• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI

PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. KALPATARU SAWIT PLANTATION

Oleh

YUSTA MERI AVUN

NIM. 110500071

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

Oleh

YUSTA MERI AVUN

NIM. 110500071

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI

PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DIPT. KALPATARU SAWIT PLANTATION

Oleh

YUSTA MERI AVUN

NIM. 110500071

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Gulma Dan Pengendalian Gulma Di Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Kalpataru Sawit Plantation

Nama : Yusta Meri Avun

NIM : 110500071

Program Studi : BudidayaTanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Perkebunan

Lulus pada tanggal: 29 Agustus 2015

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Riama Rita Manullang, SP, MP NIP. 19701116 200003 2 002

F. Silvi Dwi Mentari, S, Hut, MP NIP. 19770723 200312 2 002

Rossy Mirasari, SP, MP NIP. 19780624 200501 2 002

Menyetujui,

Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 19721025 200112 1001

Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1003

(5)

ABSTRAK

Yusta Meri Avun. Identifikasi Gulma dan Pengendalian Gulma di Pembibitan

Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq), di PT. Kalpataru Sawit Plantation (di bawah bimbingan RIAMA RITA MANULLANG).

Kajian ini di latar belakangi oleh kehadiran gulma di pembibitan main nursery pada tanaman kelapa sawit dapat mengganggu pertumbuhan bibit, karena akibat terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur hara, sinar matahari dan ruang tumbuh. Keberadaan gulma di luar polybag maupun di dalam polybag dapat menghambat pertumbuhan bibit akibat adanya gulma, menjadi inang bagi tanaman, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Banyaknya gangguan tersebut ditimbulkan oleh hadirnya gulma pada pembibitan main nursery.

Kajian ini dilakukan di PT. Kalpataru Sawit Plantation dan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan cara melihat langsung di lapangan dan melakukan wawancara karyawan yang berkaitan dengan masalah gulma di main nursery pada tanaman kelapa sawit.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit serta dapat menetapkan metode pengendalian gulma di pembibitan tanaman kelapa sawit.

Hasil dari kajian ini adalah untuk mengenal jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursery dan mampu mengaplikasikan hasil-hasil pengendalian gulma pada pembibitan main nursery dan dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun masyarakat yang berkecimpung di bidang pembibitan tanaman kelapa sawit.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Yusta Meri Avun, lahir pada tanggal 14 Mei 1993 di

Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putri kedua dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Petrus Avun dan Sisilia Lirun.

Pendidikan dimulai pada tahun 1998 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 001 Long Pahangai Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 24 Sendawar Long Pahangai dan lulus pada tahun 2008, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik WR. Soepratman Samarinda dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 3 Maret sampai tanggal 30 April 2015 mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di perkebunan kelapa sawit. PT. Kalpataru Sawit Plantation, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai KartaNegara, Provinsi Kalimantan Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di PT. Kalpataru Sawit Plantation Desa Batu-Batu Kecamatan Muara Badak Provinsi Kalimantan Timur. Laporan dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Maret – April tahun 2015, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyakterima kasih kepada :

1. Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP Selaku Pembimbing. 2. Ibu Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP Selaku Penguji I. 3. Ibu Rossy Mirasari, SP, MP Selaku Penguji II.

4. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

5. Bapak Ir. M. Masrudy, MP Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

6. Para pengajar staf, administrasi dan teknisi di Program Study BudidayaTanaman Perkebunan.

7. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun

semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAK A A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit ... 4

B. Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit ... 8

C. Tinjauan Umum Gulma ... 9

D. Tinjauan Umum Pengendalian Gulma ... 15

III. METODE KAJIAN A. Waktu Dan Tempat ... 22

B. Alat Dan Bahan... 22

C. Prosedur Kerja ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 24

B. Pembahasan... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Pengelompokan jenis-jenis gulma pada pembibitan main

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Axonopus Compressus (Jukut pait, papaitan) ... 25

2. Cynodon Dactylon (Rumput grinting)... 26

3. Cyperus Rontundus ( Rumput teki) ... 27

4. Dicranopteris Linaeris (Resam) ... 28

5. Eleusine Indica (Rumput belulang) ... 29

6. Euphorbia Hirta (Petikan kebo) ... 30

7. Imperata Cylindrica (Alang-alang) ... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Dokumentasi pengendalian gulma dalam plybag di PT. Kalpataru Sawit

Plantation... 42 2. Herbisida yang digunakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation... .. 43

(12)

I. PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berumur panjang. Kelapa sawit yang ditanam saat ini akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman tahunan pada kelapa sawit dikenal periode tanaman belum menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2-4 tahun tergantung faktor alam. Untuk itu perlu dikelola sebaik mungkin. Karena, kesalahan pengelolaan bibit di pembibitan akan berdampak sampai tanaman tua. Akibatnya, produksi tidak mencapai hasil optimal Dalam menentukan bibit sawit, maka harus melalui proses pembibitan tersebut, biasanya dianut sistem pembibitan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Pembibitan awal pre nursery merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya bibit tersebut akan dipindahkan ke pembibitan utama main nursery . Pembibitan utama main nursery merupakan penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah dan siap untuk ditanam. Bibit ini harus sudah siap di tempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis, seperti halnya harus bebas genagan air atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Areal pembibitan sebisa mungkin rata, letak lokasi main nursery dekat dengan area yang akan ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Pahan, 2006).

Teknik budidaya yang mulai berkembang memicu minat investasi kelapa sawit di Indonesia. Salah satu bagian dari budidaya yang paling penting adalah pembibitan. Pembibitan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan

biji dan benih menjadi bibit yang siap untuk di tanam (Pardamean, 2008). Selanjutnya menurut Sunarko (2007), sasaran pembibitan ini adalah

(13)

2

perkebunan. Selain itu kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis. Kondisi bibit yang unggul, baik secara genetik mapun fenotipe merupakan modal perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk mendapatkan produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun

(2005), kondisi bibit unggul dapat di peroleh dari dua tahapan pembibtan, yaitu

pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pada sebagian jenis tanaman termasuk kelapa sawit, proses pembibitan diperlukan karena di pandang lebih jauh menguntungkan dibandingkan dengan penanaman benih langsung di lapangan.

