• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis Jacq

.

)

DI KEBUN ADOLINA, PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV,

SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

RIO ELVANDARI LUBIS

A24110003

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Rio Elvandari Lubis

(4)

RIO ELVANDARI LUBIS. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Adolina, PTPN IV. Dalam pelaksanaan magang, manajemen panen dalam kegiatan panen kelapa sawit diutamakan untuk diamati dan dipelajari. Pengamatan dalam manajemen panen terdiri atas: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan tenaga panen, kriteria matang panen, kapasitas pemanen, mutu buah dan pengangkutan buah ke pabrik kelapa sawit. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan rata-rata, persentase dan standar deviasi (statistik deskriptif) serta uji t-student (komparasi). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa manajemen panen kelapa sawit di Kebun Adolina perlu ditingkatkan. Hal ini karena kapasitas pemanen yang lebih rendah dari standar perusahaan dan tingginya persentase produksi buah yang tidak bermutu. Rendahnya kapasitas pemanen berpengaruh terhadap perhitungan kebutuhan tenaga panen dan terganggunya rotasi panen. Rotasi panen yang terganggu berpengaruh terhadap tingginya persentase produksi buah yang tidak bermutu. Kebun Adolina telah melaksanakan taksasi kerapatan panen yang cukup akurat terhadap kerapatan panen realisasi. Keakuratan taksasi kerapatan panen terhadap kerapatan panen realisasi berpengaruh terhadap keakuratan taksasi produksi harian serta perhitungan kebutuhan tenaga panen dan angkutan panen.

Kata kunci: kapasitas pemanen, kelapa sawit, manajemen panen, tenaga panen

ABSTRACT

RIO ELVANDARI LUBIS. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) in Adolina Estate, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, North Sumatera. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.

(5)

company and the high production percentage of fruits have not quality. The low capacity of harvesters affect the calculation of harvester requirements and disruption of harvest rotation. Harvest rotation is disturbed affect the high production percentage of fruits have not quality. Adolina Estate has implemented assessed harvest density quite accurately to the realization of the harvest density. The accuracy of the assessed harvest density to realization of harvest density affect the accuracy of the assessed daily production as well as calculation of harvester requirements and transport harvest.

(6)
(7)

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis Jacq

.

)

DI KEBUN ADOLINA, PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV,

SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

RIO ELVANDARI LUBIS

A24110003

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Topik yang dipilih dalam kegiatan magang yang dilaksanakan sejak 9 Februari hingga 8 Juni 2015 adalah Aspek Agronomi Kelapa Sawit, dengan judul Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas bimbingan, doa dan kasih sayang selama penulis menjalankan program studi sarjana dan menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran yang bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

3. Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan program studi sarjana

4. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran yang bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

5. Ibu Ir Nurmala Dewi Hasibuan, MM selaku Kepala Bagian Sumber Daya Manusia PT Perkebunan Nusantara IV yang telah memberikan izin lokasi magang

6. Bapak Ir Erry Sukartono Surasno selaku Manajer dan Drs Rabiullah Harahap selaku Kepala Dinas Tanaman Unit Usaha Adolina, PTPN IV yang telah memberikan izin pelaksanaan magang

7. Bapak Surya Xico Marpaung, SP selaku pembimbing lapang di Kebun Adolina, PTPN IV yang telah membimbing dan membantu penulis selama melakukan kegiatan magang

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Pemanenan Kelapa Sawit 3

METODE MAGANG 6

Tempat dan Waktu 6

Metode Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengumpulan Data 7

Analisis Data 8

KEADAAN UMUM 8

Letak Geografi dan Wilayah Administratif 8

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 9

Keadaan Iklim dan Tanah 9

Keadaan Tanaman dan Produksi 10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 13

Pengangkutan Buah ke PKS 36

KESIMPULAN DAN SARAN 37

1 Kriteria tingkat kematangan tandan buah 4

(14)

4 Jarak tanam di Kebun Adolina 10

5 Ketenagakerjaan Unit Usaha Adolina 12

6 Kriteria penunasan berdasarkan umur tanaman di Kebun Adolina 14

7 Rotasi panen Afdeling 2 Kebun Adolina 20

8 Kerapatan panen Afdeling 2 Kebun Adolina 21

9 Taksasi produksi harian Afdeling 2 Kebun Adolina 21

10 Jumlah tenaga panen di Afdeling 2 Kebun Adolina 22

11 Kebutuhan tenaga panen di Afdeling 2 Kebun Adolina 22

12 Kebutuhan angkutan panen di Afdeling 2 Kebun Adolina 23

13 Kriteria matang panen di Kebun Adolina berdasarkan brondolan

yang jatuh di piringan atau sekitar tanaman 27

14 Kebutuhan waktu pengangkutan buah per trip Afdeling 2 Kebun Adolina 27

15 Kapasitas pemanen di Kebun Adolina 28

16 Hasil uji-t kapasitas pemanen rata-rata terhadap kapasitas pemanen

standar perusahaan 29

17 Mutu buah hasil panen Afdeling 2 Kebun Adolina 29

18 Basis borong panen Kebun Adolina 30

19 Nilai premi panen berdasarkan status pemanen di Kebun Adolina 30 20 Nilai denda panen berdasarkan kesalahan-kesalahan dalam kegiatan

Panen di Kebun Adolina 30

DAFTAR GAMBAR

1 Perbandingan antara produktivitas tanaman di Kebun Adolina dengan

potensi produktivitas menurut PPKS pada kelas kesesuaian lahan S3 11

2 Kegiatan injeksi batang di Kebun Adolina 15

3 Kegiatan penyemprotan hama ulat di Kebun Adolina 16

4 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Kebun Adolina 17

5 Kegiatan pemupukan dolomite di Kebun Adolina 19

6 Struktur organisasi panen Kebun Adolina, PTPN IV 24

7 Kegiatan panen di Kebun Adolina 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Kebun Adolina,

PTPN IV 40

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun

Adolina, PTPN IV 41

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten tanaman di

Kebun Adolina, PTPN IV 42

4 Peta lokasi Unit Usaha Adolina, PTPN IV 46

5 Data curah hujan tahun 2010 hingga 2014 Kebun Adolina, PTPN IV 47 6 Data produksi tahun 2010 hingga 2014 Kebun Adolina, PTPN IV 48

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili

Palmae dan berasal dari Afrika Barat, meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit tumbuh subur di luar daerah asalnya, seperti: Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua Nugini (Fauzi et al. 2012). Di Indonesia, kelapa sawit tumbuh subur dan mengalami perluasan areal. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan rata-rata luas areal kelapa sawit selama 2004-2014 sebesar 7.67% tahun-1 dengan luas areal tahun 2014 sebesar 10 956 231 ha (Ditjenbun 2015).

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Minyak nabati dihasilkan dari buah kelapa sawit, baik dalam bentuk tandan buah segar (TBS) maupun brondolan. TBS dan brondolan diolah di unit ekstraksi menjadi produk setengah jadi yang berbentuk minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan

kernel kelapa sawit (palm kernel oil). Minyak kelapa sawit dan kernel kelapa sawit dapat diolah menjadi macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan. Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Permintaan minyak makan di dalam dan luar negeri yang tinggi merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa (Fauzi et al. 2012). Hal tersebut terlihat dari laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit khususnya CPO selama 2003-2014 sebesar 12.94% tahun-1 dan volume ekspor CPO tahun 2013 yang telah mencapai 20 580 000 ton dengan nilai US $15.84 milyar (Ditjenbun 2015).

Produksi kelapa sawit yang baik harus dicapai untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Untuk mendapatkan produksi yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada tingkat yang optimal (Pahan 2013). Faktor-faktor tersebut adalah teknik budidaya yang baik, mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan penanganan pasca panen.

(16)

Tujuan utama kegiatan panen kelapa sawit yaitu mencapai produktivitas TBS dan kandungan minyak yang tinggi serta mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) yang rendah. Manajemen panen kelapa sawit yang baik merupakan hal yang perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan utama tersebut (Pahan 2013). Komponen-komponen dalam manajemen panen tersebut antara lain: persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen dan pengawasan panen.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa baik secara teknis maupun manajerial dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mengetahui dan mempelajari manajemen panen dalam kegiatan panen kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati (Fauzi et al.

