Oleh :
EMILIANA HULAU LIMAN
NIM. 110 500 053
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
Oleh :
EMILIANA HULAU LIMAN
NIM. 110 500 053
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
Oleh :
EMILIANA HULAU LIMAN
NIM. 110 500 053
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Nama : Emiliana Hulau Liman
N I M : 110 500 053
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Menyetujui
Pembimbing, Penguji I Penguji II
Rossy Mirasari, SP, MP Nurlaila, SP, MP Riama Rita Manullang, SP, MP NIP. 197806242005012002 NIP. 197110302001122001 NIP. 197011162000032002
Lulus ujian pada tanggal 28 Agustus 2014
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP, MSc NIP. 197210252001121001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
Plantation (di bawah bimbingan Rossy Mirasari ).
Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus bertambah dan tidak hanya merupakan perkebunan besar milik negara atau perkebunan milik swasta saja, tetapi saat ini perkebunan sawit juga diusahakan oleh rakyat. Gulma dapat merugikan tanaman kelapa sawit, antara lain bersaing dalam menyerap unsur hara dan air,serta menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian gulma.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengkaji cara pengendalian gulma serta mengenal atau mengidentifikasi gulma di main nursery perkebunan kelapa sawit
Tempat dan Waktu kajian ini dilaksanakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation desa Batu-Batu Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. selama 6 bulan mulai bulan Februari hingga Juli 2014, mulai penyusunan proposal, pengambilan data, sampai pembuatan laporan. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan Dokumentasi.
Hasil dari kajian ini adalah gulma yang terdapat di main nursery PT. Kalpataru Sawit Plantation yaitu Axonopus compressus, Cyperus rotundus, Eleusine indica,
Brachiaria indica, dan Imperata cylindrica. Pengendalian gulma di dalam polybag
dilakukan dengan cara manual, dan di luar polybag dengan cara kimiawi (menggunakan herbisida). Frekuensi pengendalian gulma dilakukan 2 kali sebulan.
di Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi
Kalimantan Timur. Merupakan putri Ketiga dari 5 bersaudara dari
pasangan Bapak Yokubus Liman Djaang dan Ibu Sisilia Tukau
Bayau.
Pendidikan dimulai pada tahun 1998 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 003 Long
Pahangai Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu lulus pada tahun
2005, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
24 Sendawar Long Pahangai dan lulus pada tahun 2007, melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sendawar Melak dan lulus pada tahun 2010.
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
Pada tanggal 3 Maret sampai dengan tanggal 3 Mei 2014 mengikuti kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perkebunan Kelapa Sawit. PT. Kalpataru Sawit
Plantation. Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kajian. Kajian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Keberhasilan dan kelancaran penyusunan kajian ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
4. Bapak Nur Hidayat, MSc. selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
5. Ibu Rossy Mirasari, SP, MP selaku dosen pembimbing
6. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji I dan Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP selaku dosen penguji II.
7. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak membagikan ilmunya selama perkuliahan.
8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap laporan ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis,
KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 ll. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit ... 4
B. Tinjauan Umum Gulma ... 12
C. Tinjauan Umum Pengendalian Gulma ... 21
lll. METODE KAJIAN... 26
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan... 26
B. Alat dan Bahan... 26
C. Prosedur Kajian... 26
D. Pengolahan Data... 28
lV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 28
A. Hasil ... 28
B. Pembahasan ... 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
1.
Tinjauan Umum Perusahaan... 372.
Hasil dokumentasi pengamatan terhadap identifikasi jenis gulma diPT. Kalpataru Sawit Plantation ... 38
3.
