• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Perkebunan Padang Halaban, Pt Smart Tbk, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Perkebunan Padang Halaban, Pt Smart Tbk, Sumatera Utara"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG

HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA

HARI PRASETYO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang b erasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Hari Prasetyo

NIM A24100142

(4)
(5)

ABSTRAK

HARI PRASETYO. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk,

Sumatera Utara. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.

Kegiatan magang memberikan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2014 di Perkebunan Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Pengamatan vegetasi gulma dilakukan dengan analisis vegetasi pada 4 blok dengan tahun tanam yang berbeda untuk mendapatkan nisbah jumlah dominansi (NJD) dan koefisien komunitas menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis. Gulma yang dominan pada 4 blok termasuk ke dalam golongan rumput. Keempat blok memiliki vegetasi gulma yang tidak homogen. Blok yang memiliki kesamaan vegetasi gulma terdekat hingga terjauh secara berurut adalah blok tanaman tahun ini (TTI), tanaman menghasilkan (TM) tua, TM muda dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Biaya pengendalian gulma di pembibitan main nursery lebih tinggi dibandingkan

pre nursery. Biaya pengendalian di TBM lebih tinggi dibandingkan TM. Kata kunci: biaya, Kebun Padang Halaban, kelapa sawit, pengendalian gulma

ABSTRACT

HARI PRASETYO. Weed Control on Oil Palm (Elaeis guineenis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate, PT SMART Tbk, North Sumatera. Supervised by SOFYAN ZAMAN.

Internships gave knowledge, understanding, experience, and job skills of technical and managerial aspects in the maintenance of oil palm plantations, especially in weed control. The activity started from February to June 2014 in Padang Halaban Estate of PT SMART Tbk, North Sumatra. Observations of weed vegetation made with the analysis of vegetation in 4 blocks with different planting years to get summed dominance ratio (SDR) and index of similarity using Bray-Curtis index of similarity. The dominant weeds in 4 blocks belong to the group of grass. Weed vegetation in 4 blocks is not homogeneous. Blocks that have high levels of weed vegetation similarity to the farthest sequentially is this year plant, old mature plant, young mature plant and then immature plant. The cost of weed control in main nursery is higher than pre nursery. The cost of weed control in immature plant is higher than mature plant.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG

HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA

HARI PRASETYO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari 2014 sampai Juni 2014 dengan judul Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Sofyan Zaman, MP sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir Eko Sulistyono, MSi sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama penulis menjalani studi. Terima kasih kepada Ruslianto, BBA sebagai Senior Estate Manager

(SEM) Padang Halaban Estate yang telah menerima, memberi fasilitas dan membimbing selama kegiatan magang. Terima kasih kepada Asep Saepul Anwar sebagai staf RC Region Sumut dan Lisepta Noviansyah sebagai Asisten Bibitan yang telah memberi nasehat, arahan, dan berbagi pengalaman selama kegiatan magang. Terima kasih kepada Askep 1 Marlan Baro dan Askep 2 Bejo Kusma beserta jajaran Asisten divisi, staf dan karyawan kebun atas bimbingan dan arahan selama kegiatan magang berlangsung. Terima kasih kepada Bapak (Ir.Agung Prabowo), Mama (Neni Isnaeni), dan adik (Daniel MP) serta keluarga atas segala do’a dan dukungan yang diberikan. Terima kasih kepada Wulan sebagai rekan magang yang telah membantu dalam pengamatan. Terima kasih kepada Nazih, Fian, Rendy, Hakiem, Ika, Icha, Tiwi dan rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 47. Terima kasih kepada Kartika Sari Touw atas doa, motivasi dan inspirasi yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Bogor, September 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kelapa Sawit 2

Gulma 2

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit 3

METODE MAGANG 4

Tempat dan Waktu Pelaksanaan 4

Metode Pelaksanaan 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 6

Letak Wilayah Administratif 6

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 7

Keadaan Tanaman dan Produksi 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 9

Aspek Teknis 9

Aspek Manajerial 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Vegetasi Gulma 23

Teknik Pengendalian Gulma 26

Estimasi Biaya Pengendalian Gulma 30

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

(14)

DAFTAR TABEL

1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun

2009-2013 8

2 Kriteria buah dan target panen di PHLE PT SMART Tbk 19

3 Deskripsi peralatan panen 20

4 Nilai NJD gulma berdasarkan analisis vegetasi pada 4 blok dengan

umur tanaman yang berbeda 24

5 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari 2 blok

dengan umur tanaman yang berbeda 25

6 Estimasi biaya pengendalian gulma di Pembibitan 30 7 Estimasi biaya pengendalian gulma di Lapangan 30

DAFTAR GAMBAR

1 Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator 11

2 Kegiatan pemupukan oleh BHL 13

3 Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) 14

4 Alat pelindung diri: baju pelindung dan sarung tangan (a); pelindung

wajah (b); apron (c) 16

5 Pembibitan Mucuna (a); penanaman Mucuna di lapangan (b) 17 6 Kode pemanen (a); pemuatan TBS menggunakan crane grabber (b) 20

7 Fingerprint Scanner 22

8 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 26 9 Hasil semprot anak kayu 4 minggu setelah aplikasi 29 10 Tenaga semprot tidak menggunakan APD secara lengkap 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Padang

Halaban Estate PT SMART Tbk

34

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Padang

Halaban Estate PT SMART Tbk

35

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Padang

Halaban Estate PT SMART Tbk 35

4 Peta areal Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 37 5 Data curah hujan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 2004-2013 38 6 Data klasifikasi lahan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 39 7 Data luas dan jumlah tanaman kelapa sawit di Padang Halaban Estate

PT SMART Tbk tahun 2014 40

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit telah memberikan peran penting pada perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia. Menurut Pahan (2008), sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan kajian oleh Amir (2004), ekspor pertanian memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional. Menurut data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, volume ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013 mencapai 20.572.200 ton yang nilai ekspornya mencapai 15.8 milyar USD. Perkebunan kelapa sawit juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga menambah kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan luas total areal perkebunan kelapa pada tahun 2013 mencapai 9.149.919 ha.

Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia pada tahun 2013 mencapai 24.431.640 ton. Produksi yang tinggi tidak terlepas dari pengelolaan tanaman yang tepat. Pengelolaan tanaman tersebut meliputi kegiatan pembibitan, penanaman, pemupukan, pemanenan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama, penyakit tumbuhan dan gulma. Menurut PPKS (2010), areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica),

dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi kelapa sawit sampai 20%.

Menurut Barus (2003), kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain pertumbuhan tanaman terhambat, penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit, serta biaya pengendalian gulma yang mahal.

Menurut Alamprabu (2010), di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada

komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh gulma Mikania micrantha sebesar Rp_38.110.500 dengan luas serangan 757.5 ha, kerugian akibat Imperata

cylindrica sebesar Rp_59.971.500 dengan luas serangan 1.086 ha, dan akibat Paspalum conjugatum sebesar Rp_43.416.599 dengan luas serangan 1.149.9 ha.

(16)

2

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Menguraikan jenis gulma yang ada di perkebunan kelapa sawit. Menguraikan permasalahan dan cara penyelesaian masalah mengenai pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit serta menguraikan biaya yang dibutuhkan dalam pengendalian gulma.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil dari famili palmae dengan spesies Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) atau Elaeis melanococca (kelapa sawit Amerika Latin). Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Minyak sawit yang dimanfaatkan berasal dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel, endosperm). Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut kemudian di Kebun Raya Bogor dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848 (Setyamidjaja 2006).

Kelapa sawit termasuk tanaman tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 13 derajat lintang utara dan 12 derajat lintang selatan, terutama kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 sampai 4.000 mm tahun-1, curah hujan optimal 2.000 sampai 3.000 mm tahun-1, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari tahun-1. Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24o C sampai 28o C dengan suhu terendah 18o C dan tertinggi 32o C. Ketinggian optimum tanaman kelapa sawit adalah 0 sampai 400 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 dpl pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan rendah. Kelapa sawit mengehendaki kelembapan udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5 sampai 7 jam hari-1 (Setyamidjaja 2006).

Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk megendalikannya. Gulma merupakan bagian dari OPT disamping hama dan penyakit tanaman. Gulma menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma tersebut hidup berinteraksi bersama tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses persaingan atau

(17)

3 tanaman akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma (Sembodo 2010).

Menurut Barus (2003), gulma dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma teki-tekian (sedges) dan gulma pakis-pakisan (ferns). Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas berupa daun yang menyerupai pita, batang tanaman beruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helai daun. Gulma berdaun lebar memiliki ciri khas berupa daun yang melebar dan tanaman yang tumbuh tegak atau menjalar. Gulma teki-tekian menyerupai gulma berdaun sempit namun memiliki ciri khas berupa batang yang berbentuk segitiga. Gulma pakis-pakisan pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Selain itu gulma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus hidupnya yaitu gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds). Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumya gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji yang sangat banyak. Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Gulma ini menghasilkan bentuk roset pada tahun pertama, berbunga pada tahun kedua, menghasilkan biji dan akhirnya mati (Barus 2003).

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Setyamidjaja (2006), secara garis besar jenis-jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi gulma berbahaya dan gulma lunak. Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok seperti ilalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus), kirinyuh (Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabatrichum) dan tembelekan (Lantana camara). Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan dapat menahan erosi tanah namun jumlahnya juga tetap harus dikendalikan. Contoh gulma lunak diantaranya babadotan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum), dan pakis (Nephrolepis biserrata).

Menurut Sastroutomo (1990), pada lahan perkebunan dimana tanahnya jarang mengalami pengolahan mempunyai jenis gulma tahunan yang komposisinya cukup besar dibandingkan dengan gulma semusim. Areal yang didominasi oleh gulma berbahaya atau pesaing berat dapat menurunkan produksi hingga 20%. Gulma di perkebunan kelapa sawit selain menimbulkan persaingan dengan tanaman juga mengganggu kelancaran kegiatan kebun. Gulma di gawangan dapat menyulitkan pemanenanan, pengutipan brondolan dan mengurangi efektivitas pemupukan. Gulma di pasar pikul dapan mengganggu pergerakan tenaga kerja. Kelancaran kegiatan yang terganggu dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja (PPKS 2010).

(18)

4

Pengendalian secara manual bertujuan untuk merusak fisik atau bagian tubuh gulma sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Beberapa sarana yang digunakan dalam pengendalian secara manual adalah sabit, bajak, cangkul, kored, sosrok, tangan atau bahan bakar. Metode pengendalian gulma secara kultur teknis bertujuan untuk memanipulasi ekologi atau lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan dan sebaliknya untuk tanaman. Metode secara hayati bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga, kumbang, ternak, mikroba, maupun ikan. Penerapan metode ini harus hati-hati dan memenuhi syarat yaitu organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik sehingga tidak menyerang tanaman. Pengendalian secara kimia adalah mengendalikan atau membunuh gulma menggunakan herbisida. Pengendalian secara terpadu adalah metode dengan memadukan dua atau lebih metode pengendalian gulma yang berbeda dalam suatu sistem produksi tanaman.

Menurut Pahan (2007), pengendalian gulma dilakukan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit yang berumur kurang dari 1 tahun dilakukan secara manual dengan rotasi setiap bulan selama 1 tahun. Pengendalian gulma untuk tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari dua tahun dilakukan secara kimia dengan 4 kali rotasi dalam 1 tahun. Pengendalian gulma pakis dilakukan pengendalian secara kimia dengan 2 kali rotasi dalam 1 tahun. Pengendalian gulma harus berorientasi terhadap kualitas (gulma dapat dikendalikan secara efektif) dan kuantitas (pencapaian hasil luasan aktual sama dengan budget). Pengendalian gulma perlu dilakukan dengan teliti, perlu pengawasan yang ketat, serta mengutamakan keselamatan kerja dan keselamatan kesehatan (safety health) (Perdana 2009).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Padang Halaban Estate (PHLE), PT SMART Tbk, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada 24 Februari 2014 sampai 23 Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan dengan melakukan praktek kerja secara langsung di perkebunan kelapa sawit. Kegiatan yang dilaksanakan berhubungan dengan aspek teknis dan aspek manajerial kebun. Terdapat beberapa peranan yang berbeda bagi mahasiswa untuk setiap bulanannya.

(19)

5 Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping mandor pada satu bulan berikutnya. Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan aspek manajerial. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan biayanya, penentuan dosis, konsentrasi, dan jumlah bahan kimia yang digunakan, manajemen pengendalian gulma, manajemen pemanenan, serta pembuatan buku kegiatan mandor.

Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping asisten pada dua bulan terakhir yang bertugas menyusun rencana kerja harian dan bulanan, mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan), dan membantu asisten dalam menyelesaikan administrasi kebun. Seluruh rangkaian kegiatan dicatat pada jurnal harian kegiatan magang yang dilampirkan pada Lampiran 1 sampai Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan dengan cara mencatat seluruh kegiatan. Data tersebut meliputi dominansi jenis gulma, dosis dan konsentrasi herbisida yang digunakan, organisasi pengendalian gulma, ketepatan pelaksanaan pengendalian, jumlah HK yang dibutuhkan dan estimasi biaya pengendalian per tahun.

Data sekunder diperoleh dari arsip perkebunan meliputi data kondisi kebun seperti peta areal, jenis tanah, topografi, populasi tanaman, data produksi dan produktivitas, curah hujan serta dosis rekomendasi herbisida pada kebun tersebut. Selain itu juga data non teknis meliputi organisasi dan manajemen kebun.

Pengambilan data dominansi jenis gulma dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan kuadrat 50 cm × 50 cm. Pengambilan sampel dilaksanakan di 4 blok dengan umur tanaman yang berbeda. Blok tersebut diantaranya adalah blok tanaman tahun ini (TTI), blok tanaman belum menghasilkan (TBM), blok tanaman menghasilkan (TM) muda (kurang dari 6 tahun), dan blok TM Tua.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak tidak langsung dengan membagi blok menjadi 3 luasan. Setiap luasan diambil 5 sampel kuadrat yang disebar merata sehingga diperoleh total 15 kuadrat per blok. Data yang diambil pada setiap sampel kuadrat diantaranya adalah kerapatan mutlak (KM), bobot basah mutlak (BBM) dan frekuensi mutlak (FM). KM adalah jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel. BBM adalah bobot basah spesies gulma tertentu dalam petak sampel. FM adalah jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu.

Analisis Data dan Informasi

(20)

6

KN merupakan kerapatan nisbi yaitu nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total KM semua jenis gulma. BBN merupakan bobot basah nisbi yaitu nilai BBM spesies gulma tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN merupakan frekuensi nisbi yaitu nilai FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD menunjukkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Kemudian setiap blok dibandingkan tingkat kesamaan vegetasi gulmanya dengan menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus:

Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di 2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang dibandingkan. Kemudian dihitung jarak ketidaksamaan antara setiap blok menggunakan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988):

Jarak Ketidaksamaan = 1 - KK

Kemudian dilakukan analisis gerombol menggunakan nilai jarak ketidaksamaan. Hasil dari analisis gerombol ditampilkan dalam bentuk dendrogram jarak ketidaksamaan. Biaya pengendalian gulma diperoleh dengan menghitung upah tenaga kerja, rotasi pengendalian dalam setahun dan harga herbisida pada budget perusahaan untuk tahun 2014. Data lain yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan standar operasional dan aturan kerja yang berlaku.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Wilayah Administratif

PHLE merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik PT SMART Tbk di Region Sumatera Utara. Region Sumatera Utara dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. PHLE termasuk ke dalam Unit Region Sumatera Utara bagian utara.

(21)

7 dari Stasiun Kota Medan. Jarak kantor besar PHLE dari Stasiun Padang Halaban sekitar 5 km. Peta PHLE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Menurut klasifikasi Schmidth – Ferguson, PHLE memiliki tipe iklim A dengan nilai Q sebesar 9.57%. Curah hujan rata-rata tahunan dalam 10 tahun terakhir (2004 sampai 2013) adalah 2.406 mm tahun-1 dengan hari hujan rata-rata 173.6 hari tahun-1. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu mencapai 299.9 mm dan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 107.2 mm. Data curah hujan PHLE dapat dilihat pada Lampiran 5.