2012). Menurut Pahan (2013), kelapa sawit termasuk kelas Angiospermae, ordo

Monocotyledonae, famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae), subfamili

Cocoideae, genus Elaeis dan spesies Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembang-biakan terdiri atas bunga dan buah.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut, tidak berbuku, ujungnya runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Akar tanaman kelapa sawit sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah. Akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang mengandung unsur hara (Fauzi et al. 2012).

Batang tanaman kelapa sawit umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Pada batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang tampak berwarna hitam beruas (Sunarko 2007).

(17)

250-400 helai. Jumlah pelepah, panjang pelepah dan anak daun bergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua memiliki jumlah pelepah yang lebih sedikit dibandingkan tanaman yang masih muda, tetapi tanaman yang berumur tua memiliki pelepah yang lebih panjang dan anak daun yang lebih banyak.

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoecious. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga tanaman kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri atas kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang membentuk spiral. Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (Fauzi et al. 2012).

Tanaman kelapa sawit memiliki buah yang secara botani digolongkan sebagai buah drupe (Pahan 2013). Menurut Fauzi et al. (2012), buah kelapa sawit terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikarpium yang terdiri atas epikarpium dan mesokarpium, sedangkan yang kedua adalah biji yang terdiri atas endokarpium, endosperm dan lembaga atau embrio. Epikarpium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokarpium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak kernel sawit (palm kernel oil), sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12o LU dan 12o LS. Curah hujan optimum berkisar 2 000-2 500 mm tahun-1 dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Suhu optimum sekitar 24-28

o

C. Lama penyinaran optimum sekitar 5-7 jam hari-1. Kelembaban optimum sekitar 80% dan kecepatan angin sekitar 5-6 km jam-1.

Kelapa sawit tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dan kemiringan lereng 0-12o atau 21%. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti: podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas dan pH berkisar 5-5.5 (Fauzi et al. 2012).

Pemanenan Kelapa Sawit Panen

(18)

pengetahuan pemanen seperti: persiapan panen, kriteria matang panen, cara panen, rotasi panen dan sistem panen serta sarana panen. Keseluruhan faktor ini saling bersinergi yang tak terpisahkan satu dengan yang lain.

Persiapan panen. Menurut Pahan (2013), persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam mempersiapkan pelaksanaan panen adalah persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi atau

kapveld panen dan penyediaan alat-alat kerja.

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan brondolan yang lepas dari tandan. Kriteria umum yang banyak digunakan adalah brondolan yang lepas dari tandan, yaitu 2 brondolan kg-1 untuk tandan yang memiliki berat >10 kg dan 1 brondolan kg-1 untuk tandan yang

memiliki berat ≤10 kg (Fadli et al. 2006). Menurut Lubis (2008), tingkat kematangan tandan buah atau dikenal sebagai fraksi ditentukan berdasarkan kriteria jumlah brondolan lepas (Tabel 1).

Tabel 1. Kriteria tingkat kematangan tandan buah

Fraksi Brondolan Lepas dari Tandan Buah Kematangan

00 Belum ada Sangat mentah

0 <12.5 brondolan kg-1 TBS Mentah

1 12.5-25.5% buah luar Kurang Matang

2 25-50% buah luar Matang 1

3 50-75% buah luar Matang 2

4 75-100% buah luar Lewat Matang

5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat Matang Sumber: Lubis (2008)

Cara panen. Ada tiga cara panen berdasarkan tinggi tanaman. Cara panen jongkok digunakan untuk pohon setinggi 2-5 m dengan alat dodos. Cara panen berdiri digunakan untuk pohon setinggi 5-10 m dengan alat kampak siam. Cara panen egrek digunakan untuk pohon lebih tinggi dari 10 m dengan alat egrek (Sunarko 2007). Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan mati. Tandan buah yang matang dipotong dan tangkainya dipotong rapat ke tandan dengan panjang maksimal 2 cm. Brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur dengan tanah atau kotoran lain. TBS dan brondolan dikumpulkan di TPH (Fauzi et al. 2012).

(19)

Sarana panen. Sarana panen yang memadai akan membantu memperlancar kegiatan panen. TBS yang telah dipanen harus segera diangkut ke PKS untuk diolah, maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan sarana panen berupa alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan diantaranya lori, traktor gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkut lain (Fauzi et al. 2012). Selain alat angkut buah ke PKS, alat-alat lainnya dalam pemanenan seperti: dodos, kampak siam, egrek dan angkong harus tersedia dengan kualitas yang baik demi kelancaran proses pemanenan.

Manajemen Panen

Manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas yang diarahkan pada sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Empat fungsi atau aktivitas manajerial dasar adalah perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian (Griffin 2004). Untuk mencapai tujuan organisasi, keempat aktivitas tersebut harus dilakukan dengan baik.

Fungsi perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan adalah menetapkan tujuan organisasi dan menentukan cara terbaik untuk mencapainya (Griffin 2004). Menurut Julianto (2013), perencanaan panen diawali dengan pembuatan rencana kerja tahunan (RKT). RKT didapatkan dari anggaran produksi tahunan. RKT tersebut disederhanakan menjadi rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Penyusunan RKB panen berdasarkan pada sebaran produksi yang sudah ditentukan. Penyusunan RKH panen dilakukan berdasarkan hasil perhitungan angka kerapatan panen (taksasi produksi harian). Taksasi produksi harian merupakan dasar untuk menentukan jumlah tenaga kerja serta jumlah biaya panen dan pengangkutan yang akan dilakukan. Dengan perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi biaya panen di perusahaan.

Fungsi pengorganisasian. Pengorganisasian adalah menentukan aktivitas-aktivitas dan sumber daya menjadi kelompok-kelompok tertentu (Griffin 2004). Menurut Julianto (2013), pengorganisasian panen dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan kompetensi individu. Setiap afdeling dipimpin seorang asisten tanaman yang bertugas menyusun rencana kerja baik tahunan, bulanan maupun harian. Selain itu, asisten tanaman juga bertugas mengawasi semua kegiatan di afdeling agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dalam menjalankan tugasnya, asisten tanaman dibantu oleh mandor panen dan krani panen. Mandor panen bertugas mengawasi dan memeriksa pekerjaan karyawannya sesuai dengan kemandoran masing-masing. Krani panen bertugas memeriksa kualitas hasil panen di setiap TPH. Pembagian ancak panen dilakukan oleh asisten tanaman dan mandor panen. Pembagian ancak panen disesuaikan dengan output pemanen. Setiap pemanen harus menyelesaikan panen di ancak

yang sudah diberikan. Hal ini bertujuan untuk menjaga rotasi panen agar tetap stabil.

(20)

dengan baik oleh asisten tanaman dan mandor panen untuk mencapai tujuan kegiatan panen.

Fungsi pengawasan/pengendalian. Pengawasan/pengendalian adalah pemantauan kemajuan organisasi dalam mencapai tujuannya (Griffin 2004). Menurut Julianto (2013), dalam pengaplikasian pengawasan/pengendalian panen, asisten tanaman, mandor panen dan krani panen bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung terutama kegiatan panen agar berjalan sesuai dengan yang diarahkan. Asisten tanaman bertugas mengawasi serta memastikan kegiatan panen berjalan sesuai dengan yang diarahkan. Mandor panen bertugas mengawasi serta memeriksa setiap pemanen yang termasuk ke dalam kemandorannya dan memastikan setiap pemanen melakukan kegiatan panen hingga selesai. Krani panen bertugas memeriksa buah hasil panen di setiap TPH.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Adolina, PT Perkebunan Nusantara IV, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kegiatan ini dilaksanakan pada 9 Februari hingga 8 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang yaitu melakukan seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perusahaan, baik aspek teknis maupun manajerial. Selain melakukan seluruh kegiatan di atas, pengumpulan data juga dilakukan terhadap kedua aspek tersebut. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Kegiatan magang pada aspek teknis yang sedang berlangsung di perusahaan merupakan kegiatan-kegiatan pengelolaan perkebunan kelapa sawit mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga panen.

