• Tidak ada hasil yang ditemukan

:Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ":Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BANGUN

KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI

BUDI YADHIKA SARJONO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Budi Yadhika Sarjono

(4)
(5)

ABSTRAK

BUDI YADHIKA SARJONO. Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.

Magang ini dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) dari Maret sampai Juni 2014. Tujuan kegiatan ini adalah menambah pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang usaha perkebunan kelapa sawit secara umum dan pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit secara khusus. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode langsung dan tidak langsung. Penulis mengamati dominansi gulma di pasar pikul BKLE dengan parameter pengamatan yang terdiri atas spesies, frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa. Pengamatan lain adalah gejala kerusakan penyemprotan kentosan 4 minggu setelah aplikasi. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis nisbah jumlah dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif. Pasar pikul BKLE didominasi oleh Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, dan Digitaria adscendens. Penyemprotan kentosan menyebabkan banyak kentosan yang mengalami kematian namun masih ada yang tetap tumbuh.

Kata kunci:

dominansi gulma, kerusakan kentosan, nisbah jumlah dominansi, pasar pikul, piringan

ABSTRACT

BUDI YADHIKA SARJONO. Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate of PT Windu Nabatindo Abadi. Supervised by SOFYAN ZAMAN.

This intership was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE) of PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) from March to June 2014. The aim of this activity were to improve knowledge, skill, and experience about oil palm plantation in general and specifically about weed control of oil palm plantation. Collection of data and information was carried out by direct and indirect methods. The author observed weed domination in harvester path of BKLE with observation parameter consisting of species, frecuency, density, and biomass wet weight. Another observation was the damage symptom of voluntary oil palm seedlings (VOPs) spraying in the circle 4 weeks after application. The output of weed domination observation was analyzed with Summed Dominance Ratio (SDR), while VOPs spraying was analyzed descriptively. The harvester path of BKLE was dominated by Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, and Digitaria adscendens. VOPs spraying caused many VOPs dead but few keep growing.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BANGUN

KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(7)
(8)

Judul Skripsi :Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi

Nama : Budi Yadhika Sarjono

NIM : A24100003

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan laporan hasil magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Bangun Koling, PT Windu Nabatindo Abadi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Bapak Ir Sarjono Damanik, Ibu Rosnilawaty Alifia, Suci Aripurnami, dan Devita Sandra M. atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis; Bapak Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini; Bapak Dr Ir Herdhata Agusta dan Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi selaku dosen penguji. Keluarga besar Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi, terutama Bapak Syahbudin selaku Manajer Kebun dan Bapak Gunawan Setiaji selaku Asisten Divisi 2 BKLE yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 47 beserta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis amat senang menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Bogor, Desember 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Kelapa Sawit 2

Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit 3

Pengendalian Gulma 4

METODE MAGANG 4

Tempat dan Waktu 4

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 7

Letak Geografis dan Wilayah Administratif 7

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 10

Aspek Manajerial 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Dominansi Gulma 19

Teknik Pengendalian Gulma 22

Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma 26

Estimasi Biaya Pengendalian Gulma 28

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 30

RIWAYAT HIDUP 39

DAFTAR TABEL

1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE 8

2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE 9

(11)

4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014 10 5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam 20 6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua

komunitas yang berbeda 21

7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH 12 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH 13

3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate 15

4 Kegiatan panen dengan dodos 17

5 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 22 6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 31 2 Data curah hujan 2009-2013 Bangun Koling Estate, PT Windu

Nabatindo Abadi 32

3 Struktur organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 33 4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate,

PT Windu Nabatindo Abadi 34

5 Rekomendasi dosis pupuk tahun 2014 di BKLE 35 6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate,

PT Windu Nabatindo Abadi 36

7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate,

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati unggulan dan berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam memproduksi minyak kelapa sawit (MKS) karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa mikroklimat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan penambahan devisa negara.

Peningkatan pendapatan domestik bruto dan pertumbuhan penduduk dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia. Minyak kelapa sawit, sebagai salah satu minyak nabati unggulan, merupakan bahan baku utama pembuatan minyak goreng pada industri minyak goreng dan bahan baku

oleochemical utama pada industri makanan, industri shortening, dan industri farmasi (kosmetik), sehingga MKS memiliki nilai yang strategis.

Data dari Kementrian Perindustrian (2012) menunjukkan bahwa penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar minyak nabati dunia sejak tahun 2004 yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun. Tingginya permintaan akan minyak kelapa sawit di dalam dan luar negeri merupakan indikasi pentingnya produksi minyak kelapa sawit yang optimal.

Indonesia sebagai salah satu produsen MKS terbesar di dunia terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Usaha ini terlihat dari peningkatan luas areal dan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2012) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 8 992 824 ha pada tahun 2011 menjadi 9 074 621 ha pada tahun 2012 dan terus meningkat. Produktivitas MKS adalah 3.53 ton/ha pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 3.57 ton/ha pada tahun 2012.

Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit merupakan hal positif yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan yang tepat. Salah satu unsur pemeliharaan kebun kelapa sawit pada periode tanaman menghasilkan (TM) adalah pengendalian gulma.

(14)

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemamaham proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan, meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma yang terdiri dari dominansi gulma, teknik pengendalian gulma, faktor penentu keberhasilan pengendalian gulma, dan estimasi biaya pengendalian gulma.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2006), dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq.

: 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes : 3. E. odora

Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar (TBS). Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun. Adi (2010) menambahkan, kelapa sawit merupakan suatu tanaman yang menghasilkan minyak nabati sebagai hasil utamanya yang memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tinggi pohon kelapa sawit dapat mencapai 24 meter. Buah dari kelapa sawit memiliki warna merah kehitaman pada kondisi telah matang. Daging dan kulit pada buah tersebut mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai minyak goreng, peralatan kosmetik, bahan baku margarin, dan bahan baku minyak alkohol.

(15)

crude palm oil (CPO). Kedua, minyak yang berasal dari inti sawit, dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) (Pardamean 2008).

Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan (Pahan 2006).

Menurut Sembodo (2010), penggolongan gulma berdasarkan kesamaan responnya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan upaya pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu jenis herbisida. Berdasarkan respon gulma terhadap herbisida, maka gulma dapat digolongkan menjadi: (1) gulma rumputan (grasses), (2) gulma golongan tekian (sedges), dan (3) gulma golongan berdaun lebar (broadleaves).