Dalam tahap awal ini masalah yang paling mengganggu adalah gulma. Gulma yang ada ditahap awal ini terdiri dari beragam jenis dan ukuran. Masalah gulma di perkebunan kelapa sawit dianggap serius karena bisa mengakibatkan

terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya dan ruang tempat tumbuh. Di samping itu ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhan

tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Oleh karena itu gulma harus diberantas. Pengendalian gulma harus di lakukan sejak tanaman masin di pembibitan. Areal pembibitan harus di usahakan selalu bersih dari gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma diulang secara teratur sehingga tidak ada kesempatan hidup bagi gulma, selain itu pembersihan gulma juga mencegah berkembangnya hama dan penyakit (Sastrosayono, 2006).

Menurut Pahan (2008), kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat

(14)

terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Perkembang biakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin,air, hewan, maupun manusia. Perkembang biakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizoma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit serta dapat menetapkan metode pengendalian gulma di pembibitan tanaman kelapa sawit.

Hasil dari kajian ini adalah untuk mengenal jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursery dan mampu mengaplikasikan hasil-hasil pengendalian gulma pada pembibitan dan bermanfaat bagi para pembaca maupun masyarakat yang berkecimpung di bidang pembibitan tanaman kelapa sawit.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, tanaman kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Sedangkan Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak di antara Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi di permasalahkan orang. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru buka di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Maurutius) dan Amsterdam. Ke empat batang bibit kelapa sawit tersebut di tanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara

(Setyamidjaja, 1984).

1. Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit

Taksonomi tanaman kelapa sawit (Palm Oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai berikut ini : Kelas : Angiospermae

Ordo : Palmaes Famili : Palmaceaea Genus : Elaeis

(16)

2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Seperti jenis-jenis Palma yang lain, kelapa sawit memiliki sifat-sifat bagian vegetatif dan bagian generatif yang khas sebagai berikut :

a. Kecambah

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2) daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak.

5) Lembaga (embrio), Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : 1) arah tegak lurus ke atas (fototrophy),

disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun

kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar.

Plumula akan muncul setelah radikula tumbuh sekitar 1 cm.

Akar-akar adventif pertama muncul sebuah ring di atas sambungan

radikula-Inpokotil, kemudian membentuk akar-akar sekunder

sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk berubah menjadi organisme yang mampu memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah secara sempurna.

(17)

6

b. Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya dari famili Araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer. Akar ini akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikaldan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari atas akar primer, sekunder, tersier, hingga quater yang biasa di sebut akan feeder roots.

Jika di rawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar.

c. Batang dan daun

Kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda, terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi persaingan pemanjangan. Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun. Bentuknya seperti kubis dan enak di makan. Di batang terdapat

(18)

pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas, meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelepah daun sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk seperti ujung tombak. Boron merupakan unsur hara yang ada di dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak cukup untuk kebutuhan tanaman sehingga perlu ditambah melalui pemupukan.

3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Sebagai tanaman yang budidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik dan cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakukan budidaya dan penerapan teknologi (Pahan, 2006)

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik, daratan rendah yang panas dan lembab. Curah hujan yang baik adalah

(19)

8

2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah daratan rendah yakni antara 200-400 m dpl. Pada ketinggian tempat lebih 500 m dpl , pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya akan rendah.

Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam / hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan sering terjadi penyinaran kurang dari 5 jam pada bulan-bulan tertentu. Penyinaran yang kurang dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit.

Tanaman kelapa sawit yang di tanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan terhambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di daratan rendah.

B. Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit

Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Untuk memperoleh bibit yang benar-benar baik, sehat dan seragam harus dilakukan sortasi yang ketat. Di antara bibit yang terdapat di pembibitan mungkin hanya 75-80% terpakai, sedangkan sisanya 20-25% tidak dipakai. Keberhasilan penanaman kelapa sawit yang dipelihara selama 25 tahun di lapangan tidak luput dari sifat-sifat, bahan-bahan atau bibit yang dipakai. Ternyata dengan mengetahui cara ini beberapa persilangan kelapa sawit pada umur 9 bulan di pembibitan, selain interaksi antara pengaruh lingkungan, genetik, tingginya produksi berkolerasi

(20)

dengan lingkaran batang dan luas daun di pembibitan. Sistem pembibitan yang banyak dipakai sekarang adalah pembibitan satu tahap (singel stage

nursery) atau dua tahap (double stage nursery). Pada sistem satu tahap

kecambah langsung di tanam di dalam kantong plastik besar. Sedangkan pada dua tahapn kecambah ditanam atau dipelihara dulu dalam kantong plastik kecil selama 3 bulan, yang disebut juga tahap pembibitan pendahuluan (pre nursery), selanjutnya bibit dipindahkan pada kantong plastik besar selama 9 bulan. Tahap ini juga disebut sebagai pembibitan utama main nursery (Semangun, 2005).

Adapun ciri-ciri bibit yang sehat pada main nursery Menurut Pahan,

(2006) warna daun dan pelepah hijau tua, bibit normal 3-4 helai daun serta

bebas dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Untuk menghasilkan bibit yang sehat, perlu dilakukan seleksi bibit terlebih dahulu untuk menyingkirkan atau memusnahkan bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit yang betul-betul bermutu baik dan sehat untuk ditanamkan di lapangan.

C. Tinjauan Umum Gulma 1. Pengertian gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang kehadirannya tidak dikehendaki pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi, tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya, tumbuhan yang mempunyai nilai negatif, tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki terutama di tempat manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain, tumbuhan yang tumbuh sendiri di antara tanaman yang diusahakan, tumbuhan

(21)

10

yang kompetitif dan agresif, tumbuhan yang kukuh dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan (Djafaruddin, 1996).

Gulma memiliki ciri khas diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya berkembang biak yang besar, alat perkembang biakkannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang, dan bijinya mempunyai sifat yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan

(Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984).

Moenandir (1993), gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak di kehendaki oleh manusia. Oleh sebab itu tumbuhan apapun termasuk tanaman yang biasa di budidaya bisa dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan pada waktu yang salah. Menurut

Anderson (1977), gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh pada tempat

yang tidak diinginkan oleh manusia, dengan demikian apa saja termasuk tanaman budidaya dapat dipandang sebagai gulma apabila tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Dan tumbuhan yang lazim sebagai gulma biasanya cenderung mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan.