(21)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui praktek kerja, pengamatan, diskusi dan wawancara secara langsung di lapangan. Pengumpulan data primer difokuskan pada aspek panen yaitu pengamatan tentang manajemen panen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data manajerial perusahaan. Data sekunder yang diperoleh seperti: letak geografi, wilayah administratif, luas areal konsesi, tata guna lahan, keadaan tanah, keadaan iklim selama 5 tahun terakhir, kondisi tanaman, produksi selama 5 tahun terakhir, struktur organisasi, ketenagakerjaan kebun dan peraturan atau norma baku perusahaan.

Pengamatan terhadap aspek panen kelapa sawit dilakukan untuk pengumpulan data primer. Parameter-parameter yang diamati terdiri atas:

1. Rotasi Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati rotasi panen setiap hari dalam suatu bulan. Pengamatan diulang sebanyak 3 kali.

2. Kerapatan Panen

Pengamatan dilakukan dengan mengambil 50 tanaman contoh dari populasi tanaman setiap blok yang dipanen pada suatu hari panen. Pengambilan tanaman contoh dilakukan secara acak. Pengamatan diulang sebanyak 5 kali. Menurut Fadli et al. (2006), data dapat diperoleh dengan cara mengamati jumlah tanaman yang tandan buahnya dapat dipanen dari total tanaman yang diamati dan dihitung dengan rumus berikut:

Jumlah tanaman yang tandan buahnya dapat dipanen Kerapatan panen =

Jumlah tanaman yang diamati 3. Taksasi Produksi Harian

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati taksasi produksi harian yang diperoleh dari hasil perhitungan kerapatan panen dan realisasi produksi harian pada suatu hari panen. Pengamatan diulang sebanyak 5 kali.

4. Kebutuhan Tenaga Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati rencana dan realisasi kebutuhan tenaga panen pada suatu hari panen. Pengamatan diulang sebanyak 5 kali. Kebutuhan tenaga panen di Kebun Adolina ditentukan dengan rumus berikut: Jumlah tanaman produktif x kerapatan panen x berat rata-rata tandan Kebutuhan tenaga panen =

Kapasitas pemanen 5. Kriteria Matang Panen

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah brondolan normal dan segar per tandan yang jatuh di piringan tanaman atau sekitarnya sebelum TBS dipanen. Pengamatan dilakukan pada 8 pemanen contoh dengan mengambil 5 tanaman contoh pada setiap pemanen pada suatu hari panen. Pengamatan diulang sebanyak 3 kali.

6. Kapasitas Pemanen

(22)

7. Mutu Buah

Pengamatan dilakukan pada 13 pemanen contoh dengan mengambil 10 TBS contoh di TPH untuk setiap pemanen contoh pada suatu hari panen. Pengamatan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah tandan buah sangat mentah, mentah, matang dan lewat matang atau tandan kosong berdasarkan kriteria jumlah brondolan lepas yang telah ditetapkan perusahaan (Tabel 2).

Tabel 2. Kriteria tingkat kematangan tandan buah di Kebun Adolina

Fraksi Brondolan Lepas dari Tandan Buah Kematangan

F00 Belum ada Sangat mentah

F0 <5 bagian luar Mentah

- ≥5 bagian luar dan <90% bagian dalam Matang

- ≥90% bagian dalam Lewat Matang atau

Tandan Kosong Sumber: Kantor Afdeling 2 Kebun Adolina, PTPN IV (2015)

8. Pengangkutan Buah ke PKS

Pengamatan dilakukan dengan cara mengikuti proses pengangkutan buah hingga ke PKS pada suatu hari panen. Parameter yang diamati adalah jumlah pekerja, kebutuhan alat angkut, kapasitas angkut, jumlah alat angkut, waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan buah ke PKS, kecepatan angkutan, jarak pengangkutan dan kondisi jalan. Pengamatan diulang sebanyak 5 kali.

Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari kegiatan magang dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah analisis statistik deskripif dan analisis komparasi. Analisis data secara statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan rata-rata, persentase dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari pengamatan dan membandingkan data tersebut dengan standar perusahaan dan studi pustaka yang mendukung. Analisis data secara komparasi dilakukan dengan uji t-student menggunakan software minitab 16 untuk mengetahui perbedaan antara data realisasi yang diperoleh dari pengamatan dan standar yang ditetapkan perusahaan. Data-data yang diperoleh dari kegiatan magang pada aspek panen dianalisis dan disajikan pada bab pelaksanaan kegiatan magang. Data-data tersebut dibahas dan disajikan pada bab pembahasan.

KEADAAN UMUM

Letak Geografi dan Wilayah Administratif

(23)

IV memiliki kantor pusat di Kota Medan dan memiliki 32 unit usaha serta 3 rumah sakit yang tersebar di beberapa kabupaten Provinsi Sumatera Utara. Unit Usaha Adolina merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki PTPN IV. Unit Usaha Adolina terdiri atas kebun dan pabrik kelapa sawit. Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan koordinat 35 oLU dan 98.9 oBT. Unit Usaha Adolina terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatera antara Kota Medan dan Pematang Siantar ±38 km dari Kota Medan. Daerah kerja Unit Usaha Adolina tersebar di 2 kabupaten, 8 kecamatan dan 27 desa.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Unit Usaha Adolina memiliki areal seluas 8 965.69 ha dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Luas areal terdiri atas: kebun kelapa sawit seluas 7 596 ha, kebun benih kelapa sawit seluas 62.90 ha, kebun benih kakao seluas 48 ha dan lain-lain seluas 1 258.79 ha (emplasemen, perumahan karyawan dan PKS). Kebun Adolina memiliki 9 afdeling yang dibagi menjadi 3 rayon, yaitu: Rayon Utara, Rayon Selatan dan Rayon Bangun Purba. Setiap rayon terdiri atas 3 afdeling. Rayon Utara terdiri atas Afdeling 1 s/d 3, Rayon Selatan terdiri atas Afdeling 4 s/d 6 dan Rayon Bangun Purba terdiri atas Afdeling 7 s/d 9 (Lampiran 4). Kebun benih kelapa sawit dan kakao terletak di Afdeling 3. Setiap afdeling memiliki luas areal tanaman yang berbeda (Tabel 3).

Tabel 3. Luas areal tanaman setiap afdeling di Kebun Adolina

Afdeling Luas Areal (ha)

1 956

2* 916

3 975

4 986

5 1 162

6 866

7 814

8 510

9 411

Total 7 596

Sumber: Kantor Unit Usaha Adolina, PTPN IV (2015)

Keterangan: * Kegiatan magang dilakukan di Afdeling 2 Kebun Adolina

Keadaan Iklim dan Tanah

(24)

Kebun Adolina terletak pada ketinggian 15-130 meter di atas permukaan laut. Kebun Adolina memiliki topografi datar, berombak hingga bergelombang pada sebagian besar areal dan berbukit pada sebagian kecil areal. Jenis tanah adalah typic hapludults (ultisol), aquatic tropopsamments, typic tropopsamments

dan aeric endoaquents (entisol). Keasaman tanah (pH) Kebun Adolina tergolong agak masam yaitu sekitar 5.6-6.6. Kesesuaian lahan Kebun Adolina terhadap tanaman kelapa sawit adalah kelas S3 (agak sesuai).