Jenis-jenis gulma yang dominan yang terdapat di perkebunan dapat berbeda-beda jenisnya dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan juga bergantung pada umur dari tanaman pokoknya (Sastroutomo 1990). Soedarsan et al. (1983) mencatat 8 jenis gulma penting pada pertanaman kelapa sawit yang terdiri dari 6 jenis rerumputan, 1 jenis gulma berdaun lebar, dan 1 jenis pakis. Jenis-jenis ini adalah I. cylindrica, A. compressus, Ottochloa sp., P. repens, P. conjugatum, D. adscendens, Mikania micrantha, dan Nephrolepis biserrata.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E. Gulma kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas, contohnya Imperata cylindrica, Mikania sp., dan Mimosa sp.. Gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian, contohnya Lantana camara, Melastoma malabathricum, dan Scleria sumatrensis. Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun), contohnya Axonopus compressus, Cyperus sp., dan Nephrolepis biserrata. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian, contohnya Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp., dan Digitaria sp.. Gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, contohnya

(16)

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budi daya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus-menerus akan dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir 1993).

Beberapa laporan menginformasikan pengaruh gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa sawit. Mikania micrantha

misalkan, dilaporkan dapat menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan mengeluarkan zat allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh Mikania micrantha sebesar Rp 38 110 500,00 dengan luas serangan 757.5 ha, Imperata cylindrica sebesar Rp 59 971 500,00 dengan luas serangan 1 086 ha, Paspalum conjugatum sebesar Rp 43 416 599,00 dengan luas serangan 1 149.9 ha (Dirjenbun 2013).

Menurut Pahan (2006), pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan (interrow). Ada tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di piringan dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, (3) tumbuhan pengganggu/anak kayu di gawangan, (4) gulma lainnya, yaitu keladi liar, dan pisang liar. Pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang ekonomi. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan.

Sembodo (2010) menambahkan, langkah awal sebelum dilakukan pengendalian gulma dalam suatu areal usaha tani yang luas seperti perkebunan, terlebih dahulu perlu dilakukan penilaian terhadap gulma yang ada. Tahapan penilaian gulma dalam suatu areal tertentu adalah survei primer (pendahuluan), penetapan contoh yang mewakili (sampling), pencatatan jenis dan parameter gulma, penilaian kondisi gulma, dan penetapan kebijakan pengelolaan gulma. Ada enam metode pengendalian gulma, yaitu preventif atau pencegahan, mekanik atau fisik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

(17)

Metode Pelaksanaan

Magang dilaksanakan dengan metode memberikan penulis tanggung jawab sebagai karyawan lapangan selama satu bulan, pembantu mandor selama satu bulan, dan pembantu asisten selama dua bulan, serta mempelajari administrasi dan pengumpulan data di kantor. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di lapangan (kebun), baik yang bersifat teknis maupun administratif, bekerja seperti halnya karyawan perusahaan, di bawah pengawasan pembimbing lapangan, berdiskusi dengan para asisten mengenai semua aspek pengelolaan kebun, khususnya aspek budidaya tanaman, menerima tugas sebagai mandor atau melaksanakan kegiatan administrasi di bawah bimbingan asisten perusahaan, mempelajari administrasi kebun dengan bimbingan asisten administrasi, menyesuaikan variasi jadwal dan jenis kegiatan yang ditangani dengan kegiatan yang ada dilapangan, melakukan analisis deskriptif terhadap data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, dan membahas permasalahan yang dihadapi baik dari aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan kepada perusahaan tempat magang.

Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan lapangan pada bulan pertama dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Penulis terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pemanenan, dan perawatan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja penulis, karyawan, dan norma yang berlaku di perusahaan, serta diskusi dengan karyawan lapangan.

Kegiatan sebagai pembantu mandor berlangsung pada bulan kedua. Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang Mandor. Sesuai dengan aspek agronominya, masing-masing mandor menentukan jumlah tenaga kerja, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan esok hari, memeriksa kehadiran, mengorganisir dan mengawasi pelaksanaan di lapangan, membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah karyawan yang diawasi, luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, pengambilan contoh gulma di blok-blok contoh untuk penilaian dominansi gulma, dan melakukan diskusi dengan Mandor.

(18)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder selama kegiatan magang. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan penulis secara langsung di lapangan yang meliputi penilaian gulma dan efektivitas penyemprotan kentosan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengamatan dan dokumentasi pihak lain, umumnya tersedia di kantor kebun, dan tidak diperoleh oleh penulis secara langsung di lapangan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi letak georafis dan administratif, keadaan iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu 2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm. Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui parameter frekuensi mutlak (FM), kerapatan mutlak (KM), dan bobot basah biomassa atau bobot basah mutlak (BBM). Penyemprotan kentosan di piringan diamati 4 minggu setelah aplikasi.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang diperoleh dikelompokkan dan diolah lebih lanjut. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis Nisbah Jumlah Dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif. NJD dihitung dengan rumus (Fitriana et al. 2013):

N

KN (kerapatan nisbi) adalah nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total KM semua jenis gulma. BBN (bobot basah nisbi) adalah nilai BBM spesies gulma tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN (frekuensi nisbi) adalah nilai FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD mengindikasikan kemampuan penguasaan sarana tumbuh yang ada oleh suatu jenis gulma tertentu.

Tingkat kesamaan vegetasi gulma dari setiap blok dibandingkan dengan cara menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus:

(19)

gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang dibandingkan. Koefisien ketidaksamaan dari nilai KK dianalisis dengan analisis gerombol metode single-linkage dan ditampilkan dalam bentuk dendrogram.

Data sekunder yang diperoleh dibandingkan dengan literatur hasil studi pustaka yang terkait dengan kegiatan magang dan norma yang berlaku di perkebunan kelapa sawit secara umum.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) adalah salah satu anak perusahaan dari BGA yang mengelola empat unit usaha, yaitu Selucing Agro Mill (SAGM), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). BKLE terdiri atas 4 divisi. Penulis melakukan kegiatan magang di Divisi 2 BKLE. Tanaman tertua di BKLE adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah 2010. Progeni yang ditanam di BKLE terdiri atas Costa Rica, Papua New Guinea, Marihat V, dan Socfindo.

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan SCME, sebelah selatan berbatasan dengan PT SS, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK, dan sebelah utara berbatasan dengan PT NKU. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat di antara 112.01°-113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan di BKLE sejak tahun 2009-2013 adalah 3 940.84 mm per tahun. Rata-rata hari hujan adalah 137.8 hari per tahun. Jumlah Bulan Basah adalah 11 bulan (September s.d. Juli) serta Bulan Kering 1 bulan (Agustus) sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A (Sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27 °C dengan kisaran suhu 23-33 °C. Curah hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 2.