Lahan di PHLE sebagian besar memiliki kelas kesesuaian lahan S2 dengan kedalaman solum lebih dari.100 cm dan kedalaman efektif 50 sampai 100 cm. PHLE didominasi oleh lahan yang datar-berombak. Sekitar 78.42 % lahan memiliki topografi datar-berombak, 20.80% memiliki topografi bergelombang dan 0.78% memiliki topografi berbukit. Data klasifikasi tanah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan HGU, PHLE PT SMART Tbk memiliki luas areal konsesi seluas 7 464.92 ha. Luas areal yang ditanami adalah 7 140.19 Ha dan areal yang tidak ditanam adalah 324.73 ha. PHLE dibagi menjadi 8 divisi dengan luasan yang berbeda. Divisi I seluas 897.41 ha, divisi II seluas 893.05 ha, divisi III seluas 897.70 ha, divisi IV seluas 811.99 ha, divisi V 776.58 ha, divisi VI 972.45 ha, divisi VII 924.27 ha dan divisi VIII seluas 966.74 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Bibit tanaman kelapa sawit yang ada di PHLE berasal dari sumber yang berbeda, diantaranya adalah Socfindo, Costa Rica, Marihat, dan Dami Mas. PHLE menggunakan bibit Dami Mas untuk replanting. Dami Mas adalah bibit yang berasal dari PT Dami Mas Sejahtera yang merupakan anak perusahaan dari PT SMART Tbk. Bibit Dami Mas memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah dapat mulai dipanen pada umur 24 bulan setelah tanam, produksi potensial pada umur 2 sampai 8 tahun dapat melebihi 26 ton TBS per ha per tahun, nilai ekstraksi minyak lebih dari 25% dan probabilitas yang rendah terhadap kemunculan chimaera dan penyakit tajuk.

(22)

8

Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan PHLE sedang menjalankan program replanting untuk menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif sehingga luasan panen menurun. Luasan panen yang menurun juga menurunkan hasil TBS yang dapat di panen. Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 1.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PHLE dipimpin oleh 1 Senior Estate Manager (SEM) dan 1 Estate Manager

(EM). SEM memimpin divisi I sampai V, sedangkan EM memimpin divisi VI sampai VII dan pembibitan. PHLE menggunakan 3 Asisten kepala (Askep). Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I, asisten divisi II dan asisten LA/JJK (Land Application/Janjangan kosong). Askep rayon 2 memimpin asisten divisi III sampai V. Askep rayon 3 memimpin asisten divisi VI sampai VIII dan pembibitan. Posisi EM dan Askep rayon 3 sedang kosong pada saat penulis melaksanakan magang sehingga terjadi perubahan manajemen. SEM memimpin seluruh divisi untuk sementara. Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I sampai III dan LA/JJK. Askep rayon 2 memimpin asisten divisi IV sampai VIII dan pembibitan. Perubahan manajemen sementara tersebut berlangsung hingga ada pengganti untuk menempati posisi EM dan Askep rayon 3 yang baru. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 8.

Status karyawan di PHLE dibagi menjadi karyawan staf dan non-staf. Karyawan staf terdiri atas Asisten, Askep, Kepala Tata Usaha (KTU), Kepala Administrasi (Kasie), Kepala Unit Pengamanan (Kanitpam) dan Manager. Karyawan non-staf di PHLE terdiri atas Serikat Kerja Umum (SKU), dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), sedangkan Buruh Harian Lepas (BHL) tidak termasuk sebagai karyawan. PKWT merupakan karyawan setingkat SKU hanya saja menggunakan kontrak dengan waktu tertentu. Upah SKU ditetapkan oleh kebijakan perusahaan dengan gaji per bulan, namun jika di hitung perhari kerja, upah SKU adalah Rp 84.426 HK-1, sedangkan upah BHL adalah Rp 67.584 HK-1. Jumlah karyawan staf di PHLE saat pelaksanan magang adalah 16 orang, karyawan non-staf adalah 551 orang dan BHL 623 orang. Total seluruh karyawan di PHLE adalah 1190 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) senilai 0.16.

Tabel 1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Luas Panen

(ha)

7 013.22 6 503.26 6 532.11 6 491.42 6 019.13 Produksi

(ton)

176 233.78 146 241.32 143 573.10 136 328.33 124 057.55 Produktivitas

(ton ha-1)

25.12 22.48 21.97 21.01 20.61

(23)

9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis meliputi kegiatan teknis dan kegiatan manajerial. Kegiatan yang mencakup aspek teknis dilaksanakan saat menjadi karyawan harian lepas. Kegiatan tersebut meliputi pembibitan, replanting, pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Kegiatan yang mencakup aspek manajerial dilaksanakan saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten.

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan merupakan tahap awal dalam mengembangkan suatu perkebunan yang nantinya berpengaruh besar terhadap produktivitas kebun. Pembibitan harus dilaksanakan dengan baik agar menghasilkan bibit yang berkualitas, yaitu bibit siap tanam yang mempunyai kemampuan tumbuh baik, tahan terhadap cekaman lingkungan, dan punya kemampuan berproduksi tinggi.

Areal pembibitan Padang Halaban Estate berlokasi di dalam divisi VII blok 25 dan blok 26. Total luas areal pembibitan tersebut adalah 36 ha yang terdiri atas 16 ha areal pembibitan 1 dan 20 ha areal pembibitan 2. Areal pembibitan tersebut memiliki topografi yang datar dan permukaan yang rata.

Pembibitan di Padang Halaban Estate menggunakan sistem double stage

atau sistem 2 tahap yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Penggunaan sistem double stage dimaksudkan untuk memperoleh bibit yang berkualitas tinggi. Persiapan bibit menggunakan sistem tersebut dapat lebih optimal karena tidak memerlukan areal yang luas dibandingkan dengan sistem single stage yang langsung ditanam di pembibitan utama. Hal tersebut dapat mempermudah perawatan, penyiraman dan seleksi sehingga diperoleh bibit siap tanam yang berkualitas tinggi.

Pre nursery. Kegiatan yang dilakukan di pre nursery meliputi persiapan

penerimaan kecambah, penanaman kecambah, penyiraman bibit, pengendalian gulma, dan seleksi bibit. Areal pre nursery memiliki permukaan yang cukup datar dan rata. Bibit pada pre nursery ditanam pada baby polybag yang berukuran 23.cm × 15 cm. Bibit disusun dalam bedengan 0.8 m × 15 m sehingga dalam satu bedengan terdapat 1.200 bibit. Bibit pada pre nursery berumur 0 sampai 3 bulan. Setelah 3 bulan bibit dilakukan pindah tanam ke main nursery.

Kegiatan persiapan penerimaan kecambah meliputi kegiatan perhitungan kebutuhan tanah, kebutuhan pupuk Rock Phosphat (RP), dan pengisian polybag.

Kegiatan tersebut dilakukan satu bulan sebelum penerimaan kecambah. Kebutuhan tanah untuk pengisian polybag adalah 2 m3 1.000-1 polybag-1, sedangkan kebutuhan pupuk RP adalah 5 kg 1.000-1 polybag-1. Pengisian tanah pada polybag diawali dengan pengayakan tanah. Tanah diayak menggunakan ayakan tegak. Pengayak mengunakan cangkul dengan cara melempar bongkahan tanah ke ayakan. Tanah yang telah diayak diisi kedalam polybag. Prestasi pekerja dalam mengisi polybag adalah 750 polybag HK-1 dan prestasi penulis adalah 500

(24)

10

Penyiraman bibit dimulai setiap pukul 7.00 WIB. Penyiraman bibit dilakukan secara manual menggunakan selang dan gembor. Bibit pada disiram hingga tanah pada polybag jenuh air. Pekerja penyiram bibit adalah seorang BHL wanita yang sudah biasa melakukan penyiraman pada bibit pre nursery.

Gulma yang dikendalikan pada pre nursery adalah gulma pada polybag dan gulma diluar polybag. Gulma di dalam polybag dikendalikan secara manual dengan cara dicabut. Gulma diluar polybag dikendalikan secara manual dengan cara di cabut dan dengan menggunakan cangkul. Gulma yang banyak terdapat pada areal pre nursery adalah Eleusine indica, Axonopus compressus, dan

Paspalum conjugatum.