Keadaan Tanaman dan Produksi

Luas areal tanaman kelapa sawit di Kebun Adolina adalah 7 596 ha. Bahan tanam yang digunakan terdiri atas tenera Marihat dan tenera Socfindo dengan komposisi masing-masing sebesar 71.65% dan 28.35%. Tanaman kelapa sawit terdiri atas 16 tahun tanam berbeda, mulai dari tahun tanam 1993 hingga 2011 (Lampiran 6). Komposisi umur tanaman terdiri atas 32.79% tanaman muda (4-8 tahun), 21.85% tanaman remaja (9-13 tahun), 44% tanaman dewasa (14-20 tahun) dan 1.36% tanaman tua (>20 tahun). Rata-rata populasi per hektar adalah 137 tanaman dengan jarak tanam yang bervariasi setiap tahun tanam. Jarak tanam yang digunakan di Kebun Adolina disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jarak tanam di Kebun Adolina

Dalam Barisan (m) Antar Barisan (m) Populasi (tanaman ha-1)

8.77 7.60 150

9.10 7.70 143

9.20 7.97 136

9.42 8.16 130

9.50 8.23 128

Rata-rata 137

Sumber: Kantor Afdeling 2 Kebun Adolina, PTPN IV (2015)

(25)

Gambar 1. Perbandingan antara produktivitas tanaman di Kebun Adolina dengan potensi produktivitas menurut PPKS pada kelas kesesuaian lahan S3

Faktor-faktor produksi seperti keadaan iklim serta serangan hama dan penyakit diduga menjadi penyebab produktivitas tanaman di Kebun Adolina lebih rendah dari potensi produktivitasnya. Berdasarkan Lampiran 5, curah hujan di Kebun Adolina pada tahun 2010 hingga 2014 berfluktuasi dengan rata-rata 1 537 mm tahun-1. Menurut Lubis (2008), curah hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm tahun-1. Curah hujan yang rendah dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit mengalami defisit air yang dapat menyebabkan penurunan produksi.

Menurut PPKS (2014) sebagai balai penelitian yang bekerja sama dengan Kebun Adolina, PTPN IV, tanaman di Afdeling 1 s/d 6 terserang hama ulat kantong dengan intensitas agak berat. Menurut Syahputra (2011), serangan hama ulat kantong dapat menyebabkan kerusakan daun karena hama ini memakan mesofil daun. Pahan (2013) menyatakan, kerusakan daun (defoliasi) akibat serangan hama ulat kantong dapat menyebabkan penurunan produksi karena proses fotosintesis tanaman terganggu.

(26)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan Unit Usaha Adolina terdiri atas 2 jenis karyawan, yaitu karyawan pimpinan (staf) dan karyawan pelaksana (non-staf). Karyawan pimpinan terdiri atas manajer, 5 kepala dinas dan 13 asisten. Karyawan pelaksana terdiri atas karyawan pelaksana bagian tanaman, teknik/pengolahan, tata usaha, sumber daya manusia/umum dan pengamanan. Indeks tenaga kerja (ITK) Unit Usaha Adolina adalah 0.13 orang ha-1 (Tabel 5). Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2 orang ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa ITK Unit Usaha Adolina masih dibawah ITK standar.

Unit Usaha Adolina dipimpin oleh seorang manajer. Manajer merupakan pemimpin tertinggi yang memiliki hak untuk mengambil keputusan dan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengembangan suatu unit usaha atau kebun. Manajer dibantu oleh kepala dinas dan perwira pengamanan (Papam) dalam megelola bagian-bagian dalam unit usaha tersebut. Kepala dinas tanaman (Kadistan) bertanggung jawab dalam pengelolaan, produksi dan administrasi bagian tanaman. Kepala dinas teknik/pengolahan bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan administrasi PKS serta pemeliharaan alat dan mesin yang dimiliki unit usaha. Kepala dinas tata usaha bertanggung jawab terhadap administrasi unit usaha baik administrasi tanaman, pengolahan, keuangan dan sumber daya manusia. Papam bertanggung jawab terhadap seluruh keamanan unit usaha. Struktur organisasi Unit Usaha Adolina disajikan pada Lampiran 7.

Ketenagakerjaan afdeling terdiri atas asisten tanaman, krani, mandor, centeng, bantuan keamanan operasional (BKO), security dan karyawan harian. Asisten tanaman merupakan pemimpin tertinggi di suatu afdeling. Asisten tanaman bertanggung jawab terhadap administrasi, pekerjaan lapangan dan keamanan afdeling. Dalam mengelola ketiga hal tersebut, asisten tanaman dibantu oleh krani untuk mengelola administrasi, mandor untuk mengelola pekerjaan lapangan serta centeng, BKO dan security untuk mengelola keamanan afdeling.

Tabel 5. Ketenagakerjaan Unit Usaha Adolina

Tenaga Kerja Jumlah (orang)

Karyawan Pimpinan (Staf) 19

Karyawan Pelaksana (Non-Staf) 1 119

Keamanan 40

Jumlah 1 178

Indeks Tenaga Kerja 0.13 orang ha-1

(27)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis yang diikuti selama kegiatan magang di Kebun Adolina, PTPN IV antara lain: penggunaan alat pelindung diri, penunasan pelepah, pengendalian hama, pengendalian gulma, pemupukan dan panen.

Penggunaan Alat Pelindung Diri

Seluruh karyawan yang melakukan kegiatan-kegiatan teknis di Kebun Adolina, PTPN IV harus memakai alat pelindung diri (APD). Hal tersebut untuk menjaga keamanan dan kesehatan diri para karyawan. APD tersebut terdiri atas: helm, kacamata, masker, sarung tangan, pakaian khusus aplikasi bahan kimia dan sepatu bot. APD tersebut diberikan oleh perusahaan setiap tahun dan harus digunakan dalam melaksanakan seluruh kegiatan teknis, baik kegiatan yang menggunakan bahan kimia ataupun tidak. Hasil pengamatan terhadap penggunaan APD menunjukkan bahwa hanya 10% dari seluruh karyawan harian yang menggunakan APD dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis di kebun. Hal ini karena karyawan-karyawan harian menganggap penggunaan APD seperti: helm, kacamata, masker dan pakaian khusus aplikasi bahan kimia dapat mengganggu kelancaran proses kegiatan yang sedang mereka lakukan. Karyawan-karyawan tersebut lebih suka dan nyaman menggunakan APD seperti: sepatu bot, sarung tangan dan topi dalam melaksanakan kegiatannya.

Penunasan Pelepah

Penunasan pelepah merupakan kegiatan pembuangan pelepah yang tidak berguna unuk menjamin jumlah pelepah yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit. Tujuan penunasan adalah untuk sanitasi, optimalisasi fotosintesis, memperlancar penyerbukan, menghindari brondolan tersangkut di pelepah dan memudahkan panen. Over pruning dan under pruning harus dihindari guna tercapainya tujuan penunasan dan produksi optimum. Pemotongan pelepah yang berlebihan (over pruning) dapat menurunkan pembentukan bunga dan fotosintesis. Pemotongan pelepah yang kurang baik (under pruning) dapat menyulitkan pengamatan tandan buah masak dan menyebabkan brondolan tersangkut di pangkal pelepah, sehingga menghambat kegiatan panen (Lubis 2008).

Penunasan di Kebun Adolina dilakukan berdasarkan umur tanaman (Tabel 6). Semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit jumlah pelepah yang tidak dipotong. Jumlah pelepah yang tidak dipotong harus sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) kebun, tetapi pelepah yang kering atau patah pada suatu tanaman harus dipotong walaupun jumlah pelepah tanaman tersebut sudah memenuhi SOP kebun. Pelepah dipotong rapat ke batang. Pelepah yang telah dipotong diletakkan di gawangan mati.

(28)

Tabel 6. Kriteria penunasan berdasarkan umur tanaman di Kebun Adolina

Sumber: Kantor Afdeling 2 Kebun Adolina, PTPN IV (2015) Keterangan: HK = Hari Kerja

Pengendalian Hama

Hama merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu produksi tanaman kelapa sawit. Ulat perusak atau pemakan daun merupakan hama yang penting dan lazim dijumpai pada areal tanaman kelapa sawit Kebun Adolina. Menurut Lubis (2008), kerusakan daun atau defoliasi yang ditimbulkan hama tersebut akan mengganggu proses fotosintesis tanaman kelapa sawit, sehingga dapat menurunkan produksi. Hama tersebut diantaranya: ulat api (Limacodidae), ulat kantong (Psychidae) dan ulat bulu (Lasiocampidae). Ketiganya termasuk dalam ordo Lepidoptera. Ketiga jenis ulat tersebut yang lazim dijumpai di lapangan yaitu: Darna trima dan Setora nitens (ulat api), Mahasena corbetii,

Metisa plana dan Cremastopsyche pendula (ulat kantong) serta Thosea bisura

(ulat bulu).

