• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik dalam waktu yang lama dan umumnya tersebar di sepanjang pantai. Tanah gambut umumnya juga disebut sebagai tanah daun. Untuk mencapai produktivitas yang optimal di lahan gambut, maka pengelolaannya memerlukan standarisasi teknologi dan kultur-teknis khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Dalam peningkatan efektifitas operasional di lahan gambut diperlukan paket teknologi yang terintegrasi mulai dari sistem pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, transportasi dan pengelolaan produksi.

Aspek Teknis

Kegiatan teknis yang dilakukan penulis di Divisi V Kebun Mandah adalah sebagai KHL selama 3 minggu, yang dalam pelaksanaannya penulis bekerja sebagai KHL yang sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan teknis sebagai KHL dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman mulai dari rawat piringan kimia, rawat gawangan kimia, rawat gawangan manual, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, mounding, water mangement, dan panen.

Kegiatan dimulai dengan mengikuti apel karyawan lapangan, dimulai pukul 06.00 - 06.30 WIB yang dipimpin masing-masing mandor. Pada saat apel karyawan, para mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan pengarahan jika ada pengalihan kegiatan, membagi hancak, dan volume pekerjaan. Pelaksanaan di lapangan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Jurnal kegiatan di lapangan sebagai KHL, pendamping mandor dan penanggung jawab sementara asisten divisi terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah merupakan tanaman yang telah menghasilkan sehingga pemeliharaan tanaman berpusat pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu tindakan yang

sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit, disamping kondisi lingkungan dan potensi genetik. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tanaman, mempermudah pekerjaan pemanenan, mempermudah kontrol di lahan serta pemupukan akan lebih efektif dan efisien.

Rawat Gawangan Manual. Rawat gawangan manual adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengendalikan gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kegiatan pemupukan, pemanenan, dan menghindari persaingan hara dengan kelapa sawit, serta mempermudah pengawasan. Norma pekerjaan rawat gawangan manual adalah ± 1 ha/HK.

Jenis gulma yang dominan di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut adalah Nephrolepis biserata, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, dan Mikania micrantha.

Pendongkelan Kentosan. Pendongkelan kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan membuang tanaman sawit liar yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama yang terdapat di piringan dan gawangan. Sawit liar dicabut bertujuan agar penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit utama tidak terganggu dan juga mencegah terbentuknya pokok ganda. Biaya pemeliharaan kegiatan dongkel kentosan tidak dimasukkan dalam budget anggaran bulanan pemeliharaan sehingga kegiatan ini dilakukan pada saat kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan.

Pengendalian Gulma Secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimiawi di Kebun Mandah menerapkan sistem kerja Block Spraying System (BSS). Sistem kerja BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan.

Secara umum Standar Operation Procedur pelaksanaan pengendalian secara kimia (tim Chemist) sebagai berikut:

1. Mengikuti antrian pagi dengan Mandor Semprot pada jam 06.00 WIB

2. Menerima instruksi/pengarahan kerja dari Mandor Semprot tentang teknis kerja dilapangan.

3. Mengambil dan mengecek alat semprot masing-masing ke gudang divisi. 4. Mengambil bahan semprot (racun herbisida) sesuai dengan rencana kerja,

yang sudah dilakukan percampuran 1:1 atau Bahan herbisidi 50 %. Sebelum di bawa kelapangan.

5. Mengenakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap (baju lengan panjang, celana panjang, clemek, kaca mata, masker, topi dan satung tangan karet). 6. Mengenakan sepatu harus berada di dalam celana panjang demikian juga

dengan mengenakan sarung tangan didalam lengan baju panjang. 7. Pada saat kerja, penyemprotan harus searah dengan arah angin.

8. Pada saat jam istirahat makan, alat APD dan racun dijauhkan minimal 10 m dari tempat istirahat dan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun cuci yang telah disiapkan.

9. Melaksanakan penyemprotan dengan radius > 2 m.

10.Mencabut kentosan langsung sebanyak minimal 50 kentosan untuk digunakan sebagai absensi.

11.Selesai menyemprot,seluruh alat semprot dicuci dan di simpan dalam kondisi yang bersih di gudang divisi dan diatur rapi.

12.Ganti baju seragam kerja dengan pakaian yang bersih sebelum kembali kerumah masing-masing.