Hasil dokumentasi pengamatan terhadap metode Pengendaliangulma di main nursery di PT. Kalpataru Sawit Plantation... 41
4. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam pengendalian gulma di main nursery
1. Hasil Pengamatan Terhadap Gulma di Main Nursery di
I. PENDAHULUAN
Komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis bagi
perekonomian Indonesia. Minyak sawit merupakan bahan baku utama produk
pangan maupun non pangan. Komoditas ini mampu menciptakan kesempatan kerja
yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai nilai
yang tinggi apabila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu pemerintah
telah menetapkan kebijakan pendirian perusahaan perkebunan besar dan plasma,
terutama di Kalimantan. Selain itudengan diadakannya pengembangan perkebunan
kelapa sawit maka akan terbuka peluang besar dalam penerimaan tenaga kerja
khususnya tenaga kerja yang terampil dan handal di bidang perkebunan (Selardi,
2003).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan berupa pengelolaan
perkebunan khususnya kelapa sawit secara besar di pulau Kalimantan dan Sumatra,
karena kedua pulau tersebut memiliki luasan lahan dan keadaan tanah yang cukup
baik sebagai perkebunan kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit dalam
perekonomian Indonesia cukup memegang peran penting dan strategis karena
komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Selain itu,
minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng yang banyak dipakai di
seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga
minyak sawit. Banyaknya perkebunan kelapa sawit mampu pula menciptakan
kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Gulma dikenal karena adanya perlakuan manusia pada sebidang tanah untuk
ditanami dengan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhannya. Gulma dengan
demikian adalah tanaman yang tidak dikehendaki oleh para penanam, karena
tanaman ini tumbuh salah tempat, tidak dikehendaki dan tidak merugikan. Gulma
yang selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dapat menghambat
pertumbuhan serta menekan hasil akhir. Akibat perilaku gulma yang menghambat
pertumbuhan dan penurunan hasil cenderung membuat manusia berusaha
mengurangi atau menghilangkan hal itu. Gulma yang dihilangkan selama periode
tumbuh pertanaman berlangsung disebut pemberantasan gulma (Moenandir, 1988)
Guna mencapai produksi yang optimal maka perlu dilakukan teknik budidaya
yang baik, antara lain pengendalian gulma. Gulma di perkebunan kelapa sawit harus
dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil
produksi. Adanya gulma di perkebunan kelapa sawit akan merugikan. Alasannya,
gulma akan menghambat jalan para pekerja (terutama gulma-gulma yang berduri),
gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air,
serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang
menyerang tanaman kelapa sawit (Sastrosasyono, 2006)
Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah untuk mengkaji cara pengendalian gulma
serta mengenal atau mengidentifikasi gulma di main nursery perkebunan kelapa
sawit
Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan
dalam melakukan kegiatan kajian ini mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terlatih
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq ). Berasal dari benua Afrika. Kelapa sawit banyak dijumpai di daerah hujan tropis negara Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Libria, Nigeria, Siera Leone, Togo, Angola, dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit untuk memask dan bahan untuk kecantikan. Selain itu, buah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati. Warna dan rasa minyak yang dihasilkan sangat bervariasi (Selardi, 2003)
1. Aspek 2 Sifat Botani
Menurut Selardi (2003), taksonomi tanaman kelapa sawit (palm
oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai berikut ini :
Kelas : Angiosperma Ordo : Palmaes Famili : Palminae Genus : Elaeis
Spesis : Elaeis guineensis jacq.
Secara botani tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah
a. Bagian vegetatif
1) Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus kebawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (harisontal)
Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 meter. Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak mudah tumbang.
Di sela-sela sel parenkim pada akar, ada ruang-ruangan yang berisi udara dan saling dihubungkan oleh akar-akar udara. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung. Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa. Akar kelapa sawit mudah membusuk jika terlalu lama terendam air.
2) Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk
silinder dengan diameter 20 - 75 cm. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertambahan batang kelapa sawit terbagi menjadi dua fase. Sejak ditanam sampai berumur 3,5 tahun, pertumbuhan batang difokuskan pada pembentukan pangkal batang hingga diameter mencapai 60 cm dan pertumbuhan meninggi sangat kecil. Setelah selama 3,5 tahun batang tumbuh ke atas dengan kecepatan hingga 60 cm/tahun tetapi melambat pada umur tanaman di atas 15 tahun. Selain dipengaruhi faktor genetik, kecepatan meninggi batang kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kompetensi dalam memperoleh cahaya matahari. Kekurang cahaya matahari mendorong batang kelapa sawit tumbuh cepat ke atas dan mengurangi potensi hasil. Jarak tanaman yang terlalu rapat mengakibatkan kerugiaan secara ekonomis akibat penurunan hasil.
Batang kelapa sawit terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar terbentuk dari panjang basis daun dan terdiri dari jaringan yang padat, cukup tipis dengan warna krem. Lapisan berikutnya adalah partikel yang ditemukan didalam kulit dan berwarna keabu-abuan. Partikel merupakan jaringan akar dibentuk pakal batang dan didalam lubang tanam. Lapisan terdalam adalah lapisan slinder atau inti yang terjadi dari ikatan pembuluh padat (Andoko, 2013). 3) Daun
Kelapa sawit mirip kelapa yang berbentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun
membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun disekitar pelepah berkisar antara 250 - 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakuakan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makan yang dibentuk sehingga produksi akan meninggkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di sumatra Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 - 40 helai. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 - 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Pahan, 2008).
b. Bagian generatif
1) Bunga
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepungsari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan.
Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun, adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat
menerima tepungsari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering.
Jika spatha (selubung bunga) bunga jantan baru terbuka, akan tercium bau harum dan tepung sarinya masih dalam keadaan segar. Dalam kondisi alami tepung sari hanya dapat hidup (mampu membuahi putik) dalam waktu 24 jam. Jika diawetkan, tepung sari bisa mencapai umur 10 minggu. Pengawetan tepung sari dilakukan dengan cara mengeringkannya didalam oven dengan suhu 60 5C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan untuk bantuan penyerbukan (assisted pollination). Pada tanaman kelapa sawit muda (sampai umur 6 tahun), bunga betina lebih banyak dari pada bunga jantan. Karena itu, kelapa sawit muda membutuhkan bantuan penyerbukan oleh manusia.
