• Tidak ada hasil yang ditemukan

BKLE menanam kelapa sawit varietas tenera dengan berbagai macam progeni. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan Satuan Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman per ha. Adanya batas-batas alam menyebabkan luasan blok di BKLE tidak semuanya baku 30 ha. Ada blok-blok yang luasannya lebih dari 30 ha dan ada yang kurang dari 30 ha. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE

Tahun Tanam Luas Areal (ha) Jumlah Tanaman SPH (pokok/ha)

2006 0 560.06 075 514 135 2007 1 526.55 206 200 135 2008 0 261.05 034 107 131 2009 0 034.63 005 056 146 2010 0 122.35 013 254 108 2011 0 025.01 004 374 175 Total 2 529.65 338 505 134

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Tanaman tahun tanam 2006 di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dari tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013

Tahun Luas TM (ha) Produksi (ton) BJR (kg) Produktivitas (ton/ha)

2009 0 560 01 868 3.97 00.83

2010 2 086 10 441 4.10 04.45

2011 2 347 21 892 4.76 09.33

2012 2 381 32 778 6.20 13.76

2013 2 503 38 963 7.52 15.56

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

BKLE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan empat Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor semprot, mandor until, mandor pupuk, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, dan mandor traksi. Kasi dibantu oleh accounting, mantri, admin tanaman, kasir, personalia, dan kerani gudang.

Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, areal statement, sumber daya manusia, dan biaya. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi, memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi. Kasi adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Kasi dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sistem ketenagakerjaan BKLE terbagi menjadi karyawan staf dan karyawan nonstaf. Karyawan staf terdiri atas Estate Manager (EM), Asisten

Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014

No Status Karyawan Jumlah

1 Karyawan Staf 006

2 Karyawan Bulanan 013

3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 292

4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 116

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.12

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK), kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu:

1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908 525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76 341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi, perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang.

Aspek Teknis

Pelaksanaan aspek teknis sehari-hari diawali dengan apel pagi. Apel pagi di BKLE terdiri atas apel pagi tahap 1 dan apel pagi tahap 2. Apel pagi tahap 1

Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014

No Status Karyawan Jumlah

1 Karyawan Staf 006

2 Karyawan Bulanan 013

3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 292

4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 116

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.12

Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK), kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu:

1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908 525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.

3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76 341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi, perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan magang.

Aspek Teknis

Pelaksanaan aspek teknis sehari-hari diawali dengan apel pagi. Apel pagi di BKLE terdiri atas apel pagi tahap 1 dan apel pagi tahap 2. Apel pagi tahap 1

berlangsung pukul 04.45-05.00 WIB berisi pengingatan atau pemastian kembali oleh asisten kepada para mandor tentang ada atau tidaknya perubahan rencana kerja harian (RKH) pada hari tersebut. Perubahan RKH dapat terjadi apabila saat apel cuacanya hujan atau ada sumberdaya yang tidak tersedia di luar perkiraan. Apel pagi tahap 2 berlangsung pukul 05.00-05.30 WIB berisi pemeriksaan kehadiran dan pengarahan oleh mandor per jenis kegiatan kepada karyawan lapangannya masing-masing tentang rencana kerja hari tersebut sesuai instruksi dari asisten saat apel pagi tahap 1. Setelah apel pagi tahap 2 selesai, karyawan lapangan bergegas sarapan dan berangkat ke lahan sehingga pukul 06.00 WIB pekerjaan sudah bisa dimulai. Jam kerja karyawan lapangan dimulai pukul 06.00 sampai dengan 13.30 WIB dengan jeda istirahat pukul 09.30-10.00 WIB. Karena semua tanaman kelapa sawit di lokasi penulis magang (divisi 2) statusnya adalah tanaman menghasilkan (TM), maka aspek teknis yang penulis lakukan selama kegiatan magang hanya terdiri dari 3 kegiatan rutin seperti pengendalian gulma, pemupukan, dan pemanenan. Jurnal harian sebagai karyawan lapangan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di BKLE adalah salah satu kegiatan utama yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap akses menuju pokok dan kelancaran kegiatan operasi secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara kimiawi dan manual dengan fokus lokasi pengendalian pada piringan, pasar pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH), dan gawangan mati. Gulma yang banyak ditemukan di BKLE adalah Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Stenochlaena palustris,