Semprot Gawangan, Piringan dan Tempat pengumpulan Hasil (TPH)

Gawangan merupakan lorong baris diantara jalur kelapa sawit yang terdiri dari gawangan hidup dan gawangan mati. Gawangan hidup berfungsi sebagai pasar pikul atau jalan pengangkutan buah dari pohon ke TPH. Pengendalian gulma pada gawangan yang dilakukan secara kimia menggunakan alat semprot knapsack sprayer RB15 dengan kapsitas 15 l/tangki dalam pengaplikasiannya. Tujuannya adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH.

Semprot gawangan ini menggunakan herbisida Audit dengan bahan aktif Glyphosate isopropylamine, Meta Prima berbahan aktif metil metsulfuron 20 %, dan Starane berbahan aktif metil heptil ester atau fluroksipir. Audit dan Starane merupakan herbisida yang bersifat sistemik, berbentuk larutan dalam air yang berfungsi untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar, sempit dan teki. Konsentrasi yang digunakan untuk Audit adalah 4 cc/ l air atau sekitar 60 cc/tangki sedangkan Starane adalah 0.68 cc/ l air. Alat yang digunakan adalah RB 15 dengan kapasitas 15 liter. Meta prima merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan, dan berbahan aktif metil metsulfuron 20 % yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Cara pengaplikasian meta prima terlebih dahulu melarutkan bahan dan air. Aplikasi di lapangan Kebun Mandah dengan cara mencampur Audit dengan Starane atau Audit dengan Meta prima.

Pengendalian gulma berlilin digunakan herbisida dengan merk dagang

“Kenlon” yang merupakan herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekatan, berwarna coklat terang, dan berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l. Cara aplikasi bisa dengan cara penyemprotan dengan konsentrasi 4 cc/l atau dengan cara gulma ditebas hingga kulitnya mengelupas sampai terlihat kambium dilanjutkan dengan mengoleskan herbisida pada anak kayu tersebut.

Semprot piringan dan TPH merupakan pengendalian gulma menggunakan bahan kimia dan dosis yang sama dengan kegiatan semprot gawangan akan tetapi pengendalian dilakukan di sekitar piringan pokok kelapa sawit dan tempat pengumpulan hasil. Tujuannya adalah mempermudah pemanenan, mengurangi kompetisi unsur hara dan air, sanitasi terhadap hama dan penyakit, mempermudah pengontrolan pekerjaan, dan membersihkan tempat pengumpulan buah.

Pelaksanaan penyemprotan diatur oleh mandor dengan sistem ancak giring. Penyemprot masuk dari jalur tanaman pada pasar rintis dan menyemprot piringan setiap pokok dengan radius > 2 m sampai parit tersier. Gulma disemprot sampai basah agar racun bereaksi dengan cepat. Kegiatan penyemprotan sering terhalang dengan hujan sehingga penyemprotan dilakukan pada saat cuaca cerah agar herbisida yang digunakan tidak sia-sia.

Rotasi yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia adalah 4 bulan. Norma pekerjaan semprot gawangan adalah ± 3 ha/HK. Kegiatan ini memiliki mobilisasi yang cepat sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan pengorganisasian kerja dan transportasi sendiri. Hal ini dilakukan agar semua pekerjaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Pemupukan

Tanah gambut di Kebun Mandah termasuk gambut ombrogen karena terbentuk dari curah hujan yang airnya tergenang. Hara yang ada di tanah gambut menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena dipengaruhi pH yang rendah dan kelat. Pemupukan merupakan suatu usaha untuk mempertahankan, mengendali- kan, dan meningkatkan kesuburan tanah. Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor sebagai berikut jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi, dan tempat diaplikasikan.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pemupukan, yaitu persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja, sarana transportasi serta alat- alat aplikasi pupuk yang sudah dikalibrasi. Kebun Mandah dalam pelaksanaan pemupukan berdasarkan anjuran rekomendasi pemupukan yang dibuat oleh Minamas Reserch Center (MRC) yang berdasarkan hasil analisis sampel daun/ leaf sample unit (LSU). Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Mandah adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro yang digunakan NPK Peat Kay, sedangkan pupuk mikro yang digunakan CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4. Dosis

pemupukan untuk pupuk makro (Peat Kay) adalah 3 - 3.5 kg/pokok sedangkan untuk dosis pupuk mikro adalah 250 g/pokok.

Program pemupukan makro di Kebun Mandah dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada semester satu dimulai pada bulan Juli – Desember dan semester dua pada bulan Januari-Juni, sedangkan pada pupuk mikro dilakukan satu kali dalam satu tahun.

Penerapan kegiatan pemupukan di Kebun Mandah dengan cara Block Manuring System (BMS) yaituprogram implementasi pemupukan yang dilakukan secara simultan dari pokok ke pokok dan dari blok ke blok dengan tenaga aplikator yang terdiferensiasi jelas antara penabur dan pengecer (Gambar 1).

Tujuannya adalah mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan produktifitas yang lebih tinggi.

Sistem operasi BMS di Kebun Mandah meliputi :

1. Pembagian Hancak kelompok kerja pupuk (KKP) yang diatur berurutan dan tidak saling overlapping sehingga waktu mobilisasi lebih singkat, 2. Sistem pengeceran material pupuk yang dilakukan oleh tenaga pengecer

secara khusus

3. Sistem operasi penaburan pupuk dilakukan secara sambung menyambung (simultan) dan tanpa terputus, sehingga aplikasi dapat lebih merata,

4. Model pengawasan yang dilakukan oleh mandor pupuk lebih fokus dan mudah

5. Teknis pembagian hancak KKP yang dilakukan oleh mandor sesuai dengan norma kerja pemupukan

Jenis pekerjaan pemupukan terbagi menajadi penguntilan, pengecer pupuk ke lapangan, pelangsir, dan penabur. Kebutuhan jumlah tenaga harus pasti dan sesuai dengan luas areal yang akan dipupuk. Norma prestasi pemupukan untuk penabur adalah 2 – 3.5 ha/HK atau 350 - 500 kg/HK untuk pemupukan mikro dan 1.5 – 2 ton/HK pada pemupukan makro.

Gambar 1. Model Pergerakan Tim Pupuk dalam Aplikasi

Leaf Sample Unit (LSU). LSU merupakan pengambilan contoh daun kelapa sawit yang akan dianalisa untuk penentuan dosis rekomendasi pemupukan. Hasil analisa daun merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi. Telah diketahui bahwa ketelitian dan ketepatan hasil analisa daun terutama sekali

tergantung dari cara pelaksanaan pengambilan sampel daun yang benar di lapangan. Metode yang dipakai tidak selalu sama untuk setiap LSU tergantung pada luas dan bentuk areal LSU. Pada prinsipnya dalam satu LSU terdapat pohon sample antara 28 – 50 pohon. Daun contoh diambil dari dari pelepah nomor 17 (Gambar 2). Pedoman umum untuk penentuan jumlah pohon sampel LSU disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pedoman Umum Penentuan Jumlah Pohon Sampel LSU Luas (ha) Sistem

(pokok x baris) Jumlah Pohon Sampel

10 - 11 7 x 6 30 12 - 14 8 x 7 30 15 - 16 10 x 7 30 17 - 18 10 x 8 30 19 10 x 9 30 20 - 21 11 x 8 30 22 - 23 11 x 9 30 24 - 25 11 x10 30 26 12 x 9 30 27 12 x10 30 28 - 30 12 x11 30 31 - 40 12 x11 31-40 >40 12 x11 >40

Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah 2012

Pembumbunan (mounding)

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan melakukan pembumbunan pokok dengan tanah di sekitarnya disebut mounding. Penurunan permukaan tanah pada lahan gambut menyebabkan terjadinya akar gantung pada pokok tanaman sehingga tidak kuat untuk menahan tanaman. Tujuan dari pembumbunan ini untuk menumbuhkan akar pada batang kelapa sawit untuk memperkuat pokok tanaman dan mengoptimalkan penyerapan hara pada tanaman sehingga berpengaruh pada produksi buah kelapa sawit. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 7 pokok/HK. Gambar kegiatan mounding dapat dilhat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembumbunan (mounding)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang sering menyerang di Kebun Mandah seperti hama ulat api dan kantong, tirathaba, rayap, ganoderma, dan tikus. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia adalah merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat

serangan, ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas waktu yang tersedia untuk pengendalian.

Hama tikus selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, juga memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang sehingga dapat menurunkan produksi. Serangan tikus di Kebun Mandah belum berdampak pada hasil produksi akan tetapi pengendalian menggunakan musuh alami dilakukan di Kebun Mandah dengan pembuatan rumah burung hantu (Tyto alba).