(20)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal kebun BKLE adalah 3 183 ha dengan rincian 2 669 ha sudah diusahakan yang terdiri dari 2 505 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 25 ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi, yaitu Divisi I seluas 845 ha, Divisi II seluas 714 ha, dan Divisi III seluas 1 110 ha. Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam 2006-2010 dan TBM dengan tahun tanam 2011. BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha, areal yang bisa ditanam seluas 158 ha, dan areal yang tidak bisa ditanam seluas 356 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE

Uraian Luas (ha)

I. Areal Diusahakan = A + B 2 669

A. Areal Ditanam = 1 + 2 2 530

1. Tanaman Menghasilkan (TM) 2 505

1.1Tahun Tanam 2006 560

1.2 Tahun Tanam 2007 1 527

1.3 Tahun Tanam 2008 261

1.4 Tahun Tanam 2009 35

1.5Tahun Tanam 2010 122

2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 25

2.1 Tahun Tanam 2011 25

B. Areal Prasarana = 3 + 4 140

3. Emplasemen 67

4. Jalan dan Jembatan 72

II. Areal Bisa Ditanam = C 158

C. Okupasi 158

III. Areal Tidak Bisa Ditanam = D + E 356

D. Tanah Desa 53

E. Bukit, Sungai, Rawa, Pasir, dll 303

Total Luas Areal Kebun = I + II + III 3 183

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Keadaan Tanaman dan Produksi

(21)

Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE

Tahun Tanam Luas Areal (ha) Jumlah Tanaman SPH (pokok/ha)

2006 0 560.06 075 514 135

2007 1 526.55 206 200 135

2008 0 261.05 034 107 131

2009 0 034.63 005 056 146

2010 0 122.35 013 254 108

2011 0 025.01 004 374 175

Total 2 529.65 338 505 134

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Tanaman tahun tanam 2006 di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dari tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013

Tahun Luas TM (ha) Produksi (ton) BJR (kg) Produktivitas (ton/ha)

2009 0 560 01 868 3.97 00.83

2010 2 086 10 441 4.10 04.45

2011 2 347 21 892 4.76 09.33

2012 2 381 32 778 6.20 13.76

2013 2 503 38 963 7.52 15.56

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

BKLE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan empat Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor semprot, mandor until, mandor pupuk, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, dan mandor traksi. Kasi dibantu oleh accounting, mantri, admin tanaman, kasir, personalia, dan kerani gudang.

Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, areal statement, sumber daya manusia, dan biaya. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi, memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi. Kasi adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Kasi dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 3.

(22)

Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014

No Status Karyawan Jumlah

1 Karyawan Staf 006

2 Karyawan Bulanan 013

3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 292

4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 116

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.12

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK), kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu:

1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908 525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76 341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi, perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang.

Aspek Teknis

(23)

berlangsung pukul 04.45-05.00 WIB berisi pengingatan atau pemastian kembali oleh asisten kepada para mandor tentang ada atau tidaknya perubahan rencana kerja harian (RKH) pada hari tersebut. Perubahan RKH dapat terjadi apabila saat apel cuacanya hujan atau ada sumberdaya yang tidak tersedia di luar perkiraan. Apel pagi tahap 2 berlangsung pukul 05.00-05.30 WIB berisi pemeriksaan kehadiran dan pengarahan oleh mandor per jenis kegiatan kepada karyawan lapangannya masing-masing tentang rencana kerja hari tersebut sesuai instruksi dari asisten saat apel pagi tahap 1. Setelah apel pagi tahap 2 selesai, karyawan lapangan bergegas sarapan dan berangkat ke lahan sehingga pukul 06.00 WIB pekerjaan sudah bisa dimulai. Jam kerja karyawan lapangan dimulai pukul 06.00 sampai dengan 13.30 WIB dengan jeda istirahat pukul 09.30-10.00 WIB. Karena semua tanaman kelapa sawit di lokasi penulis magang (divisi 2) statusnya adalah tanaman menghasilkan (TM), maka aspek teknis yang penulis lakukan selama kegiatan magang hanya terdiri dari 3 kegiatan rutin seperti pengendalian gulma, pemupukan, dan pemanenan. Jurnal harian sebagai karyawan lapangan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di BKLE adalah salah satu kegiatan utama yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap akses menuju pokok dan kelancaran kegiatan operasi secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara kimiawi dan manual dengan fokus lokasi pengendalian pada piringan, pasar pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH), dan gawangan mati. Gulma yang banyak ditemukan di BKLE adalah Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Stenochlaena palustris,

Melastoma malabathricum, kentosan, dan Scleria sumatrensis.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Salah satu tindakan pengendalian gulma dengan mempertimbangkan aspek biaya, tenaga kerja, dan waktu yang relatif rendah adalah dengan menggunakan herbisida (Monaco et al. 2002). Pengendalian gulma secara kimiawi di BKLE merupakan kegiatan pemeliharaan yang menelan biaya produksi terbesar kedua setelah pemupukan. Oleh karena itu, pelaksaannya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Spraying System (BSS). Tim kerja semprot BSS di BKLE terdiri atas 28 tenaga penyemprot, 2 tenaga pengairan, 1 orang supir, dan 1 orang mandor. Satu tim kerja semprot BSS menangani seluruh divisi di BKLE. Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH di divisi 2 dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Standar output semprotnya adalah 3 ha/HK.

Tim kerja semprot BSS dilengkapi dengan 1 unit modifikasi truk dengan tangki berkapasitas 3000 liter. Masing-masing penyemprot dilengkapi dengan 1 unit knapsack sprayer semi-otomatis bertekanan konstan “SA15” yang dinomori sesuai nomor tenaga penyemprot, fan nozzle kuningan berjenis very low volume

(24)

Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH

Tenaga pengairan dilengkapi dengan gelas ukur berkapasitas 1 liter untuk penakaran herbisida. Herbisida yang digunakan adalah glifosat “ROUN UP 486

SL”, metsulfuron methyl “AMIRON-M 20 WG”, dan parakuat “GRAMOXONE

276 SL”. ROUNDUP 486 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat kuning emas, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah isopropil amina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. AMIRON-M 20 WG adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran, berwarna putih yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar dan teki. Bahan aktifnya adalah Metsulfuron methyl 20%. GRAMOXONE 276 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak non selektif, berbentuk larutan, berwarna hijau tua, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah Paraquat diklorida 276 g/l atau setara dengan Ion parakuat 200 g/l.