Sistem pengendalian hama ulat yang umum dilakukan Kebun Adolina adalah sistem pengendalian dini (Early Warning System). EWS bertujuan untuk mengetahui adanya hama secara dini, sehingga waktu pencegahan dan pengendalian yang tepat dapat ditentukan. EWS harus didukung oleh kedisiplinan dan organisasi yang baik serta petugas yang teliti dan bertanggung jawab. EWS terdiri atas 5 tahap kegiatan, yaitu: sensus global, sensus efektif, pengendalian,

natelling dan pengendalian ulang.

Sensus global.Sensus global (global telling) adalah kegiatan sensus atau pemeriksaan untuk mengetahui kondisi dan serangan hama ulat pemakan daun pada tanaman kelapa sawit. Sensus global dilakukan pada seluruh areal tanaman, sehingga seluruh areal tersebut dibagi menjadi beberapa kapveld sesuai dengan jumlah hari sensus dalam seminggu. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa 1 tanaman sampel hektar-1. Nomor dan baris tanaman sampel harus dicatat. Apabila semua tanaman sampel telah mendapat giliran untuk diamati, maka rotasi berikutnya dimulai dari tanaman sampel pertama. Pemeriksaan dilakukan pada pelepah ke-17. Pelepah yang hendak diperiksa cukup digantol pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan dipotong pada tanaman menghasilkan (TM). Hal-hal yang diamati antara lain: spesies hama, penetasan telur, pengelompokan ulat menurut ukuran dan jumlah pupa atau kepompong. Dalam pemeriksaan ini, batas minimum jumlah ulat adalah 3 ulat pelepah-1. Jika jumlah ulat melebihi batas minimum, maka dilakukan sensus efektif.

(29)

Pengendalian. Pengendalian dilakukan apabila hasil sensus efektif telah menunjukkan bahwa penyebaran hama ulat telah diketahui dengan jelas. Ada 4 cara pengendalian yang dilakukan di Kebun Adolina, antara lain: infus akar, injeksi batang, penyemprotan (blower) danpengabutan (fogging). Selama magang di Kebun Adolina, kegiatan pengendalian hama yang tersedia adalah injeksi batang dan penyemprotan.

Injeksi batang dapat dilakukan apabila tanaman kelapa sawit telah berumur >7 tahun. Insektisida yang digunakan adalah insektisida yang bersifat sistemik dan berbentuk cairan seperti monokrotofos (Azodrin 15 WSC). Dosis yang digunakan adalah 10 ml tanaman-1. Insektisida dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:1 (v/v). Injeksi batang dilakukan oleh 2 tenaga kerja dengan jenis pekerjaan yang berbeda, yaitu 1 tenaga pelubang batang dan 1 tenaga penginjeksi insektisida ke lubang tersebut. Pelubangan batang dilakukan dengan cara membuat 2 buah lubang yang berlawanan sisi pada batang menggunakan bor kayu (Gambar 2a). Lubang dibuat ±1 m dari permukaan tanah dengan kedalaman ±30 cm dan kemiringan 45o arah vertikal. Kemudian, insektisida diinjeksikan ke lubang tersebut menggunakan suntikan dan ditutup menggunakan potongan pelepah yang telah disiapkan oleh mandor (Gambar 2b). Norma tenaga injeksi batang adalah 300 tanaman/2 HK.

Gambar 2. Kegiatan injeksi batang di Kebun Adolina (a) Kegiatan pelubangan batang

(b) Kegiatan injeksi insektisida ke batang

Penyemprotan dapat dilakukan untuk tanaman yang memiliki pelepah yang masih terjangkau untuk disemprot (Gambar 3a). Penyemprotan dilakukan menggunakan mistblower berkapasitas 15 l. Insektisida yang dapat digunakan adalah insektisida berbahan aktif asefat (Manthene 75 SP) atau deltametrin (Decis 2.5 EC). Kebutuhan insektisida dan air per hektar areal adalah 300 g asefat atau 300 ml deltametrin dan 224.7 l air. Dalam aplikasinya, seorang penyemprot dibantu oleh seorang penyedia air dan insektisida. Penyemprot hanya bertugas untuk menyemprotkan insektisida ke tanaman. Petugas penyedia air dan insektisida bertugas mengambil air dari sumber air terdekat, mengangkut air ke

ancak penyemprot serta mengisi dan mencampur insektisida dan air ke dalam tangki mistblower penyemprot (Gambar 3b). Norma tenaga penyemprot adalah 0.5 HK ha-1.

(30)

Gambar 3. Kegiatan penyemprotan hama ulat di Kebun Adolina (a) Pelaksanaan penyemprotan

(b) Kegiatan penyediaan air dan insektisida

Natelling. Natelling adalah kegiatan sensus ulang yang dilakukan untuk mengetahui hasil dari pengendalian. Natelling dilakukan dengan cara memeriksa jumlah ulat yang masih hidup setelah pengendalian. Jumlah tanaman sampel untuk natelling adalah 5 tanaman hektar-1. Pada penyemprotan dan pengabutan,

natelling dilakukan 2 kali dengan interval 3-4 hari setelah aplikasi. Pada injeksi batang dan infus akar, natelling dilakukan 4 kali dengan interval 7 hari setelah aplikasi.

Pengendalian ulang. Pengendalian ulang dilakukan apabila hasil natelling

menunjukkan adanya hama ulat yang masih hidup di pelepah daun tanaman setelah pengendalian. Pengendalian ulang dilakukan menggunakan insektisida dan cara yang sama seperti pengendalian awal.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma adalah kegiatan pembersihan areal produksi kelapa sawit dari gulma-gulma yang dapat menghambat proses produksi. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Adolina, terdiri atas pengendalian gulma secara manual dan kimia.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual merupakan pengendalian gulma yang dilakukan menggunakan alat atau menggunakan tangan dengan cara mencabut. Umumnya, pengendalian gulma di Kebun Adolina dilakukan secara kimia, tetapi pengendalian gulma secara manual akan dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan dari tenaga kerja yang dimiliki suatu afdeling pada hari tertentu. Kelebihan tenaga kerja ini biasanya dialokasikan untuk pengendalian gulma pakis atau gulma di piringan tanaman.

Pengendalian gulma pakis dilakukan untuk membersihkan gulma pakis yang tumbuh pada batang tanaman kelapa sawit. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghindari persaingan penyerapan hara dan air antara tanaman kelapa sawit dan gulma pakis. Gulma pakis yang tumbuh pada batang kelapa sawit di Afdeling 2 Kebun Adolina, antara lain: Nephrolepis biserrata, Cyclosorus aridus

dan Stenochlaena palustris. Gulma pakis yang tingginya dapat dijangkau oleh tangan dibersihkan dengan cara dicabut, tetapi gulma pakis yang tingginya lebih dari jangkauan tangan dibersihkan dengan menggunakan egrek kecil. Norma tenaga kerja adalah 2 HK ha-1.

Pengendalian gulma di piringan tanaman dilakukan untuk membersihkan gulma yang tumbuh di piringan kelapa sawit. Pengendalian ini bertujuan untuk

(31)

mempermudah karyawan dalam kegiatan panen. Alat yang digunakan adalah cangkul. Norma tenaga kerja untuk pekerjaan ini adalah 20 tanaman HK-1.

Pengendalian gulma secara kimia. Penggunaan bahan kimia merupakan salah satu cara yang digunakan di Kebun Adolina dalam pengendalian gulma. Hal ini karena kurangnya ketersediaan tenaga kerja untuk pemeliharaan kelapa sawit. Pengendalian gulma secara kimia harus dilakukan dengan mempertimbangkan dosis dan konsentrasi herbisida yang digunakan, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencemaran lingkungan tidak terjadi (Gambar 4).

Gambar 4. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Kebun Adolina

Pengendalian gulma secara kimia di Kebun Adolina terdiri atas beberapa kegiatan pengendalian, yaitu:

1. Pengendalian Gulma di Piringan dan Pasar Pikul

Pengendalian gulma di piringan dan pasar pikul dilakukan secara bersamaan. Pengendalian gulma ini dilakukan untuk membersihkan gulma-gulma di priringan dan pasar pikul dengan tujuan untuk menghindari persaingan penyerapan hara antara tanaman kelapa sawit dan gulma di piringan serta memudahkan kegiatan pemeliharaan, panen dan pengawasan.