Main nursery. Bibit pada pembibitan utama ditanam pada large polybag

yang berukuran 40 cm × 50 cm. Bibit tersebut disusun dengan jarak antar tanaman 90 cm dan berpola segitiga sama sisi. Bibit siap untuk ditanam di lahan apabila telah berumur 11 sampai 13 bulan. Kegiatan yang dilakukan di main nursery

adalah penyiraman bibit, pemangkasan bibit, pemupukan dan pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan menggunakan mesin sprinkle. Mesin sprinkle

dinyalakan setiap pukul 7.00 oleh operator mesin dan dibuka secara bergantian selama 30 menit oleh operator pompa untuk setiap line. Kebutuhan air untuk pembibitan kelapa sawit adalah 2 l hari-1 untuk setiap bibit.

Pemangkasan bibit dilakukan pada bibit main nursery yang terlambat ditanam di lapang. Pemangkasan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemangkasan pertama dilakukan saat bibit berumur 18 bulan. Pemangkasan kedua dilakukan saat bibit berumur 24 bulan atau 4 bulan sebelum ditanam dilapangan. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan memudahkan proses transportasi dan proses penanaman di lapangan.

Pemangkasan bibit dilakukan dengan memangkas setiap pelepah pada bibit. Alat yang digunakan adalah arit. Pelepah yang terluar dipangkas pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah yang paling dalam dipangkas dengan ketinggian 150 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah yang telah dipangkas ditumpuk dan disusun rapi di antara bibit.

Pengendalian gulma di pembibitan utama dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimia. Gulma sasaran dari pengendalian manual adalah gulma yang tumbuh di dalam polybag dan dikendalikan dengan cara dicabut.

Gulma sasaran dari pengendalian kima adalah gulma yang tumbuh di luar polybag.

Herbisida yang digunakan adalah Rolixone 276 SL (Parakuat diklorida) dengan dosis 250 ml 1000-1 bibit-1. Alat yang digunakan adalah knapsack RB 15 dengan kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan di antara polybag dengan ketinggian ¾ dari tinggi polybag atau sekitar 27 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut dimaksudkan agar herbisida tidak mengenai bibit kelapa sawit di dalam polybag. Replanting

(25)

11 satu tahun tidak melebihi 12% sehingga produksi TBS tetap stabil. Kegiatan

replanting yang diikuti oleh penulis meliputi tumbang, chipping, ripping dan penanaman kelapa sawit.

Tumbang dan chipping. Tumbang dan chipping merupakan serangkaian kegiatan penumbangan tanaman kelapa sawit, penyusunan tumbangan pada gawangan mati dan pemotongan batang kelapa sawit menjadi bagian-bagian kecil (chipping). Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan menggunakan alat berat

excavator. Kelapa sawit yang ditumbangkan menggunakan excavator disusun pada gawangan mati. Kemudian kelapa sawit tersebut di-chipping menggunakan pisau pada ujung bucket dari excavator dengan kemiringan pisau 45°-60°. Batang kelapa sawit dipotong dengan ketebalan kurang dari 10 cm dan panjang 60 cm. Kemudian potongan-potongan tersebut dirumpuk dengan lebar rumpukan 3.5 m dan tinggi maksimal 1.5 m. Kegiatan penumbangan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.

Kegiatan tumbang dan chipping dilakukan di blok 25 dengan luasan 50.29.ha. Jumlah excavator yang beroperasi adalah 8 unit. Excavator bekerja selama 10 hours machine (HM) hari-1 dan dapat melakukan tumbang dan chipping

100 sampai 110 pohon. Masing-masing excavator tersebut dioperasikan oleh satu operator dan satu helper. Helper bertugas sebagai pembantu operator apabila terdapat kerusakan dan permasalahan lain. Kegiatan tumbang dan chipping

diawasi oleh satu mandor dengan jumlah anggota sama dengan jumlah excavator. Setiap anggota mengawasi pekerjaan satu excavator. Hal yang diawasi adalah ketinggian rumpukan, lebar rumpukan, tebal dan panjang chipping-an serta titik perumpukkan pohon agar rumpukan tetap lurus.

Ripping. Ripping merupakan kegiatan menggaruk dan membalik tanah

menggunakan alat berat ripper dozer. Kegiatan ripping dilakukan setelah tumbang dan chipping. Ketika penulis melakukan kegiatan magang, kegiatan tumbang dan

chipping mengalami keterlambatan sehingga dilakukan ripping terlebih dahulu. Kegiatan ripping bertujuan untuk mengeluarkan akar kelapa sawit yang telah ditumbang dan menggemburkan tanah. Satu unit ripper dozer bekerja selama 10 HM hari-1 dengan luasan 3 ha hari-1.

Penanaman kelapa sawit. Kegiatan penanaman dilakukan di Divisi I Blok 21 dengan luas areal 16.43 ha. Kegiatan penanaman pada saat itu merupakan kegiatan penanaman terakhir pada bulan itu. Jumlah bibit yang ditanam adalah 82 bibit. Tenaga kerja berjumlah 6 orang dan satu diantaranya adalah SKU. Kegiatan dibagi menjadi 3 pekerjaan yaitu langsir bibit, tabur pupuk dan penanaman. Satu pekerja melakukan penaburan pupuk, 2 pekerja melakukan langsir dan 3 pekerja melakukan penanaman.

(26)

12

Kegiatan diawali dengan pengangkutan bibit dan pupuk menggunakan

tractor di kantor divisi kemudian ditransportasikan ke areal penanaman. Tractor

masuk ke dalam gawangan hidup, bibit dilangsir dan diletakkan di sebelah lubang tanam. Kemudian pupuk ditabur oleh penabur pupuk di setiap lubang tanam. Pupuk yang digunakan adalah triple super phosphat (TSP) dengan dosis 350 g lubang-1 dan biofungisida nogan dengan dosis 300 g lubang-1. Pupuk tersebut telah diuntil sesuai dosis dan dimasukkan ke dalam plastik satu hari sebelum penanaman sehingga memudahkan saat melaksanaan penaburan pupuk. Pupuk TSP berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar bibit setelah ditanam sedangkan nogan berfungsi untuk mencegah pertumbuhan ganoderma. Pupuk TSP ditabur pertama kali di dasar lubang tanam. Setelah itu pupuk TSP ditutup oleh tanah sebelum penaburan pupuk nogan. Nogan kemudian ditabur pada lubang dan dinding lubang tanam.

Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah ditabur pupuk. Lubang tanam memiliki diameter 60 cm pada permukaan dan 40 cm pada dasar lubang dengan kedalaman 60 cm. Bagian bawah polybag disobek secara melingkar sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang. Bibit dimasukkan kedalam lubang. Polybag

disobek vertical dan dibuka. Lubang ditimbun secara bertahap sepertiga dari kedalaman lubang. Setiap sepertiga kedalaman, tanah dipadatkan dan terus ditimbun hingga tertutup seluruhnya. Polybag yang telah dilepas disangkutkan pada bibit untuk menandakan bahwa polybag pada bibit tersebut telah di lepas. Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dengan menggunakan pupuk. Kebutuhan hara yang tercukupi dapat menghasilkan produksi yang optimal pada tanaman. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang menggunakan biaya yang tinggi. Maka perlu diperhatikan ketepatan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemupukan.

Pupuk yang digunakan PHLE adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah tandan kosong, limbah cair dan abu janjang. Pupuk anorganik yang digunakan seperti urea, KCl, TSP dan kiserite. Kegiatan Pemupukan dilakukan 2 rotasi tahun-1. Rotasi pertama januari sampai juni dan rotasi kedua juli sampai desember. Pemupukan tidak dilakukan pada saat kemarau karena menghidari menguapnya pupuk yang diaplikasikan.

Kebutuhan pupuk. Rekomendasi pemupukan dibuat setiap tahun oleh SMART Research Institute (SMARTRI). Dosis pupuk untuk setiap divisi bahkan setiap blok dapat berbeda. Hal tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan hasil analisa daun (leaf sampling unit) dan analisa tanah (soil sampling unit). Leaf sampling unit (LSU) dilakukan oleh kebun yang dikoordinasikan dengan SMARTRI. LSU diambil setiap tahun sekali pada bulan Januari sampai dengan Maret, pada kondisi normal LSU dilaksanakan sekitar 2 sampai 3 bulan setelah pemupukan semester 2 selesai diaplikasi. LSU pertama kali dilakukan pada saat awal tahun umur ke 3 TBM.