Penggunaan herbisida tersebut tergantung pada jenis gulma yang akan dikendalikan. Namun, umumnya bahan aktif yang sering digunakan untuk penyemprotan rutin piringan, pasar pikul, dan TPH adalah Glifosat 1% yang dicampur dengan Metsulfuron Methyl 0.05%. Pencampuran racun dilakukan di lahan sebelum penyemprotan dimulai. Tahap pertama pencampuran racun adalah membagi racun Glifosat baru bervolume 20 L menjadi 2 jerigen masing-masing 10 L. Tahap kedua adalah membuat larutan racun 250 gr Metsulfuron Methyl yang dicampur dengan air secukupnya dan diaduk merata. Tahap ketiga adalah memasukkan larutan Metsulfuron Methyl ke dalam jerigen berisi Glifosat 10 L. Tahap keempat adalah mengisi jerigen berisi campuran racun tersebut hingga 20 L dan diaduk merata. Dosis campuran racun adalah 200 ml per knapsack sprayer

(25)

Mandor dilengkapi dengan pancang bendera berwarna merah sebagai tanda batas ancak penyemprotan. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dengan pencampuran bahan oleh tenaga pengairan dan penancapan pancang bendera berwarna merah oleh mandor di sepanjang collection road (CR) blok yang akan disemprot. Setelah batas ancak masing-masing penyemprot terlihat dengan jelas, tenaga penyemprot langsung menuju ancak yang telah ditentukan sesuai dengan nomor urut tenaga penyemprot pada bendera merah. Penyemprotan pasar pikul dilakukan dengan cara 1 tenaga penyemprot untuk tiap 1 pasar pikul. Areal yang disemprot adalah piringan, pasar pikul, dan TPH. Tenaga penyemprot mengatur agar posisi nozel saat penyemprotan tetap stabil pada ketinggian 40 cm dari permukaan gulma. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH dimulai dari CR menuju barisan pokok secara selang seling sampai piringan pada pasar pikul tersebut tersemprot semua. Mandor semprot menancapkan kembali bendera merah pada ancak berikutnya sementara tenaga pengairan mencampur kembali herbisida yang akan digunakan. Penyemprot yang sudah selesai menyemprot satu pasar pikul, dapat pindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai nomor tenaga penyemprot yang terdapat di bendera merah sampai ancak pada hari tersebut selesai. Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah kegiatan BTP menggunakan parang. Kegiatan BTP ini dilakukan apabila hujan turun dan/atau gulma sasaran tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Sasaran BTP adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) yang merambat ke pokok sawit, kentosan (anakan sawit liar) di piringan, pasar pikul, dan TPH, serta anak kayu di gawangan mati seperti Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta

(haredong), Lantana camara (tahi ayam), dan Melastoma malabathricum

(senduduk).

(26)

dibabat pada ketinggian < 15 cm dari permukaan tanah agar tanaman kelapa sawit mendapatkan penyinaran matahari yang optimal. Pembabat yang telah selesai membabat habis satu gawangan dapat berpindah ke gawangan selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Standar kerja pengendalian gulma secara manual di BKLE adalah 0.5 ha per HK.

Alat pelindung diri. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida yang beracun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh karena itu tenaga semprot diharuskan menggunakan APD. Alat pelindung diri tersebut di antaranya adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan kepala, sepatu boot, dan apron.

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan utama pemeliharaan yang sangat penting karena pemupukan menelan biaya produksi terbesar dan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu, pelaksanaanya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Manuring System (BMS). Pupuk dapat dianggap sebagai bahan baku yang diolah oleh pokok kelapa sawit untuk menghasilkan buah. Pemupukan di BKLE dilakukan dengan metode untilan dan penaburan manual di piringan.

Tim kerja pupuk BMS di BKLE terdiri dari 1 orang mandor BMS yang membawahi 1 mandor until, 1 mandor tabur, dan 1 supir light truck (LT). Mandor until membawahi 7 tenaga penguntil pupuk dan 4 tenaga muat-langsir. Mandor tabur membawahi 7 tenaga pengecer dan 14 tenaga penabur. Organisasi penaburan pupuk dilakukan dengan pembentukan kelompok kerja pupuk (KKP) yang terdiri dari 1 tenaga pengecer dan 2 tenaga penabur. Satu tim kerja pupuk BMS menangani seluruh divisi di BKLE. Pemupukan dilakukan 1 kali per tahun atau 2 kali per tahun tergantung unsur pupuknya. Pupuk yang diaplikasikan terdiri dari Urea (N), Rock Phosphate (P), Muriate of Potash (K), Kieserit (Mg), Zincopper (Cu), dan High Grade Fertilizer Borate (B). Dosis aplikasi masing-masing pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembuatan untilan pupuk dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Stok pupuk yang lama diprioritaskan untuk diuntil lebih dahulu. Proses penguntilan dimulai dengan pembukaan karung dan penuangan pupuk ke lantai until. Pupuk yang menggumpal dipecahkan dengan alat pemecah gumpalan. Pupuk yang sudah tidak menggumpal dimasukkan ke dalam takaran until masing-masing pupuk. Berat untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan (biasanya 12-16 kg per untilan). Pupuk yang ada ditakaran diratakan “peres” dengan alat perata. Pupuk yang sesuai takaran dimasukkan ke dalam goni bekas dan diikat dengan tali yang terbuat dari goni bekas yang sudah rusak dan dipotong membentuk tali. Untilan disusun dan ditumpuk 15 until per tumpuk di atas pallet yang terbuat dari kayu. Untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat proses muat ke LT. Standar output penguntilan adalah 2.5 ton/HK.

(27)

untilan pupuk dimulai dengan pemuatan untilan pupuk ke LT oleh tenaga muat-langsir saat karyawan lain apel pagi. Setelah pupuk selesai dimuat ke LT (dengan kapasitas maksimal yang diizinkan adalah 7 ton), sopir LT menjalankan LT menuju CR blok yang akan dipupuk. Setibanya di CR, sopir LT menghentikan kendaraan di setiap tempat peletakan pupuk. Pelangsiran pupuk dilaksanakan terus sampai semua TPP di blokyang piringannya akan dipupuk hari itu mendapat untilan yang cukup. TPP disediakan di setiap 3 gawangan atau 6 barisan. Artinya, setiap 3 gawangan atau 6 barisan terdapat satu TPP. Biasanya tenaga muat-langsir juga bertugas untuk mengumpulkan kembali karung bekas untilan dan menggulung per 10 karung untuk dikembalikan lagi ke gudang pupuk.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah mengecer untilan pupuk dari TPP ke sepanjang pasar pikul di dalam blok. Setiap KKP terdiri atas 1 pengecer dan 2 penabur. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul. Pengeceran dimulai dengan meninggalkan 1 untilan pupuk untuk aplikasi pertama oleh tenaga tabur (kondisi untilan sudah terbuka talinya). Untilan pupuk dibawa sesuai barisan tanaman ke dalam blok. Untilan pupuk diletakkan pada pokok dalam piringan sesuai dengan jumlah pokok per until. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan di jalan CR oleh pengecer, diambil dan dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir.

