• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Teknis

Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual dan kimiawi yakni dongkel anak kayu, babat gawangan, semprot piringan dan semprot gawangan. Kegiatan pemeliharaan yang lain yaitu pemupukan, pemberian tandan kosong, perawatan jalan, dan penginfusan. Untuk pekerjaan yang berkaitan dengan produksi kegiatan teknis yang dilakukan adalah simulasi pemotongan buah (panen), transportasi panen, taksasi (menghitung kerapatan panen), sortasi di pabrik dan sensus buah di TPH serta pengenalan proses pengolahan kelapa sawit dan analisis laboratorium. Waktu hari kerja rata–rata selama 9.5 jam yang dimulai pada pukul 05.30 – 12.00 WIB, istirahat selama dua jam (12.00 – 14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama tiga jam dari pukul 14.00 - 17.00 WIB.

Pemupukan

Distribusi pemupukan. Organisasi pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo terdiri atas organisasi kerja penguntilan, organisasi kerja pelangsiran, organisasi kerja pengeceran, dan organisasi kerja penaburan. Pupuk yang akan diaplikasikan di lahan sebelumnya didistribusikan dari gudang pupuk yang berada di kantor kebun untuk dibawa ke afdeling.

Organisasi kerja penguntilan pupuk Afdeling VIII dilakukan di gudang pupuk Kantor Central Kebun (KCK) karena Afdeling VIII paling dekat dengan gudang kantor kebun. Pupuk diuntil untuk enam pokok dengan tujuan untuk dosis per tanaman bisa lebih akurat dan memudahkan pekerja untuk membawa pupuk.

Jenis pupuk. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk makro dan pupuk mikro, dan pupuk organik. Pupuk mikro yang digunakna di PT. Panca Surya Agrindo adalah pupuk FeSO4, dan Borate. Pupuk makro yang digunakan adalah pupuk Urea, MOP, KCl, RPH, dan Kieserit.

Berdasarkan pengamatan di lapangan jenis pupuk yang diaplikasikan di PT. Panca Surya Agrindo sudah sesuai dengan jenis pupuk rekomendasi.

Bahan organik yang digunakan adalah yang berasal dari tandan kosong yang telah dicacah dan dipres sehingga menjadi bentuk kompos. Selain itu, limbah hasil pengolahan kelapa sawit juga diaplikasikan sebagai pupuk organik. Limbah pengolahan kelapa sawit dikembalikan ke tanaman selain untuk memberikan hara ke tanaman juga untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar.

Dosis pupuk. Dosis pupuk yang direkomendasikan di Afdeling VIII di PT. Panca Surya Agrindo adalah 2 kg urea, 1.5 kg KCl, 1.25 kg RPH, dan 1.5 kg MOP per pokok. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dosis yang diaplikasikan ke tanaman tidak sesuai dengan dosis rekomendasi. Hal ini dikarenakan penguntilan yang tidak sesuai takaran dan penabur yang tidak membagi rata dosis pupuk untuk setiap pokok.

Pada Blok L17 - L22 telah diberikan pupuk organik berupa limbah cair dari pengolahan kelapa sawit. Lahan yang diaplikasi dengan limbah dapat mengurangi dosis pupuk anorganik pada tanaman kelapa sawit karena di dalam limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit ini mengandung unsur-unsur yang juga terdapat pada pupuk anorganik. Namun, pada kenyataan di lapangan dosis pupuk anorganik yang diaplikasikan di lahan tidak dikurangi dosisnya. Hal ini disebabkan tidak adanya pengetahuan mereka dalam perhitungan dosis yang harus diaplikasikan jika tanaman sudah diberikan pupuk organik.

Selain limbah cair, tandan kosong juga dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Dosis tandan kosong yang diaplikasikan di lahan adalah 227 kg per titik. Satu angkong berisi lebih kurang 75 kg, jadi untuk satu titik diberikan tiga angkong. Pupuk diberikan di gawangan di antara dua pokok.

Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Afdeling VIII dilakukan pada saat penulis melaksanakan magang. Pemupukan dilakukan pada bulan Januari – Juni semester pertama. Penulis dapat mengikuti kegiatan pemupukan pada bulan Februari – Mei. Pada pelaksanaan pemupukan curah hujan rata–rata di PT. Panca Surya Agrindo adalah 100 – 200 mm/ bulan. Curah hujan rata–rata yang baik untuk waktu pemupukan adalah 60 – 300 mm/ bulan. Pemupukan tidak dilakukan pada saat curah hujan tinggi karena pupuk akan terbawa oleh air, sehingga hara tidak dapat diserap oleh tanaman. Hal ini

menunjukkan bahwa waktu pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo sudah cukup baik.

Cara pemupukan. Cara pemupukan dilakukan penulis dengan mengamati kegiatan pemupukan di lapangan. Pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo dilakukan dengan cara manual dan mekanis, namun yang paling banyak digunakan adalah dengan cara manual. Pupuk yang sudah diuntil dilansir tepat pada titik-titik penempatan pupuk atau disebut titik pasokan. Penempatan pupuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penempatan Pupuk pada Suatu Blok.

Dari penempatan pupuk, pupuk dilangsir ke dalam satu until setiap enam pokok dengan menggunakan angkong. Penebar pupuk memupuk dengan cara menuangkan pupuk yang sudah diuntil ke dalam ember yang digendong. Pupuk ditabur di sekeliling pokok dengan jarak 1.5 – 2 m dari pokok. Pokok yang terdapat di pinggir parit tidak sekelilingnya dipupuk agar pupuk tidak terbawa ke aliran air parit, karena PT. PANCA SURYA AGRINDO telah menerapkan ISO 9001 yaitu tentang manajemen mutu dan ISO 14001 tentang lingkungan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan, cara penebaran pupuk yang dilakukan sudah memenuhi standar yang dianjurkan. Pupuk disebar merata di sekeliling pokok pada piringan.

Rotasi/frekuensi. Rotasi pemupukan harus diperhatikan agar tanaman dapat memperoleh hara optimal. Di PT. Panca Surya Agrindo waktu aplikasi pupuk Kieserit ke MOP diberi selang 3 minggu, MOP ke RPH diberi selang 2 minggu, dan Urea ke RPH diberi selang 3 minggu. Urea dan MOP diaplikasikan dua kali dalam setahun, sedangkan Kieserit dan RPH diaplikasikan satu tahun sekali. Rotasi pemupukan di PT. Panca Surya Agrindo tidak selalu sesuai dengan rotasi yang direkomendasikan. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya pupuk yang akan diaplikasikan. Jadi, pupuk yang diaplikasikan di lapangan adalah pupuk apa saja yang telah tersedia di gudang.

Pelaksanaan pemupukan. Pada Afdeling VIII PT. Panca Surya Agrindo, seorang mandor pupuk membawahi kepala borongan dan anggota pemupuk. Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh anggota pemupuk itu sendiri sehari sebelum pemupukan. Penguntilan dilakukan seseuai kebutuhan pupuk tiap pokok.

Tenaga dan upah pemupuk. Pemupuk di PT. Panca Surya Agrindo menggunakan sistem borongan, namun standarnya tetap ditentukan oleh PT. Panca Surya Agrindo. Jumlah tenga kerja yang digunakan tergantung tonase pupuk yang akan diaplikasikan. pada saat penulis menjadi KHL pupuk yang diaplikasikan kurang dari 5 ton, tenaga yang dibutuhkan berjumlah 6 orang, 2 orang pelangsir dan 4 orang penebar. Pupuk yang diaplikasikan lebih dari 5 ton tenaga yang digunakan adalah 9 orang, yaitu 3 pelangsir dan 6 penebar. Selain itu, tenaga pemupuk ini dibawahi oleh kepala borongan. Kepala borongan dibawahi oleh mandor pupuk. Mandor pupuk merupakan Karyawan Bulanan Tetap (KBT). Tenaga pemupuk ini juga bekerja sebagai penguntil dan pemuat pupuk sekaligus.