(27)

13

Aplikasi pupuk anorganik. Pemupukan diawali dengan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah membagi pupuk ke dalam beberapa karung dengan bobot tertentu sesuai dengan dosis pemupukan yang akan dilaksanakan. Penguntilan bertujuan untuk mempermudah pengangkutan, mempermudah pengeceran di lapangan dan jumlah pupuk yang dibawa ke lapang tepat dengan kebutuhan. Penguntilan dilakukan satu hari sebelum aplikasi pemupukan.

Contoh pelaksanan pemupukan urea dilakukan di blok 45 divisi VII. Luas areal yang dipupuk 14.86 ha atau sekitar 2199 tanaman. Dosis pupuk urea yang digunakan adalah 1.5 kg tanaman-1 sehingga total pupuk urea yang dibutuhkan adalah 3298.5 kg. Dengan jumlah tanaman 34 tanaman baris-1, maka kebutuhan pupuk per gawangan adalah 25.5 kg. Satu sak pupuk adalah 50 kg dan untuk penguntilan dilakukan dengan bobot 12.5 kg untilan-1 sehingga jumlah total untilan adalah 264 untilan pupuk urea.

Pupuk yang telah diuntil diangkut menggunakan traktor. Pupuk kemudian diecer ke lapangan. Pengecer berjumlah 2 orang dan berada diatas bak traktor. Pengecer mengecer pupuk dengan cara melempar untilan ke pinggir blok. Pengecer melempar 2 untilan untuk 1 baris tanaman. Pemupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam ember dan masuk kedalam rintis. Pemupuk menebar pupuk menggunakan piring plastik. Piring plastik diasumsikan memiliki takaran 0.5 kg sehingga satu tanaman dipupuk 3 kali piring plastik. Pupuk ditebar pada piringan dengan jarak 1 m dari tanaman. Pupuk yang ditebar harus tersebar merata dengan lapisan yang tipis dan tidak ada pupuk yang menumpuk atau menggumpal. Norma HK pemupukan adalah 4 ha HK-1. Gambar 2 menunjukkan pelaksanaan pemupukan oleh BHL.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma manual di PHLE diantaranya adalah dongkel anak kayu (DAK), garuk piringan dan dangir kacangan. DAK dan dangir kacangan dilakukan 2 rotasi tahun-1. Rotasi pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni, sedangkan rotasi kedua dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember. DAK dilaksanakan di TM dan TBM, sedangkan dangir kacangan pada lahan TBM yang ditanami kacangan. Garuk piringan dilakukan 6 rotasi tahun-1 pada TBM.

DAK merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara mencangkul tanah pada pangkal gulma anak kayu dan mengeluarkannya secara utuh sampai ke akarnya dari dalam tanah. Anak kayu adalah gulma daun lebar yang memiliki batang berkayu. Gulma anak kayu yang telah didongkel dikumpulkan di pinggir jalan collection road (CR). Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan

(28)

14

gulma di piringan dengan cara menggaruk piringan menggunakan garukan atau parang babat bergalah hingga kondisi bersih gulma. Dangir kacangan merupakan kegiatan membersihkan gulma di sekeliling tanaman kacangan yang baru ditanam dan vegetasinya belum menutup tanah.

Kegiatan DAK dilakukan di Blok 2 Divisi IV dengan luas areal 65.27 ha dan tahun tanam 1995 (TM). Alat yang digunakan adalah cangkul, cados dan parang. Cangkul dan cados digunakan untuk mendongkel, sedangkan parang digunakan untuk membabat anak kayu yang memiliki ketinggian lebih dari 1 m agar lebih mudah untuk didongkel. Anak kayu yang menjadi sasaran dongkel adalah Clidemia hirta, Melastoma malabathricum, keladi dan kentosan yang tingginya lebih dari 30 cm. Pekerja terdiri atas 5 orang SKU perempuan dan 17 BHL perempuan. Standar kerja DAK di PHLE adalah 1.5 ha HK-1, tetapi standar tersebut tidak mutlak karena dominasi anak kayu pada suatu blok tidak selalu sama setiap rotasi. Pelaksanaan DAK dapat dilihat pada Gambar 3.

Kegiatan garuk piringan dilakukan di divisi IV blok 39 dengan luasan 40.42.ha dan tahun tanam 2013 (TBM). Alat yang digunakan adalah parang babat dengan gagang. Piringan dibersihkan dengan cara digaruk hingga bersih dari gulma. Gulma yang banyak terdapat pada piringan adalah Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, teki-tekian dan kacangan yang merambat sampai ke piringan. Penggarukan dilakukan secara hati-hati agar tanah pada piringan tidak tergaruk terlalu dalam karena dikhawatirkan dapat melukai akar-akar halus dari tanaman kelapa sawit. Pekerja berjumlah 17 orang BHL perempuan. Standar target dari kegiatan garuk piringan adalah 0.5 ha HK-1.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yang secara rutin dilakukan di PHLE diantaranya adalah semprot piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan tempat pengumpulan hasil (TPH), semprot semak dan wiping lalang. Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan kegiatan yang penting karena penyemprotan menghabiskan biaya yang tinggi.

Herbisida yang umum digunakan di PHLE adalah herbisida dengan merk dagang Roll Up 480 SL (Isopropilamina glifosat) herbisida sistemik berbentuk larutan berwarna kuning, Starane 290 EC (Fluroksipir metil heptil ester) herbisida sistemik dan selektif berbentuk pekatan berwarna cokelat tua, Erkafuron 20 WG (Metil metsulfuron) herbisida sistemik berbentuk butiran dan Rolixone 276 SL (Parakuat diklorida) herbisida kontak berbentuk larutan berwarna hijau kebiruan.

Herbisida Starane dapat dicampur dengan Roll Up dengan perbandingan 1.:.4. Erkafuron juga dapat dicampur dengan Rolixone atau Roll Up dengan

(29)

15 perbandingan 1 kg Erkafuron untuk 20 l Rolixone atau Roll Up. Jenis herbisida yang digunakan disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

Herbisida yang akan digunakan diambil dari gudang divisi. Pengambilan herbisida dilakukan oleh mandor pengendalian gulma dan dituliskan pada bon pengeluaran barang. Bon pengeluaran barang ditandatangani oleh pengambil, mandor kepala dan disetujui oleh asisten divisi.

Herbisida yang dibawa ke lapang harus diencerkan terlebih dahulu. Herbisida diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Tujuan pengenceran adalah untuk menghindari terjadinya pencurian herbisida karena herbisida yang telah diencerkan tidak dapat dijual kembali.

Kegiatan semprot piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan TPH dilakukan dengan rotasi 3 kali tahun-1 dengan luasan semprot 25% dari total luasan. Semprot pada TM remaja dan tua menggunakan 250 ml ha-1 Roll UP + 63 ml ha-1 Starane untuk rotasi pertama dan ketiga, sedangkan pada rotasi kedua menggunakan 250.ml ha-1 Rolixone+ 13 g ha-1 Erkafuron.

Semprot pada TBM dan TM muda 375 ml ha-1 Roll UP + 94 ml ha-1 Starane 290 EC untuk rotasi pertama dan ketiga. Rotasi kedua menggunakan 375 ml ha-1 Rolixone + 19 g ha-1 Erkafuron.

Alat yang digunakan adalah knapsack solo 15 l dan nozzle red (volume semprot 0.93 l menit-1) atau brown (1.15 l menit-1) dengan lebar semprot 1.2 m. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.43% atau sekitar 65 ml per knapsack.

Gulma pada piringan dikendalikan hingga kondisi bersih dari gulma. Piringan harus bersih dari gulma karena piringan merupakan areal perakaran untuk menyerap unsur hara dan tempat menaburkan pupuk. Selain itu kondisi gulma yang tidak terkendali pada piringan dapat mempersulit pengutipan brondolan. Gulma yang terdapat di piringan umumnya adalah pakis-pakisan,

Axonopus compressus dan kentosan.