2. Klasifikasi gulma

Klasifikasi gulma atau pengelompokkan gulma menurut Nasution,

(22)

adaptasi lingkungan, kemampuan bersaing terhadap tanaman pokok, atau responnya terhadap tindakan pengendalian, maka gulma diklasifikasikan :

a. Berdasarkan sifat morfologi dan respon terhadap herbisida

1) grasses (kelompok rumput), yaitu jenis gulma dari suku poaceae yang biasanya memiliki ciri-ciri berdaun pita. Contoh : Famili Graminea, Imperata cylindrica (Alang-alang), Paspalum

konjugatum (Pahitan), cynodon dactylon (Grinting).

2) Seedges (Kelompok teki) yaitu jenis-jenis gulma dari Famili Cyperaceae. Contoh : Cyperus rotundus (teki).

3) Broadleaf Weeds (Kelompok gulma berdaun lebar), yaitu kelompok gulma selain dari famili Poaceae dan Cyperaceae. Umumnya dicirikan berupa tumbuhan berkeping dua tidak berdaun pita. Contoh : Angeratum conyzoides (Wedusan). 4) Fern (Pakisan), yaitu kelompok gulma yang berasal dari

keluarga pakisan / paku-paku.

b. Berdasarkan daur hidup

1) Annual Weeds (Gulma semusim), memiliki ciri-ciri : umur kurang dari 1 tahun, organ perbanyakan berupa biji, umumnya mati setelah biji masak, produksi biji melimpah untuk regenerasi Contoh : Eleusine indica, Cyperus iria, dsb.

2) Biennial Weeds (Gulma dwi musim), memiliki ciri-ciri : umur 1-2

tahun, tahun pertama membentuk organ vegetatif dan tahun

kedua menghasilkan biji, Contoh : Typhonium trilobatum,

(23)

12

3) Perennial Weeds (Gulma tahunan), memiliki ciri-ciri : umur lebih

dari 2 tahun, perbanyakan vegetatif atau generatif, organ

vegetatif bersifat dominasi apikal sehingga cenderung tumbuh pada ujung, bila organ vegetatif terpotong-potong semua tunasnya mampu tumbuh. Contoh : Imperata cylindrica (Alang-alang), Chromolaena odorata, Cyperus rotundus.

c. Berdasarkan habitat

1) Terrestrial Weeds (Gulma darat) 2) Aquatic Weeds (Gulma air)

3) Areal Weeds (Gulma penumpang pada tanaman)

d. Berdasarkan tipe cara tumbuhnya

1) Herba / tidak berkayu 2) Vines / sedikit berkayu 3) Woody Weeds / berkayu

e. Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan

1) Gulma kelas A

Gulma yang digolongkan kedalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan

sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh Imperata

cylindrica, Mikania sp, Mimosa sp.

2) Gulma kelas B

Gulma yang digolongkan kedalam kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu

dilakukan tindakan pengendalian. Contoh Lantana camara,

(24)

3) Gulma kelas C

Gulma yang digolongkan kedalam kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan

dan memerlukan tindakan pengendalian. Namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan misalnya ketersediaan biaya atau pertimbangan segi estetika (keberhasilan kebun) Contoh Boreria latifolia, Cynodon

dactylon, Paspalum conjugatum, Cyperus sp, dll.

4) Gulma kelas D

Gulma yang digolongkan kedalam kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun

tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh Ageratum

conyzoides, Cyrtococum sp, Digitaria sp.

5) Gulma kelas E

Gulma yang dilgolongkan kedalam kelas E adalah jenis-jenis gulma pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan

dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya

sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh Centrosema pubbeacens, Pureria javanica, dll.

3. Cara penyebaran gulma

Menurut Triharso, (2004) penyebaran gulma dari satu tempat ke tempat yang lain dapat terjadi melalui :

a. Aktivitas atau kekuatan sendiri

(25)

14

aktivitas sendiri yang menyebarkan keturunannya melalui biji. Biji Leguminoceae yang telah masak menyebabkan polong pecah sehingga biji terlempar keluar. Misalnya Mimosa pigra.

b. Dengan bantuan alam

1) Angin

Penyebaran dengan bantuan angin dapat mencapai jarak yang sangat jauh. Penyebaran cara ini pada gulma yang memiliki biji ringan dan dilengkapi alat untuk penyebaran.

2) Air

Terjadi pada gulma air, aliran air dapat membawa biji gulma menyebar ke tempat lain.

3) Tanah alat pertanian dan pupuk kandang

Penyebaran gulma dapat dilakukan dengan bagian gulma di atas tanah di bawah tanah, terikut pada alat-alat pertanian yang di gunakan serta biji gulma yang keras termakan oleh binatang ternak tidak rusak oleh pencernaan keluar kembali bersama kotoran pada ternak yang berbeda yang berupa pupuk kandang.

c. Melalui bantuan makhluk hidup

1) Hewan mamalia

Biji gulma yang menempel pada bagian luar tubuh binatang dapat menyebabkan gulma yang disebut epizooktory.

2) Burung

Burung yang makan biji yang berlendir menyebabkan terikutnya biji.

(26)

3) Manusia

Manusia sengaja membawa gulma karena indahnya bunga, sehingga digunakan sebagai tanaman hias.

D. Tinjauan Umum Pengendalian Gulma

Sasaran pengendalian gulma adalah untuk menekan pengaruh buruk dari gulma, selain itu tujuan pengendalian gulma juga untuk menjaga kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang akan datang dan mendapatkan hasil yang lebih efektif. Disisi lain, pengendalian gulma yang baik diharapkan menciptakan kelancaran dan keamanan dalam melaksanakan pengendalian gulma dengan biaya yang wajar rasional. Ada beberapa cara untuk persiapan pengendalian gulma sebagai berikut :

1. Persiapan Pengendalian Gulma

Persiapan pengendalian gulma pada pembibitan utama main nursery merupakan kegiatan yang sangat penting karena dengan pengendalian gulma dapat membantu pertumbuhan bibit yang lebih optimal. Kegiatannya meliputi pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi.

Pekerja pengendalian gulma di main nursery meliputi pekerjaan mencabut gulma yang ada dalam polybag dan merintis gulma yang ada di sekitar polybag dengan menggunakan arit atau cangkul yang berukuran kecil. Faktor yang menunjang keberhasilan pengendalian gulma diantaranya penyediaan peralatan pengendalian gulma, tenaga kerja serta persiapan waktu pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma.