2) Buah
Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang 6 bulan. Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai 2.000 buah. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam, kemudian setelah berumur 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat perubahan warna tersebut terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butiran-butiran minyak mengandung zat warna (Corotein).
Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3 - 4 minggu, yaitu sampai tingkat matang
matang marfologis adalah buah telah matang apabila tandan buah segar sudah memberondol 3-5 berondolan dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologi adalah buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni 1 bulan setelah matang marfologis. Berat buah berkisar 10 - 20 gram. Biji sawit membawa sifat dorman atau istirahat sehingga tidak dapat segera berkecambah atau tumbuh setelah matang. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buahnya kelapa sawit dibedakan menjadi tiga, yaitu dura, psifera, dan tenera. a. Dura memiliki cangkang tebal, sekitar 3 - 5 mm, sehingga
sering dianggap memperpendek umur mesin pengolah. Daging buah dura tipis dengan endemen minyak 15 – 18 %.
b. Pisifera, memiliki cangkang yang sangat tipis (bahkan sering disebut tidak bercangkang) dan daging buah tebal dengan rendemen minyak 23 – 25%. Sayang sekli bunga pisifera jarang menghasilkan buah.
c. Tenera adalah persalingan antara induk betina dura dan jantan pisifera. Jenis ini diangap unggul sebab melengkapi kekurangan masing - masing induk dengan sifat cangkang buah tipis tetapi bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging perbuahnya mencapai 90% dan kandungan minyaknya per tandan dapat mencapai 28%
2. Syarat Tumbuh tanaman kelapa sawit
Menurut Selardi (2003), pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomi Faktor lingkungan terdiri dari Iklim dan tanah.
a. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara - selatan 12 pada ketinggian 0 - 500 m dari permukaan laut (dpl). Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah cura hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin.
1) Curah hujan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidaka mau masak (berondolan).
2) Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas,
kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari.
3) Suhu
Selain cura hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman
kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28o C.
Untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih
bisa tumbuh pada suhu terendah 18o C dan tinggi 32o C. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan tinggi tempat.
4) Kelembapan Udara dan Angin
Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menjaga pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan lebih besar, mengurangi kelembapan. Dan Dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi.
b. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing - masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah.
1) Sifat fisik tanah
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsintensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdraenase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padat. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 - 60%, debu 10 - 40 , dan liat 20 - 50 . Tanah yang kurang cocok adalah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.
2) Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5, sedangkan ph optimumnya adalah 5 - 5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. tanah
dengan pH rendah biasnya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Selardi, 2003).
B. Tinjauan Umum Gulma
1. Pengertian Gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang kehadirannya tidak
diikehendaki pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi, tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya, tumbuhan yang mempunyai nilai negatif, tumbuhan yang
tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki terutama di tempat manusia
bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain, tumbuhan yang tumbuh sendiri di antara tanaman yang diusahakan, tumbuhan yang kompetitif dan agresif, tumbuhan yang kukuh dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan (Djafaruddin, 1996).
2. Klasifikasi guma
Menurut Barus (2003), berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns),
a. Gulma berdaun sempit (Grasses)
Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut: daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helaian daun. Contoh-contoh gulma berdaun sempit adalah sebagai berikut: 1) Axonopus Compressus
3) Eleusine indica 4) Imperata cylindrica
b. Gulma jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga contohnya yaitu :
1) Cyperus rotundus 2) Cyperus compressus 3) Cyperus pilosus
c. Gulma berdaun lebar (Broad Leaves)
Pada umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. gulma berdaun lebar memiliki ciri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Contoh-contoh jenis gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut :
1) Asystasia intrusa (rumput johor barat) 2) Amaranthus spinosus (Bayam duri) 3) Ageratum conyzoides (Babadotan) 4) Chromolaena odorata (Tekelan) d. Gulma Pakis - Pakisan (Fens)
Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Contoh gulma jenis pakis-pakisan adalah
1) Dicranopteris linearis 2) Lygodium fleuosum 3) Nephrolepis biserrata
Menurut Barus (2003), berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds).
a. Gulma semusim (Annual Weeds)
Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar. Contoh gulma semusim adalah
1) Amaranthus sp 2) Digitaria sp 3) Eleusine indica
b. Gulma dua musim (Biannual Weeds)
Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada periode roset, gulma jenis ini pada umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh gulma dua musim adalah
1) Aretium sp 2) Circium vulgare 3) Verbascum thapsus
c. Gulma tahunan (perennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma segera akan bersemi kembali. Contoh gulma tahunan adalah
1) Cynodon dactylon 2) Cyperus rotundus 3) Imperata cylindrica
Menurut Barus (2003), berdasarkan habitatnya, gulma dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Gulma air (Aquatic weeds)
Pada umunya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh gulma air adalah
1) Cyperus iria
2) Echinochloa colonum 3) Eichornia grassipes
b. Gulma Daratan (Terestrial weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegalan dan perkebunan. Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat
tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh jenis gulma daratan adalah
1) Ageratum conyzoides 2) Axonopus compressus
Menurut Barus (2003), berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E.
a. Gulma kelas A
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh-contoh jenis gulma kelas A adalah sebagai berikut.