Gulma pada pasar pikul dan pasar kontrol dikendalikan hingga kondisi tidak mengganggu kegiatan kebun. Pasar pikul adalah jalan pada gawangan mati yang berfungsi sebagai jalan untuk melaksanakan kegiatan kebun. Pasar kontrol adalah jalan yang berada di tengah-tengah blok dan sejajar dengan CR yang berfungsi sebagai jalan untuk kegiatan kontrol oleh mandor. Lebar pasar pikul dan pasar kontrol adalah 1.2 m. Gulma umumnya didominasi oleh gulma golongan rumput.

TPH merupakan areal dengan ukuran 3 m × 4 m yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan TBS dan brondolan hasil panen sebelum dimuat ke truk untuk diangkut ke PKS. TPH berada di ujung pasar pikul. TPH harus bersih dari gulma agar hasil panen dapat disusun rapi sehingga pemuatan dan penghitungan hasil dapat dilakukan dengan baik.

Kegiatan Semprot semak dilakukan 2 rotasi tahun-1. Herbisida yang digunakan dalam semprot semak disesuaikan dengan gulma dominan yang akan dikendalikan. Apabila gulma yang dominan adalah gulma daun sempit dan daun lebar maka herbisida yang digunakan adalah Roll Up + Erkafuron dengan dosis 1.5 l + 0.075 kg ha-1 blanket. Jika gulma yang dominan adalah pakis maka herbisida yang digunakan adalah Rolixone + Erkafuron dengan dosis yang sama.

(30)

16

sedangkan pada TM adalah 10 ml ha-1. Konsentrasi yang digunakan 0.5_sampai 1% tergantung kerapatan lalang. Kegiatan wiping pada TBM dilakukan dengan 4 rotasi, sedangkan di TM dilakukan 2 rotasi, namun hal tersebut disesuaikan dengan keadaan alang-alang yang ada di lapangan.

Kegiatan semprot anak kayu di PHLE adalah kegiatan yang tidak rutin dilaksanakan. Kegiatan tersebut dilakukan apabila jumlah gulma anak kayu pada suatu blok telah terlalu banyak. Anak kayu yang sudah tidak terkendali memerlukan banyak tenaga kerja jika dikendalikan secara manual dengan dongkel anak kayu sehingga untuk mengendalikannya dilakukan penyemprotan.

Kegiatan semprot anak kayu dilaksanakan di Blok 39 Divisi IV dengan luas areal 40.42 ha dan tahun tanam 2013 (TBM). Anak kayu yang dominan pada blok tersebut adalah Clidemia hirta, Urena lobata dan Melastoma malabathricum.

Herbisida yang digunakan adalah Garlon 670 EC (Triklopir butoksi etil ester) herbisida sistemik berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan dan berwarna ungu tua. Herbisida tersebut digunakan untuk mengendalikan semak, gulma berkayu dan berdaun lebar. Dosis herbisida yang digunakan adalah 30 ml knapsack-1 atau dengan konsentrasi 0.2% dan menggunakan knapsack SA 15 dengan kapasitas 15.l. Penyemprotan dilakukan dengan cara menyemprot secara spot pada gulma anak kayu yang hendak dikendalikan. Pekerja terdiri atas 9 orang BHL yang seluruhnya adalah laki-laki.

Alat pelindung diri (APD). Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida yang bersifat racun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh kerena itu tenaga semprot diharuskan menggunakan APD. APD tersebut diantaranya adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan kepala, dan apron. APD tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Pelaksanaan penyemprotan. Penyemprotan dilaksanakan setelah lingkar pagi. Mandor mengambil herbisida di gudang divisi dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan penyemptotan. Herbisida kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1.:.1. Mandor mencatat jumlah herbisida yang ambil dan mencatatnya pada bon pengeluaran. Tenaga kerja mempersiapkan alat yang akan digunakan. Kemudian mandor dan anggota pergi menuju blok yang akan dilakukan penyemprotan menggunakan sepeda motor.

(a) (b) (c)

(31)

17 Tenaga kerja dibagi menjadi penyemprot dan pengambil air. Pengambil air bertugas mengambil air menggunakan jeriken bervolume 25 l. Satu pengambil air membawa 5 jeriken. Air diambil dari kolam atau parit terdekat. Sebelum pekerjaan dilaksanakan tenaga kerja diharuskan makan dan minum terlebih dahulu karena pada di sela-sela penyemprotan tidak boleh makan dan minum. Hal tersebut karena beresiko tercemar herbisida.

Knapsack diisi dengan air dengan volume seperempat penuh. Kemudian dimasukkan larutan herbisida sesuai dengan dosis. Pengisian larutan herbisida dilakukan dengan menggunakan gelas takar. Setelah itu knapsack diisi penuh dengan air. Kemudian dilakukan penyemprotan.

Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan penanaman legume cover crop (LCC). LCC adalah tanaman jenis kacangan yang digunakan untuk penutup tanah yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma, menambah unsur hara dan mencegah erosi. LCC yang dibudidayakan di PHLE adalah Mucuna bracteata. Kelebihan Mucuna

dibanding LCC yang lain adalah memiliki pertumbuhan yang cepat yakni 20 cm dalam 1 hari, memiliki sistem perakaran yang dalam, toleran terhadap hama dan penyakit, dan memberikan unsur hara N yang tinggi pada tanah.

Mucuna yang ditanam di PHLE dikembangbiakkan dari benih. Satu kilogram Mucuna mengandung sekitar 6.000 butir. Kebutuhan benih Mucuna

adalah 0.11 kg ha-1 dengan daya berkecambah 50%. Benih diseleksi antara yang bulat dan keriput. Benih yang bulat dilakukan skarifikasi pada ujung benih menggunakan gunting kuku dan kemudian direndam dalam ember berisi air 5.l dan 1 sendok makan fungisida dithane selama 3 jam. Benih kemudian disemai pada karung goni dan ditutup dengan daun pakis selama 2 hari hingga muncul kecambah.

Benih yang telah berkecambah ditanam di baby polybag. Kecambah ditanam satu kecambah per polybag dengan ditambah nogan satu sendok makan. Bibit disiram 2 kali dalam sehari, pagi dan sore. Bibit Mucuna dapat ditanam di lapang setelah 6 sampai 8 minggu.

Bibit Mucuna ditanam 3 bibit tanaman-1 kelapa sawit. Bibit ditanam dengan jarak 1 m dari rumpukan chipping dan dengan jarak 1.5 m antar bibit MB. Penanaman disertai dengan pemberian pupuk RP dengan dosis 100 kg ha-1 atau sekitar 200 g lubang-1. Bibit Mucuna dilakukan perawatan agar lingkungan disekitarnya bersih dari gulma hingga Mucuna menutupi tanah secara merata.

Mucuna dapat menutupi tanah secara merata sekitar 6 sampai bulan setelah tanam. Gambar 5 menunjukkan mucuna di pembibitan dan di lapangan.

(a) (b)

(32)

18

Pemanenan

Pemanenan merupakan serangkaian kegiatan pemotongan buah yang telah matang standar, pengutipan brodolan, penyusunan pelepah di gawangan mati dan menyusun buah dan brondolan di TPH. Buah dan berondolan tersebut kemudian diangkut dan dibawa ke pabrik kelapa sawit (PKS). Pemanenan merupakan kegiatan utama dalam perkebunan karena tujuan utama dari perkebunan kelapa sawit adalah memanen produk berupa TBS yang menjadi sumber profit untuk perusahaan.

Sistem dan rotasi panen. Sistem panen yang digunakan di PHLE adalah sistem ancak giring tetap. Ancak pemanen ditentukan berdasarkan kemampuan pemanen dan prestasi pemanen dari pemanenan sebelumnya. Rata-rata ancak panen yang ditetapkan adalah 4 sampai 6 baris pemanen-1 blok-1. Setelah pemanen menyelesaikan ancak tersebut, pemanen dapat melanjutkan pemanenan ke blok berikutnya sesuai petunjuk dari mandor panen.