Persiapan pengendalian gulma di main nursery meliputi persiapan sarana dan prasarana untuk pengendalian gulma serta persiapan di

(27)

16

kebun untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian gulma. Pelaksanaan pengendalian gulma juga mempertimbangkan waktu pengendalian gulma, untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara dan air antara tanaman kelapa sawit dan gulma, perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan pengendalian gulma dan prosedur administrasinya, sehingga pelaksanaan pengendalian gulma dapat efektif dalam penggunaan sumber daya dan efisien. Keberhasilan pengendalian gulma juga ditemukan oleh kondisi kebun dan situasi lingkungan seperti iklim, tropis, sarana dan prasarana.

Pengendalian gulma di main nursery dilakukan 20-30 hari sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma. Keberhasilan pengendalian gulma tergantung dari persiapan pengendalian gulma yang meliputi kondisi cuaca, tenaga kerja, waktu mulai pengendalian gulma

(Nasution,1986).

2. Peralatan Pengendalian Gulma

Alat pemberantasan gulma secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara lansung, yaitu mini cangkul. Selain itu dalam aplikasi herbisida, pengenalan peralatan semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian gulma yang efektif. Pemberantasan gulma secara kimiawi, alat lain yang harus disiapkan diantaranya Knapsack Sprayer, tandon, ember dan herbisida kontak (Sidaxone) dan air bersih (Anonim, 2013).

Paling banyak digunakan di perkebunan, prinsip kerja Knapsack Sprayer adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan

(28)

penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakkan, larutan keluar dari tangki menuju tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan herbisida dipaksa keluar melalui klep selanjutnya diarahkan oleh nozzle ke gulma sasaran (Barus, 2003).

3. Cara Pengendalian Gulma

Pengendalian di dalam polybag dilakukan dengan cara manual, setiap 2 minggu sampai bibit berumur 10 bulan (tidak dibenarkan

pengendalian gulma dalam polybag menggunakan herbisida). Gulma di

antara polybag di bersihkan dengan menggaruk, bersih gulma di antara polybag 2-3 minggu sekali ( 2 minggu pada akhir musim hujan, 3 minggu

pada musim kemarau) (Anonim, 2013).

Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Bahan kimia itu disebut herbisida dimana herbi berarti gulma dan sida berarti membunuh. Pengendalian gulma dengan cara kimia membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma berdaun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat pemberian yang dibutuhkan dan sesuai dengan waktu pemberian

(Sukman, 2004).

Secara garis besar ada 2 jenis herbisida, berdasarkan cara kerjanya yaitu Herbisida Kontak dan Herbisida Sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagia gulma yang

(29)

18

berwarna hijau.. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas. Sedangkan herbisida sistemik adalah bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma, mulai dari daun sampai perakaran atau sebaliknya. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses kerja bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan, efek kematian terjadi hampir merata keseluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perkaran.

Menurut Moenandir (2003), salah satu dari herbisida kontak yaitu herbisida Sidaxone. Herbisida Sidaxone merupakan herbisida purnatumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan berwarna hijau tua. Fungsi dari herbisida Sidaxone adalah :

a. Mengendalikan gulma teki

b. Mengendalikan gulma berdaun sempit c. Mengendalikan gulma berdaun lebar

Bahan aktif yang terkandung dalam herbisida Sidaxone yaitu paraquate. Pengendalian 100 ml/ keep di lakukan pagi hari 1 jam setelah penyiraman. Pada saat penyemprotan posisi nozzle harus lebih rendah dari permukaan polybag atau dapat juga memakai pelindung.

Menurut Barus (2003), berdasarkan waktu pemakaiannya, herbisida dibedakan menjadi dua, yaitu herbisida pratumbuh dan herbisida purnatumbuh.

(30)

Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat gulma belum tumbuh. Herbisida jenis ini dengan cara mematikan biji-biji gulma yang akan berkecambah di dalam maupun di atas permukaan tanah. Agar dapat merata keseluruh gulma sasaran, herbisida pratumbuh memerlukan proses pengolahan tanah yang baik dan tekstur tanah yang gembur dan tidak terbongkah-bongkah.

Herbisida purnatumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah gulma tumbuh. Herbisida jenis ini biasanya diaplikasikan secara langsung dengan menyemprotkannya ke arah gulma sasaran, terutama daun yang masih muda dan berwarna hijau.

4. Teknik pengendalian gulma pada pembibitan main nursery

Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategis yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan yaitu : jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia, dampak ekonomi dan ekologi bagi inang predator dan parasitoid (Barus, 2003).

Menurut Moenandir (1993), ada beberapa metode pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit yang telah dilaksanakan yaitu : a. Pengendalian secara mekanis

Pengendalian secara mekanis yang paling banyak dilakukan orang dari semua cara-cara pengendalian adalah cara mekanis. Pengendalian tradisional dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti garpu, cangkul, kored dan lain-lain. Cara ini pada umumnya berhasil baik untuk dilakukan pada berbagai jenis gulma

(31)

20

setahun tetapi dalam kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma menahun.

b. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Pengendalian dengan cara ini membutukan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida itu sendiri , agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil.

c. Pengendalian secara manual

Teknik pengendalian gulma secara manual dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan. Mencabut dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial mencabut gulma semacam ini mengakibatkan terpotong dan tinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru akan tumbuh. Pencabutan bagi gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif.

(32)

III. METODE KAJIAN

A. Waktu dan Tempat

Kajian pengendalian gulma pada pembibitan Main Nursery, dilaksanakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan dilaksanakan selama 1 bulan dari 03 Maret s/d 30 Maret 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam kajian ini adalah alat tulis menulis, buku identifikasi gulma dan kamera.

C. Prosedur Kajian

1. Mengamati dan mengidentifikasi jenis gulma yang ada di pembibitan Main Nursery kelapa sawit.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada Asisten, Mandor, dan Karyawan mengenai gulma yang ada di dalam polybag dan di luar polybag, serta

teknik-teknik pengendalian gulma, rotasi pengendalian, frekuensi pengendalian dan lain-lain mengenai gulma.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk setiap jenis gulma yang ada di areal pembibitan Main Nursery, lokasi dan teknik pengendalian gulma.

4. Pengolahan data dan pembahasan

Pengumpulan data pada kajian ini di peroleh dari hasil identifikasi gulma pada pembibitan Main Nursery kemudian dideskripsikan berdasarkan literatur-literatur yang ada.

(33)

22

peroleh dari perusahaan mengenai teknik pengendalian, prosedur kerja, dan lain-lain.