Herbisida yang digunakan adalah herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat (Gempur 480 SL) yang bersifat sistemik dan metil metsulfuron (Ally 20 WG) yang bersifat selektif. Dalam aplikasinya, kedua herbisida ini dicampur dan dilarutkan dengan air. Kebutuhan herbisida dan air per hektar areal adalah 400 ml isopropilamina glifosat, 20 g metil metsulfuron dan 60 l air.

Sprayer yang digunakan adalah manual sprayer. Sprayer ini memiliki kapasitas 15 l. Dalam aplikasinya, tipe Nozzle yang akan digunakan ditentukan berdasarkan jari-jari piringan yang diinginkan. Nozzle yang umum digunakan di Kebun Adolina adalah nozzle berwarna merah dengan lebar semprot 2 m. Hal ini karena jari-jari piringan pada areal tanaman adalah 2 m.

Gulma yang tumbuh di piringan dan pasar pikul terdiri atas 3 jenis, yaitu: gulma rumput, daun lebar dan teki. Gulma rumput terdiri atas Paspalum conjugatum, Paspalum commersonii dan Axonopus compressus. Gulma daun lebar terdiri atas Ageratum conyzoides dan Euphorbia hirta. Gulma teki adalah

Cyperus kyllingia.

(32)

penyemprot adalah 0.3 HK ha-1, sedangkan kebutuhan tenaga penyedia air dan herbisida adalah 1 orang untuk 3 orang penyemprot per hari.

2. Pengendalian Gulma di Gawangan

Pengendalian gulma di gawangan dilakukan untuk membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di gawangan. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan gulma-gulma yang dapat menjadi inang hama dan pesaing tanaman kelapa sawit dalam memanfaatkan air dan hara.

Herbisida dan sprayer yang digunakan dalam pengendalian gulma di

gawangan sama seperti pengendalian gulma di piringan dan pasar pikul, tetapi kebutuhan herbisida dan air per hektar areal berbeda. Kebutuhan herbisida dan air per hektar areal adalah 1 l isopropilamina glifosat, 50 g metil metsulfuron dan 150 l air.

Gulma yang tumbuh di gawangan terdiri atas 3 jenis, yaitu: gulma rumput, daun lebar dan teki. Gulma rumput terdiri atas Paspalum conjugatum, Paspalum commersonii dan Axonopus compressus. Gulma daun lebar terdiri atas Ageratum conyzoides, Momordica charantia, Vernonia cinerea dan Mimosa pudica. Gulma teki adalah Cyperus kyllingia.

Pengendalian gulma di gawangan dilakukan dengan rotasi 1 tahun. Adapun tenaga kerja yang diperlukan terdiri atas 2 jenis pekerjaan, yaitu tenaga kerja penyemprot dan penyedia air dan herbisida. Kebutuhan tenga kerja penyemprot adalah 1 HK ha-1, sedangkan kebutuhan tenaga kerja pengangkut air adalah 1 orang untuk 3 orang penyemprot per hari.

Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus dilakukan dengan baik karena pemupukan berpengaruh sangat besar terhadap kuantitas dan kualitas produksi. Pemupukan di Kebun Adolina berpedoman pada prinsip 4-T, yaiu: tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat jenis. Selain itu, pengawasan dan pengamanan pemupukan juga dilakukan agar pelaksanaan pemupukan berjalan dengan baik dan menghindari adanya pencurian pupuk.

Organisasi pemupukan terdiri atas petugas pengangkut pupuk, pelangsir pupuk, penabur pupuk, pengumpul karung bekas pupuk, pengawas pemupukan dan pengamanan pupuk. Petugas pengangkut bertanggung jawab terhadap pengambilan pupuk dari gudang pupuk dan mendistribusikannya ke blok tanaman yang akan dipupuk. Petugas pelangsir pupuk bertanggung jawab terhadap pelangsiran pupuk dari jalan produksi/koleksi hingga ke dalam baris tanaman. Petugas penabur pupuk dikelompokkan menjadi beberapa grup dan setiap grup diawasi oleh seorang mandor. Petugas pengumpul karung bekas pupuk bertanggung jawab mengumpulkan seluruh karung bekas pupuk dan membawanya ke kantor afdeling. Petugas pengawas pemupukan terdiri atas asisten tanaman, mandor 1 dan mandor pupuk (pelangsir dan penabur pupuk). Petugas pengamanan pupuk adalah centeng.

(33)

mengambil pupuk dari gudang pupuk kebun sesuai dengan kebutuhan pupuk yang telah direncanakan. Angkutan pupuk dari gudang ke afdeling yang digunakan adalah truk. Pupuk yang telah tiba di blok tanaman yang akan dipupuk dilangsir oleh petugas pelangsir pupuk ke dalam baris tanaman (Gambar 5a). Pelangsiran pupuk dilakukan menggunakan sepeda, angkong atau motor. Sistem pelangsiran pupuk dilakukan berdasarkan jumlah tenaga penabur pupuk, volume pupuk per karung, volume pupuk per ember dan dosis pupuk yang digunakan. Selama magang di Kebun Adolina, kegiatan pemupukan yang tersedia adalah pemupukan dolomite. Jika 1 karung pupuk dolomite berisi 50 kg, 1 ember berkapasitas 10 kg pupuk, dosis pupuk 1.5 kg tanaman-1 dan 1 grup penabur pupuk berjumlah 5 orang, maka pelangsir pupuk harus menyediakan 1 karung pupuk pada setiap 6 tanaman pada baris tanaman yang merupakan pertengahan dari 5 baris tanaman.

Pelaksanaan pemupukan di Kebun Adolina dilakukan pada awal musim hujan atau bulan yang memiliki curah hujan >50 mm. Umumnya, pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun dan pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan sesuai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk dolomite yang digunakan mengandung unsur hara Mg, Ca dan Fe. Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi dari PPKS. PTPN IV bekerja sama dengan PPKS dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Dosis pupuk dapat berbeda berdasarkan tahun tanam ataupun blok tanaman. Dosis pupuk yang digunakan adalah 1.5 kg tanaman-1. Alat yang digunakan untuk menakar dosis pupuk adalah mangkok yang telah dikalibrasi. Volume pupuk per mangkok adalah 500 g.

Setiap penabur pupuk harus menyelesaikan 1 baris tanaman, kemudian dilanjutkan pada baris tanaman berikutnya. Setiap penabur pupuk menggendong ember berisi 10 kg pupuk. Satu ember pupuk tersebut dapat digunakan untuk memupuk 6 tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur mulai dari tengah piringan (1 m dari tanaman) sampai ke bagian luar piringan sejauh ±3 m dari tanaman (Gambar 5b). Bagian tersebut harus dibersihkan dari gulma sebelum hari pelaksanaan pemupukan. Penaburan pupuk dilakukan dengan cara melingkari tanaman. Setiap tanaman diberikan pupuk sebanyak 3 mangkok. Norma tenaga kerja pemupukan tersebut adalah 0.35 HK ha-1.

Gambar 5. Kegiatan pemupukan dolomite di Kebun Adolina (a) Kegiatan pelangsiran pupuk

(b) Pelaksanaan pemupukan

(34)

Panen

Panen merupakan kegiatan pemotongan TBS kelapa sawit dari pohon, pengutipan dan pengumpulan brondolan, hingga pengangkutan TBS dan brondolan ke pabrik. Tujuan panen adalah untuk memperoleh buah kelapa sawit yang matang dan bermutu baik, sehingga potensi minyak dan kernel kelapa sawit yang optimal dapat dicapai. Manajemen panen yang baik perlu dilakukan untuk mencapai tujuan panen tersebut. Manajemen panen tersebut terdiri atas: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan panen.