Melastoma malabathricum, kentosan, dan Scleria sumatrensis.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Salah satu tindakan pengendalian gulma dengan mempertimbangkan aspek biaya, tenaga kerja, dan waktu yang relatif rendah adalah dengan menggunakan herbisida (Monaco et al. 2002). Pengendalian gulma secara kimiawi di BKLE merupakan kegiatan pemeliharaan yang menelan biaya produksi terbesar kedua setelah pemupukan. Oleh karena itu, pelaksaannya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Spraying System (BSS). Tim kerja semprot BSS di BKLE terdiri atas 28 tenaga penyemprot, 2 tenaga pengairan, 1 orang supir, dan 1 orang mandor. Satu tim kerja semprot BSS menangani seluruh divisi di BKLE. Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH di divisi 2 dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Standar output semprotnya adalah 3 ha/HK.

Tim kerja semprot BSS dilengkapi dengan 1 unit modifikasi truk dengan tangki berkapasitas 3000 liter. Masing-masing penyemprot dilengkapi dengan 1 unit knapsack sprayer semi-otomatis bertekanan konstan “SA15” yang dinomori sesuai nomor tenaga penyemprot, fan nozzle kuningan berjenis very low volume

200 l/ha “VLV200“, bendera kuning, dan parang. Bendera kuning digunakan sebagai tanda batas terakhir penyemprotan apabila larutan semprot habis sebelum pasar pikul selesai disemprot. Apabila hari hujan dan penyemprotan terpaksa harus dialihkan, maka parang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual atau babat tumbuhan pengganggu (BTP). Alat pelindung diri yang digunakan oleh penyemprot terdiri atas sepatu boot, topi, masker, sarung tangan, rompi (perlak), dan kacamata. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH

Tenaga pengairan dilengkapi dengan gelas ukur berkapasitas 1 liter untuk penakaran herbisida. Herbisida yang digunakan adalah glifosat “ROUN UP 486

SL”, metsulfuron methyl “AMIRON-M 20 WG”, dan parakuat “GRAMOXONE

276 SL”. ROUNDUP 486 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat kuning emas, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah isopropil amina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. AMIRON-M 20 WG adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran, berwarna putih yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar dan teki. Bahan aktifnya adalah Metsulfuron methyl 20%. GRAMOXONE 276 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak non selektif, berbentuk larutan, berwarna hijau tua, dan digunakan untuk mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah Paraquat diklorida 276 g/l atau setara dengan Ion parakuat 200 g/l.

Penggunaan herbisida tersebut tergantung pada jenis gulma yang akan dikendalikan. Namun, umumnya bahan aktif yang sering digunakan untuk penyemprotan rutin piringan, pasar pikul, dan TPH adalah Glifosat 1% yang dicampur dengan Metsulfuron Methyl 0.05%. Pencampuran racun dilakukan di lahan sebelum penyemprotan dimulai. Tahap pertama pencampuran racun adalah membagi racun Glifosat baru bervolume 20 L menjadi 2 jerigen masing-masing 10 L. Tahap kedua adalah membuat larutan racun 250 gr Metsulfuron Methyl yang dicampur dengan air secukupnya dan diaduk merata. Tahap ketiga adalah memasukkan larutan Metsulfuron Methyl ke dalam jerigen berisi Glifosat 10 L. Tahap keempat adalah mengisi jerigen berisi campuran racun tersebut hingga 20 L dan diaduk merata. Dosis campuran racun adalah 200 ml per knapsack sprayer

bervolume 15 L. Volume semprot efektif per ha untuk kegiatan semprot piringan, pasar pikul, dan TPH adalah 58.78 L atau setara dengan 4 knapsack sprayer per ha. Khusus untuk pengendalian kentosan dan ilalang (tidak rutin), bahan aktif yang digunakan adalah Paraquat 0,5% yang dicampur dengan Metsulfuron methyl 0,03%.

