, mempermudah

pengontrolan pekerjaan, dan membersihkan tempat pengumpulan buah.

Pelaksanaan penyemprotan diatur oleh mandor dengan sistem ancak

giring. Penyemprot masuk dari jalur tanaman pada pasar rintis dan menyemprot

piringan setiap pokok dengan radius > 2 m sampai parit tersier. Gulma disemprot

sampai basah agar racun bereaksi dengan cepat. Kegiatan penyemprotan sering

terhalang dengan hujan sehingga penyemprotan dilakukan pada saat cuaca cerah

(35)

Rotasi yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia adalah 4

bulan. Norma pekerjaan semprot gawangan adalah ± 3 ha/HK. Kegiatan ini

memiliki mobilisasi yang cepat sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan

pengorganisasian kerja dan transportasi sendiri. Hal ini dilakukan agar semua

pekerjaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Pemupukan

Tanah gambut di Kebun Mandah termasuk gambut ombrogen karena

terbentuk dari curah hujan yang airnya tergenang. Hara yang ada di tanah gambut

menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena dipengaruhi pH yang rendah dan

kelat. Pemupukan merupakan suatu usaha untuk mempertahankan,

mengendali-kan, dan meningkatkan kesuburan tanah. Efektifitas dan efisiensi pemupukan

ditentukan enam faktor sebagai berikut jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan

pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi, dan tempat diaplikasikan.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pemupukan, yaitu

persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja, sarana transportasi serta

alat-alat aplikasi pupuk yang sudah dikalibrasi. Kebun Mandah dalam pelaksanaan

pemupukan berdasarkan anjuran rekomendasi pemupukan yang dibuat oleh

Minamas Reserch Center (MRC) yang berdasarkan hasil analisis sampel daun/

leaf sample unit (LSU). Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Mandah adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro yang digunakan NPK Peat Kay,

sedangkan pupuk mikro yang digunakan CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4. Dosis

pemupukan untuk pupuk makro (Peat Kay) adalah 3 - 3.5 kg/pokok sedangkan

untuk dosis pupuk mikro adalah 250 g/pokok.

Program pemupukan makro di Kebun Mandah dilakukan dua kali dalam

setahun yaitu pada semester satu dimulai pada bulan Juli – Desember dan

semester dua pada bulan Januari-Juni, sedangkan pada pupuk mikro dilakukan

satu kali dalam satu tahun.

Penerapan kegiatan pemupukan di Kebun Mandah dengan cara Block Manuring System (BMS) yaituprogram implementasi pemupukan yang dilakukan secara simultan dari pokok ke pokok dan dari blok ke blok dengan tenaga

(36)

Tujuannya adalah mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan

produktifitas yang lebih tinggi.

Sistem operasi BMS di Kebun Mandah meliputi :

1. Pembagian Hancak kelompok kerja pupuk (KKP) yang diatur berurutan

dan tidak saling overlapping sehingga waktu mobilisasi lebih singkat,

2. Sistem pengeceran material pupuk yang dilakukan oleh tenaga pengecer

secara khusus

3. Sistem operasi penaburan pupuk dilakukan secara sambung menyambung

(simultan) dan tanpa terputus, sehingga aplikasi dapat lebih merata,

4. Model pengawasan yang dilakukan oleh mandor pupuk lebih fokus dan

mudah

5. Teknis pembagian hancak KKP yang dilakukan oleh mandor sesuai

dengan norma kerja pemupukan

Jenis pekerjaan pemupukan terbagi menajadi penguntilan, pengecer pupuk

ke lapangan, pelangsir, dan penabur. Kebutuhan jumlah tenaga harus pasti dan

sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Norma prestasi pemupukan untuk

penabur adalah 2 – 3.5 ha/HK atau 350 - 500 kg/HK untuk pemupukan mikro dan

1.5 – 2 ton/HK pada pemupukan makro.

Gambar 1. Model Pergerakan Tim Pupuk dalam Aplikasi

Leaf Sample Unit (LSU). LSU merupakan pengambilan contoh daun kelapa sawit yang akan dianalisa untuk penentuan dosis rekomendasi pemupukan.

Hasil analisa daun merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi.