Ulat Tirathaba sp. merupakan hama yang menyerang pada buah muda kelapa sawit. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotoran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh air liurnya di sekitar buah. pengendalian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara sanitasi dan secara kimia apabila sudah termasuk kategori serangan berat.

Hama rayap (Captotermes sp.) selain menyerang bibit di pembibitan, juga menyerang tanaman kelapa sawit TBM maupun TM terutama di areal gambut serangan hama rayap merupakan masalah yang serius dan perlu penanggulangan secara rutin. Tanaman yang terserang rayap ditandai oleh adanya lorong rayap yang terbuat dari tanah yang berada di permukaan batang yang mengarah ke bagian atas. Daun terlihat pupus layu dan kering. Hal ini menandakan serangan sudah mengarah ke titik tumbuhnya. Upaya pengendalian saat ini lebih ditekankan untuk membunuh rayap yang menyerang pohon kelapa sawit dengan pengendalian secara kimia, serta mengisolasi pohon yang terserang agar hubungan antara pohon dengan sarang rayap dapat diputus.

Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Pencegahan sebaran penyakit dalam kebun yaitu dengan sensus pokok dan pembongkaran pokok. Metode sensus penyakit Ganoderma, yaitu dengan melakukan pengecekan setiap pokok pada blok. Pekerjaan sensus dilakukan oleh tim sensus yang sudah mendapatkan pelatihan. Hasil sensus Ganoderma kegiatan penulis tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Sensus Ganoderma Divisi II Kebun Mandah Blok Jumlah Pokok Pokok Sensus Terserang Serangan Ringan Serangan Berat Mati

Pokok % Pokok % Pokok % Pokok % G020 6074 196 3.2 114 1.9 51 0.8 31 0.5 G020 6074 112 1.8 54 0.9 46 0.8 12 0.2 G020 6074 267 4.4 149 2.5 75 1.2 43 0.7 Total 18 222 575 3.2 317 1.7 172 0.9 86 0.5 Sumber : Pengamatan lapangan 2012

Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit (a) Ganoderma boninense, (b)Rayap (Captotermes sp.),(c) Tirathaba sp.

Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat serangan tersebut menyebabkan

c

kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi.

Pelaksanaan early warning system untuk deteksi hama dan penyakit secara dini, merupakan tindakan yang mendukung pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest Management (IPM).

Sensus hama ulat api dan ulat kantong. Kegiatan pengendalian hama ulat api dan ulat kantong didasarkan pada hasil sensus. Kegiatan sensus ulat api dilakukan untuk mengetahui populasi hama atau jumlah larva per pelepah. Hal ini mengetahui apakah serangan hama sudah mencapai batas ambang ekonomi. Kegiatan sensus ulat api dan ulat kantong dilakukan dalam satu waktu untuk menghemat biaya dengan prosedur kegiatan sebagi berikut :

1. Metode dimulai dari arah barat selatan baris ke 3 dan bergerak dari arah barat ke timur

2. TS pertama dimulai pada pokok ke-3 dan seterusnya 11 pokok dari pokok pertama

3. Dan berpindah 11 baris dari baris pertama

4. Titik sampel harus membentuk mata 5 pada pokok di sekitarnya. 5. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke 17.

6. Pelepah diangkut ke pasar pikul untuk diamati jumlah hama ulat dan di catat dalam formulir sensus HPT

Pengendalian secara biologi. Pengendalian secara biologi yang dilakukan di Kebun Mandah dengan cara menanam tanaman bermanfaat/beneficial Plant yang dapat dapat menekan populasi hama dengan memotong siklus hidup hama ulat api. Tanaman benficial plant yang digunakan adalah Turnera subulata, Cassia cobanensis, dan Antigonon leptopus. Tanaman beneficial plant dibudidayakan dalam bentuk bedengan berukuran 4 m x 5 m di pinggiran kanal. Kegiatan ini dilakukan oleh tim perawatan. Norma kerja yang ditetapkan 12 bedeng/HK. Gambar tanaman beneficial plant dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanaman Beneficial Plant (a) Turnera subulata, (b) Bedengan, (c) Antigonon leptopus, (d) Cassia cobanensis.