Upah penguntil pupuk adalah Rp. 17 /kg, sedangkan upah tenaga pemupuk tergantung dosis yang diaplikasikan per pokok. Untuk dosis 0 – 1.49 kg upah tenaga pemupuk adalah Rp. 12,000 per hektar, sedangkan untuk dosis lebih dari 1.49 kg upahnya Rp. 15,000 per hektar. Tenaga kerja pemupuk tidak mendapatkan premi dikarenakan pekerja merupakan pekerja borongan. Upah diserahkan kepada kepala rombongan. Upah yang diberikan kepada tenaga pemupuk ditentukan oleh kepala rombongan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemupuk di Afdeling VIII, pemupuk memperoleh harga Rp. 10,500/ha dari Rp. 12,000, dan Rp. 13,500

dari Rp. 15,000. Kegiatan penguntilan dan pemupukan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) (c) (d) Gambar 2. Kegiatan Pemupukan di Afdeling VIII.

(a) penebaran pupuk dengan menggunakan ember, (b) Penebaran Pupuk di Piringan, (c) Kegiatan Penguntilan Pupuk, (d) Pelangsiran Pupuk di Pasar Pikul. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual di PT. Panca Surya Agrindo dibagi menjadi dua, yaitu babat gawangan dan Dongkel Anak Kayu (DAK). Babat gawangan merupakan kegiatan meminimalkan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pembabatan dilakukan dengan cara menebas gulma dengan ketinggian ± 20 cm dari permukaan tanah. Dengan sistem borongan, seorang pembabat biasanya dapat menyelesaikan 1.5 – 2 ha per hari. Upah tenaga babat gawangan adalah Rp. 35,000/ ha. Pekerjaan ini juga tidak memperoleh premi karena

menggunakan sistem borongan. Semua semak yang ada di gawangan dibabat menggunakan parang babat. Kegiatan pembabatan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan Babat Gawangan.

Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk pengendalian gulma dengan cara mendongkel atau mencabut sampai ke akarnya. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma daun lebar yang berkayu seperti Melastoma affine, Kopi-kopian, Miramia umbelanta, Chromolena odorata, dan tukulan (anak sawit liar) yang terdapat pada gawangan serta pada piringan kelapa sawit. Dongkel anak kayu dapat dilakukan dengan menggunakan alat dongkel, parang, atau langsung dicabut dengan tangan.

Upah untuk tenaga kerja dongkel anak kayu adalah Rp. 45,000/ ha. Jenis pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan borongan, jadi tidak ada premi yang diperoleh oleh tenaga pendongkel. Tenaga pendongkel dapat menyelesaikan 1 – 1.5 ha per hari. Namun demikian, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII, terdapat beberapa pendongkel yang hanya dapat menyelesaikan setengah hektar per hari. Hal ini disebabkan oleh faktor usia tenaga pendongkel yang sudah cukup tua.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimia merupakan pengendalian gulma yang dilakukan dengan cara menyemprot langsung pada gulma di perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara kimia di PT. Panca Surya Agrindo diaplikasikan pada piringan kelapa sawit, TPH dan jalan panen.

Penggunaan air untuk penyemprotan harus diperhatikan. Air yang digunakan sebaiknya air bersih, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyemprot dalam pengambilan air tidak memperhatikan air yang bersih.

Penyemprot mengambil air yang terdapat di parit–parit yang terdekat dengan tempat kegiatan penyemprotan. Kegiatan penyemprotan dan pengambilan air kurang bersih dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia.

(a) Penyemprotan Herbisida di Piringan, (b) Pengambilan Air Kurang Bersih Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik seperti Glyphosate dan Metil Metsulfuron. Herbisida ini lebih cocok digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit seperti rumput. Gulma yang dominan di piringan kelapa sawit adalah gulma berdaun lebar. Oleh karena itu gulma yang disemprot dengan herbisida ini kurang cocok untuk diaplikasikan karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Penyemprotan herbisida dilakukan di piringan, TPH, dan jalan panen.