Telah diketahui bahwa ketelitian dan ketepatan hasil analisa daun terutama sekali

(37)

tergantung dari cara pelaksanaan pengambilan sampel daun yang benar di

lapangan. Metode yang dipakai tidak selalu sama untuk setiap LSU tergantung

pada luas dan bentuk areal LSU. Pada prinsipnya dalam satu LSU terdapat pohon

sample antara 28 – 50 pohon. Daun contoh diambil dari dari pelepah nomor 17

(Gambar 2). Pedoman umum untuk penentuan jumlah pohon sampel LSU

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Pohon Sampel LSU

Luas (ha) Sistem

(pokok x baris) Jumlah Pohon Sampel

10 - 11 7 x 6 30

12 - 14 8 x 7 30

15 - 16 10 x 7 30

17 - 18 10 x 8 30

19 10 x 9 30

20 - 21 11 x 8 30

22 - 23 11 x 9 30

24 - 25 11 x10 30

26 12 x 9 30

27 12 x10 30

28 - 30 12 x11 30

31 - 40 12 x11 31-40

>40 12 x11 >40

Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah 2012

(38)

Pembumbunan (mounding)

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan melakukan pembumbunan

pokok dengan tanah di sekitarnya disebut mounding. Penurunan permukaan tanah pada lahan gambut menyebabkan terjadinya akar gantung pada pokok tanaman

sehingga tidak kuat untuk menahan tanaman. Tujuan dari pembumbunan ini untuk

menumbuhkan akar pada batang kelapa sawit untuk memperkuat pokok tanaman

dan mengoptimalkan penyerapan hara pada tanaman sehingga berpengaruh pada

produksi buah kelapa sawit. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 7

pokok/HK. Gambar kegiatan mounding dapat dilhat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembumbunan (mounding)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang sering menyerang di Kebun Mandah seperti

hama ulat api dan kantong, tirathaba, rayap, ganoderma, dan tikus. Tujuan utama

tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk

menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan.

Pengendalian secara kimia adalah merupakan pilihan terakhir, apabila

diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan

produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan

menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih

diprioritaskan. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk

(39)

serangan, ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas

waktu yang tersedia untuk pengendalian.

Hama tikus selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, juga

memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang

sudah matang sehingga dapat menurunkan produksi. Serangan tikus di Kebun

Mandah belum berdampak pada hasil produksi akan tetapi pengendalian

menggunakan musuh alami dilakukan di Kebun Mandah dengan pembuatan

rumah burung hantu (Tyto alba).

Ulat Tirathaba sp. merupakan hama yang menyerang pada buah muda kelapa sawit. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotoran ulat dan

remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh air liurnya di sekitar

buah. pengendalian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara sanitasi dan secara

kimia apabila sudah termasuk kategori serangan berat.

Hama rayap (Captotermes sp.) selain menyerang bibit di pembibitan, juga menyerang tanaman kelapa sawit TBM maupun TM terutama di areal gambut

serangan hama rayap merupakan masalah yang serius dan perlu penanggulangan

secara rutin. Tanaman yang terserang rayap ditandai oleh adanya lorong rayap

yang terbuat dari tanah yang berada di permukaan batang yang mengarah ke

bagian atas. Daun terlihat pupus layu dan kering. Hal ini menandakan serangan

sudah mengarah ke titik tumbuhnya. Upaya pengendalian saat ini lebih ditekankan

untuk membunuh rayap yang menyerang pohon kelapa sawit dengan

pengendalian secara kimia, serta mengisolasi pohon yang terserang agar hubungan

antara pohon dengan sarang rayap dapat diputus.

Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit disebabkan

oleh jamur Ganoderma boninense. Pencegahan sebaran penyakit dalam kebun yaitu dengan sensus pokok dan pembongkaran pokok. Metode sensus penyakit

Ganoderma, yaitu dengan melakukan pengecekan setiap pokok pada blok. Pekerjaan sensus dilakukan oleh tim sensus yang sudah mendapatkan pelatihan.

(40)

Tabel 4. Hasil Sensus Ganoderma Divisi II Kebun Mandah

Blok Jumlah Pokok

Pokok Sensus Terserang

Serangan Ringan

Serangan

Berat Mati

Pokok % Pokok % Pokok % Pokok %

G020 6074 196 3.2 114 1.9 51 0.8 31 0.5

G020 6074 112 1.8 54 0.9 46 0.8 12 0.2

G020 6074 267 4.4 149 2.5 75 1.2 43 0.7

Total 18 222 575 3.2 317 1.7 172 0.9 86 0.5 Sumber : Pengamatan lapangan 2012

Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit (a) Ganoderma boninense, (b)Rayap (Captotermes sp.),(c) Tirathaba sp.

Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat pemakan daun

kelapa sawit telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan

terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat serangan tersebut menyebabkan c

(41)

kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap

penurunan produksi.

