• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies :

1. E. gueneensis Jacq.

2. E. Oliefera (H.B.K) Cortes 3. E. Odora

Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordial (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa) (Pahan, 2010).

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 0C dengan suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kissaran 50 – 90 % (optimalnya pada 80 %). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah > 100 cm. kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pH 5.0 – 6.0 namun kalapa sawit

masih toleran terhadap pH < 5.0 misalnya pada pH 3.5 - 4.0 (pada tanah gambut) (Sugiyono et al., 2003).

Panen

Kelapa sawit umumnya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan masak pada 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya, hal ini disebut dengan istilah membrondol (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang bisa digunakan adalah apabila bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg (Untung, 2009).

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Persiapan Panen

Dalam mengahadapi masa panen, segala sesuatunya harus disiapkan dengan baik. Tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan angkutan hasil (pasar pikul) perlu diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan

hasil panen dari kebun ke pabrik, sehingga pemanenan berjalan lancar. Pada areal kebun yang topografinya miring perlu dibuat tangga untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti dodos atau egrek (arit bergagang bambu yang panjang) dan peralatan-peralatan lainnya yang diperlukan (Setyamidjaja, 2006).

Kriteria Panen

Panen yang tepat bertujuan untuk mendapatkan kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah tanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan.

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna beta karoten. Setelah warna merah atau oranye tercapai berarti minyak sawit yang terkandug dalam daging buah telah mencapai maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya.

Sudah lazim bahwa kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buat sawit yang sudah jatuh. Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang jatuh sebanyak 10 buah untuk tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk tanaman tua menghasilkan (Sunarko, 2007).

Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan jarak waktu antara suatu panen dengan panen berikutnya. Rotasi panen mempengaruhi transportasi dan pengolahan di PMKS. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat merangsang pemanen untuk memanen buah

mentah (demi mengejar siap borong). Fenomena tersebut dikarenakan pada saat itu kerapatan buah matang telah menurun.

Upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor afdelling, disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah borongan dan persentasi borong, serta curah hujan (Pahan, 2010).

Sistem Hancak Panen

Sistem hancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dua yaitu hancak tetap dan giring. Hancak tetap adalah setiap pemanen diberikan hancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Hancak giring adalah setiap pemanen diberikan hancak per baris tanamn dan digiring bersama-sama.

Kelebihan sistem hancak tetap adalah setiap pemanen bertanggung jawab terhadap hancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya, sedangkan sistem hancak giring adalah pelaksanaan panen lebih cepat dan buah buah cepat sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah terlambat sampai di TPH sedangkan sistem hancak giring adalah setiap pemanen selalu mencari buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya lebih sulit (Koedadiri et al., 2003).

Kerapatan Panen

Menurut Koedadiri et al. (2003) kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen (AKP) dan jumlah pemanen. Perhitungan ramalan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau P = AKP x RBT x JP, AKP = jumlah

tandan matang/jumlah pohon yang diamati, sedangkan jumlah pemanen = ramalan produksi/prestasi pemanen.

Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu:

a. Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut. b. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan

selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati.

Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

- Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang tertinggal di pohon atau di piringan.

- Untuk tanaman yang masih rendah, gagang tandan di potong dengan dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi gagang tandan di potong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun dipotong sependek mungkin.

- Pelepah daun yang jatuh dipotong tiga dan ditaruh digawangan dengan posisi terlungkup.

- Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya. - Gagang tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.

- Tandan buah dikumpulkan pada tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun 5 – 10 tandan per baris, gagangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.

Mutu Panen

Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi/ton TBS per hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal, dan mutu produksi yang baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu beberapa jam saja, bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90 – 100 oC (Setyamidjaja, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies :

1. E. gueneensis Jacq.

2. E. Oliefera (H.B.K) Cortes 3. E. Odora

Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordial (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa) (Pahan, 2010).

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 0C dengan suhu maksimum 33 0C dan suhu minimum 22 0C sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kissaran 50 – 90 % (optimalnya pada 80 %). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah > 100 cm. kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pH 5.0 – 6.0 namun kalapa sawit

masih toleran terhadap pH < 5.0 misalnya pada pH 3.5 - 4.0 (pada tanah gambut) (Sugiyono et al., 2003).

Panen

Kelapa sawit umumnya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan masak pada 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya, hal ini disebut dengan istilah membrondol (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang bisa digunakan adalah apabila bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg (Untung, 2009).

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Persiapan Panen

Dalam mengahadapi masa panen, segala sesuatunya harus disiapkan dengan baik. Tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan angkutan hasil (pasar pikul) perlu diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan

hasil panen dari kebun ke pabrik, sehingga pemanenan berjalan lancar. Pada areal kebun yang topografinya miring perlu dibuat tangga untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti dodos atau egrek (arit bergagang bambu yang panjang) dan peralatan-peralatan lainnya yang diperlukan (Setyamidjaja, 2006).

Kriteria Panen

Panen yang tepat bertujuan untuk mendapatkan kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA). Apabila pemanenan yang dilakukan lewat matang maka akan sangat merugikan karena buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak (Satyawibawa dan Widyastuti, 1999).

Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah tanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan.

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat warna beta karoten. Setelah warna merah atau oranye tercapai berarti minyak sawit yang terkandug dalam daging buah telah mencapai maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya.

Sudah lazim bahwa kriteria kematangan tandan dinyatakan dalam jumlah buat sawit yang sudah jatuh. Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang jatuh sebanyak 10 buah untuk tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk tanaman tua menghasilkan (Sunarko, 2007).

Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan jarak waktu antara suatu panen dengan panen berikutnya. Rotasi panen mempengaruhi transportasi dan pengolahan di PMKS. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat merangsang pemanen untuk memanen buah

mentah (demi mengejar siap borong). Fenomena tersebut dikarenakan pada saat itu kerapatan buah matang telah menurun.

Upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor afdelling, disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah borongan dan persentasi borong, serta curah hujan (Pahan, 2010).

Sistem Hancak Panen

Sistem hancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Sistem panen terdiri dua yaitu hancak tetap dan giring. Hancak tetap adalah setiap pemanen diberikan hancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Hancak giring adalah setiap pemanen diberikan hancak per baris tanamn dan digiring bersama-sama.

Kelebihan sistem hancak tetap adalah setiap pemanen bertanggung jawab terhadap hancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya, sedangkan sistem hancak giring adalah pelaksanaan panen lebih cepat dan buah buah cepat sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap adalah buah terlambat sampai di TPH sedangkan sistem hancak giring adalah setiap pemanen selalu mencari buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya lebih sulit (Koedadiri et al., 2003).

Kerapatan Panen

Menurut Koedadiri et al. (2003) kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen (AKP) dan jumlah pemanen. Perhitungan ramalan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau P = AKP x RBT x JP, AKP = jumlah

tandan matang/jumlah pohon yang diamati, sedangkan jumlah pemanen = ramalan produksi/prestasi pemanen.

Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu:

a. Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut. b. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan

selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati.

Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

- Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang tertinggal di pohon atau di piringan.

- Untuk tanaman yang masih rendah, gagang tandan di potong dengan dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi gagang tandan di potong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun dipotong sependek mungkin.

- Pelepah daun yang jatuh dipotong tiga dan ditaruh digawangan dengan posisi terlungkup.

- Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya. - Gagang tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.

- Tandan buah dikumpulkan pada tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun 5 – 10 tandan per baris, gagangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.

Mutu Panen

Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi/ton TBS per hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal, dan mutu produksi yang baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil kegiatan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu beberapa jam saja, bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebas dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas, buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90 – 100 oC (Setyamidjaja, 2006).

9

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Mandah PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau mulai tanggal 13 Februari 2012 sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan. Adapun kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Selama magang kegiatan harian dicatat pada jurnal harian seperti disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Kegiatan yang dilakukan pada waktu magang adalah :

1. Melakukan praktek kerja langsung di kebun.

Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh rangkaian pekerjaan di lapangan dan di kantor pada berbagai tingkat jabatan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 3 minggu, mandor selama 4 minggu, dan penanggung jawab sementara asisten selama 6 minggu. 2. Pengumpulan data primer.

Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di kebun khususnya pada aspek pemanenan dan pasca panen pada saat menjadi pendamping mandor atau pendamping asisten.

3. Pengumpulan data sekunder.

Data sekunder berupa lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan, produktivitas, stuktur organisasi perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang dibutuhkan. Data ini diperoleh melalui arsip, informasi dari kantor dan studi literatur.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan aspek khusus yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain:

1) Pembentukkan organisasi panen

Data mengenai pembentukan organisasi panen dalam kebun diperoleh dengan melakukan wawancara kepada asisten divisi.

2) Penentuan kriteria panen

Pengamatan terhadap penentuan kriteria panen dilakukan dengan cara mengikuti tiga pemanen serta melakukan wawancara dengan mandor panen. Pengamatan yang dilakukan adalah tingkat kematangan buah meliputi jumlah brondolan yang jatuh.

3) Angka kerapatan panen

Pengamatan angka kerapatan panen menggunakan Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati. Pohon contoh yang diamati sebanyak 6 % tanaman contoh/blok sebanyak 5 blok dalam 1 afdelling.

4) Taksasi Panen Harian

Perhitungan taksasi panen diperoleh dari presentase AKP dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat tandan rata-rata (BTR) blok tersebut. Penulis melaksanakan pengamatan kegiatan taksasi panen pada lima seksi panen. Taksasi panen dilakukan di seksi A blok H022 (132 ha), seksi B blok H021 (113 ha), seksi C blok H020 (118 ha), seksi D blok H019 (145 ha), dan seksi E blok H018 (140 ha).

5) Tenaga panen

Pengamatan terhadap jumlah pemanen dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap asisten kebun dan pengamatan langsung dengan menghitung pemanen yang ada, serta melakukan perbandingan apakah sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan perusahaan.

6) Mutu Panen

Pengamatan terhadap mutu panen terdiri dua bagian, yaitu mutu buah dan mutu hancak. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan

terhadap kualitas mutu buah adalah tingkat kematangan buah dan gagang panjang pada TBS sebanyak 200 TBS. Pengamatan mutu hancak meliputi kebersihan hancak panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampele tiga pemanen dalam satu kemandoran dalam tiga hari sebagai ulangan pada dua kemandoran.

7) Pelaksanaan Panen

Pengamatan pelaksanaan panen dengan cara mengikuti kegiatan panen dari apel pagi hingga buah diangkut ke TPH dan melakukan wawancara kepada mandor/Asisten kebun mengenai standar operation procedur (SOP) panen.

8) Transportasi Panen (TBS)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti salah satu tim transport panen dari proses pengangkutan di TPH hingga proses pengangkutan TBS hingga ke pabrik.

9) Penetapan sistem dan rotasi panen

Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada asisten kebun atau mandor kebun.

10)Basis dan Premi Panen

Data mengenai basis dan premi pemanen didapat dengan cara wawancara

Dokumen terkait