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jenis-jenis gulma pada pembibitan Main Nursery tanaman kelapa sawit. Berdasarkan hasil pengamatan di dalam dan di luar polybag pada pembibitan Main Nursery tanaman kelapa sawit di PT. Kalpataru Sawit Plantation terdapat 8 jenis gulma yaitu Axonopus compressus, Cynodon

dactylon, Cyperus rotundus, Dicranopteris linaeris, Eleusine indica, Euphorbia hirta, Imperata cylindrica dan Solanum torvum.

Jenis-jenis gulma di atas dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologinya , daur hidupnya, dan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan. Pengelompokkan gulma tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pengelompokkan jenis-jenis gulma pada pembibitan Main Nursery tanaman kelapa sawit di luar dan di dalam polybag.

No Nama guma

Klasifikasi gulma berdasarkan Keberadaan gulma morfologi Daur hidup

Pengaruhnya terhadap tanaman

perkebunan

Di dalam

polybag Di luar polybag 1 Axonopus compressus Berdaun sempit Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

C (Merugikan) Di dalam - 2 Cynodon dactylon Berdaun sempit Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

B (Merugikan) - Di luar 3 Cyperus rotundus Teki -teki Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

B (Merugikan) - Di luar 4 Dicranopteris linaeris Berdaun lebar Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

A (Sangat ganas) - Di luar 5 Eleusine indica Berdaun sempit Gulma semusim

(Annual Weeds)

B (Merugikan) Di dalam - 6 Euphorbia hirta Berdaun lebar Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

D (tidak berbahaya) - Di luar 7 Imperata cylindrica Berdaun sempit Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

A (Sangat ganas) - Di luar 8 Solanum torvum Berdaun lebar Gulma tahunan

(Perennial Weeds)

(35)

Adapun ciri-ciri gulma dan sifat gulma di atas dapat di lihat sebagai berikut :

Gambar 1. Axonopus compressus

a. Axonopus compressus (Jukut Pait, Papaitan) termasuk Divisi :

Magnoliophyta, Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Axonopus compressus. Species : Axonopus compressus

Axonopus compressus merupakan rumput tumbuh menjalar dan menanjak, hingga 50 cm. Gulma ini merupakan gulma tahunan jarang sekali semusim. Daun berbentuk garis atau lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek berbulu pendek, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm. Bunga terdiri dari dua sampai tiga tangkai yang ramping semuanya tergabung, biasanya dua tangkai yang ramping muncul dari upih daun paling atas, berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung terbentuk dan cabang bunga atau bulir yang berhadapan berbentuk V. Buliran tersusun dalam dua baris yang berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata, tidak saling tumpang tindih kesumbu, panjang sumbu 3-4 cm. Biji berbentuk sangat kecil berada di dalam buahnya, bijinya tidak memiliki

(36)

rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan dan memiliki biji berwarna putih atau putih kehijau-hijauan. Gulma ini termasuk gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian.

cea

Gambar 2 : Cynodon dactylon

b. Cynodon dactylon (rumput grinting) termasuk Divisi : Magnoliophyta,

Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Cynodon, Spesies : Cynodon dactylon (L).

Cynodon dactylon merupakan gulma tahunan. Mempunyai rimpang dan

stolon yang tumbuh kesegala arah, tinggi 0,4-0,4 m, batang langsing, sedikit pipih dan berongga kecil. Daun kerap kali 2 baris, lidah sangat pendek, helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan. Bulir 3-9 mengumpul. Poros bulir berlunas, anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan, berwarna keunguan. Sistem perakaran serabut, batang berwarna hijau, tinggi 18-30 cm, ruas 1 cm, permukaan licin. Sekam 1-2, benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik berwarna ungu, muncul ditengah-tengah anak bulir. Perbanyakan diri atau perkembang biakannya dengan stek dan bijinya. Bulirnya mudah menempel pada bulu-bulu burung dan diterbangkan kemana-mana. Gulma ini termasuk

(37)

gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan.

Gambar 3 : cyperus rotundus

c. Cyperus rotundus (rumput teki) termasuk Divisi : Magnoliophyta,

Class : Liliopsida, Ordo : Cyperales, Famili : Cyperaceae, Genus :

Cyperus, Spesies : Cyperus rotundus.

Cyperus rotundus termsuk teki yang tumbuh pada ketinggian sampai 1000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan gulma tahunan yang cukup berbahaya di perkebunan kelapa sawit, terutama di pembibitan dan tanaman muda. Gulma ini mempunyai umbi dan akar ramping. Batang berbentuk segitiga, dengan tinggi 15-17 cm, helai daun kaku berbentuk garis, licin, tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian tengah dan ujungnya agak meruncing, lebin pendek dari batang yang membawa bunga. Daun saling tumpang tindih menangkup pangkal batang dan bagian pangkal berwarna ungu. Pembungaan bulir longgar, mempunyai cabang utama 3-9 yang menyebar, satu bulir berbunga 10-40

(38)

buliran yang tersusun berselang seling sedikit tumpang tindih dan merapat ke sumbu , buliran berbentuk bulat telur dan lepes, berwarna coklat kemerahan, benang sari dan putik tersembul keluar. Buah berbentuk bulat telur bersisi tiga warnanya coklat kehitam-hitaman. Penyebarannya melalui biji, gulma ini hampir selalu ada di sekitar segala tanaman budidaya, karena mempunyai kemampuan tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanah yang beragam. Gulma ini termasuk gulma yang merugikan tanaman sehingga perlu lebih lanjut tindakan pengendalian.

Gambar 4 : Dicranopteris linaeris

d. Dicranopteris linaeris (Resam) termasuk Divisi : Pteriodophyta,

Class : Filicopsida, Ordo : Polypodiales, Famili : Gleicheniaceae, Genus : Dicranopteris, Spesies : Dicranopteris linaeris.

Dicranopteris linaeris merupakan salah satu suku anggota tumbuhan

paku (Pteridophyta). Suku ini mencakup enam marga dengan sekitar 125 jenis. Di Indonesia, Dicranoperis linaeris (resam) mudah dijumpai karena menutupi tebing-tebing tepi jalan di dataran dan tinggi.