1) Imperata cylindrica (alang alang) 2) Mikania sp
b. Gulma kelas B
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh-contoh jenis gulma kelas B adalah sebagai berikut.
1) Scleria sumatrensis
2) Lantana camara (tahi ayam) c. Gulma kelas C
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan
pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Contoh jenis gulma kelas C adalah
1) Axonopus compressus (jukut pait-papaitan) 2) Boreria latifolia
3) Paspalum conjugatum (rumput pait, papaitan) d. Gulma kelas D
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh gulma kelas D adalah
1) Ageratum conyzoides (Babadotan) 2) Cyrtococcum sp.
e. Gulma kelas E
Gulma yang digolongkan kedalam gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan kerena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman.
1) Calopogonium caereleum 2) Calopogonium mucunoides 3) Centrosema pubescens
3. Cara Penyebaran Gulma
Menurut Triharso (2004), penyebaran gulma dari satu tempat ke tempat yang lain dapat terjadi melalui :
a. Aktivitas Atau Kekuatan Sendiri
Jenis gulma dari family leguminoceae mampu melakukan aktivitas sendiri yang menyebarkan keturunannya melalui biji.Biji Leguminoceae yang telah masak menyebabkan polong pecah sehingga biji terlempar keluar.Misalnya Mimosa pigra.
b. Dengan Bantuan Alam 1) Angin
Penyebaran dengan bantuan angin dapat mencapai jarak yang sangat jauh. Penyebaran cara ini pada gulma yang memiliki biji ringan dan dilengkapi alat untuk penyebaran.
2) Air
Terjadi pada gulma air, aliran air dapat membawa biji gulma menyebar ke tempat lain.
3) Tanah alat pertanian dan pupuk kandang
Penyebaran gulma dapat dilakukan dengan bagian gulma di atas tanah di bawah tanah, terikut pada alat-alat pertanian yang digunakan serta biji gulma yang keras termakan oleh binatang ternak tidak rusak oleh pencernaan keluar kembali bersama kotoran pada ternak yang berbeda yang berupa pupuk kandang.
c. Melalui Bantuan Makhluk 1) Hewan Mamalia
Biji gulma yang menempel pada bagian luar tubuh binatang dapat menyebabkan gulma yang disebut epizooktory
2) Burung
Burung yang makan biji yang berlendir menyebabkan terikutnya biji
3) Manusia
Manusia sengaja membawa gulma karena adanya keperluan lain, misalnya karena indahnya bunga dimaksud untuk tanaman hias.
4. Pengaruh Gulma
Menurut Barus (2003), kerugian yang diakibatkan gulma terhadap tanaman kelapa sawit yaitu :
a. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama (fase immature tanaman lebih panjang)
b. Penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman c. Produktivitas kerja terganggu
d. Gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit. e. Biaya pengendalian gulma sangat mahal.
Gulma disamping merugikan juga memberikan manfaat bagi manusia, terutama bila kepentingan manusia terhadap tumbuhan tersebut bersifat subyektif. Adapun manfaat gulma adalah sebagai berikut :
2. Mencegah atau mengurangai timbulnya erosi.
Menurut Djafaruddin (2004), peristiwa terjadinya gulma menyaingi atau mengganggu tanaman budidaya dengan cara berupa :
a. Persaingan dalam penyerapan hara dari dalam tanah b. Persaingan dalam penyerapan air dari dalam tanah
c. Persaingan dalam memanfaatkan cahaya matahari dari udara atau bagian dari atas tanah
d. Persaingan dalam hal ruangan tempat tumbuhnya, baik untuk bagian di atas tanah (tajuk) maupun bagian di dalam tanah atau akar (persaingan dalam hal ruang/space)
e. Ada di antara beberapa jenis gulma itu mengeluarkan zat yang bersifat racun dari akarnya yang disebut allelopati, serta dapat pula menghambat pertumbuhan tanaman, baik ada yang keluar melalui akarnya, maupun melalui daunnya.
f. Adanya gangguan lain, baik secara langsung, maupun tidak langsung antara lain:
1. Tempat bersarangnya atau inang dari pada penyebab hama atau penyakit bagi tanaman.
2. Tempat berkembangbiaknya hama atau penyebab penyakit
tersebut untuk sementara, yang kelak ia beralih menyerang tanaman budidaya kita.
3. Mencari biji atau benih tanaman budidaya kita.
g. Dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pertanian
(pangan,perkebunan, hortikultura, hutan, pakan, dan sebagainya). h. Dapat mengganggu dalam pekerjaan panen hasil (menyulitkan).
i. Menggagalkan panen dan produksi
j. Dapat mematikan tanaman secara langsung.
k. dapat membantu menyebarkan, melestarikan dan tetap bertahannya jasad pengganggu tanaman lainnya (hama dan penyebab penyakit tanaman).
l. Dapat menambah biaya pengendalian/menyiang sebagai langkah
wajib budidaya.
m. Dapat mengganggu langkah-langkah agronomi lainnya selain panen.