Perencanaan panen. Perencanaan panen harus dilakukan dengan baik untuk menentukan prosedur yang tepat dalam menjalankan kegiatan panen guna tercapainya tujuan panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan panen antara lain:

1. Kapveld Panen

Sistem panen yang diterapkan di Kebun Adolina adalah sistem panen 5/7. Arti dari sistem panen 5/7 adalah 5 hari panen dalam 7 hari. Panen dilakukan selama 5 hari dalam 7 hari agar PKS dapat beroperasi secara berkelanjutan dan memiliki hari untuk istirahat serta perbaikan alat. Oleh karena itu, maka areal TM harus dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan hari panen yang ditetapkan. Luas areal panen dalam sehari tersebut disebut kapveld panen. Cara menentukan

kapveld panen di Afdeling 2 Kebun Adolina adalah sebagai berikut: Luas areal TM 916 ha

Kapveld panen = = = ±183 ha kapveld-1

5 kapveld 5 kapveld

Suatu kapveld panen akan dipanen kembali setelah kapveld panen lainnya selesai dipanen. Jangka waktu antara pemanenan pada suatu kapveld panen dan pemanenan kembali pada kapveld tersebut disebut rotasi panen.

2. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan untuk memanen kembali suatu areal yang telah dipanen. Rotasi panen yang diterapkan di Kebun Adolina adalah rotasi panen 7 hari. Rotasi panen harus diterapkan secara konsisten karena rotasi panen yang sesuai dengan perkembangan buah adalah rotasi panen 7 hari (Fadli et al. 2006). Hasil pengamatan yang membandingkan antara rotasi panen realisasi dengan rotasi panen yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 7 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 7. Rotasi panen Afdeling 2 Kebun Adolina Ulangan

(Bulan)

Rotasi Panen (hari)

Standar Perusahaan Terpendek Terpanjang

Maret 7 6 8

April 7 5 10

Mei 7 5 10

3. Kerapatan Panen

(35)

tanaman contoh dari suatu populasi tanaman, kemudian menghitung perbandingan antara jumlah tanaman yang dapat dipanen dengan seluruh tanaman contoh. Keakuratan taksasi kerapatan panen terhadap kerapatan panen realisasi akan berpengaruh terhadap taksasi produksi harian. Hasil pengamatan yang membandingkan antara taksasi kerapatan panen dengan kerapatan panen realisasi dapat dilihat pada Tabel 8. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 8 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 8. Kerapatan panen Afdeling 2 Kebun Adolina

Ulangan tidak berbeda nyata berdasarkan uji-t pada taraf 5%.

4. Taksasi Produksi Harian

Taksasi produksi harian perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan tenaga panen, angkutan panen dan rencana olah pabrik. Taksasi produksi harian ditentukan berdasarkan luas areal atau jumlah tanaman produktif yang akan dipanen, kerapatan panen taksasi dan berat rata-rata tandan (BRT). Keakuratan taksasi produksi harian terhadap realisasi produksi harian akan berpengaruh terhadap perhitungan kebutuhan tenaga panen dan angkutan panen. Hasil pengamatan yang membandingkan antara taksasi produksi harian dengan realisasi produksi harian dapat dilihat pada Tabel 9. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 9 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 9. Taksasi produksi harian Afdeling 2 Kebun Adolina

Ulangan tidak berbeda nyata berdasarkan uji-t pada taraf 5%.

5. Kebutuhan Tenaga Panen

Tenaga panen di Kebun Adolina dibagi menjadi beberapa kemandoran panen.

(36)

Tabel 10. Jumlah tenaga panen di Afdeling 2 Kebun Adolina

Kemandoran Panen Status Tenaga Panen Jumlah Tenaga Panen (orang)

Mandor Panen 1 Karyawan Tetap 14

Buruh Harian Lepas 13

Mandor Panen 2 Buruh Harian Lepas 32

Total 59

Sumber: Kantor Afdeling 2 Kebun Adolina (2015)

Manajemen dalam penggunaan tenaga panen harus dilakukan dengan baik agar jumlah tenaga panen yang dimiliki perusahaan mampu memenuhi kebutuhan tenaga panen setiap hari. Kebutuhan tenaga panen ditentukan sehari sebelum hari pelaksanaan panen. Berdasarkan SOP PTPN IV, kebutuhan tenaga panen ditentukan berdasarkan kapasitas pemanen yaitu 1 200 kg TBS pemanen-1. Cara perhitungan kebutuhan tenaga panen Afdeling 2 Kebun Adolina adalah sebagai berikut:

Jumlah tanaman produktif x kerapatan panen x BRT Kebutuhan tenaga panen =

Kapasitas pemanen

Kebutuhan tenaga panen harus direncanakan dengan baik karena kekurangan tenaga panen dapat berpengaruh terhadap pencapaian produksi dan kelebihan tenaga panen dapat berpengaruh terhadap biaya panen. Kebutuhan tenaga panen dipengaruhi oleh kondisi areal kebun, umur tanaman dan kapasitas pemanen. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dengan baik. Tabel 11 menunjukkan hasil pengamatan yang membandingkan antara kebutuhan tenaga panen rencana yang dihitung berdasarkan SOP dengan kebutuhan tenaga panen realisasi. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 11 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 11. Kebutuhan tenaga panen di Afdeling 2 Kebun Adolina Ulangan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji-t pada taraf 5%

6. Kebutuhan Angkutan Panen

(37)

pengamatan kebutuhan angkutan panen di Afdeling 2 Kebun Adolina (Tabel 12) adalah sebagai berikut:

Taksasi produksi 34.89 ton

Kebutuhan angkutan panen = = = 5.82 ≈ 6 truk

Kapasitas angkut 6 ton truk -1

Tabel 12. Kebutuhan angkutan panen di Afdeling 2 Kebun Adolina Ulangan

Kebutuhan alat panen disediakan oleh perusahaan, kecuali untuk tenaga panen dari pemborong. Alat-alat yang digunakan untuk panen pada areal tanaman yang berumur 3-5 tahun yaitu: dodos, kapak, gancu, karung, batu asah dan alat pikul seperti angkong atau sepeda. Alat-alat yang digunakan untuk panen pada areal tanaman yang berumur >5 tahun yaitu: egrek, galah, tali, kapak, gancu, karung, batu asah dan alat pikul seperti angkong atau sepeda. Perusahaan memberikan alat-alat tersebut kepada setiap pemanen. Setiap pemanen harus bertanggung jawab terhadap alat-alat tersebut. Alat-alat tersebut harus dirawat dan diasah sebelum panen, sehingga proses panen dapat berjalan dengan baik.

Organisasi panen. Organisasi panen merupakan kesatuan dari bagian-bagian (orang) yang memiliki fungsi tertentu dalam suatu kebun untuk memperoleh tujuan panen yang diinginkan. Karyawan-karyawan di Kebun Adolina yang termasuk dalam organisasi panen yaitu: manajer, kepala dinas tanaman, asisten tanaman, krani produksi, mandor 1, mandor panen, petugas pemeriksa buah (P2B), petugas takar brondolan (PTB), pemanen dan pengangkut buah. Setiap tingkatan organisasi panen diberi wewenang dan tanggung jawab agar tujuan panen dapat dilaksanakan secara konsisten.

1. Struktur Organisasi Panen Kebun Adolina, PTPN IV

(38)

Gambar 6. Struktur organisasi panen Kebun Adolina, PTPN IV

2. Tanggung Jawab Organisasi Panen

(39)

bertanggung jawab terhadap kebersihan brondolan di TPH dan buah sampai di PKS.

Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen merupakan perwujudan dari perencanaan panen. Hal-hal yang telah direncanakan akan tercapai apabila pelaksanaan panen berjalan dengan baik. Oleh karena itu, setiap karyawan yang termasuk dalam organisasi panen harus melaksanakan tugasnya dengan baik agar tujuan dari pekerjaan panen dapat dicapai.

1. Ancak Panen

Ancak panen adalah luas areal tanaman kelapa sawit yang menjadi tanggung jawab pemanen setiap hari. Sistem ancak panen yang diterapkan di Kebun Adolina adalah sistem ancak giring tetap. Cara menentukan luas ancak

seorang pemanen berdasarkan pada: kerapatan panen, kapasitas pemanen, topografi areal dan ketinggian pohon. Luas areal panen yang akan dipanen setiap hari dibagi sesuai dengan jumlah kebutuhan tenaga panen. Cara menentukan

ancak seorang pemanen di Afdeling 2 Kebun Adolina (hari panen senin) adalah sebagai berikut:

Luas areal panen x populasi per hektar

Ancak panen =

Kebutuhan tenaga panen x populasi per baris tanaman 212.22 ha x 128 tanaman ha-1

=

53 pemanen x 56 tanaman/baris tanaman = 9.15 ≈ 9 baris tanaman/pemanen

Mandor panen membagi ancak seorang pemanen sesuai dengan ancak

panen yang telah ditentukan di atas. Misalkan, pemanen No. 1 memanen buah pada tanaman di baris ke-1 s/d 9, pemanen No. 2 memanen buah pada tanaman di baris ke-10 s/d 18, pemanen No. 3 memanen buah pada tanaman di baris ke-19 s/d 27 dan seterusnya.

Ancak panen seorang pemanen pada suatu hari panen akan dipanen kembali oleh pemanen yang sama ataupun pemanen yang berbeda pada rotasi panen berikutnya. Apabila seorang pemanen tidak dapat menyelesaikan ancak

panennya pada suatu hari panen karena alasan tertentu, maka pemanen yang memiliki kapasitas panen yang tinggi atau pemanen yang ingin memperoleh premi melanjutkan ancak tersebut.

2. Cara Panen

Cara panen di Kebun Adolina adalah sebagai berikut:

-Pemanen berjalan di antara 2 baris tanaman sambil memperhatikan setiap

tanaman dengan cara melihat brondolan yang jatuh di pringan dan sekitar tanaman, tersangkut di pelepah dan brondolan yang telah lepas, tetapi tersangkut di tandan. Pemanen berjalan sambil membawa alat-alat panen.

-Tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong (Gambar 7a).

(40)

-Brondolan dikutip dan dimasukkan dalam karung. Brondolan tersebut dan TBS

diangkut ke TPH menggunakan angkong atau sepeda (Gambar 7b).

-Di TPH, TBS disusun 5 tandan per baris dan karung brondolan diletakkan di

samping TBS tersebut (Gambar 7c). TBS diberi nomor pemanen.

-Seluruh buah (TBS dan brondolan) diangkut ke PKS menggunakan truk

(Gambar 7d). Seluruh TBS harus disortir oleh P2B sebelum dimuat ke truk.

Gambar 7. Kegiatan panen di Kebun Adolina (a) Kegiatan pemotongan TBS

(b) Kegiatan pengangkutan TBS ke TPH (c) Susunan buah di TPH

(d) Kegiatan pengangkutan buah ke PKS

3. Kriteria Matang Panen

Kriteria umum yang digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan buah di pohon adalah jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah di sekitar piringan secara alami. Kriteria matang panen yang digunakan di Kebun Adolina adalah minimal 5 brondolan normal dan segar per tandan yang jatuh di piringan atau sekitar tanaman. Pemanen harus mengikuti kriteria matang panen tersebut agar buah yang dipanen memiliki mutu sesuai target perusahaan. Hasil pengamatan terhadap kriteria matang panen dapat dilihat pada Tabel 13. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 13 disajikan pada bab pembahasan.

b a

(41)

Tabel 13. Kriteria matang panen di Kebun Adolina berdasarkan brondolan yang jatuh di piringan atau sekitar tanaman

Nomor Pemanen Kriteria Matang Panen pada Hari Ke-

1 2 3 Rata-rata

Rata-rata±SD 10.38±2.98 8.73±2.61 6.35±1.16 8.48±1.24

4. Pengangkutan Buah ke PKS

Buah hasil panen harus segera diolah di PKS untuk menjaga kualitas minyak yang dihasilkan. Semakin lama rentang waktu antara pemanenan dan pengolahan buah, maka dapat meningkatkan kandungan ALB yang dapat menurunkan kualitas minyak. Untuk menghindari kerugian tersebut, maka pengangkutan buah dari kebun ke PKS harus diatur dengan baik. Koordinasi antara PKS dan kebun harus dilakukan dengan baik agar pengolahan di PKS dan pengangkutan buah dapat berjalan lancar.

Truk merupakan alat angkut buah dari afdeling ke PKS di Kebun Adolina. Setiap afdeling memiliki jumlah alat angkut yang berbeda. Semakin jauh jarak antara afdeling ke PKS, maka semakin banyak jumlah alat angkut yang dimiliki suatu afdeling. Kebutuhan alat angkut setiap hari panen ditentukan berdasarkan taksasi produksi harian suatu afdeling dan kapasitas angkut truk. Kapasitas angkut rata-rata truk di Kebun Adolina adalah 6 ton trip-1. Setiap truk mampu mengangkut buah lebih dari 1 trip hari-1. Hasil pengamatan pengangkutan buah dari kebun ke PKS dapat dilihat pada Tabel 14. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 14 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 14. Kebutuhan waktu pengangkutan buah per trip Afdeling 2 Kebun Adolina

Kegiatan Lama Kegiatan (menit)

Truk berangkat ke kapveld panen 13

Pemuatan buah dari kebun ke truk 70

Pengangkutan buah ke PKS 13

Bongkar muat secara manual 16

(42)

- Waktu mulai pengangkutan buah : pukul 10.00 WIB

- Kondisi jalan : cukup baik

Pengawasan dan evaluasi panen. Pengawasan dan evaluasi panen merupakan kegiatan akhir dari manajemen panen. Pengawasan panen harus dilakukan agar pelaksanaan dan hasil panen sesuai dengan target perusahaan. Evaluasi panen akan memberikan penilaian tentang kualitas pelaksanaan dan hasil panen.

1. Kapasitas Pemanen

Kapasitas pemanen adalah kemampuan pemanen memanen buah setiap hari yang ditentukan berdasarkan total berat buah yang mampu dipanen. Pemanen harus mencapai basis borong dalam memanen buah setiap hari. Apabila basis borong tidak tercapai, pemanen akan mendapatkan denda dari perusahaan. Tabel 15 menunjukkan hasil pengamatan kapasitas pemanen di Kebun Adolina. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 15 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 15. Kapasitas pemanen di Kebun Adolina

Nomor Pemanen Kapasitas Pemanen (kg) Basis Borong (kg)

3 1 157 750

4 1 305 750

5 1 352 750

9 1 144 690

12 1 004 690

16 785 800

23 751 690

25 757 690

28 1 316 800

34 774 800

37 1 232 800

40 1 217 800

47 680 800

50 1 250 800

Rata-rata±SD 1 051.71±249.45 757.86±48.86

(43)

Tabel 16. Hasil uji-t kapasitas pemanen rata-rata terhadap kapasitas pemanen

Tujuan dari produksi kelapa sawit adalah memperoleh rendemen dan mutu minyak yang tinggi. Tujuan tersebut akan tercapai apabila buah yang dihasilkan bermutu tinggi. Pemanen merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap mutu buah yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemanen harus memiliki keterampilan yang tinggi dalam memanen buah. Pengamatan mutu buah hasil panen dilakukan terhadap 13 pemanen contoh untuk mengetahui kinerja pemanen-pemanen di Kebun Adolina. Tabel 17 menunjukkan hasil pengamatan terhadap mutu buah yang diperoleh rata-rata pemanen setiap hari. Pembahasan dari hasil pengamatan pada Tabel 17 disajikan pada bab pembahasan.

Tabel 17. Mutu buah hasil panen Afdeling 2 Kebun Adolina

Nomor Pemanen

3. Pemeriksaan, Premi dan Denda Panen

Gambar

Gambar 1. Perbandingan antara produktivitas tanaman di Kebun Adolina dengan
Gambar 4. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di Kebun Adolina
Gambar 5. Kegiatan pemupukan dolomite di Kebun Adolina
Tabel 12. Kebutuhan angkutan panen di Afdeling 2 Kebun Adolina
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit

Kerugian seperti buah matang tidak dipanen dan brondolan tertinggal tentu tidak diharapkan oleh perusahaan kelapa sawit karena dapat mengurangi produksi, berdasarkan hasil

Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, ancak panen, sensus produksi, angka kerapatan panen,

Pengamatan panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan

Pengamatan panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta pengamatan

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan panen adalah persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen, dan

Kerugian seperti buah matang tidak dipanen dan brondolan tertinggal tentu tidak diharapkan oleh perusahaan kelapa sawit karena dapat mengurangi produksi, berdasarkan hasil