Water Management

Water management adalah kegiatan pengaturan air agar tanaman tidak mengalami kekurangan air (defisit) maupun kelebihan air (over balance) sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Kegiatan yang dilakukan adalah mempertahankan tinggi permukaan air/water level 50 cm – 70 cm dibawah permukaan tanah (dpt). Dengan water management yang baik maka memberikan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, mencegah terjadinya irreversible drying (kerusakan gambut karena kekeringan yang tidak dapat mengikat air kembali / gambut mati), memperlancar transportasi TBS dan logistik, meningkatkan efektifitas pemupukan, menekan perkembangan hama dan penyakit, mencegah bahaya kebakaran, dan ketersediaan air untuk karyawan dan PKS. Peta water management dan zoning di Kebun Mandah dapat dilihat pada Lampiran 7.

b a

Perawatan kanal. Perawatan kanal merupakan kegiatan pemeliharaan agar kanal dapat selalu berfungsi secara optimal, baik untuk tanaman maupun transport, memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air, mencegah terganggunya kipas baling-baling kendaraan air. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di jalur transportasi seperti gulma air, karung pupuk, tandan buah yang jatuh ke kanal tak terangkut, dan pendalaman kanal menggunakan alat berat. Kegiatan pembersihan dilakukan oleh karyawan dengan biaya yang dianggarkan 16 HK/bulan. Perawatan kanal dengan pendalaman kanal dilakukan dengan alat berat berupa exavator yang rencana pelaksanaan sebanyak 30 % total kanal per tahun.

Gambar 6. Pembersihan Kanal Cabang (KCB)

Water Level Control. Water level control adalah pengaturan tata air sehingga sasaran elevasi 50 cm – 70 cm dpt dapat dicapai. Pengaturan tata air tersebut perlu dibangun water gate, emergency gate, dan over flow bund. Untuk mengetahui ketinggian muka air tanah, pengukuran dilakukan dengan alat berupa meteran pipa yang sudah terpasang pada setiap titik kanal per divisi. Penulis melakukan pengamatan setiap hari dengan cara pengecekan pada pipa yang memiliki ukuran pada setiap kanal dan melaporkan ke kantor besar untuk dicatat pada laporan kondisi ketinggian air kanal.

Gambar 7. Grafik Level Air Bulan Februari 2012

Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kondisi tinggi permukaan air di kanal Kebun Mandah masih terkontrol dengan tinggi permukaan air 50 – 80 dpt. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air dalam kebun sangat baik. Tinggi permukaan air pada kanal yang tinggi akan menyebabkan air meluap ke permukaan sehingga terjadi kebanjiran. Kondisi tersebut menghambat pemanen dalam pengangkutan TBS ke TPH. Kondisi lahan saat terjadi luapan air dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kondisi Gawangan Saat Terjadi Genangan Air Kanal -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 K e ting g ian A ir d a ri p e rm u k a a n t a n a h ( c m ) MAX ACTUAL MIN 12.5 13.5 14.5 12 13 14 15 16 17 18 10.5 11.5 12.5 13.5 14.5 15.5 16.5 15 16 KCB

Panen

Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Persiapan Panen

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2010). Proses panen akan berjalan dengan baik apabila pemeliharan prasarana panen terlaksana dengan baik seperti perawatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pembuatan dan perawatan pasar rintis, pembersihan pokok piringan, pembersihan kanal, dan menjaga lever air pada kebun sehingga pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan yang mengganggu transportasi buah.

Pelaksanaan Panen

Kegiatan panen dimulai dari apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dengan absesensi kehadiran dan memberikan pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan atau evaluasi hasil kegiatan panen kemarin. Pelaksanaan panen di Kebun Mandah mengikuti kaidah Sapta Displin Potong buah yang berisi :

1. Buah matang dipanen semua 2. Tidak memanen buah mentah 3. Seluruh brondolan dikutip bersih

4. Pelepah disusun rapi dan dirumpukkan di gawangan berbentuk “U” 5. Buah diantrikan dan disusun rapi di TPH dan diberi tanda

6. Pelepah sengkleh tidak ada

Sistem Panen dan Rotasi Panen

Sistem panen yang digunakan di Divisi V Kebun Mandah adalah Block Harvesting System non Division Of Labour (BHS non-DOL). Sistem BHS non- DOL merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari dimana penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya oleh pemanen.

Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Rotasi panen yang berlaku di Kebun Mandah yaitu dalam satu minggu terdapat enam hari kerja, sehingga dalam satu bulan setiap seksi di panen sebanyak empat kali. Seksi panen yang diterapkan di

Dokumen terkait