Tumbuhan ini memiliki daun kecil-kecil dan batang yang bisa menjalar sepanjang 7 meter ini sangat mudah sekali tumbuh, terutama di tempat

(39)

yang teduh dan lembab. Resam adalah tanaman pengganggu yang mudah tumbuh sebagai rumput liar di sela - sela tanaman utama seperti tanaman karet, kelapa sawit, atau juga tumbuhan di semak belukar. Dikatakan sebagai tumbuhan pengganggu karena kehadirannya di beberapa tempat sering mendominasi permukaan tanah sehingga tanaman lain yang berada di sekitar menjadi terhambat dalam pertumbuhannya. Sehingga sebagian besar masyarakat yang terganggu akan kehadirannya kemudian memusnahkannya melalui obat herbisida atau dibakar. Gulma ini termasuk gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas.

Gambar 5 : Eleusine indica

e. Eleusine indica (Rumput belulang) temasuk Divisi : Magnoliophyta,

Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Eleusine,

Spesies : Eleusine indica. Eleusine indica merupakan gulma yang berumur pendek, kerap kali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku

yang bawah keluar akar. Batang sering kali berbentuk cekungan yang terbentang, tinggi 0,1-1,9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat

berlunas. Lidah seperti selaput, dan pendek. Helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujungnya, pada pangkalnya ada rambut panjang,

(40)

12-40 kali 0,41-1 cm. Bulir terkumpul 2-12, satu sisi. Poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2,5-17 cm. Anak bulir berdiri sendiri ,

berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4-7 mm. Sekam terekan rapat belunas, dua

yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3, kepala sari pendek. Tangkai putik 2, kepala putik sempit bewarna ungu. gulma belulang ini akan cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh cahaya cukup banyak dan air pengairan yang berlimpah. Gulma ini sangat peka pada keadaan lingkungannya. Dengan demikian kondisi yang sedikit saja tak

menguntungkan akan membuat gulma ini akan cepat mati, misalnya menderita penaungan. Demikian pula pertumbuhannya vegetatif sangat

teredusir pada musim kemarau atau bila kelembaban tanah sangat rendah. Gulma ini termasuk gulma yang merugikan tanaman sehingga

perlu tindakan pengendalian.

Gambar 6 : Euphorbia hirta

f. Euphorbia hirta (Patikan kebo) termasuk : Divisi : Spermatophyta,

Class : Dicotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae,

Genus : Euphobia, Spesies : Euphorbia hirta. Euphorbia hirta merupakan gulma yang memiliki sistem perakaran tunggang. Akar

(41)

patikan kebo memiliki banyak cabang-cabang akar. Akar patikan kebo

memiliki banyak rambut-rambut atau bulu-bulu halus, memiliki ruas batang berbentuk bulat silinder, batangnya berwarna merah sedikit keunguan dan batang patikan kebo tumbuh ke atas, daunnya berukuran

kecil menempel di buku-buku batangnya. Daunnya termasuk dalam golongan daun tunggal dan duduk saling berseberangan satu daun dengan daun lainnya. Panjang daun berkisar 0,5-5 cm. Patikan kebo berkembang biak melalui biji dan memiliki biji berwarna merah. Gulma

ini termasuk gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.

Gambar 7 : Imperata cylindrica

g. Imperata cylindrica (Alang-alang) termasuk : Divisi : Magnoliophyts,

Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Imperata.

Imperata cylindrica merupakan tumbuhan yang tegak berumpun rapat

yang hidup sampai ketinggian 2.500 m dpl, mempunyai dua buah benang sari dalam 1 bunga malai 6-28, dapat tumbuh pada tanah kurus yang terbuka, tanah terlantar dan dihutan sekunder. Bagian basal tunas-tunas batang terdiri dari beberapa ruas pendek sedangkan yang membawa bunga beruas panjang terdiri dar 1-3 ruas, tumbuh vertical, terbungkus di dalam upih dan daun-daun basal jagur dengan upih daun

(42)

membungkus ketat bertumpang tinggi. Helai daun tertinggi 20-150 cm adakala mencapai 230 cm, bagian batang di atas tanah berwarna ungu, membentuk rimpang yang panjang dan tinggi dalam tanah berimpang. Di bawah buku batang muda terdapat karangan rambut panjang yang halus. Helai daun tumbuh tegak, berbentuk garis lanset berangsur-angsur menyempit ke bagian pangkalnya, bagian ujung meruncing, panjang daun 12-80 cm dan lebar 5-18 mm, berambut panjang di bagian pangkal sedangkan bagian lain tidak berambut, tepi daun bergerigi halus dan terasa kasar bila diraba. Upih daun membungkus batang dan tumpang tindih, pada pertautan helai daun terdapat banyak rambut panjang, pada permukaannya di bagian tepi terdapat rambut-rambut halus yang bening, warna hijau bercorak ungu. Lidah daun pendek berbentuk bulat merupakan malai, terbentuk di ujung batang, sangat lebat bercabang ke segala sisi tangkai dengan rambut-rambut yang lembut berwarna putih seperti kapas, sangat ringan sehingga mudah terbawa oleh angin untuk penyebarannya. Gulma ini termasuk gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas.

(43)

h. Solanum torvum (Terongan) termasuk : Divisi : Magnoliophyta, Class :

Magnoliopsida, Ordo : Solanales, Famili : - , Genus : Solanum, Spesies :

Solanum torvum. Solanum torvum memiliki sistem perakaran tunggang,

hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagian-bagian batang akar, cabang akar, dan rambut-rambut akar. Terongan dikatakan akar tunggang karena pada terongan akar primernya tumbuh menjadi akar

pokok, pada akar ini kemudian tumbuh cabang-cabang dan serabut akar.

Kulit batang berwarna abu-abu dan hampir halus, kulit bagian dalam memiliki lapisan hijau. Ranting berwarna abu-abu kehijauan dan ditutupi

dengan rambut-rambut. Bunga berwarna putih berbentuk tabung. Buah tumbuh dalam kelompok bola kecil berwarna hijau dan bila sudah tua berwarna kuning. Di dalam buah terdapat biji berwarna coklat. Gulma ini

dapat tumbuh dengan baik apabila terkena langsung sinar matahari penuh dan tidak baik di tempat yang teduh tetapi tidak dapat bertahan

hidup di bawah kanopi hutan tertutup. Gulma ini termasuk gulma yang

merugikan tanaman namun tetap perlu dilakukan tindakan pengendalian.

2. Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit.