Larutan herbisida telah dicampur dengan air terlebih dahulu di gudang pupuk sebelum dibawa ke lapangan atau ke afdeling. Hal ini dilakukan untuk menghindari pencurian atau penjualan bahan aktif. Perbandingan campuran glyphosate dengan air adalah 1 : 1, artinya untuk 1 liter bahan aktif diencerkan dengan 1 liter air.

Dosis herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan, TPH, dan jalan panen di Afdeling VIII umumnya menggunakan dosis yang sama. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Afdeling VIII Glyphosat yang digunakan adalah 60 ml/ 15 ml air dan Metil Metsulfuron 5 g/15 ml air. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap lima orang penyemprot didapat jumlah

pokok rata–rata yang disemprot untuk satu kap adalah 60 pokok. Alat yang digunakan adalah KnaPanca Surya Agrindock sprayer dengan ukuran kap adalah 15 liter, sehingga dosis per hektar adalah sebagai berikut :

• Luas efektif piringan yang disemprot/ha luas lahan = πr2 x 132 pokok

= 3.14 x (2.5 m)2 x 132 pokok = 2,590. 5 m2

• Jika 1 kap disemprotkan kepada 60 pokok, maka volume semprot yang diaplikasikan per hektar adalah :

= volume kap/ (π x luas piringan2 x tanaman yang disemprot) x 10,000 m2/ha

= 15 l/ (3.14 x (2.5 m)2 x 60) x 10,000 m2/ha = 127,39 l/ ha = 8 kap/ha

• Jika bahan aktif yang diaplikasikan = 60 ml/ kap

Maka untuk 1ha lahan hanya diaplikasikan = 8 kap/ha x 60 ml bahan/kap = 480 ml bahan/ha

• Volum semprot anjuran = 450 l/ ha luas efektif = 30 kap/ha Jadi, bahan aktif yang seharusnya diaplikasikan adalah = 1,800 ml/ ha Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa bahan aktif yang digunakan lebih rendah dari bahan aktif anjuran . Oleh sebab itu, pada pengamatan kematian gulma yang disemprot di piringan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai 100% mati.

Penginfusan pada Tanaman yang Mengalami Defisiensi Hara Fe

Defisiensi hara Fe biasanya terjadi di tanah gambut, namun kenyataan di lapangan, defisiensi hara Fe dapat juga terjadi di tanah mineral yang terdapat di Afdeling VIII. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh bahan organik yang terlalu tinggi. Defisiensi hara Fe di Afdeling VIII banyak terjadi pada blok yang diaplikasikan limbah cair beserta limbah padat. Gejala tanaman yang mengalami defisiensi Fe adalah daun menguning seperti janur. Gejala ini pertama menyerang pucuk daun terlebih dahulu, lalu merambat ke daun yang tua. Apabila tidak cepat

diatasi tanaman akan mengalami penurunan produktivitas dikarenakan terhambatnya penyerapan sinar matahari yang menyebabkan rendahnya hasil fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman. Jika tanaman yang mengalami defisiensi tingkat berat tidak diatasi selama kurang lebih tiga bulan, tanaman akan besar kemungkinan akan patah pucuk dan mati. Penginfusan dilakukan satu kali 2 bulan, untuk menghindari hal tersebut.

Tanaman yang mengalami defisiensi hara Fe ini dapat diatasi dengan melakukan penginfusan pada tanaman. Penginfusan dilakukan dengan cara melarutkan 300 gram iron (dalam bentuk Kristal) dan 20 gram asam sitrat ke dalam air sampai 1 liter. Larutan diinfus melalui akar sebanyak 50 ml per titik. Tingkat defisiensi hara Fe dikategorikan menjadi tiga, yaitu tingkat ringan apabila yang terserang pelepah 1 - 3, sedang jika yang terserang pelepah 4 - 9, lebih dari 9 termasuk kategori berat. Pada kategori ringan dosis Fe yang dianjurkan adalah 1 titik, kategori sedang 2 titik, dan kategori berat 3 titik. Penginfusan juga diikuti dengan penaburan chelate berbentuk granular dengan dosis 150 g/pokok. Namun demikian, di Afdeling VIII dosis penginfusan yang dilakukan tidak berdasarkan dosis anjuran berdasarkan tingkat serangan. Semua pokok yang terserang diinfus 3 titik per pokok. Hal ini disebabkan pertimbangan ketepatan pekerja dalam menentukan tingkat serangan pada tanaman.