Pelaksanaan early warning system untuk deteksi hama dan penyakit secara dini, merupakan tindakan yang mendukung pelaksanaan pengendalian hama

secara terpadu atau disebut Intergrated Pest Management (IPM).

Sensus hama ulat api dan ulat kantong. Kegiatan pengendalian hama ulat api dan ulat kantong didasarkan pada hasil sensus. Kegiatan sensus ulat api

dilakukan untuk mengetahui populasi hama atau jumlah larva per pelepah. Hal ini

mengetahui apakah serangan hama sudah mencapai batas ambang ekonomi.

Kegiatan sensus ulat api dan ulat kantong dilakukan dalam satu waktu untuk

menghemat biaya dengan prosedur kegiatan sebagi berikut :

1. Metode dimulai dari arah barat selatan baris ke 3 dan bergerak dari

arah barat ke timur

2. TS pertama dimulai pada pokok ke-3 dan seterusnya 11 pokok dari

pokok pertama

3. Dan berpindah 11 baris dari baris pertama

4. Titik sampel harus membentuk mata 5 pada pokok di sekitarnya.

5. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke 17.

6. Pelepah diangkut ke pasar pikul untuk diamati jumlah hama ulat dan di

catat dalam formulir sensus HPT

Pengendalian secara biologi. Pengendalian secara biologi yang dilakukan di Kebun Mandah dengan cara menanam tanaman bermanfaat/beneficial Plant yang dapat dapat menekan populasi hama dengan memotong siklus hidup hama

ulat api. Tanaman benficial plant yang digunakan adalah Turnera subulata, Cassia cobanensis, dan Antigonon leptopus. Tanaman beneficial plant dibudidayakan dalam bentuk bedengan berukuran 4 m x 5 m di pinggiran kanal.

Kegiatan ini dilakukan oleh tim perawatan. Norma kerja yang ditetapkan 12

(42)

Gambar 5. Tanaman Beneficial Plant (a) Turnera subulata, (b) Bedengan, (c) Antigonon leptopus, (d) Cassia cobanensis.

Water Management

Water management adalah kegiatan pengaturan air agar tanaman tidak mengalami kekurangan air (defisit) maupun kelebihan air (over balance) sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah

mempertahankan tinggi permukaan air/water level 50 cm – 70 cm dibawah permukaan tanah (dpt). Dengan water management yang baik maka memberikan

kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, mencegah

terjadinya irreversible drying (kerusakan gambut karena kekeringan yang tidak dapat mengikat air kembali / gambut mati), memperlancar transportasi TBS dan

logistik, meningkatkan efektifitas pemupukan, menekan perkembangan hama dan

penyakit, mencegah bahaya kebakaran, dan ketersediaan air untuk karyawan dan

PKS. Peta water management dan zoning di Kebun Mandah dapat dilihat pada

Lampiran 7.

b a

(43)

Perawatan kanal. Perawatan kanal merupakan kegiatan pemeliharaan agar kanal dapat selalu berfungsi secara optimal, baik untuk tanaman maupun

transport, memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air,

mencegah terganggunya kipas baling-baling kendaraan air. Kegiatan

pemeliharaan yang dilakukan di jalur transportasi seperti gulma air, karung pupuk,

tandan buah yang jatuh ke kanal tak terangkut, dan pendalaman kanal

menggunakan alat berat. Kegiatan pembersihan dilakukan oleh karyawan dengan

biaya yang dianggarkan 16 HK/bulan. Perawatan kanal dengan pendalaman kanal

dilakukan dengan alat berat berupa exavator yang rencana pelaksanaan sebanyak 30 % total kanal per tahun.

Gambar 6. Pembersihan Kanal Cabang (KCB)

Water Level Control. Water level control adalah pengaturan tata air sehingga sasaran elevasi 50 cm – 70 cm dpt dapat dicapai. Pengaturan tata air

tersebut perlu dibangun water gate, emergency gate, dan over flow bund. Untuk mengetahui ketinggian muka air tanah, pengukuran dilakukan dengan alat berupa

meteran pipa yang sudah terpasang pada setiap titik kanal per divisi. Penulis

melakukan pengamatan setiap hari dengan cara pengecekan pada pipa yang

memiliki ukuran pada setiap kanal dan melaporkan ke kantor besar untuk dicatat

(44)

Gambar 7. Grafik Level Air Bulan Februari 2012

Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kondisi tinggi permukaan air

di kanal Kebun Mandah masih terkontrol dengan tinggi permukaan air 50 – 80

dpt. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air dalam kebun sangat baik. Tinggi

permukaan air pada kanal yang tinggi akan menyebabkan air meluap ke

permukaan sehingga terjadi kebanjiran. Kondisi tersebut menghambat pemanen

dalam pengangkutan TBS ke TPH. Kondisi lahan saat terjadi luapan air dapat

dilihat pada Gambar 8.