Selain ancak giring tetap, PHLE juga menerapkan sistem ancak D6. Luasan divisi dibagi menjadi 6 kadveld panen (D1, D2, D3, D4, D5 dan D6). Kadveld

panen diatur untuk pusingan 6 hari dalam satu rotasi panen, mulai dari hari Senin sampai Sabtu. Pusingan adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk kembali melakukan panen di kadveld yang sama. Rotasi panen adalah jumlah pemanenan per satuan waktu sehingga diperoleh 4 rotasi panen dalam satu bulan. Seluruh pemanen dan pembrondol yang diawasi sesuai jumlah mandoran bekerja secara serempak dalam satu blok dan seterusnya pindah ke blok berikutnya sampai selesai kadveld panen pada hari tersebut.

Kebutuhan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah pemanen dan pengutip brondolan. Kebutuhan pemanen di PHLE dengan sistem D6 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan pemanen = Luas divisi 0.04 1.1 Jumlah pengutip brondolan 1:1 jumlah pemanen Contoh perhitungan:

Luas divisi 900 ha dan dipanen dengan sistem D6. Kebutuhan pemanen = luas divisi 0.04 1.1

= 900 ha 0.04 HK ha-1 1.1

= 39.6 HK

≈ 40 HK

Maka untuk luasan divisi 900 ha dibutuhkan masing-masing 40 HK pemanen dan pembrondol.

Kriteria panen. TBS digolongkan berdasarkan tingkat kematangannya sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Tingkat kematangan buah dapat dilihat dari jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya. Standar minimum buah matang di PHLE adalah memiliki 2 brondolan lepas per kg berat tandan. Kriteria buah matang dan target panen PHLE dapat dilihat pada Tabel 2.

(33)

19 kecil basis namun semakin besar preminya. Hal tersebut disebabkan bobot janjang rata-rata (BJR) yang semakin besar dan semakin tingginya tanaman yang menambah kesulitan dalam memanen.

Pelaksanaan panen. Pekerjaan panen dimulai setelah dilakukannya apel pagi. Mandor panen, pemanen dan pengutip brondolan pergi menuju blok yang akan dipanen menggunakan sepeda motor sambil membawa peralatan panen. Deskripsi peralatan panen dapat dilihat pada Tabel 3.

Mandor panen kemudian membagikan ancak untuk setiap pemanen. Pemanen menyelesaikan ancak panen blok per blok sesuai kadveld panen. Ancak pemanen 4 sampai 6 baris per blok. Proses panen setiap blok diselesaikan sampai pasar kontrol. Pemanen memotong TBS menggunakan egrek atau dodos dalam barisan dari pinggir blok hingga pasar kontrol. TBS diletakkan dipinggir piringan arah jalan pikul sebelum diangkut ke TPH. Gagang janjang yang terlalu panjang dipotong menggunakan kapak. Pengutip brondolan mengikuti pemanen untuk mengutip brondolan yang tercecer dari buah yang dipanen. Brondolan dikutip dan dimasukkan ke dalam karung. Setelah mencapai pasar kontrol, TBS yang telah dipanen diangkut menggunakan angkong untuk disusun di TPH. TBS disusun rapi 5 sampai 10 janjang baris-1. Kemudian dituliskan kode pemanen dan jumlah janjangan pada salah satu gagang janjangan untuk menandai hasil panen dan mempermudah penghitungan hasil kerja pemanen oleh krani panen (Gambar 6a). Brondolan ditakar menggunakan ember plastik dan ditumpuk pada karung bekas

Tabel 2 Kriteria buah dan target panen di PHLE PT SMART Tbk

Kondisi buah Keterangan

Target panen (%) Buah mentah Memiliki brondolan lepas < 3 per tandan. 0 Buah kurang

matang

Memiliki brondolan lepas ≥ 3 per tandan

dan kurang dari standar minimum buah matang

< 5 Buah matang Memiliki brondolan lepas antara standar

minimum buah matang sampai 50 %

brondolan lepas dari total brondolan per tandan

> 85

Buah terlalu matang

Memiliki > 50 % brondolan lepas dari total brondolan per tandan

< 5 Tandan

kosong

Memiliki beberapa brondolan yang tersebar sampai total brondolan lepas habis sama sekali.

< 1

(34)

20

pupuk. Satu ember brondolan setara dengan 6 kg brondolan. Jika ancak pada satu blok telah diselesaikan maka mandor akan mengarahkan pemanen untuk memanen pada blok baru sesuai kadveld panen.

Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS harus dilaksanakan sesegera mungkin untuk menjaga kualitas TBS. Dalam waktu 24 jam TBS harus telah diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). Kualitas TBS akan berkaitan dengan mutu CPO yang akan di olah di pabrik. Sarana transportasi yang memadai dapat menjaga kualitas TBS. Jumlah sarana transportasi harus dapat mencukupi agar seluruh TBS dan brondolan yang dipanen dapat diangkut seluruhnya. Selain itu, jalan yang rata dapat menjaga kualitas TBS karena dapat mengurangi guncangan pada TBS. Seluruh TBS dan brondolan langsung diangkut dan ditransportasikan ke Padang Halaban Mill (PHLM).

Pemuatan TBS dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara mekanis dan manual. Pemuatan secara mekanis dilakukan menggunakan mesin crane grabber

(Gambar 6b), sedangkan pemuatan secara manual dilakukan menggunakan tojok. Satu kendaraan angkut diikuti oleh 2 tenaga pemuat. Tenaga pemuat merupakan tenaga dari kontraktor. Seluruh TBS dan brondolan dimuat ke dalam bak truk atau traktor tanpa ada yang tertinggal.

Tabel 3 Deskripsi peralatan Panen

Nama alat Fungsi

Dodos Alat untuk memanen tanaman umur ≤ 8 tahun Egrek Alat untuk memanen tanaman umur > 8tahun Galah Galah untuk egrek

Gancu Alat untuk memindahkan TBS dari tanah ke angkong Angkong Alat untuk mengangkut TBS dan karung brondolan dari

jalan pikul ke TPH

Kapak Alat untuk memotong gagang janjang yang terlalu panjang Ember Alat untuk menakar brondolan menjadi satu tumpukan Karung Karung untuk menampung brondolan sebelum di hampar di

TPH Karung

hampar

Karung bekas pupuk yang dibelah dua sebagai alas untuk hamparan brondolan

Tojok Alat untuk memuat TBS dari TPH ke Truk Sumber: Kantor Besar PHLE

(a) (b)

(35)

21 Aspek Manajerial

Pendamping Asisten Divisi

Asisten divisi adalah pimpinan kerja di tingkat divisi yang membawahi mandor I, mandor panen, mandor perawatan, krani divisi dan krani panen. Asisten divisi bertanggung jawab langsung terhadap asisten kepala dan Senior Estate Manager (SEM). Asisten memiliki tanggung jawab penuh 24 jam terhadap divisi yang dipimpinnya.

Kegiatan asisten dimulai pukul 5.45 WIB yaitu kegiatan lingkar pagi. Kegiatan lingkar pagi dipimpin oleh asisten divisi dan dihadiri oleh mandor dan krani. Kegiatan lingkar pagi mandor dan krani melaporkan hasil pekerjaan hari sebelumnya dan rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada hari ini. Asisten divisi mengevaluasi pekerjaan hari sebelumnya yang menyalahi aturan dan tidak mengikuti standar agar hal tersebut tidak terulang pada pekerjaan hari selanjutnya. Asisten divisi melakukan kontrol lapangan pukul 7.00 WIB setelah menyelesaikan administrasi di kantor divisi. Kegiatan yang diutamakan untuk diawasi adalah kegiatan yang menggunakan bahan seperti pemupukan dan pengendalian gulma secara kimiawi sebab kegiatan yang menggunakan bahan menghabiskan biaya yang cukup besar. Setelah itu asisten divisi melakukan kontrol di pemanenan. Pemanenan diawasi agar tidak ada TBS brondolan yang tertinggal. Seluruh hasil panen dipastikan telah diangkut ke PKS.