Pengendalian gulma pada pembibitan main nursey tanaman kelapa sawit dilakukan dengan cara manual dan kimia, untuk gulma di dalam polybag dengan cara manual sedangkan gulma di luar yang ada di luar polybag dapat dikendalikan secara kimia

a. Pengendalian secara manual

Pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dapat dilaksanakan seperti mencabut gulma setelah itu mengumpulkan gulma

(44)

dalam kantong plastik dan membuang gulma keluar dari areal pembibitan. Rotasi 2 kali sebulan tergantung kondisi lahan di perkebunan kelapa sawit.

b. Pengendalian secara kimia

Pengendalian secara kimia adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun. Bahan kimia tersebut biasanya disebut dengan istilah herbisida. Jenis gulma yang harus di kendalikan di antaranya Imperata cylindrica (rumput), Axonopus

compressus (rumput) Cynodon dactylon (rumput), Eleusine indica

(rumput) dan Solanum torvum (daun lebar). Herbisida yang digunakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation adalah herbisida Sidaxone yang mengandung bahan aktif paraquate. Herbisida ini biasanya berwarna hijau tua dengan dosis 100 ml pertangki dengan campuran air 15 liter setelah itu di goncang hingga merata. Rotasi 2 kali sebulan tergantung kondisi lahan di perkebunan kelapa sawit.

B. Pembahasan

1. Jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursey tanaman kelapa sawit yaitu Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,

dicranopteris linaeris, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica dan Solanum torvum.

Berdasarkan jenis-jenis gulma di peroleh di pembibitan main nursery gulma Dicranopteris linaeris (Resam) dan Imperata cylindrica

(Alang-alang) merupakan gulma yang sangat ganas terhadap tanaman perkebunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barus, 2003.

(45)

kenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tanaman kelapa sawit di pembibitan main nursery terhambat pertumbuhannya. Sudah menjadi kebiasaan resam tumbuh di sela-sela tanaman dan pertumbuhannya dari sisi c ahaya, maka dari itu resam di masukkan golongan gulma yang merugikan dan membahayakan karena sifatnya yang mendominasi dan terdapat stomata atau bintil-bintil pada permukaan bawah daunnya yang berfungsi sebagai alat pernapasan. Sedangkan Imperata cylindrica (Alang-alang) merupakan gulma yang penting di pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit. Apabila tidak di kendalikan, alang-alang dapat menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit secara tidak langsung melalui perebutan unsur hara dan air, terutama di pembibitan main nursery tanaman belum menghasilkan (TBM). Alang-alang juga menghasilkan senyawa allelopati berupa senyawa fenol asam valinik dan karbolik yang di duga menghambat pertumbuhan di pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit. Alang-alang harus di berantas hingga tuntas karena memiliki banyak biji dan tunas. Sepanjang akar sulur (Ryzoma) yang membuatnya mampu berkembang biak secara cepat. Vegetasi alang-alang yang luas dan padat beresiko mengakibatkan tanaman di pembibitan main nursery mengalami defisiensi.

Sedangkan hasil penelitian Wahyuni, (2014), jenis-jenis gulma di pembibitan tanaman kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII terdapat 10 jenis gulma yaitu : Asytasia intrusa, Axonopus compressus,

Brahiaria miliformis, Cyperus iria, Eleusine indica, Lantana camara, Mikania miranta, Ottohcloa nodosa, Panicum sarmentosum, dan Setania

(46)

plicata. Sedangkan menurut Moenadir (1993) terdapat beberapa jenis

gulma yang paling ganas pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : Amaranthus hybridus, Amaranthus

spinosus, Chenopodium album, Cyperus esculentus, Cyperus rotundus, Cynodon dactylon, Convolvulus arvensis, Digitaria sanguinalis, Echinohloa crussgalli, Echinochloa colona, Eleusine indica, Eichornia crasipes, Imperata cylindrica, Portulaca oleracea, Paspalum conjuggatum

dan Rohboelka. Sedangkan jenis-jenis gulma yang agak ganas adalah :

Ageratum cnyzoides, Agroppyron repens, Anagalis arvensis, Argemone mexicana, Axonopus compressus, Bidens pilosa, Brachiaria mutica, Capsella bursa-pastoris, Cenchus echinatus, Ceratopphyllum demersum, Chromolaena odorata, Cirsium arvense, Commelina benghalensis, Cyperus difforscalarum, Eclyptica prostata, Equisetum arvense, Euphorbia hirta, Fimbristylis miliacea, Galinsoga parviflora, Galium aparine, Helio tropium, Iscahaeum ragosum, Lantana camara, Leersia hexandra, Leptochloa panicea, Lolium temulentum, Mikania cordata, Mimosa invisa, Mimosa pudica, Monocharia vaginalis, Oxalis carmiculata, Panicum maximum, Panicum repens, Paspalum dilalatum, Pennisetum clandestinum, Pennisetum pupureum, Phragmites australis, Pistia stratictes, Plantago major, Polygonum convolvulus, Rumex crispus, Salvinia auriculata, Setaria verticulata, Sida acuta, Solanum nigrum, Sonchus oleraceus, Spergula arvensis, Spenochlea zeylanica, Stellaria media, Striga lutea, Tribulus terrotis, Xanthium spinosum, dan Xanthium strumarium.

(47)

2. Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit.

a. Pengendalian gulma secara manual

Setelah mengamati di lapangan terdapat beberapa jenis gulma di dalam polybag, jenis gulma tersebut di antaranya Axonopus

compressus (rumput) Eleusine indica (rumput), Solanum torvum

(daun lebar). Identifikasi gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mengetahui tindakan selanjutnya dan melakukan pengendalian gulma. Apabila dilihat pada kriteria areal yang harus bebas ataupun boleh terdapat gulma, di dalam polybag merupakan salah satu areal yang harus bebas dari gulma. Namun pada areal tersebut beberapa gulma baik jenis rumput ataupun daun lebar. Oleh karena itu pengendalian terhadap gulma harus dilakukan agar penurunan produksi kelapa sawit pada saat TM nantinya tidak besar.

Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan dengan membersih gulma yang dilakukan secara manual seperti mencabut gulma . Untuk tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun, pengendalian di dalam polybag sebaiknya dilakukan secara manual. Hal ini di maksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena penggunaan herbisida sangat berisiko merusak daun-daun muda tanaman.

Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain di sebabkan oleh persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi unsur-unsur hara dari tanah, cahaya, dan ruang lingkup.