Penaburan pupuk. Penaburan pupuk adalah menabur pupuk dari untilan ke setiap piringan kelapa sawit. Penaburan dilakukan oleh dua orang penabur yang terdapat dalam 1 KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dengan menggunakan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Penaburan dimulai dengan penuangan pupuk dari untilan ke dalam ember tabur yang terbuat dari jerigen bekas herbisida yang sudah dimodifikasi. Penaburan pupuk dilakukan ke piringan sesuai arah barisan tanaman ke dalam blok. Goni untilan yang sudah kosong dibawa dan diletakkan ke CR untuk dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate

Panen

(28)

diupayakan berada pada tingkat kematangan yang sesuai dan diantar ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Karena pentingnya kegiatan panen, maka pelaksanaan panen di BKLE diatur dalam Barcode Harvesting System (BHS). Sistem kerja potong buah yang dilaksanakan di BKLE adalah Sistem Kerja Potong Buah-1 (SKP-1). Pelepah dipotong dan dirumpuk, buah dipotong, brondolan dikutip, dan diangkut ke TPH, semuanya dilaksanakan oleh satu orang pemanen.

Seksi dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang harus dipanen di hari yang sama dan biasanya terdiri dari 5 blok. Kebun BKLE membagi seksi panen menjadi 6 seksi yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari kerja per minggu. BKLE Divisi II membagi seksi panen menjadi 6 seksi dengan luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan luasan 72.51 ha. Seksi panen mempengaruhi pusingan panen. Pusingan panen adalah interval waktu antara satu kegiatan panen dengan kegiatan panen selanjutnya pada ancak yang sama dan blok yang sama. Pusingan panen yang diterapkan di BKLE adalah 7 hari.

Peralatan panen. Peralatan panen adalah alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan panen. Peralatan panen digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS dari TPH ke dump truck (DT). Berdasarkan tinggi tanaman, alat untuk memotong TBS dibagi menjadi 2, yaitu dodos dan egrek. BKLE menggunakan dodos sebagai alat potong buahnya karena tanaman kelapa sawit yang ada di BKLE umumnya belum mencapai tinggi 3 meter. Alat untuk membawa TBS ke TPH terdiri atas gancu dan angkong. Alat untuk memuat TBS dari TPH ke DT terdiri atas tojok dan goni bekas pupuk.

Pelaksanaan Panen. BKLE Divisi 2 memiliki dua kemandoran panen. Masing-masing kemandoran terdiri atas 15 orang. Sistem pengancakan yang diterapkan adalah ancak giring tetap. Mandor panen menentukan ancak setiap pemanen. Satu ancak terdiri dari 4 baris yang berdekatan. Kegiatan potong buah diawali dengan memotong pelepah tua sehingga songgo diupayakan tetap berada pada kondisi optimum, yaitu songgo 3. Pelepah tua dirumpuk di gawangan mati.

Buah dipotong dengan cara “dicuri”, sehingga tidak ada pelepah muda yang dipotong. Tangkai buah yang panjang dipotong rapat ke buah tapi tidak mengenai buah. Brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dikorek menggunakan gancu. Brondolan yang ada di piringan dikutip sampai bersih. Buah dan brondolan di keluarkan ke TPH, disusun rapi, dan diberi nomor pemanen. Kerani buah memeriksa kematangan buah, menghitung jumlah janjang, mencatatnya dalam buku penerimaan buah, dan menandai buah yang sudah dihitung dengan kupon kecil yang ditancapkan ke salah satu duri TBS. Basis borong minimal yang diterapkan di BKLE adalah 1270 kg per HK. Kelebihan borong dibayarkan sebagai premi.

(29)

lebih dari 9 brondolan yang membrondol secara alami di piringan. Buah yang belum membrondol lebih dari 5 namun belum lebih dari 9 dianggap sebagai buah kurang matang. Buah yang belum membrondol 5 dianggap sebagai buah mentah. Buah yang membrondol lebih dari 20 dianggap buah terlalu matang. Buah yang hampir membrondol semua dianggap sebagai buah busuk. Ancak panen dianggap baik apabila pelepah disusun rapi di gawangan mati, tidak ada pelepah sengkleh, semua buah matang dan brondolan disusun rapi di TPH, tidak ada buah tinggal atau pun brondolan yang tidak dikutip. Panen dengan dodos dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kegiatan panen dengan dodos

Aspek Manajerial

Kegiatan manajerial terdiri dari pendampingan mandor dan pendampingan asisten. Penulis mendampingi mandor selama 1 bulan dan mendampingi asisten selama 2 bulan. Kegiatan manajerial dilakukan di lapangan dalam bentuk pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja dan di kantor kebun dalam bentuk pelaporan hasil kerja secara administratif. Jurnal harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat di Lampiran 6. Jurnal harian sebagai pendamping asisten dapat dilihat di Lampiran 7.

Pendamping Mandor

Mandor I. Mandor I adalah atasan langsung mandor-mandor di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada asisten. Kegiatan utama Mandor I adalah membantu asisten dalam mengawasi semua mandor-mandor dan kerani agar pengawasan masing-masing kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Mandor I

dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengawasan dan pemeriksaan

hasil kerja di lapangan.

(30)

mandor-mandor dan kerani-kerani agar tersusun rapi dan up to date. Kerani Divisi

dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengumpulan laporan hasil kerja di kantor kebun secara administratif. Kerani Divisi membantu asisten dalam merekap semua laporan harian mandor (LHM), membuat laporan harian asisten (LHA), menerbitkan bon permintaan barang, menginput HK, surat pengantar buah (SPB), kartu kerja mesin (KKM) ke dalam website Bumitama Plantation System (BPS), dan meng-update papan monitoring yang ada di kantor divisi setiap harinya.

Mandor Panen. Mandor Panen adalah atasan langsung pemanen di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Panen adalah membagi ancak pemanen, mengawasi pelaksanaan panen, memeriksa mutu ancak, dan melaporkannya secara secara tertulis pada laporan harian mandor (LHM) kepada kerani divisi. Mandor panen juga bertugas untuk selalu memonitor pusingan panen, membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu ancak.

Kerani Buah. Kerani Buah adalah karyawan yang bertanggung jawab langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama Kerani Buah adalah memeriksa mutu buah yang disusun di TPH, mencatatnya dalam buku penerimaan buah, dan melaporkannya secara administratif kepada kerani divisi. Kerani buah juga bertugas untuk membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu buah.

Kerani Transpor. Kerani Transpor adalah atasan langsung pemuat buah di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama Kerani Transpor adalah mengarahkan DT dan pemuat mengenai lokasi TPH yang buahnya siap untuk dimuat. Kerani transport juga bertugas untuk menuliskan surat pengantar buah (SPB) untuk sopir setelah kapasitas DT penuh (7.5 ton).