C. Tinjauan umum pengendalian gulma
Sasaran pengendalian gulma adalah untuk menekan pengaruh buruk dari gulma. Selain itu, tujuan pengendalian gulma juga untuk menjaga kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang akan datang dan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif. Disisi lain, pengendalian gulma yang baik diharapkan menciptakan kelancaran dan keamanan dalam melaksanakan pengendalian gulma dengan biaya yang wajar rasional.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara manual, kimia dan mekanis.
a. Manual : Menggunakan parang atau dicabut dengan tangan.
b. Kimiawi : Menggunakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida). c. Mekanis : Menggunakan mesin /alat pemotong rumput (Barus, 2003)
1. Persiapan pengendalian gulma
Persiapan pengendalian gulma pada pembibitan utama di Main Nursery merupakan kegiatan yang sangat penting karena dengan pengendalian gulma dapat membantu pertumbuhan bibit yang lebih
optimal. Kegiatannya meliputi pengendalian secara mekanis (manual) dan pengendalian secara kimiawi.
Pekerja pengendalian gulma di main nursery meliputi pekerjaan mencabut gulma yang ada dalam polybag dan merintis gulma yang ada di sekitar polybag dengan menggunakan arit atau cangkul yang berukuran kecil. Faktor yang menunjang keberhasilan pengendalian gulma diantaranya penyediaan peralatan pengendalian gulma, tenaga kerja serta persiapan waktu pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma.
Persiapan pengendalian gulma di main nursery meliputi persiapan sarana dan prasarana untuk pengendalian gulma, serta persiapan di kebun untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian gulma. Pelaksanaan pengendalian gulma juga mempertimbangkan waktu pengendalian gulma. untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara dan air antara tanaman kelapa sawit dan gulma, perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan pengendalian gulma dan prosedur administrasinya, sehingga pelaksanaan pengendalian gulma dapat efektif dalam penggunaan sumberdaya dan efesien. Keberhasilan pengendalian gulma juga ditemukan oleh kondisi kebun dan situasi lingkungan seperti iklim , trofis, sarana dan prasarana.
Pengendalian gulma di main nursery dilakukan 20-30 hari sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma. Keberhasilan pengendalian gulma tergantung dari persiapan pengendalian gulma yang meliputi kondisi cuaca, tenaga kerja, alat pengendalian gulma yang harus disediakan, waktu mulai pengendalian gulma (Nasution, 1986).
2. Peralatan pengendalian gulma
Alat pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung, yaitu mini cangkul. Selain itu alat dalam aplikasi herbisida, pengenalan peralatan semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian yang efektif. pemberantasan gulma secara kimiawi, alat lain yang harus disiapkan diantaranya knapsack sprayer, tandon, ember dan Herbisida kontak (Gulmaxone) dan air bersih (Anonim, 2013)
Paling banyak digunakan di perkebunan, prinsip kerja knapsack
sprayer adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya tekanan
udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan herbisida dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle ke gulma sasaran
(Barus, 2003)
3. Cara pengendalian gulma
Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan dengan cara manual setiap 2 minggu sampai bibit berumur 10 bulan (tidak dibenarkan pengendalian gulma dalam polybag menggunakan herbisida). Gulma diantara polybag dibersihkan dengan menggaruk bersih gulma diantara polybag 2-3 minggu sekali (2 minggu pada akhir musim hujan, 3 minggu pada musim kemarau) (Anonim, 2013)
Pengendalian gulma secara kimia ialah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan
mematikan gulma. Bahan kimia itu disebut herbisida dimana herbi berarti gulma dan sida berarti membunuh. Jadi herbisida ialah zat kimia yang dapat mematikan gulma. Pengendalian gulma dengan cara kimia membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisiada itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma berdaun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat pemberian yang dibutuhkan dan sesuai dengan waktu pemberian (Sukman, 2004)
Secara garis besar ada 2 jenis herbisida, berdasarkan cara kerjanya yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang sistem kerjanya langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas. Sedangkan herbisida sistemik adalah herbisida yang bahan aktifnya dapat diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian atau jaringan gulma. mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses kerja bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan tersebut (Barus, 2003)
Menurut Moenandir (2003), salah satu dari herbisida kontak yaitu herbisida Gulmaxone. Herbisida Gulmaxone merupakan herbisida purna
tumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua. Fungsi dari herbisida Gulmaxone adalah :
a. Mengendalikan gulma teki.
b. Mengendalikan gulma berdaun sempit . c. Mengendalikan gulma berdaun lebar.