Mandor dilengkapi dengan pancang bendera berwarna merah sebagai tanda batas ancak penyemprotan. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dengan pencampuran bahan oleh tenaga pengairan dan penancapan pancang bendera berwarna merah oleh mandor di sepanjang collection road (CR) blok yang akan disemprot. Setelah batas ancak masing-masing penyemprot terlihat dengan jelas, tenaga penyemprot langsung menuju ancak yang telah ditentukan sesuai dengan nomor urut tenaga penyemprot pada bendera merah. Penyemprotan pasar pikul dilakukan dengan cara 1 tenaga penyemprot untuk tiap 1 pasar pikul. Areal yang disemprot adalah piringan, pasar pikul, dan TPH. Tenaga penyemprot mengatur agar posisi nozel saat penyemprotan tetap stabil pada ketinggian 40 cm dari permukaan gulma. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH dimulai dari CR menuju barisan pokok secara selang seling sampai piringan pada pasar pikul tersebut tersemprot semua. Mandor semprot menancapkan kembali bendera merah pada ancak berikutnya sementara tenaga pengairan mencampur kembali herbisida yang akan digunakan. Penyemprot yang sudah selesai menyemprot satu pasar pikul, dapat pindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai nomor tenaga penyemprot yang terdapat di bendera merah sampai ancak pada hari tersebut selesai. Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah kegiatan BTP menggunakan parang. Kegiatan BTP ini dilakukan apabila hujan turun dan/atau gulma sasaran tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Sasaran BTP adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) yang merambat ke pokok sawit, kentosan (anakan sawit liar) di piringan, pasar pikul, dan TPH, serta anak kayu di gawangan mati seperti Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta

(haredong), Lantana camara (tahi ayam), dan Melastoma malabathricum

(senduduk).

Pembabatan kacangan MB dilakukan pada pokok kelapa sawit yang terlilit MB sehingga kekurangan penyinaran matahari untuk proses fotosintesis. Pembabat yang sudah menyelesaikan satu pasar pikul dapat berpindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Pembabatan anak kayu dilakukan pada anak kayu yang berada di gawangan mati. Anak kayu ini juga merugikan bagi pertanaman kelapa sawit karena menghalangi penyinaran matahari untuk proses fotosintesis. Anak kayu yang berdiameter di bawah 10 cm

dibabat pada ketinggian < 15 cm dari permukaan tanah agar tanaman kelapa sawit mendapatkan penyinaran matahari yang optimal. Pembabat yang telah selesai membabat habis satu gawangan dapat berpindah ke gawangan selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Standar kerja pengendalian gulma secara manual di BKLE adalah 0.5 ha per HK.

Alat pelindung diri. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida yang beracun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh karena itu tenaga semprot diharuskan menggunakan APD. Alat pelindung diri tersebut di antaranya adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan kepala, sepatu boot, dan apron.

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan utama pemeliharaan yang sangat penting karena pemupukan menelan biaya produksi terbesar dan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu, pelaksanaanya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode Manuring System (BMS). Pupuk dapat dianggap sebagai bahan baku yang diolah oleh pokok kelapa sawit untuk menghasilkan buah. Pemupukan di BKLE dilakukan dengan metode untilan dan penaburan manual di piringan.

Tim kerja pupuk BMS di BKLE terdiri dari 1 orang mandor BMS yang membawahi 1 mandor until, 1 mandor tabur, dan 1 supir light truck (LT). Mandor until membawahi 7 tenaga penguntil pupuk dan 4 tenaga muat-langsir. Mandor tabur membawahi 7 tenaga pengecer dan 14 tenaga penabur. Organisasi penaburan pupuk dilakukan dengan pembentukan kelompok kerja pupuk (KKP) yang terdiri dari 1 tenaga pengecer dan 2 tenaga penabur. Satu tim kerja pupuk BMS menangani seluruh divisi di BKLE. Pemupukan dilakukan 1 kali per tahun atau 2 kali per tahun tergantung unsur pupuknya. Pupuk yang diaplikasikan terdiri dari Urea (N), Rock Phosphate (P), Muriate of Potash (K), Kieserit (Mg), Zincopper (Cu), dan High Grade Fertilizer Borate (B). Dosis aplikasi masing- masing pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembuatan untilan pupuk dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Stok pupuk yang lama diprioritaskan untuk diuntil lebih dahulu. Proses penguntilan dimulai dengan pembukaan karung dan penuangan pupuk ke lantai until. Pupuk yang menggumpal dipecahkan dengan alat pemecah gumpalan. Pupuk yang sudah tidak menggumpal dimasukkan ke dalam takaran until masing-masing pupuk. Berat untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan (biasanya 12-16 kg per untilan). Pupuk yang ada ditakaran diratakan “peres” dengan alat perata. Pupuk yang sesuai takaran dimasukkan ke dalam goni bekas dan diikat dengan tali yang terbuat dari goni bekas yang sudah rusak dan dipotong membentuk tali. Untilan disusun dan ditumpuk 15 until per tumpuk di atas pallet yang terbuat dari kayu. Untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat proses muat ke LT. Standar output penguntilan adalah 2.5 ton/HK.