Mandor Pupuk. Mandor Pupuk adalah atasan langsung penguntil, pemuat-langsir, pengecer, dan penabur pupuk di kebun dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Pupuk adalah mengawasi penguntilan, pemuat-langsiran, pengeceran, dan penaburan agar berjalan sesuai rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis pada LHM ke kerani divisi. Mandor pupuk juga melakukan uji petik terhadap untilan yang sudah selesai diuntil dan memeriksa mutu ancak penaburan pupuk. Mandor pupuk secara rutin mengisi buku monitoring pemupukan dan melihat buku rekomendasi pemupukan untuk mengetahui kebutuhan pupuk blok yang akan dipupuk esok hari.

Mandor Semprot. Mandor Semprot adalah atasan langsung penyemprot dan pengairan di kebun dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Semprot adalah mengawasi penyemprotan gulma agar berjalan sesuai rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis pada LHM ke kerani divisi. Mandor semprot juga melakukan pemeriksaan mutu ancak penyemprotan gulma. Mandor semprot secara rutin mengisi monitoring realisasi penyemprotan yang ada di TUS setiap hari kerja.

Pendamping Asisten

(31)

masyarakat. Tugas utama seorang asisten divisi adalah pengendalian biaya melalui pengendalian sumberdaya manusia yang efisien dan efektif. Keberhasilan seorang asisten dalam memimpin divisinya tercermin dari produksi TBS yang tinggi dan berkelanjutan dengan penggunaan HK yang terkendali.

Penulis ikut aktif memonitor aktivitas mandor di masing-masing kegiatan. Asisten sebagai perwakilan perusahaan dituntut untuk ikut memikirkan inovasi-inovasi yang semakin memajukan perusahaan. Inovasi ini berkaitan dengan cara pelaksanaan, penemuan alat-alat dan bahan-bahan yang lebih efisien dan efektif dalam menunjang operasional kebun. Asisten dalam praktek perencanaan membuat rencana kerja harian, rencana kerja bulanan, dan rencana kerja bulanan. Setiap kali ada inovasi cara baru, asisten melakukan simulasi di lapangan langsung dengan karyawan pelaksana. Asisten juga diharuskan untuk melakukan kontrol kerja jalan kaki dalam blok agar lebih memahami keadaan tanaman yang menjadi tanggung jawabnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dominansi Gulma

Nisbah Jumlah Dominansi

Dominansi gulma di suatu pertanaman dapat diketahui melalui kegiatan penilaian gulma. Informasi mengenai gulma dominan yang diperoleh dari kegiatan penilaian gulma berpengaruh langsung terhadap pengambilan kebijakan pengendalian gulma khususnya mengenai cara, alat, dan bahan yang digunakan agar pengendalian gulma menjadi efisien dan efektif.

Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu 2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm. Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui parameter frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa.

(32)

Tabel 5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam

No Jenis Gulma NJD per Tahun Tanam (%)

2006 2007 2008 2009 2010 Rumput

1 Axonopus compressus 01.86

2 Centotheca lappacea 20.70 01.86 3 Cyrtococcum accrescens 01.97

4 Digitaria adscendens 01.62 04.69 08.32 22.65 5 Echinochloa colonum 10.35 02.95 01.07

6 Eleusine indica 02.27

7 Ottochloa nodosa 08.22 08.85 8 Paspalum commersonii 09.45 9 Pennisetum polystachyon 05.93

Subtotal 41.24 07.55 09.5 29.55 24.92

Teki

10 Cyperus rotundus 08.90 19.03 04.93 11.56 11 Fimbristylis milliacea 01.19

12 Scleria sumatrensis 01.33 0.55 01.97

Subtotal 10.09 20.36 05.48 13.53

Daun Lebar

13 Ageratum conyzoides 07.95 15.09 24.43 22.46 19.35 14 Asystasia intrusa 12.66 15.82 15 Borreria laevis 01.90 09.36 16 Borreria latifolia 02.69 05.37

17 Chromolaena odorata 02.15

18 Clibadium surinamense 01.94 19 Clidemia hirta 01.55

20 Erechtites valerianifolia 02.54 01.07

21 Hyptis brevipes 02.80 02.96 03.35 22 Hyptis rhomboidea 22.46 01.96 00.87 03.15

23 Kentosan 11.53 11.65 08.52 07.44

24 Ludwigia hyssopifolia 01.71

25 Melastoma malabathricum 02.09 09.77 14.09 01.12 01.33 26 Mikania micrantha 05.63 01.76

27 Mimosa pudica 02.54 01.72 28 Mucuna bracteata 06.21 03.62 05.10 29 Nephrolepis biserrata 21.97 06.78 05.32

30 Stenochlaena palustris 15.33 01.48 01.42

31 Synedrella nodiflora 01.29 02.37

32 Urena lobata 02.25

33 Subtotal 58.87 82.37 70.15 64.98 61.55

34 Total 100 100 100 100 100

Hasil penilaian gulma pada Tabel 5 menunjukkan bahwa gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2006 adalah Nephrolepis biserrata dengan NJD 21.97%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2007 adalah

(33)

paling dominan pada blok tahun tanam 2009 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 22.46%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2010 adalah

Digitaria adscendens dengan NJD 22.65%. Terdapat 4 gulma golongan daun lebar yang mendominasi dari 5 spesies gulma yang paling dominan pada 5 blok tersebut dan terdapat 1 golongan rumput yang juga mendominasi.

Gulma golongan rumput yang jumlahnya tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2006 dengan jumlah 41.24%. Jumlah gulma golongan teki yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2008 dengan jumlah 20.36%. Jumlah gulma golongan daun lebar yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2007 dengan jumlah 82.37%.

Koefisien Komunitas

Koefisien komunitas adalah nilai yang menggambarkan kesamaan pola komunitas gulma antara satu areal dengan areal lain. Hasil penilaian dominansi gulma dijadikan dasar dalam membandingkan nilai kerapatan gulma sehingga diperoleh koefisien komunitasnya. Koefisen komunitas (C) dihitung berdasarkan 2W/(A+B)x100%; (W: Jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing spesies, A: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama, B: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua). Koefisien komunitas yang nilainya >70% menunjukkan bahwa vegetasi antara satu areal dengan areal lain relatif homogen (Santosa et al. 2009). Nilai koefisien komunitas dari 4 areal yang telah dilakukan analisis vegetasi disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua komunitas yang berbeda

Komunitas 1 Komunitas 2 Nilai Koefisien Komunitas (%)

TT06 TT07 29.83

TT06 TT08 28.25

TT06 TT09 27.66

TT06 TT10 09.28

TT07 TT08 57.29

TT07 TT09 33.76

TT07 TT10 35.19

TT08 TT09 47.69

TT08 TT10 47.93

TT09 TT10 54.38

Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada hasil perhitungan nilai koefisien komunitas yang >70%. Hal ini menandakan bahwa komunitas gulma antar tahun tanam tidak homogen. Nilai koefisien komunitas terendah ditunjukkan oleh perbandingan antara tahun tanam 2006 dan 2010 dengan nilai 9.28%. Nilai koefisien komunitas tertinggi, namun tetap belum mencapai 70%, ditunjukkan oleh perbandingan antara tahun tanam 2007 dan tahun tanam 2008 dengan nilai 57.29%.