Bahan aktif yang terkandung dalam herbisida Gulmaxone yaitu paraquate. Pengendalian dengan menggunakan herbisida kontak dengan konsentrasi 90 ml/ keep dilakukan pagi hari 1 jam setelah penyiraman. Nozzle digunakan adalah polijet kuning atau VLV-200, pada saat penyemprotan posisi nozzle harus lebih rendah dari permukaan polybag atau dapat juga memakai pelindung (shield; jw-sungkup) (Anonim,
20013)
Menurut Barus (2003), berdasarkan waktu pemakaiannya, herbisida dibedakan menjadi dua, yaitu herbisida pratumbuh dan herbisida purnatumbuh.
Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat gulma belum tumbuh. Herbisida jenis ini bekerja dengan cara mematikan biji-biji gulma yang akan berkecambah di dalam maupun di atas permukaan tanah. Agar dapat merata keseluruh gulma sasaran, herbisida pratumbuh memerlukan proses pengolahan tanah yang baik dan tekstur tanah yang gembur dan tidak berbongkah-bongkah.
Herbisida purnatumbuh adalah yang digunakan setelah gulma tumbuh. Herbisida jenis ini biasa diaplikasikan secara langsung dengan menyemprotkan kearah gulma sasaran, terutama daun yang masih muda dan bewarna hijau.
III. METODE KAJIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kajian ini dilaksanakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation di desa Batu- Batu Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. selama 6 bulan mulai bulan Februari hingga Juli 2014, mulai penyusunan proposal, pengambilan data, sampai pembuatan laporan.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kajian pengendalian gulma adalah kamera dan alat tulis (buku dan pulpen)
Bahan terdiri dari subyek kajian yaitu herbisida dan air bersih
C. Prosedur Kajian
1. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan di lapangan tentang pengendalian
gulma meliputi :
a. Identifikasi jenis gulma yang ada di main nursery
b. Cara pengendaliannya
1) Pengendalian gulma di dalam polybag 2) Pengendalian gulma di luar polybag 3) Frekuensi pengendalian gulma
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada mandor pembibitan. Wawancara kepada mandor yaitu menanyakan tentang pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma, cara pengendaliannya secara manual dan secara kimiawi dan frekuensi pengendaliannya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan di lokasi areal pembibitan Main Nursery pada saat kegiatan mengidentifikasi jenis gulma yang ada di main nursery, cara pengendalian di luar polybag dan di dalam polybag, serta alat dan bahan yang digunakan dalam pengendalian gulma.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan di PT. Kalpataru Sawit Plantation, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap gulma di main nursery di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma atau dengan menggunakan mini cangkul, setelah itu mengumpulkan gulma dalam kantong plastik dan membuang gulma keluar dari areal pembibitan. Semua gulma yang ada di luar polybag dikendalikan dengan penyemprotan menggunakan herbisida kontak merk Gulmaxone dengan konsentrasi 90 ml/15 liter air. Penyemprotan dilakukan pagi hari 1 jam setelah penyiraman. Pengendalian gulma dilakukan masing-masing 2 kali sebulan
NO Nama gulma Pengelompokan
gulma berdasarkan morfologi Tempat Cara pengendalian Kelas gulma 1. Axonopus Compressus (rumput papaitan)
Berdaun sempit di luar polybag Kimiawi
(Gulmaxone) C
2. Cyperus rontundus
(rumput teki)
Teki-tekian di luar polybag Kimawi
(Gulmaxone)
B 3. Eleusine Indica
(rumput belulang)
Berdaun sempit di dalam
polybag
Manual B 4. Brachiaria mutica
(rumput malela)
Berdaun sempit di dalam
polybag
Manual A 5. Imperata cylindrica
(Alang alang)
Berdaun sempit di luar polybag Kimiawi
(Gulmaxone)
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa gulma - gulma yang terdapat di dalam polybag berbeda di luar polybag. Gulma yang terdapat di dalam polybag adalah Eleusine Indica (rumput belulang) dan Brachiaria mutica (rumput malela). Gulma yang terdapat di luar polybag adalah Axonopus Compressus (rumput papaitan), Cyperus rotundus (rumput teki) dan Imperata cylindrica (rumput alang alang).