Defisiensi hara Fe dapat juga diatasi dengan memberikan tanah merah dan menabur chelate dengan dosis 100 g/pokok. Tanah merah yang diaplikasikan berdiameter 1.5 m dan ketebalan 5 cm di sekeliling pokok.

Dalam pelaksanaan penginfusan, pemilihan akar harus teliti. Akar yang dipilih adalah akar yang tidak bercabang atau akar tunggal yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat bahwa banyak hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman dikarenakan pemilihan akar yang kurang baik dan pencarian akar yang mengakibatkan akar terluka sehingga tanaman tidak dapat pulih atau tidak dapat mengurangi defisiensi dari berat ke sedang dan dari sedang ke ringan. Kegiatan penginfusan dan tanaman yang difesiensi hara Fe dapat dilihat pada Gambar 5.

(a)

(b) (c)

Gambar 5. Metode Penginfusan Akar dan Gejala Defisiensi Fe.

(a) Pengimpusan Akar dengan FeSO4, (b) Tanaman yang Difesiensi hara Fe tingkat sedang, (c) Tanaman yang Difesiensi hara Fe tingkat berat

Panen

Persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi: perencanaan dan pengadaan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen, dan lingkaran pagi. Lingkaran pagi di PT. Panca Surya Agrindo dilakukan pada pukul 5.30 – 06.00 WIB di hanca yang akan dipanen. Jika hhanca yang akan dipanen dekat dengan kantor afdeling, maka lingkaran pagi dilaksanakan di depan kantor afdeling. Anggota yang mengikuti lingkaran pagi adalah pemanen, asisten kebun, dan mandor panen. Sebelum lingkaran pagi, APD (alat pelindung diri) harus sudah dipakai. Dalam praktek di lapangan masih terdapat pemanen yang terlambat dan yang tidak memakai APD di saat pemanenan.

Kriteria panen. Kriteria panen diamati penulis pada saat penulis menjadi pendamping mandor, yaitu mengawasi pemanen. Kriteria matang panen adalah

parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah bisa dipanen atau belum. Kriteria matang panen yang diterapkan di PT. Panca Surya Agrindo dapat dilihat dari jumlah berondolan yang jatuh pada piringan, yaitu 2 berondolan/ kg TBS. Kriteria panen yang diterapkan di Afdeling VIII adalah 40 berondolan per TBS, karena BTR di Afdeling VIII adalah 20 kg. Berondolan yang jatuh adalah berondolan yang jatuh secara alami, bukan karena hama penyakit. Kriteria panen yang diterapkan oleh pemanen di lapangan kadang–kadang tidak terlalu mengikuti ketetapan yang telah ditetapkan. Masih banyak terdapat pemanen yang memanen buah yang belum memberondol 40 berondolan. Kriteria matang panen dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Matang Panen

Golongan Kriteria

Warna Berondolan Mentah ungu kehitaman tidak memiliki berondolan

Kurang matang orange kemerah-merahan < 2 berondolan/kg TBS Matang orange kemerah-merahan 2 berondolan/kg TBS Terlalu matang merah gelap 50 % berondolan lepas -

> 10 berodolan masih lekat pada tandan Janjang Kosong > 90 % berondolan lepas Sumber: Kepala Tata Usaha (KTU) PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)

Sistem panen. Pelaksanaan sistem panen yang digunakan selama penulis melakukan kegiatan magang adalah sistem hanca giring tetap. Sistem hanca giring tetap, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari itu. Bedanya dengan sistem hanca giring murni adalah bahwa sistem ini memiliki hanca tetap pada mandornya.