Koefisien Ketidaksamaan

(34)

yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin tinggi. Semakin panjang jarak yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin rendah. Komunitas gulma dibagi menjadi 4 kelompok yaitu A, B, C, dan D. Blok TT07 dan TT08 membentuk kelompok A karena memiliki jarak terpendek senilai 0.42. Blok TT09 dan TT10 membentuk kelompok B dengan jarak kedua terpendek senilai 0.45. Kelompok A dan B membentuk kelompok C dengan jarak ketiga terpendek senilai 0.52. Blok TT06 dan kelompok C membentuk kelompok D dengan jarak terjauh senilai 0.70. Dendrogram koefisien ketidaksamaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Dendrogram koefisien ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol

Menurut Palijama et al. (2012) keragaman gulma dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah kelembaban tanah dan intensitas cahaya. Kelembaban tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua relatif lebih lembab dibandingkan dengan pertanaman tahun tanam yang lebih muda. Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua juga relatif lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh penutupan tanah yang lebih luas oleh tajuk tanaman kelapa sawit tua. Penutupan ini menjaga suhu permukaan tanah tetap sejuk, penguapan berjalan lambat, tanah tetap lembab, sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah relatif sedikit, dan pertumbuhan gulma tertekan. Hal ini berpengaruh terhadap koefisien ketidaksamaan antara gulma pada tahun tanam 2007 dengan 2008 dan 2009 dengan 2010. Gulma pada tahun tanam 2006 sudah sangat tertekan pertumbuhannya karena tajuk tanaman kelapa sawit yang sudah menutup sempurna.

Teknik Pengendalian Gulma

Analisis Vegetasi

Metode estimasi visual. Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang

TT06 TT07 TT08

0.43

TT09 TT10

0.46 0.52

0.70

0 0.25 0.5 0.75 1

(35)

akan diamati, misalnya tingkat penutupan, kelimpahan, dan distribusi gulma. Peubah tersebut dikelompokkan dalam dominansi dan frekuensi. Perhitungan dapat dilakukan seperti contoh pada metode kuadrat. Cara ini berguna apabila vegetasi gulma yang diamati cukup merata dan seragam serta waktu yang tersedia terbatas.

Karena metode ini lebih mengandalkan penaksiran secara visual, maka akan dijumpai beberapa kelemahan, yaitu pengamat berkecenderungan untuk menaksir lebih besar terhadap jenis gulma yang menyolok pandangan mata, misalnya karena warna daun atau bunga yang cerah atau tekstur daun yang besar atau lebar akan dinilai lebih dominan; pengamat berkecenderungan menilai jenis gulma yang sulit dikenali dan kurang menarik penampakannya dengan nilai taksiran yang lebih rendah, misalnya karena tekstur daunnya yang halus atau sempit dan kecil-kecil; dan hasil yang diperoleh kurang mewakili populasi yang diamati, baik jenis gulma maupun penyebarannya.

Metode kuadrat. Kuadrat adalah ukuran luas yang dihitung dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan di lapangan lebih sering digunakan bujur sangkar. Besaran atau peubah yang dapat diukur dengan menggunakan metode ini adalah kerapatan, dominansi, frekuensi, nilai penting, dan nisbah jumlah dominansi (NJD). NP dan NJD dapat dihitung berdasarkan dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominansi, kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin mendekati nilai kebenaran yang akan diduga. NJD menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai NJD maka gulma tersebut semakin dominan. Apabila nilai NJD diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, semua gulma harus diberi nomor urut walaupun nilai NJD-nya sama, maka urutan NJD tersebut menggambarkan komposisi jenis gulma yang ada pada areal pengamatan.

Luasan Semprot dan Dosis

Luasan semprot adalah luasan areal yang akan disemprot dan biasanya terdiri atas dua jenis luasan, yaitu luasan blanket dan luasan efektif. Dosis adalah jumlah bahan herbisida dalam liter atau kilogram tiap satuan luas tertentu (liter/ha atau kg/ha). Setiap jenis produk herbisida memiliki dosis rekomendasi dalam satuan per hektar blanket yang dianjurkan oleh formulatornya. Dalam aplikasi di lapangan, luas areal yang disemprot tidak selalu penuh satu hektar. Misalnya penyemprotan khusus di piringan, pasar pikul, dan TPH. Oleh karena itu, digunakan dosis tanaman (dosis efektif), yaitu dosis penggunaan herbisida sesuai dengan luas penyemprotan yang sebenarnya. Perbandingan antara luas tanaman dan luas total disebut spray factor. Untuk mencari dosis efektif, sebelumnya harus dihitung luas efektif yang akan disemprot. Sebagai contoh adalah sebagai berikut.

Luas piringan = = 3.14 x 2 m x 2 m x 136 = 1 709.71 m2

Luas pasar pikul = =

(36)

Spray factor =

= = 26.48 %

Dosis tanaman = dosis anjuran x spray factor

= 1.5 l/ha (setara 540 g glifosat per ha) x 26.48 % = 0.39 l/ha efektif

Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH pada TBM (8 kali) di BKLE lebih banyak dibandingkan dengan TM (6 kali). Hal ini dipengaruhi oleh penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Penutupan tanah oleh tajuk tanaman pada TBM umumnya masih kurang, sehingga banyak permukaan tanah yang langsung mendapat penyinaran matahari. Hal ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan gulma sehingga pada TBM kerapatan gulmanya sangat tinggi. Kerapatan yang tinggi berpengaruh kepada pemakaian rotasi semprot yang lebih banyak juga. Kalibrasi Alat

Kalibrasi alat adalah penghitungan kebutuhan (volume) larutan per satuan luas (ha) sesuai dengan alat semprot yang digunakan. Hasil kalibrasi yang tepat berpengaruh terhadap efiensi biaya dan efektivitas pengendalian gulma. Kebutuhan larutan dipengaruhi oleh jenis alat semprot (sprayer), nozzle, kecepatan jalan penyemprot, kondisi gulma, dan topografi.

Langkah-langkah kerja kalibrasi alat dilakukan sebagai berikut.

1. Flow rate larutan (output) semprotan (liter/menit) diukur dengan cara menampung larutan yang keluar dari nozzle selama satu menit pada gelas ukur.

2. Lebar semprotan (m) diukur dengan alat meteran.

3. Kecepatan jalan penyemprot (m/menit) diukur dengan alat meteran dan

stopwatch.

4. Pengukuran (no. 1 – 3) diulang sebanyak tiga kali, kemudian diambil rata-ratanya.

Berdasarkan hasil kalibrasi tersebut dapat dihitung volume larutan yang dibutuhkan.

V = V = volume larutan (liter)

F = flow rate larutan (liter/menit)

W = kecepatan jalan penyemprot (m/menit) S = lebar semprotan (m)

Contoh perhitungan:

F = flow rate larutan adalah 1.6 liter/menit

W = kecepatan jalan penyemprot adalah 48 m/menit S = lebar semprotan adalah 1.5 m

V = =

(37)

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa luasan piringan, pasar pikul, dan TPH pada areal 1 ha dengan jumlah pokok 136 adalah 2 648.11 m2. Luasan efektif (spray factor) yang disemprot adalah 26.48% dari luasan blanket. Volume semprot efektif dapat dihitung sebagai berikut.

Volume semprot efektif = volume semprot blanket x spray factor

= 222 l/ha x 26.48% = 58.78 l/ha

Konsentrasi

Konsentrasi adalah banyaknya herbisida (terlarut) dalam cc atau gram setiap liter air (pelarut) yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan herbisida per

knapsack sprayer didasarkan pada konsentrasi yang dipakai. Konsentrasi diperoleh dengan cara membandingkan dosis efektif dengan volume semprot efektif. Berikut contoh penghitungan konsentrasi untuk penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dengan volume semprot efektif 58.78 l dan dosis efektif 1.58 l/ha.

Konsentrasi = =

= 25.51%

Dosis herbisida per sprayer = konsentrasi x dosis efektif = 25.51% x 0.39 l/ha = 101.32 ml

Hasil penghitungan menunjukkan konsentrasi sebesar 0.25%. Kebutuhan herbisida per knapsack sprayer berkapasitas 15 liter adalah 101.32 ml/knapsack sprayer.

Semprot Kentosan

Brondolan yang tercecer selama proses panen berkecambah dan tumbuh menjadi kentosan. Setidaknya ada 3 kerugian yang ditimbulkan oleh kentosan. Pertama adalah kehilangan hasil panen dalam bentuk brondolan. Kedua adalah gangguan yang ditimbulkan kentosan terhadap operasional pemupukan dan pemanenan. Ketiga adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk memberantas kentosan. Herbisida yang digunakan untuk semprot kentosan di BKLE adalah GRAMOXONE 276 SL berbahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l dan herbisidaAMIRON-M20 WG berbahan aktif Metsulfuron methyl 20%.

(38)

Gambar 6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi

Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma

Faktor Lingkungan

Curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Curah hujan perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya sangat besar terhadap hasil akhir pengendalian gulma. Curah hujan yang tinggi akan berpengaruh langsung terhadap cuaca. Cuaca yang harus dihindari adalah pada saat akan turun hujan, setelah hujan deras, cuaca terlalu panas dan angin kencang. Apabila cuaca hujan, maka cara dan hasil dari pengendalian yang dilakukan terpaksa disesuaikan.

Kondisi ideal untuk aplikasi pengendalian gulma secara kimia adalah cuaca cerah yang tidak turun hujan 6 jam sebelum atau sesudah penyemprotan. Saat curah hujan tinggi dan hari hujan, pengendalian secara kimia akan sangat tidak efisien dan efektif. Ketidakefisienannya disebabkan oleh tercucinya herbisida yang disemprotkan dan sangat kecilnya kerusakan yang ditimbulkan oleh sisa herbisida yang disemprotkan. Kondisi yang kadang-kadang menyebabkan kehilangan herbisida yang tinggi adalah ketika penyemprotan dilakukan cuaca dalam keadaan cerah, namun segera setelah penyemprotan diselesaikan cuaca berubah menjadi hujan seketika.

(39)

Faktor Manusia

Kualitas sumber daya manusia adalah salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma di perkebunan. Pencapaian efiensi dan efektivitas dalam pengendalian gulma membutuhkan pengetahuan yang memadai mengenai berbagai aspek aplikasi herbisida, disiplin, serta kerja keras tenaga pelaksana. Manajer, asisten, dan mandor satu sebagai unsur pimpinan kebun terlibat langsung dalam proses aplikasi herbisida. Mereka semua harus ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaan.

Pembinaan mengenai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan aplikasi herbisida seperti pengenalan jenis-jenis gulma dan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, pengetahuan tentang jenis, dosis, dan teknik aplikasi herbisida, pemakaian alat aplikasi yang tepat diberikan kepada semua unsur pimpinan tersebut. Pembinaan yang perlu diberikan kepada mandor lapangan dan karyawan penyemprotan, terutama mengenai masalah-masalah teknik, yaitu kalibrasi alat, cara mencampur, pemakaian dan perawatan alat aplikasi, serta masalah pengamanan dan keamanan kerja.

Faktor Metode

Umumnya metode pengendalian yang digunakan dalam pengendalian gulma adalah secara kimiawi dan manual. Pemilihan metode pengendalian disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pengendalian secara kimiawi memiliki kelebihan yang lebih besar dalam hal kerusakan gulma yang ditimbulkannya dibandingkan dengan pengendalian secara manual, namun juga membutuhkan biaya yang cukup mahal dan kondisi lingkungan yang ideal. Pengendalian secara manual memiliki kelebihan dalam hal keserbagunaannya, artinya bisa digunakan dalam segala kondisi cuaca.

Faktor Alat

Gambar

Tabel 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE
Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, &amp; TPH
Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gulma yang terdapat di perkebunan kelapa sawit Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tungkap terlihat lebih banyak didominasi jenis gulma berdaun lebar dan

Kegiatan raking/ garuk piringan juga dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit yang tumbuh pada pokok kelapa sawit

Adapun judul skripsi ini adalah “ Pengendalian Gulma Dengan Sulfenacil Secara Tunggal dan Campuran Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum

Kegiatan raking/ garuk piringan juga dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit yang tumbuh pada pokok kelapa sawit

KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu komposisi gulma pada lahan perkebunan kelapa sawit terdapat 13 famili, 20 spesies, dan 7590 individu gulma, frekuensi gulma

Pengelolaan suatu perkebunan kelapa sawit mengacu pada pengeloaan tanaman agar dapat meningkatan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit (TBS). Unsur- unsur

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terutama pada piringan, gawangan, dan pasar pikul.. Serta dapat

Dalam bisnis perkebunan khususnya kelapa sawit maka dibutuhkan cara pengendalian gulma yang efektif dan effisien. Salah satu tujuan pengendalian gulma adalah