Asisten divisi kemudian melakukan kegiatan administrasi. Asisten memeriksa dan menandatangani BKM dan dokumen-dokumen lain seperti surat perintah lembur apabila ada kegiatan lembur. Asisten menyusun rencana kerja harian (RKH) untuk pekerjaan esok hari. Kemudian Asisten melakukan posting di Kantor Besar PHLE pada sore hari. Posting merupakan kegiatan mengirimkan hasil pekerjaan yang telah dikerjakaan di divisi ke Kantor Pusat menggunakan komputer di Kantor Besar PHLE yang terhubung langsung ke Kantor Pusat. Data yang dikirimkan merupakan hasil input oleh krani divisi. Tenggat waktu untuk

posting suatu pekerjaan adalah 3 hari.

Pendamping Mandor

Mandor adalah karyawan non staf yang berhubungan langsung dengan teknis pelaksanaan kegiatan kebun. Mandor berhubungan langsung dengan pekerja di lapangan dan memiliki tanggung jawab kepada asisten divisi. Mandor bertugas mengarahkan pekerjaan sesuai instruksi asisten divisi, mengawasi dan mengkoordinasikan jalannya pekerjaan, membantu asisten divisi melakukan perencanaan teknis, membuat laporan hasil pekerjaan, dan memotivasi karyawan. Kemandoran di PHLE terdiri atas mandor I, mandor perawatan, mandor panen, krani divisi dan krani panen. Seluruh karyawan non-staf dari BHL hingga mandor diharuskan melakukan absen menggunakan fingerprint scanner (pemindai sidik jari) pagi hari sebelum kegiatan dan siang hari setelah kegiatan selesai. Penggunaan sidik jari dimaksudkan agar tidak terjadi kecurangan dalam hal absensi yang dapat merugikan perusahaan. Fingerprint scanner dapat dilihat pada Gambar 7.

(36)

22

mendapatkan instruksi secara langsung dari asisten divisi. Mandor I memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di lapang yang telah diinstruksikan oleh asisten divisi. Mandor I bertugas mengawasi seluruh kegiatan yang ada dilapang mulai dari pemeliharaan hingga panen. Selain itu mandor I juga menulis buku kegiatan mandor (BKM), memeriksa BKM yang ditulis mandor, memeriksa bon pengeluaran barang dan memeriksa buku hasil kerja (BHK).

Penulis mendampingi mandor I dalam kegiatan pemupukan, panen dan pembuatan parit. Pemupukan dan pembuatan parit menghabiskan biaya yang tinggi sehingga diawasi agar target harian tercapai. Kegiatan panen diawasi TBS agar tidak ada yang tertinggal atau tidak dipanen.

Mandor perawatan. Mandor perawatan merupakan mandor yang bertugas mengawasi kegiatan perawatan seperti pemupukan, pengendalian gulma, rawat jalan, pemeliharaan TPH dan pengendalian hama dan penyakit. Pekerjaan mandor perawatan umumnya sama untuk setiap jenis kegiatan perawatan, yaitu membuat rencana kegiatan, menyiapkan tenaga kerja, menyiapkan bahan, menuliskannya pada BKM dan mengawasi jalannya kegiatan perawatan. Kegiatan yang telah diselesaikan dituliskan pada BHK dengan referensi BKM yang ditulis.

Penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor perawatan dalam kegiatan pemupukan dan pengendalian gulma. Mandor pupuk menyiapkan kebutuhan tenaga penabur, tenaga pemuat dan pengecer untilan pupuk. Mandor pupuk membagi luasan areal yang akan dipupuk per tenaga kerja. Kemudian mandor mengawasi penabur agar pupuk ditaburkan dengan benar, tidak ada tanaman yang tidak dipupuk dan tidak ada pupuk yang tercecer.

Mandor pengendalian gulma bertugas dalam mengendalikan populasi gulma agar gulma tidak mengganggu kegiatan kebun. Sebelum dilakukan pengendalian mandor melakukan survei lapangan untuk melihat tingkat dominasi gulma. Mandor menghitung kebutuhan herbisida dan menuliskannya pada bon pengeluaran untuk pengendalian secara kimiawi. Kemudian mandor menyiapkan tenaga kerja dan membagi luasan areal pengendalian untuk masing-masing tenaga kerja baik secara manual dan kimia. Mandor mengawasi jalannya pengendalian agar pengendalian berjalan sesuai standar.

Mandor panen. Mandor panen bertanggung jawab terhadap kegiatan pemanenan dari potong buah hingga pengangkutan TBS. Mandor panen membagi ancak penen anggotanya sesuai dengan kadveld panen D6 pada hari itu dan menuliskannya pada BKM. Mandor kemudian mengawasi kegiatan panen sesuai dengan instruksi kerja panen. Mandor menggiring pemanen sesuai sengan ancaknya agar basis panen dapat tercapai. Setelah kegiatan panen selesai mandor panen melakukan inspeksi panen. Hal yang diamati saat inspeksi diantaranya adalah jumlah buah matang yang tidak dipanen, jumlah buah mentah yang

(37)

23 dipanen, jumlah buah yang bertangkai panjang, jumlah pohon yang dipanen namun tidak dikutip brondolannya dan jumlah pelepah yang tidak dipotong atau tidak disusun dengan baik. Hasil inspeksi ditulis pada laporan inspeksi panen. Selain itu mandor juga memastikan bahwa seluruh TBS yang dipanen telah diangkut dan tidak tertinggal di lapangan.

Krani divisi. Krani divisi bertugas merekap seluruh kegiatan administrasi divisi. Krani divisi melengkapi kelengkapan BKM dan BHK seperti kode spesifik seperti Activity Type, Work order, No. Material dan kode lainnya. Krani divisi merekap jumlah seluruh jenis bahan seperti pupuk dan pestisida yang masuk dan keluar dari gudang divisi. Jumlah bahan tersebut di tulis pada kartu gudang divisi untuk mengetahui jumlah bahan yang masih tersedia di gudang divisi. Krani divisi juga mencetak hasil ceklok dengan membawa scanner ke kantor besar. Seluruh data kegiatan dari BKM dan BKH yang telah diperiksa dan ditandatangani oleh asisten divisi di-input oleh krani divisi di komputer kantor besar PHLE agar dapat di-post oleh asisten divisi.

Krani panen dan transport. Krani panen dan krani transport bertugas merekap hasil kegiatan pemanenan. Krani panen ikut bersama truk pengangkut untuk mencatat hasil yang dipanen pada hari itu. Krani panen mencatat nama pemanen, nama pengutip brondolan, nomor blok, nomor TPH, jumlah janjang dan berat brondolan yang didapat. Data tersebut kemudian ditulis pada buku potong buah dan buku kutip brondolan. Dari data tersebut krani panen dapat menghitung persen brondolan dan premi yang diperoleh.

Krani transport bertugas merekap seluruh TBS dan brondolan yang dipanen dan diangkut ke PKS. Krani transport mencatat nama komplek, nama TPH untuk setiap komplek dan jumlah janjang atau brondolan yang diperoleh dari setiap TPH. Data tersebut di tulis pada buku pengiriman buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Vegetasi Gulma

Nisbah Jumlah Dominansi

Gambar

Tabel 1  Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun 2009-2013
Gambar  1  Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator
Gambar  2 Kegiatan pemupukan oleh BHL
Gambar 5 menunjukkan mucuna di pembibitan dan di lapangan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembibitan yang menggunakan satu tahap ( single stage ), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama ( main nursery ), sedangkan

Untuk menentukan dosis herbisida metil metsulfuron yang efektif untuk mengendalikan gulma total dan gulma dominan pada piringan tanaman kelapa sawit menghasilkan.. Untuk

Gulma yang terdapat di perkebunan kelapa sawit Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tungkap terlihat lebih banyak didominasi jenis gulma berdaun lebar dan

Kegiatan raking/ garuk piringan juga dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit yang tumbuh pada pokok kelapa sawit

Kegiatan raking/ garuk piringan juga dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit yang tumbuh pada pokok kelapa sawit

Pengelolaan suatu perkebunan kelapa sawit mengacu pada pengeloaan tanaman agar dapat meningkatan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit (TBS). Unsur- unsur

Pengendalian gulma pada pembibitan main nursey tanaman kelapa sawit dilakukan dengan cara manual dan kimia, untuk gulma di dalam polybag dengan cara manual sedangkan gulma di

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terutama pada piringan, gawangan, dan pasar pikul.. Serta dapat