Axonopus compressus (jukut pait, papaitan) merupakan rumput yang tumbuh menjalar dan menanjak hingga 50 cm. Gulma ini merupakan gulma tahunan, jarang sekali semusim. daun berbentuk garis atau lanset, tepi daun berbulu halus, permukaan atas berbulu jarang, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek, berbulu pendek. perbungaan malai mirip bulir, bercabang dua hingga banyak, anak bulir jorong. berkembangbiak dengan biji dan stek batang. (lampiran 2. Gambar 1)
Brachiaria mutica (rumput malela) memiliki akar yang termasuk sistem perakaran serabut, akar rumput malela keluar dari pangkal batangnya, jumlah akar rumput malela banyak dan ukurannya hampir sama besar, akar rumput malela memiliki banyak percabangan akar dan memiliki banyak rambut-rambut halus. batang Brachiaria mutica bagian terbawah tumbuh menjalar atau terapung, membentuk cabang yang panjangnya 100-400 cm, bagian teratas tumbuh tegak, merayap atau menyandar, tingginya 100-200 cm, batang yang tua keras dan berongga, tidak barambut, ditutupi lapisan lilin putih, buku-buku (lampiran 2. Gambar 2)
Eleusine indica (rumput belulang) merupakan gulma rumput berumur pendek, kerap kali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah
keluar akar. batang sering kali berbentuk cekungan yang terbentang; tinggi 0,1-1,9 m. batang menempel pipih sekali bergaris kerap bercabang. daun dalam dua baris. pelepah daun menempel kuat berlunas. lidah seperti selaput, pendek. helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujungnya, pada pangkalnya ada rambut panjang, 12-40 kali 0,41-1 cm. bulir terkumpul 2-12, satu sisi. poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2,5-17 cm. anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4-7 mm. sekam terekan rapat berlunas, dua yang terbawah tetap tinggal lama. benang sari 3; kepala sari pendek. tangkai putik 2; kepala putik sempit berwarna ungu. habitatnya di tempat cerah matahari, di tanah keras karena terinjak; 1-2000 m. penyebarannya di daerah Iklim tropis. (lampiran 2. Gambar 3)
Imperata cylindrica (alang alang) merupakan rumput yang tumbuh tegak, hingga 200 cm, dengan rimpang beruas-ruas dan bermata tunas pada bukunya. gulma ini merupakan gulma tahunan. daun berbentuk pita, permukaannya berbulu, tepian daun bergerigi tajam dan pelepah berbulu. perbungaan malai, benang sari dua. berkembangbiak dengan biji dan
potongan rimpang. (lampiran 2. Gambar 4)
Cyperus rotundus (rumput teki) termasuk teki yang tumbuh pada ketinggian sampai 1000 m dpl. tumbuhan ini merupakan gulma tahunan yang cukup berbahaya di perkebunan kelapa sawit, terutama di pembibitan dan tanaman muda. gulma ini mempunyai umbi dan akar ramping. batang berbentuk segitiga, dengan tinggi 15-17 cm, tidak berbuku, di pangkal batang tumbuh membentuk akar ramping dan umbi. daun berwarna hijau tua mengkilat dan sebelah bawahnya hijau muda, panjang 50-100 cm dan lebar
± 3 cm. bunga terbentuk diujung batang dua – empat malai. penyebaran melalui biji dan umbi. (lampiran 2. Gambar 5)
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman di perkebunan kelapa sawit, gulma Imperata cylindrica (alang-alang) dan Brachiaria mutica (rumput malela) termasuk dalam golongan gulma kelas A. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan ke dalam kelas A merupakan jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas.
Gulma Cyperus rotundus dan Eleusine indica, termasuk dalam golongan kelas B. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian.
Gulma Axonopus compressus, termasuk dalam golongan kelas C. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (keberhasilan kebun).
Cara pengendalian gulma di PT. Kalpataru Sawit Plantation hanya berdasarkan tempat dimana gulma tersebut ditemukan. Pengendalian gulma yang terdapat di dalam polybag dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma atau menggunakan alat mini cangkul, karena tidak dibenarkan pengendalian gulma di dalam polybag menggunakan herbisida. Apabila pemberantasan menggunakan herbisida maka akar dan daun tanaman akan mati (Anonim, 2013).
Cara pengendalian gulma yang terdapat di luar polybag adalah dengan cara kimiawi dengan menggunakan herbisida kontak (Gulmaxone), karena herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan
berwarna hijau, serta gulma yang memiliki perakaran tidak meluas (Barus,
2003).
Herbisida ini dapat berpengaruh terhadap gulma. Penyerapan herbisida oleh jaringan tumbuhan tergantung jumlah kultikula yang ada pada permukaan daun (Syawal, 2005).
Menurut Sukman (2004), herbisida Gulmaxone dapat menghambat pembentukan klorofil dan menghambat proses fotosintesis. Oleh sebab itu apabila konsentrasi yang ditentukan tepat waktu, dan tepat sasaran akan mematikan gulma secara cepat dan maksimal.
Menurut Barus (2003), pengendalian dan pemberantasan gulma Imperata cylindrica (alang-alang) sebenarnya dianjurkan menggunakan jenis herbisida sistemik agar perakaran (rimpang) juga ikut terberantas. Namun di lokasi main nursery PT.Kalpataru Sawit Plantation, pengendalian gulma ini hanya dilakukan dengan menggunakan herbisida kontak.
Pengendalian gulma secara kimia dapat bereaksi terhadap gulma apabila terjadi perubahan iklim dan tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia terhadap herbisida yang digunakan (Moenandir, 2003).
Peranan lingkungan dan cara aplikasi dapat menunjang keberhasilan tingkat kematian gulma. Peranan lingkungan (cahaya, suhu, air, tanah dan
angin) dapat mempengaruhi herbisida. Contohnya, letak herbisida berubah terhadap gulma, maka herbisida akan berubah sifatnya. Cara aplikasi juga penting dalam penentuan keberhasilan pengendalian gulma seperti aplikasi yang mengurangi kontak dengan tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma (Sukman, 2004).