(45)

Panen

Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian

produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak

panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai

standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Persiapan Panen

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan

pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga

potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja

(Pahan, 2010). Proses panen akan berjalan dengan baik apabila pemeliharan

prasarana panen terlaksana dengan baik seperti perawatan Tempat Pengumpulan

Hasil (TPH), pembuatan dan perawatan pasar rintis, pembersihan pokok piringan,

pembersihan kanal, dan menjaga lever air pada kebun sehingga pada musim

kemarau tidak terjadi kekeringan yang mengganggu transportasi buah.

Pelaksanaan Panen

Kegiatan panen dimulai dari apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen

dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dengan absesensi

kehadiran dan memberikan pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan

dilakukan atau evaluasi hasil kegiatan panen kemarin. Pelaksanaan panen di

Kebun Mandah mengikuti kaidah Sapta Displin Potong buah yang berisi :

1. Buah matang dipanen semua

2. Tidak memanen buah mentah

3. Seluruh brondolan dikutip bersih

4. Pelepah disusun rapi dan dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”

5. Buah diantrikan dan disusun rapi di TPH dan diberi tanda

6. Pelepah sengkleh tidak ada

(46)

Sistem Panen dan Rotasi Panen

Sistem panen yang digunakan di Divisi V Kebun Mandah adalah Block Harvesting System non Division Of Labour (BHS DOL). Sistem BHS non-DOL merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang

terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana

penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya

oleh pemanen.

Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali

ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Rotasi panen yang berlaku di Kebun

Mandah yaitu dalam satu minggu terdapat enam hari kerja, sehingga dalam satu

bulan setiap seksi di panen sebanyak empat kali. Seksi panen yang diterapkan di

Kebun Mandah yaitu 6 seksi setiap divisi. Penetapan seksi panen berdasarkan

perhitungan jam kerja dan jumlah hari panen dalam seminggu, areal yang siap

dipanen, dan jarak blok ke perumahan (Gambar 9).

(47)

Kriteria Matang Panen

Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk kandungan minyak yang

paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan

meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena

buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB

sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen

agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak

dalam daging buah maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kriteria matang panen yang digunakan

di Kebun Mandah adalah lima brondolan yang telah jatuh membrondol secara

alami dari tandan di piringan. Pengamatan yang dilakukan adalah tingkat

kematangan buah meliputi jumlah brondolan yang jatuh (Tabel 5).

Tabel 5. Kriteria Panen pada Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Mandah Berdasarkan Jumlah Brondolan yang Lepas dari Tandan

Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan

0 – 5 Buah Mentah ( Un Ripe ) 6 – 9 Buah Mengkal (Under Ripe )

> 10 Buah Masak ( Ripe )

> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch ) Sumber : Kantor Divisi V Kebun Mandah 2012

Angka Kerapatan Panen

Angka Kerapatan Panen (AKP) adalah perkiraan jumlah tandan matang di

suatu areal/blok yang dapat dipanen dalam satuan persen. Tujuannya adalah untuk

memperkirakan produksi harian yang akan dipanen pada areal tersebut esok.

Persentase AKP diperoleh dengan menggunakan rumus :

AKP =

Gambar

Tabel 1. Produksi Kebun Mandah Tahun 2006-2010
Tabel 2. Tabel 2. Tata Guna Lahan Kebun Mandah
Tabel 3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Pohon Sampel LSU
Gambar 3. Pembumbunan (mounding)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca mengenai model pembelajaran aktif dengan strategi giving questions and getting answers

Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi rumah sakit yaitu dapat digunakan sebagia acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khusunya dengan

Dengan adanya kegiatan DISIMP II ini fungsi-fungsi fasilitas jaringan dan bangunan irigasi khususnya pada Daerah Irigasi Gadon air dapat mengalir optimal masuk ke jaringan

Studi pendahuluan yang kedua dilakukan kepada sebuah keluarga masih di kota yang sama dengan responden pertama. Keluarga ini memiliki 3 putra-putri. Anak

Karya Pop-up pada lembar halaman 4 ini terfokus pada tengah halaman yakni tampilan bentuk Pop-up tiga dimensi rumah Mbok Rondo yang telah di kepung oleh prajurit Raja

Pengawas Intern akan berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, artinya bahwa semakin tinggi sikap Independensi, Keahlian Profesional, dan

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan