(
Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN TAMBUSAI PT. PANCA
SURYA AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd.,
KEC. TAMBUSAI, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
YELLI SOFIANA
A24080140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
YELLI SOFIANA. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Tambusai PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd., Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA).
Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan proses kerja yang nyata di lapangan, mengetahui sistem pengelolaan kebun yang sebenarnya, dan menambah pengalaman dan wawasan manajerial perkebunan. Tujuan khusus magang ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dalam pemanenan kelapa sawit dalam hal manajemen serta mempelajari permasalahan dan upaya perbaikan panen di perkebunan kelapa sawit.
Kegiatan magang dilakukan di kebun Tambusai PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd. Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Kegiatan dilakukan pada tanggal 13 Februari hingga 12 Mei 2012. Kegiatan penulis di lapangan meliputi pemupukan, penyemprotan, babat gawangan, penginfusan, simulasi kebun, dan pemanenan. Keterampilan manajerial diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, kerani, dan asisten afdeling. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu mengenai kebutuhan tenaga panen, kualitas hanca, dan kualitas panen.
Pengumpulan data primer dikhususkan pada kegiatan panen yaitu persiapan panen, taksasi panen, angka kerapatan panen, tenaga panen, rotasi panen, pekerjaan potong buah, kapasitas pemanen, pelanggaran dan denda pemanen, sistem premi panen, mutu buah dan mutu hanca, dan kriteria matang panen. Data skunder diperoleh dari arsip-arsip perusahaan selama lima tahun terakhir yang menjadi data pendukung.
(
Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN TAMBUSAI PT. PANCA
SURYA AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd.,
KEC. TAMBUSAI, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
YELLI SOFIANA
A24080140
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
(
Elaeis guineensis
Jacq.) DI TAMBUSAI, PT. PANCA
SURYA AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd.,
KEC. TAMBUSAI, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
Nama :YELLI SOFIANA
NIM : A24080140
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc NIP 19490119 197412 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003
Penulis bernama Yelli Sofiana, dilahirkan pada tanggal 17 Mei 1989 di Sungai Kayu Ara, Siak, Riau. Penulis merupakan putri ke-tiga dari lima bersaudara dari Achmadi (Ayah) dan Agustria Hirawati (ibu).
Tahun 2002 penulis telah menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 029 Sungai Kayu Ara, tahun 2005 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di MTs Muhammadyah Sungai Apit, dan tahun 2008 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sungai Apit.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Mama (Agustria Hirawati) dan Bapak (Achmadi) serta kakak - kakak (Dianti Andeni dan Wiwik Susantri) dan adik – adik (Srik Wahyuni dan M. Fazlin Arif) dan keluarga besar penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis.
2. Pihak PT. Kondur Petroleum SA yang telah memberikan motivasi dan dukungan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di sini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Dr. Ir. Eni Widjajati, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan bimbingan selama menjalani studi.
5. Bapak Dr. Supijatno dan Dr. Memen Surahman selaku penguji yang telah memberi masukan-masukan dan saran kepada penulis.
6. Bapak Hotditua Sihotang (Asisten Afdeling VIII), Bapak Hasnan, SP (Fild Manager), Bapak Patria Darma, SP dan Gita Mustika, SE (Deputy Manager), H. Juwahir, SP (General Manager), Bapak Livontus, Suhardi, Budi, Badi, Madrasat, Yusuf, Bu Ani (Mandor dan personil Afdeling VIII) dan karyawan– karyawan PT. PSA yang telah membimbing penulis selama menjalani magang.
langkah yang mewarnai hidup penulis.
9.
Teman seperjuangan magang (Wahyu, Rani, Ika, Fanda, Dimas, dan khususnya Ratih yang selalu menemani penulis dalam pengamatan). Keluarga kecilku (Cucun, Lisna, Nindyta, Agri, jalal dan Abu) yang selalu menemani penulis selama di Bogor, dan teman–teman Indegenous 45. Penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.Halaman
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang... 1
Tujuan... 3
TINJAUAN PUSTAKA... 4
Botani Kelapa Sawit... 4
Syarat Tumbuh... 4
Panen... 5
METODE MAGANG... 8
Tempat dan Waktu... 8
Metode Pelaksanaan... 8
Pengumpulan Data dan Informasi... 8
Pengamatan Panen... 8
KEADAAN UMUM... 11
Letak Wilayah Administratif... 11
Keadaan Iklim dan Tanah... 11
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan... 12
Keadaan Tanaman dan Produksi... 12
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 17
Pelaksanaan Teknis... 17
Aspek Manajerial... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN... 33
KESIMPULAN DAN SARAN... 44
Kesimpulan... 44
Saran... 44
DAFTAR PUSTAKA... 45
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sifat Utama pada Masing-masing SPT (Satuan Peta Tanah)... 12 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di PT.
PSA...
13
3. Data Produksi, Produktvitas, dan BTR Tahun 2007-2011... 14 4. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. Panca Surya Agrindo tahun
2012...
16
5. Kriteria Matang Panen... 27 6. Pengamatan Mutu TBS melalui Sortasi Buah di Pabrik Kelapa Sawit.. 34
7. Perbandingan persen Angka Kerapatan Panen berdasarkan
Pengamatan Penulis dengan AKP yang dilakukan Mandor...
37
Nomor Halaman
1. Penempatan Pupuk pada Suatu Blok... 19
2. Kegiatan Pemupukan di Afdeling VIII... 21
3. Kegiatan Babat Gawangan ... 22
4. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia... 23
5. Metode Penginfusan Akar dan Gejala Defisiensi Fe... 26
6. TBS yang Tertinggal di Parit... 28
Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di PT. Panca Surya Agrindo, Desa Tambusai Utara, Kecamatan
Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau...
46
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor Besar di PT. Panca Surya Agrindo, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau... 47
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT. Panca Surya Agrindo, Kecamatan Tambusai,Kabupaten Rokan Hulu, Riau... 48
4. Peta Sebaran Tanah PT. Panca Surya Agrindo... 50
5. Struktur Organisasi PT. Panca Surya Agrindo... 51
6. Hasil Pengamatan Mutu Buah di 50 TPH... 52
7. Peta Wilayah Afdeling 8... 53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar
di dunia. Areal tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun selalu
mangalami peningkatan dengan luas areal 6,594,914 ha pada tahun 2006
meningkat hingga 8,036,431 ha pada tahun 2011. Areal tersebut terbagi atas tiga
perkebunan, yaitu 3,090,407 ha perkebunan rakyat (PR), 643,952 ha merupakan
perkebunan besar Negara (PBN), dan 4,465,809 ha perkebunan besar swasta
(PBS) (Direktorat Jendral Perkebunan, 2011a).
Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas
yang dapat diandalkan sebagai devisa negara. Menurut Direktorat Jendral
Perkebunan (2011b) nilai ekspor produk kelapa sawit dan turunannya mencapai
US$ 11.61 milyar naik menjadi 17.75% atau US$ 2.5 milyar pada tahun
sebelumnya, demikian juga dengan volume sebanyak 21.2 ton CPO meningkat
14.23% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari BPS, diperkirakan ekspor
produk kelapa sawit dan turunannya akan terus mengalami kenaikan baik volume
maupun nilainya. Negara tujuan ekspor minyak sawit antara lain : China,
Belanda, India, Malaysia, Amerika, Italia, dan Jerman.
Hasil produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi
iklim dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan
tanam/varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit
berkaitan dengan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan tanaman,
pemupukan hingga panen. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar
rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS)
(Manguoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Panen merupakan kegiatan memotong buah masak, memungut berondolan
dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
hingga ke pabrik. Dalam pelaksanaan panen, ada beberapa kriteria yang harus
yang tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenannya. Oleh
karena itu, kriteria panen yang meliputi persiapan panen, matang panen, cara dan
alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diperhatikan. Selain
itu, menurut Lubis (2008) keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan
tanam yang digunakan, pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang
digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya
seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan, dan
lain-lain.
Masalah yang selalu dihadapi di perkebunan kelapa sawit adalah
kehilangan hasil produksi selama proses pemanenan. Menurut Miranda (2009)
kehilangan produksi adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam mencapai
kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat
dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Dengan demikian
pengertian menaikkan produksi adalah memperkecil losses produksi. Sumber
losses produksi di lapangan yaitu : 1) Buah mentah yang terpanen, 2) Buah masak
tinggal di pohon (tidak dipanen), 3) Brondolan tidak dikutip, 4) Brondolan di
tangkai janjang.
Standar toleransi kebun untuk kualitas buah yaitu tidak ada buah mentah
yang dipanen dan buah masak tidak dipanen. Pemotongan buah mentah tidak
boleh dilakukan karena kebun akan mendapatkan kerugian yaitu kehilangan
sebagian potensi produksi minyak kelapa sawit (MKS), sehingga produktivitas
MKS menurun (Lubis, 1992).
Pencapaian produktivitas kelapa sawit yang tinggi dan minyak yang
berkualitas dihasilkan dari manajemen yang baik, mulai dari persiapan panen
hingga pengangkutan TBS ke pabrik serta penentuan tenaga panen. Hal ini
melatarbelakangi penulis untuk memilih manajemen panen agar dapat
mempelajari lebih banyak mengenai manajemen yang baik untuk memperoleh
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan keterampilan
dalam melakukan proses kerja yang nyata di lapangan, mengetahui sistem
pengelolaan kebun yang sebenarnya, dan menambah pengalaman dan wawasan
manajerial perkebunan. Tujuan khusus magang ini adalah untuk meningkatkan
keterampilan dalam pemanenan kelapa sawit dalam hal manajemen serta
mempelajari permasalahan dan upaya perbaikan panen di perkebunan kelapa
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa
batang lurus dari family palmae. Tanaman ini dipanen dalam bentuk tandan buah
segar. Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1,600,
berbentuk lonjong sampai bulat. Panjang buah berkisar 2-5 cm dan beratnya
sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut
(mesocarp), dan biji. Exocarp dan mesocarp disebut pericarp sedangkan biji
terdiri atas endocarp (cangkang) dan inti (kernel). Inti terdiri atas endosperm
(putih lembaga) dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula),
houstorium, dan bakal akar (radicula). Bagian-bagian buah yang menghasilkan
minyak adalah mesocarp dan inti. Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap
untuk dipanen) sekitar 5-6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Variasi terhadap
jangka waktu tersebut dapat terjadi karena pengaruh faktor-faktor iklim
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) adalah tanaman perkebunan yang
hidup di daerah tropis. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur
yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali
kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar di Afrika,
Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Pada kenyataannya
tanaman kelapa sawit tumbuh subur di luar negara asalnya seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Lubis, 1992).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah di sekitar
12˚ LU - 12˚ LS pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut. Jumlah hujan
yang baik untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah 2,000 – 2,500 mm/tahun
dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis, 1992).
Kelapa Sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
1992). Berdasarkan skema kesesuaian lahan kelapa sawit mengenal adanya 5
(lima) kelas lahan yaitu kelas 1 (sangat sesuai), kelas 2 (sesuai), kelas 3 (agak
sesuai), kelas N1 (tidak sesuai bersyarat) dan N2 (tidak sesuai permanen). Setiap
kelas lahan memiliki faktor pembatas dengan jumlah dan intensitas tertentu
(Adiwiganda dan Siahan,1995).
Panen
Panen merupakan kegiatan yang penting dalam teknik budidaya tanaman.
Menurut Pahan (2008) panen atau pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan
utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan
uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti
kelapa sawit (IKS). Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pemanenan kelapa
sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen
sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu.
Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak harus dilakukan
sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan
menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin.
Hal – hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan potong buah adalah persiapan
kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan
penyediaan alat – alat kerja (Pahan, 2008).
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan
adalah melihat bahwa tanaman telah berumur 30 bulan di lapangan dan 60%
pohon telah memiliki buah yang berkembang baik serta berat TBS ≥ 3 kg.
Persiapan panen yang harus dilakukan adalah peningkatan/ pengerasan jalan,
pembukaan pasar panen dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pemasangan titi
panen, perencanaan pengadaan pemanenan, pengangkutan dan kesiapan pabrik
Kriteria Matang Panen
Buah dapat dipanen jika sudah memenuhi kriteria matang panen. Kriteria
matang panen yang biasa dijadikan patokan diperkebunan kelapa sawit adalah bila
sudah ada dua berondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram
tandan yang beratnya kurang dari sepuluh kilogram atau satu buah berondolan
untuk tiap kilogram tandan yang beratnya lebih dari sepuluh kilogram
(Setyamidjaja, 2006).
Rotasi Panen
Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 6/7 hari, artinya satu areal
panen dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et all., 2008).
Cara panen
Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos,
sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang
bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga
buah sebaiknya dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah harus
lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan
buah dipotong pada gagangnya sependek mungkin (mepet). Tandan buah harus
diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas (brondolan)
dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya. Tandan buah dikumpulkan
di TPH, disusun 5 - 10 tandan per baris, dan ganggangnya menghadap ke atas.
Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung (Setyamidjaja, 2006).
Sistem panen
Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa dikenal dua sistem hanca panen,
yaitu sistem giring dan sistem tetap. Sistem giring. Pada sistem ini , apabila suatu
hanca telah selesai dipanen, pemanen pindah ke hanca berikutnya yang telah
diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi yang curam, dan dengan
tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi hanca dengan luas
tertentu tidak berpindah-pindah.
Pengangkutan TBS ke pabrik
Buah kelapa sawit hasil panen harus segera diangkut ke pabrik agar dapat
segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan
kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga berpengaruh kurang baik terhadap
kualitas minyak. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan
buah kelapa sawit harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panenan
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan di kebun Tambusai PT. Panca Surya Agrindo,
First Resources Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kegiatan dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada
tanggal 13 Februari hingga 12 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang dilakukan adalah kegiatan praktik langsung di
lapangan. Penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga
minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan pendamping asisten selama
enam minggu. Kegiatan yang dilakukan dapat dilihat dari jurnal kegiatan harian
pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder. Data primer pengamatan lapangan dikhususkan pada
kegiatan panen yaitu persiapan panen, taksasi panen, sensus buah, angka
kerapatan panen, tenaga panen, rotasi panen, pekerjaan potong buah, kapasitas
pemanen, pelanggaran dan denda pemanen, sistem premi panen, mutu buah dan
mutu hanca, kriteria matang panen, produktivitas pemanen, dan produksi TBS.
Data skunder diperoleh dari arsip-arsip perusahaan selama 5 tahun terakhir yang
meliputi lokasi dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan,
keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman,
produksi kebun, dan norma kerja di lapangan.
Pengamatan Panen
Pengamatan yang dilakukan terutama terhadap semua aspek yang
berhubungan dengan pengelolaan pemanenan meliputi:
Pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan sebelum panen
seperti apel pagi, persiapan alat–alat panen, dan persiapan hanca panen.
2. Kriteria panen.
Pengamatan terhadap tingkat kematangan TBS yang siap dipanen.
Kriteria diamati berdasarkan jumlah berondolan dan warna kulit buah,
yaitu jika ada dua berondolan yang jatuh ke tanah maka buah siap
dipanen. Bobot Tandan Rata-rata (BTR) di Afdeling VIII PT. Panca Surya
Agrindo adalah 20 kg, sehingga kriteria buah matangnya adalah lebih
kurang 40 berondolan per piringan. 3. Sistem panen.
Pengamatan terhadap sistem panen yang diterapkan di kebun. Data
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dan
melakukan wawancara dengan mandor atau asisten kebun. Kemudian
mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem panen yang ada di kebun
tersebut.
4. Rotasi panen.
Pengamatan terhadap lama waktu antara panen terakhir dengan
panen berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan
tingkat kematangan buah, tingkat produksi, luas hanca panen dan jumlah
tenaga panen.
5. Tenaga kerja panen.
Pengamatan terhadap keefektifan pengaturan tenaga pemanen
berdasarkan jumlah pemanen dan tercapainya basis panen.
6. Kualitas panen
Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang
panen, buah mentah dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, dan
pemotongan gagang panjang. Data diperoleh dengan melakukan
pengamatan pada 50 TPH pada saat panen tersebut dilakukan dalam satu
kemandoran.
7. Kerapatan panen
Pengamatan kerapatan panen dilakukan dengan cara memilih blok
secara acak. Kemudian dalam blok tersebut dipilih 100 pohon secara acak
Kerapatan panen = J B
J x 100%
8. Tata cara pelaksanaan panen.
Pengamatan dilakukan terhadap tata cara kegiatan panen yang
dilakukan ketika di lapangan.
9. Upah dan denda panen.
Data yang diperoleh yaitu upah yang diterima pemanen dan denda
karena kesalahan ketika pemanenan TBS di lapangan. Data ini diperoleh
melalui wawancara dengan mandor dan asisten kebun.
10.Organisasi dan administrasi panen.
Pengumpulan data berkaitan dengan pemanenan, diperoleh dari
data dari perusahaan dan wawancara bersama mandor, asisten dan kepala
administrasi.
11.Pengangkutan TBS hasil panen.
Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara utuh proses
pengangkutan TBS hingga sampai ke pabrik. Selain itu, data juga
diperoleh melalui wawancara dengan mandor dan asisten kebun.
Analisis Data
Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan
berbagai peubah akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif,
persentase (%) dan nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 1000 36’ - 1000 24’ Bujur
Timur dan 1000 04’ – 1000 14’ Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan
Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Sebelah Utara PT. Panca Surya
Agrindo berbatasan dengan sungai Air Hitam Simpang Kanan dan sungai Merah,
sebelah Selatan berbatasan Desa Kepenuhan Barat, Areal PT. PISP, dan desa
Kepenuhan Tengah. Sebelah Barat PT. Panca Surya Agrindo berbatasan desa
Tambusai Timur, Areal PT. Torganda, dan desa Tambusai Timur, sebelah Timur
Berbatsan desa Kepenuhan Timur dan sungai Air Hitam Simpang Kiri.
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata-rata PT. Panca Surya Agrindo dalam kurun waktu 10
tahun terakhir (2001-2011) adalah 1,918 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata
117 hari. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata-rata 302
mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata-rata
curah hujan sebesar 100 mm. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan
iklim di PT. Panca Surya Agrindo termasuk dalam tipe iklim A, yaitu sangat
basah.
Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh First Resources
Research Centre, diketahui bahwa tanah di PT. Panca Surya Agrindo tergolong ke
dalam Ordo Entisol dan diklasifikasikan menjadi empat subgrup, yaitu: Typic
Haplosaprist, Typic Endoaquent, Humic Dystrudepts, Typic Dystrudepts. Sifat
utama dari empat subgrup tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Areal PT. Panca Surya Agrindo memiliki kondisi topografi agak datar
hingga datar (kemiringan 1 - 3 %). Derajat kemasaman tanah (pH) 4.65 - 5.30,
dengan ketinggian tempat 12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 280 – 310 C. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk
kelapa sawit, PT. Panca Surya Agrindo tergolong ke dalam kelas S2
(sesuai/suitable). Peta sebaran tanah PT. Panca Surya Agrindo dapat dilihat pada
Tabel 1. Sifat Utama pada Masing-masing SPT (Satuan Peta Tanah)
Sub Grup Tanah
Uraian Fisiografi Bentuk Wilayah baik, masam, KTK sangat rendah, kejenuhan basa
Sumber : First Resources Research Centre (Mei, 2012)
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas hak guna usaha (HGU) PT. Panca Surya Agrindo adalah sebesar
11,914.40 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah
11,028.66 ha untuk tanaman menghasilkan (TM). Selanjutnya, 827.21 ha
digunakan jalan (jalan utama dan jalan koleksi), untuk bangunan/emplasement
26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. PT. Panca Surya Agrindo terdiri dari
18 Afdeling yang terbagi menjadi 15 Afdeling inti, dan 3 Afdeling KKPA. Penulis
ditempatkan di Afdeling VIII luasan 798.27 ha dengan jumlah blok sebanyak 29,
tahun tanam 1997.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Varietas tanaman yang dibudidayakan di PT. Panca Surya Agrindo adalah
varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera. Bibit yang ditanam berasal
dari Tenera Papua New Guinea (PNG), Tenera Socfindo dan Tenera Marihat
(PPKS). PT. Panca Surya Agrindo menggunakan pola tanam segitiga sama sisi
populasi 132 tanaman/ha. Populasi tanaman kelapa sawit dan luas pertanaman
berdasarkan RKAP Aral Statement 2012 berdasarkan tahun tanam yang ada di PT.
Panca Surya Agrindo dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di PT. Panca Surya Agrindo.
Tahun 1990 200.64 22,504 132 2007 773.84 103,056 132 1991 248.71 31,126 132 2008 435.80 57,655 132 1995 446.37 58,477 132 2009 811.72 23,405 132 1996 1,246.12 156,723 132
1997 4,030.23 509,897 132 1998 1,540.42 198,440 132 1999 359.40 48,186 132 2002 476.22 63,173 132 2003 658.68 86,222 132 2004 492.88 64,484 132 2005 1,003.51 130,449 132 2006 326.46 38,245 132
Sub total 11,029.64 1,407,926 2,021.36 184,116 Sumber : Kantor Central Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (Mei, 2012)
Produksi kelapa sawit pada tahap pertama pembangunan dilakukan oleh
PT. Eka Cipta Bina Karya. Pada tahun 2004 PT. Panca Surya Agrindo yang
sebelumnya atas nama Ciliandra Perkasa telah membangun pabrik kelapa sawit
dan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2005 dengan kapasitas 45 ton/ jam.
Seiring dengan bertambahnya luas lahan dan produksi TBS yang dihasilkan dari
15 afdeling dan 2 KKPA yang mampu memasok lebih kurang TBS 1,000 ton/ hari
PT. Panca Surya Agrindo menambah kapasitas pabrik menjadi 90 ton/ jam TBS.
Produksi TBS di PT. Panca Surya Agrindo dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan, begitu juga dengan produktivitasnya. Produksi TBS yang
dihasilkan oleh PT. Panca Surya Agrindo dari tahun 2007 – 2011 dapat dilihat
pada Table 3.
Dalam meningkatkan mutu dan kinerja perusahaan, PT. Panca Surya
Agrindo telah melaksanakan berbagai program sertifikasi di antaranya ISO
9001:2008, ISO 14001:2008, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
melaksanakan program sertifikasi International Sustainable Carbon Certification
(ISCC) demi kepedulian terhadap lingkungan.
Table 3. Data Produksi, Produktvitas, dan BTR Tahun 2007 - 2011
Tahun Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
Sumber: Kantor Central Kebun PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
PT. Panca Surya Agrindo dipimpin oleh seorang General manager yang
bertugas memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung
jawabnya dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun
rencana kerja operasional pabrik. General manager memiliki wewenang untuk
memutuskan kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan
rencana kerja, juga menandatangani surat/dokumen/perjanjian kerja, sesuai tugas
dan tanggung jawabnya. Seorang General manager dalam melaksanakan
kinerjanya dibantu oleh staf kebun, yaitu; Estate manager, asisten kepala, asisten
kebun, kepala administrasi (kasi). Estate manager bertugas membantu tugas-tugas
General Manager dalam melaksanakan kegiatan operasional dalam mencapai
target produksi TBS dan CPO sesuai yang ditetapkan oleh manajemen. Kepala
tata usaha bertanggungjawab melaksanakan kegiatan administrasi kebun dalam
hal merencanakan, mengkoordinir, mengawasi dan mengendalikan agar berjalan
dengan baik dan up to date. Struktur organisasi PT. Panca Surya Agrindo dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Asisten kepala (Askep) bertugas memimpin segala kegiatan operasional
bidang tanaman dan non tanaman di rayon melalui penggunaan faktor-faktor
produksi, sehingga potensi tanaman dapat dimanfaatkan untuk mencapai kualitas
dan kuantitas, serta mengendalikan biaya yang berpedoman kepada anggaran yang
telah ditetapkan oleh manajemen. Asisten kebun bertugas untuk menyusun dan
kepada atasan untuk dievaluasi. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang
asisten kebun dibantu oleh para mandor dan kerani afdeling. Mandor panen,
mandor perawatan, bertugas dalam pengawasan kegiatan pemeliharaan dan
perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan
perusahaan, sedangkan kerani afdeling bertugas membantu asisten kebun dalam
penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi
afdeling.
Status karyawan di PT. Panca Surya Agrindo terdiri atas karyawan staf
dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi General manager, Estate
manager, Mill manager, KTU, Kasi, Asisten kepala, dan Asisten kebun,
sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor central kebun, karyawan
traksi, karyawan afdeling, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan tetap.
Karyawan di PT. Panca Surya Agrindo berjumlah 950 orang yang terdiri dari 40
Tabel 4. Jumlah Karyawan Staff dan Non-staff PT. Panca Surya Agrindo Tahun 2012
No. Jabatan Jumlah 1. Staff
* General Manager 1
* Estate Manager 2
* Mill Manager 1
* Kepala Administrasi 1
* Kepala Tata Usaha 1
* Kepala Personalia 1
* Kepala Timbangan 1
* Asisten Sortasi 1
* Asisten Proses 2
* Asisten Kepala PKS 1
* Asisten Laboratorium 1
* Asisten Kepala 6
* Asisten Maintenance 1 * Asisten Teknik Sipil 1
* Asisten Afdeling 18
* Assisten Aplikasi Tandan Kosong 1 2. Non-Staff
* PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 112 * KHT ( Karyawan Harian Tetap) 718 * KHL ( Karyawan Harian Lepas) 80
Jumlah 950
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan Teknis
Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan
kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang
dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma
manual dan kimiawi yakni dongkel anak kayu, babat gawangan, semprot piringan
dan semprot gawangan. Kegiatan pemeliharaan yang lain yaitu pemupukan,
pemberian tandan kosong, perawatan jalan, dan penginfusan. Untuk pekerjaan
yang berkaitan dengan produksi kegiatan teknis yang dilakukan adalah simulasi
pemotongan buah (panen), transportasi panen, taksasi (menghitung kerapatan
panen), sortasi di pabrik dan sensus buah di TPH serta pengenalan proses
pengolahan kelapa sawit dan analisis laboratorium. Waktu hari kerja rata–rata
selama 9.5 jam yang dimulai pada pukul 05.30 – 12.00 WIB, istirahat selama dua
jam (12.00 – 14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama tiga jam dari pukul
14.00 - 17.00 WIB.
Pemupukan
Distribusi pemupukan. Organisasi pemupukan di PT. Panca Surya
Agrindo terdiri atas organisasi kerja penguntilan, organisasi kerja pelangsiran,
organisasi kerja pengeceran, dan organisasi kerja penaburan. Pupuk yang akan
diaplikasikan di lahan sebelumnya didistribusikan dari gudang pupuk yang
berada di kantor kebun untuk dibawa ke afdeling.
Organisasi kerja penguntilan pupuk Afdeling VIII dilakukan di gudang
pupuk Kantor Central Kebun (KCK) karena Afdeling VIII paling dekat dengan
gudang kantor kebun. Pupuk diuntil untuk enam pokok dengan tujuan untuk
dosis per tanaman bisa lebih akurat dan memudahkan pekerja untuk membawa
pupuk.
Jenis pupuk. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik yang
terdiri dari pupuk makro dan pupuk mikro, dan pupuk organik. Pupuk mikro yang
digunakna di PT. Panca Surya Agrindo adalah pupuk FeSO4, dan Borate. Pupuk
Berdasarkan pengamatan di lapangan jenis pupuk yang diaplikasikan di PT. Panca
Surya Agrindo sudah sesuai dengan jenis pupuk rekomendasi.
Bahan organik yang digunakan adalah yang berasal dari tandan kosong
yang telah dicacah dan dipres sehingga menjadi bentuk kompos. Selain itu,
limbah hasil pengolahan kelapa sawit juga diaplikasikan sebagai pupuk organik.
Limbah pengolahan kelapa sawit dikembalikan ke tanaman selain untuk
memberikan hara ke tanaman juga untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar.
Dosis pupuk. Dosis pupuk yang direkomendasikan di Afdeling VIII di
PT. Panca Surya Agrindo adalah 2 kg urea, 1.5 kg KCl, 1.25 kg RPH, dan 1.5 kg
MOP per pokok. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dosis yang
diaplikasikan ke tanaman tidak sesuai dengan dosis rekomendasi. Hal ini
dikarenakan penguntilan yang tidak sesuai takaran dan penabur yang tidak
membagi rata dosis pupuk untuk setiap pokok.
Pada Blok L17 - L22 telah diberikan pupuk organik berupa limbah cair
dari pengolahan kelapa sawit. Lahan yang diaplikasi dengan limbah dapat
mengurangi dosis pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit karena di dalam
limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit ini mengandung unsur-unsur yang juga
terdapat pada pupuk anorganik. Namun, pada kenyataan di lapangan dosis pupuk
anorganik yang diaplikasikan di lahan tidak dikurangi dosisnya. Hal ini
disebabkan tidak adanya pengetahuan mereka dalam perhitungan dosis yang harus
diaplikasikan jika tanaman sudah diberikan pupuk organik.
Selain limbah cair, tandan kosong juga dapat dijadikan sebagai pupuk
organik. Dosis tandan kosong yang diaplikasikan di lahan adalah 227 kg per titik.
Satu angkong berisi lebih kurang 75 kg, jadi untuk satu titik diberikan tiga
angkong. Pupuk diberikan di gawangan di antara dua pokok.
Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Afdeling VIII
dilakukan pada saat penulis melaksanakan magang. Pemupukan dilakukan pada
bulan Januari – Juni semester pertama. Penulis dapat mengikuti kegiatan
pemupukan pada bulan Februari – Mei. Pada pelaksanaan pemupukan curah hujan
rata–rata di PT. Panca Surya Agrindo adalah 100 – 200 mm/ bulan. Curah hujan
rata–rata yang baik untuk waktu pemupukan adalah 60 – 300 mm/ bulan.
Pemupukan tidak dilakukan pada saat curah hujan tinggi karena pupuk akan
menunjukkan bahwa waktu pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo sudah cukup
baik.
Cara pemupukan. Cara pemupukan dilakukan penulis dengan mengamati
kegiatan pemupukan di lapangan. Pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo
dilakukan dengan cara manual dan mekanis, namun yang paling banyak
digunakan adalah dengan cara manual. Pupuk yang sudah diuntil dilansir tepat
pada titik-titik penempatan pupuk atau disebut titik pasokan. Penempatan pupuk
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penempatan Pupuk pada Suatu Blok.
Dari penempatan pupuk, pupuk dilangsir ke dalam satu until setiap enam
pokok dengan menggunakan angkong. Penebar pupuk memupuk dengan cara
menuangkan pupuk yang sudah diuntil ke dalam ember yang digendong. Pupuk
ditabur di sekeliling pokok dengan jarak 1.5 – 2 m dari pokok. Pokok yang
terdapat di pinggir parit tidak sekelilingnya dipupuk agar pupuk tidak terbawa ke
aliran air parit, karena PT. PANCA SURYA AGRINDO telah menerapkan ISO
9001 yaitu tentang manajemen mutu dan ISO 14001 tentang lingkungan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan, cara penebaran
pupuk yang dilakukan sudah memenuhi standar yang dianjurkan. Pupuk disebar
Rotasi/frekuensi. Rotasi pemupukan harus diperhatikan agar tanaman
dapat memperoleh hara optimal. Di PT. Panca Surya Agrindo waktu aplikasi
pupuk Kieserit ke MOP diberi selang 3 minggu, MOP ke RPH diberi selang 2
minggu, dan Urea ke RPH diberi selang 3 minggu. Urea dan MOP diaplikasikan
dua kali dalam setahun, sedangkan Kieserit dan RPH diaplikasikan satu tahun
sekali. Rotasi pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo tidak selalu sesuai dengan
rotasi yang direkomendasikan. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya
pupuk yang akan diaplikasikan. Jadi, pupuk yang diaplikasikan di lapangan adalah
pupuk apa saja yang telah tersedia di gudang.
Pelaksanaan pemupukan. Pada Afdeling VIII PT. Panca Surya Agrindo,
seorang mandor pupuk membawahi kepala borongan dan anggota pemupuk.
Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh anggota
pemupuk itu sendiri sehari sebelum pemupukan. Penguntilan dilakukan seseuai
kebutuhan pupuk tiap pokok.
Tenaga dan upah pemupuk. Pemupuk di PT. Panca Surya Agrindo
menggunakan sistem borongan, namun standarnya tetap ditentukan oleh PT.
Panca Surya Agrindo. Jumlah tenga kerja yang digunakan tergantung tonase
pupuk yang akan diaplikasikan. pada saat penulis menjadi KHL pupuk yang
diaplikasikan kurang dari 5 ton, tenaga yang dibutuhkan berjumlah 6 orang, 2
orang pelangsir dan 4 orang penebar. Pupuk yang diaplikasikan lebih dari 5 ton
tenaga yang digunakan adalah 9 orang, yaitu 3 pelangsir dan 6 penebar. Selain itu,
tenaga pemupuk ini dibawahi oleh kepala borongan. Kepala borongan dibawahi
oleh mandor pupuk. Mandor pupuk merupakan Karyawan Bulanan Tetap (KBT).
Tenaga pemupuk ini juga bekerja sebagai penguntil dan pemuat pupuk sekaligus.
Upah penguntil pupuk adalah Rp. 17 /kg, sedangkan upah tenaga pemupuk
tergantung dosis yang diaplikasikan per pokok. Untuk dosis 0 – 1.49 kg upah
tenaga pemupuk adalah Rp. 12,000 per hektar, sedangkan untuk dosis lebih dari
1.49 kg upahnya Rp. 15,000 per hektar. Tenaga kerja pemupuk tidak mendapatkan
premi dikarenakan pekerja merupakan pekerja borongan. Upah diserahkan kepada
kepala rombongan. Upah yang diberikan kepada tenaga pemupuk ditentukan oleh
kepala rombongan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemupuk di Afdeling
dari Rp. 15,000. Kegiatan penguntilan dan pemupukan di lapangan dapat dilihat
pada Gambar 2.
(a) (b)
(c) (d) Gambar 2. Kegiatan Pemupukan di Afdeling VIII.
(a) penebaran pupuk dengan menggunakan ember, (b) Penebaran Pupuk di Piringan, (c) Kegiatan Penguntilan Pupuk, (d) Pelangsiran Pupuk di Pasar Pikul.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
di PT. Panca Surya Agrindo dibagi menjadi dua, yaitu babat gawangan dan
Dongkel Anak Kayu (DAK). Babat gawangan merupakan kegiatan meminimalkan
gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pembabatan dilakukan dengan cara menebas gulma dengan ketinggian ±
20 cm dari permukaan tanah. Dengan sistem borongan, seorang pembabat
biasanya dapat menyelesaikan 1.5 – 2 ha per hari. Upah tenaga babat gawangan
menggunakan sistem borongan. Semua semak yang ada di gawangan dibabat
menggunakan parang babat. Kegiatan pembabatan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan Babat Gawangan.
Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk pengendalian gulma dengan
cara mendongkel atau mencabut sampai ke akarnya. Jenis gulma yang didongkel
adalah gulma daun lebar yang berkayu seperti Melastoma affine, Kopi-kopian,
Miramia umbelanta, Chromolena odorata, dan tukulan (anak sawit liar) yang
terdapat pada gawangan serta pada piringan kelapa sawit. Dongkel anak kayu
dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang, atau langsung dicabut
dengan tangan.
Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp. 45,000/ ha. Jenis
pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan borongan, jadi tidak ada premi yang
diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan
1 – 1.5 ha per hari. Namun demikian, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
Afdeling VIII, terdapat beberapa pendongkel yang hanya dapat menyelesaikan
setengah hektar per hari. Hal ini disebabkan oleh faktor usia tenaga pendongkel
yang sudah cukup tua.
Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimia
merupakan pengendalian gulma yang dilakukan dengan cara menyemprot
langsung pada gulma di perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan herbisida.
Pengendalian gulma secara kimia di PT. Panca Surya Agrindo diaplikasikan pada
piringan kelapa sawit, TPH dan jalan panen.
Penggunaan air untuk penyemprotan harus diperhatikan. Air yang
digunakan sebaiknya air bersih, namun kenyataan di lapangan menunjukkan
Penyemprot mengambil air yang terdapat di parit–parit yang terdekat dengan
tempat kegiatan penyemprotan. Kegiatan penyemprotan dan pengambilan air
kurang bersih dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) (b)
Gambar 4. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia.
(a) Penyemprotan Herbisida di Piringan, (b) Pengambilan Air Kurang Bersih
Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik seperti
Glyphosate dan Metil Metsulfuron. Herbisida ini lebih cocok digunakan untuk
mengendalikan gulma berdaun sempit seperti rumput. Gulma yang dominan di
piringan kelapa sawit adalah gulma berdaun lebar. Oleh karena itu gulma yang
disemprot dengan herbisida ini kurang cocok untuk diaplikasikan karena
membutuhkan waktu yang cukup lama. Penyemprotan herbisida dilakukan di
piringan, TPH, dan jalan panen.
Larutan herbisida telah dicampur dengan air terlebih dahulu di gudang
pupuk sebelum dibawa ke lapangan atau ke afdeling. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pencurian atau penjualan bahan aktif. Perbandingan campuran
glyphosate dengan air adalah 1 : 1, artinya untuk 1 liter bahan aktif diencerkan
dengan 1 liter air.
Dosis herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan, TPH, dan
jalan panen di Afdeling VIII umumnya menggunakan dosis yang sama.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII Glyphosat yang
digunakan adalah 60 ml/ 15 ml air dan Metil Metsulfuron 5 g/15 ml air. Dari
pokok rata–rata yang disemprot untuk satu kap adalah 60 pokok. Alat yang
digunakan adalah KnaPanca Surya Agrindock sprayer dengan ukuran kap adalah
15 liter, sehingga dosis per hektar adalah sebagai berikut :
• Luas efektif piringan yang disemprot/ha luas lahan
= πr2 x 132 pokok
= 3.14 x (2.5 m)2 x 132 pokok
= 2,590. 5 m2
• Jika 1 kap disemprotkan kepada 60 pokok, maka volume semprot yang diaplikasikan per hektar adalah :
= volume kap/ (π x luas piringan2 x tanaman yang disemprot)
x 10,000 m2/ha
= 15 l/ (3.14 x (2.5 m)2 x 60) x 10,000 m2/ha
= 127,39 l/ ha = 8 kap/ha
• Jika bahan aktif yang diaplikasikan = 60 ml/ kap
Maka untuk 1ha lahan hanya diaplikasikan = 8 kap/ha x 60 ml bahan/kap
= 480 ml bahan/ha
• Volum semprot anjuran = 450 l/ ha luas efektif = 30 kap/ha
Jadi, bahan aktif yang seharusnya diaplikasikan adalah = 1,800 ml/ ha
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa bahan aktif yang digunakan
lebih rendah dari bahan aktif anjuran . Oleh sebab itu, pada pengamatan kematian
gulma yang disemprot di piringan membutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai 100% mati.
Penginfusan pada Tanaman yang Mengalami Defisiensi Hara Fe
Defisiensi hara Fe biasanya terjadi di tanah gambut, namun kenyataan di
lapangan, defisiensi hara Fe dapat juga terjadi di tanah mineral yang terdapat di
Afdeling VIII. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh bahan organik yang
terlalu tinggi. Defisiensi hara Fe di Afdeling VIII banyak terjadi pada blok yang
diaplikasikan limbah cair beserta limbah padat. Gejala tanaman yang mengalami
defisiensi Fe adalah daun menguning seperti janur. Gejala ini pertama menyerang
diatasi tanaman akan mengalami penurunan produktivitas dikarenakan
terhambatnya penyerapan sinar matahari yang menyebabkan rendahnya hasil
fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman. Jika tanaman yang mengalami defisiensi
tingkat berat tidak diatasi selama kurang lebih tiga bulan, tanaman akan besar
kemungkinan akan patah pucuk dan mati. Penginfusan dilakukan satu kali 2
bulan, untuk menghindari hal tersebut.
Tanaman yang mengalami defisiensi hara Fe ini dapat diatasi dengan
melakukan penginfusan pada tanaman. Penginfusan dilakukan dengan cara
melarutkan 300 gram iron (dalam bentuk Kristal) dan 20 gram asam sitrat ke
dalam air sampai 1 liter. Larutan diinfus melalui akar sebanyak 50 ml per titik.
Tingkat defisiensi hara Fe dikategorikan menjadi tiga, yaitu tingkat ringan apabila
yang terserang pelepah 1 - 3, sedang jika yang terserang pelepah 4 - 9, lebih dari
9 termasuk kategori berat. Pada kategori ringan dosis Fe yang dianjurkan adalah 1
titik, kategori sedang 2 titik, dan kategori berat 3 titik. Penginfusan juga diikuti
dengan penaburan chelate berbentuk granular dengan dosis 150 g/pokok. Namun
demikian, di Afdeling VIII dosis penginfusan yang dilakukan tidak berdasarkan
dosis anjuran berdasarkan tingkat serangan. Semua pokok yang terserang diinfus 3
titik per pokok. Hal ini disebabkan pertimbangan ketepatan pekerja dalam
menentukan tingkat serangan pada tanaman.
Defisiensi hara Fe dapat juga diatasi dengan memberikan tanah merah dan
menabur chelate dengan dosis 100 g/pokok. Tanah merah yang diaplikasikan
berdiameter 1.5 m dan ketebalan 5 cm di sekeliling pokok.
Dalam pelaksanaan penginfusan, pemilihan akar harus teliti. Akar yang
dipilih adalah akar yang tidak bercabang atau akar tunggal yang tidak terlalu tua
dan tidak terlalu muda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat bahwa
banyak hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman dikarenakan pemilihan akar
yang kurang baik dan pencarian akar yang mengakibatkan akar terluka sehingga
tanaman tidak dapat pulih atau tidak dapat mengurangi defisiensi dari berat ke
sedang dan dari sedang ke ringan. Kegiatan penginfusan dan tanaman yang
(a)
(b) (c)
Gambar 5. Metode Penginfusan Akar dan Gejala Defisiensi Fe.
(a) Pengimpusan Akar dengan FeSO4, (b) Tanaman yang Difesiensi hara Fe tingkat sedang, (c) Tanaman yang Difesiensi hara Fe tingkat berat
Panen
Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi:
perencanaan dan pengadaan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan
luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen,
dan lingkaran pagi. Lingkaran pagi di PT. Panca Surya Agrindo dilakukan pada
pukul 5.30 – 06.00 WIB di hanca yang akan dipanen. Jika hhanca yang akan
dipanen dekat dengan kantor afdeling, maka lingkaran pagi dilaksanakan di depan
kantor afdeling. Anggota yang mengikuti lingkaran pagi adalah pemanen, asisten
kebun, dan mandor panen. Sebelum lingkaran pagi, APD (alat pelindung diri)
harus sudah dipakai. Dalam praktek di lapangan masih terdapat pemanen yang
terlambat dan yang tidak memakai APD di saat pemanenan.
Kriteria panen. Kriteria panen diamati penulis pada saat penulis menjadi
parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah bisa
dipanen atau belum. Kriteria matang panen yang diterapkan di PT. Panca Surya
Agrindo dapat dilihat dari jumlah berondolan yang jatuh pada piringan, yaitu 2
berondolan/ kg TBS. Kriteria panen yang diterapkan di Afdeling VIII adalah 40
berondolan per TBS, karena BTR di Afdeling VIII adalah 20 kg. Berondolan yang
jatuh adalah berondolan yang jatuh secara alami, bukan karena hama penyakit.
Kriteria panen yang diterapkan oleh pemanen di lapangan kadang–kadang tidak
terlalu mengikuti ketetapan yang telah ditetapkan. Masih banyak terdapat
pemanen yang memanen buah yang belum memberondol 40 berondolan. Kriteria
matang panen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Matang Panen
Golongan Kriteria
Warna Berondolan Mentah ungu kehitaman tidak memiliki berondolan
Kurang matang orange kemerah-merahan < 2 berondolan/kg TBS Matang orange kemerah-merahan 2 berondolan/kg TBS Terlalu matang merah gelap 50 % berondolan lepas -
> 10 berodolan masih lekat pada tandan Janjang Kosong > 90 % berondolan lepas Sumber: Kepala Tata Usaha (KTU) PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
Sistem panen. Pelaksanaan sistem panen yang digunakan selama penulis
melakukan kegiatan magang adalah sistem hanca giring tetap. Sistem hanca giring
tetap, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca
selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari itu. Bedanya
dengan sistem hanca giring murni adalah bahwa sistem ini memiliki hanca tetap
pada mandornya.
Rotasi panen. Rotasi panen merupakan jarak waktu antara panen terakhir
dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Rotasi panen yang ditetapkan di
PT. Panca Surya Agrindo adalah rotasi 6/7 artinya dalam 7 hari ada 6 hari seksi
panen.Di Afdeling VIII terdapat 29 blok yang dibagi menjadi 6 seksi panen atau
disebut kapel.
Tenaga kerja panen. Tenaga panen di PT. Panca Surya Agrindo
Namun, tenaga panen juga bisa bekerja sebagai pekerja harian tidak tetap (lepas)
seperti penunasan, rawat jalan, garuk piringan, pelangsiran, dan lain–lain.
Kualitas panen. Kualitas panen erat kaitannya dengan kriteria matang
panen, buah mentah yang dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, dan
pemotongan gagang panjang. Data diperoleh penulis dengan melakukan
pengamatan pada 50 TPH yang diamati dari beberapa blok. Berondolan yang
tidak dikutip dan buah matang yang tidak dipanen termasuk kehilangan hasil pada
saat panen. Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan. Tingkat kehilangan hasil yang tinggi dapat menurunkan produksi dan
menurunkan premi yang dihasilkan pemanen. Losses juga banyak terjadi di
parit-parit, seperti TBS yang jatuh saat dipanen yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. TBS yang Tertinggal di Parit
Kerapatan panen. Perhitungan angka kerapatan panen digunakan untuk
mengetahui taksasi produksi yang dihasilkan pada suatu blok kebun. Angka
kerapatan panen didapat dengan membandingkan jumlah tandan matang pada
pokok yang dijadikan sampel dengan jumlah sampel yang diamati dan dikalikan
100%. Penulis melakukan AKP bersama mandor panen pada 5 blok per hari. AKP
dilakukan 2 jalan panen setiap blok. Berdasarkan SOP di kebun, sampel AKP
sebaiknya dilakukan 3% - 10% dari luasan yang akan dipanen. Kenyataan di
lapangan, mandor hanya melakukan 2 jalan panen setiap blok setara dengan lebih
kurang 3% dari luasan yang dipanen. Angka kerapatan panen ini didapat dari
rumus :
Cara dan pelaksanaan panen. Cara panen untuk tanaman yang masih
rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi
menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Cara panen di Afdeling VIII
menggunakan egrek. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga
buah dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah lengkung menyerupai
tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan buah dipotong pada
gagangnya sependek mungkin (mepet). Standar panjang janjang setelah dipotong
di PT. Panca Surya Agrindo adalah 2 cm. Tandan buah diletakkan di pinggir jalan
panen. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
karung. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 tandan per baris, dan
ganggangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam
karung. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada buah yang tidak disusun
rapi di TPH dan tangkai panjang. Kegiatan pemanenan dan buah yang tidak
disusun rapi di TPH dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b)
(c)
Gambar 7. Kegiatan Pemanenan dan Hasil Panen.
Pemanenan dilakukan setengah jalan panen terlebih dahulu dan
pengangkutan TBS ke TPH juga diangkut setengah pasar ke TPH kiri dan
setengah pasar ke TPH kanan. Pemanenan dilakukan oleh seorang pemanen yang
dibantu oleh 1 oarang pemungut berondolan dan 1 orang pengangkut TBS ke
TPH. Namun, pemanen yang hanya memilki pemungut berondolan saja akan
mengangkut TBS nya sendiri ke TPH.
Kegiatan Simulasi Kebun
Go Block. Go block merupakan kegiatan pemeriksaan mutu hanca yang
dilakukan oleh General Manager (GM), estate manager, seluruh asisten kepala
rayon, dan seluruh asisten afdeling. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada
setiap hari jumat yang dimulai pada pukul 05.30 WIB. Kegiatan dilakukan pada
blok yang telah dipanen setiap afdeling dengan cara bergilir.
Penentuan afdeling yang akan dikunjungi pada sore hari sebelum
pelaksanaan. Penentuan afdeling yang akan dikunjungi sengaja diberitahukan
secara tiba–tiba, agar tidak ada persiapan untuk memperbaiki hanca terlebih
dahulu. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dengan berkumpulnya general manager,
estate manager, asisten kepala, asisten afdeling, dan pemanen afdeling yang akan
diperiksa. Asisten afdeling dan asisten kepala yang bersangkutan memberikan
pengarahan kepada pemanen mengenai tanggung jawab yang harus dilakukan oleh
pemanen setiap hari, serta penyampaian informasi yang didapatkan dari kantor
kebun. Kemudian general manager memberi pengarahan kepada pemanen, asisten,
dan asisten kepala tentang pentingnya mutu hanca dan mutu panen yang harus
selalu dijaga.
Pemeriksaan dilakukan dengan membagi dua orang setiap jalan panen,
pemeriksaan dilakukan di semua jalan panen pada blok tersebut. Adapun mutu
hanca yang harus dilihat adalah losses pada piringan, jalan panen, dan pokok,
kebersihan hanca, pokok yang tidak ditunas, buah matang yang tidak dipanen,
serta sensus buah yang terdapat di pokok. Sensus buah dilakukan untuk
memprediksi produksi yang dihasilkan pada blok tersebut selama satu semester.
Setelah pemeriksaan selesai, anggota berkumpul kembali untuk mengevaluasi
hasil pemeriksaan yang dilakukan agar kekurangan yang terdapat pada afdeling
Aspek Manajerial
Penulis mengikuti aspek manajerial yang berstatus sebagai pendamping
mandor dan pendamping asisten di Afdeling VIII. Pendamping mandor dilakukan
penulis selama 3 minggu dan pendamping asisten dilakukan selama 6 minggu.
Pendamping Mandor
Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan
pengawasan di lapangan, di antaranya kegiatan mandor panen, kerani panen, dan
mandor perawatan yang terdiri dari mandor pupuk dan mandor perawatan
tanaman. Penulis juga mengikuti kegiatan manajerial terkait administrasi afdeling
dengan menjadi pendamping kerani afdeling.
Mandor panen. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh seorang mandor panen seperti lingkaran
pagi yang dimulai pada pukul 05.30 WIB, pengecekan mutu hanca dan mutu
buah, losses, penghitungan AKP, melakukan taksasi panen harian, mengawasi
pekerjaan pemanen, dan membuat laporan harian mandor. Mandor panen
bertanggung jawab terhadap mutu hanca. Jika ada buah matang yang tidak
dipanen mandor akan memerintahkan kepada pemanen supaya kembali ke pokok
yang sudah ditandai untuk dipanen kembali. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
tingkat kehilangan hasil.
Pemanen yang diawasi tergantung dari jumlah HK yang digunakan pada
hari tersebut. Biasanya pengawasan rutin dilakukan pada 8 sampai dengan 10
pemanen setiap hari untuk pengawasan mutu hanca dan losses panen. Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa mandor panen biasanya selalu mengawasi
pemanen yang sama dan sudah diketahui baik pekerjaannya sehingga pemanen
yang tidak menjaga mutu hanca dengan baik tidak mengalami perbaikan.
Mandor pupuk. Penulis mengikuti pekerjaan yang dilakukan mandor
pupuk seperti membuat bon permintaan barang (pupuk), menyiapkan alat/bahan
seperti takaran pupuk, mengawasi penguntilan pupuk di gudang pupuk,
pelangsiran, pengawasan mutu kerja dan keselamatan pekerja. Jumlah karyawan
yang diawasi penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah 9 orang
sampai kegiatan pemupukan selesai hingga pukul 11.00 – 12.00. Realisasi
pemupukan akan dilaporkan ke dalam buku kerja mandor.
Kerani panen. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi
pendamping kerani panen adalah melakukan grading buah di setiap TPH,
pencatatan buah yang dipanen oleh pemanen dengan melihat nomor potong yang
dituliskan di tangkai tandan guna untuk menyesuaikan laporan pemanen. Penulis
juga membantu kerani panen dalam mengerjakan laporan potong buah,
menghitung premi panen. Pada akhir bulan penulis membantu kerani panen tutup
buku, yaitu menghitung jumlah premi yang didapatkan oleh pemanen selama satu
bulan.
Mandor pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi
mandor pemeliharaan adalah mengawasi pekerjaan babat, penyemprotan, dan
infus akar. HK yang diawasi penulis pada pekerjaan pembabatan adalah 2 HK,
penyemprotan 5 HK, dan infus akar 4 HK. Pengawasan pekerjaan pemeliharaan
ini dilakukan penulis hingga pukul 12.00 karena pekerjaan sudah bisa diselesaikan
oleh pekerja pada pukul 13.00 – 14.00.
Pendamping Asisten Afdeling
Selama menjadi pendamping asisten penulis mengikuti kegiatan–kegiatan
asisten seperti mengawasi mutu hanca dan mutu buah pada tiap kemandoran
panen, mengawasi kegiatan pemupukan, mengikuti go Block bersama asisten–
asisten semua afdeling, GM, estate manager, dan asisten kepala, mengisi meja
miring yang berisi laporan panen dan biaya panen (dely cost) per kilogram,
menginput data yang diminta oleh manager, mengisi buku asisten dan kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan Panen
Kegiatan pemanenan dimulai dari persiapan panen. Kegiatan persiapan
panen yang dilakukan meliputi: kebutuhan tenaga kerja, persiapan kondisi hanca
panen, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen,
penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen, dan lingkaran pagi.
Persiapan kondisi hanca panen harus diperhatikan agar proses pemanenan
berjalan dengan lancar. Kondisi panen yang harus diperhatikan seperti titi panen,
jalan pikul, jalan tengah, piringan dan TPH. Persiapan panen di Afdeling VIII
sudah cukup baik, namun untuk persiapan kondisi areal panen terdapat pokok
yang tidak memiliki piringan yang utuh atau tanaman tidak memiliki luas piringan
2.5 m, seperti tanaman yang dekat dengan parit. Tanaman di pinggir parit ini
menyebabkan pada saat pelaksanaan pemanenan terjadi kehilangan hasil (losses),
yaitu buah yang dipanen jatuh ke parit.
Mutu Panen
Mutu panen harus tetap dijaga untuk memperoleh hasil yang optimal.
Mutu panen erat kaitannya dengan kriteria matang panen, buah mentah yang
dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, dan pemotongan gagang panjang.
Berdasarkan pengamatan terhadap 50 TPH yang diamati penulis di Afdeling VIII,
didapat persentase mutu panen 0% buah kurang matang, 93.32% buah matang,
5.15% buah lewat matang, dan 1.22% tandan kosong. Hal ini menunjukkan bahwa
mutu panen di afdeling ini kurang baik, karena berdasarkan persentase buah lewat
matang dan tangkai kosong yang dihasilkan cukup besar yaitu 6.37%. Menurut
Pahan (2008), hasil potong buah dikatakan baik jika komposisi buah matang
sebesar 98% dan buah mentah serta busuk maksimum 2%. Hasil pengamatan
mutu buah di lapangan yang dilakukan penulis dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan pada bulan pertama
dan kedua penulis belum menemukan buah kurang matang yang dipanen, namun
kurang matang. Hasil pengamatan sortasi buah di pabrik dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 6. Pengamatan Mutu TBS melalui Sortasi Buah di Pabrik Kelapa Sawit. Sumber : Pengamatan Penulis di Pabrik Kelapa Sawit PT. Panca Surya Agrindo (Mei, 2012)
Tabel 6 menunjukkan bahwa mutu panen sangat rendah.hal ini dapat
dilihat dari persentase buah matang hanya 96.36% dan persentase buah kurang
matang, lewat matang, buah busuk dan tandan kosong yang cukup tinggi. Mutu
buah yang rendah dapat mengakibatkan rendemen menjadi rendah dan asam
lemak bebas meningkat. Pada saat mutu panen kurang bagus menyebabkan
rendemen di PT. Panca Surya Agrindo menjadi 23.5%. biasanya PT. Panca Surya
Agrindo selalu memperoleh rendemen lebih besar dari 24%.
Buah kurang matang dan lewat matang erat kaitannya dengan kriteria
matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di PT. Panca Surya
Agrindo dapat dilihat dari jumlah berondolan yang jatuh pada piringan, yaitu 2
berondolan/ kg TBS. Bobot Tandan Rata-Rata (BTR) rata–rata di afdeling VIII
adalah 20 kg, oleh karena itu kriteria matang panen yang diterapkan di Afdeling
VIII adalah 40 berondolan per TBS. Pada saat buah telah dipotong, berondolan
yang jatuh di piringan dapat mencapai 1 : 4 atau setara dengan 160 berondolan.
Buah yang dipanen kurang dari 40 berondolan termasuk buah yang kurang
matang. Dari data kualitas panen di atas dapat dilihat bahwa masih terdapat
pemanen yang memanen buah dengan tidak memperhatikan standar kriteria
mengejar kapasitas panen yang sudah ditetapkan perusahaan yaitu 3 ton dengan
basis 1 ton per hari dan supaya mendapatkan premi padahal pada saat jumlah buah
matang panen rendah. Basis yang ditetapkan di PT. Panca Surya Agrindo selalu
sama pada saat panen tinggi maupun pada saat panen rendah. Hal ini
memungkinkan terjadinya mutu panen yang kurang baik pada saat panen rendah
karena kapasitas yang harus dipenuhi terlalu tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan Kaban (2011) pada magang skripsi, kapasitas panen yang
ditetapkan di perusahaan tersebut hanya 1.8 ton.
Buah lewat matang juga dapat mengakibatkan mutu panen turun. Buah
lewat matang dapat meningkatkan asam lemak bebas. buah lewat matang dapat
dikarenakan rotasi panen yang tidak teratur. Rotasi panen yang ditetapkan di PT.
Panca Surya Agrindo adalah rotasi 6/7 artinya dalam 7 hari ada 6 hari seksi panen.
Kebutuhan Tenaga Panen
Di Afdeling VIII terdapat 29 blok yang dibagi menjadi 6 seksi panen atau
disebut kapel. Setiap kapel dipanen dalam satu hari. Umumnya seorang mandor
melakukan kegiatan sorong panen agar putaran selanjutnya pada kapel panen
tidak terdapat buah lewat matang dan tetap menjaga rotasi 6/7. Pada kenyataan di
lapangan, hari rotasi panen pernah mencapai 8, hal ini disebabkan karena pada
saat panen turun hujan dan hari libur nasional, sehingga pemanen tidak dapat
menyelesaikan hanca panennya sehingga blok yang dipanen kadang–kadang tidak
sesuai dengan kapel yang telah ditetapkan.
Selain itu, buah lewat matang terjadi karena pemanen sengaja tidak
memanen buah yang sudah matang dikarenakan pokok yang akan dipanen terlalu
tinggi. Hal ini berkaitan juga dengan tenaga kerja yang kurang. Pemanen selalu
mengejar waktu untuk dapat menyelesaikan hanca yang telah ditetapkan. Hanca
yang ditetapkan untuk satu orang pemanen terlalu luas, sehingga pemanen selalu
memburu waktu. Luas hanca panen yang diberikan kepada pemanen di Afdeling
VIII berkisar 4-7 ha. Menurut Pahan (2008), hanca panen yang diberikan kepada
Kebutuhan tenaga panen pada tanggal 16 Maret 2012 pada kapel E dan A
dengan luasan 143.45 ha, AKP 16.7%, BTR 21 kg, populasi tanaman 132/ha, dan
kapasitas panen 3,000 kg/ HK dapat diperoleh sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga panen . ha x . x kg x , kg /ha
= 21 orang
Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga panen yang digunakan di afdeling
VIII adalah 21 orang, padahal jumlah tenaga panen di Afdeling VIII adalah 40
orang. Tenaga panen yang tidak memanen bekerja sebagai pekerja harian seperti
penunasan, rawat jalan, garuk piringan, pelangsiran, dan lain–lain. Hal ini dapat
dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja di PT. Panca Surya Agrindo ini kurang
efektif atau bisa disebut dengan pengekploitasian tenaga kerja dengan menetapkan
kapasitas panen yang harus dicapai terlalu tinggi dan penggunaan tenaga panen ke
pekerjaan lain supaya premi yang harus dikeluarkan untuk pemanen tidak terlalu
tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa upah pekerjaan harian lebih rendah dari
pada pekerjaan panen. Menurut Pahan (2008) bahwa biaya Rp/ton TBS dari lebih
borong atau luar dinas tidak boleh lebih tinggi dari biaya Rp/ton TBS dalam dinas.
Sebagai ketentuan, premi lebih borong maksimum 50% dari gaji rata-rata.
Berdasarkan ketetapan tersebut, jumlah tenaga kerja yang seharusnya jika
kapasitas panen 1,500 kg adalah 42 orang. Penggunaan tenaga kerja yang kurang
tepat dapat juga disebabkan oleh perhitungan angka kerapatan panen yang tidak
akurat, sehingga dalam penentuan taksasi prosuksi terjadi kesalahan. Perhitungan
AKP di Afdeling VIII dilakukan dengan cara mengitung buah matang yang bisa
dipanen esok harinya pada dua jalan panen atau empat baris tanaman dalam satu
blok. Sampel yang diambil kurang akurat karena berdasarkan luasan blok yang
akan dipanen, sampel yang digunakan kurang. Sampel AKP yang harus digunakan
adalah 10% dari pokok yang akan dipanen. Dua jalan panen, pokok yang
dijadikan sampel lebih kurang berjumlah 132 pokok, sedangkan jumlah pokok
rata–rata pada satu blok adalah 3,960 tanaman. pokok sampel yang harus