Frekuensi pengendalian gulma di pembibitan main nursery biasanya dilakukan 2 kali sebulan, dilaksanakan pada jam 08:30-10:30. Waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat gulma masih muda dan belum memasuki fase pertumbuhan generatif (berbunga). Pada fase ini penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara pengendalian gulma di dalam polybag dengan cara manual yaitu dengan mencabut atau menggunakan mini cangkul dan cara pengendalian gulma di luar polybag dengan menggunakan cara kimiawi yaitu menggunakan herbisida kontak (Gulmaxone) berbahan aktif paraquate.
2. Gulma yang terdapat di PT. Kalpataru Sawit Plantation adalah Axonopus Compressus (rumput papaitan), Brachiaria mutica (rumput Malela), Cyperus rotundus (rumput teki), Eleusine indica (rumput belulang) dan Imperata cylindrica (rumput alang-alang).
3. Frekuensi pengendalian gulma di PT, Kalpataru Sawit Plantation dilakukan 2 kali sebulan
B. SARAN
Agar kegiatan dilapangan bisa selesai dengan waktu yang ditentukan, mandor harus mengawasi karyawan pembibitan di lapangan dengan baik, tujuannya menghindari kesalahan mengaplikasikan penggunaan herbisida pada areal pembibitan.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2013. Berkebun Kelapa Sawit si emas cair . PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Anonim, 2013. Standar Operation Procedure PT.Kalpataru Sawit Plantation. Barus, A., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Edisi 1. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
Moenandir, 1988. Pengantar ilmu dan pengendalian gulma. CV. Rajawali
Jakarta
Moenandir, J. 2003. Pengantar Ilmu dan pengendalian gulma. Rajawali pers.
Jakarta.
Nasution U,. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Kelapa Sawit
Sumatera Utara dan Aceh Tanjung Morawa.
Pahan I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrosayono, S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Selardi, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Agromedia Pustaka. Jakarta. Setyamidjaja, 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Soebiapradja, R. 1983. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma penting
pada Tanaman Perkebunan. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan.
Sukman Y. 2004. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit CV. Rajawali.
Jakarta.
Sunarko, 2008. Budidaya Kelapa Sawit dan Pengelolaan Kelapa Sawit. Penebar
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syawal. 2005. Pengaruh herbisida terhadap perkembangan gulma. Penerbit CV.
Rajawali. Jakarta.
Triharso, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Edisi 3. Penerbit Gadjah
Lampiran 1. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Kalpataru Sawit Plantation salah satu anak perusahaan dari Kalpataru Investama Group yang melakukan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Areal perijinan PT. Kalpataru Sawit Plantation secara wilayah administerasi pemerintahan Kalimantan Timur, masuk ke dalam wilayah administerasi Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. yang berdiri pada tanggal 3 Mei 2009 berdasarkan akte notaries Bero Haryono SH Nomor 01. Perijinan untuk pembukaan lahan yang dimiliki oleh PT. Kalpataru Sawit Plantation di tahun 2009 sudah terbit menjadi Hak Guna Usaha dan kegiatan land clearing dimulai untuk pembibitan areal yang sudah tertanam seluas 1012 Ha sampai bulan Mei 2012. Dalam operasionalnya
PT.Kalpataru Sawit Plantation, terdiri atas 8 divisi dan pembibitan. Jenis topografi berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebagian besar areal menunjukkan topografi berbukit dan sebagian lagi dataran dengan kemiringan antara 0-15%, ketinggian tempat berkisar antara 0 - 100 m dari permukaan laut.
Salah satu Cabang PT. Kalpataru Sawit Plantation salah satu kantor yang ada di Kalimatan Timur berada di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartenagara yang di dirikan sejak tahun 2009 hingga sampai saat ini. Tujuan utama Cabang PT. Kalpataru Sawit Plantation adalah menyuluh petani-petani Muara Badak tentang tata cara membudidayakan kelapa sawit yang baik dan benar.
Lampiran 2. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap identifikasi jenis gulma di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Gambar 1. Axonopus Compressus (rumput papaitan)
Lampiran 2. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap identifikasi jenis gulma di PT. Kalpataru Sawit Plantation (lanjutan)
Gambar 3. Eleusine indica (rumput belulang)
Lampiran 2. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap identifikasi jenis gulma di PT. Kalpataru Sawit Plantation (lanjutan)
Gambar 5. Cyperus rotundus L. (Rumput teki)
Lampiran 3. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap metode pengendalian gulma di main nursery di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual
Lampiran 4. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam pengendalian gulma di Main Nursery di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Gambar 1. Alat mini cangkul
Lampiran 4. Hasil dokumentasi pengamatan terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam pengendalian gulma di Main Nursery di PT. Kalpataru Sawit Plantation (lanjutan)