Rotasi panen. Rotasi panen merupakan jarak waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Rotasi panen yang ditetapkan di PT. Panca Surya Agrindo adalah rotasi 6/7 artinya dalam 7 hari ada 6 hari seksi panen.Di Afdeling VIII terdapat 29 blok yang dibagi menjadi 6 seksi panen atau disebut kapel.

Tenaga kerja panen. Tenaga panen di PT. Panca Surya Agrindo merupakan Karyawan Harian Tetap (KHT) yang bertugas memanen kelapa sawit.

Namun, tenaga panen juga bisa bekerja sebagai pekerja harian tidak tetap (lepas) seperti penunasan, rawat jalan, garuk piringan, pelangsiran, dan lain–lain.

Kualitas panen. Kualitas panen erat kaitannya dengan kriteria matang panen, buah mentah yang dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, dan pemotongan gagang panjang. Data diperoleh penulis dengan melakukan pengamatan pada 50 TPH yang diamati dari beberapa blok. Berondolan yang tidak dikutip dan buah matang yang tidak dipanen termasuk kehilangan hasil pada saat panen. Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Tingkat kehilangan hasil yang tinggi dapat menurunkan produksi dan menurunkan premi yang dihasilkan pemanen. Losses juga banyak terjadi di parit- parit, seperti TBS yang jatuh saat dipanen yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. TBS yang Tertinggal di Parit

Kerapatan panen. Perhitungan angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui taksasi produksi yang dihasilkan pada suatu blok kebun. Angka kerapatan panen didapat dengan membandingkan jumlah tandan matang pada pokok yang dijadikan sampel dengan jumlah sampel yang diamati dan dikalikan 100%. Penulis melakukan AKP bersama mandor panen pada 5 blok per hari. AKP dilakukan 2 jalan panen setiap blok. Berdasarkan SOP di kebun, sampel AKP sebaiknya dilakukan 3% - 10% dari luasan yang akan dipanen. Kenyataan di lapangan, mandor hanya melakukan 2 jalan panen setiap blok setara dengan lebih kurang 3% dari luasan yang dipanen. Angka kerapatan panen ini didapat dari rumus :

Cara dan pelaksanaan panen. Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Cara panen di Afdeling VIII menggunakan egrek. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan buah dipotong pada gagangnya sependek mungkin (mepet). Standar panjang janjang setelah dipotong di PT. Panca Surya Agrindo adalah 2 cm. Tandan buah diletakkan di pinggir jalan panen. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 tandan per baris, dan ganggangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada buah yang tidak disusun rapi di TPH dan tangkai panjang. Kegiatan pemanenan dan buah yang tidak disusun rapi di TPH dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

(c)

Gambar 7. Kegiatan Pemanenan dan Hasil Panen.

(a) Pengangkutan TBS ke TPH, (b) Kegiatan potong buah (c) TBS yang Tidak disusun di TPH.

Pemanenan dilakukan setengah jalan panen terlebih dahulu dan pengangkutan TBS ke TPH juga diangkut setengah pasar ke TPH kiri dan setengah pasar ke TPH kanan. Pemanenan dilakukan oleh seorang pemanen yang dibantu oleh 1 oarang pemungut berondolan dan 1 orang pengangkut TBS ke TPH. Namun, pemanen yang hanya memilki pemungut berondolan saja akan mengangkut TBS nya sendiri ke TPH.

Kegiatan Simulasi Kebun

Go Block. Go block merupakan kegiatan pemeriksaan mutu hanca yang dilakukan oleh General Manager (GM), estate manager, seluruh asisten kepala rayon, dan seluruh asisten afdeling. Kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap hari jumat yang dimulai pada pukul 05.30 WIB. Kegiatan dilakukan pada blok yang telah dipanen setiap afdeling dengan cara bergilir.

Penentuan afdeling yang akan dikunjungi pada sore hari sebelum

Dokumen terkait