Pengangkutan dan pelangsiran untilan pupuk. Kegiatan ini dilakukan olen tenaga muat-langsir dan sopir LT. Proses pengangkutan dan pelangsiran

untilan pupuk dimulai dengan pemuatan untilan pupuk ke LT oleh tenaga muat- langsir saat karyawan lain apel pagi. Setelah pupuk selesai dimuat ke LT (dengan kapasitas maksimal yang diizinkan adalah 7 ton), sopir LT menjalankan LT menuju CR blok yang akan dipupuk. Setibanya di CR, sopir LT menghentikan kendaraan di setiap tempat peletakan pupuk. Pelangsiran pupuk dilaksanakan terus sampai semua TPP di blokyang piringannya akan dipupuk hari itu mendapat untilan yang cukup. TPP disediakan di setiap 3 gawangan atau 6 barisan. Artinya, setiap 3 gawangan atau 6 barisan terdapat satu TPP. Biasanya tenaga muat-langsir juga bertugas untuk mengumpulkan kembali karung bekas untilan dan menggulung per 10 karung untuk dikembalikan lagi ke gudang pupuk.

Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah mengecer untilan pupuk dari TPP ke sepanjang pasar pikul di dalam blok. Setiap KKP terdiri atas 1 pengecer dan 2 penabur. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul. Pengeceran dimulai dengan meninggalkan 1 untilan pupuk untuk aplikasi pertama oleh tenaga tabur (kondisi untilan sudah terbuka talinya). Untilan pupuk dibawa sesuai barisan tanaman ke dalam blok. Untilan pupuk diletakkan pada pokok dalam piringan sesuai dengan jumlah pokok per until. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan di jalan CR oleh pengecer, diambil dan dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir.

Penaburan pupuk. Penaburan pupuk adalah menabur pupuk dari untilan ke setiap piringan kelapa sawit. Penaburan dilakukan oleh dua orang penabur yang terdapat dalam 1 KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dengan menggunakan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Penaburan dimulai dengan penuangan pupuk dari untilan ke dalam ember tabur yang terbuat dari jerigen bekas herbisida yang sudah dimodifikasi. Penaburan pupuk dilakukan ke piringan sesuai arah barisan tanaman ke dalam blok. Goni untilan yang sudah kosong dibawa dan diletakkan ke CR untuk dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate

Panen

Panen merupakan pekerjaan utama karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Panen adalah kegiatan memotong tandan buah yang ada di pokok, mengutip brondolan yang ada di piringan, dan memindahkannya ke TPH oleh pemanen serta pengangkutannya ke PKS. Buah yang dipanen

diupayakan berada pada tingkat kematangan yang sesuai dan diantar ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Karena pentingnya kegiatan panen, maka pelaksanaan panen di BKLE diatur dalam Barcode Harvesting System (BHS). Sistem kerja potong buah yang dilaksanakan di BKLE adalah Sistem Kerja Potong Buah-1 (SKP-1). Pelepah dipotong dan dirumpuk, buah dipotong, brondolan dikutip, dan diangkut ke TPH, semuanya dilaksanakan oleh satu orang pemanen.

Seksi dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang harus dipanen di hari yang sama dan biasanya terdiri dari 5 blok. Kebun BKLE membagi seksi panen menjadi 6 seksi yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari kerja per minggu. BKLE Divisi II membagi seksi panen menjadi 6 seksi dengan luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan luasan 72.51 ha. Seksi panen mempengaruhi pusingan panen. Pusingan panen adalah interval waktu antara satu kegiatan panen dengan kegiatan panen selanjutnya pada ancak yang sama dan blok yang sama. Pusingan panen yang diterapkan di BKLE adalah 7 hari.

Peralatan panen. Peralatan panen adalah alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan panen. Peralatan panen digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS dari TPH ke dump truck (DT). Berdasarkan tinggi tanaman, alat untuk memotong TBS dibagi menjadi 2, yaitu dodos dan egrek. BKLE menggunakan dodos sebagai alat potong buahnya karena tanaman kelapa sawit yang ada di BKLE umumnya belum mencapai tinggi 3 meter. Alat untuk membawa TBS ke TPH terdiri atas gancu dan angkong. Alat untuk memuat TBS dari TPH ke DT

Dokumen terkait