(48)

Pengotoran kualitas produksi pertanian misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang bersifat racun bagi tanaman yang lainnya merusak pertumbuhannya.

b. Pengendalian secara kimia

Pengendalian gulma di luar polybag secara kimia sering dilakukan di PT. Kalpataru Sawit Plantation tersebut diakibatkan sasaran pengendalian gulma tersebut adalah gulma berdaun sempit seperti Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus dan Imperata cylindrica. Di luar polybag harus bersih dari gulma agar di pembibitan main nursey dapat tumbuh dengan baik dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma di luar polybag harus menggunakan herbisida agar semua gulma bisa mati.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman di perkebunan kelapa sawit, gulma Imperata cylindrica (alang-alang) dan

Dicranopteris linaeris (resam) termasuk dalam golongan gulma kelas

A. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan ke dalam kelas A merupakan jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman sehingga harus diberantas secara tuntas.

Gulma Cyperus rotundus, Eleusine indica dan Solanum torvum, termasuk dalam golongan kelas B. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga di lakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian.

(49)

dalam golongan kelas C. Menurut Barus (2003), gulma digolongkan sebagai gulma gulma kelas B adalah jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung keadaan, misalnya ketersedian biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (keberhasilan kebun).

Gulma Euphorbia hirta termasuk dalam golongan kelas D. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.

Cara pengendalian yang terdapat di luar polybag adalah dengan cara kimiawi dengan menggunakan herbisida kontak (Sidaxone) karena herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika di gunakan memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki perakaran yang tidak meluas (Barus, 2003).

Herbisida ini dapat berpengaruh terhadap gulma. Penyerapan herbisida oleh jaringan tumbuhan tergantung jumlah kultikula yang ada pada permukaan daun (Syawal, 2005).

Menurut barus (2003), pengendalian dan pemberantasan gulma

Imperata cylindrica (alang-alang) sebenarnya dianjurkan

menggunakan herbisida sistemik agar perakaran (rimpang) juga ikut terberantas. Namun di lokasi main nursery PT. Kalpataru Sawit

(50)

Plantation, pengendalian gulma ini hanya di lakukan dengan menggunakan herbisida kontak. Pengendalian gulma secara kimia dapat bereaksi terhadap gulma apabila terjadi perubahan iklim dan tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia terhadap herbisida yang digunakan (Moenandir, 2003).

Peranan lingkungan dan cara aplikasi dapat menunjang keberhasilan tingkat kematian gulma. Perana lingkungan (cahaya, suhu, air, tanah dan angin) dapat mempengaruhi herbisida. Contohnya, letak herbisida berubah terhadap gulma, maka herbisida akan berubah sifatnya. Cara aplikasi yang mengurangi kontak dengan tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma

(Sukman, 2004).

Frekuensi pengendalian gulma di pembibitan main nursery biasanya di lakukan 2 kali sebulan dilaksanakan pada jam 08:30-10:30. Waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat gulma masih muda dan belum memasuki fase pertumbuhan generatif (berbunga). Pada fase ini penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif (Barus,2003).

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian dan pembahasan dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis-jenis gulma yang ada pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit terdapat 8 jenis gulma adalah Axonopus compressus,

Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Dicranopteris linaeris, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Solanum torvum.

2. Imperata cylindrica (alang-alang) adalah gulma yang sangat berbahaya, perlu perhatian khusus dalam pengendalian gulma tersebut.

3. Metode pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit di PT. Kalpataru Sawit Plantation dilakukan dengan cara manual untuk di dalam polybag dan secara kimia untuk di luar polybag.

B. Saran

Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit sebaiknya dilaksanakan dengan baik dan benar agar di peroleh bibit yang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Standar Operation Procedure PT. Kalpataru Sawit Plantation. Anderson, W. P. 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta. Djafaruddin, 1996. Dasar-dasar Perlidungan Tanaman. Edisi 1. Penerbit Bumi

Aksara, Jakarta.

Moenandir, 2003. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali. Pers.

Jakarta.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Nasution, 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera

Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Rawa (P4TM).

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari hulu Hilir. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengolahan Kebun dan Pabrik Kelapa

Sawit. Jakarta. PT Agromedia Pustaka.

Sastrosasyono, 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia. Purwakwerto.

Semangun, H.,Mangoensoekarjo S, 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.

Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Setyamidjaja, 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Sukman Y. 2004. Gulma dan teknik pengendalian. Penerbit CV. Rajawali.

Jakarta.

Sunarko, 2008. Budidaya Kelapa Sawit dan Pengelolaan Kelapa Sawit. Penebar

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Syawal. 2005. Pengaruh herbisida terhadap perkembangan gulma. Penerbit CV.

Rajawali. Jakarta.

Triharso, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Edisi 3. Penerbit Gadja

(53)

42

Tjitrosoedirdjo. S,. I. H. Utomo, J. Wiroatmodjo, 1984. Tinjauan Umum Gulma

di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta

Wahyuni S. 2014. Identifikasi Jenis-Jenis Gulma Pada Pembibitan Awal Kelapa

Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di PT. Nusantara XIII Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Kalimantan Timur.

(54)

(55)

42

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kajian pengendalian gulma di pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit

Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual

(56)

Lampiran 2. Herbisida yang digunakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation

Gambar

Tabel 1. Pengelompokkan jenis-jenis gulma  pada pembibitan  Main Nursery    tanaman kelapa sawit di luar dan di dalam polybag.
Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual
Gambar 3: Herbisida Sidaxone dengan bahan aktif paraquate

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan

Pembibitan yang menggunakan satu tahap ( single stage ), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama ( main nursery ), sedangkan

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma

Pengendaliam yang dilakukan pada jenis gulma dominan adalah secara kimia dan mekanik karena pengendalian dengan cara ini memberikan efek yang sangat baik dalam

Hasil penelitian menunjukan bahwa Peningkatan dosis abu boiler yang diberikan pada tanaman kelapa sawit menunjukan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman,

Populasi Gulma terbanyak pada Tanaman Kelapa Sawit Eleais guineensis Jacq yang berumur 10 Tahun adalah Spesies Gulma Ludwigia Palustris jenis Gulma ini ditemukan sebanyak 676 populasi

Dalam bisnis perkebunan khususnya kelapa sawit maka dibutuhkan cara pengendalian gulma yang efektif dan effisien. Salah satu tujuan pengendalian gulma adalah

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit menggunakan herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 2,25-5,25